MANAJEMEN PERPAJAKAN
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IV
1
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah MANAJEMEN
PERPAJAKAN
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...........................................................................................39
3.2 Saran.....................................................................................................39
ii
iii
DAFTAR TABEL
BAB I
Tabel 1.1 Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal......................8
Tabel 1.2 Kelompok Harta Berwujud...............................................................17
Tabel 1.3 Kelompok Harta Tak Berwujud........................................................18
iii
iv
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini yang menarik di Indonesia dari tahun ke tahun yaitu adanya
perusahaan dalam melaporkan kegiatan perpajakannya terdapat perbedaan
ketidak sesuaian pada perhitungan laporan keuangannya. Ini menyatakan bahwa
Standar Akuntansi Keuangan seringkali tidak sama atau bertentangan dengan
peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia yang sering disebut dengan book
tax differences (BTD), yaitu perbedaan antara pendapatan kena pajak menurut
peraturan perpajakan dan pendapatan sebelum kena pajak menurut standar
akuntansi keuangan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah koreksi (rekonsiliasi) fiskal dalam perhitungan Pajak
Penghasilan Badan pada PT Perkebunan Nusantara IV?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui perhitungan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan
PT Perkebunan Nusantara IV.
3
BAB II
PEMBAHASAN
perhitungan laba rugi dan berupa laporan yang sifatnya sebagai pelengkap seperti
laporan laba
yang ditahan serta laporan sumber dan penggunaan dana atau laporan
perubahan posisi keuangan.
Menurut Harahap (2013:105): “Laporan Keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu. Bagi para analis, Laporan Keuangan merupakan media yang paling
penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.”
Menurut Kasmir (2016:7): “laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting dan banyak pihak
yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat
perusahaan tersebut, seperti para investor, kreditur, dan pihak manajemen
sendiri.” Sedangkan
Menurut Fahmi (2011:2): “laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi
tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Dengan kata lain laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkankondisi keuangan suatu perusahaan dan informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan dari perusahaan tersebut.”
Pengertian diatas tentang laporan keuangan diketahui bahwa tujuan dari
laporan keuangan yaitu untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan
secara lengkap, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang
berkepentingan terhadap laporan tersebut.
Laporan keuangan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, serta laporan
perubahan modal. Akan tetapi untuk membantu menjelaskan kondisi perusahaan,
dalam laporan keuangan sering ditambahkan laporan sumber serta penggunaan
kas, laporan biaya produksi dan banyak lagi. Oleh karena itu, dalam berbisnis
dengan pihak tertentu sebuah perusahaan diminta memperlihatkan laporan
keuangan mereka yang valid, dan ada juga perusahaan yang menjaga dari
perusahaan tandingan mereka.
Jadi dari penjelasan diatas dan definisi tentang laporan keuangan, kita dapat
menuliskan empat laporan dasar yang harus ada dalam laporan keuangan yaitu:
a. Laporan Laba Rugi
Sesuai dengan namanya, jenis laporan keuangan ini berfungsi untuk
membantu Anda mengetahui apakah bisnis berada dalam posisi laba atau
rugi. Apabila pendapatan perusahaan lebih besar daripada beban atau
biayanya, maka bisnis memperoleh laba. Sebaliknya, jika pendapatan
cenderung lebih kecil dari beban atau biayanya, maka kemungkinan
besar bisnis mengalami kerugian.
Pada umumnya, ada dua cara yang digunakan untuk menyusun laporan
laba rugi, yaitu single step (cara langsung) dan multiple step (cara
bertahap). Metode single step relatif lebih mudah dibandingkan multiple
step, Anda hanya perlu menjumlahkan seluruh pendapatan dari atas sampai
bawah menjadi satu kelompok, kemudian menguranginya dengan total
beban atau biaya dalam periode yang berlaku.
Sedangkan, pada metode multiple step, pendapatan dipisah menjadi dua
kategori, yaitu pendapatan operasional (yang berasal dari kegiatan pokok)
perusahaan dan pendapatan non operasional (yang berasal dari luar kegiatan
pokok) perusahaan. Pembagian kategori tersebut juga berlaku pada beban
atau biaya.
b. Laporan Perubahan Modal
Lanjutan
Tabel1.1
10
diperhitungkan.
Metode Penyusutan:
Metode Penyusutan:
a. Garus lurus.
a. Untuk asset tetap bangunan
b. Jumlah angka tahun.
adalah garis lurus.
11
g. Sistem persediaan
Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari
1 (satu) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari
1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan,
misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga.
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun. Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau
melalui amortisasi.
Waluyo (2008, hal 223) juga menyebutkan, pengeluaran-pengeluaran
yang dilakukan oleh Wajib Pajak dapat pula dibedakan menjadi:
1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible
expenses) Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah
pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan
yang merupakan Objek Pajak yang pembebanannya dapat dilakukan
dalam tahun
pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut.
6) Premi asuransi;
8) Biaya administrasi;
Indonesia
15
karyawan tertentu.
B. Pos-pos yang diakui untuk tujuan pajak tetapi tidak diakui untuk tujuan
pelaporan keuangan. Contohnya :
1. “Deplesi persentase” sumber daya alam yang melebihi harga
perolehannya.
2. Pengurangan untuk dividen yang diterima dari perusahaan Amerika
Pajak penghasilan.
Menurut Anastasia Diana (2011, hal 362) Koreksi fiskal negatif adalah
“koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan
komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak bertambah kecil.”
Koreksi fiskal negatif mengakibatkan penambahan biaya yang diakui
dalam laporan rugi laba komersil menjadi semakin besar, atau yang
berakibat pengurangan penghasilan. Dalam bagian ini juga terbagi ke
dalam beberapa subjenis, diantaranya adalah:
Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal
negatif. Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan
mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan
membuat PPh Badan Terhutangnya juga akan meningkat. Sedangkan
koreksi fiskal negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan
mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan
terhutangnya juga akan menurun.
26
Kertas kerja rekonsiliasi fiskal dapat dibuat dengan format sebagai berikut.
Format 1
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx Tabel 1.4
Laba Bersih (menurut akuntansi komersial) xx
Koreksi Positif:
- xx
- xx
- xx
Total koreksi positif xx
(+)
Koreksi Negatif:
- xx
- xx
Total koreksi negatif xx
(-)
Laba (penghasilan) kena pajak (menurut fiskal) xx
1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
Format 2
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx
-
-
Laba (penghasilan) Laba bersih Laba
sebelum (penghasilan)
pajak kena pajak
29
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak orang
pribadi yang wajib menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
pendekatan akuntansi (komersial). Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk
mempermudah pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh dan menyusun
laporan keuangan fiskal sebagai lampiran SPT Tahunan PPh.
2.7 Contoh Kasus Koreksi Fiskal Pada PT PT. Perkebunan Nusantara IV
merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang usaha agroindustri, dimana
dalam menjalankan aktivitas usahanya maka perusahaan perlu melakukan
perhitungan pajak penghasilan badan atas laporan keuangan yang sesuai
dengan UU. Perpajakan. Oleh karena itulah perlu dilakukan penerapan
koreksi fiskal Hal ini bertujuan untuk meneliti pajak penghasilan terutang
yang sesuai dengan UU.
PT. Perkebunan Nusantara IV
Laporan Posisi Keuangan Komperatif
Per 31 Desember 2016
Tabel 1.5
KETERANGAN 31 Desember 2016 KETERANGAN 31 Desember 2016
ASET LIABILITAS
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Kas dan setara kas 1.188.159.623.791 Hutang usaha 182.333.964.326
Piutang usaha 2.024.471.028 Beban yang masih harus dibayar 6.175.450.000
Piutang lain-lain 10.522.576.867 Hutang pajak 89.649.538.444
Piutang antar badan
hukum 155.076.338.826 Uang muka penjualan 206.425.476.408
Persediaan bahan baku Pendapatan diterima dimuka
dan perlengkapan 151.105.417.118 jatuh tempo setahun 613.636.364
Persediaan hasil jadi 170.593.964.762 Hutang antar badan hukum 29.222.416.645
Bagian liabilitas jangka panjang
Biaya dibayar dimuka 8.028.097.066 yang akan jatuh tempo 536.000.000.000
Liabilitas imbalan kerja jangka
Pajak dibayar dimuka 324.130.123.586 pendek 315.621.655.246
Jumlah Aset Lancar 2.009.640.613.045 Liabilitas jangka pendek lainnya 354.039.355.274
Jumlah Liabilitas Jangka
Pendek 1.720.081.492.707
Aset Tidak Lancar Liabilitas Jangka Panjang
Piutang PIR dan plasma 83.791.941.095 Hutang bank jangka panjang 2.821.900.000.000
Liabilitas imbalan kerja jangka
Penyertaan 439.004.322.967 panjang 2.012.724.573.132
30
Beda waktu:
Penyusutan dan Amortisasi (134,069,136,487)
Penghapusan Nilai Buku Aset Tetap 5,166,723,609
Biaya Gaji di TBM (4,848,738,449)
Penyisihan Penyertaan dan piutang 11,181,001,960
Beban Imbalan Kerja (PSAK-24) (74,465,512,201)
Jumlah Beda Waktu (197,035,661,568)
Beda Tetap:
Pendidikan Jasmani dan Rohani 3,373,246,567
Sosial lainnya 39,467,089,963
Pemeliharaan rumah 2,347,110,213
Bantuan/Sumbangan 21,720,286,583
Biaya Pensiunan 41,869,483,299
Pelatihan dan Pendidikan 710,609,894
Biaya CSR dan Bina Lingkungan 18,384,283,993
Biaya perjalanan, penginapan 9,860,218,618
Overhead Plasma Madina 3,871,284,059
Biaya Lain-lain 5,799,517,679
Bunga jasa giro dan deposito (27,644,955,974)
Pendapatan yang telah dikenakan PPh Final (676,125,000)
Bagian (Laba) Rugi anak perusahaan 49,133,270,752
Jumlah Beda Tetap 168,215,320,646
Jumlah rekonsiliasi pajak (28,820,340,922)
Taksiran Penghasilan Kena Pajak 786,744,786,329
PPh Terutang 191,256,124,750
Laba bersih setelah pajak 595,488,661,579
Sumber: Data PT Perkebunan Nusantara IV
Dari tabel diatas, laba kena pajak setelah dikoreksi fiskal terhadap laba
akuntansi sebesar Rp. 786,744,786,329, sehingga pajak penghasilan badan
terutang tahun 2016 adalah Rp. 191,256,124,750. hal ini dapat ditentukan dengan
perhitungan dibawah ini:
PPh terutang = 25% X Rp. 786,744,786,329
= Rp. 191,256,124,750
Kredit pajak:
Rp. 207,333,002,167
(Rp.132,560,940,312
PPh Pasal 25 yang telah dibayar
)
PPh kurang bayar (PPh Pasal 29)
Rp. 74,772,061,855
2) Perhitungan PPh Pasal 25 menurut perusahaan dapat dihitung sebagai
berikut:
Kredit pajak:
Kredit pajak:
Dari uraian diatas, dapat dihitung besarnya PPh kurang bayar sebagai berikut:
1) PPh Pasal 29
Besarnya PPh Pasal 29 yang kurang bayar dapat dihitung sebagai berikut:
PPh Pasal 29 menurut perusahaan Rp. 74,772,061,855
Dari uraian diatas hasil perhitungan PPh Pasal 29 dan Pasal 25 menunjukkan
bahwa PPh Pasal 29 terdapat PPh kurang bayar sebesar Rp. 19,601,300,500,
sedangkan PPh Pasal 25 terdapat PPh kurang bayar sebesar Rp.
1,633,421,708. Untuk PPh Pasal 29 dan Pasal 25 yang kurang bayar .
harus disetor ke kas negara.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari hasil analisa serta temuan data maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Pihak perusahaan senantiasa mengikuti setiap perkembangan atau
perubahan peraturan perpajakan agar tidak terjadi perbedaan perhitungan
pajak penghasilan badan menurut perusahaan dengan menurut pajak.
2. Perusahaan harus meningkatkan pemahaman terhadap peraturan
perpajakan, sehingga perusahaan dapat menentukan biaya/beban yang
tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto.
3. Perusahaan agar selalu memperhatikan dan melakukan komunikasi dengan
pihak pajak untuk mengetahui ketentuan-ketentuan yang paling akhir, baik
berupa keputusan Menteri Keuangan maupun Surat Edaran Dirjen Pajak,
serta informasi lainnya yang berhubungan dengan pajak melalui berita
pajak.
39
Daftar Pustaka
http://eprints.polsri.ac.id/3478/3/%283%29%20BAB%202.pdf
http://yabeshulu.blogspot.com/2016/03/laporan-keuangan-komersial-dan-
laporan.html
https://zahiraccounting.com/id/blog/mengenal-laporan-keuangan-fiskal-dan-
komersial/
https://ukirama.com/en/blogs/perbedaan-laporan-laba-rugi-fiskal-dan-komersial
http://www.wibowopajak.com/2012/01/pengertian-koreksi-fiskal.html
https://www.beecloud.id/pengertian-dan-fungsi-rekonsiliasi-fiskal-di-pelaporan-
pajak/
40
https://jojonomic.com/blog/rekonsiliasi-fiskal/
https://tanyapajak1.wordpress.com/tag/koreksi-fiskal/
https://www.academia.edu/12473916/Perpajakan
Laporan Keuangan PT. Dayamega Pratama Tahun 2016.
Andriyanto, R.Weddie, Einde Evana. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial
dengan Laporan Keuangan Fiskal, Jurnal Akuntansi Keuangan &
Perpajakan Vol. 1 No. 2, Maret 2008.
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.