PENDAHULUAN
Dewasa ini yang menarik di Indonesia dari tahun ke tahun yaitu adanya
perusahaan dalam melaporkan kegiatan perpajakannya terdapat perbedaan
ketidak sesuaian pada perhitungan laporan keuangannya. Ini menyatakan bahwa
Standar Akuntansi Keuangan seringkali tidak sama atau bertentangan dengan
peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia yang sering disebut dengan book
tax differences (BTD), yaitu perbedaan antara pendapatan kena pajak menurut
peraturan perpajakan dan pendapatan sebelum kena pajak menurut standar
akuntansi keuangan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah koreksi (rekonsiliasi) fiskal dalam perhitungan Pajak
Penghasilan Badan pada PT Perkebunan Nusantara IV?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Laporan keuangan menurut Harnanto (2002:31) adalah hasil akhir dari proses
akuntansi, yang terdiri dari dua laporan utama yaitu neraca dan laporan perhitungan
laba rugi dan berupa laporan yang sifatnya sebagai pelengkap seperti laporan laba yang
ditahan serta laporan sumber dan penggunaan dana atau laporan perubahan posisi
keuangan.
Menurut Harahap (2013:105): “Laporan Keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Bagi para analis, Laporan Keuangan merupakan media yang paling penting untuk
menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.”
Menurut Kasmir (2016:7): “laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan
keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting dan banyak pihak yang
memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan
tersebut, seperti para investor, kreditur, dan pihak manajemen sendiri.” Sedangkan
Menurut Fahmi (2011:2): “laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut
dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Dengan kata
lain laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkankondisi
keuangan suatu perusahaan dan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran
kinerja keuangan dari perusahaan tersebut.”
Pengertian diatas tentang laporan keuangan diketahui bahwa tujuan dari laporan
keuangan yaitu untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan secara
lengkap, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan
terhadap laporan tersebut.
Laporan keuangan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, serta laporan perubahan
modal. Akan tetapi untuk membantu menjelaskan kondisi perusahaan, dalam laporan
keuangan sering ditambahkan laporan sumber serta penggunaan kas, laporan biaya
produksi dan banyak lagi. Oleh karena itu, dalam berbisnis dengan pihak tertentu
sebuah perusahaan diminta memperlihatkan laporan keuangan mereka yang valid, dan
ada juga perusahaan yang menjaga dari perusahaan tandingan mereka.
Jadi dari penjelasan diatas dan definisi tentang laporan keuangan, kita dapat
menuliskan empat laporan dasar yang harus ada dalam laporan keuangan yaitu:
a. Laporan Laba Rugi
Sesuai dengan namanya, jenis laporan keuangan ini berfungsi untuk
membantu Anda mengetahui apakah bisnis berada dalam posisi laba atau rugi.
Apabila pendapatan perusahaan lebih besar daripada beban atau biayanya, maka
bisnis memperoleh laba. Sebaliknya, jika pendapatan cenderung lebih kecil dari
beban atau biayanya, maka kemungkinan besar bisnis mengalami kerugian.
4
Pada umumnya, ada dua cara yang digunakan untuk menyusun laporan laba
rugi, yaitu single step (cara langsung) dan multiple step (cara bertahap). Metode
single step relatif lebih mudah dibandingkan multiple step, Anda hanya perlu
menjumlahkan seluruh pendapatan dari atas sampai bawah menjadi satu
kelompok, kemudian menguranginya dengan total beban atau biaya dalam
periode yang berlaku.
Sedangkan, pada metode multiple step, pendapatan dipisah menjadi dua
kategori, yaitu pendapatan operasional (yang berasal dari kegiatan pokok)
perusahaan dan pendapatan non operasional (yang berasal dari luar kegiatan
pokok) perusahaan. Pembagian kategori tersebut juga berlaku pada beban atau
biaya.
b. Laporan Perubahan Modal
5
3) Modal, adalah harta kekayaan perusahaan yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan. Modal akan bertambah jika pemilik perusahaan menambahkan
investasinya ke dalam perusahaan dan jika perusahaan memperoleh
keuntungan. Sebaliknya, modal akan berkurang jika pemilik perusahaan
mengambil dana investasinya (prive) dan jika perusahaan mengalami
kerugian.
d. Laporan Arus Kas
Jenis laporan keuangan ini sangat penting untuk mengetahui perputaran arus
dana yang berada di perusahaan, kemana dana atau kas pergi dan dari mana kas
masuk. Hal ini supaya perusahaan dapat mengontrol dana atau kas perusahaan
yang dimiliki selama ini. Laporan arus kas atau Cash Flow berfungsi untuk
memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar.
Laporan mengenai arus kas masuk dapat dilihat dari beberapa sumber, yaitu
hasil dari kegiatan operasional dan kas yang diperoleh dari pendanaan atau
pinjaman. Sedangkan arus kas keluar dapat dilihat dari berapa banyak beban
biaya yang dikeluarkan perusahaan, baik untuk kegiatan operasional atau
investasi pada bisnis lain.
2.2 Laporan Keuangan Komesial dan Laporan Keuangan Fiskal
a. Pengertian Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan
Fiskal
6
Menurut Erly Suandy (2011, hal 35), persamaan akuntansi komersial
dan akuntansi fiskal :
a. Aset/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode tidak boleh langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya
tetapi harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan masa
manfaatnya.
b. Aset/harta yang dapat disusutkan adalah aset tetap, baik
bangunan maupun bukan bangunan.
c. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah
tersebut memiliki masa manfaat terbatas.
8
b. Ditelaah ulang secara periodik. diperhitungkan.
diperhitungkan.
Metode Penyusutan:
Metode Penyusutan:
a. Garus lurus.
a. Untuk asset tetap bangunan
b. Jumlah angka tahun.
adalah garis lurus.
9
Lanjutan Tabel 1.1
c. Saldo menurun/menurun ganda. b. Untuk asset tetap bukan
bangunan Wajib Pajak dapat
d. Metode jam jasa. memilih garis lurus atau saldo
menurun ganda asal diterapkan
e. Unit produksi. secara taat asas.
f. Anuitas.
g. Sistem persediaan
10
d. Perbedaan Mengenai Konsep Penghasilan dan Pendapatan
Secara komersial sebagaimana diatur dalam SAK bahwa dalam laporan laba
rugi biaya diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomis pada masa
mendatang sehubung dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban yang
dapat diukur dengan modal. Alternatif lainnya, biaya juga diakui dengan
berdasarkan pada analisis hubungan antara biaya yang timbul dan penghasilan
tertentu yang diperoleh (Waluyo, 2008, hal 222).
Untuk tujuan perpajakan, yaitu atas dasar penerimaan dan pengaruh social
ekonomi, tidak seluruh biaya dapat dikurangkan terhadap penghasilan sehingga
apabila dibandingkan, komponen biaya menurut akuntansi komersial dapat
dikoreksi yang mempengaruhi penghasilan.
11
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya
gaji, biaya administrasi dan bunga.
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun. Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui
amortisasi.
Waluyo (2008, hal 223) juga menyebutkan, pengeluaran-pengeluaran yang
dilakukan oleh Wajib Pajak dapat pula dibedakan menjadi:
1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible
expenses) Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah
pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan yang
merupakan Objek Pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam
tahun
pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut.
12
5) Biaya pengolahan limbah;
6) Premi asuransi;
8) Biaya administrasi;
Indonesia
13
i.Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
j.Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
14
industri, yang ketentuannya dan syarat-syaratnya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib
Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
f. Jumlah yang melebihi kewajiban yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,
dan warisan
15
Perbedaan dalam konsep antara akuntansi dengan peraturan perpajakan
terutama menyangkut konsep penyusunan dan penilaian persediaan barang
dagangan.
a. Konsep Penyusutan
16
II. Bang 20
unan Tahun
Permanen 10
Tidak Tahun
Permanen
Sumber: UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 ayat (6)
Penentuan masa manfaat, jenis harta, metode, serta tarif dimaksudkan untuk
memberikan keseragaman bagi Wajib Pajak dalam melakukan penyusutan maupun
amortisasi.
b. Konsep Nilai Persediaan
17
barang yang lazimnya tidak dapat digantikan dengan barang lain (not
ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan
dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan
identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing.
Ada 2 pengertian rekonsiliasi fiskal menurut Agoes dan Trisnawati dan menurut
Setiawan dan Musri:
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi fiskal atau koreksi
fiskal adalah salah satu cara untuk mencocokkan perbedaan-perbedaan yang
terdapat dalam laporan keuangan komersial (disusun berdasarkan Sistem Keuangan
Akuntansi) dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan sistem fiskal.
Rekonsiliasi fiskal merupakan lampiran SPT tahunan PPh badan yang berupa
kertas kerja berisi penyesuaian antara laba rugi komersial sebelum pajak dengan
laba rugi berdasarkan ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap
seluruh unsur penyusunan laporan laba rugi yang meliputi pendapatan dan beban.
Siti Resmi (2009, hal 397) dalam buku Perpajakn: Teori dan Kasus,
menuliskan bahwa teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
18
1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut
fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan
tersebut dari penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba
menurut akuntansi.
2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut
fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan
tersebut pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba
menurut akuntansi.
3. Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan
dengan mengurangkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut dari biaya
menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan
dengan menambahkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut pada biaya
menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan pengakuan secara komersial dan
secara fiskal. Perbedaan tersebut dapat berupa:
a. Beda Waktu
19
Perincian Beda Waktu Menurut SAK dan Menurut Fiskal
No Jenis Perbedaan Menurut SAK Menurut Fiskal
1. Kerugian Piutang
Depresiasi dan Amortisasi Ada dua metode pengakuan : metode
cadangan dan langsung
a. Depresiasi dihitung dengan mempertimbangkan nilai residu
b. Umur ekonomis tergantung dari masing-masing aktiva tetap
c. Metode depresiasi dikelompokkan ke dalam tiga kriteria : berdasarkan
waktu, penggunaan, kriteria yang lainnya Metode yang diakui metode
langsung (yang diakui sebagai biaya hanya yang benar-benar tidak
tertagih)
a. Tidak memperhitungkan nilai residu
b. Umur ditentukan berdasarkan kelompok aktiva Tetap
c. Metode depresiasi yang digunakan ada dua : garis lurus dan saldo
menurun
20
karyawan tertentu.
B. Pos-pos yang diakui untuk tujuan pajak tetapi tidak diakui untuk tujuan
pelaporan keuangan. Contohnya :
1. “Deplesi persentase” sumber daya alam yang melebihi harga
perolehannya.
2. Pengurangan untuk dividen yang diterima dari perusahaan Amerika
Menurut Anastasia Diana (2010, hal 362) Koreksi Fiskal Positif adalah
“koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan
komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak bertambah besar.”
Rekonsiliasi fiskal positif mengakibatkan pengurangan biaya yang diakui
dalam laporan rugi laba komersil menjadi semakin kecil atau yang berakibat
adanya penambahan penghasilan.
Pajak penghasilan.
Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan wajib pajak, atau pun orang
yang ditanggungnya.
21
Jumlah penyusutan, melebihi jumlah kapasitas. Metode perhitungannya
berdasarkan pada Pasal 10 uu Nomor 36 Tahun 2008.
Menurut Anastasia Diana (2011, hal 362) Koreksi fiskal negatif adalah
“koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan
komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak bertambah kecil.”
Koreksi fiskal negatif mengakibatkan penambahan biaya yang diakui dalam
laporan rugi laba komersil menjadi semakin besar, atau yang berakibat
pengurangan penghasilan. Dalam bagian ini juga terbagi ke dalam beberapa
subjenis, diantaranya adalah:
Pertama adalah penghasilan dari bunga deposito, bunga obligasi dan surat
utang negara, atau bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada
anggotanya.
Jumlah persediaan yang kurang dari penetapan jumlah, yang diatur dalam
Pasal 10 UU Nomor 36 Tahun 2008.
22
Rekonsiliasi fiskal perlu dilakukan agar sebelum data laporan keuangan komersial
dimasukkan ke dalam SPT tahunan PPh, maka data-data tersebut telah disesuaikan
dengan ketentuan fiskal, mengingat terdapat perbedaan besar diantara keduanya baik
beda waktu maupun beda tetap. Jadi rekonsiliasi fiskal yang dilakukan akan
menghasilkan output berupa hasil koreksi yang berpengaruh besar terhadap besarnya
laba kena pajak dan PPh terutang.
yang sesuai dengan ketentuan pajak. Dalam membuat laporan keuangan fiskal,
perhitungan pajak. Hal ini dilakukan untuk dapat memperoleh penghasilan kena
Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal
negatif. Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan
mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan
membuat PPh Badan Terhutangnya juga akan meningkat. Sedangkan koreksi
fiskal negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan
menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan
menurun.
2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut
fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan
tersebut pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba
menurut akuntansi.
24
Kertas kerja rekonsiliasi fiskal dapat dibuat dengan format sebagai berikut.
Format 1
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx Tabel 1.4
Laba Bersih (menurut akuntansi komersial) xx
Koreksi Positif:
- xx
- xx
- xx
Total koreksi positif xx (+)
Koreksi Negatif:
- xx
- xx
Total koreksi negatif xx (-)
Laba (penghasilan) kena pajak (menurut fiskal) xx
25
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu
biaya/pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi.
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu
biaya/pengeluaran diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
Format 2
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx
Keterangan Menurut Koreksi Fiskal Menurut Fiskal
Akuntansi
Beda Tetap Beda Waktu
Pendapatan
-
-
Biaya-biaya:
-
-
Laba (penghasilan) Laba bersih Laba
sebelum (penghasilan)
pajak kena pajak
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi
yang wajib menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan pendekatan
akuntansi (komersial). Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk mempermudah pengisian
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh dan menyusun laporan keuangan fiskal
sebagai lampiran SPT Tahunan PPh.
2.7 Contoh Kasus Koreksi Fiskal Pada PT PT. Perkebunan Nusantara IV
merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang usaha agroindustri, dimana
dalam menjalankan aktivitas usahanya maka perusahaan perlu melakukan
perhitungan pajak penghasilan badan atas laporan keuangan yang sesuai dengan
26
UU. Perpajakan. Oleh karena itulah perlu dilakukan penerapan koreksi fiskal Hal
ini bertujuan untuk meneliti pajak penghasilan terutang yang sesuai dengan UU.
PT. Perkebunan Nusantara IV
Laporan Posisi Keuangan Komperatif
Per 31 Desember 2016
Tabel 1.5
KETERANGAN 31 Desember 2016 KETERANGAN 31 Desember 2016
ASET LIABILITAS
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Kas dan setara kas 1.188.159.623.791 Hutang usaha 182.333.964.326
Piutang usaha 2.024.471.028 Beban yang masih harus dibayar 6.175.450.000
Piutang lain-lain 10.522.576.867 Hutang pajak 89.649.538.444
Piutang antar badan hukum
155.076.338.826 Uang muka penjualan 206.425.476.408
Persediaan bahan baku dan Pendapatan diterima dimuka jatuh
perlengkapan 151.105.417.118 tempo setahun 613.636.364
Persediaan hasil jadi 170.593.964.762 Hutang antar badan hukum 29.222.416.645
Bagian liabilitas jangka panjang
Biaya dibayar dimuka 8.028.097.066 yang akan jatuh tempo 536.000.000.000
Liabilitas imbalan kerja jangka
Pajak dibayar dimuka 324.130.123.586 pendek 315.621.655.246
Jumlah Aset Lancar 2.009.640.613.045 Liabilitas jangka pendek lainnya 354.039.355.274
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
1.720.081.492.707
Aset Tidak Lancar Liabilitas Jangka Panjang
Piutang PIR dan plasma 83.791.941.095 Hutang bank jangka panjang 2.821.900.000.000
Liabilitas imbalan kerja jangka
Penyertaan 439.004.322.967 panjang 2.012.724.573.132
Pendapatan diterima dimuka
Aset tanaman 5.272.733.873.065 jangka panjang 1.482.954.553
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang
Aset tetap 4.911.640.144.578 4.836.107.527.685
Beban tangguhan 145.691.745.786 Jumlah Liabilitas 6.556.189.020.392
Panjar angsuran PPN dan
PPh 2.522.432.814 Ekuitas
Ekuitas yang dapat distribusikan
Taksiran Tagihan Pajak kepada pemilik entitas induk
Penghasilan 157.702.570.716
modal saham - Nilai nominatif
Aset tidak lancar lainnya 19.886.224.829 Rp.1.000.000
Modal dasar - 11.700.000 lembar
Aktiva pajak tangguhan 228.669.572.411 saham
Modal ditempatkan dan disetor
penuh saham 2.942.116 lembar
Jumlah Aset Tidak Lancar 11.261.642.828.261 saham 2.942.116.000.000
27
Modal lainnya
Saldo Laba : Ditentukan
pengguanannya 1.985.381.813.476
Penghasilan komprehensif lain 2.584.737.211.595
Belum ditentukan penggunaannya
(797.140.604.157)
Jumlah Ekuitas 6.715.094.420.914
JUMLAH LIABILITAS DAN
JUMLAH ASET 13.271.283.441.306 EKUITAS 13.271.283.441.306
Berdasarkan laporan keuangan neraca diatas maka akan disajikan laporan perhitungan
laba rugi dengan periode 01 Januari s/d 31 Desember 2016 pada table berikut ini:
28
Jumlah Biaya Usaha 1,101,469,283,440
Laba Usaha 1,149,482,544,509
BIAYA BUNGA 264,746,897,907
Laba Usaha setelah Biaya Bunga 884,735,646,602
PENDAPATAN (BIAYA) LAIN-LAIN
Pendapatan Lain-lain 105,351,119,020
Biaya Lain-lain (174,521,638,375)
Jlh. Pendapatan (Biaya) Lain-lain (69,170,519,355)
Laba Sebelum Pajak Penghasilan 815,565,127,247
Taksiran Pajak Penghasilan 260,087,542,404
Laba Setelah Pajak Penghasilan 555,477,584,843
Sumber: Data PT Perkebunan Nusantara IV
Komersial 23,788,635,934
Fiskal (18,621,912,325)
Total 5,166,723,609 5,166,723,609
Biaya Gaji di TBM
Pemulihan upah 15,953,076,777
Fiskal (20,801,815,226)
Total (4,848,738,449) (4,848,738,449)
Penyisihan Penyertaan dan 11,181,001,960 11,181,001,960
piutang
Penghapusan piutang -
Beban Imbalan Kerja (PSAK-24) (74,465,512,201) (74,465,512,201)
Jumlah Beda Waktu (197,035,661,568) (197,035,661,568)
Beda Tetap:
Pengobatan 38,701,044,426 38,701,044,426 0
29
Pendidikan Jasmani dan Rohani 3,373,246,567 0 3,373,246,567
Kemalangan 6,933,167,612 6,933,167,612 0
Sosial lainnya 39,467,089,963 39,467,089,963
Pemeliharaan rumah 2,347,110,213 2,347,110,213
Bantuan/Sumbangan 21,720,286,583 21,720,286,583 0
Akomodasi tamu 6,767,898,677 6,767,898,677 0
Surat kabar dan majalah 2,104,711,000 2,104,711,000 0
Biaya Pensiunan 41,869,483,299 41,869,483,299
Pelatihan dan Pendidikan 710,609,894 710,609,894
Biaya CSR dan Bina Lingkungan
18,384,283,993 18,384,283,993
Denda pajak dan tambahan pajak 2,178,093,701 2,178,093,701 0
Biaya perjalanan, penginapan 9,860,218,618 9,860,218,618
Overhead Plasma Madina 3,871,284,059 3,871,284,059
Biaya Lain-lain 5,799,517,679 5,799,517,679
Bunga jasa giro dan deposito (27,644,955,974) (27,644,955,974)
Pendapatan yang telah dikenakan
(676,125,000) (676,125,000)
PPh Final
dilihat bahwa perhitungan menurut fiskal terdapat taksiran penghasilan kena pajak yang
sedangkan menurut fiskal taksiran kena pajak yaitu sebesar Rp. 765,024,499,000. Dari
perbedaan tersebut maka terdapat selisih antara menurut pajak dan menurut fiskal
PT Perkebunan Nusantara
30
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak
Table 1.8
Keterangan
Laba sebelum pajak penghasilan 815,565,127,251
Beda waktu:
Penyusutan dan Amortisasi (134,069,136,487)
Penghapusan Nilai Buku Aset Tetap 5,166,723,609
Biaya Gaji di TBM (4,848,738,449)
Penyisihan Penyertaan dan piutang 11,181,001,960
Beban Imbalan Kerja (PSAK-24) (74,465,512,201)
Jumlah Beda Waktu (197,035,661,568)
Beda Tetap:
Pendidikan Jasmani dan Rohani 3,373,246,567
Sosial lainnya 39,467,089,963
Pemeliharaan rumah 2,347,110,213
Bantuan/Sumbangan 21,720,286,583
Biaya Pensiunan 41,869,483,299
Pelatihan dan Pendidikan 710,609,894
Biaya CSR dan Bina Lingkungan 18,384,283,993
Biaya perjalanan, penginapan 9,860,218,618
Overhead Plasma Madina 3,871,284,059
Biaya Lain-lain 5,799,517,679
Bunga jasa giro dan deposito (27,644,955,974)
Pendapatan yang telah dikenakan PPh Final (676,125,000)
Bagian (Laba) Rugi anak perusahaan 49,133,270,752
Jumlah Beda Tetap 168,215,320,646
Jumlah rekonsiliasi pajak (28,820,340,922)
Taksiran Penghasilan Kena Pajak 786,744,786,329
PPh Terutang 191,256,124,750
Laba bersih setelah pajak 595,488,661,579
Sumber: Data PT Perkebunan Nusantara IV
Dari tabel diatas, laba kena pajak setelah dikoreksi fiskal terhadap laba akuntansi
sebesar Rp. 786,744,786,329, sehingga pajak penghasilan badan terutang tahun 2016
adalah Rp. 191,256,124,750. hal ini dapat ditentukan dengan perhitungan dibawah ini:
PPh terutang = 25% X Rp. 786,744,786,329
= Rp. 191,256,124,750
31
Berdasarkan hasil analisis mengenai rekapitulasi fiskal maka akan disajikan
perhitungan PPh pasal 25 dan 29 yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
Kredit pajak:
Rp. 207,333,002,167
(Rp.132,560,940,312
PPh Pasal 25 yang telah dibayar
)
PPh kurang bayar (PPh Pasal 29)
Rp. 74,772,061,855
2) Perhitungan PPh Pasal 25 menurut perusahaan dapat dihitung sebagai
berikut:
Kredit pajak:
b. Perhitungan PPh Pasal 29 dan 25 menurut pajak PPh Pasal 29 sebagai berikut:
32
Jumlah kredit pajak (Rp 3,524,423,083)
Rp. 187,731,701,667
PPh Pasal 25 yang telah dibayar (Rp.132,560,940,312)
PPh kurang bayar (PPh Pasal 29) Rp. 55,170,761,355
c. Perhitungan PPh Pasal 25 menurut perusahaan dapat dihitung sebagai berikut:
Kredit pajak:
Dari uraian diatas, dapat dihitung besarnya PPh kurang bayar sebagai berikut:
1) PPh Pasal 29
Besarnya PPh Pasal 29 yang kurang bayar dapat dihitung sebagai berikut:
PPh Pasal 29 menurut perusahaan Rp. 74,772,061,855
33
Dari uraian diatas hasil perhitungan PPh Pasal 29 dan Pasal 25 menunjukkan bahwa
PPh Pasal 29 terdapat PPh kurang bayar sebesar Rp. 19,601,300,500, sedangkan
PPh Pasal 25 terdapat PPh kurang bayar sebesar Rp. 1,633,421,708. Untuk PPh
Pasal 29 dan Pasal 25 yang kurang bayar .
harus disetor ke kas negara.
34
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan analisis dan pembahasan pada bab II mengenai pendapatan
dan biaya yang perlu untuk dikoreksi fiskal, maka kesimpul yang dapat dikemukakan
penulisan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pengakuan secara komersial dan secara fiskal. Perbedaan
tersebut dapat berupa beda waktu dan beda tetap
2. Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan
meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan
Terhutangnya juga akan meningkat.
3. Koreksi fiskal negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan
menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan
menurun.
35
Daftar Pustaka
http://eprints.polsri.ac.id/3478/3/%283%29%20BAB%202.pdf
http://yabeshulu.blogspot.com/2016/03/laporan-keuangan-komersial-dan-laporan.html
https://zahiraccounting.com/id/blog/mengenal-laporan-keuangan-fiskal-dan-komersial/
https://ukirama.com/en/blogs/perbedaan-laporan-laba-rugi-fiskal-dan-komersial
http://www.wibowopajak.com/2012/01/pengertian-koreksi-fiskal.html
https://www.beecloud.id/pengertian-dan-fungsi-rekonsiliasi-fiskal-di-pelaporan-pajak/
https://jojonomic.com/blog/rekonsiliasi-fiskal/
https://tanyapajak1.wordpress.com/tag/koreksi-fiskal/
https://www.academia.edu/12473916/Perpajakan
Laporan Keuangan PT. Dayamega Pratama Tahun 2016.
Andriyanto, R.Weddie, Einde Evana. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial
dengan Laporan Keuangan Fiskal, Jurnal Akuntansi Keuangan & Perpajakan
Vol. 1 No. 2, Maret 2008.
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
36