Oleh:
1. Danil Adyaputra (1110531013)
2. Dian Oktafiani (1110532023)
3. Gezi Pratiwi (1110533032)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
Equalisasi Informasi antara SPT Tahunan PPh Badan, SPT Masa PPh, dan
SPT Masa PPN
1. Pendahuluan
Masih banyak Wajib Pajak yang melupakan sinkronisasi atau equalisasi
antara Surat Pemberitahuan dengan laporan keuangan. Sekedar diingatkan
kembali, bahwa fiskus akan dan harus berpatokan kepada Surat Pemberitahuan.
Surat Pemberitahuan berfungsi sebagai laporan pelaksanaan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak kepada kantor pajak. Sedangkan Neraca dan Laporan Laba Rugi
hanyalah lampiran atau pelengkap dari Surat Pemberitahuan. Keduanya (Neraca
& Laporan Laba Rugi) bukan laporan Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan.
Karena itu, laporan keuangan saja belum cukup. Bagi fiskus, administrasi
perpajakan yang baik mungkin lebih penting daripada laporan keuangan yang
bagus.
Equalisasi pajak adalah pemeriksaan tingkat keseimbangan antara satu
jenis pajak dengan jenis pajak yang lain yang memiliki hubungan. Yang dimaksud
hubungan disini adalah elemen laporan suatu jenis pajak merupakan bagian dari
laporan jenis pajak yang lain. Secara sederhana, equalisasi pajak adalah
perbandingan antara laba rugi yang dilaporkan dalam SPT PPh dengan SPT Masa
PPN, SPT Masa PPh Pasal 21/26, SPT Masa PPh Pasal 23, SPT Masa PPh Pasal 4
ayat (2).
Oleh karena itu, manajemen khususnya bagian perpajakan harus jeli dan
mahir menempatkan mana biaya yang menjadi objek ataupun tidak dan kapan
penjualan tersebut diterbitkan faktur pajaknya dan dilaporkan PPN-nya. Agar
ketika nantinya ditemukan perbedaan antara informasi yang fiskus dapatkan dari
SPT Tahunan Badan dan SPT Masa PPh maupun SPT Masa PPN, wajib pajak
(manajemen) dapat memjelaskan satu-persatu penyebab perbedaan sehingga dapat
terhindar dari kemungkinan adanya sanksi administrasi perpajakan.
2. Pembahasan
2.1 Equalisasi antara SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Masa PPh
Wajib Pajak seharusnya membuat equalisasi antara pos-pos di laporan
keuangan komersial dan angka angka di SPT Tahunan PPh Badan. Setiap
perpedaan angka antara laporan keuangan dengan SPT Tahunan PPh Badan, Wajib
Pajak wajib kudu mempersiapkan alasan-alasan yang rasional dan berdasar.
Berdasar maksudnya, bahwa perbedaan tersebut dikarenakan peraturan perpajakan
yang berlaku, baik undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri
keuangan maupun keputusan direktur jenderal pajak. SPT Tahunan PPh Pasal 21
berfungsi sebagai rekapitulasi dari semua objek-objek PPh Pasal 21. Sedangkan
SPT Masa PPh Pasal 21 seperti laporan keuangan interim, dilihat dari teknis
perhitungan pajak, hanya sementara. Tetapi sementara lebih baik daripada tidak
sama sekali. Seandainya tidak membuat SPT Tahunan PPh Pasal 21, tetapi taat
melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21, maka SPT Masa tersebut tetap diakui dan
Wajib Pajak telah melaksanakan sebagian kewajibannya.
Angka-angka yang dicantumkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21 harus
dapat dijelaskan bersumber dari perkiraan apa saja. Saat membuat SPT Tahunan
PPh Pasal 21 kita harus membuat equalisasi antara pos-pos biaya di Laporan Laba
Rugi dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21. Equalisasi ini akan sangat bermanfaat.
Setidaknya tidak akan terjadi penghitungan ganda (double accounting) objek PPh
Pasal 21. Penghitungan ganda bisa dilakukan oleh Wajib Pajak saat membuat SPT
Tahunan maupun pemeriksa pajak yang tidak mengerti sumber angka di SPT
Tahunan PPh Pasal 21. Pemeriksa menduga objek PPh Pasal 21 belum dilaporkan
di SPT Tahunan kemudian menghitung ulang (koreksi positif). Jika terjadi
penghitungan ganda seperti itu tentu merugikan Wajib Pajak sendiri.
Dalam penyusunan laporan laba rugi dan pengisian SPT Tahunan Badan,
manajemen harus mengerti mana akun-akun yang seharusnya menjadi obyek PPh
Pasal 21 dan mana yang bukan. Bisa jadi ada biaya yang bukan merupakan
komponen objek PPh Pasal 21 namun masuk dalam akun Objek PPh Pasal 21
dalam SPT PPh 21, demikian juga sebaliknya.
Teknik equalisasi PPh Pasl 21, seperti yang diuraikan diatas, sama dengan
PPh Pasal 23. Hanya saja karena PPh Pasal 23 tidak ada SPT Tahunan maka Wajib
Pajak tetap harus membuat rekapitulasi SPT Masa. Harus jelas berapa
pembayaran PPh Pasal 23 atas royalti, atas sewa, atas jasa teknik selama setahun.
Agara terhindar dari koreksi yang tidak seharusnya, beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh wajib pajak yaitu diantaranya:
3. Kesimpulan
Dalam audit
pajak
atau
pemeriksaan
pajak,
biasanya
fiskus
membandingkan informasi yang ada pada SPT Tahunan Badan dengan informasi
di SPT Masa PPh maupun PPN. Oleh karena itu, dalam menyusun laporan
keuangan, mengisi SPT Tahunan Badan dan SPT Masa PPh maupun PPN,
manajemen sebaiknya menyelaraskan ataupun menyesuaikan informasi mengenai
pos-pos yang berkaitan yang ada di SPT.
Perbedaan mungkin saja terjadi antara kedua sumber informasi tersebut.
Biasanya terjadi karena beda waktu pelaporan, beda pengakuan pendapatan,
pemakaian sendiri ataupun bonus dan selisih kurs. Jika ditemukan oleh fiskus
perbedaan tersebut, manajemen akan bisa menjelaskan satu persatu dilengkapi
dengan bukti yang akurat. Akan tetapi, jika perbedaan yang ditemukan oleh fiskus
merupakan wujud kesengajaan wajib pajak (manajemen) dalam usaha
mengecilkan ataupun menggelapkan pajak (tax evasion), maka wajib pajak
beresiko terkena sanksi administrasi maupun pidana.
Daftar Pustaka
Imam Santoso & Ning Rahayu. 2013. Corporate Tax Management. Jakarta: Ortax
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Ekualisasi Omzet menurut PPh dan PPN diakses pada 18 Maret 2015 dari
http://sulistnugroho.blogspot.com
Grace. 2012. Analisis Ekualisasi Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan
Nilai pada PT. TBP. Skripsi Universitas Bina Nusantara