Kelas : Akuntansi/R_011/6
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGHANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah dari mata kuliah Audit Sektor Publik yang berjudul “Eksplorasi Permasalahan
Dominan pada Organisasi Sektor Publik”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk Proposal ini, agar Proposal ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Audit Sektor Publik, terutama Ibu Dr. SRI RAHAYU, SE., MSA.,
Ak. yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
...........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................
..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
...........................................................................................................................................1
..............................................................................................................................1
1.2....................................................................................................Rumusan Masalah
................................................................................................................................
..............................................................................................................................2
1.3.....................................................................................................Tujuan Penulisan
................................................................................................................................
..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
...........................................................................................................................................3
2.1.Pengertian Organisasi.............................................................................................
..............................................................................................................................3
..............................................................................................................................4
..............................................................................................................................5
..............................................................................................................................6
iii
2.5.Ciri-ciri dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik..............................................
..............................................................................................................................6
..............................................................................................................................7
..............................................................................................................................8
..............................................................................................................................9
............................................................................................................................11
............................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan............................................................................................................
............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
............................................................................................................................13
iv
PENDAHULUAN
BAB 1
Perbaikan pelayanan publik akan bisa memperbaiki iklim investasi yang sangat di-
perlukan bangsa ini untuk dapat segera keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Sayangnya upaya menuju kepada perbaikan tersebut masih sebatas lips service. Dalam
berbagai studi yang dilakukan terhadap pelayanan publik ini rupanya tidak berjalan linear
dengan reformasi yang dilakukan dalam berbagai sektor sehingga pertumbuhan investasi
malah bergerak ke arah negatif. Akibatnya harapan pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan dapat menolong bangsa ini keluar dari berbagai krisis ekonomi belum
terwujud sesuai dengan harapan.
Sehubungan dengan itu perbaikan pelayanan publik mutlak diperlukan agar image
buruk masyarakat kepada pemerintah dapat diperbaiki, karena dengan perbaikan kualitas
pelayanan publik yang semakin baik dapat mempengaruhi kepuasan masyarakat sehi-
ngga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dibangun kembali.
1
Dari segi sosial budaya, pelayanan publik yang buruk mengakibatkan terganggunya
psikologi masyarakat yang terindikasi dari berkurangnya rasa saling menghargai di
kalangan masyarakat, timbulnya saling curiga meningkatnya sifat eksklusifisme yang
berle- bihan, yang pada akhirnya menimbukan ketidakpedulian masyarakat baik terhadap
pemerintah maupun terhadap sesama. Akibat yang sangat buruk terlihat melalui berbagai
kerusuhan dan tindakan anarkis di berbagai daerah. Seiring dengan itu masyarakat
cenderung memilih jalan pintas yang menjurus ke arah negatif dengan berbagai tindakan
yang tidak rasional dan cenderung melanggar hukum.
Dimana organisasi sektor publik mampu bersaing dengan organisasi sektor lainnya
seperti sektor swasta serta sektor privat. Perkembangan ini menjadikan organisasi sektor
publik sebagai organisasi yang mendapat perhatian lebih dari berbagai kalangan terutama
masyarakat. Sehingga terdapat tuntutan dari masyarakat untuk meningkatkan pelayanan.
Namun dalam kenyataannya, banyak organisasi sektor publik yang dinilai belum layak
dari segi pelayanan maupun kinerja. Hal ini dapat dilihat dari pemborosan biaya yang
tidak sebanding dengan pelayanan yang kurang baik. Tuntutan baru muncul agar
organisasi sektor publik untuk lebih efisien dalam memperhitungkan biaya ekonomi dan
biaya sosial, serta dampak negatif lainnya atas aktivitas yang dilakukan, agar kinerja dan
pelayanan lebih baik dan efisien.
2
PEMBAHASAN
BAB II
Organisasi berasal dari bahasa Yunani organon, yang berarti “alat” (tool). Kata ini
termasuk ke bahasa Latin, menjadi organization. Pengertian pada awalnya tidak merujuk
pada benda atau proses, melainkan tubuh manusia atau makhluk biologis lainnya. Secara
konseptual ada dua batasan yang perlu dikemukakan, yakni istilah “organization” sebagai
kata benda dan “organizing” (pengorganisasian) sebagai kata kerja, menunjukkan pada
rangkaian aktivitas yang harus dilakukan secara sistematis.
Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada suatu lembaga
(institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita mengacu pada perusahaan,
badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu perkumpulan olahraga. Arti kedua mengacu
pada proses pengorganisasian, sebagai salah satu dari fungsi manajemen.
3
4. John. D. Millet
Organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana pekerjaan dari beberapa orang
diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama.
(Organization Is The Strucktural Framework Within Winch The Work Individuals is
Carried on for the realization Of common Purpose). Dari pengertian tersebut , ada 2
(dua) pendekatan yang dapat digunakan untuk memaknai organisasi yaitu pendekatan
struktural dan pendekatan behavioral atau perilaku. Pendekatan struktural menyoroti
organisasi sebagai wadah sehingga dapat dikatakan pendekatan ini melihat organisasi
sebagai sesuatu yang statis. Organisasi disini diartikan sebagai tempat
penyelenggaraan berbagai kegiatan dengan penggambaran yang jelas tentang hierarki
kedudukan, jabatan serta saluran wewenang dan pertanggungjawaban.
Sektor publik seringkali dipahami sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui
pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum. Di setiap negara, cakupan
organisasi sektor publik sering tidak sama. Tidak ada definisi yang secara komprehensif
dan lengkap bisa digunakan untuk semua sistem pemerintahan. Di Indonesia, berbagai
organisasi termasuk dalam cakupan sektor publik antara lain pemerintahan pusat,
pemerintahan daerah, sejumlah perusahaan dimana pemerintah mempunyai saham
(BUMN dan BUMD), organisasi bidang pendidikan, organisasi bidang kesehatan dan
organisasi-organisasi massa (Mahsun, Firma dan Andre 2007: 4-5)
Organisasi Sektor Publik sering dilihat pada bentuk organisasi pemerintah yang
dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi pemerintahan). Atau satu-satunya
organisasi didunia yang mempunyai wewenang “merampok” harta rakyat (pajak),
“membunuh” rakyat (hukuman mati), dan “memenjarakan” rakyat.
Menurut Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha Organisasi publik adalah organisasi yang
didirikan untuk memenuhi kebutuhan msyarakat akan jasa publik dan layanan civil.
Organisasi Publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan
4
masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang absah
(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara terlembaga
sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya, dan melayani
keperluannya, sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, serta
menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan.
Pendirian organisasi sektor publik merupakan upaya untuk mempertegas hak dan
kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara
dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pendirian organisasi publik
bertujuan secara optimal bagi peningkatan :
Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak dicapai.
Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada tipe organisasi. Pada
dasarnya terdapat 4 (empat) jenis tipe organisasi, yaitu (1) pure-profit organization, (2)
quasi-profit organization, (3) quasi-nonprofit organization dan (4) pure-nonprofit
organization. Perbedaan empat tipe organisasi tersebut terutama dilihat dari tujuan operasi
dan sumber pendanaannya.
5
a. Pure-Profit Organization, tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual
barang dan/atau jasa dengan maksud utama untuk memperoleh laba sebanyak-
banyaknya sehingga bisa dinikmati oleh para pemilik. Sumber pendanaan
organisasi ini berasal dari para investor swasta dan kreditor. Contohnya pasar
swalayan, salon kecantikan dan distro.
b. Quasi-Profit Organization, tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual
barang dan/atau jasa dengan maksud utama untuk memperoleh laba dan mencapai
sasaran atau tujuan lainnya sebagaimana yang dikehendaki para pemilik. Sumber
pendanaan organisasi ini berasal dari investor swasta, investor pemerintah,
kreditor dan para anggota. Contohnya PT PLN Persero, PT KAI, PT. Telkom, dan
BUMD.
c. Quasi-Nonprofit Organization, menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa
dengan maksud utama untuk melayani masyarakat dan memperoleh keuntungan
(surplus). Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor pemerintah,
investor swasta dan kreditor. Contohnya rumah sakit dan institusi pendidikan.
d. Pure-Nonprofit Organization, menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa
dengan maksud utama untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pajak, retribusi, utang,
obligasi, laba BUMN/BUMD, hibah dan sumbangan. Contohnya panti asuhan,
lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi pemerintahan.
a. Tujuan
Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar
dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani.
b. Aktivitas
Pelayanan publik (publik services) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan,
keamanan, penegakan hukum, transportasi publik dan penyediaan pangan.
c. Sumber Pembiayaan
Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan
negara, peinjaman pemerintah, serta pendapatan lain-lain yang sah dan tidak
bertentangan sengan perundangan yang berlaku.
6
d. Pola Pertanggungjawaban
Bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan masyarakat
seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
e. Kultur Organisasi
Bersifat birokratis, formal dan berjenjang
f. Penyusunan Anggaran
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan program
publik dalam anggaran dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh
masyarakat dan akhirnya disahkan oleh wakil dari masyarakat di DPR, DPD. Dan
DPRD.
g. Stakeholder
Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para
kreditor, para investor, lembaga – lembaga internasional termasuk lembaga donor
internasional seperti Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), ADP
(Asian Development Bank), PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa), UNDP
(United Nation Depelopment Program), USAID, dan Pemerintah luar negeri.
7
Sistem nilai di masyarakat
Historis
Sosiologi masyarakat
Karakteristik masyarakat
Tingkat pendidikan
- Faktor demografi meliputi antara lain :
Pertumbuhan penduduk
Struktur usia penduduk
Migrasi
Tingkat kesehatan
Sebuah konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi publik sangat banyak terjadi.
Apalagi dalam konteks sebuah organisasi besar yang dalam hal ini kita sebut sebagai
pemerintah. Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
sangat dituntut untuk memberikan usaha terbaiknya yang dalam melakukan proses
tersebut terjadi berbagai permasalahan atau konflik yang tak urung membuat masyarakat
yang merasa dikecewakan. Pelayanan merupakan pilar penting yang dilakukan dalam
meberikan kepuasaan kepada masyarakat. Dari beberapa tahun yang lalu kita telah
melihat berbagai pelayanan yang telah diberikan pemerintah dalam melaksanakan
tugasnya. Namun tak ayal juga kita bisa memperhatikan berbagai kekecewaan yang
tercipta karena konflik yang terjadi saat dilakukan proses pelayanan.
Dari hal itulah bisa terjadi berbagai macam cabang – cabang konflik yang lambat laun
jika didiamkan maka bisa terjadi permasalahan yang susah untuk di elakan
lagi.Permasalahan utama yang kadang timbul dalam usaha organisasi publik untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakatnya antara lain :
8
1. Rendahnya Kualitas Pelayanan Publik
Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang
diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Perbaikan pelayanan publik di era reformasi merupakan harapan
seluruh masyarakat, namun dalam perjalanan reformasi yang memasuki tahun ke
enam, ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berbagai tanggapan
masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan publik
mengalami kemunduran yang utamanya ditandai dengan banyaknya
penyimpangan dalam layanan publik tersebut. Sistem dan prosedur pelayanan
yang berbelit-belit, dan sumber daya manusia yang lamban dalam memberikan
pelayanan, mahal, tertutup, dan diskriminatif serta berbudaya bukan melayani
melainkan dilayani juga merupakan aspek layanan publik yang banyak disoroti.
Rendahnya kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh sebagian aparatur
pemerintahan atau administrasi negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Kondisi ini karena di dalam kerangka hukum administrasi positif Indonesia saat
ini telah diatur tentang standar minimum kualitas pelayanan, namun kepatuhan
terhadap standar minimum pelayanan publik tersebut masih belum
termanifestasikan dalam pelaksanaan tugas aparatur pemerintah.
3. Birokrasi yang panjang dan adanya tumpang tindih tugas dan kewenangan.
Ini menyebabkan penyelenggaraan pelayanan publik menjadi panjang dan melalui
proses yang berbelit-belit, sehingga besar kemungkinan timbul ekonomi biaya
tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi, dan nepotisme,
perlakuan diskriminatif, dan lain-lain.
9
publik. Karena itu tidak cukup dirasakan adanya tekanan sosial yang memaksa
penyelenggara pelayanan publik harus memperbaiki kinerja mereka.
6. Sistem pelayanan publik yang belum diatur secara jelas dan tegas.
Unsur terpenting dari sebuah sistem pelayanan publik yang belum diatur secara
lebih jelas dan tegas di dalam sistem pelayanan publik di Indonesia dewasa ini
adalah Kode Perilaku Petugas Pelaksana Pelayanan Publik (Code of Conduct for
Public Servants). Hal ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sistem
pelayanan publik, terutama bila disadari bahwa sebagian besar dari permasalahan
dan keluhan mengenai pelayanan publik di Indonesia dapat dikembalikan pada
unsur manusia pengemban fungsi pelayanan publiknya (ekses-ekses KKN,
conflict of interest, dsb). Kehadiran sebuah Code of Conduct yang selengkapnya
mungkin akan lebih mengkokohkan struktur dasar dari Sistem Pelayanan Publik
Indonesia.
Pelayanan publik dasar merupakan hak konstitusi warga, yang telah dipertegas oleh
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Namun hingga kini
persoalan pelayanan publik di Indonesia tetap bagaikan gunung es yang tidak bisa mencair.
Mulai dari masalah pendidikan dan kesehatan yang makin mahal tapi buruk yang menutup
akses bagi kelompok rentan hingga masalah pengurusan dokumen yang berbelit-belit
walaupun hal tersebut merupakan bagian dari hak warga untuk mendapatkan pengakuan
identitas sebagai warga negara. Setidaknya terdapat empat permasalahan mendasar dalam
pelayanan publik di Indonesia yang perlu menjadi sorotan.
10
2. Rendahnya/Ketiadaan Akses Layanan Publik Bagi Kelompok Rentan (Miskin,
Perempuan, Disabilitas, Dan Lain-Lain)
Masalah ini nampaknya sering dijumpai di Indonesia yang mana kebanyakan
masyarakat rentan sangat sulit mengakses berbagai hal khususnya dalam hal
pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
3. Buruknya Kualitas Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Salah satu contohnya dapat dilihat dari bidang transportasi umum di Indonesia.
Tingkat pelayanan transportasi publik yang ada di Indonesia belum baik dan belum
optimal, bahkan dapat dikatakan buruk, terutama di kota-kota besar. Banyak faktor
yang menyebabkan buruknya pelayanan transportasi di Indonesia seperti
aksesbilitasnya, keamanan, kenyamanan, dan sebagainya.
4. Ketidakjelasan Mekanisme Komplain Dan Penyelesaian Sengketa
Bagi masyarakat, kondisi pelayanan publik ini diperburuk pula dengan
ketidakjelasan mekanisme pengaduan yang dapat mereka tempuh ketika mendapatkan
layanan yang mengecewakan atau di luar standar. Padahal, layanan publik merupakan
hak warga yang pemenuhannya menjadi kewajiban negara. Sebagai contoh sengketa
lahan antara warga dengan pemerintah yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia.
Dilansir dari CNN Indonesia, Salah satu pimpinan Ombudsman Republik Indonesia
(ORI), Laode Ida mengatakan ada tiga lembaga penyelenggara pelayanan publik di negara ini
yang terburuk memberikan pelayanan publik. Ketiga lembaga negara paling buruk
memberikan pelayanan publik itu adalah Kepolisian, Badan Pertanahan Nasional dan
Kepegawaian. Menurut dia, ketiga lembaga tersebut diketahui memberikan pelayanan publik
paling buruk dari banyaknya pengaduan masyarakat kepada ORI. Tanpa menyebut jumlah
pengaduan masyarakat atas buruknya pelayanan di tiga lembaga tersebut, Laode Ida
menyebut lembaga Kepolisian sebagai lembaga paling banyak dilaporkan ke ORI, menyusul
Badan Pertanahan dan Kepegawaian. Pegaduan masyarakat paling menonjol terhadap
pelayanan kepolisian adalah penyelesaian sejumlah kasus tindak pidana termasuk pelayanan
lalu lintas seperti SIM dan STNK. Sementara di BPN, pelayanan yang banyak dikeluhkan
masyarakat adalah pelayanan pemberian sertifikat tanah. Untuk memperoleh sertifikat
sebidang tanah, masyarakat dipungut biaya macam-macam dan urusannya berbelit-belit.
Sementara itu, di Kepegawaian yang banyak dikeluhkan masyarakat kata dia adalah urusan
kenaikan pangkat PNS, penempatan jabatan struktural yang tidak sesuai dan lama jabatan
yang diduduki seorang pejabat. Di dalam ketentuan undang-undang Aparatur Sipil Negara
(ASN), setiap PNS hanya boleh menempati jabatan tertentu paling cepat dua tahun dan paling
lama lima tahun. Namun fakta di kepegawaian kata dia, ada PNS yang menempati jabatan
tertentu hingga 10 tahun bahkan lebih. Hal-hal seperti ini perlu pengawasan ketat, sehingga
pegawai bisa mendapatkan pelayanan yang baik, adil dan tidak pilih kasih.
Contoh Kasus
a. Maladiministrasi Rumah Sakit
Dewasa ini, layanan publik di bidang kesehatan semakin banyak dikomplain
masyarakat. Fasilitas kesehatan yang dikomplain hampir pada semua level, seperti
puskesmas/klinik, Rumah Umum Daerah (RSUD), hingga Rumah Sakit Umum
Provinsi (RUSP).
11
RSUP M. Djamil Padang yang merupakan rumah sakit rujukan dengan tipe
kelas A, juga tak luput untuk dilaporkan masyarakat ke Ombudsman. Sebetulnya,
laporan masyarakat pertanda baik. Masyarakat semakin tahu akan hak-haknya dalam
pelayanan publik. Masyarakat tidak mau menyerah, atau menerima begitu saja
manakala ditemukan ada penyimpangan pelayanan atau maladministrasi, makanya
mereka berani melapor ke Ombudsman atau ke lembaga terkait lainnya.
Terbaru misalnya, Ombudsman menemukan maladministrasi penundaan
berlarut dalam pengurusan administrasi kepulangan jenazah di RSUP M.
Djamil.Permasalahannya sempat viral pada Desember lalu. ika biasanya jenazah
dibawa dengan ambulans, tapi kali ini jenazah diselimuti dengan jaket, lalu dibawa
oleh para driver ojek online (ojol) dengan menggunakan motornya. Kejadian itu
sontak menjadi perhatian pemberitaan media lokal dan nasional.
Orangtua jenazah, Dewi Suriani melapor ke Ombudsman. Dalam laporannya,
Dewi Suriani mengatakan pengurusan administrasi kepulangan jenazah terlalu lama.
Ia berharap ada perbaikan layanan di RSUP M. Djamil karena tak ingin kejadian
serupa terulang lagi. Selama dua bulan, Ombudsman pun bekerja memeriksa banyak
pihak. Antara lain Bagian Rawat Inap, Instalasi Jenazah dan Bagian Mobilisasi Dana.
Hasilnya, Ombudsman menyatakan RSUP M. Djamil Padang melakukan
maladministrasi berupa penundaan berlarut dalam pengurusan administrasi
kepulangan jenazah karena tidak ada kepastian waktu pelayanan.
Dalam pemeriksaan ditemukan bahwa waktu yang dibutuhkan guna mengurus
kepulangan jenazah adalah 3,5 jam. Bertolak belakang dengan keterangan RSUP M.
Djamil sebelumnya yang menyatakan bahwa prosedur mereka hanya 2 jam saja.
Perihal waktu yang lama inilah kemudian memicu para driver ojol membawa jenazah
secara paksa.
Selain itu, Ombudsman juga menemukan tidak adanya informasi layanan
pengurusan administrasi kepulangan jenazah dan layanan piutang pasien. Ada produk
layanan, tapi tidak terinformasikan kepada masyarakat. Inilah yang menyebabkan
maladministrasi terjadi.
Ketiadaan informasi standar pelayanan, seperti syarat, waktu, prosedur, dan
jenis pelayanan senantiasa membuat adanya penyimpangan layanan. Dalam Laporan
Akhir Hasil Pemeriksaan (LAHP), Ombudsman meminta RSUP M. Djamil
melakukan perbaikan untuk menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) urusan
administrasi pemulangan jenazah dengan memuat lama waktu pelayanan.
Ombudsman juga meminta RSUP M. Djamil meginformasikan standar pelayanan
pengurusan administrasi kepulangan jenazah dan standar pelayanan pengurusan
piutang pasien. Ombudsman memberikan waktu kepada pihak RSUP M. Djamil untuk
melaksanakan tindakan korektif dimaksud dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya LAHP.
12
b. Kasus Pasien Ditandu 32 Km di Kabupaten Polewali Mandar
Kondisi memprihatinkan kembali terjadi menimpa masyarakat Kabupaten
Polewali Mandar, sebuah peristiwa memilukan dialami warga Kecamatan Tubbi
Taramanu (Tutar), sebuah kecamatan yang terisolir di Kabupaten Polewali Mandar
(Polman), Sulawesi Barat.
Sebelumnya diberitakan diberbagai media massa, seorang ibu yang tengah
mengandung tiga bulan harus ditandu puluhan kilometer karena mengalami
pendarahan untuk mendapatkan layanan medis pada fasilitas kesehatan.
Puluhan warga desa menandunya menggunakan batang bambu dan sarung,
menyusuri hutan, akibat akses jalanan yang rusak parah dan tak bisa dilalui oleh
kendaraan roda empat, bahkan roda dua pun sulit. Ani (30) warga Desa Ratte, salah
satu desa terjauh dan terisolir di Kecamatan Tutar, harus ditandu sejauh 32 kilometer
ke desa terdekat yang memiliki akses jalan lebih baik yang bisa diakses kendaraan
roda empat.
Menanggapi hal ini Ombudsman RI Sulawesi Barat, menilai pemerintah
daerah Kabupaten Polewali Mandar harus memberikan perhatian serius terhadap
daerah terisolir di wilayahnya. Hal diungkap Lukman Umar Kepala Perwakilan
Ombudsman RI Sulawesi Barat, saat dikonfirmasi sejumlah awak media di kantornya.
Untuk mendapatkan layanan kebutuhan dasar pemerintah wajib memprioritaskan dan
memberi perhatian serius kepada daerah-daerah yang sangat tertinggal seperti di Desa
Ratte, Kabupaten Polewali Mandar ini. Prioritas dapat dilakukan dengan
pembangunan fasilitas layanan dasar, kesehatan, pendidikan di daerah itu dan
dilengkapi tenaga SDMnya.
Solusi lain yang dapat dilakukan, memberikan anggaran di luar anggaran
reguler Dana Desa dan ABPD, agar perbaikan dan pemenuhan komponen layanan
dasar di daerah itu bisa dilaksanakan.
13
"Untuk itu PDAM Intan Banjar diharapkan berbenah, agar kedepannya dapat
memberikan pelayanan terbaik dan sesuai standar kepada masyarakat, karena hal ini
merupakan masalah sistemik yang perlu segera untuk diselesaikan", lanjut Noorhalis.
Pertemuan yang dipimpin langsung oleh Ketua Komisi II DPRD Kabupaten
Banjar, Pribadi Heru Jaya juga dihadiri oleh Direktur PDAM Intan Banjar (Syaiful
Anwar) sebagai mitra kerja Komisi II DPRD Kabupaten Banjar. Komisi II merasa
perlu PDAM mendengarkan apa yang disampaikan oleh Ombudsman, sebagai catatan
untuk melakukan pembenahan dalam pelayanan publik. Terlebih lagi melihat jumlah
keluhan yang besar tersebut, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Banjar menekankan
agar permasalahan tersebut ditindaklanjuti dengan baik, agar masyarakat
mendapatkan layanan air minum yang layak. Dalam pertemuan tersebut hampir
semua anggota komisi yang hadir, ikut menyampaikan kritik yang membangun dan
beberapa gagasan kepada PDAM Intan Banjar. Antara lain masukan agar PDAM
Intan Banjar harus meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, jangan hanya
berorientasi pada kuantitas pelanggan saja.
Atas permasalahan yang disampaikan Ombudsman dan masukan yang
disampaikan oleh anggota DPRD, Direktur PDAM Intan Banjar mengucapkan terima
kasih. Untuk ke depannya PDAM Intan Banjar terus berkomitmen melakukan
pembenahan layanan kepada masyarakat, serta mencari solusi terhadap seringnya
terjadi gangguan distribusi air ke masyarakat, dimana penyebab utamanya adalah
kebocoran pipa PDAM.
Selain komitmen dari PDAM Intan Banjar untuk melakukan perbaikan,
anggota Komisi II DPRD Kabupaten Banjar juga meminta Direktur PDAM Intan
Banjar untuk bersama-sama meninjau lapangan (melihat langsung keluhan
masyarakat) pada Senin mendatang (24/02/2020). Hal ini dilatarbelakangi karena
DPRD menaruh perhatian penuh terhadap permasalahan tersebut agar dapat segera
ditindaklanjuti. Rapat koordinasi juga dihadiri oleh Wakil Ketua DPRD Kabupaten
Banjar (Ahmad Rizani Anshari), Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan
Pemerintah Kabupaten Banjar (Muhammad Rusdi), dan Ketua Komisi III DPRD
Kabupaten Banjar (Irwan Bora).
14
Kejadian inilah yang memicu Lukman datang mengadu ke Ombudsman RI
Perwakilan Provinsi Bengkulu pada sore Rabu 3 Mei 2018, karena anaknya salah satu
dari 3 yang "diancam" Oknum Guru tidak dapat mengikuti ujian. Lukman datang
mengadu bersama istri dan anaknya yang menjadi korban. Lukman menegaskan
bahwa Dirinya bukan tidak mau membayar, namun kondisi keuangan belum
memungkinkan untuk membayar.
Mengingat keluhan maladministrasi yang dilaporkan sangat penting, maka
Ombudsman RI Perwakilan Bengkulu melakukan gerak cepat dalam proses
penyelesaian. Tim Asisten yang terdiri dari Ade Bardiyanto, Ekawati Juni Astuti dan
Marfisallyna pada Kamis 4 Mei 2018 pagi atau sebelum ujian berlangsung datang
langsung ke sekolah.
Tim Ombudsman RI Bengkulu langsung bertemu Kepala Sekolah, Wali Kelas
anak Lukman serta panita USBN. Pihak sekolah pada intinya membantah melarang
siswa yang belum membayar sejumlah uang tidak dapat mengikuti USBN. Pihak
sekolah mengatakan pelarangan tersebut hanya sekedar peringatan, bukan ancaman
sampai tidak mengikuti USBN.
Tim Ombudsman kemudian menanyakan dasar hukum atas pungutan yang
dibebankan pihak sekolah kepada siswa dan/atau wali siswa. Jawaban pihak sekolah
merupakan kesepakatan wali murid sendiri. Atas jawaban tersebut Tim Ombudsman
menerangkan beberapa aturan terkait penyelenggaraan pendidikan. Ombudsman
meminta beberapa item pungutan yang ditetapkan pihak sekolah walaupun bersumber
dari kesepakatan para wali murid tidak dijadikan kewajiban bagi murid dan/atau wali
murid untuk membayar. Tim Ombudsman juga menekankan bahwa peringatan
tentang pembayaran uang yang disampaikan pihak sekolah secara langsung kepada
murid merupakan kekeliruan besar. Karena berdampak pada psikologi murid yang
akan mengikuti ujian. Seharunya pihak sekolah memanggil wali murid yang
bersangkutan. Pihak sekolah mengikuti seluruh arahan Tim Ombudsman dan ke-3
murid tetap mengikuti ujian USBN.
15
PENUTUP
BAB III
3.1 Kesimpulan
Organisasi Sektor Publik sering dilihat pada bentuk organisasi pemerintah yang
dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi pemerintahan). Atau satu-satunya
organisasi didunia yang mempunyai wewenang “merampok” harta rakyat (pajak),
“membunuh” rakyat (hukuman mati), dan “memenjarakan” rakyat. Tujuan Pendirian
organisasi sektor publik merupakan upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap
warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan
spesifik dan unik yang hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi
tergantung pada tipe organisasi. Organisasi sektor publik memiliki ciri-ciri yaitu, (1)
Tidak mencari keuntungan finansial, (2) Dimiliki secara kolektif oleh publik, (3)
Kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk saham, dan (4) Keputusan yang terkait
kebijakan maupun operasi berdasarkan konsensus. Organisasi sektor publik memiliki
karakteristik yaitu : Tujuan, Aktivitas, Sumber Pembiayaan, Pola Pertanggungjawaban,
Kultur Organisasi, Penyusunan Anggaran, dan Stakeholder. Didalam organisasi public
terdapat beberapa lingkungan yang mencerminkan organisasi public, yaitu (1)
Lingkungan otorisasi, (2) Sumber pendanaan dan wewenang diperoleh melalui
lingkungan otorisasi tersebut, dan (3) Proses penciptaan nilai dalam organisasi publik,
bukan didasarkan pada hukum penawaran dan permintaan pasar, melainkan melalui
proses birokratis. Dan Permasalahan utama yang kadang timbul dalam usaha organisasi
publik untuk melakukan pelayanan kepada masyarakatnya antara lain: Rendahnya
Kualitas Pelayanan Publik, Tingginya Tingkat Penyalahgunaan Kewenangan dalam
Bentuk KKN, Birokrasi yang panjang dan adanya tumpang tindih tugas dan kewenangan,
Rendahnya pengawasan external dari masyarakat, Belum Berjalannya Desentralisasi
Kewenangan Secara Efektif, Sistem pelayanan publik yang belum diatur secara jelas dan
tegas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. (2020). Pasien ditandu 32 Km, Ombudsman : Pemda Polman Harus Instropeksi.
Retrieved from https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--pasien-ditandu-32-km-
ombudsman--pemda-polman-harus-instropeksi
Hidayat, I. (2018). Anak Dilarang Ujian, Bapak Menangis Saat Mengadu Ke-Ombudsman
Bengkulu. Retrieved from https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--anak-dilarang-
ujian-bapak-menangis-saat-mengadu-ke-ombudsman-bengkulu
17