Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BLU Kesehatan seperti rumah sakit pusat yang secara struktural berada di bawah
2.
Kementerian Kesehatan.
BLU Pengelola Dana yaitu BLU yang dibentuk untuk menyalurkan kredit dengan bunga
3. terjangkau kepada Koperasi dan lembaga keuangan non perbankan dalam rangka
peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat.
BLU Pengelola Wilayah/Kawasan yaitu unit kerja pemerintah yang mengelola kawasan
4.
ekonomi terpadu antara lain Batam dan Komplek Gelora Bung Karno.
2
layanan yang telah direalisasikan sesuai dengan Stndar Akuntansi Keuangan yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia.
PERSYARATAN, KARAKTERISTIK, PENETAPAN DAN
PENCABUTAN
2. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis instansi pemerintah bersangkutan terpenuhi apabila :
a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
b. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan sehat sebagaimana
ditunjukan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa kinerja satker dapat ditingkatkan
adalah kinerja pelayanan dan keuangan satker tersebut meningkat secara signifikan
sesudah satker tersebut berstatus BLU. Peningkatan kinerja tersebut dapat dilihat dari
persyaratan administratif (rencana strategis bisnis) satker. Salah satu indikator kinerja
keuangan satker yang sehat adalah pendapatan satker tersebut signifikan dalam
meningkatkan kinerja satker yang berstatus BLU.
3
3. Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan
dapat menyajikan seluruh dokumen berikut :
a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat.
b. Pola Tata Kelola (corporate governance).
Merupakan peraturan internal Satuan Kerja Instansi Pemerintah yang menetapkan :
1) organisasi dan tata laksana, mencakup struktur organisasi, prosedur kerja,
pengelompokan fungsi yang logis,dan ketersediaan pengembangan sumber daya
manusia
2) akuntabilitas, terdiri dari akuntabilitas program, kegiatan, dan keuangan.
3) transparansi, yaitu adanya kejelasan tugas dan kewenangan, dan
ketersediaan informasi kepada publik.
c. Rencana strategis bisnis, mencakup antara lain visi, misi, program strategis, dan
pengukuran pencapaian kinerja.
d. Laporan keuangan pokok, adalah laporan keuangan yang berlaku bagi instansi tersebut
yang meluputi:
1) Kelengkapan laporan
2) Kesesuaian dengan standar akuntansi (standar akuntansi pemerintah, standar
akuntansi keuangan, atau standar akuntansi lain);
3) Hubungan antar laporan keuangan, bahwa unsur-unsur dalam laporan keuangan
harus dapat diverifikasi antarlaporan;
4) Kesesuaian antara kinerja keuangan dengan indikator kinerja yang ada di
rencana strategis; dan
5) Analisis laporan keuangan.
e. Standar Pelayanan Minimum (SPM), menggambarkan ukuran pelayanan yang harus
dipenuhi oleh satuan kerja instansi pemerintah yang akan menerapkan PK BLU
dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan biaya
serta kemudahan memperoleh layanan.
Standar Pelayanan Minimum sekurang-kurangnya mengandung unsur:
1) Jenis kegiatan atau pelayanan yang diberikan oleh satker
2) Rencana Pencapaian SPM
3) Indikator pelayanan
4) Adanya tanda tangan pimpinan satuan kerja yang bersangkutan dan
menteri/pimpinan lembaga.
f. Laporan audit terakhir, merupakan laporan auditor tahun terakhir sebelum satuan kerja
4
instansi pemerintah yang bersangkutan diusulkan untuk menerapkan PK BLU.
B. Karakteristik BLU
Tabel perbandingan karakteristik antara Satuan Kerja dengan Badan Layanan Umum
Satker BLU
Definisi Satuan kerja adalah unit yang Badan Layanan Umum adalah
merupakan bagian dari suatu instansi pemerintah yang
Kementerian/Lembaga dan Non menyediakan barang/atau jasa untuk
Kementerian Lembaga yang memberikan pelayanan kepada
melaksanakan satu atau beberapa masyarakat berdasarkan prinsip
kegiatan dari suatu program efisiensi dan produktivitas.
pemerintah.
5
DIPA
Unit-unit yang sudah mendapat predikat sebagai BLU diberi beberapa keistimewaan
yang tidak dimiliki oleh satuan kerja pada umumnya diantaranya sebagai berikut:
Pertama, BLU menganut pola anggaran fleksibilitas (flexible budget). Pola anggaran ini
mengizinkan pemimpin BLU melakukan belanja lebih besar daripada yang ditetapkan
dalam dokumen pelaksaanan anggaran. Besarnya ambang batas fleksibilitas anggaran
tentunya ditetapkan terlebih dahulu dalam dokumen Rencana Bisnis Anggaran tahunan
sebagai dokumen perencanaan dan penganggaran BLU. Dalam mekanisme PPK-BLU,
pendapatan yang berasal dari jasa layanan dapat dikelola secara langsung untuk
membiayai kegiatan operasional. Sebaliknya menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2007, Satuan kerja non-BLU, yang memiliki Penerimaan Negara Bukan Pajak, wajib
menyetor secepatnya ke Kas Rekening Negara. Istimewanya, BLU hanya perlu
melaporkan jumlah penerimaan sekaligus mempertanggungjawabkan belanja yang sudah
dilakukan melalui Surat Perintah Pengesahan Pertanggungjawaban Belanja (SP3B)
minimal sekali dalam tiga bulan (Per-30/PB/2011). Singkatnya, selain tidak diwajibkan
untuk menyetor PNBP secara langsung ke rekening Kas Negara, BLU diberi
kewenangan untuk melampaui pagu anggaran dalam rangka menambah volume output
kegiatan dalam satu periode anggaran. Namun perlu digarisbawahi bahwa pengeluaran
BLU yang dapat dilampaui hanya yang sumber dananya berasal dari PNBP sesuai
dengan ambang batas yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Bisnis Anggaran
(RBA).
Kedua, BLU dapat memiliki saldo akhir tahun sebagai surplus kas. Surplus BLU terjadi
apabila terdapat selisih lebih antara pendapatan operasional dengan pengeluaran rutin
dalam satu tahun anggaran. Selain itu, pemimpin BLU dapat memanfaatkan saldo awal
sebagai uang muka kerja sehingga dalam proses pelayanan publik tidak mengalami
kekuarangan sumberdaya sebelum dokumen pelaksanaan anggaran dapat direalisasikan
pada awal tahun. Ketentuan tersebut jelas sangat berbeda dengan aturan dalam
pengelolaan keuangan berbasis satker dimana satker wajib menyetorkan saldo akhir
tahun anggaran ke rekening kas Negara pada akhir tahun anggaran.
Ketiga, meskipun dikelola bukan untuk mencari keuntungan, BLU memiliki
kewenangan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat sama seperti halnya
dengan organisasi yang berorientasi pada keuntungan. Hal itu secara implisit
menekankan agar BLU dikelola dengan konsep manajerialisme agar mampu
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan publik. Sehingga kemampuan
managerial menjadi krusial dalam menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi dalam penyediaan pelayanan publik. Selain itu, pemimpin BLU diberi
6
kewenangan dalam hal pengelolaan investasi, pengelolaan kas, pengelolaan utang dan
piutang, dan pengelolaan aset/barang. Harapannya, dengan semakin meningkatkan
kemampuan keuangan, pemimpin BLU dapat meningkatkan kualitas layanan serta
meningkatkan remunerasi sebagai imbalan atas kinerja pegawai. Untuk menjaga
akuntabiitas publik dan menghidari moral hazards, BLU dilengkapi dengan dewan
pengawas sebagai alat kelengkapan organisasi yang mewakili kepentingan pemerintah.
C. Penetapan BLU
Menteri/pimpinan lembaga mengusulkan instansi pemerintah yang memenuhi
persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PK BLU kepada
Menteri Keuangan. Menteri Keuangan melakukan penilaian atas usulan tersebut dan
apabila telah memenuhi semua persyaratan di atas, maka Menteri Keuangan menetapkan
instansi pemerintah bersangkutan untuk menerapkan PK BLU berupa pemberian status
BLU secara penuh atau bertahap.
Menteri Keuangan memberi keputusan penetapan atau surat penolakan terhadap
usulan penetapan BLU paling lambat 3 (tiga) bulan sejak dokumen persyaratan diterima
secara lengkap dari Menteri/Pimpinan Lembaga. Penetapan BLU dapat berupa pemberian
status BLU secara penuh atau status BLU Bertahap.
1. Status BLU Secara Penuh
Status BLU secara penuh diberikan apabila persyaratan substantif, teknis dan
administratif telah dipenuhi dengan memuaskan.
2. Status BLU Bertahap
Status BLU Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif, teknis, dan administratif
telah terpenuhi, namun persyaratan administratif belum terpenuhi secara memuaskan.
7
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Satker BLU adalah sebuah organ pemerintah yang bertindak untuk menyediakan
layanan dalam bentuk penyediaan barang dan jasa dimana dalam pengelolaannya lebih
menitikberatkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas dengan tidak mengutamakan
pencapaian laba (not for profit). Sebagai sebuah organisasi modern, satker BLU dituntut
mampu menyusun dan menguraikan visi dan misi ke dalam tahapan-tahapan strategis untuk
mencapai visi dan misi tersebut.
8
Langkah-langkah normatif dalam proses perumusan sebuah renstra bisnis juga
dilaksanakan oleh satker BLU untuk memastikan bahwa satker BLU tersebut mengenali
dirinya sendiri dan menggunakan keunggulan kompetitif yang dimiliki sebagai instrumen
untuk bersaing dengan organisasi lain yang memiliki layanan sejenis.
2. Penyusunan RBA
Dalam menyusun RBA, satker BLU harus mempertimbangkan ukuran dan
9
kompleksitas organisasinya. Satker BLU yang memiliki organisasi yang berukuran kecil
dapat melakukan sentralisasi dalam hal penganggaran. Namun, satker BLU yang besar dan
kompleks perlu melakukan desentralisasi dengan memberikan kewenangan kepada unit- unit
kerja di dalamnya untuk mengajukan kebutuhan anggaran yang diperlukan dan
membebaninya dengan target pendapatan. Desentralisasi penyusunan anggaran tersebut
UNIT
KEGIATAN:
- Analisa
biaya per unit
UNIT UNIT
KEGIATAN: KEGIATAN:
- Analisa - Analisa
biaya per unit biaya per unit
HEAD
OFFICE:
-consolidated
UNIT UNIT
KEGIATAN: KEGIATAN:
- Analisa - Analisa
biaya per unit biaya per unit
UNIT
KEGIATAN:
- Analisa
biaya per unit
tentu saja tetap harus dalam koridor program, kegiatan, dan kebijakan yang telah
dituangkan dalam renstra bisnis. Dalam hal ini, tugas pimpinan BLU untuk
menerjemahkan dan mensosialisasikan renstra bisnisnya kepada unit-unit kerja yang ada
dan menghimpun rencana dan anggaran yang diajukan oleh masing-masing unit kerja
untuk kemudian ditransformasikan dalam bentuk RBA.
10
b) Pagu Anggaran BLU dalam RKA-K/L yang sumber dananya berasal dari pendapatan
BLU dan surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu program, satu kegiatan, satu output,
dan jenis belanja. Rincian lebih lanjut pagu anggaran BLU dituangkan dalam RBA.
c) RBA disusun berdasarkan
1) basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya.
2) kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima.
3) basis akrual.
d) Penggunaan Standar Biaya:
1) Bagi BLU yang telah menyusun standar biaya layanannya berdasarkan
perhitungan akuntansi biaya (dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya yang
ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan), RBA
disusun menggunakan standar biaya tersebut. Penetapan standar biaya oleh
Pemimpin BLU dan dilampiri SPTJM.
2) Bagi BLU yang belum menyusun standar biaya layanannya berdasarkan
perhitungan akuntansi biaya, BLU menggunakan standar biaya yang
ditetapkan oleh Menkeu.
e) Penyusunan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disusun per unit kerja pada satker
BLU dan merupakan pagu belanja yang dirinci menurut program, kegiatan, output, akun
belanja dan detail belanja. Kemampuan pendapatan bersumber dari:
1) Pendapatan yang akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada
masyarakat;
2) Hibah tidak terikat dan/atau hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau
badan lain;
3) Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya;
4) Penerimaan lainnya yang sah; dan/atau
5) Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN
f) RBA memuat paling kurang:
1) Seluruh program, kegiatan dan target kinerja (output);
2) Kondisi kinerja BLU tahun berjalan;
3) Asumsi makro dan mikro;
4) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan disusun per unit kerja pada
satker BLU.
5) Perkiraan biaya layanan per unit kerja.
6) Prakiraan maju (forward estimate).
11
7) RBA menganut pola anggaran fleksibel (flexibel budget) dengan suatu
Persentase Ambang Batas tertentu yang memberikan keleluasaan penggunaan
belanja dalam RBA untuk bertambah atau berkurang secara proporsional
terhadap pendapatan BLU selain yang bersumber dari RM.
Keterangan:
1. Penyusunan Rencana Strategis Bisnis BLU
BLU menyusun Rencana Strategis Bisnis BLU berdasarkan Renstra K/L.
2. Penyusunan RBA
BLU menyusun RBA mengacu pada Rencana Strategis Bisnis BLU dan Pagu
Anggaran K/L.
3. Penyusunan RKA K/L
a. RBA ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan diketahui oleh Dewan
Pengawas/pejabat yang ditunjuk, selanjutnya diusulkan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan untuk mendapat
persetujuan.
b. RBA dilampiri SPM, tarif, dan/atau standar biaya.
c. RBA yang telah disetujui oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan
Kawasan menjadi dasar penyusunan RKA K/L untuk satker BLU.
12
4. Penelaahan RKA K/L
a. RKA K/L dan RBA diajukan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan
Kawasan untuk disampaikan kepada Menkeu c.q. DJA.
b. Pengajuan RKA-K/L dan RBA dilaksanakan sesuai dengan jadwal penyusunan
RKA- K/L berdasarkan pagu anggaran.
c. Menkeu c.q. DJA menelaah RKA K/L dan RBA yang diajukan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan dalam rangka penelahaan
RKA-K/L, sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
5. Penyusunan RBA Definitif
a. Pemimpin BLU melakukan penyesuaian RKA K/L dan RBA dengan Perpres
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.
b. RBA yang telah disesuaikan ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh
Dewan Pengawas/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menjadi RBA
definitif.
c. Dalam hal satker BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas, maka RBA definitif
ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan, dan disetujui
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan.
d. Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menyampaikan RKA K/L
dan RBA definitif kepada Menkeu c.q. DJA dan DJPBN.
e. RBA definitif merupakan dasar untuk melakukan kegiatan satker BLU.
Pemimpin BLU dapat menyusun rincian RBA definitif sebagai penjabaran
lebih lanjut dari RBA definitif. Tata cara penyusunan dan format rincian RBA
definitif ditetapkan oleh Pemimpin BLU.
13
C. Komponen Laporan Keuangan BLU
Sesuai SAK Sesuai SAP
Pasal 11 PMK 76/PMK.05/2008 : PMK 217/PMK.05/2015 :
Laporan keuangan paling sedikit terdiri Laporan keuangan paling sedikit terdiri dari:
dari : 1. Laporan Realisasi Anggaran;
1. Laporan Realisasi Anggaran; 2. Laporan Operasional/Laporan Aktivitas;
2. Lapora Aktivitas/Laporan Operasional; 3. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Neraca; 4. Neraca;
4. Laporan Arus Kas; dan 5. Laporan Arus Kas;
5. Catatan atas Laporan Keuangan. 6. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
7. Catatan atas Laporan Keuangan.
Kegunaan
Informasi pada Laporan Realisasi Anggaran bagi pengguna laporan keuangan adalah
untuk :
1) Mengevaluasi kinerja realisasi anggaran tahun berjalan
2) Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja BLU dalam hal efisiensi dan efektivitas
penggunaan anggaran
Kegunaan
Informasi pada Laporan Aktivitas bagi pengguna laporan keuangan adalah untuk :
1) Mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber ekonomi
2) Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi
14
3) Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja BLU dalam hal efisiensi dan efektivitas
penggunaan anggaran
3. Neraca
Tujuan
Menyediakan informasi tentang posisi keuangan BLU meliputi aset, kewajiban, dan
ekuitas pada tanggal tertentu
Kegunaan
Kegunaan
Informasi pada Laporan Arus Kas bagi pengguna laporan keuangan adalah menilai :
1) Kemampuan BLU dalam menghasilkan kas dan setara kas
2) Sumber dana BLU
3) Penggunaan dana BLU
4) Prediksi kemampuan BLU untuk memperoleh sumber dana serta penggunaannya
untuk masa yang akan datang
Kegunaan
Informasi pada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih bagi pengguna laporan
keuangan adalah menilai :
15
1) Informasi mengenai perubahan Saldo Anggaran Lebih tahun berjalan
2) Informasi mengenai penggunaan Saldo Anggaran Lebih
Kegunaan
Memberikan penjelasan dan analisis atas informasi yang ada pada Laporan
Aktivitas, Neraca, Laporan Arus Kas dan informasi tambahan lainnya sehingga para
pengguna mendapatkan pemahaman yang paripurna atas laporan keuangan BLU.
Contoh LK BLU:
16
17
PENGANGGARAN SATKER PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Satuan Kerja (Satker) adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang yang
merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang
melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program
A. PENGELOMPOKAN
1. Satker Pusat, yaitu adalah satker yang kewenangan dan tanggung jawabnya
melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi kantor pusat Kementerian Negara/Lembaga yang lokasinya dapat berada
di pusat dan atau di daerah.
2. Satker/Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Negara/Lembaga, yaitu instansi
vertikal di daerah yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan
pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang
berasal dari kantor pusat.
3. Satker khusus, yaitu satker yang ditetapkan untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi dalam melaksanakan program/kegiatan yang dibiayai dari Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan. Contoh: KONI untuk membantu pembiayaan
kegiatan-kegiatan keolahragaan yang bersifat nasional dan internasional. Dekopin
untuk membantu pembiayaan operasional Dewan Koperasi Indonesia.
4. Satker Perangkat Daerah (SKPD), yaitu satker di provinsi yang melaksanakan tugas
dekonsentrasi dan satker di provinsi/kabupaten/kota/desa yang melaksanakan tugas
pembantuan.
5. Satker Non-Vertikal Tertentu (SNVT), yaitu satker yang bukan merupakan instansi
vertikal Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan kegiatan yang dibiayai dari
alokasi anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Sebagai contoh,
PT Perusahaan Listrik Negara yang melaksanakan kegiatan pembangunan listrik
pedesaan.
6. Satker Sementara (SKS), yaitu satker di luar pengertian butir 2 sampai dengan 5,
yang ditetapkan untuk melakukan kegiatan yang dibiayai dari alokasi anggaran
Kementerian Negara/Lembaga yang kewenangan dan tanggung jawabnya berasal
dari Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
18
B. PENGANGGARAN SATKER
19
2. Mekanisme Penyusunan RKA-K/L (Tingkat Satker)
Tugas satker dalam rangka penyusunan RKA-K/L adalah menyusun
Kertas Kerja RKA-K/L (KK RKA-KL). Penyusunan KK RKA-K/L harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Mengetahui Dasar Alokasi Anggaran Satker
b) Berdasarkan Daftar alokasi anggaran per Satker dan sumber dana,
satker menyusun rencana kerja dan anggarannya. Dasar alokasi
anggaran tersebut berguna sebagai kontrol batas tertinggi alokasi
anggaran satker pada akhir penyusunan KK RKA-KL.
c) Kegiatan yang akan dilaksanakan beserta output kegiatan yang
dihasilkan (sesuai karakterisitik satker). Jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan terdiri dari kegiatan generik atau teknis;
d) Peruntukan alokasi anggaran sesuai dengan prioritas sebagaimana
diuraikan sebelumnya;
e) Mendukung pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009
tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumber Daya Lokal melalui penggunaan komponen
input/rincian biaya dalam rangka pencapaian output kegiatan dengan
memanfaatkan penyediaan/penyajian makanan dan snack berbasis
pangan lokal non beras, non terigu, sayuran, dan buah sesuai
dengan potensi dan karakteristik wilayah;
f) Komponen input dalam rangka pencapaian output kegiatan yang dibatasi
dalam hal Iklan layanan masyarakat ,kecuali untuk:
i. Iklan yang mengajak/mendorong partisipasi masyarakat
untuk turut aktif dalam pelaksanaan dan pengawasan
program/kebijakan Pemerintah.
ii. Tetap mempertimbangkan bahwa manfaat sosial dan
ekonomi yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan.
g) Komponen input dalam rangka pencapaian output kegiatan yang dibatasi
dan tidak diperbolehkan dalam RKA-K/L secara substansi masih
mengacu sebagaimana dimaksud dalam Keppres No. 42 Tahun
2002 Pasal 13 ayat (1) dan (2) junto Keppres 72 Tahun 2004 pasal 13
ayat (1) dan (2).
20
h) Pelaksanaan Pencapaian Output Kegiatan
Perincian biaya Komponen Input dalam KK RKA-K/L meliputi
penyajian informasi item-item biaya yang akan dibelanjakan dalam
rangka pencapaian output suatu kegiatan. Penyajian informasi dimaksud
terkait cara pelaksanaan suatu kegiatan (secara swakelola atau
kontraktual). Langkah penyajian informasi tersebut sebagai berikut:
i. Swakelola
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang direncanakan
akan dilakukan secara swakelola, dirinci menurut jenis belanja
yang sesuai. Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya non fisik dan menggunakan jenis Belanja Barang.
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang sifatnya non
fisik dan menggunakan jenis belanja Bantuan Sosial dan Belanja
Barang.
ii. Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang sifatnya fisik
dimasukkan dalam belanja modal. Guna menyesuaikan
dengan norma akuntansi yaitu azas full disclosure untuk
masing-masing Jenis Belanja modal dirinci lebih lanjut sesuai
peruntukannya. Misalnya Belanja Modal Tanah dibagi menjadi
Belanja Modal Tanah, Belanja Modal Pembebasan Tanah,
Belanja Modal Pembayaran Honor Tim Tanah, Belanja Modal
Pembuatan Sertifikat Tanah, Belanja Modal Pengurukan dan
Pematangan Tanah, Belanja Modal Biaya Pengukuran Tanah,
Belanja Modal Perjalanan Pengadaan Tanah. Rincian tersebut
sama untuk semua Belanja Modal sesuai ketentuan pada Bagan
Akun Standar.
iii. Kontraktual.
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang direncanakan akan
dilakukan secara kontraktual dimasukkan pada satu jenis belanja
yang sesuai.
Informasi Pengadaan Barang dan Jasa K/L Melalui Proses
Pelelangan Sebagai bentuk transparansi kegiatan pemerintahan,
K/L diharapkan memberi informasi mengenai rencana
pengadaaan barang dan jasa melalui proses pelelangan.
21
Kriteria pengadaan barang dan jasa melalui kontraktual yang
perlu diinformasikan meliputi: nilai pengadaan barang dan jasa di
atas 100 juta; dan rencana waktu pelaksanaan pengadaannya.
Informasi tersebut dicantumkan pada saat penyusunan RKA-KL.
i) Penyusunan KPJM harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
i. Perhitungan KPJM dilakukan berdasarkan indeksasi pada
komponen input;
ii. Perhitungan prakiraan maju komponen input gaji tetap
dihitung sebesar alokasi pada tahun anggaran berjalan.;
iii. Perhitungan prakiraan maju komponen input operasional dan
pemeliharaan perkantoran dihitung dengan menerapkan
indeksasi inflasi APBN;
iv. Perhitungan prakiraan maju output kegiatan teknis
fungsional/kegiatan prioritas nasional dilakukan berdasarkan
indeksasi atas komponen-komponen input yang mendukungnya
dan diatur sebagai berikut:
v. Prakiraan Maju komponen input utama/kebijakan dapat
disesuaikan besarannya berdasarkan keputusan pemerintah;
vi. Prakiraan Maju komponen input pendukung disesuaikan dengan
indeks inflasi kumulatif.
vii. Perhitungan KPJM dilakukan dengan menggunakan template
yang dapat diunduh pada aplikasi RKAKL.
3. Format RKA-K/L
22
mencapai keluaran dengan indikator kinerja yang terukur
dengan mengacu kepada struktur organisasi K/L
Sasaran kinerja, yaitu keluaran dan/atau hasil yang ditetapkan
untuk dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi, dari sisi
efisiensi, kuantitas, dan kualitas melalui kegiatan dan/atau program
oleh K/L.
b. Rincian anggaran, disusun menurut unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, jenis belanja, kelompok biaya, dan sumber pendanaan.
Informasi tersebut diatas dituangkan dalam Format RKA-K/L terdiri dari tiga
dokumen yaitu :
1) Formulir 1, yaitu Rencana Pencapaian Sasaran Strategis pada
Kementerian Negara/ Lembaga (outcome K/L) yang memuat Visi, Misi,
Sasaran Strategis, Fungsi, Prioritas Nasional, Rincian Sasaran Strategis,
Alokasi Pagu Fungsi, Alokasi Pagu Prioritas Nasional, Strategi
Pencapaian Sasaran Strategis, Program-Program K/L, Outcome-outcome
atau tujuan program, Indikator Kinerja Utama Program, Pendapatan K/L
dan Forward Estimate dan Rincian Rencana Pendapatan. Keterkaitan
RKA-K/L dengan dokumen rencana kerja kementerian/lembaga pada
muatan visi, misi, sasaran strategis, dan kegiatan prioritas.
2) Formulir 2, yaitu Rencana Pencapaian Hasil Unit Organisasi (Outcome
Eselon I) memuat Misi unit organisasi, Program Eselon I, Kegiatan
Pendukung Program, Tujuan Kegiatan, Output, Indikator Kinerja
Kegiatan, Pendapatan per program, dan Forward Estimate. Keterkaitan
dengan dokumen perencanaan adalah Sasaran Strategis (Formulir 1
Renja KL), Nama Program, Pendanaan, Hasil (Outcome) dan Indikator,
Uraian Kegiatan, Sumber Pendanaan dan Rincian Pendanaan PHLN atau
PDN,
3) Formulir 3, yaitu Rincian Biaya Keluaran Menurut Alokasi Pendanaan,
Jenis Belanja dan Sumber Dana per Unit Organisasi memuat Rincian
biaya per Kelompok Biaya, Jenis Belanja, dan sumber Dana. Formulir
RKA-K/L baru disusun sampai pada tingkat unit organisasi, sedangkan
ditingkat satuan kerja, tool yang dipergunakan adalah kertas Kerja
(worksheet). Kertas kerja adalah sarana untuk memasukkan data
mengenai tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan
23
kerja (bottom up) sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian/Lembaga (top down) beserta alokasi anggarannya.
Penyusunan worksheet dilakukan dengan menggunakan aplikasi RKA-
K/L.
24
4. Penyusunan DIPA
25
DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah (KD) yaitu DIPA yang dikelola
oleh Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di
daerah termasuk di dalamnya untuk DIPA Satker BLU di daerah
26