Anda di halaman 1dari 49

Implementasi Aplikasi Pelayanan Publik

SALAMAN (Selesai Dalam Genggaman) Disdukcapil Kota Bandung


di wilayah Kelurahan Lebakgede Kecamatan Coblong
Kota Bandung

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sistem Administrasi Negara Kesatuan


Republik Indonesia

Disusun oleh:

Ari Adi Nur Pamungkas - 21110380

Aulia Pradhika Raudhah - 21110381

Novia Dara Selvira - 21110386

Desember 2022

Administrasi Pembangunan Negara


POLITEKNIK STIA LAN BANDUNG
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat
merampungkan penyusunan pengamatan dengan judul “Implementasi Aplikasi
Pelayanan Publik SALAMAN (Selesai Dalam Genggaman) Disdukcapil Kota
Bandung di wilayah Kelurahan Lebakgede Kecamatan Coblong Kota
Bandung” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan
didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam merampungkan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek
lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya
pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki studi kasus ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari laporan studi
kasus sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang
relevan pada studi kasus selanjutnya.

Bandung,
Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
COVER..............................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................4
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
1. Pelayanan Publik...................................................................................................1
2. Administrasi Kependudukan...............................................................................4
3. Aplikasi Pelayanan Publik...................................................................................5
B. Rumusan Masalah....................................................................................7
C. Tujuan.......................................................................................................7
A. Metode Observasi..................................................................................................8
BAB III KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................9
1. E-Government...........................................................................................9
2. Jenis-Jenis Pelayanan Pada E-Government............................................9
3. Model e-Government.......................................................................................9
4. Manfaat E-Government................................................................................10
5. Penelitian Terdahulu..............................................................................10
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................13
A. Gambaran Umum Organisasi............................................................................13
B. Visi........................................................................................................................13
C. Misi.......................................................................................................................13
D. Tugas Pokok, Fungsi dan Peran........................................................................15
E. Struktur Organisasi............................................................................................17
BAB III TEMUAN DAN ANALISA...........................................................................................18
A. Kebijakan/Peraturan Kepala Sekolah..............................................................18
B. Hasil Temuan Pengamatan................................................................................20
C. Konfirmasi Temuan dengan Teori....................................................................19
D. Analisa..................................................................................................................21
A. Kesimpulan..........................................................................................................26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................26
B. Saran.....................................................................................................................27

ii
LAMPIRAN..................................................................................................................................29

LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Organigram SDN 085 Ciumbuleuit Bandung ............5

iv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3. 1 Total guru yang konsisten dalam jam kerja......................................15


Grafik 3. 2 Sistem Pembelajaran Guru...............................................................16
Grafik 3. 3 Pengumpulan Laporan PJJ dan PTMT.............................................16

v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik yaitu setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
mata untuk kegiatan pelayanan publik. Kegitan tersebut dilaksanakan oleh
pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam
organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau
serangkaian tindakan pelayanan publik.
Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus berdasarkan standar
pelayanan sebagai tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan
sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam
rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
Pelayanan publik diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik, pengaturan ini dimaksudan untuk memberikan
kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara
dalam pelayanan publik. Selain itu, pengaturan mengenai pelayanan publik
bertujuan agar terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan publik; agar terwujudnya sistem
penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan dan korporasi yang baik; agar terpenuhinya
penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan agar terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat dalam penyelengaaran pelayanan publik.

1
Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan
jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam perundang-
undangan. Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pelayanan publik
diperlukan Pembina dan penanggung jawab. Pembina tersebut terdiri atas
pimpinan lembaga Negara, pimpinan kementerian, pimpinan lembaga
pemerintah non kementerian, pimpinan lembaga komisi Negara atau yang
sejenis, dan pimpinan lembaga lainnya; gubernur pada tingkat provinsi;
bupati pada tingkat kabupaten; dan walikota pada tingkat kota. Para
Pembina tersebut mempunyai tugas melakukan pembinaan, pengawasan,
dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dari penanggung jawab.
Sedangkan penanggung jawab adalah pimpinan kesekretariatan lembaga
atau pejabat yang ditunjuk Pembina. Penanggung jawab mempunyai tugas
untuk mengkoordinasikan kelancaran penyelenggaraan pelayanan publik
sesuai dengan standar pelayanan pada setiap satuan kerja; melakukan
evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik; dan melaporkan kepada
Pembina pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik di seluruh satuan
kerja unit pelayanan publik.
Penyelenggaraan pelayanan publik meliputi pelaksanaan pelayanan;
pengelolaan pengaduan masyarakat; pengelolaan informasi; pengawasan
internal; penyuluhan kepada masyarakat; dan pelayanan konsultasi.
Apabila terdapat ketidakmampuan, pelanggaran dan kegagalan
penyelenggaraan pelayanan yang bertanggung jawab adalah penyelenggara
dan seluruh bagian organisasi penyelenggaran. Dalam rangka
mempermudah penyelenggaraan berbagai bentuk pelayanan publik, dapat
dilakukan penyelenggaraan sistem pelayan terpadu. Selain itu, dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan, dapat dilakukan
kerja sama antar penyelenggara meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
teknis operasional pelayanan dan/atau pendukung pelayanan. Dalam hal
penyelenggara yang memiliki lingkup kewenangan dan tugas pelayanan
publik tidak dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan sumber daya
dan/atau dalam keadaan darurat, penyelenggara dapat meminta bantuan
kepada penyelenggara lain yang mempunyai kapasitas memadai. Dalam

2
keadaan darurat, permintaan penyelenggara lain wajib dipenuhi oleh
penyelenggara pemberi bantuan sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi
penyelenggara yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Penyelenggara dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam
bentuk penyerahan sebagian tugas penyelenggaraan pelayanan publik
kepada pihak lain dengan ketentuan perjanjian kerja sama tersebut
dituangkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dalam
pelaksanaannya didasarkan pada standar pelayanan; penyelenggara
berkewajiban untuk memberikan informasi terkait perjanjian kerja sama
tersebut kepada masyarakat; tanggung jawab pelaksanaan kerja sama
berada pada penerima kerja sama sedangkan tanggung jawab
penyelenggaraan secara menyeluruh berada pada penyelenggara; informasi
terkait identitas pihak lain dan identitas penyelenggara sebagai
penanggung jawab kegiatan harus dicantumkan oleh penyelenggara pada
tempat yang jelas dan mudah diketahui oleh masyarakat; dan
penyelenggara dan pihak lain mempunyai kewajiban untuk mencantumkan
alamat tempat mengadu dan sarana untuk menampung keluhan masyarakat
yang mudah diakses, antara lain telepon, pesan layanan singkat, laman, e-
mail, dan kotak pengaduan. Pihak lain yang dimaksud dalam hal ini wajib
berbadan hukum Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kerja sama yang diselenggarakan tidak menambah beban bagi masyarakat
serta dalam rangka untuk menyelenggarakan pelayanan publik.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, standar pelayanan wajib
disusun oleh penyelenggara dengan memperhatikan kemampuan
penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan. Dalam
penyusunan tersebut wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait.
Standar pelayanan meliputi dasar hukum; persyaratan; sistem, mekanisme,
dan prosedur; jangka waktu penyelesaian; biaya/tariff; produk pelayanan;
sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; kompetensi pelaksana; pengawasan
internal; penanganan pengaduan, saran, dan masukan; jumlah pelaksana;
jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan

3
sesuai dengan standar pelayanan; jaminan keamanan dan keselamatan
pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas
dari bahaya, dan risiko keragu-raguan; dan evaluasi kinerja pelaksana.
Dengan menerapkan standar pelayanan publik dengan baik,
diharapkan penyelenggaraan pelayanan publik dapat menghasilkan
kepuasaan masyarakat sebagai pihak yang menerima pelayanan. Dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, penyelenggara dituntut untuk
menerapkan prisnsip efektif, efisien, inovasi dan komitmen mutu. Karena
orientasi dari pelayanan publik adalah kepuasan masyarakat, masyarakat
mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa yang diharapkan atau bahkan
melebihi dari harapan masyarakat.

2. Administrasi Kependudukan
Administrasi kependudukan di Indonesia merupakan hal yang sangat
berperan dalam pembangunan, dimana dari sistem administrasi penduduk
tersebut dapat diketahui tentang data-data penduduk dan informasi yang
sesuai dengan keadaan penduduk dan tentang kondisi daerah tempat
tinggal penduduk. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan
pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh
penduduk yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Demikianlah halnya dalam memberikan pelayanan kepada publik,
aparat pemerintah harus mengetahui tentang administrasi kependudukan
khususnya bagi pegawai yang bekerja di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Pekanbaru. Setiap masyarakat, membutuhkan
pelayanan administrasi kependudukan untuk mendapatkan legalitas
keberadaan mereka di dalam sebuah negara dan mendapatkan status
hukum.
Status hukum diberikan untuk memberikan jaminan kepada penduduk
agar memperoleh keadilan. Keadilan merupakan tujuan dari usaha

4
penegakan hukum. Tiga unsur dalam menegakkan hukum dan keadilan
adalah : 1) Diperlukan adanya 2 peraturan hukum yang sesuai dengan
aspirasi masyarakat, 2) Adanya aparat penegak hukum yang profesional
dan bermental tangguh atau memiliki integritas moral yang terpuji, 3)
Adanya kesadaran hukum masyarakat yang memungkinkan
dilaksanakannya penegakan hukum.
Didalam Undang-Undang 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, administrasi Kependudukan ini memuat pengaturan dan
pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang
Administrasi Kependudukan. Dalam Administrasi kependudukan memuat
tentang peristiwa kependudukan dan peristiwa penting, yang dimaksud
peristiwa kependudukan antara lain perubahan alamat, pindah datang
untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubaan status orang asing tinggal
terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan peristiwa penting antara lain
kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk
pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan status
kewarganegaraan, ganti nama dan peristiwa penting lainnya yang dialami
oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena
membawa implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan
kependudukan.
3. Aplikasi Pelayanan Publik
e-Government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam proses pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan
pelayanan publik. Istilah e-Government berhubungan dengan kemampuan
untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk me-
ningkatkan hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara
pemerintah dan pelaku bisnis, dan di antara instansi pemerintah itu sendiri
baik antara eksekutif, yudikatif, maupun legislatif. Semua hal tersebut
dengan bantuan teknologi internet yang dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja.

5
Dengan memanfaatkan koneksi internet, maka akan muncul sangat
banyak pengembangan layanan dari pemerintah kepada masyarakat yang
memungkinkan peran aktif masyarakat dimana diharapkan masyarakat
dapat secara mandiri melakukan registrasi perizinan, memantau proses
penyelesaian, melakukan secara langsung untuk setiap perizinan dan
layanan publik lainnya.
Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat serta potensi
pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan,
pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume yang lebih besar
secara cepat dan akurat.
Kenyataan telah menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik
merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi
internasional, terutama dalam transaksi perdagangan, sehingga pemerintah
harus mampu memberikan informasi yang komprehensif kepada
masyarakat internasional agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat
meletakkan bangsa Indonesia pada posisi yang serba salah.
Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global
tersebut akan membawa masyarakat ke dalam jurang digital divide, yaitu
keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu
memanfaatkan informasi.
Dengan demikian pemerintah harus segera melaksanakan proses
transformasi menuju e-government. Melalui proses transformasi tersebut,
pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi
informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta
membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang
memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk
menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang
harus disediakan oleh pemerintah.
Oleh karena itu penataan yang tengah kita laksanakan harus pula
diarahkan untuk mendorong masyarakat menuju masyarakat informasi.
Terbentuknya pemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu
menjawab tuntutan perubahan secara efektif pemerintah harus mampu

6
memenuhi tuntutan masyarakat yang berbeda namun berkaitan erat, yaitu
masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi kepentingan
masyarakat luas diseluruh wilayah, yang dapat diandalkan dan terpercaya
serta mudah dijangkau secara interaktif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya dan peran pelayan publik alam pelaksanaan
implementasi aplikasi pelayanan publik kota Bandung (SALAMAN)
di wilayah Kelurahan Lebakgede Kecamatan Coblong Kota
Bandung?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam


implementasi aplikasi pelayanan publik kota Bandung (SALAMAN)
di wilayah Kelurahan Lebakgede Kecamatan Coblong Kota
Bandung?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
penulis dapat menentukan fokus studi dalam pengamatan ini, yaitu Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengembangan e-Government pada
setiap instansi harus berorientasi pada kerangka arsitektur yang dibuat.
Selanjutnya, berdasarkan fokus studi tersebut, maka penulis dapat merumuskan
beberapa pokok-pokok permasalahan berikut ini:
1. Memahami faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat dalam implementasi aplikasi pelayanan publik kota
Bandung (SALAMAN) di wilayah Kelurahan Lebakgede Kecamatan
Coblong Kota Bandung.
2. Mengoptimalkan implementasi aplikasi pelayanan publik kota Bandung
(SALAMAN) di wilayah Kelurahan Lebakgede Kecamatan Coblong Kota
Bandung?

7
A. Metode Observasi
Pengamatan ini bertujuan mengkaji secara mendalam mengenai
pengimplementasi aplikasi pelayanan publik kota Bandung
(SALAMAN) di wilayah Kelurahan Lebakgede Kecamatan Coblong
Kota Bandung, maka metode pengamatan yang tepat digunakan adalah
metode pengamatan deskriptif kualitatif. Pendekatan pengamatan
deskriptif kualitatif adalah memberikan gambaran yang jelas tentang
situasi-situasi sosial yang ada di lapangan. Tujuan dari pengamatan ini
adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan
yang terjadi saat pengamatan berjalan dan menyuguhkan apa adanya.
Pengamatan ini tidak memiliki hipotesis, karena pengamatan ini
tidak ditujukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan untuk
ditolak atau diterima, namun ditekankan pada pengumpulan data untuk
menganalisis kebijakan yang telah dibuat. Dengan demikian pengamatan
ini bertujuan untuk menganalis keberhasilan implementasi aplikasi
pelayanan publik kota Bandung (SALAMAN) di wilayah Kelurahan
Lebakgede Kecamatan Coblong Kota Bandung.
Pengamatan ini berusaha untuk menggambarkan proses
implementasi aplikasi pelayanan publik kota Bandung (SALAMAN) di
wilayah Kelurahan Lebakgede Kecamatan Coblong Kota Bandung,
secara seksama dan komprehensif yang merupakan hasil pengumpulan
data tertulis dan data tidak tertulis. Data tertulis berupa dokumen
sedangkan data tidak tertulis berupa kata-kata atau tindakan dengan
menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.

Data yang dikumpulkan dalam pengamatan ini dilakukan melalui


hubungan langsung dengan sumber secara alamiah dengan
menggunakan instrument pengumpulan data yang dilakukan sendiri oleh
pengamat sebagai pengumpul data. Pengamat langsung bertindak
sebagai instrumen pengamatan, karena pengamatan ini sebagai
pengamatan kualitatif memerlukan manusia sebagai instrumen
pengamatan.

8
BAB III KAJIAN PUSTAKA
1. E-Government
E-Government ialah sebagai upaya pemanfaatan informasi dan teknologi
komunikasi untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas, transparansi dan
akun tabilitas pemerintah dalam memberikan pelayanan publik secara lebih
baik (Falih Suaedi, Bintoro Wardianto 2010).

2. Jenis-Jenis Pelayanan Pada E-Government


Dalam konsep E-Government dikenal empat jenis klasifikasi, hal ini seperti
yang di kemukakan (Falih Suaedi, Bintoro Wardianto 2010) yaitu ;
1. Government to Citizens (Pemerintah ke Masyarakat) Pemerintah
membangun dan menerapkan berbagai aplikasi teknologi informasi untuk
memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat. Contoh : E-KTP
2. Government to Business (Pemerintah ke Pelaku Usaha) Contohnya pada
proses perizinan pendirian usaha dan investasi, pengadaan lelang oleh
pemerintah, dan kegiatan lain yang membutuhkan informasi secara online
bagi pelaku usaha.
3. Government to Government (Pemerintah ke Pemerintah) Memperlancar
kerjasama antar negara dengan dimudahkannya komunikasi, seperti
kepentingan diplomasi, atau berbagai informasi yang dianggap penting
oleh negara yang satu dan lainnya.
4. Government to Employees (Pemerintah ke Aparatnya) keadaan internal juga
menjadi tempat diterapkannya E-Government dalam upaya kemudahan
informasi atau akses berbagai tugas/hasil kerja dan lainnya.

3. Model e-Government
Terdapat empat model tahapan pengembangan e-Government. Model ini
terbagi atas dimensi kompleksitas teknologi dan organisasi dengan tingkat
integrasi data dan informasi. Adapun tahapan pengembangan tersebut adalah:
1. Catalouging, memiliki karakteristik berfokus kepada bagaimana pemerintah
memberikan informasi dan mempresentasikannya ke dalam website.
Biasanya, pemerintah akan memberikan informasi yang terbaru (up to date)
kepada masyarakat. Jika perlu, pemerintah akan memberikan file yang dapat
diunduh dan digunakan oleh masyarakat.

9
2. Transaction, memiliki karakteristik bahwa pemerintah terhubung langsung
dengan sistem internal pemerintah melalui antar muka dan memberikan
jalan bagi masyarakat untuk melakukan pengurusan administrasi kepada
pemerintah secara elektronik
4. Manfaat E-Government
Negara-negara maju memandang bahwa implementasi e-Government yang
tepat akan secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat
disuatu Negara secara khusus, dan masyarakat dunia secara umum. Ada
beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan diterapkannya konsep e-
Government bagi suatu Negara, antara lain :
a. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholdernya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.
b. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance.
c. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi
yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan
aktivitas sehari-hari.
d. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan
sumbersumberpendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak
yang kepentingan.

5. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang
menjadi bahan perbandingan dan kajian, adapun hasil dari penelitian terdahulu
akan dijadikan acuan yang tidak terlepas dari topik penerapan E-Government
dalam pelayanan publik melalui sebuah aplikasi. Penulis mengambil jurnal-
jurnal penelitian sebagai refrensi dalam memperkaya bahan kajian pada
penelitian penulis.
Penelitian terdahulu pertama berdasarkan yang pernah dilakukan dengan
judul “Pengembangan E-Government Melalui Layanan Aspirasi Masyarakat
Kabupaten Magelang” ditulis oleh (Yeni Denisa Lestari, Joko Tri Nugraha,
Nike Mutiara Fauziah, 2019). Menurut penelitian, Pemerintah Kabupaten

1
0
Magelang menyediakan Layanan Aspirasi Masyarakat sebagai wadah untuk
menampung aspirasi masyarakat seperti pertanyaan, pengaduan, dan tuntutan
dalam rangka pembentukan E-Government. Yaitu Layanan Aspirasi
Masyarakat dilihat dari 3 (tiga) aspek dalam pengembangan E-Government
yaitu Publish (komunikasi satu arah) yang dapat diakses oleh masyarakat,
informasi yang dapat adalah seluruh aspirasi masyarakat beserta tanggapan dari
SKPD terkait. Aspek kedua Interact (komunikasi dua arah), dalam hal ini sudah
tersedia media pendukung interaksi antara pemerintah dengan masyarakat
contohnya media computer dan jaringan. Aspek ketiga Transact (Transaksi),
dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Magelang membebaskan biaya kepada
masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasinya melalui Layanan Aspirasi
Masyarakat (Lestari, Nugraha, & Fauziah, 2019).
Pada penelitian yang berjudul “Inovasi Pelayanan Publik Berbasis
EGovernment Aplikasi Ogan Lopian Kabupaten Purwakarta” ditulis oleh
(Haura Atthara 2018). Melalui analisis tiga elemen sukses dari Harvard JFK
School of Government, bahwa elemen pertama yaitu support dalam
pengembangan E- 21 Government melalui pejabat publik dengan melahirkan
aplikasi Ogan Lopian dan Sampurasun yang basis pelayanannya berkaitan
dengan informasi pariwisata, kesehatan, keamanan, lowongan kerja, laporan
pengaduan masyarakat. Kedua adalah elemen capacity, dalam ketersediaan
sumber daya finansial pada pembuatan aplikasi Ogan Lopian dan Sampurasun
pemerintah daerah Purwakarta mengeluarkan anggaran yang cukup banyak,
untuk ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai aplikasi
Ogan Lopian dan Sampurasun harus terus diupgrade sehingga semakin layak
digunankan bagi masyarakat. Untuk ketersediaan sumber daya manusia dengan
keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk memastikan bahwa E-
Government diterapkan sesuai dengan konsep manfaat yang diharapkan.
Elemen yang terakhir adalah value, dimana elemen ini menentukan bagaimana
besar atau tidaknya manfaat dari EGovernment yang dirasakan oleh masyarakat
sebagai penerima pelayanan. Dari sisi sumber daya infrastruktur teknis,
informasi dan komunikasi, serta pengelolaan sumber daya manusia, aplikasi
Ogan Lopian yang diperkenalkan oleh Diskominfo Pemerintah Purwakarta

1
1
masih membutuhkan pematangan dan pemantapan (Dan & Di, n.d.).
Penelitian terdahulu ketiga dengan judul “Penerapan E-Government Dalam
Pelayanan Publik Di Kabupaten Sidoarjo” ditulis oleh (Sabino Mariano, 2018)
mengatakan bahwa Penerapan E-Government dengan tujuan bahwa hubungan
pemerintah baik dengan masyarakatnya maupun dengan para pelaku bisnis
yang dapat berlangsung secara efisien, efektif dan ekonomis. Sama seperti
penelitian terdahulu yang kedua, peneltian ini mengmabil pendekatan Elemen
Support, Elemen Capacity, dan Elemen Value, Dari sisi elemen Support
pelayanan yang diberikan melalui situs pemerintah dan sistem aplikasi belum
ditunjang oleh sistem manajeman dan proses kerja yang efektif, keterbatasan
SDM sangat membatasi penetrasi komputerisasi ke dalam sistem manajemen.
Dari sisi elemen Capacity, tidak memadainya anggaran yang dialokasikan
untuk pengembangan eGovernment sehingga menjadi kendala tersendiri dalam
penerapan E-Government di Kabupaten Sidoarjo. Dari sisi elemen Value
(manfaat), penyediaan sistem 22 aplikasi memberikan dampak yang positif
dalam pelayanan publik (Sabino Mariano, 2019).
Pada dasarnya E-Government merupakan upaya dari pemerintah dalam
mengembangkan penyelenggaraan pelayanan publik berbasis digital teknologi
informasi. Alhasil, E-Government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi
informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan layanan kepada warganya
(Dinda mahdanisa dan Nurlim 2018) (Mahdanisa & Nurlim, 2018) Menurut Zweers
dan Plangue mendefinisikan bahwa E-Government berhubungan dengan penyediaan
informasi, layanan atau produk yang disiapkan secara elektronik oleh pemerintah agar
tidak kenal batas kapan saja dan di mana saja, sehingga meningkatkan nilai partisipasi
di semua kalangan (Oktavya, 2015).

1
2
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Organisasi
SDN 085 Ciumbuleuit Kota Bandung merupakan Sekolah
Dasar (SD) Negeri yang bertempat di jalan Bukit Raya No. 173 dan
terakredatasi A.
Nama : SDN 085 CIUMBULEUIT KOTA BANDUNG
NPSN : 20245142
Alamat : Jl. Bukit Raya No. 173
Kode Pos : 40142

Desa/Kelurahan : Ciumbuleuit
Kecamatan/Kota (LN) : Kec. Cidadap
Kab.-Kota/Negara (LN) : Kota Bandung
Propinsi/Luar Negeri (LN) : Prov. Jawa Barat
Status Sekolah : NEGERI

Waktu Penyelenggaraan : Double Shift/6 hari

B. Visi
Visi SD Negeri 085 Ciumbuleuit adalah ”TERWUJUDNYA
GENERASI YANG BERKARAKTER, BERIMAN, BERILMU,
MANDIRI, BERPRESTASI, DAN BERBUDAYA
LINGKUNGAN”.
C. Misi
Adapun misi dari SD Negeri 085 Ciumbuleuit adalah sebagai
berikut :

1. Melaksanakan kegiatan di sekolah berpedoman pada kurikulum.

2. Membiasakan pelaksanaan ibadah secara baik dan benar.

3. Mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam berfikir dan


bertindak.

1
3
4. Mengoptimalkan segenap potensi sekolah untuk
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
5. Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif
dan menyenangkan.

6. Menumbuhkan budaya senang membaca.

7. Mewujudkan iklim sekolah yang sehat, bersih, aman, dan nyaman.

8. Meningkatkan penghijauan lingkungan sekolah.

9. Mencintai dan melestarikan budaya daerah.

10. Memotivasi untuk bisa berkompetensi dalam


kemampuan akademik maupun non akademik.

1
4
D. Tugas Pokok, Fungsi dan Peran
Adapun profesi jabatan penulis adalah Tenaga
Administrasi Sekolah di SDN 085 Ciumbuleuit. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
menyebutkan bahwa pendidikan pada SD/ MI atau bentuk lain
yang sederajat berfungsi:
a. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan,
akhlakmulia, dan kepribadian luhur.
b. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dancinta
tanah air;

c. Memberikan dasar-dasar kemampuan intelektual


dalam bentuk kemampuan dan kecakapan
membaca, menulis, dan berhitung;
d. Memberikan pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi;

e. Melatih dan merangsang kepekaan dan kemampuan


mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan,
kehalusan, dan harmoni;
f. Menumbuhkan minat pada olahraga,kesehatan, dan
kebugaran jasmani; dan
g. Mengembangkan kesiapan fisik dan mental untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS atau bentuk lain
yang sederajat.

Menurut UU No 14 tahun 2005, Guru adalah pendidik


profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikananak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam
pasal 20 Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
kewajiban Guru dan Dosen, yakni:

1
5
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran,
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan seni
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbanganjenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi
fisik tertentu, atau latar belakang keluarga dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran,

1
6
d. Menjunjung tinggi peraturan perundangundangan hukum,
kode etik guru serta nilai-nilai agama,
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa

E. Struktur Organisasi

Gambar 2. 1 Struktur Organigram SDN 085 Ciumbuleuit


Bandung

1
7
BAB
III TEMUAN
DAN ANALISA
A. Kebijakan/Peraturan Kepala Sekolah
1. Jam Kerja dimulai pukul 07.00-14.00 pada hari senin-sabtu

Mengacu pada aturan jam minimal dan maksimal


seorang guru, sebenarnya telah diatur dalam UU Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 35 ayat (2)
disebutkan bahwa "Beban kerja guru sebagaimana pada ayat
(1) adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam
tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu”.
Dalam upaya tersebut, Kepala Sekolah membuat
peraturan pada semua pegawai sekolah (Guru) agar
melakukan finger print pada saat datang dan pulang dari
sekolah. Dan tentu kehadiran ini akan berpengaruh pada
sumber penghasilan para ASN, oleh karena itu kepala sekolah
melakukan pemantauan jika saja ada yang persentase
kehadirannya rendah. Dan konsekuensi jika tidak
melaksanakan fingers print bukan hanya akan mendapat
potongan penghasilan, tapi juga bisa mendapat panggilan dan
surat pernyataan untuk tidak mengulanginya.

2. Pelatihan Komputer dan Pengembangan IT para guru


Berdasarkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020
Pedoman Penyelenggaraan Belajar di Rumah dalam masa
Covid 19. Dan didorong dengan akan munculnya kurikulum
merdeka. Maka dengan ini, para stakeholder dituntut untuk
lebih memahami teknologi modern (IT).
Kepala Sekolah SDN 085 Ciumbuleuit membuat satu
kegiatan dimana guru-guru yang dianggap sudah paham
komputer untuk mengajari hal-hal dasar, seperti: mengetik,
mengedit file, membuat penilaian, dll. Disamping itu, Kepala
Sekolah selalu mewajibkan guru-guru untuk mengikuti
workshop yang seringkali dilakukan oleh pemerintah atau
instasi lainnya dalam upaya pemahaman lebih dalam terkait
merdeka belajar. Dalam setiap kegiatan Kepala Sekolah selalu
meminta bukti dokumentasi. Tentu jika ada guru yang jarang
atau bahkan tidak melaksanakan kegiatan ini, maka akan
langsung dipanggil dan mendapatkan teguran peringatan.

9
3. Pelaporan PJJ dan PTMT

Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2022. Isinya Tentang


Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa
Darurat Penyebaran Covid-19. Dengan adanya edaran
tersebut tentu saja Kepala Sekolah membuat kebijakan terkait
laporan pembelajaran yang dilakukan siswa, dimulai dari
kehadiran dan dokumentasi siswa.

B. Hasil Temuan Pengamatan


Dalam temuan pengamatan ini berupa data-data yang
diperoleh dari lapangan yang bersifat deskriptif. Hal ini sangat
diperlukan sebagai hasil pertimbangan antara hasil temuan
pengamatan dilapangan dengan teori yang digunakan
berdasarkan pembahasan pengamatan.
Pengamat memfokuskan pada identifikasi penyebab isu
kurangnya kedisiplinan dan partisipasi guru dalam kebijakan
yang dibuat Kepala Sekolah SDN 085 CIUMBULEUIT, dalam
pengamatan ini juga akan diuraikan mengenai komunikasi krisis
yang dirancang oleh Kepala Sekolah SDN 085 Ciumbuleuit
dalam mengatasi isu berkurangnya partisipasi anggota dalam
mengikuti program kemajuan sekolah.
Saat ini secara mendetail dan dapat pengamat sampaikan
temuan- temuan yang diperoleh dari hasil penyajian data
tersebut adalah :
1. Isu kurangnya pasrtisipasi guru di SDN 085 Ciumbuleuit

Seiring dengan berjalannya waktu organisasi akan


mengalami perubahan, entah perubahan tersebut mengarah
pada hal yang lebih baik atau sebaliknya. Dalam pengamatan
ini digambarkan bahwa keadaan SDN 085 CIUMBULEUIT
saat ini sedang diterpa sebuah isu yang mengatakan bahwa
partisipasi anggota dalam mengikuti peraturan dan program
SDN 085 CIUMBULEUIT kini berkurang. Dari hasil
pegumpulan data yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan metode dokumentasi serta hasil observasi
langsung pengamat dapat sajikan hasil pengumpulan data
tersebut pada penyajian data, selanjutnya dari penyajian data
tersebut pengamat menganalisa untuk mendapatkan suatu
temuan dari hasil pengamatan.
Berdasar pada penyampaian sebelumnya yakni
kebijakan dan peraturan, pengamat dapat menguraikan
temuan-temuan yang identifikasi menjadi penyebab
terjadinya isu berkurang partisipasi guru tersebut :

10
Yang pertama, temuan mengenai adanya kelompok-
kelompok kecil dalam SDN 085 CIUMBULEUIT.
Kelompok-kelompok kecil yang dimaksud pengamat disini
adalah ada semacam gap antar guru, mereka tidak dapat
berbaur menjadi satu meskipun dalam satu payung
organisasi, mereka juga jarang berkomunikasi, ini berarti
bahwa komunikasi antar anggota tidak berjalan dengan baik.
Menurut data yang pengamat sajikan pada pembahasan
sebelumnya berdasar pada hasil observasi, dapat pengamat
temukan bahwa penyebab munculnya kelompok-kelompok
kecil ini adalah diantaranya ada : 1). Solidaritas rendah,
menjadi salah satu pemicu muculnya kelompok- kelompok
kecil ini. Hubungan yang kurang erat antar anggota
menjadikan solidaritas antar guru SDN 085 Ciumbuleuit
menjadi rendah, akibatnya mereka terbentuk menjadi
kelompok-kelompok kecil karena tidak didasari pada satu
rasa yang sama. Komunikasi antar guru pun terlihat berjalan
kurang baik, mereka cenderung melakukan komunikasi
dengan kelompoknya sendiri, sekalipun berkomunikasi itu
karena suatu sifat yang penting, jika hanya sekedar bercanda
dan berbincang ini jarang terjadi. 2). Adanya pengutamaan
jabatan. Bukan hanya masalah solidaritas rendah yang
menjadi pemicu munculnya kelompok-kelompok kecil
dalam SDN 085 CIUMBULEUIT tersebut. Jabatan juga
teridentifikasi menjadi salah satu penyebab muculnya
kelompok-kelompok kecil tersebut, hasil temuan pengamat
mengatakan bahwa guru yang sudah ASN berkumpul
menjadi satu mendapat tempat perhatian dan tempat khusus
dalam SDN 085 CIUMBULEUIT. 3). Persamaan Usia.
Kelompok-kelompok ini terbagi menjadi kelompok muda
dan kelompok berumur. Disini kelompok guru yang berumur
seringkali tidak mau mengikuti perubahan dan lebih

11
menyerahkan kepada para kelompok muda untuk melakukan
inovasi baru.

Kedua, Kepedulian pengurus rendah. Selain adanya


kelompok- kelompok kecil dalam SDN 085
CIUMBULEUIT, pengamat menemukan bahwa kepedulian
Kepala Sekolah yang rendah juga menjadi sebab isu
kurangnya partisipasi dan kedisiplinan guru di SDN 085
CIUMBULEUIT. Maksud dari kepedulian pengurus rendah
ini adalah, pengurus dinilai kurang mampu atau kurang bisa
memberikan dampak yang bisa jadi bahan

12
renungan jika guru tidak melaksanakan kewajibannya.
Kepedulian pengurus rendah tersebut dapat dilihat dari
beberapa hal, yakni : 1). Kurang pengawasan. Saat
pelaksanaanya kebijakan atau peraturan ini tidak benar-
benar di pantau semaksimal mungkin, hal ini dikarena
karena pada kenyataanya guru-guru masih bisa pergi terlebih
dahulu untuk melakukan kegiatan lainnya, padahal jam kerja
di sekolah belum berakhir. Banyak guru lebih memilih
Kembali pulang ke rumah untuk melakukan pekerjaan rumah
daripada tetap menunggu di sekolah sampai waktu kerja
habis. 2). Sikap Kepala Sekolah yang kurang tegas. Ini juga
merupakan suatu gambaran bahwa kepedulian Kepala
Sekolah dinilai rendah. Sikap Kepala Sekolah yang terkesan
masa bodoh dan cuek terlihat pada sikapnya membiarkan
gurunya yang melewatkan tugas dan kewajibannya dalam
mentaati peraturan. Dalam data hasil temuan pengamat sikap
Kepala Sekolah yang masa bodoh dan cuek ini terlihat pada
sikapnya memperlakukan gurunya.

Ketiga, kekecewaan sekolah. Diatas telah disebutkan


munculnya kelompok-kelompok kecil dalam sekolah dan
rendahnya kepedulian Kepala Sekolah, selain yang tersebut
diatas pengamat juga menemukan bahwa kekecewaan
sekolah juga menjadi penyebab isu tersebut. Adanya rasa
kecewa pada sebagian guru terhadap sekolah dapat dijadikan
alasan mengapa para guru ini tak lagi seaktif dahulu.
Kekecewaan Sekolah tersebut didasarkan pada : 1).
Semangat sekolah yang rendah. Rendahnya semangat
beberapa guru ini seakan mensugesti guru lainnya, melihat
bahwa semangat tak lagi ada mereka jadi ikut-ikutan malas.
Akhirnya lama-kelamaan melepaskan diri dari sekolah. Para
informan menyayangkan hal tersebut, mengutip apa yang
sudah disampaikan oleh informan, memang pada guru

13
berusia muda semangat itu telah dibakar habis-habisan,
karena dengan usia yang masih muda kesempatan belajar itu
masih sangat banyak dan panjak, pengalaman pun juga
masih harus dicari dan dirasakan lebih banyak lagi. Akan
tetapi merekapun merasa lelas dan akhirnya malas karena
ketidakaktifan guru yang sudah berumur 2). Mekanisme
sekolah tidak berjalan dengan baik. Dari hasil temuan
pengamat yang selanjutnya adalah terkait dengan
mekanisme organisasi yang dinilai tidak berjalan dengan

14
baik. Fakta bahwa organisasi bermasalah dalam
mekanismenya adalah, pada peristiwa penyusunan 8 standar,
dimana banyak guru-guru yang tidak paham akan tugas
masing-masing, tetapi tidak ada usaha untuk belajar
memahami dan mencari tahu, serta tidak ada himbuan dari
Kepala Sekolah akan betapa pentingnya untuk melaksanakan
kewajibannya dalam 8 standar. Hal ini menyebabkan
mekanisme tersebut tidak berjalan dengan baik, focus
kegiatan hanya pada kegiatan akibatnya, program yang
lainnya menjadi terbengkalai.
Uraian diatas telah menjelaskan apa yang menjadi
penyebab isu berkurangnya pasrtisipasi guru dalam
mengikuti kebijakan atau peraturan di SDN 085
CIUMBULEUIT. Dari apa yang telah ditulis pengamat
diatas terlihat bahwa sebab-sebab itu meliputi, adanya
kelompok-kelompok kecil dalam Sekolah, kepedulian
Kepala Sekolah rendah serta kekecewaan Sekolah.

2. Komunikasi krisis SDN 085 CIUMBULEUIT

Komunikasi krisis yang dimaksud pengamat disini


adalah langkah- langkah yang diambil oleh Kepala Sekolah
bersama dengan guru yang berpengaruh dalam menangani
isu berkurangnya partisipasi guru lainnya dalam kegiatan
SDN 085 CIUMBULEUIT. Dari hasil penyajian data penulis
dapat menjelaskan hasil temuan tersebut adalah
menggunakan langkah komunikasi krisis yang terbilang
cukup sederhana, tak perlu waktu perencanaan yang sangat
lama.
Dari Hasil pengumpulan data tersebut pengamat
menemukan bahwa sudah ada upaya dari Kepala Sekolah
SDN 085 CIUMBULEUIT untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan tesebut diatas, mula-mula Kepala Sekolah mulai

15
meraba-raba dan merasakan hal-hal yang terjadi pada sekolah
yang dipimpinnya tersebut. Pada tahap tersebut diatas Kepala
Sekolah mulai merasakan adanya keadaan yang tidak
seharusnya. Awalnya Kepala Sekolah hanya cuek saja dengan
keadaan namun lama kelamaan Kepala Sekolah merasa bahwa
keadaan tak kunjung berubah, oleh sebab itu Kepala Sekolah
mulai memikirkan cara untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut. Kepala Sekolah khawatir apabila keadaan tersebut
dibiarkan tanpa ada penanganan,

16
maka public eksternal akan tahu dan Kepala Sekolah khawatir
ini akan mempengaruhi citra dan reputasi sekolahnya. Oleh
sebab itu Kepala Sekolah mulai memikirkan cara agar
sekolahnya tersebut tetap dalam keadaan baik- baik saja
sehingga citra dan reputasinya pun akan terjaga dengan baik.
Selanjutnya sebagai wujud bahwa Kepala Sekolah
telah mempunyai keinginan dan iktikad baik untuk menangani
masalah-masalah dalam organisasi yang dipimpinnya, maka
Kepala Sekolah melakukan aksi. Adapun aksi yang pertama
tersebut adalah Kepala Sekolah mencoba berkomunikasi dan
mendekati kelompok-kelompok kecil. Dalam aksi ini Kepala
Sekolah mencoba masuk kedalam kelompok-kelompok kecil
tersebut, Kepala Sekolah berusaha untuk masuk dan mengikuti
obrolan mereka, dengan cara seperti ini Kepala Sekolah
berharap bisa akrab dan membaur dengan guru tersebut. Jika
selama ini Kepala Sekolah merasa bahwa dirinya kurang
mendekat, melalui cara ini dia berharap bisa dekat dan
membaur dengan semuanya. Tidak hanya itu melalui cara ini
Kepala Sekolah berharap bisa mendengar keluh kesah para
guru di sekolahnya secara langsung, karena biasanya orang
akan mempercayakan suara hatinya kepada orang-orang yang
dekat dengannya.
Selain mendekati dan mencoba masuk dalam
kelompok-kelompok kecil ini, Kepala Sekolah juga mencoba
melakukan pendekatan secara personal. Pendekatan tersebut
ditujukan kepada guru-guru yang dirasa kurang vocal. Saat
melakukan pendekatan secara personal ini, Kepala Sekolah
mengaku bahwa berkomunikasi dengan masing-masing orang
itu jauh lebih mudah daripada harus berkomunikasi didepan
orang banyak.

Setelah melakukan langkah-langkah yang telah


pengamat jelaskan diatas berdasarkan pada hasil temuan

17
pengamat dilapangan maka sudah seharusnya program
tersebut dinilai sejauh mana program tersebut dapat berjalan,
serta menilai apakah program tersebut efektif atau tidak untuk
dijadikan salah satu cara menyelesaikan masalah.
Dari hasil penyajian data yang ada pada pembahasan
sebelumnya Kepala Sekolah telah menjelaskan bagaimana
jalannya program tersebut. Dari hasil yang dikemukakan,
Kepala Sekolah merasa bahwa yang membawa efek dari
beberapa cara diatas adalah pendekatan-pendekatan pada
masing- masing kelompok dan juga pendekatan secara
personal. Kepala Sekolah

18
merasa kini para guru di sekolahnya tersebut mulai mau
berkomunikaasi dengannya.

C. Konfirmasi Temuan dengan Teori


Komunikasi Krisis SDN 085 CIUMBULEUIT dalam Teori
Situational Crisis Communication.

Situational Crisis Communication Theory (SCCT) yang


digagas oleh Timothy W. Coombs dan Holladay S.J, teori SCC
ini dapat digunakan untuk menjelaskan reaksi public terhadap
sebuah krisis dan strategi krisis (crisisresponse) yang dibuat
oleh praktisis public relations. SCCT mengantisipasi reaksi
public terhadap krisis yang dapat mengancam reputasi
organisasi.

Menurut teori ini, pada dasarnya public mempunyai


atribusi-atribusi tertentu tentang krisis, dimana atribusi tersebut
akan menentukan reputasi organisasi. Atribusi pada dasarnya
adalah persepsi public terhadap krisis. Kata- kata yang ada pada
manajemen akan mempengaruhi bagaimana public
mempersepsi organisasi dan krisis. Teori ini mencoba
menjelaskan beberapa aspek dari krisis yang dapat
mempengaruhi atribusi yang diberikan public. Point penting
dalam teori SCC ini adalah penekanannya pada upaya
melindungi public dari kerugian dan kerusakan daripada
melindungi reputasi organisasi. Menurut teori ini, menjamin
keselamatan dan keamanan public adalah prioritas utama dalam
mengahadapi situasi krisis.

Sebuah fitur penting dari komunikasi krisis adalah


pengelolaan komunikasi organisasi yang kompleks. Gregory
(2008) menunjukkan bahwa berkomunikasi dalam suatu krisis
adalah tindakan penyeimbangan yang sulit. Disini organisasi
harus memutuskan pesan yang harus disampaikan secara

19
internal maupun eksternal. Dalam non-krisis situasi komunikasi
biasanya mengalir melalui saluran komunikasi tertentu dan
mengikuti rantai-perintah organisasi.
Teori SCC digunakan oleh pengamat untuk
menganalisis apakah tindakan komunikasi atau langkah-
langkah yang diambil oleh Kepala Sekolah SDN 085
CIUMBULEUIT dalam menyelesaikan permasalahan tersebut
sudah baik. Menurut temuan data yang pengamat dapat dari
hasil wawancara dengan

20
informan dalam hal ini titik point pentingnya ada pada Kepala
Sekolah selaku pengambil keputusan. Temuan pengamat diatas
dilihat secara garis besar bahwa langkah yang telah diambil
Kepala Sekolah tak memberikan efek yang berarti bagi guru,
efek yang dimaksud tersebut adalah tidak mempu
menyelesaikan substansi persoalan yang menjadi pemicu krisis.
Betapa tidak, dari hasil wawancara menunjukkan bahwa
langkah-langkah penanganan krisis tersebut tak mendapat
respon yang baik dari guru, bahkan guru terkesan cuek dengan
langkah-langkah tersebut. Ditambah lagi adanya kecenderungan
Kepala Sekolah melakukan proses pembiaran atau cuek
terhadap respon yang diberikan guru di sekolahnya.
Dari realitas yang ad diatas jika ditelaah menggunakan
teori SCC, tampak bahwa ketua tidak menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya. Teori SCC menghendaki bahwa public
adalah yang utama, dimana keadaan public, tidak hanya keadaan
fisiknya yang harus dilindungi akan tetapi keadaan psikis public
juga perlu untuk dilindungi dan diselamatkan, dalam hal ini
kenyamanan hati dalam berorganisasi adalah satu point penting
yang harus diperhatikan. Tanpa public organisasi tidak akan
berjalan, teori SCC mengatakan bahwa publiclah yang utama baru
kemudian reputasi.
D. Analisa
1. Kehadiran guru di sekolah

Terlihat dari komitmen guru-guru dalam melaksanan


tugas di sekolah sesuai jam kerja yang ditetapkan
pemerintah, dapat terlihat dari grafik dibawah ini:

21
Grafik 3. 1 Total guru yang konsisten dalam jam
kerja

22
2. Sistem pembelajaran yang dilakukan guru

Pada pelayanan guru terhadap orangtua terkait


perkembangan pembelajaran siswa dan pelaksanaan
pembelajaran itu sendiri. Dalam hal ini, tentu semua pihak
perlu beradaptasi khususnya guru. Dapat terlihat pada grafik
dibawah ini mengenai tingkat presentase komunikasi yang
dilakukan guru untuk mendukung proses Pembelajaran saat
ini:

Grafik 3. 2 Sistem Pembelajaran Guru

Dari data diatas terlihat 47% guru menggunakan metode


campuran untuk pembelajaran dan 37% untuk bermain games.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan gawai (gadget) dalam
rangka mendukung proses pembelajaran jarak jauh di SDN 085
Ciumbuleuit masih sangat rendah.

3. Pelaporan PJJ dan PTM

Pada masa pandemic covid-19 setiap sekolah dasar


harus memiliki dokumentasi terkait pelaksanaan
pembelajaran, maka guru diharuskan untuk melaporkan
kegiatan pembelajaran di kelasnya. Dapat terlihat pada grafik
dibawah ini mengenai tingkat presentase komunikasi yang

23
dilakukan guru untuk mendukung proses Pembelajaran saat
ini:

24
Grafik 3. 3 Pengumpulan Laporan PJJ dan PTMT

Jika dilihat, semangat dan kekonsistenan guru dalam


melakukan pengumpulan laporan semakin lama semakin
rendah, hal ini sangat berpengaruh pada pelaporan harian
pada dinas. Meski sudah di wanti-wanti, tetapi karena tidak
ada pengawasan yang lebih dari Kepala Sekolah
menyebabkan guru-guru abai dan santai.
Ketiga hal tersebut merupakan salah satu bagian kecil
dampak dari adanya masa pandemi serta kurangnya semangat
adaptasi guru dalam memberikan inovasi metode pembelajaran
yang menyenangkan dan bermakna.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN

A. Kesi
mpul
an

26
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dan hasil
analisis isu menggunakan teknik observasi dan dokumentasi terhadap
hasil dari peraturan yang dibuat pada lingkup pekerjaan penulis di
SDN 085 Ciumbuleuit adalah belum optimalnya kesadaran para guru
akan kepatuhan terhadap peraturan dan semangat memberi
pembelajaran yang inovasi dan menarik pada masa pandemi di SDN
085 Ciumbuleuit.
Hasil temuan yang didapat bahwa di SDN 085
CIUMBULEUIT terdapat krisis komunikasi yang menghambat
kinerja guru, serta partisipasi guru yang sangat rendah dalam berbagai
kegiatan dan kebijakan yang dibuat Kepala Sekolah. Dalam hal ini
Kepala Sekolah sudah melakukan pendekatan akan tetapi tidak
berdampak pada krisis ini, dan krisis inilah yang menyebabkan
dampak yang tidak baik bagi guru maupun nama baik dan kemajuan
sekolah.

B. Saran
Perlu adanya ketegasan yang lebih besar dari Kepala Sekolah kepada
para guru

terkait kedisiplinan dan kepatuhan guru terhadap kebijakan dan


peraturan yang dibuat. Selain itu, penting bagi Kepala Sekolah untuk
memantau secara langsung setiap hari terkait etika, dan kinerja guru
pada saat jam kerja. Keterlibatan Kepala Sekolah menjadi kunci
penting dalam pencapaian tujuan, Dalam permasalahan sekecil apapun
jika akhirnya menimpang dari tugas dan fungsinya, seharusnya Kepala
Sekolah bisa langsung memberi sanksi yang dapat memberi jera bukan
hanya sekedar menegur dan memberi perkataan-perkataan motivasi.
Yang paling utama adalah kesadaran dari para guru.
Pendidikan tidak melihat dari usia, meski sudah menjadi seorang guru
apa salahnya belajar lagi untuk menjadi lebih hebat. Terutama pada
perkembangan zaman saat ini, teknologi bukan lagi sekedar ilmu
pengetahuan tetapi kebutuhan manusia untuk menjalani kehidupan

27
yang semakin modern. Maka dari itu, saya harap guru yang sudah
berusia pun jangan sampai kalah dengan semangat guru muda.
Kedisiplinan juga menjadi kunci keberhasilan seseorang dan sebuah
perusahaan, disiplin yang maksud adalah terkait waktu kinerja.

28
DAFTAR
PUSTAKA

Nurchasanah, Wulan. 2021 “LAPORAN AKTUALISASI


HABITUASI NILAI- NILAI DASAR PROFESI ASN DI
SDN 085 CIUMBULEUIT KOTA BANDUNG”. Bandung:
SDN 085 CIUMBULEUIT.
Sepriani, Yesi. 2015. “KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM
PEMENUHAN

KEWAJIBAN GURU MENGAJAR 24 JAM” dalam


Manajer Pendidikan Vol.9 (hlm.15-20). Bengkulu:
NitroPDF professional.

Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2020. Tentang Kebijakan Merdeka


Dalam Penentuan Kelulusan Peserta Didik dan
Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran
2020/2021.

Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020.


Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah
Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease
(Covid-19).

Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014. Tentang Aparatur Sipil


Negara.

Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan


Dosen:UU Guru dan Dosen
LAMPIRAN

29
Pembagian Tugas Pengamatan:

1. Muhammad Abizar :-

2. Novia Dara Selvira : a. mencari peraturan

b. mencari temuan

c. mencari data

d. Menyusun makalah pengamatan

Pembagian Tugas Pengamatan:

3. Muhammad Abizar :-

4. Novia Dara Selvira : a. membuat PTT

b. presentasi

30
31
6.

Anda mungkin juga menyukai