1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas pekenanaanNya sehingga Naskah Akademik tentang
Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang
dapat terselesaikan dengan baik. Berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik
Daerah maka Perusahaan daerah yang telah didirikan sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini dapat diubah menjadi BUMD.
Dengan perubahan normatif yang terjadi pada Peraturan pemerintah
di atas maka dipandang perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota
Kupang.
Keberadaan PDAM sebagai penyedia air minum untuk
masyarakat di Kota Kupang sudah lama berdiri dan melayani
masyarakat. Perubahan regulasi yang terjadi sebagai akibat dari
perubahan social tentu tidak dapat dihindari termasuk di bidang
Perusahan Daerah sehingga dalam level Pemerintah daerah perlu
dilakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan peraturan yang
lebih tinggi. Disamping itu Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun Tahun
2013 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang
ini sudah tidak relevan dengan perkembangan saat ini terutama
terkait dengan keberadaan pengandali internal sehingga harus
diperbaharui dengan Peraturan Daerah yang baru.
Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang
dilakukan melalui beberapa langkah sebagaimana diatur dalam
2
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Langkah awal dalam pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang Penyesuaian
Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang
menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang yakni
Pemerintah Daerah memulai dengan penyusunan naskah akademik.
Ini tahapan yang paling penting untuk dilakukan sehingga Peraturan
Daerah yang terbentuk nantinya sesuai dan sejalan dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Naskah Akademik Ranperda tentang Penyesuaian Bentuk
Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang disusun dengan
menggunakan metode yuridis normatif dengan dukungan data
empiris sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Naskah Akademik ini dapat diselesaikan atas kerjasama dari
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM NTT dengan
Peremerintah Daerah Kota Kupang serta berbagai pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu sehingga kami perlu menyampaikan
ucapan terima kasih.
Tim menyadari bahwa Naskah Akademik ini masih jauh dari
sempurna sehingga kami menerima segala kontribusi pemikiran
yang bersifat membangun dalam rangka penyempurnaannya. Akhir
kata besar harapan tim penyusun, Naskah Akademik ini akan
menjadi dasar kajian dalam pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum
Kota Kupang.
COVER ..................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................. .. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................ 4
DAFTAR TABEL ........................................................................................ 5
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... 6
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara Indonesia yang berbentuk kesatuan tidak mungkin
ada daerah yang bersifat staat atau negara bagian. Konsekuensinya
adalah timbul hubungan hukum antara Pemerintah pusat dan
Pemerintah Daerah. Hubungan hukum antara pemerintah pusat dan
daerah, khususnya negara berkembang seperti Indonesia, tergantung
pada sistem yang digunakan dalam pengaturan hubungan tersebut.
Secara teoritis, ada dua model sistem yang dapat digunakan, yakni
model sistem sentralisasi dan model sistem desentralisasi. Kedua
sistem tersebut hanyalah terbatas sebagai model, sebab di seluruh
dunia dewasa ini tidak ada satu negara yang secara ekstrim
pemerintahannya bersifat sentralisasi atau sebaliknya desentralisasi
penuh1.
Sistem sentralisasi menerapkan kekuasan yang terfokus pada
pemerintahan pusat. Artinya semua kewenangan dan terkooptasi
pada pemerintah pusat. Dalam sistem desentralisasi terjadi
penyerahan kewenangan pemerintahan pusat kepada daerah. Daerah
yang mendapat mengatur rumah tangga daerahnya sendiri sehingga
disebut sebagai daerah otonom.
Pemberian otonomi kepada daerah pada hakekatnya
merupakan manifestasi dari sistem desentralisasi dalam
pemerintahan di suatu negara. Konsep desentralisasi itu sendiri
dalam ilmu administrasi publik merupakan sebuah pendekatan dan
teknik manajemen yang berkenaan dengan fenomena tentang
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab (delegation of authority
1
Muchsan. 1999. Kajian Yuridis Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi
yang Seluas-luasnya. Makalah Seminar Nasional. Otonomi Daerah dalam Perspektif
Ekonomi dan Bisnis. Yogyakrta: FE UPN Veteran
7
and responsibility) dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada
yang lebih rendah. Kebijakan desentralisasi menyangkut perubahan
hubungan kekuasaan di berbagai tingkat pemerintahan.
Desentralisasi mencakup pemerintahan wilayah administratif
dan pemerintahan daerah otonom. Dalam pemerintahan wilayah
administratif ditandai dengan adanya aparat dan pejabat-pejabat
birokrasi pemerintah pusat yang ditugaskan di daerah sebagai field
administrator. Aparat ini tidak memiliki kekuasaan politik. Yang
mereka miliki hanyalah kewenangan administratif guna
melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan di tingkat
pusat. Dalam daerah pemerintah daerah otonom ciri utamanya
adalah memiliki lembaga perwakilan yang pada umumnya didasarkan
atas dasar pemilihan dan memiliki kekuasaan pemerintahan tingkat
daerah. Lembaga tersebut memiliki kewenangan politik untuk
membuat kebijakan publik.
Desentralisasi dalam sistem pemerintahan di Indonesia
mengacu kepada pembentukan suatu area yang disebut daerah
otonom yang akan merupakan tempat atau lingkup dimana
kewenangan yang diserahkan dari pusat akan diatur, diurus, dan
dilaksanakan. Daerah otonom tersebut berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat. Urusan-urusan
tersebut mula-mula sebagai urusan pemerintah pusat, kemudian
setelah diserahkan kepada daerah menjadi urusan daerah yang
sifatnya otonom.
Atas dasar prinsip desentralisasi ini maka Pemerintah Daerah
mempunyai kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri berdasarkan
rambu-rambu kewenangan yang diberikan. Hal ini kemudian
membuat Pemerintah Daerah menjalankannya dengan menggali
potensi yang ada di daerah untuk mengembangkan segala aspek
termasuk perekonomiannya. Potensi ekonomi daerah yang ada
kemudian digali dan dikembangkan berdasarkan asas pemerintahan
yang baik dengan tujuan utama yaitu mencari keutungan bagi daerah
8
dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Penggalian potensi
daerah ini kemudian diusahakan sedemikian rupa dengan
mendirikan perusahaan daerah yang dibentuk dengan Peraturan
Daerah lengap dengan modal yang ada di dalamnya yang tujuannya
adalah untuk memajukan potensi daerah ini dan dikelola secara baik
oleh sebuah manajemen yang berorientasi pada profit baik
Perusahaan Daerah itu sendiri maupun bagi Pemerintah Daerah
selaku pemilik Perusahaan.
Melalui konsep ini Pemerintah Daerah Kota Kupang turut
memikirkan konsep ini dengan melihat potensi daerah yang ada dan
membuat Perusahaan Daerah yang pada prinsipnya adalah untuk
sebesar- besarnya Pendapatan Daerah dan juga untuk melayani
masyarakat di Kota Kupang. Perusahaan Daerah yang dibentuk
untuk melayani masyarakat dan untuk meningkatkan PAD yaitu
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang. Dalam melaksanakan
jalannya perusahaan daerah ini maka Pemerintah Daerah
menyertakan modalnya untuk membiayai segala bentuk aktivitas
perusahaan daerah termasuk biaya operasional awal dan gaji para
karyawan dengan asumsi bahwa setelah perusahaan ini berkembang
dengan baik dan mendapatkan keuntungan maka modal akan
dikembalikan ke Pemerintah Daerah dan seterusnya akan
dikembangkan dan menjadi penghasilan tetap dari daerah Kota
Kupang sendiri.
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 6 Tahun 2013
tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum; dalam
menjalankan kegiatan usahanya mampu beroperasi secara optimal,
dan berjalan dengan baik sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap Pendapatan Asli Daerah. Namun pasca terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik
Daerah maka Pemerintah Daerah dapat melakukan penyesuaian
terhadap Bentuk Perusahaan Daerah Air Minum Daerah Kota Kupang
9
ini. Sesuai dengan ketentuan Pasal 139 ayat (1) Perusahaan daerah
yang telah didirikan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini
dapat diubah menjadi BUMD; dan ayat (2) Terhadap perusahaan
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang kepemilikan saham
1 (satu) Daerah di bawah 51% (lima puluh satu persen), Daerah
tersebut wajib menyesuaikan kepemilikan sahamnya menjadi paling
sedikit 51% (lima puluh satu persen).
Sehubungan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang
secara ekonomi sangat prospektif dan melayani kebutuhan dasar
yakni air minum untuk masyarakat di Kota Kupang maka perlu
dilakukan penyesuaian bentuk hukumnya. Penyesuaian bentuk
hukum ini tentu memenuhi ketentuan normatif guna memberikan
kepastian hukum terhadap pelaksanaan kegiatan PDAM Kota Kupang
ke depannya.
Dari argumentasi mendasar di atas maka perlu dibentuk
Peraturan Daerah tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan
Daerah Air Minum menjadi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air
Minum Kota Kupang. Namun sebelum dibentuk Peraturan Daerah
tentang Penyesuaian bentuk hukum PDAM Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Kota Kupang maka
perlu disusun Naskah Akademik yang menjadi dasar pijakan berpikir
sebelum membentuk sebuah Peraturan Daerah.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, maka setiap
tahapan pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota secara
mutatis mutandis mengikuti pengaturan tentang tahapan
pembentukan Peraturan Daerah Provinsi. Salah satu tahapan dalam
pembentukan Peraturan Daerah adalah tahap penyusunan yang
meliputi penyusunan naskah akademis dan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah. Keberadaan naskah akademik tersebut
menjadikan naskah akademik memiliki urgensi dalam Pembentukan
Peraturan Daerah Kota Kupang tentang Penyesuaian Bentuk Hukum
10
Perusahaan Daerah Air Minum menjadi Perusahaan Umum Daerah
Air Minum. Selain pengaturan angka 1 Lampiran I Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan yang mengatur Tehnik Penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi,
dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
mengamanatkan bahwa : Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan penjelasan atau
keterangan, dan/atau naskah akademik. Selanjutnya mengenai
teknik penyusunan naskah akademik maka Pasal 57 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan mengatur bahwa penyusunan naskah
akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan sesuai
dengan tehnik penyusunan naskah akademik. Kemudian dalam ayat
(2) menyatakan bahwa ketentuan mengenai tehnik penyusunan
naskah akadmemik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Undang-Undang ini.
Oleh karena Pasal 63 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangna mengatur
bahwa: ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 62
berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota, maka ketentuan Pasal 57 ayat (1) dan (2)
serta Pasal 56 ayat (2) juga berlaku dalam penyusunan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian menjadi jelas bahwa
dalam pembentukan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang
Retribusi Penyedotan Kakus harus didahului dengan penyusunan
naskah akademik. Naskah Akademik ini menjadi sangat penting
karena beberapa alasan berikut :
11
Pertama, perumusan permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat terutama di
Kota Kupang terkait dengan penyesuaian bentuk hukum Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perumda Air Minum akan
digambarkan secara baik dalam Naskah Akademik ini.
Kedua, permasalahan yang dihadapi sebagai alasan
pembentukan rancangan peraturan daerah ini sebagai dasar hukum
penyelesaian masalah (solusi) terhadap penyesuaian bentuk hukum
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perumda Air
Minum menjadi terang dan teruraikan dengan jelas.
Ketiga, perumusan pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis, dan yuridis pembentukan peraturan digambarkan secara
komprehensif. Landasan filosofis adalah pertimbangan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum
bangsa Indonesia. Landasan sosiologis menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam berbagai aspek. Landasan yuridis menggambarkan bahwa
peraturan dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang
telah ada, aturan yang akan diubah, atau yang akan dicabut.
Keempat, perumusan sasaran yang akan diwujudkan, ruang
lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam
rancangan peraturan akan digambarkan secara komprehensif.
Naskah Akademik berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi
muatan. Materi muatan itu setidaknya meliputi ketentuan umum,
materi yang akan diatur, ketentuan peralihan, ketentuan pentup dan
sanksi jika diperlukan.
Dengan demikian maka ketika peraturan daerah yang akan
lahir dari Naskah Akademik ini dalam tataran implementasi, menjadi
tepat sasaran sesuai dengan tujuan pembentukan dan ditetapkannya
12
Peraturan Daerah; dan membawa manfaat dan kebaikan bagi
masyarakat di Kota Kupang.
Berdasarkan latar belakang pemikiran sebagaimana dalam
deskripsi sebelumnya maka Pemerintah Daerah Kota Kupang
menyusun Naskah akademik sebagai dasar penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Kota Kupang tentang Penyesuaian Bentuk Hukum
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) menjadi Perusahaan Umum
Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang.
B. Identifikasi Masalah
1. Perilaku bermasalah apakah yang mengakibatkan tidak adanya
kepastian hukum dalam Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah
Air Minum Kota Kupang?
2. Mengapa diperlukan peraturan daerah tentang Penyesuaian Bentuk
Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang sebagai dasar
pelibatan negara dalam mengatasi masalah tidak adanya kepastian
hukum dan kemanfaatan hukum dalam Penyesuaian Bentuk
Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang?
3. Apakah yang menjadi landasan filosofis, landasan sosiologis, dan
landasan yuridis dari pembentukan peraturan daerah tentang
Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota
Kupang?
4. Sasaran apakah yang ingin dicapai; dan bagaimanakah ruang
lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dari
pembentukan peraturan daerah tentang Penyesuaian Bentuk
Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang?
13
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Merumuskan Perilaku bermasalah yang mengakibatkan tidak
adanya kepastian hukum dalam Penyesuaian Bentuk Hukum
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan
Umum Daerah Air Minum Kota Kupang di Kota Kupang!
2. Merumuskan alasan yuridis perlunya peraturan daerah tentang
Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang
di Kota Kupang!
3. Merumuskan landasan filosofis, landasan sosiologis, dan landasan
yuridis dari pembentukan peraturan daerah tentang Penyesuaian
Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang
menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang di Kota
Kupang!
4. Merumuskan sasaran yang ingin dicapai, dan ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dari pembentukan
peraturan daerah tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah
Air Minum Kota Kupang di Kota Kupang!
Dari tujuan di atas, maka kegunaan penyusunan naskah akademik
ini adalah sebagai acuan penyusunan dan pembahasan Rancangan
Peraturan Daerah tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Kota Kupang.
D. Metode
Dalam melakukan suatu penelitian hukum tidak dapat terlepas
dengan penggunaan metode penelitian. Karena setiap penelitian apa saja
pastilah menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan yang
diangkat. Penyusunan naskah akademik ini dilaksanakan melalui mix
14
metode yakni metode penelitian hukum empiris dan penelitian hukum
normatif.
Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian
hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan
meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti keadaan PDAM Kota Kupang
berserta dengan kondisi pelayanan air minum maka metode penelitian
hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis.
Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta
yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan
pemerintah.
Metode penelitian hukum normatif adalah suatu metode atau jenis
yang biasa disebut sebagai penelitian hukum doktriner atau penelitian
pustaka. Dinamakan penelitian hukum doktriner dikarenakan
penelitian ini hanya ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis
sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya pada pada pustaka
atau sumber- sumber hukum karena akan membutuhkan data-data
yang bersifat sekunder pada perpustakaan,literarur, dokumen dan
peraturan perundang- undangan.
Dalam penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari
berbagai aspek seperti aspek teori, filosofi, perbandingan, struktur/
komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan pada tiap
pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang serta
bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum. Sehingga dapat kita
simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai cakupan yang
luas.
Kedua metode penelitian ini akan dilakasanakan melalui beberapa
cara yaitu pendampingan dan masukan dari narasumber terpilih,
menggunakan metode presentase, curah pendapat, diskusi, pengkajian
peraturan perundang-undangan terkait kewenangan Peyesuaian
Perusahaan Daerah Air Minum serta FGD (Focus Group Discussion)
bersama para pemangku kepentingan terkait di bidang Penyesuaian
15
Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang yaitu Organ
Perusahaan, Dewan Pengawas, Pemerintah Daerah dan Tokoh
Masyarakat serta perwakilan sebagai pelanggan. Metode tersebut
meliputi:
• Diskusi pada pertemuan awal dengan Bagian Hukum dan PDAM Kota
Kupang sebagai inisiator Peraturan Daerah tentang Penyesuaian
Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang
• Rapat persiapan untuk menyamakan persepsi untuk pengumpulan
data primer dan sekunder;
• Fokus Group Diskusi (FGD): FGD dilakukan untuk identifikasi dan
analisis kebijakan masalah Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah
Air Minum Kota Kupang yang melibatkan unsur Organ PDAM, Dewan
Pengawas, Pemerintah Daerah Kota Kupang dan Tokoh Masyarakat
serta perwakilan pelanggan.
• Konsultasi Publik yang bertujuan untuk mendapatkan legitimasi dan
kesepahaman bersama antara masyarakat sebagai pelanggan, organ
PDAM dan Pemerintah Daerah, terhadap materi muatan Ranperda,
melalui penyampaian Draft Naskah Akademik yang telah disusun,
termasuk alasan-alasan yang dikemukakan dan dampaknya,
disinilah tim akan mendapatkan feedback dari pemangku
kepentingan dan juga masyarakat yang hadir dalam kegiatan ini.
• Pertemuan akhir dengan Organ PDAM Kota Kupang dan Bagian
Hukum Setda Kota Kupang dalam rangka pengajuan Draft Naskah
Akademik final tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah
Air Minum Kota Kupang untuk dimasukan dalam rencana
pembahasan di Sidang DPRD Kota Kupang.
16
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
A. Kajian Teoritis
1. Teori Hukum terkait dengan Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan
Daerah.
a. Konsep Penyesuaian Bentuk Hukum Perusahaan Daerah
dikaitkan dengan Stufenbau Teori Hans Kelsen
Prinsip dasar dari aliran positivisme hukum adalah hukum
dipandang sebagai hal integral yang terlepas dari pengaruh
berbagai hal diluar hukum. Pemikiran filosof positivisme yang
popular dalam kalangan ilmu hukum adalah pemikiran Hans
Kelsen tentang teori hukum murni (reine rechtslere), grund
norm, dan stufenbautheorie2. Pemikiran Hans Kelsen adalah
pemikiran yang komprehensif terhadap hukum dalam
pandangan positivisme. Penggunaan teori Hans Kelsen ini akan
dikhususkan pada pemaknaan substansi hukum dalam sistem
hukum untuk menjamin kepastian hukum yang nantinya akan
dielaborasi dengan pemikiran aliran utillity dan sociological
yurisprudance. Harapannya, elaborasi tersebut akan menjamin
kepastian hukum, namun di sisi lain juga akan mampu
menciptakan kemanfaatan hukum demi tercipta keadilan.
Terkait dengan kajian Peyesuaian Perusahaan Daerah Air
Minum Perusahaan daerah ini akan difokuskan dengan
Stufenbou Theorie yang diajarkan oleh Hans Kelsen ini. Teori ini
kemudian kita kenal dengan teori penjenjangan hukum yang
sangat relevan hingga saat ini. Adanya grund norm
mengakibatkan diperlukannya suatu tata hukum secara
sistematis. Peraturan hukum keseluruhannya tersistem dari
2Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence)
Termasuk Interpretasi Undang-undang (legisprudance), Ed.1, Cet.1, Kencana, 2009,
Jakarta, hlm 60-63.
17
grund norm yang berada di atas segalanya. Stuffenbou Theorie
diilustrasikan sebagai suatu piramida yang mana grund norm
menempati posisi pada puncak piramida dan peraturan
keseluruhannya tersistem ke bawah dengan sifat semakin ke
bawah semakin menyebar dan tertentu. Grund norm bersifat
abstrak dan semakin ke bawah semakin konkret. Dalam proses
tersebut apa yang semula berupa sesuatu yang seharusnya,
berubah menjadi sesuatu yang dapat dilakukan.
Berikut digambarkan skema ajaran Stufenbau Theorie Hans
Kelsen.
Gambar 2 1
Ajaran Stuffenbau Theorie Hans Kelsen3
Basic norm
(grund norm)
Enabling act
(secondary norm
Expressing Primary norm)
Byelaw
(secondary norm
Expressing Primary norm)
3 Ibid.
18
yang jelas dan setiap tingkatan mempunyai nilai sendiri- sendiri
tetapi tidak bertentangan satu sama yang lain. Hal lain yang
menjadi acuan adalah bahwa peraturan yang lebih tinggi
menjadi acuan untuk membentuk peraturan yang lebih konkret
dibawahnya dan dalam penghapusannya atau pencabutannya
digunakan instrumen hukum yang setingkat.
Dalam kaitan dengan Penyesuaian Perusahaan Daerah
digunakan instrumen hukum dalam ranah spesifik/konkret
yakni Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Ini merupakan
perintah dari peraturan di atasnya yaitu Undang- Undang
Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah
tentang Badan Usaha Milik Daerah. Dimana delegasi yang
diberikan adalah Penyesuaian BUMD ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
20
tentu saja diharapkan juga terjadinya stabilitas sosial terutama
yang terjadi sehari-harinya di dalam kehidupan perusahaan.
Kaitan dengan ini kemudian diperoleh pengertian hukum
bisnis menurut Dr. Johannes Ibrahim, SH, M. Hum ialah
seperangkat aturan hukum yang diadakan untuk mengatur dan
menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam
aktivitas antar manusia terutama dalam bidang perdagangan 4.
Dengan rumitnya pengertian hukum di dalam bisnis tersebut,
tentu saja akan membawa kemudahan dalam mejalankan
proses/kegiatan bisnis di dalam kesehariannya. Karena,
berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan perusahaan akan
berpijak pada setiap ketentuan yang telah disepakati bersama
dan sah secara hukum. Sehingga, tidak akan ada yang dengan
gampang menyimpang dari peraturan jika sebelumnya telah
ditetapkan aspek hukum dalam dunia bisnis yang sedang
ditekuni. Dan akan gampang menentukan kebijakan
selanjutnya ketika terdapat jejak rekam jika sesuatu terjadi
perselisihan antara beberapa pihak yang berkaitan dan tiap
persoalan dapat diselesaikan dengan baik dan dengan seadil-
adilnya.
Perhatian yang memadai terhadap aspek hukum saat
pengambilan keputusan Bisnis akan banyak membawa
manfaat dalam menyikapi, menyiasati, atau mengendalikan
setiap keadaan, sehingga kemungkinan munculnya
permasalahan, risiko atau kerugian dikemudian hari dapat
dihindari atau diperkecil. Baik permasalahan yang terjadi itu
sifatnya internal maupun eksternal. Artinya, baik
permasalahan yang terjadi antara karyawan dengan
perusahaan maupun perusahaan dengan lingkungan.
4 Johanes Ibrahim : Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern Refika Aditama:
Bandung 2007 hlm 1
21
Hal ini pula sama dengan Pemerintah Daerah yang
melaksanakan bisnis atau menjalankan usaha di bidang
ekonomi yakni bahwa ada sebuah keharusan untuk mematuhi
ketentuan peraturan perundang- undangan. Prinsip untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang ditandai dengan
mengembangkan potensi daerah di bidang ekonomi melalui
pendirian Perusahaan Daerah. Sebelum menjalankan bisnis di
daerah maka Pemerintah Daerah wajib untuk membentuk
Perusahaan Daerah dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan yakni dituangkan dalam Peraturan Daerah melalui
persetujuan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Tentunya dengan mematuhi teori hukum bisnis ini maka
Perusahaan Daerah yang sudah ada dan sedang beroperasi
harus disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan
yang berlaku sehingga bisnis yang dijalankan oleh perusahaan
tetap sesuai dengan ketentuan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 54 tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik Daerah.
Penyesuaian bentuk hukum ini baik karena tujuannya adalah
untuk mengikuti perkembangan regulasi dan tetap
mempertahankan jalnnya perusahaan guna menghasilkan laba
bagi Perusahaan maupun bagi Pemerintah Daerah selaku
pemilik Perusahaan.
24
dirinya, secara umpan balik sebagai respon dari pemangku
peran atau yang dikenai peraturan hukum); dan
Keempat, how the law maker will act is a function of the
rules laid down for their behavior their sanction, the inhere
complex of social, political, ideological, and other forces
affecting them, and the feedbacks from role occupants and
bureaucracy. (Tindakan apa yang diambil oleh pembuat
undang-undang, juga merupakan fungsi peraturan hukum
yang berlaku, termasuk sanksi-sanksinya dan pengaruh
seluruh kekuatan strategis (ipoleksosbud hankam) terhadap
dirinya, serta umpan balik yang datangnya dari para
pemangku peran, pelaksana, dan penerap peraturan).
Empat proposisi di atas, secara jelas menggambarkan
bagaimana bekerjanya suatu peraturan hukum dalam
masyarakat. Teori Seidman ini dapat dipakai untuk mengkaji
peraturan hukum yang dibuat oleh para elite negara, dan
apakah bekerjanya hukum berfungsi sebagaimana mestinya
dan efektif berlakunya dalam masyarakat, atau justru
sebaliknya tidak efektif bekerjanya.
Hukum dapat bekerja dan berfungsi tidak sekedar apa
yang diharapkan oleh pembuat peraturan hukum, tetapi
perlu diteliti pada komponen elemen yang tidak bekerja
sebagaimana mestinya. Maksudnya tidak bekerja itu, bisa
datangnya dari pembuat peraturan hukum, atau dari para
penerap peraturan/pelaksana, ataukah dari pemangku
peran. Selain itu dapat dikaji kendala-kendala eksternal
global yang menyebabkan hukum tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Seperti ada tekanan-tekanan dari
pihak luar negeri yang tergabung dalam organisiasi
internasional.
Semua hal di atas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
:
25
• Setiap peraturan hukum memberitahu tentang
bagaimana seorang pemegang peranan itu diharapkan
bertindak. Bagaimana seorang itu akan bertindak sebagai
respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi-
peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-
sanksinya, aktivitas dari lembaga-lembaga pelaksana
serta keseluruhan kompleks sosial, politik dan lain-
lainnya mengenai dirinya.
• Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan
bertindak sebagai respons terhadap peraturan hukum
merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum yang
ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya,
keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik dan lain-
lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan balik
yang datang dari pemegang peranan.
• Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan
bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang
mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya,
keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik, ideologis
dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan
balik yang datang dari pemegang peran serta birokrasi.
Hukum tidak akan mungkin bekerja dalam ruang
hampa. Itulah sebabnya hukum dalam realitasnya berfungsi
sebagai faktor pengintegrasian masyarakat. Sebagai
pengatur sosial, hukum harus menjalani suatu proses yang
panjang dan melibatkan berbagai aktivitas dengan kualitas
yang berbeda-beda dalam proses pembuatan hukum dan
proses implementasi hukum. Proses pembuatan hukum itu
sesungguhnya mengandung pengertian yang sama dengan
istilah proses pembuatan Undang -Undang.
Pembuatan hukum merupakan awal dari bergulirnya
proses pengaturan pola pembentukan hukum untuk
26
mengatur tatanan kehidupan social. Dalam masyarakat
demokratis yang modern, badan legislatif berdaulat dalam
membuat kebijakan pembuatan hukum untuk menyalurkan
aspirasi masyarakat. Pada prinsipnya proses pembuatan
hukum tersebut berlangsung dalam dua tahapan besar,
yakni :
(a) Tahap Perencanaan
Lahirnya gagasan dalam masyarakat perlunya
pengaturan suatu hal melalui hukum yang masih murni
merupakan aktivitas sosiologis. Sebagai bentuk reaksi
terhadap sebuah fenomena sosial yang diprediksikan dapat
mengganggu keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di sinilah letak
betapa pentingnya kajian-kajian sosiologis dalam
memberikan sumbangan informasi yang memadai untuk
memperkuat gagasan tentang perlunya pengaturan sesuatu
hal dalam tatanan hukum.
41
C. Kajian Praktek Penyelenggaraan Kondisi yang ada dan
Permasalahan yang dihadapi terkait Peyesuaian Perusahaan
Daerah Air Minum
1. Praktek Penyelenggaraan Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Kupang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang
merupakan Badan Usaha milik Pemerintah Kota Kupang yang
didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 06
Tahun 2005 tanggal tanggal 19 September 2005 tentang
Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang.
Sebelum PDAM Kota Kupang berdiri, untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih di wilayah Kota Kupang dilayani oleh PDAM
Kabupaten Kupang dan UPTD Air Bersih Kota Kupang dibawah
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Kupang.
Manajemen PDAM Kota Kupang mulai resmi beroperasi
pada tanggal 3 April 2009 dengan pengangkatan Dewan Direksi
PDAM Kota Kupang oleh Walikota Kupang berdasarkan Surat
Keputusan Walikota Kupang Nomor 69/KEP/HK/2009 tentang
Pengangkatan Direktur Utama, Direktur Administrasi Keuangan
dan Direktur Teknik Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang.
Aset PDAM Kota Kupang seluruhnya berasal dari aset UPTD Air
Bersih Kota Kupang yang terbentuk pada tahun 2003.
Tujuan didirikannya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Kupang adalah menyediakan jasa pelayanan kebutuhan air
bersih kepada warga Kota Kupang dan turut serta melaksanakan
Pembangunan Daerah khususnya dan Pembangunan ekonomi
nasional umumnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan memenuhi kebutuhan rakyat untuk menuju masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila.
Sesuai dengan Peraturan Pendirian Perusahan diatas,
kegiatan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang ditetapkan
42
adalah untuk mengusahakan penyediaan air minum yang sehat
dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi masyarakat.
2. Kondisi yang ada terkait Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Kupang
a. Sumber Air Baku
PDAM Kota Kupang pada tahun 2019 melayani 12.715
sambungan. Dengan total sambungan pelayanan tersebut, maka
cakupan pelayanan teknis saat ini mencapai 37,56% atau sebesar
98.698 jiwa dari total jumlah penduduk Kota Kupang sebesar
463.350 jiwa (sumber Kota Kupang Dalam Angka 2019). Sumber
air baku yang digunakan PDAM Kota Kupang untuk melayani
pelanggannya secara lengkap disajikan pada tabel dibawah ini.
43
17 Sumur Bor Naioni Pompa 5 4 2,18
18 Sumur Bor MBR Fatukoa Pompa 10 5 4,18
19 Sumur Bor P2AT Walikota Pompa 7,5 5 2,85
20 Sumur Bor P2AT Bimoku Pompa 30 7,5 2,39
21 Mata Air Oeba Pompa 50 12 4,90
22 Intake Kali Dendeng Pompa 5 5 Tidak OP
23 WTP Biknoi Pompa 80 75 58,83
Air Curah BLUDSPAM NTT
b. Reservoir
PDAM Kota Kupang memiliki 27 reservoir/bak yang
berfungsi dengan baik dengan total kapasitas mencapai 7720 m3.
Di bawah ini disajikan tabel rincian reservoir PDAM Kota Kupang
Tabel 2.2 Data Reservoir Kota Kupang
44
9 Reservoir KD (Alak) 40
10 Reservoir Kapela (Alak) 75
11 Reservoir Kampung Lama 35
12 Reservoir Kampung Lama 30
13 Reservoir Keagungan Fatululi 100
Fatululi
14 Reservoir Ina Boi RSU 50
15 Reservoir Stim Oesapa I 150
16 Reservoir Stim Oesapa II 100
Oesapa
17 Reservoir Lasiana 200
18 Reservoir P2AT Bimoku 35
19 Reservoir Penkase 200
20 Reservoir Oeleta Penkase Penkase 150
21 Reservoir Perum KPN Penkase 75
22 Reservoir Perum KPN Manulai II 150
23 Reservoir SD Manulai II Manulai 200
24 Reservoir Kampung Baru Manulai II 75
25 Reservoir Ina Boi 1000
26 Reservoir Walikota (Moko) 75
27 Reservoir Walikota (Bak HK) 150
28 Reservoir Kelapa Lima 200
Walikota
29 Reservoir Oesapa Barat 200
30 Reservoir Walikota (Bak Tanam) 80
31 Reservoir Sikumana 200
Sikumana
32 Reservoir Trans 7 Sikumana 75
33 Reservoir Naioni Naioni 200
34 Reservoir Liliba 200
Liliba
35 Reservoir Liliba 25
36 Reservoir Naimata Naimata 250
37 Reservoir Naikolan 400
Naikolan
38 Reservoir Naikolan 100
39 Reservoir Kayu Putih Kayu Putih 1000
40 Reservoir Fatukoa Fatukoa 100
41 Reservoir Kolhua Kolhua 100
42 Reservoir IPA Manutapen Manutapen 200
45
43 Reservoir Kisbaki 35
44 Reservoir Nefonaek Pasir Panjang 100
45 Reservoir Oebobo Oebobo 50
46 Reservoir Mata Air Oeba Fatubesi 50
Jumlah 7720
Sumber : PDAM Kota Kupang
d. Pelayanan pelanggan
Jumlah sambungan pelanggan PDAM Kota Kupang
berdasarkan audit kinerja tahun 2019 adalah 12.715 sambungan
46
rumah. Dari jumlah pelanggan pada akhir tahun 2019 tersebut,
jika dihitung dengan besaran cakupan pelayanan yang dicapai
oleh PDAM Kota Kupang baru mencapai 37,56% (Asumsi 1 SR= 6
orang) dari seluruh jumlah penduduk Kota Kupang yang menurut
dokumen “Kota Kupang Dalam Angka Tahun 2019” telah
mencapai 463.350 jiwa.
Tabel 2.4 Sambungan Pelanggan PDAM Kota Kupang
47
layanan pembayaran juga perlu ditingkatkan. Dengan adanya
peningkatan jumlah pelanggan dan cakupan wilayah setiap tahun,
maka penambahan loket pembayaran dan kerjasama dengan
pihak ketiga perlu dilakukan untuk mempermudah proses
pembayaran air oleh pelanggan.
e. Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kupang Nomor
247/KEP/HK/2019 tanggal 19 Desember 2019 tentang
Pangangkatan Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Kupang Periode 2019-2023. Struktur Organisasi PDAM Kota
Kupang menurut peraturan walikota adalah sebagai berikut:
1) Walikota sebagai pemilik penanggung jawab perusahaan.
2) Dewan Pengawas.
3) Direktur
Di bawah ini disajikan gambar struktur organisasi PDAM
Kota Kupang.
Gambar 2.2
Struktur Organisasi PDAM Kota Kupang
48
WALIKOTA
DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR
49
Tabel 2.5 Data Pegawai PDAM Kota Kupang Berdasarkan
Pendidikan
50
untuk PDAM yang beroperasi di tingkat kota menunjukkan kinerja
yang baik.
51
• Perlu penyesuaian bentuk hukum karena perkembangan
regulasi yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
54 tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah;
• Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang yang ada saat ini
belum jelas bentuknya apakah berebentuk Perusahaan Umum
Daerah ataukah Perseroan Daerah sehingga perlu penegasan
mengenai bentuknya;
• Selanjutnya terkait dengan organ Perusahaan maka organ
Perusahaan Daerah dan Perusahaan umum daerah terdapat
perbedaan bentuk sehingga perlu disesuaikan yakni terkait
dengan keberadaan pengendali internal dalam Perumda
sehingga dapat menjalankan fungsi kontreol secara internal
terhadap kinerja Perumda;
• Perusahaan masih eksis berdiri dan beroperasi melayani
masyarakat di Kota Kupang dan trend pelayanan semakin
membaik dengan pelayanan yang diberikan sehingga perlu
didukung dengan regulasi yang memadai;
Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi diatas maka
perlu dilakukan penyesuaian bentuk Hukum terhadap Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum daerah Air
Minum Kota Kupang sehingga dapat menjalankan tuga dengan baik
dalam rangka menyediakan air minum untuk masyarakat dan
memberikan pendapatan asli untuk Kota Kupang.
6 Pasal 1 angka 40 Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
7 Pasal 331 ayat (1) dan (2) Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah
8 Pasal 331 ayat (4) Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
57
Sedangkan Pendirian BUMD didasarkan pada kebutuhan
Daerah dan kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.
Sumber modal BUMD terdiri dari penyertaan modal daerah,
pinjaman, hibah, dan sumber modal lainnya yang terdiri dari
kapitalisasi cadangan, keuntungan revaluasi aset, dan agio
saham9.
Penyertaan modal tersebut harus ditetapkan dengan Perda.
Penyertaan modal dimaksud dapat dilakukan dalam rangka
pembentukan BUMD maupun penambahan modal BUMD, baik
berupa uang ataupun barang milik daerah. Terkait dengan barang
milik daerah yang disertakan, harus dinilai sesuai nilai riil pada
saat barang milik daerah tersebut akan dijadikan penyertaan
modal10.
Bentuk hukum BUMD terdiri dari Perumda dan Perseroda.
Ciri-ciri Perumda sebagaimana diatur pada Pasal 334 sampai
dengan Pasal 338 adalah sebagai berikut:
1) Permodalan
Perumda adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh
satu daerah dan tidak terbagi atas saham. Dalam hal Perumda
akan dimiliki oleh lebih dari satu daerah, Perumda tersebut
harus merubah bentuk hukum menjadi Perseroda. Perumda
juga dapat membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki
saham pada perusahaan lain.
2) Organ
Perumda terdiri atas:
a) Kepala daerah selaku wakil daerah sebagai pemilik modal;
b) Direksi; dan
c) Dewan pengawas.
3) Laba
9 Pasal 332 Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
10 Pasal 333 Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
58
Laba Perumda ditetapkan oleh kepala daerah selaku wakil
daerah. Laba yang menjadi hak daerah disetor ke kas daerah
setelah disahkan oleh kepala daerah sebagai pemilik modal.
Laba tersebut dapat ditahan atas persetujuan kepala daerah,
dengan tujuan reinvestment berupa penambahan, peningkatan,
dan perluasan prasarana dan sarana pelayanan fisik dan
nonfisik serta untuk peningkatan kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas pelayanan umum, pelayanan dasar, dan usaha
perintisan.
4) Restrukturisasi
Perumda dapat melakukan restruksturisasi untuk
menyehatkan perusahaan umum Daerah agar dapat beroperasi
secara efisien,
akuntabel, transparan, dan profesional.
5) Pembubaran
Pembubaran Perumda ditetapkan dengan Perda. Kekayaan
perumda yang dibubarkan menjadi hak daerah dan
dikembalikan kepada daerah.
Sedangkan, Perseroda diatur di dalam Pasal 339 sampai
dengan Pasal 342, yang mana ciri-cirinya sebagai berikut:
1) Permodalan
Perseroda adalah BUMD yang berbentuk perseroan terbatas
yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau
paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh satu daerah. Setelah
pendiriannya ditetapkan dengan Perda, selanjutnya
pembentukan badan hukumnya dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan
terbatas.
Modal Perseroda terdiri dari saham-saham, dalam hal
pemegang saham perusahaan perseroan daerah terdiri atas
beberapa daerah dan bukan daerah, salah satu daerah
merupakan pemegang saham mayoritas.
59
Perseroda dapat membentuk anak perusahaan dan/atau
memiliki saham pada perusahaan lain. Pembentukan anak
perusahaan tersebut didasarkan atas analisa kelayakan
investasi oleh analis investasi yang profesional dan independen.
2) Organ
Perseroda terdiri atas:
a) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);
b) Direksi; dan
c) Komisaris.
3) Pembubaran
Perseroda dapat dibubarkan dan kekayaan Perseroda yang
dibubarkan menjadi hak daerah dan dikembalikan kepada
daerah.
Undang- Undang ini juga memaparkan unsur-unsur yang
harus diatur pada ketentuan lebih lanjut terkait pengelolaan
BUMD setidaknya harus memuat11:
a. tata cara penyertaan modal;
b. organ dan kepegawaian;
c. tata cara evaluasi;
d. tata kelola perusahaan yang baik;
e. perencanaan, pelaporan, pembinaan, pengawasan;
f. kerjasama;
g. penggunaan laba;
h. penugasan Pemerintah Daerah;
i. pinjaman;
j. satuan pengawas intern, komite audit dan komite lainnya;
k. penilaian tingkat kesehatan, restrukturisasi, privatisasi;
l. perubahan bentuk hukum;
m. kepailitan; dan
n. penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.
11 Pasal 434 Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
60
3. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan
Usaha Milik Daerah
Berdasarkan delegasi dari Undang- Undang Pemerintahan Daerah
dibentuklah Peraturan Pemeritah Tentang BUMD sebagai
Peraturan Pelaksananya. Inti dari BUMD ini sama seperti dengan
yang dituangkan dalam Undang- Undang Pemerintahan Daerah.
Hal- hal yang diatur lebih lanjut dan bertalian erat dengan
Pembubaran Perusahaan Daerah dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pendirian perusahaan
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 6 Tahun 2013
tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang.
Pada awal pembentukkannya Perusahaan Daerah ini bertujuan
untuk12:
a. memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah;
b. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup
masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang
bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik, dan
c. memperoleh laba dan/atau keuntungan.
Pendirian perusahaan umum Daerah diprioritaskan dalam rangka
menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup
masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang
bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik13.
Kondisi ini merupakan konsep ideal dari awal perencanaan
pembangunan perusahaan daerah. Sehingga pendirian Perusahaan
12 Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik Daerah
13 Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik Daerah
61
Daerah ini didasarkan pada Kebutuhan daerah dan kelayakan bidang
usaha BUMD yang akan dibentuk.
Untuk dasar pendirian perusahaan ini harus dilaksanakan
melalui beberapa kajian yakni untuk Kebutuhan Daerah perlu dikaji
melalui studi yang mencakup aspek pelayanan umum dan kebutuhan
masayarakat. Sedangkan mengenai dasar kelayakan bidang usaha
sendiri harus dikaji melalui analisis terhadap kelayakan ekonomi,
analisis pasar dan pemasaran, analisis kelayakan keuangan, dan
analisis aspek lainnya yang meliputi peraturan perundang-undangan,
ketersediaan teknologi; dan ketersediaan sumber daya manusia.
Kajian ini diprakarsai oleh Pemerinntah Daerah dan dilaksanakan
oleh Perangkat Daerah yang membidangi ekonomi dan
penganggarannya melalui APBD14.
Setelah kajian ini dilaksanakan maka Kepala Daerah
menyampaikan usulan rencana pendirian BUMD kepada Menteri
Dalam Negeri dengan melampirkan:
a. kebutuhan Daerah;
b. analisa kelayakan usaha;
c. ringkasan laporan keuangan Pemerintah Daerah 3 (tiga) tahun
terakhir;
d. dokumen Perda tentang APBD 3 (tiga) tahun terakhir; dan
e. dokumen RPJMD.
Setelah menerima dokumen ini Menteri Dalam Negeri melakukan
penilaian atas usulan rencana pendirian BUMD ini dan Hasil
penilaian ini disampaikan kepada gubernur dan bupati/walikota
paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak usulan rencana
pendirian BUMD diterima. Berdasarkan hasil penilaian yang
diberikan oleh Menteri Dalam Negeri ini maka Daerah dapat
menyusun rancangan Perda yang mengatur mengenai pendirian
14 Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik Daerah
62
BUMD. Inilah tahapan yang harus dilalui oleh Pemerintah Daerah
untuk mendirikan sebuah BUMD atau Perusahaan Daerah15.
15 Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik
Daerah
16 Pasal 124 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik
Daerah
17 Pasal 125 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik
Daerah
63
pemilik modal; b. Dewan Pengawas: dan c. Direksi.Bagian Kedua
Direksi Paragraf 1 Pengangkatan Pasal 3 (1) Direksi diangkat oleh
Kepala Daerah atas usul Dewan Pengawas. (2) Batas usia Direksi
yang berasal dari luar PDAM pada saat diangkat pertama kali
berumur paling tinggi 50 (lima puluh) tahun. (3) Batas usia Direksi
yang berasal dari PDAM pada saat diangkat pertama kali berumur
paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun. (4) Jabatan Direksi
berakhir pada saat yang bersangkutan berumur paling tinggi 60
(enam puluh) tahun.(1) Calon Direksi memenuhi persyaratan:Pasal
4 a. mempunyai pendidikan Sarjana Strata 1(S-1): b. mempunyai
pengalaman kerja 10 tahun bagi yang berasal dari PDAM
atau mempunyai pengalaman kerja minimal 15 tahun mengelola
perusahaan bagi yang bukan berasal dari PDAM yang dibuktikan
dengan surat keterangan (referensi) dari perusahaan sebelumnya
dengan penilaian baik; c. lulus pelatihan manajemen air minum
di dalam atau di luar negeri yang telah terakreditasi dibuktikan
dengan sertifikasi atau ijazah; d. membuat dan menyajikan
proposal mengenal visi dan misi PDAM;e. bersedia bekerja penuh
waktu: f. tidak terikat hubungan keluarga dengan Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah atau Dewan Pengawas atau Direksi
lainnya sampai derajat ketiga menurut garis lurus atau
kesamping termasuk menantu dan ipar; dan g. lulus uji kelayakan
dan kepatutan yang dilaksanakan oleh tim ahli yang ditunjuk
olehKepala Daerah. (2) Pengangkatan Direksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah.
Pasal 5 (1) Jumlah Direksi ditetapkan berdasarkan jumlah
pelanggan PDAM dengan ketentuan: a.1(satu) orang Direksi untuk
jumlah pelanggan sampai dengan 30.000; b. paling banyak 3
(tiga) orang Direksi untuk jumlah pelanggan dari 30.001
sampai dengan 100.000; dan c. paling banyak 4 (empat) orang
Direksi untuk jumlah pelanggan di atas 100.000. (2) Penentuan
64
jumlah Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dan huruf c dilakukan berdasarkan asas efisiensi dan
efektivitas pengurusan dan pengelolaan PDAM. (3) Direksi yang
berjumlah paling banyak 3 (tiga) atau paling banyak 4 (empat)
orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c,
seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama
berdasarkan penilaian terbaik atas hasil uji kelayakan dan
kepatutan yang dilakukan oleh Kepala Daerah terhadap seluruh
Direksi. (4) Masa jabatan Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk
1(satu) kali masa jabatan. (5) Pengangkatan kembali sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilakukan apabila Direksi terbukti mampu
meningkatkan kinerja PDAM dan pelayanan kebutuhan air
minum kepada masyarakat setiap tahun.
Pasal 6 (1) Direksi dilarang memangku jabatan rangkap,
yakni : a. jabatan struktural atau fungsional pada
instansi/lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah; b. anggota
Direksi pada BUMD lainnya, BUMN, dan badan usaha swasta; c.
jabatan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan pada
PDAM; dan/atau d. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (2) Direksi tidak boleti
mempunyai kepentingan pribadi secara langsung atau tidak
langsung yang dapat menimbulkan benturan kepentingan pada
PDAM.
Paragraf 2 Tugas dan Wewenang a. menyusun
perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh
kegiatan operasional PDAM; b. membina pegawai: c. mengurus
dan mengelola kekayaan PDAM; d. menyelenggarakan administrasi
umum dan keuangan; e. menyusun Rencana Strategis Bisnis 5
(lima) tahunan (business plan/corporate yang disahkan oleh
Kepada Daerah melalui usul Dewan Pengawas. f. menyusun dan
menyampaikan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan PDAM
65
yang merupakan penjabaran tahunan dart Rencana Strategis
Bisnis (business plan/corporate plan) kepada Kepala Daerah
melalui Dewan Pengawas; dan g. menyusun dan menyampaikan
laporan seluruh kegiatan PDAM.
Pasal 8 (1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf g terdiri dari Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan. (2)
Laporan Triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari laporan kegiatan operasional dan keuangan yang
disampaikan kepada Dewan Pengawas. (3) Laporan Tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan keuangan
yang telah diaudit dan laporan manajemen yang ditandatangani
bersama Direksi dan Dewan Pengawas disampaikan kepada
Kepala Daerah; (4) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disampaikan paling lambat 120 (seratus dua puluh) hari
setelah tahun buku PDAM ditutup untuk disahkan oleh Kepala
Daerah paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) had setelah
diterima. (5) Direksi menyebarluaskan Laporan Tahunan melalui
media massa paling lambat 15 (lima betas) hari setelah disahkan
oleh Kepala Daerah. (6) Anggota Direksi atau Dewan Pengawas
yang tidak menandatangani Laporan Tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus disebutkan alasannya secara
tertulis.
Pasal 9 Direksi dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai wewenang: a. mengangkat
dan memberhentikan pegawai PDAM berdasarkan Peraturan
Kepegawaian
PDAM; b. menetapkan susunan organisasi dan tata kerja
PDAM dengan persetujuan Dewan Pengawas; c. mengangkat
pegawai untuk menduduki jabatan di bawah Direksi; d. mewakili
PDAM di dalam dan di luar pengadilan: e. menunjuk kuasa untuk
melakukan perbuatan hukum mewakili PDAM; f.
menandatangani Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan; g.
66
menjual, menjaminkan atau melepaskan aset milik PDAM
berdasarkan persetujuan Kepala Daerah atas pertimbangan
Dewan Pengawas; h. melakukan pinjaman, mengikatkan diri
dalam perjanjian, dan melakukan kerjasama dengan pihak lain
dengan persetujuan Kepala Daerah atas pertimbangan Dewan
Pengawas dengan menjaminkan aset PDAM.
Pasal 10 Untuk mendukung kelancaran pengelolaan
PDAM, Direksi dapat diberikan dana representatif paling
banyak 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah
penghasilan Direksi dalam 1 (satu) tahun. Paragraf 3 Penunjukan
Pejabat Sementara Pasal 11 (1) Apabila sampai berakhirnya masa
jabatan Direksi, pengangkatan Direksi baru masih dalam proses
penyelesaian, Kepala Daerah dapat menunjuk/mengangkat
Direksi yang lama atau seorang Pejabat Struktural PDAM sebagai
pejabat sementara. (2) Pengangkatan pejabat sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
(3) Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berlaku paling lama 6 (enam) bulan. (4) Pejabat sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan pelantikan
dan pengambilan sumpah jabatan.
Paragraf 4 Penghasilan, Jasa Pengabdian, dan Cuti Pasal 12
(1) Penghasilan Direksi terdiri dari gaji dan tunjangan. (2)
Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a.
tunjangan perawatan/kesehatan yang Inyak termasuk istri/suami
dan anak; dan b. tunjangan lainnya. (3) Dalam hal PDAM
memperoleh keuntungan, Direksi memperoleh bagian dari
jasa produksi.(4) Besarnya gaji, tunjangan, dan bagian dad jasa
produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) ditetapkan oleli Kepala Daerah setelah memperhatikan
pendapat Dewan Pengawas dan kemampuan PDAM. (5) Jumlah
seluruh biaya untuk penghasilan Direksi, penghasilan Dewan
67
Pengawas, penghasilan pegawai dan biaya tenaga kerja lainnya
tidak boleh melebihi 40% (empat puluh per seratus) dari total biaya
berdasarkan realisasi Anggaran Perusahaan Tabun Anggaran
yang lalu.
Pasal 13 (1) Direksi setiap akhir masa jabatan dapat
diberikan uang jasa pengabdian yang besarnya ditetapkan oleh
Kepala Daerah berdasarkan usul Dewan Pengawas dan
kemampuan PDAM. (2) Direksi yang diberhentikan dengan
hormat sebelum masa jabatannya berakhir dapat diberikan uang
jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
syarat telah menjalankan tugasnya paling sedikit 1 (satu) tahun.
(3) Besarnya uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) didasarkan atas perhitungan lamanya
bertugas dibagi masa jabatan dikalikan penghasilan bulan
terakhir.(1) Direksi memperoleh hak cuti meliputi: a. cuti tahunan;
b. cuti besar; c. cuti sakit; d. cuti karena alasan penting atau
cuti untuk menunaikan lbadah haji; e. cuti nikah; f. cuti bersalin;
dan g. cuti di luar tanggungan PDAM. (2) Direksi yang
menjalankan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap
diberikan penghasilan penuh kecuali cuti di luar tanggungan
PDAM. (3) Pelaksanaan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur lebih lanjut oleh Kepala
Daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Paragraf 5 Pemberhentian(1) Direksi berhenti karena: a.
masa jabatannya berakhir; dan b.meninggal dunia. (2) Direksi
diberhentikan karena: a. permintaan sendiri;b. reorganisasi; c.
melakukan tindakan yang merugikan PDAM; d. melakukan
tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan
Daerah atau Negara;e. mencapal batas usia 60 (enam puluh)
tahun; dan f. tidak dapat melaksanakan tugasnya.(3)
Pemberhentian Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
68
Pasal 16 (1) Direksi yang diduga melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf c dan huruf
d diberhentikan sementara oleh Kepala Daerah atas usul Dewan
Pengawas untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (2)
Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Kepala Daerah disertal dengan alasan dan
diberitahukan kepada yang bersangkutan.
Pasal 17 (1) Paling lambat 1 (satu) bulan sejak
pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16, Dewan Pengawas melakukan sidang yang dihadiri oleh Direksi
untuk menetapkan yang bersangkutan diberhentikan atau
direhabilitasi. (2) Dewan Pengawas melaporkan kepada Kepala
Daerah hasil sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai bahan Kepala Daerah untuk memberhentikan atau
merehabilitasi.(3) Apabila dalam persidangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Direksi tidak hadir tanpa alasan yang
sah, yang bersangkutan dianggap menerima hasil sidang Dewan
Pengawas.(4) Apabila perbuatan yang dilakukan oleh Direksi
merupakan tindak pidana dengan putusan bersalah dan telah
memperoleh kekuatan hukum tetap yang bersangkutan
diberhentikan dengan tidak hormat.
Bagian Ketiga Dewan Pengawas Paragraf 1 Pengangkatan
Pasal 18 (1) Dewan Pengawas berasal dari unsur pejabat
pemerintah daerah, profesional dan/atau masyarakat konsumen
yang diangkat oleh Kepala Daerah (2) Batas usia Dewan Pengawas
paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun.
Pasal 19 (1) Calon anggota Dewan Pengawas memenuhi
persyaratan:a.menguasai manajemen PDAM; b. menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya; dan c. tidak
terikat hubungan keluarga dengan Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah atau Dewan Pengawas yang lain atau Direksi sampai
derajat ketiga baik menurut garis lurus atau kesamping termasuk
69
menantu dan spar. (2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 20 (1) Jumlah anggota Dewan Pengawas ditetapkan
berdasarkan jumlah pelanggan dengan ketentuan: a. paling
banyak 3 (tiga) orang untuk jumlah pelanggan sampai dengan
30.000; dan b. paling banyak 5 (lima) orang untuk jumlah
pelanggan di atas 30.000. (2) Penentuan jumlah Dewan Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
asas efisiensi pengawasan dan efektivitas pengambilan keputusan.
(3) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diangkat seorang sebagai Ketua merangkap anggota dan
seorang sebagai Sekretaris merangkap anggota dengan Keputusan
Kepala Daerah.
Pasal 21 (1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas paling
lama 3 (tiga) tahun clan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali
masa jabatan. (2) Pengangkatan kembali anggota Dewan
Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan kinerja dalam melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan Direksi dan kemampuan PDAM dalam
meningkatkan kinerja pelayanan air minum kepada masyarakat.
71
Pasal 27 Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, Dewan
Pengawas memperoleh bagian dari jasa produksi secara
proporsional dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 26.
Pasal 28 Besarnya uang jasa dan bagian dari bagian dari
jasa produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal
27 ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan memperhatikan
kemampuan PDAM.
Pasal 29 (1) Dewan Pengawas mendapat uang jasa
pengabdian yang besarnya ditetapkan oleh Kepala Daerah
dengan memperhatikan kemampuan PDAM. (2) Dewan Pengawas
yang diberhentikan dengan hormat sebelurn masa jabatannya
berakhir, mendapat uang jasa pengabdian dengan syarat telah
menjalankan tugasnya paling sedikit 1(satu) tahun. (3) Besarnya
uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) didasarkan atas perhitungan lamanya bertugas dibagi
masa jabatan dikalikan uang jasa bulan terakhir.
Paragraf 4 Pemberhentian Pasal 30 (1) Anggota Dewan
Pengawas berhenti karena: a. masa jabatannya berakhir; dan b.
meninggal dunia.(2) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan
karena: a. permintaan sendiri; b. reorganisasi; c. kedudukan
sebagai pejabat daerah telah berakhir; d. mencapai batas usia 65
(enam puluh lima) tahun; e. tidak dapat melaksanakan tugas: f.
melakukan tindakan yang merugikan PDAM: dan g. melakukan
tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan
Daerah atau Negara; (3) Pemberhentian anggota Dewan
Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Kepala Daerah.
Pasal 31 (1) Anggota Dewan Pengawas yang melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) huruf
f dan huruf g diberhentikan sementara oleh Kepala Daerah. (2)
Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
72
Pasal 32 (1) Paling lambat 1 (satu) bulan sejak
pemberhentian sementara, Kepala Daerah melaksanakan rapat
yang dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas untuk menetapkan
yang bersangkutan diberhentikan atau direhabilitasi. (2) Apabila
dalam waktu 1 (satu) bulan Kepala Daerah belum
melakukan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pemberhentian sementara batal demi hukum. (3) Apabila dalam
persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggota
Dewan Pengawas tidak hadir tanpa alasan yang sail, yang
bersangkutan dianggap menerima hasil rapat. (4) Apabila
perbuatan yang dilakukan oieh anggota Dewan Pengawas
merupakan tindak pidana yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. yang bersangkutan diberhentikan dengan tidak
hormat.
BAB III PEGAWAI Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 33 (1)
Pengangkatan pegawai PDAM harus memenuhi persyaratan: a.
Warga Negara Republik Indonesia; b. berkelakuan baik dan belum
pernah dihukum; c. mempunyai pendidikan, kecakapan dan
keahlian yang diperlukan; d. dinyatakan sehat oleh rumah sakit
umum yang ditunjuk oleh Direksi; e. usia paling tinggi 35 (tiga
puluh lima) tahun; dan f. lulus seleksi. (2) Pengangkatan pegawai
dilakukan setelah melalui masa percobaan paling singkat 3 (tiga)
bulan dan paling lama 6 (enam) bulan dengan ketentuan
memenuhi daftar penilaian kerja setlap unsur paling sedikit
bernilal baik. (3) Selama masa percobaan sebagaimana dimasud
pada ayat (2) dilakukan penilaian meliputi: a.loyalitas; b.
kecakapan; c.kesehatan; d.kerjasama; e.kerajinan; f. prestasi
kerja; dan g.kejujuran. (4) Apabila pada akhir masa percobaan
cairn pegawai tidak memenuhi petsyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3). dapat diberhentikan tanpa mendapat
uang pesangon.
73
Pasal 34 (1) Direksi dapat mengangkat tenaga honorer
atau tenaga kontrak dengan pemberian honorarium yang
besarnya ditetapkan dengan Keputusan Direksi yang
berpedoman pada Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum
Kabupaten/Kota. (2) Tenaga honorer atau tenaga kontrak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperbolehkan
menduduki jabatan. Pasal 35 (1) Batas usia pensiun pegawai
PDAM 56 (lima puluh enam) tahun. (2) Pegawai yang memasuki
masa pensiun dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian
setingkat lebih tinggi dari pangkatnya dengan ketentuan paling
sedikit telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir,
Bagian Kedua Penghasilan dan Cuti Pasal 36 (1) Pegawai
PDAM berhak atas gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya yang
sah sesuai dengan pangkat, jenis pekerjaan dan tanggung
jawabnya. (2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada.ayat (1)
meliputi : a. tunjangan pangan; b. tunjangan kesehatan; dan c.
tunjangan lainnya. (3) Tunjangan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan kepada pegawai beserta
keluarganya yang menjadi tanggungan. (4) Tunjangan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengobatan
dan/atau perawatan di rumah sakit. klinik dan lain-lain yang
pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Direksi. (5)
Pemberian hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan kemampuan PDAM.
Pasal 37 (1) Penyusunan skala gaji pegawai PDAM dapat
mengacu pada prinsip-prinsip skala gaji Pegawai Negeri Sipil yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan PDAM. (2)
Ketentuan gaji pegawai PDAM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diretapkan dengan Keputusan Direksi. Pasal 38 (1)
Pegawai yang beristri/bersuami diberikan tunjangan
istri/suami paling tinggi 10% (sepuluh per seratus) dari gaji
pokok. (2) Pegawai yang mempunyai anak berumur kurang dari 21
74
(dua puluh sate) tahun. belum mempunyai penghasilan sendiri
dan belum atau tidak menikah diberikan tunjangan anak sebesar
5% (lima per seratus) dari gaji pokok untuk setiap anak. (3)
Tunjangan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diperpanjang sampai umur 25 (dua puluh lima) tahun, dalam
hal anak masih bersekolah/kuliah yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari sekolah/perguruan tinggi. (4) Tunjangan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan paling banyak
untuk 2 (dua) orang anak.
Pasal 39 (1) Pegawai berhak atas jaminan hari tua yang
dananya dihimpun dari usaha PDAM atau luran pegawai PDAM
yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi. (2) Besarnya
tunjangan jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan atas perhitungan gaji.
Pasal 40 Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan,
pegawai PDAM diberikan bagian dari jasa produksi sesuai
dengan kemampuan keuangan PDAM.
Pasal 41 (1) Pegawai yang memiliki nilai rata-rata baik
dalam Daftar Penilaian Kerja Pegawai diberikan kenaikan gaji
berkala. (2) Apabila yang bersangkutan belum memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kenaikan gaji
berkala ditunda paling lama 2 (dua) tahun.
Pasal 42 (1) Pegawai memperoleh hak cuti meliputi:a. cuti
tahunan; b. cuti besar; c. cuti sakit;d. cuti karena alasan panting
atau cuti untuk menunaikan lbadah haji;e. cuti nikah; f. cuti
bersalin; dan g. cuti di luar tanggungan PDAM. (2) Pegawai yang
menjalankan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap
diberikan penghasilan penuh, kecuali cuti di luar tanggungan
PDAM. (3) Pelaksanaan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
75
Bagian Ketiga Penghargaan dan Tanda Jasa Pasal 43 (1)
Direksi memberikan penghargaan kepada pegawai yang
mempunyai masa kerja secara terus menerus selama 10 tahun,
20 tahun dan 30 tahun yang besarnya disesuaikan dengan
kemampuan PDAM. 2) Direksi memberikan tanda jasa kepada
pegawai yang telah menunjukkan prestasi luar biasa dalam
pengembangan PDAM. (3) Pemberian penghargaan dan tanda jasa
kepada pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Direksi.
Bagian Keempat Kewajiban dan Larangan Pasal 44 Setiap
pegawai wajib: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
dan melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tabun 1945; b. mendahulukan kepentingan PDAM di
atas kepentingan lainnya; c. mematuhi dan mentaati segala
kewajiban dan Larangan; dark d. memegang teguh rahasia PDAM
dan rahasia jabatan.Pasal 45 Pegawai dilarang:a. melakukan
kegiatan yang merugikan PDAM, Daerah dan/atau Negara;b.
menggunakan kedudukannya untuk memberikan keuntungan
bagi diri sendiri dan/atau orang lain yang merugikan PDAM;
danbc. mencemarkan nama baik PDAM, Daerah dan/atau
Negara.
Bagian KelimaPelanggaran dan Pemberhentian Pasal 46 (1)
Pegawai PDAM dapat dikenakan hukuman. (2) Jenis hukuman
sebagaimana dimaksud.pada ayat (1) meliputi: a. teguran lisan; b.
teguran tertulis; c.penundaan kenaikan gaji berkala; d.
penundaan kenaikan pangkat: e. penurunan pangkat; f.
pembebasan jabatan; g. pemberhentian sementara; h.
pemberhentian dengan hormat; dan i. pemberhentian dengan
tidak hormat. (3) Pelaksanaan penjatuhan hukuman
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Direksi.
76
Pasal 47 (1) Pegawai PDAM diberhentikan sementara
apabila diduga telah melakukan larangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 dan/atau tindak pidana.(2)
Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 6 (enam) bulan atau adanya putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap atas dugaan tindak pidana yang
dilakukan.
Pasal 48 (1) Pegawai PDAM yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimakspd dalam Pasal 47, mulai bulan berikutnya
diberikan 50% (lima puluh per seratus) dari gaji. (2) Dalam hal
pegawai yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak terbukti bersalah, pegawai yang bersangkutan
harus dipekerjakan kembali dalam jabatan yang sama dan berhak
menerima sisa penghasilan yang belum diterima.
(3) Dalam hal pegawai yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti bersalah. Direksi
memberhentikan dengan tidak hormat.
Pasal 49 (1) Pegawai diberhentikan dengan hormat, karena:
a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. tidak dapat
melaksanakan tugas; d. tidak sehat yang dibuktikan dengan surat
ketcrangan dokter; e. telah mencapai usia pensiun; dan/atau f.
reorganisasi. (2) Pegawai yang diberhentikan dengan
hormat diberikan pesangon yang besarnya ditetapkan dengan
Keputusan Direksi. (3) Pegawai yang diberhentikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
pelaksanaannya berlaku pada akhir bulan berikutnya.
Pasal 50 Pegawai diberhentikan dengan tidak hormat,
karena: a. melanggar sumpah pegawai dan/atau sumpah Jabatan;
b. dihukum berdasarkan putusan pengadilan dalam perkara
pidana yang telah memperoieh kekuatan hukum tetap; dan/atau
c. merugikan keuangan PDAM.
77
BAB VII DANA PENSIUN Pasal 51 (1) Direksi dan Pegawai
PDAM wajib diikutsertakan pada program pensiun yang
diselenggarakan oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana
Pensiun Lembaga Keuangan. (2) Penyelenggara program penslun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas
pertimbangan optimalisasi dan kepastian manfaat bagi Direksi
dan pegawai PDAM sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. (3) Atas pertimbangan efektifitas dan efisiensi
penyelenggara program pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diutamakan dana pensiun pemberi kerja yang
diselenggarakan oleh gabungan PDAM,
BAB VIII ASOSIASI Pasal 52 (1) Setiap PDAM wajib menjadi
anggota Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia
(PERPAMSI). (2) PDAM dapat memanfaatkan PERPAMSI sebagai
asosiasi yang menjembatani kegiatan kerjasama antar PDAM
dalam dan luar negeri dan berkoordinasi dengan instansi terkait di
pusat dan daerah.
78
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Secara filosofis, penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dilakukan
dengan bersumber pada ideologi Pancasila dan Konstitusi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jika merunut pada landasan filosofis tersebut, maka
menjadi jelas bahwa pengaturan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota
Kupang memiliki landasan filosofis dan landasan konstitusional. Hal ini
karena argumentasi berikut:
1. Pancasila sebagai landasan filosofis
Sila ke-5 Pancasila mengamanatkan bahwa Keadilan Sosial bagi
rakyat Indonesia. Nilai tersebut menunjukan semangat bangsa indonesia
untuk mengedepankan keadilan sosial sebagai bentuk tanggungjawab
negara kepada masyarakat. Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang
sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur
yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.
Untuk itu dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil
terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban
serta menghormati hak-hak orang lain. Sila ini juga bermakna bahwa
keadilan sosial menjadi tujuan luhur daripada semangat bernegara.
Salah satu cara mencapai keadilan sosial yakni pemerataan
pembangunan di semua lini. Semangat yang sangat baik pada saat
pembentukan Perusahaan ini berjalan sesuai rencana, dan perlu
mengikuti perkembangan yang ada sehingga Perusahaan Daerah ini
sangat baik untuk perekonomian Daerah dan masyarakat. Semangat
filosofis tersebut menjadi landasan dalam pembentukan Peraturan
Daerah Kota Kupang tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
79
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota
Kupang.
Sila ke-5 Pancasila mengamanatkan bahwa Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia tersebut tentunya berlaku dalam segala aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Untuk menciptakan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia maka dibutuhkan peraturan perundang-
undangan yang menganut asas equity dengan memperhatikan
kemanfaatan dalam masyarakat. Prinsip equity tersebut beresensi pada
adanya persamaan di depan hukum dan pemerintahan, sedangkan
prinsip kemanfaatan tersebut menunjuk pada persamaan di hadapan
hukum itu untuk menciptakan adanya kemanfaatan bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Dengan demikian maka dimungkinkan adanya
perlakuan yang berbeda untuk menciptakan persamaan di hadapan
hukum dan pemerintahan. Perlakuan berbeda tersebut didasarkan pada
indikator kemanfaatan dalam masyarakat.
Apabila tercipta persamaan di hadapan hukum dan pemerintahan
dengan indikator kemanfaatan, maka akan mendukung terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini karena konsep
keadilan sosial merupakan konsep nilai-nilai keadilan yang didasarkan
pada nilai-nilai social untuk kemnafaatan seluruh bangsa Indonesia.
Konsep keadilan social yang demikian merupakan sinergi antara nilai
kepastian hukum melalui adanya peraturan perundang-undangan
dengan nilai kemanfaatan hukum melalui pengaturan materi muatan
peraturan perundang-undangan yang memiliki manfaat bagi
masyarakat.
Landasan filosofis dalam sila ke-5 Pancasila tersebut menjadi dasar
dalam pembentukan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum
Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang. Masyarakat Kota Kupang
sebagai bagian dari bangsa Indonesia tentunya harus mendapat jaminan
80
atas nilai keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia termasuk
jaminan keadilan sosial dalam aspek ekonomi. Untuk menjamin keadilan
sosial bagi masyarakat Kota Kupang sebagai bagian dari bangsa
Indonesia, maka perlu adanya peraturan daerah yang mengatur tentang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan
Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang yang sudah
memberikan dampak bagi Pemerintah Daerah.
Pengaturan mengenai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota
Kupang ini akan menjamin adanya keadilan sosial bagi seluruh
masyarakat Kota Kupang sebab terdapat sinergi antara nilai kepastian
hukum dengan nilai kemanfaatan hukum, meningat masyarakat berhak
untuk mengetahui progaram kerja Pemerintah Daerah yang
menggunakan uang rakyat.
81
Hal ini Karena keberadaan pengaturan Peraturan Daerah tentang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan
Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang di satu sisi
memberikan kepastian hukum kepada Pemerintah Daerah untuk
mendukung Perusahaan Daerah sehingga membuat Daerah
mendapatkan catatan Pengelolaan Keuangan yang baik, dan di sisi lain
juga mendatangkan kemanfaatan bagi masyarakat yang berharap
pendirian perusahaan ini mendatangkan keuntungan untuk
pengembangan ekonomi yang terealisasi dengan baik dan pembangunan
bagi generasi penerus bangsa sebagai upaya mencapai cita-cita luhur
bangsa Indonesia sebagaimana tertuang alinea ke 4 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
B. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis pengaturan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota
Kupang didasarkan pada sejumlah realitas empiris yang ada di Kota
Kupang. Berdasarkan fakta empiris, sebagaimana dalam Bab II Huruf C
yang menguraikan tentang praktik empiris, maka Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum
(Perumda) Kota Kupang harus diatur dalam Peraturan Daerah didasarkan
pada landasan sosiologis dengan asumsi sebagai berikut.
1. Adanya kepastian hukum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota
Kupang melalui kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang
tentang Pemerintahan Daerah;
2. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang akan
menjamin nilai kepastian hukum dan kemanfaatan hukum;
3. Adanya kepastian mengenai kewenangan, hak, kewajiban dan tanggung
jawab dari Pemerintah Daerah dalam melakukan Perusahaan Daerah Air
82
Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air
Minum (Perumda) Kota Kupang sebagai upaya menjawab tantangan
perkembangan yang semakin cepat.
Sejak terbentuknya Perusahaan Daerah ini sangat memberikan
dampak bagi masyarakat maupun kepada Pemerintah Daerah selaku
pemegang modal yang memberikan penyertaan. Di samping itu pula
tantangan ke depan yang ada perlu diikuti dengan penyesuaian sesuai
dengan keadaan dan peraturan yang ada sehingga memberikan nilai
manfaat yang baik bagi Perusahaan ini.
Dengan demikian maka jelas bahwa pengaturan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum
(Perumda) Kota Kupang dalam peraturan daerah akan mendatangkan
dampak positif dalam menciptakan kepastian hukum dan jawaban atas
tantangan perubahan ke arah yang lebih baik.
C. Landasan Yuridis
Pengaturan Peraturan Daerah tentang Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum
(Perumda) Kota Kupang merupakan peraturan yang lahir untuk menjawab
tantangan perubahan regulasi dan keadaan yang ada. Jika melihat pada
hasil harmonisasi peraturan perundang-undangan sebagaimana dalam bab
III tentang Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-undangan, jelas
bahwa pengaturan mengenai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota
Kupang dalam suatu peraturan daerah merupakan atribusi kewenangan
yang menjadi urusan Pemerintah Daerah sehingga menjadi sebuah
keharusan demi mencabut peraturan daerah yang telah dibentuk guna
terciptanya nilai kepastian dan kemanfaatan hukum dalam upaya
pengembangan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat di Kota
Kupang. Peraturan perundang-undangan dimaksud meliputi:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
83
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang Pembentukan
Kotamadaya daerah Tingkat II Kupang;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Sebagaimana Telah Diubah Beberapa Kali Terakhir Dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta kerja.
Selain itu, berdasarkan hasil evaluasi peraturan perundang-undangan
terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang memberikan
atribusi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang serta materi muatannya berkaitan dengan.
Peraturan perundang-undangan tersebut meliputi:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173);
2. Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pendirian
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang (Lembaran Daerah Kota
Kupang Tahun 2013 Nomor 6 )
Berdasarkan sejumlah peraturan perundang-undangan tersebut maka,
pengaturan mengenai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang
menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang
dalam peraturan daerah merupakan suatu keharusan karena secara yuridis
memiliki urgensitas yang tinggi. Di sisi lain, pengaturan mengenai
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan
Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang dalam peraturan daerah
juga memberikan kepastian hukum dalam rangka menjawab perubahan
regulasi yang ada.
84
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH
A. Jangkauan
Salah satu kewenangan Pemerintah Daerah dalam rangka otonomi
daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014 tentang
Pemerintahan Daerah adalah membentuk Peraturan Daerah yang antara
lain berisi kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan di segala bidang kehidupan.
Jangkauan dari Rancangan Peraturan Daerah ini dikaitkan dengan
kewenangan yang diberikan oleh aturan yang lebih tinggi yakni Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Terkait
dengan Badan Usaha Milik Daerah Undang- Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang
tertuang dalam Batang Tubuh Undang- Undang Pemerintahan Daerah
yang dijabarkan sebagai berikut:
BUMD dapat didirikan oleh pemerintah daerah dan pendiriannya
ditetapkan dengan Perda18. Pendirian BUMD didasarkan pada kebutuhan
Daerah dan kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk. Sumber
modal BUMD terdiri dari penyertaan modal daerah, pinjaman, hibah, dan
sumber modal lainnya yang terdiri dari kapitalisasi cadangan,
keuntungan revaluasi aset, dan agio saham19.
Pembubaran Perumda ditetapkan dengan Perda. Kekayaan
perumda yang dibubarkan menjadi hak daerah dan dikembalikan kepada
daerah20.
18 Pasal 331 ayat (1) dan (2) Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah
19 Pasal 332 Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
20 Pasal 338 Undang - Udang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
85
Dari pembagian di atas maka secara garis besar, peraturan Daerah
ini akan menjangkau hal- hal sebagai berikut:
a. Organ Perusahaan Daerah yang akan dilakukan Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah
Air Minum (Perumda) Kota Kupang;
b. Aset dan Sumber Daya yang ada tetap dimiliki oleh Pemerintah
Daerah dengan minimal kepemilikian 51%
B. Arah Pengaturan
Pengaturan materi muatan dalam Peraturan Daerah Kota Kupang
tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang harus
mengarah ketentuan peraturan perundang-undangan,dan peraturan
yang diakui sebagai peraturan perundang-undangan. Arah pengaturan
tersebut kemudian disinergikan dengan kondisi yang dihadapi oleh
Pemerintah Daerah di Kota Kupang.
Arah pengaturan tersebut tentunya dilakukan melalui pendekatan
sistem, bukan melalui pendekatan intervensi program secara parsial.
Melalui pendekatan sistem maka arah pengaturan tersebut harus secara
komprehensif, holistik, dan integratif yang menjamin kesinambungan
antara semua hal yang menjadi kewenangan dari Kota. Arah pengaturan
materi muatan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum
Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang yang demikian akan
mengarahkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang
menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota Kupang
ke arah yang positif.
87
4. Dewan Pengawas adalah organ perusahaan umum Daerah yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan kegiatan pengurusan perusahaan umum Daerah.
5. Direksi adalah organ Perusahaan Umum Daerah yang bertanggung jawab
atas pengurusan Perusahaan untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan
serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
6. Kekayaan Daerah yang dipisahkan adalah kekayaan Daerah yang berasal
dari anggaran pendapatan dan belanja Daerah untuk dijadikan
penyertaan modal Daerah pada Perusahaan Umum Daerah.
7. Kerjasama adalah suatu rangkaian kegiatan yang terjadi karena ikatan
formal antara Perusahaan Umum Daerah dan Pihak Ketiga untuk
bersama-sama melakukan suatu kegiatan usaha guna mencapai suatu
tujuan tertentu yang saling menguntungkan.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Kupang.
9. Daerah adalah Kota Kupang.
10. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Kupang.
11. Walikota adalah Walikota Kupang.
BAB II
BENTUK HUKUM, NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU
Dengan Peraturan Daerah ini diubah bentuk hukum Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Kupang menjadi Badan Usaha Milik Daerah Perusahaan Umum
Daerah.
Bagian Kedua Nama
Materi yang dapat diatur:
88
Perusahaan Umum Daerah diberi nama Perumda Air Minum Kota Kupang.
Bagian Ketiga Tempat Kedudukan
Materi yang dapat diatur:
Perumda Air Minum Kota Kupang berkedudukan di ibukota Daerah.
Selanjutnya:
Modal dasar Perumda Air Minum Kota Kupang berasal dari:
a. kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
90
b. neraca awal Perumda Air Minum Kota Kupang berasal dari semua aktiva
dan pasiva Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang.
Selanjutnya:
1. Direksi wajib menyiapkan rencana kerja dan anggaran yang merupakan
penjabaran tahunan dari rencana bisnis.
2. Rencana kerja dan anggaran paling sedikit memuat rencana rinci program
kerja dan anggaran tahunan termasuk dana representatif direksi.
3. Direksi menyampaikan rencana kerja dan anggaran kepada Dewan
Pengawas paling lambat pada akhir bulan september untuk ditandatangani
bersama.
4. Atas penyampaian Dewan Pengawas dapat mengemukakan keberatan atau
menolak disertai alasan.
5. Direksi melakukan perbaikan atas keberatan atau penolakan dan
menyampaikan hasil perbaikan kepada Dewan Pengawas paling lambat
pada akhir bulan november untuk ditandatangani bersama.
6. Rencana kerja dan anggaran yang telah ditandatangani bersama
disampaikan kepada KPM untuk mendapatkan pengesahan.
Selanjutnya:
1. Dana representatif diberikan sebanyak 45% (empat puluh lima persen) dari
jumlah penghasilan Direksi dalam 1 (satu) tahun untuk biaya operasional
Direksi.
2. Dana representatif digunakan berdasarkan prinsip efektif dan efisien dalam
rangka mendukung kelancaran pengelolaan dan pengembangan Perumda
Air Minum Kota Kupang.
93
3. Direksi wajib mempertanggungjawabkan Dana representatif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya:
1. Dalam melakukan pengurusan Perumda Air Minum Kota Kupang, Direksi
wajib menetapkan tata kelola perusahaan yang baik.
2. Ketentuan mengenai Tata kelola perusahaan yang baik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya:
1. Perumda Air Minum Kota Kupang dapat melaksanakan pengadaan barang
dan jasa, melakukan pinjaman serta Kerjasama dengan pihak lain.
2. Ketentuan mengenai Pengadaan barang dan jasa ditetapkan dengan
Peraturan Walikota.
3. Ketentuan mengenai pinjaman dan kerja sama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
95
Bagian Kedua Anak Perusahaan
Materi yang dapat diatur:
1. Perumda Air Minum Kota Kupang dapat membentuk anak perusahaan.
2. Ketentuan mengenai pembentukan anak perusahaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XI EVALUASI
Materi yang dapat diatur:
1. Pemerintah Daerah dan Perumda Air Minum Kota Kupang berwenang
melalukan evaluasi BUMD.
2. Evaluasi sekurang-kurangnya meliputi:
a. penilaian kinerja;
b. penilaian tingkat kesehatan; dan
c. penilaian pelayanan.
3. Ketentuan mengenai evaluasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
97
5. Seluruh dokumen, perizinan, aset dan pegawai Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Kupang beralih menjadi dokumen, perizinan, aset dan pegawai
Perumda Air Minum Kota Kupang.
98
BAB VI
PENUTUP
Dalam Bab Penutup ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran-saran secara
berturut-turut berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab-
bab sebelumnya.
A. KESIMPULAN
Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan dalam Bab I. Jawaban dari pemasalahan tersebut merupakan
pemadatan dari uraian dalam Bab II, III, IV dan V. Berdasarkan pembahasan
yang telah dikemukakan dalam masing-masing bab tersebut maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Daerah Kota
Kupang adalah belum dilaksanaan Penyesuaian Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota
Kupang berdasarkan kajian praktik empiris sehingga diperlukan
peraturan daerah untuk mengatur penyesuaian perusahaan guna
menjawab tantangan perubahan regulasi.
2. Rancangan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang Penyesuaian
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum
Daerah Air Minum Kota Kupang diperlukan untuk memberikan kerangka
dan landasan hukum bagi pelaksanaan penyesuaian perusahaan daerah
berdasarkan kewenangan dari pada Pemerintah Daerah.
3. Pertimbangan dari pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kota
Kupang tentang Penyesuaian Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang
menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang dapat dilihat
dari landasan filosofis, sosiologis dan yuridis.
4. Jangkauan, Arah Pengaturan serta ruang lingkup pengaturan dari
Rancangan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang Penyesuaian
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum
99
Daerah Air Minum Kota Kupang meliputi penyesuaian perusahaan, dan
aset dimiliki oleh Pemerintah Daerah minimal 51%.
B. SARAN
Berdasarakan kesimpulan dan hasil analisis yang telah dikemukakan
maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Naskah Akademik ini memuat uraian teoritis dan praktis tentang
Penyesuaian Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang. Oleh karena itu,
secara substansi dalam Naskah Akademik ini kiranya menjadi dasar
terhadap pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kota Kupang
tentang Penyesuaian Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang
menjadi Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Kupang.
2. Naskah akademik ini masih jauh dari sempurna sehingga kami
membutuhkan masukan dan kritik saran dari semua stakeholder terkait
untuk penyempurnaaannya.
3. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan maka disaran supaya
Rancangan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang Penyesuaian
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi Perusahaan Umum
Daerah Air Minum Kota Kupang menjadi prioritas dalam Pembahasan di
Agenda Sidang berikutnya.
100
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (legisprudance), Ed.1, Cet.1,
Kencana, 2009, Jakarta,
Johanes Ibrahim : 2007 Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern Refika
Aditama: Bandung
101