iii
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
PERATURAN DAERAH ..................................................................... 40
5.1. Jangkauan Pengaturan ................................................................... 41
5.2. Arah Pengaturan ............................................................................ 41
5.3. Ruang Lingkup Pengaturan ........................................................... 42
Daftar Pustaka
iv
KATA PENGANTAR
Buku naskah akademik ini ditulis dari hasil penelitian atau kajian hukum dan
hasil penelitian lainnya terhadap rencana pembuatan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Bank Perkreditan
Rakyat Badan Kredit Kecamatan dan Perusahaan Daerah Badan Kredit Kecamatan Jawa
Tengah Hasil Konsolidasi menjadi Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Badan
Kredit Kecamatan dan Perseroan Terbatas Badan Kredit Kecamatan Jawa Tengah Hasil
Konsolidasi tahun 2015.
Naskah akademik ini memuat latar belakang, alasan penyusunan naskah
akademik, metoda penyusunan naskah akademik, tujuan penyusunan naskah akademik,
kewenangan pemerintah daerah, landasan hukum, syarat umum yang harus menjiwai
peraturan daerah, kondisi perusahaan daerah, serta kesimpulan dan saran. Pada lampiran
disertakan konsep/draft Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang Perubahan
Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit
Kecamatan dan Perusahaan Daerah Badan Kredit Kecamatan Jawa Tengah Hasil
Konsolidasi menjadi Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit
Kecamatan dan Perseroan Terbatas Badan Kredit Kecamatan Jawa Tengah Hasil
Konsolidasi tahun 2015.
Provinsi Jawa Tengah terbagi atas 35 wilayah kabupaten/kota, namun tidak
semua memiliki BPR BKK atau BKK. Terdapat 33 BPR BKK dan 29 BKK. Akumulasi
aset BPR BKK dan BKK telah mencapai sekitar Rp5,8 triliun, suatu nilai yang sangat
material dalam proses intermediasi finansial di Jawa Tengah. Secara umum kedua
lembaga juga relatif sehat, sehingga dapat menyumbang pendapatan asli daerah (PAD).
Sejalan dengan perkembangan lingkungan dan perubahan peraturan perundang-
undangan terutama Undang-Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, maka
perlu dilakukan penyempurnaan kelembagaan baik pada PD BPR BKK dan PD BKK di
Jawa Tengah. Perkembangan kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan peran serta
kedua lembaga tersebut, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
ii
Mudah-mudahan Buku Naskah Akademik ini dapat dijadikan pedoman dalam
penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang perubahan kelembagaan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai respon dari kebutuhan masyarakat dan
peningkatan pendapatan asli daerah. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan pijakan
dalam proses penyusunan peraturan di Jawa Tengah.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
kompetitif yang perlu dukungan peran serta pemerintah, maka diperlukan kehadiran
Bank Perkreditan Rakyat (BPR), maka PD. Badan Kredit Kecamatan (BKK)
sebagian berubah menjadi PD. BPR BKK. Tugas utama PD. BKK maupun PD BPR
BKK adalah mengentaskan kemiskinan melalui intermediasi aliran kas yang beredar
di masyarakat. Sekaligus sebagai pengatur sektor usaha yang surplus dana ke sektor
masyarakat.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PD BKK dan PD BKK dimiliki oleh
teknik perbankan dikelola oleh ahli dari Bank Pembangunan Daerah (PT. Bank BPD
selain ikut dalam penyertaan modal, namun dalam perkembangan berikutnya, sejak
tahun 2002, kepemilikan berubah menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
1
menetapkan Peraturan Daerah (Perda) seperti disebut dalam UU No. 23 tahun 2014
Pasal 236 ayat (1) dan ayat (2). Seperti disebutkan dalam Pasal 65 ayat (2) Kepala
Daerah berwenang mengajukan rancangan Perda dan menetapkan Perda yang telah
Naskah akademik dan rancangan Perda merupakan dua dokumen yang saling
draft), harus dibuat laporan kajian akademiknya terlebih dahulu. Naskah akademik
merupakan hasil laporan dari kajian yuridis, sosiologi, dan ekonomi yang dapat
disahkan.
Hingga saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memiliki 3 Badan
keuangan/perbankan, yaitu PT Bank Jateng, PD. BPR BKK, dan PD BKK. Pada
ekonomi wilayahnya.
2
2. Semakin meningkat sektor konsumtif dan kebutuhan dana bagi
1 tahun 2013 tenteng Lembaga Keuangan Mikro dan UU No. 23 tahun 2014
Perseroan Terbatas Daerah (Perseroda) (Pasal 331 UU No. 23/2014). Bentuk badan
Selain itu, cakupan wilayah kerja juga harus dipertimbangkan, karena baik UU No.
1/2013 maupun UU No. 7/1992 memiliki aturan tentang cakupan wilayah. LKM
hanya dapat melayani dalam satu wilayah kabupaten/kota sedangkan BPR dapat
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan (Pasal 18 ayat (2) UUD 1945;
3
kabupaten/kota untuk menggali sumber-sumber pendapatan dari daerahnya guna
menggali potensi ekonomi. Inovasi daerah didorong melalui UU No. 23/2014 yang
secara eksplisit diatur dalam bab XXI. Pasal 386 ayat (1) disebutkan bahwa
lokal akan semakin dapat dimanfaatkan, yang sekaligus sebagai penghargaan kepada
sumber daya manusia di daerah untuk tumbuh dan berkembang sesuai potensi dan
kreatifitasnya.
Tengah sebagai poros wilayah Pulau Jawa terus memperkuat sektor-sektor ekonomi
strategis. Salah satu upaya meningkatkan ekonomi adalah menata dan pengelola
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 33 ayat (2) dan (3) jelas
mengamanatkan bahwa cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Selanjutnya disebutkan
bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
kehidupan yang penting dan bersifat monopoli harus dikuasai oleh pemerintah, baik
4
dimulainya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pada tahun itu dimulai globalisasi
perdagangan di seluruh kawasan Asean. Pergerakan barang dan jasa akan semakin
cepat tanpa batas dan aturan yang ketat seperti selama ini. Pedagang dari seluruh
kawasan Asean, yang telah siap dan memiliki kemampuan lebih, dapat dengan
mudah berbisnis di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya penataan kelembagaan
untuk meningkatkan daya saing dan kekuatan akumulatif dari lembaga keuangan
investasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Peraturan Pemerintah
No. 1 tahun 2008, telah mengatur investasi langsung. Pemerintah dapat melakukan
investasi dengan tujuan memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan manfaat lainnya.
Dalam pelaksanaan investasi harus diatur dalam Peraturan Daerah yang tata caranya
Undangan.
inisiatifnya pada instrumen hukum yang dapat dijadikan dasar hukum dalam
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (2) dan ayat (6), Pasal 33 ayat (2)
dan (3);
5
6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
Perundang-undangan;
Daerah Kabupaten/Kota;
Milik Negara/Daerah;
pemerintah daerah untuk dikelola oleh institusi milik pemerintah daerah yang
merupakan respon positif Pemerintah Daerah untuk melayani masyarakat lebih baik
33.522.663 orang, meningkat dari tahun 2013 sebanyak 33.264.339 orang, terdiri
atas 16.627.023 pria dan 16.895.640 wanita. Penduduk terbanyak pada Kota
Semarang yang mencapai 1.701.172 orang. Pertumbuhan penduduk sekitar 1,5% per
6
tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 34.940.078 orang dengan
kesempatan berusaha lebih luas. Pertama, melalui penyerapan tenaga kerja oleh
1.2.Identifikasi Masalah
yang berada disentral pulau Jawa, Jawa Tengah menjadi penghubung 3 provinsi (DI
Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur) memiliki visi Jawa Tengah yang Mandiri,
Maju, Sejahtera, dan Lestari” dan diwujudkan dengan mengemban misi sebagai
berikut:
yang berkualitas.
daerah.
optimal.
7
5. Mewujudkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana yang menunjang
pengembangan wilayah.
bersatu.
perbankan. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi atau kondisi krisis dapat dideteksi
dari perkembangan atau penurunan transaksi dalam perbankan. Pada tahun 2015 ini
dengan bidang usaha dan kelembagaan PD BKK dan PD BPR BKK. Pertama UU
No. 1 tahun 2013 tentang LKM menyatakan bahwa lembaga keuangan yang belum
mendapat ijin dari Bank Indonesia/BI (Otoritas Jasa Keuangan/OJK) harus menjadi
LKM. Kedua UU No. 23 tahun 2014 mencabut UU No. 5 tahun 1962 tentang
harus ditransformasi menadi Perseroda atau Perumda, sesuai dengan bidang usaha
dan tujuan pendirian perusahaan. Dengan demikian, maka diperlukan kajian yang
akan mentransformasi kelembagaan dan badan hukum. Pada saat yang sama perlu
8
1.3.Tujuan dan Kegunaan
fasilitas mediasi keuangan. Oleh karena itu menataan BUMD sangat diperlukan.
BKK berfungsi sebagai landasan perubahan kelembagaan dan luas wilayah kerja
gambaran kepastian hukum melalui kajian yuridis mengenai dasar hukum BUMD,
Tengah sebagai bahan rujukan dalam perumusan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah.
naskah akademik. Hal itu dilakukan dalam rangka pembuatan Peraturan Daerah
Daerah, disebutkan bahwa dalam pembuatan Peraturan Daerah wajib terlebih dahulu
Posisi Provinsi Jawa Tengah sangat strategis baik dilihat dari sisi geografis
maupun politis. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak diantara 3 provinsi.
Secara politis, Provinsi Jawa Tengah merupakan sentral Pulau Jawa yang dikenal
kondusif dari sisi bisnis dan terus berbenah dengan visi Gubernur mboten ngapusi
mboten korupsi.
9
Penyediaan dan pengelolaan lembaga keuangan yang berkualitas dapat
berikut.
BKK Provinsi Jawa Tengah tahun 2015. Naskah akademik ini menjadi pedoman
arah dan menetapkan ruang lingkup peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah
yang terkini.
berkualitas.
Provinsi Jawa Tengah tentang PD BKK dan PD BPR BKK Provinsi Jawa Tengah.
10
Didalamnya terdapat informasi tentang tujuan, ruang lingkup, nama lembaga, modal
dasar, modal yang sudah disetor, pengurus, pegawai, dan lain-lain, seperti diatur
Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, yang esensinya dapat digunakan untuk
BUMD.
Selain itu, naskah akademik ini juga menjadi dokumen resmi yang menyatu
BPR BKK Provinsi Jawa Tengah yang diusulkan oleh eksekutif dan dibahas
bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk
Jawa Tengah. Kantor Pusat PD BKK pada setiap Kabupaten/Kota akan menjadi
Kantor Cabang. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan UU No. 1/2013,
kelembagaan berubah badan hukum menjadi 33 PT BPR BKK. Hal itu dilakukan
pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan
kajian praktis. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research), dengan alat pengumpul data kajian dokumen (document review).
11
Dokumen diambil dari sumber eksternal seperti laporan dari data statistik, Bank
lapangan. FGD dilakukan untuk mendapat informasi dan masukan dari berbagai
kalangan.
dihasilkan landasan hukum yang benar dan kuat bagi Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dalam menetapkan keputusan berupa perubahan menjadi PT BPR BKK per
Seperti diatur dalam Permendagri No. 53 tahun 2011, pasal 29 ayat (2),
1. Judul, menggambarkan isi dari naskah akademik dan rencana peraturan yang
akan dibuat.
2. Kata pengantar
12
e. BAB V: Jangkauan, arah pengaturan dan ruang lingkup materi muatan
Perda
4. Daftar pustaka
13
BAB II
284 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Lebih lanjut dalam Pasal 304
ayat (1) diatur bahwa pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada
Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Demikian pula, pasal 331
ayat (1) menyebut Pemerintah Daerah dapat mendirikan BUMD. BUMD terdiri atas
perusahaan umum Daerah dan perusahaan perseroan Daerah yang ditetapkan dengan
Nomor 13 Tahun 2006 yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri
pada badan usaha. Motivasi yang terkadung dalam peraturan tersebut adalah untuk
14
2.2. Kajian terhadap Prinsip
Penataan BUMD harus didasarkan pada (1) kebutuhan daerah dan (2) kelayakan
Seperti disebut di atas, penataan kelembagaan dan luas lingkup kerja BUMD
hukum. Struktur kaidah hukum yang merupakan materi dari suatu produk hukum
daerah, meliputi:
1. subyek kaidah menunjuk pada subyek hukum yang termasuk ke dalam sasaran
2. obyek kaidah menunjuk pada peristiwa-peristiwa atau perilaku apa saja yang
3. operator kaidah menunjuk pada cara bagaimana obyek kaidah diatur, misalnya
4. kondisi kaidah menunjuk pada kondisi atau keadaan apa yang harus dipenuhi
15
Keempat unsur kaidah ini bersifat konstitutif yang saling terkait satu dengan
lain dan secara bersamaan akan menentukan isi dan wilayah penerapan/jangkauan
berlakunya suatu aturan hukum tertentu. Dalam praktik perumusan suatu aturan
susunan keempat unsur struktur kaidah tersebut di atas tidak harus tersusun secara
berurutan, namun keempatnya harus ada dan dapat diidentifikasikan dalam setiap
rumusan aturan/pasal.
Fuller yang meletakan delapan asas yang dinamakan principles of legality, yaitu:
bersifat ad hoc;
c. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena apabila yang
demikian itu tidak ditolak, maka peraturan itu tidak bisa dipakai untuk menjadi
merusak integritas peraturan yang ditujukan untuk berlaku bagi waktu yang akan
datang;
dapat dilakukan;
16
g. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah-ubah peraturan sehingga
hari.
Delapan prinsip tersebut harus menjadi patokan semua pihak dalam menyusun
peraturan perundang-undangan.
a. landasan yuridis, artinya suatu kaidah hukum mempunyai kelakuan yuridis jika
terlepas dari apakah kaidah tadi diterima atau ditolak, dan karena kaidah hukum
c. landasan filosofi, yakni apabila kaidah hukum itu sesuai dengan cita-cita hukum
wajib memperhatikan asas-asas dan kaidah materil, juga perlu diperhatikan kaidah-
pemberlakuan suatu peraturan. Kaidah dan asas-asas hukum formal sangat berkaitan
dengan sah atau tidaknya produk hukum tersebut. Hal yang harus menjadi perhatian
diantaranya, mengenai:
17
1. keharusan adanya kewenangan dari pembuat produk-produk hukum, artinya
bahwa produk hukum harus dibuat oleh pejabat yang berwenang. Apabila tidak
memiliki kewenangan, maka produk hukum tersebut batal demi hukum atau
dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal secara hukum. Oleh karena
materi yang diatur, terutama jika jenis dan materi produk hukum yang
3. keharusan mengikuti tata cara tertentu, maksudnya apabila tata cara tersebut
hukum yang mengikat, misalnya Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
18
a. Kaidah-kaidah yang termuat dalam produk hukum Provinsi Jawa Tengah dan
c. Sistem hukum dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan peraturan
Tengah.
pejabat pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
keterbukaan.
19
Selanjutnya dalam Pasal 6 (1) UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
berikut:
manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional.
undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk
20
“Asas kenusantaraan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan
undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
“Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat
membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan,
“Asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa setiap Materi Muatan
21
Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum
bersangkutan”, antara lain dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada
hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah.
Dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
lebih tinggi. Hal itu diatur dalam pasal 7 UU No. 12 tahun 2011 dan sesuai penjelasan
Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2011. Pasal 4 mengatur tentang asas pembentukan
Peraturan Daerah. Dimana disebutkan bahwa asas-asas tersebut harus mengacu pada
mengatur materi muatan yang selaras dengan pasal 6 UU No. 12 tahun 2011.
Hanya Kota Semarang, Kab, Kudus, Kab. Grobogan, Kab. Jepara, Kota Magelang,
dan Kab. Blora yang tidak memiliki BKK karena semuanya sudah menjadi BPR
22
BKK. Jumlah Aset per 31 Desember 2013 adalah Rp1,706 triliun dan meningkat
menjadi Rp1,767 triliun pada bulan Agustus 2015. Aset terbesar adalah pada BKK
Slawi Kab. Tegal sebesar Rp147 Miliar. Pada tahun 2013 Pendapatan usaha seluruh
BKK sebesar Rp223 miliar dan laba mencapai Rp53 Miliar. Hampir semua
menunjukkan laba kecuali BKK Tayu, Kab. Pati. Namun setelah dilakukan due
diligence, dimana potensi kerugian akibat kredit macet diperhitungkan, maka pada
posisi Agustus 2015 Total Pendapatan mencapai Rp228 Miliar dan mengalami
kerugian sebesar Rp123 miliar. Kerugian terbesar pada BKK Klaten mencapai Rp35
Kondisi PD BPR BKK cukup baik, terdapat 33 BPR BKK kecuali Kota
Surakarta dan Kota Salatiga. Total Aset mencapai Rp5,35 triliun, dengan total aset
tertinggi pada BPR BKK Purwokerto Kab. Banyumas sebesar Rp449 miliar.
Pendapatan mencapai Rp617 miliar dan laba mencapai Rp202 miliar. Hanya Kota
Magelang yang masih mengalami kerugian. Jika rasio pembagian lama sebesar 55%,
maka laba dibagi (yang menjadi PAD) sebesar Rp111 miliar, dan Pemerintah
Baik BKK maupun BPR BKK memiliki total aset yang sangat besar, bila
dijumlahkan mencapai Rp7 triliun, seperenam dari total aset Bank Jateng. Oleh
23
fasilitas perbankan. Fasilitas yang dapat meningkatkan kemudahan dan kenyamanan
UU No. 23 tahun 2014 Pasal 343 ayat (1) Pengelolaan BUMD paling sedikit
f. kerjasama;
g. penggunaan laba;
l. kepailitan; dan
24
Sedangkan Ciri-ciri BUMD hasil perubahan kelembagaan yang akan dibentuk
adalah:
19/2003.
pertangungjawaban.
dalam BUMD.
25
BAB III
No. 5 tahun 1962, sehingga berbentuk Perusahaan Daerah. Peraturan dalam Undang-
dunia bisnis tidak terakomodasi dalam aturan tersebut. Tata kelola yang diatur dalam
(Perusahaan Daerah) tidak dikenal lagi. Sebagai solusinya perusahaan daerah harus
berubah dan sebutannya menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang diatur
secara eksplisit dalam pasal 331. BUMD didirikan oleh pemerintah daerah berupa
Perumda dan Perseroda. Kepemilikan dapat berupa tunggal atau bersama dengan
Karena bidang usahanya adalah keuangan yang juga dapat diusahakan oleh
swasta, dengan demikian walaupun ada unsur strategisnya, maka sifat kompetitif
juga ada. Perumda lebih menekankan pada aspek pelayanan. Sedangkan Perseroda
selain pelayanan, maka sifat bisnis yang berupa laba menjadi bagian terintegrasi
dalam bisnis seperti BKK dan BPR BKK. Oleh karena itu, perubahan bentuk
kelembagaan yang paling cocok adalah PT (Perseroan terbatas) milik daerah. Hal itu
26
berarti harus mengacu pada Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (PT).
Dalam melakukan rumusan Peraturan Daerah, tidak boleh lepas dari tata
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
hukum yang dapat melandasi dan dijadikan dasar hukum dalam investasi jangka
panjang berupa pendirian BUMD Provinsi Jawa Tengah yang saat ini dikembangkan
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (6) dan pasal 33 ayat (2) dan (3);
27
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;
Perundang-Undangan;
Daerah.
oleh daerah dengan mengambil bentuk sebagai (1) Perusahaan umum daerah
(Perumda), atau (2) Perusahaan perseroan daerah (Perseroda). Atas dasar itulah,
Daerah adalah peraturan yang urutannya paling bawah dalam hierarki Peraturan
perseroda. Perumda dimiliki oleh satu daerah dan tidak terbagi atas saham.
Perseroda terbagi atas saham-saham yang dapat dimiliki oleh lebih dari satu daerah.
Perseroan lebih detail diatur dalam UU No. 19 tahun 2003 dan UU No. 40 tahun
2014. Hingga sekarang belum ada peraturan pemerintah yang menjabarkan lebih
28
Ciri-ciri BUMD adalah sebagai berikut:
perusahaan.
perusahaan.
i. Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public.
j. Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun nonbank.
pengadilan.
negara
29
Menurut UU No. 19 tahun 2003 pasal 1, Perusahaan Umum, yang
selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara
dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar
dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
perusahaan umum (PERUM) bebas membuat kontrak kerja dengan semua pihak.
30
c. jangka waktu berdiri;
d. besarnya modal;
e. susunan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta komposisi
Dewan Pengawas;
Dewan Pengawas;
Hal yang sama berlaku untuk Perseroan terbatas kecuali organ Perseroan,
Kabupaten/Kota;
Perkreditan Rakyat.
31
3.4. Landasan Hukum Investasi Pemerintah Daerah
dapat dilakukan untuk investasi jangka panjang guna memperoleh manfaat ekonomi,
kegiaan usaha. Penyertaan modal adalah bentuk investasi pemerintah pada badan
tersebut untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan
32
BAB IV
sejalan dengan visi Pemerintah Jokowi-JK yang mencerminkan pada Trisakti, yaitu
kemandirian dan kedaulatan. Oleh karena itu, pengelolaan BUMD yang baik dan
era tersebut. Pergerakan barang dan jasa diseluruh negara Asean akan semakin
terbuka. Lalu lintas perdagangan dan lalu lintas keuangan akan semakin cepat dalam
hitungan detik. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus segera
menyambut era tersebut dengan menata BUMD yang bergerak dalam bidang
Penataan meliputi:
c. Profesionalisme pegawai
d. Fasilitas perkantoran.
Seperti disebut dimuka, Provinsi Jawa Tengah memiliki 33 BPR BKK yang
33
Kabupaten/Kota. BPR BKK memperlihatkan kinerja yang sangat baik. Hanya
bentuk badan hukum harus berubah dari PD menjadi PT sesuai dengan tuntutan
BKK selain harus mengubah badan hukum menjadi PT, maka harus
LKM. Perijinan BKK harus disesuaikan dengan peraturan yang terbaru. Sejalan
dengan hal tersebut, maka momentum itu digunakan sekaligus untuk menata
kelembagaan. Oleh karena itu BKK akan dikonsolidasi menjadi satu perusahaan
menjadi PT BPR BKK Jateng. Dengan demikian, PT BPR BKK Jateng adalah
jelmaan baru daru akumulasi 29 BKK yang memiliki aset sekitar Rp1,7 triliun. Hal
itu akan menjadikan BPR yang memiliki aset terbesar di Jawa Tengah dan
meningkatkan kemampuan bersaing karena akan semakin kuat baik dari sisi bisnis
pelayanan publik termasuk korporasi berupa BUMN dan BUMD, bukan hanya
jasa publik meliputi pelayanan penyediaan dan penyaluran. Pelayanan publik dapat
melakukan sistem pelayanan terpadu dengan prinsip (1) keterpaduan, (2) ekonomis,
(3) koordinasi, (4) pendelegasian atau pelimpahan wewenang, (5) akuntabilitas, (6)
aksesibilitas.
berikut.
a. dasar hukum;
34
b. persyaratan;
e. biaya/tarif;
f. produk pelayanan;
h. kompetensi Pelaksana;
i. pengawasan internal;
k. jumlah Pelaksana;
memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan; dan
pelayanan dalam bidang jasa keuangan sejalan dengan tuntutan berlakunya MEA
ukuran dari kemajuan masyarakat dan negara. Investasi oleh pemerintah dilakukan
untuk mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan manfaat lainnya (PP No.1 tahun
35
2008). Jasa keuangan akan memberikan dampak pada banyak hal terutama pada
kesejahteraan masyarakat.
Pada akhirnya pengelolaan BPR BKK yang baik akan meningkatkan citra
Provinsi Jawa Tengah dan menjadi kebanggaan sosial masyarakat. BPR BKK
berakibat pada dua sisi, yaitu sisi masyarakat dan pemerintah. Dengan pengelolaan
jasa keuangan yang lebih baik, maka keuntungan bagi nasabah sebagai berikut:
36
2. Sistem layanan jasa keuangan yang lebih tertib.
4. Menjadi tempat usaha yang dapat meningkatkan citra Provinsi Jawa Tengah.
Kegiatan sekonomi terus berkembang dan mendukung citra baik bagi Pemda
Undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Dalam pasal 331 bentuk
BUMD adalah Perumda dan Perseroda. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. Perumda dimiliki oleh satu Daerah,
sedangkan Perseroda dapat dimiliki oleh satu Daerah atau lebih. Daerah dapat
membagi kepemilikan kepada daerah atau swasta. Akan lebih cocok jika berbentuk
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan rakyat menuju masyarakat yang adil dan
makmur.
37
BUMD bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah
Daerah diarahkan untuk bergerak pada cabang produksi yang menguasai hajat hidup
kerakyatan.
19 tahun 2003 organ BUMD sebagai berikut. BUMD dapat berupa Perumda dan
Perseroda.
Bagi perumda tidak terbagi atas saham dan dimiliki oleh satu Daerah. Organ
perusahaan adalah:
b. Direksi, dan
c. Dewan pengawas.
Organ perumda mirip dengan Perusahaan Daerah (PD) yang diatur dalam Undang-
Bagi perseroda terbagi atas saham, dan daerah dapat menguasai seluruh atau
minimal 51 persen saham. Pasal 339 ayat (1) Perusahaan Perseroan Daerah adalah
BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham
yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya
dimiliki oleh satu Daerah. Perseroda tunduk pada Undang-Undang No. 40/2007
38
tentang Perseroan Terbatas. Pasal 7 ayat (1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang
atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Ketentuan yang
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Persero yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh negara.
2. Direksi
3. Dewan komisaris.
Baik Perumda maupun Perseroda memiliki pegawai sendiri, bukan PNS atau PNS
39
BAB V
PERATURAN DAERAH
Paling tidak ada tiga hal yang terkait dengan pengelolaan BUMD jasa
keuangan seperti BPR BKK Provinsi Jawa Tengah. Pertama, isu global dan nasional
terkait dengan penataan jasa keuangan yang lebih profesional. Kedua masalah sosial
ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Ketiga, Pengelolaan jasa keuangan sebagai media
dengan adanya globalisasi. Pada tahun 2015 dimulai era MEA, dimana seluruh
kawasan Asean harus membuka akses untuk kegiatan ekonominya. Jasa keuangan
karena itu untuk memperkuat ekonomi kerakyatan secara nasional, maka jasa
Secara sosial ekonomi, jasa keuangan menjadi media bisnis modern. Tidak
terkecuali Provinsi Jawa Tengah yang sedang mengejar ketinggalan untuk menuju
kesetaraaan dengan provinsi lain, seperti Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Visi Provinsi Jawa Tengah menjadi mandiri dalam bidang ekonomi dan
sosial. Oleh karena itu selain infrastruktur yang menjadi prioritas, Gubernur Jawa
40
5.1.Jangkauan Pengaturan
adalah pengelola BKK dan BPR BKK di Provinsi Jawa Tengah. BUMD dimiliki
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 51 persen dan sisanya (49%)
meliputi:
5.2.Arah Pengaturan
BPR BKK Jateng Jawa Tengah dan PD BPR BKK menjadi PT BPR BKK pada
4. Khusus untuk konsolidasi 29 BKK dilakukan due diligence dan mengajukan ijin
41
5. Pergeseran pengelolaan dengan berubah menjadi PT diharapkan pengelolaan
a. Ketentuan umum
f. susunan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta komposisi
Dewan Komisaris;
Dewan Komisaris;
k. kepegawaian;
l. pengawasan, dan
42
Setiap perundang-undangan diawali dengan ketentuan umum. Ketentuan
umum memberi penjelasan, definisi yang akan dijadikan pedoman dalam peraturan
43
BAB VI
PENUTUP
berikut:
Jawa Tengah tentang Penataan kembali BKK dan BPR BKK Provinsi Jawa
2. Pemda Provinsi Jawa Tengah dapat melakukan perubahan dari PD BKK menjadi
PT BPR BKK Jateng yang berbasis wilayah probvinsi Jawa Tengah dan dari PD
3. Bentuk BUMD yang sesuai adalah Perseroan Terbatas Daerah karena dimiliki
oleh lebih dari satu Daerah dan memiliki tujuan utama pelayanan kepada
berkompetisi.
modal pada BUMD, khususnya perusahaan yang berkaitan dengan hajat hidup
orang banyak seperti bidang jasa keuangan. Oleh karena itu kepemilikan modal
44
5. Perseroda BPR BKK di Provinsi Jawa Tengah merupakan Badan Usaha Milik
penggerak ekonomi rakyat serta sumber pendapatan asli daerah Provinsi Jawa
Tengah.
6. Hal yang diatur dalam Perda adalah prinsip dan tujuan, besaran modal, organ
--o0o--
45
Daftar Pustaka
Bank Indonesia, 2015, “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah”, Triwulan
II 2015.
Fajar, Mukti., dan Yulianto Achmad, 2010, “Dualisme Penelitian Hukum Normatif
dan Empiris”, Yogayakarta: Pustaka Pelajar.
Handoyo, Hestu Cipto, 2008, “Prinsip-prinsip Legal Drafting & Desain Naskah
Akademik”, Yogayakarta: Universitas Atma Jaya.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-
2025.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014
Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Daerah Provinsi
Jawa Tengah Negara Republik Indonesia Nomor 65).
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 19 Tahun 2002 tentang Rakyat
Badan Kredit Kecamatan di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Propinsi
Jawa Tengah Tahun 2002 Nomor 121).
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perusahaan
Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan di Provinsi Jawa
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 11, Seri
E Nomor 5) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan di Provinsi Jawa Tengah
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Negara
Republik Indonesia Nomor 39).
46
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578).
47
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589).
48
RANCANGAN
NOMOR TAHUN
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11. Modal dasar adalah nilai saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh
PT BPR BKK atau PT BKK JATENG.
12. Modal disetor adalah kewajiban penyertaan modal yang telah dipenuhi
oleh Pemegang Saham.
13. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah Daerah dan/atau pemerintah daerah
Kabupaten/Kota yang membidangi pembinaan PT BPR BKK atau PT BKK
JATENG.
14. Pengurus adalah Dewan Komisaris dan Direksi PT BPR BKK atau PT BKK
JATENG.
15. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris PT BPR BKK atau PT BKK
JATENG.
16. Direksi adalah Direksi PT BPR BKK atau PT BKK JATENG.
17. Pegawai adalah Pegawai PT BPR BKK atau PT BKK JATENG.
BAB II
BENTUK BADAN HUKUM
Pasal 2
BAB III
STATUS DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 3
BAB IV
5
(1) PT PBR BKK dan PT BKK JATENG didirikan untuk jangka waktu tidak
terbatas.
(2) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PT BPR BKK dan PT BKK
JATENG disusun oleh Direksi dan disahkan dalam RUPS.
BAB V
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 5
PT BPR BKK dan PT BKK JATENG dalam melakukan usahanya berasaskan
Demokrasi Ekonomi dengan prinsip profesionalisme dan kehati-hatian.
Pasal 6
PT BPR BKK dan PT BKK JATENG didirikan dengan maksud dan tujuan
untuk membantu serta mendorong pertumbuhan perekonomian dan
Pembangunan Daerah di segala bidang dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat dan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.
BAB VI
FUNGSI, TUGAS DAN USAHA
Pasal 7
Pasal 8
Tugas PT BPR BKK dan PT BKK JATENG sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 antara lain :
Pasal 9
Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
dan Pasal 8, PT BPR BKK dan PT BKK JATENG menyelenggarakan usaha-
usaha antara lain :
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu;
b. memberikan kredit dan melakukan pembinaan terhadap nasabah;
c. menempatkan dananya dalam bentuk giro, deposito berjangka, atau jenis
lainnya pada bank lain;
d. menjalankan usaha-usaha perbankan atau lembaga keuangan lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
BAB VII
MODAL
Pasal 10
Pasal 11
(1) Aset PT BPR BKK dan PT BKK JATENG merupakan kekayaan Pemerintah
Daerah dan Kabupaten/Kota yang dipisahkan.
(2) Penyertaan modal yang berasal dari pengalihan aset daerah dan
Kabupaten/Kota hanya dapat dilakukan atas persetujuan RUPS.
(3) Jumlah modal disetor dapat melebihi modal dasar apabila perusahaan
dalam kondisi terancam likuidasi dan/atau tingkat rasio kecukupan
modal di bawah ketentuan dan harus mendapat persetujuan RUPS.
7
(4) Perubahan modal dasar dan modal disetor dimuat dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(5) Tata cara penyertaan modal kepada PT BPR BKK dan PT BKK JATENG
diatur dalam Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal.
BAB VIII
SAHAM–SAHAM
Pasal 12
(1) Modal PT BPR BKK dan PT BKK JATENG terdiri dari saham–saham.
(2) Saham-saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan atas
nama pemilik dan pada tiap–tiap surat saham dicatat nama pemilik oleh
Direksi.
(3) Surat–surat saham diberi nomor urut dan ditandatangani oleh seorang
Direksi dan Dewan Komisaris sebagai wakil pemegang saham.
(4) Nilai nominal tiap saham sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).
(5) PT BPR BKK dan PT BKK JATENG hanya mengakui satu badan hukum
sebagai pemilik dari satu saham.
(6) Setoran saham yang belum mencapai nilai nominal 1 (satu) diberikan
tanda setoran saham (resipis) dan dicatat sebagai modal disetor.
BAB IX
ORGAN
PT BPR BKK dan PT BKK JATENG
Pasal 13
Organ PT BPR BKK dan PT BKK JATENG berbentuk Perseroan Terbatas yang
dimiliki oleh Daerah dan Kabupaten/Kota terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris
dan Direksi.
BAB X
DEWAN KOMISARIS, DIREKSI DAN KEPEGAWAIAN
Bagian Pertama
Dewan Komisaris
Pasal 14
(1) Dewan Komisaris merupakan wakil pemegang saham terdiri dari wakil
Daerah dan Kabupaten/Kota.
(2) Anggota Dewan Komisaris dapat ditunjuk dari pihak ketiga yang
profesional dan independen.
8
Bagian Kedua
Direksi
Pasal 15
Bagian Ketiga
Kepegawaian
Pasal 16
(5) Suami istri tidak boleh menjadi pengurus dan/atau pegawai pada PT
BPR BKK atau PT BKK JATENG dalam 1 (satu) Kantor Pusat dan/atau 1
(satu) Kantor Cabang/Kantor Kas.
(6) Apabila terjadi perkawinan diantara pegawai PT BPR BKK atau diantara
pegawai PT BKK JATENG setelah berlakunya Peraturan Daerah ini, maka
salah 1 (satu) pegawai harus mengundurkan diri.
(7) Hak dan kewajiban pegawai diatur oleh Direksi dengan persetujuan
Dewan Komisaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
dengan memperhatikan kemampuan PT BPR BKK dan PT BKK JATENG.
(8) Ketentuan pokok–pokok Kepegawaian dan struktur organisasi PT BPR
BKK dan PT BKK JATENG diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB XI
TATA KELOLA PERUSAHAAN
Pasal 17
(1) PT BPR BKK dan PT BKK JATENG wajib menerapkan Tata Kelola dalam
setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi.
(2) Penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut oleh Direksi atas persetujuan Dewan Komisaris sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XII
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
Pasal 18
(12) Apabila terjadi voting, maka Keputusan RUPS ditentukan oleh Pemegang
Saham Pengendali sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah ini.
BAB XIII
TAHUN BUKU, RENCANA KERJA
DAN LAPORAN TAHUNAN
Pasal 19
Tahun Buku PT BPR BKK dan PT BKK JATENG adalah tahun takwim.
Pasal 20
(1) Paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tahun buku berakhir
Direksi menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan kepada
pemegang saham dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk
mendapatkan pengesahan RUPS.
(2) Apabila sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tahun buku
berakhir belum ada pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan dinyatakan berlaku.
(3) Setiap perubahan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang terjadi
dalam tahun buku bersangkutan harus mendapatkan pengesahan RUPS.
(4) Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang telah mendapatkan
pengesahan RUPS disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan
Pemegang Saham.
Pasal 21
(1) Paling lama 120 (seratus dua puluh) hari kalender setelah tahun buku
berakhir Direksi wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang
terdiri dari Neraca dan Laba Rugi yang telah diperiksa pejabat yang
berwenang dan diaudit Kantor Akuntan Publik serta telah disetujui Dewan
Komisaris kepada RUPS untuk mendapat pengesahan.
(2) Bentuk dan isi laporan keuangan wajib memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XIV
PEMBAGIAN LABA
Pasal 22
(1) Laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan telah disahkan oleh RUPS,
pembagiannya ditetapkan sebagi berikut :
a. deviden sebesar 55,00 % ;
b. cadangan umum sebesar 11,00 % ;
c. cadangan tujuan sebesar 10,00 % ;
d. dana kesejahteraan sebesar 12,00 % ;
e. jasa produksi sebesar 12,00 % ;
11
(2) Deviden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibagikan kepada
Pemegang Saham secara proporsional sesuai dengan prosentase modal
disetor.
(3) Cadangan umum dan cadangan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dan huruf c ditempatkan di perusahaan.
(4) Dana kesejahteraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dialokasikan untuk kesejahteraan pegawai dan dikelola secara terpisah
yang ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris.
(5) Jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, diberikan
kepada pihak terkait pengelola bank sebagai imbal jasa.
(6) Komposisi pembagian laba bersih sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat
dilakukan perubahan dengan persetujuan RUPS dan dilaporkan ke DPRD.
(7) Tantiem kepada pengurus dapat diberikan berdasarkan kemampuan
keuangan perusahaan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
BAB XV
TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI
Pasal 23
(1) Anggota Direksi atau Pegawai baik yang dengan sengaja ataupun tidak
sengaja atau karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi PT BPR
BKK dan/atau PT BKK JATENG wajib mengganti kerugian dimaksud.
(2) Tata cara penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XVI
PEMBINAAN
Pasal 24
(1) Pembinaan Umum terhadap PT BPR BKK dan PT BKK JATENG di tingkat
Provinsi oleh Gubernur dan di tingkat Kabupaten/Kota oleh
Bupati/Walikota.
(2) Pelaksanaan pembinaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh SKPD secara koordinasi dan berjenjang antara Daerah dan
Kabupaten/Kota.
(3) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
dalam rangka pengembangan dan peningkatan kinerja PT BPR BKK dan
PT BKK JATENG.
(4) Pembiayaan pembinaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bersumber dari APBD Daerah dan APBD Kabupaten/Kota.
BAB XVII
PENGAWASAN
Pasal 25
12
BAB XVIII
KERJASAMA
Pasal 26
(1) PT BPR BKK dan PT BKK JATENG dapat melakukan kerjasama dengan
pihak ketiga dalam usaha meningkatkan modal, sumber daya manusia,
manajemen profesionalisme perbankan/lembaga keuangan dan lain–lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan.
(2) Dalam melakukan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan Komisaris.
(3) Jenis dan syarat kerja sama sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Gubernur.
BAB XIX
PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN
Pasal 27
(1) Dalam rangka pengembangan dan penyehatan PT BPR BKK dan PT BKK
JATENG dapat dilakukan :
a. penggabungan, peleburan dan pengambilalihan;
b. perubahan status badan hukum.
(2) Pelaksanaan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan, serta
perubahan status badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Dalam rangka pengembangan kelembagaan, PT BKK JATENG dapat
berubah bentuk menjadi PT BPR BKK dan/atau melebur ke dalam PT BPR
BKK dengan cara likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Dengan adanya peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka
semua aset, hutang/piutang maupun hal lain yang terkait dengan
kepegawaian PT BKK JATENG dialihkan pengelolaan dan tanggung
jawabnya kepada PT BPR BKK JATENG.
BAB XX
PEMBUBARAN
Pasal 28
(1) Pembubaran PT BPR BKK dan PT BKK JATENG terjadi karena :
13
a. keputusan RUPS;
b. jangka waktu pendirian telah berakhir;
c. penetapan pengadilan.
(2) Pembubaran PT BPR BKK dan PT BKK JATENG ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
(3) Pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.
(4) Tata cara pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
Dalam hal terjadi pembubaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, maka
penyelesaian hak dan kewajiban Direksi dan Pegawai PT BPR BKK dan PT BKK
JATENG ditetapkan oleh RUPS.
BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka semua ketentuan
yang berkaitan dengan pengaturan PT BPR BKK, paling lama 6 (enam)
bulan wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada
Peraturan Daerah ini.
(2) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka Badan Kredit Kecamatan di
masing-masing Kabupaten/Kota berstatus menjadi Kantor Cabang Utama
atau sejenisnya sesuai ketentuan.
(3) Semua aset, hutang/piutang maupun hal lain yang terkait dengan
kepegawaian Badan Kredit Kecamatan sebelum konsolidasi, dialihkan
pengelolaan dan tanggung jawabnya ke PT BKK JATENG.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah
Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan Di Provinsi Jawa
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002 Nomor 122)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Perusahaan
Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan Di Provinsi
Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Nomor
3) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(2) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 19 Tahun 2002 tentang Perusahaan Daerah
Badan Kredit Kecamatan di Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah
14
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002 Nomor 121) dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 32
Hal–hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 33
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah.
Ditetapkan di Semarang
Pada Tanggal
GANJAR PRANOWO
Diundangkan di Semarang
Pada tanggal
PENJELASAN
NOMOR
TENTANG
PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT
BADAN KREDIT KECAMATAN DAN PERSEROAN TERBATAS BADAN
KREDIT KECAMATAN JAWA TENGAH
I. PENJELASAN UMUM
Pasal 9 huruf a
Dan huruf b : Cukup jelas
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR TAHUN
TENTANG
PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN
RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN DAN
PERSROAN TERBATAS BADAN KREDIT
KECAMATAN JAWA TENGAH
GANJAR PRANOWO
20
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR TAHUN
TENTANG
PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN
RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN DAN
PERSROAN TERBATAS BADAN KREDIT
KECAMATAN JAWA TENGAH
GANJAR PRANOWO