SETELAH MERGER
(Studi kasus PT. BANK OCBC NISP TBk.)
DRAFT SKRIPSI
Disusun Oleh :
Terakreditasi (Accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Departemen Pendidikan Nasional
Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2007
Tanggal 19 Mei 2007
BANDUNG
2013
1
ABSTRAK
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN
Memasuki era globalisasi, era pasar bebas dan persaingan usaha yang
semakin ketat, menuntut perusahaan harus berpikir keras dalam mempertahankan
dan mengembangkan strategi perusahaan, agar perusahaan dapat bertahan dalam
mengembangkan ekstensi dan memperbaiki kinerjanya. Industri perbankan
mengalami pertumbuhan sangat cepat. Banyaknya pendirian bank baru
mengakibatkan jumlah pertumbuhan bank meningkat secara signifikan. Tetapi
peningkatan kuantitas ini tidak diringi dengan peningkatan kualitas sehingga
efisiensi dan stabilitas perbankan masih relatif rendah. Ini terjadi pada saat krisis
moneter yang terjadi mulai tahun 1997 yang diawali dengan menurunnya nilai
tukar rupiah terhadap US$ berdampak pada hampir semua aspek kehidupan
bangsa secara beruntun, termasuk krisis di industri perbankan. Pada saat itu
pemerintah Indonesia telah berusaha menjaga turunnya nilai tukar rupiah agar
tidak terlalu jatuh dengan cara menarik peredaran pasa uang dengan
meningkatkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sehingga
mengakibatkan bank-bank Indonesia baik nasional maupun swasta kerepotan
dalam memenuhi likuiditasnya dan pada akhirnya meminta bantuan Bank
Indonesia untuk mengucurkan kredit Likuiditas Bank Indonesia.
Pada tanggal 9 Januari 2004 Bank Indonesia selaku otoritas moneter telah
menetapkan kebijakan konsolidasi yang diwujudkan melalui Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan
pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan yang dilandasi oleh visi
mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan
kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.Bank Indonesia (2004).
Langkah-langkah konsolidasi perbankan dilakukan antara lain melalui penataan
kembali struktur kepemilikan tunggal (single presence policy), dimana dalam
kebijakan ini diatur bahwa pemegang saham pengendali (ultimate shareholder)
suatu bank yang mempunyai lebih dari satu bank diharuskan untuk
menggabungkan bank-bank yang dimilikinya (Pribadi, 2010).
Dampak otoritas moneter ini mempengaruhi Indonesia secara langsung.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang berinvestasi di institusi-institusi
keuangan mengalami kerugian. Perusahaan-perusahaan keuangan yang
mengalokasikan dana pada sumber pendapatan alternatif, melalui pembelian
saham, atau obligasi pada instrumen keuangan.Sedangkan dampak tidak langsung
dari krisis ini adalah turunnya likuiditas, melonjaknya tingkat suku bunga dan
melemahnya pertumbuhan sumber dana. Tingkat kepercayaan konsumen,investor
dan pasar pun ikut turun terhadap berbagai institusi keuangan yang menyebabkan
melemahnya pasar modal.
Banyak nya masalah perbankan Indonesia yang dialami di Indonesia di
antara nya kualitas SDM perbankan yang masih rendah ,persaingan ketat karena
banyak jumlah bank sehingga margin keuntungan yang rendah,penyebaran tidak
merata, secara geografis, kuantitas dan kualitas aset yang rendah cenderung
kurang berhati-hati (Less prudential),struktur modal yang lemah, dan sistem
pengambilan keputusan kredit yang tidak mandiri.Anwar Nasution (2008)
Berbagai Strategi dapat ditempuh oleh industri perbankan agar dapat
mempertahankan eksistensi dan menjaga kesehatan bank, salah satunya dengan
melakukan Merger terutama untuk meningkatkan daya saing, memperoleh pangsa
pasar yang lebih besar, mempertahankan ekstitensi, memperluas portofolio untuk
mengurangi risiko bisnis, untuk memasuki pasar baru dan geografi, dan
memanfaatkan skala ekonomi.Merger dan Akuisisi (M&A) adalah suatu tren yang
wajar dari globalisasi dan liberlisasi pasar finansial sebagai bagian dari strategi
bisnis. Yang menarik dan perlu dicermati, praktek Merger dan Akuisisi bukan
hanya dari kebijakan dorongan (policy Driven), melainkan karena dorongan pasar
(Market Driven) sejalan dengan berkembangnya Teknologi Informasi (Kiryanto,
infobank 2006)
Boostman (1997) dalam Dewi (2004) mengungkapkan beberapa alasan mengapa
penggabungan usaha dapat menghasilkan nilai antara lain Hilangnya biaya tetap
yang meruapakan duplikasi Kondisi kesinambungan dalam proses produksi
Manajemen aktiva lebih efisien dan Nilai dapat di tingkatkan dengan manfaat
keringanan pajak yang belum digunakan. Selanjutnya Suta (2000) juga
mengemukan alasan-alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi yakni
Keuntungan dari segi operasi (operating advantage), melalui kemungkinan
pencapaian skala ekonomis Keuntungan dari segi finansial ( financial advantage),
yang dapat melalui manfaat di pasar uang ataupun pasar modal. Kemungkinan
untuk meningkatkan pertumbuhan usaha, yakni dengan mengakselerasi tingkat
pertumbuhan dibandingkan dengan melalui ekspansi internal. Diversifikasi atas
usaha perusahaan, sehingga dengan demikian dapat menjaga perolehan tingkat
keuntungan tidak mengalami fluktuasi.
Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Budisantoso dan Triandaru (2005)
Keadaan bank yang tidak sehat akan merusak keadaan perbankan secara
keseluruhan dan mengurangi rasa kepercayaan masyarakat. Hal ini bisa
membahayakan terhadap turun daya saing perusahaan, karena mengalami krisis
kepercayaan konsumen. Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif
dilakukan terhadap 5 faktor, yaitu faktor permodalan (Capital), Kualitas Aktiva
Produktif (Assets), Manajemen, Rentabilitas (Earning), dan Likuiditias. Analisis
tingkat kesehatan bank ini sering dikenal dengan analisis CAMEL dan Dasar
Hukum penilaian tingkat kesehatan bank di atur oleh Bank Indonesia pada Pasal
29 UU Nomor 10 Tahun 1998.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya
dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan
dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,
rentabilitas dan likuiditas.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
tingkat kesehatan bank tersebut sebelum dan setelah merger. Dengan menelusuri
rasio-rasio keuangan dalam tingkat kesehatan bank sebelum dan setelah
melakukan merger yang diharapakan terjadi sinergi dalam waktu jangka panjang.
Maka peneliti bermaksud mengambil penelitian skripsi yang berjudul :
“ÁNALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN SEBELUM DAN
SETELAH MELAKUKAN MERGER (STUDI KASUS PT.BANK OCBC
NISP.Tbk. 2009-2012)”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan diatas
maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
a) Bagaimana perbandingan tingkat kesehatan Bank OCBC NISP sebelum
dan setelah melakukan merger ?
b) Bagaimana perbandingan kinerja keuangan Bank OCBC NISP sebelum
dan setelah melakukan merger ?
c) Apakah terdapat perbedaan tingkat kesehatan bank dan kinerja Bank
OCBC NISP yang signifikan antara sebelum dan setelah melakukan
merger ?
( )
= × 100%
()
$ %ℎ
! " # = × 100%
" '
$ ( ℎ " )
' = × 100%
% '
%'"' = × 100%
" '
Secara garis besar penelitian ini dijabarkan dalam lima bab. Pokok utama
bahasan dalam penelitian ini adalah pengaruh merger terhadap tingkat kesehatan
bank yang melakukan merger ditinjau dari metode CAMEL.
Pada Bab I dijelaskan mengenai pendahuluan yang berisi mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian dan
sistematika penulisan. Pada latar belakang masalah, dijelaskan mengenai
fenomena yang terjadi seputar kegiatan merger di Indonesia. Setelah latar
belakang dikemukakan maka selanjuntya dirumuskan sejumlah permasalahan
seputar penelitian ini.
Tujuan penelitian ini merupakan arah penelitian yaitu merinci apa yang ingin
diketahui dan ditulis dalam bentuk pernyataan. Kegunaan penelitian merupakan
manfaat dari penelitian ini. Kegunaan tersebut diwujudkan dalam bentuk
kontribusi secara teoritis serta praktis.
Pada Bab II yaitu tinjauan pustaka dijelaskan mengenai studi literatur dari
referensi ilmiah baik itu skripsi, tesis maupun jurnal yang telah diterbitkan.
Referensi ilmiah tersebut berkaitan dengan tema penelitian ini. Dalam bab ini
dikemukakan definisi bank,fungsi bank,jenis-jenis bank,kinerja bank, analisis
tingkat kesehatan bank menurut metode CAMEL, pengertian merger, motif
merger, tujuan merger, keunggulan dan kelemahan merger, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan merger, serta beberapa penelitian
sebelumnya.
Tinjauan pustaka yang ada dalam bab ini membantu disusunnya kerangka
pemikiran yang melandasasi hipotesis. Kerangka pemikiran berisi pola nalar
terhadap teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian
ini. yang akan mendukung penelitian ini dan pengembangan hipotesis.
Pada Bab III dibahas mengenai gambaran populasi dan sampel yang
digunakan dalam studi empiris, pengidentifikasian variabel-variabel penelitian.
Pada bab ini juga dilakukan operasionalisasi variabel serta dijelaskan mengenai
cara pengukuran variabel-variabel tersebut. Selain itu juga dikemukakan teknik
pemilihan data dan metode analisis data.
Pada Bab IV Merupakan isi pokok dari keseluruhan penelitian ini. Bab ini
menyajikan hasil pengolahan data dan analisis atas hasil pengolahan tersebut.
Penyajian hasil pengolahan data dilakukan melalui deskripsi variabel secara
statistik, baik itu sebelum maupun setelah merger. Setelah itu, dilakukan uji
normalitas terhadap variabel-variabel yang akan menentukan uji hipotesis yang
akan digunakan dalam penelitian ini.
Pada Bab V akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian dan saran. Hasil
kesimpulan ditarik dari perumusan masalah setelah melalui proses analisis dan
pembahasan. Kesimpulan tersebut merupakan hasil akhir dari penelitian ini.
Setelah itu, saran kemudian diberikan atas dasar kesimpulan yang diambil. Saran
tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan yang akan
melakukan merger terutama sektor perbankan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan
dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari
bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang
Menurut Lukman Dendawijaya (2009)
“Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utama nya sebagai
perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan
dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit)
kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit
unit) pada waktu yang ditentukan.”
peran bank sebagai lemabaga perantara keuangan juga di nyatakan dalam PSAK
No 31, bahwa bank adalah
“Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan
dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana
atau kekurangan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang
berfungsi mempelancar lalu lintas pembayaran.” Ikatan Akutansi
Indonesia (2007)
Dari beberapa pengertian diatas, dapat di simpulkan bahwa akitivitas bank
berkaitan dengan menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa
keuangan lainnya karena bank merupakan badan yang bergerak dalam bidang
keuangan sehingga aktivitas perbankan tidak lepas dari masalah keuangan.
3 Manajemen 25%
Manajemen Umum 10%
Manajemen Resiko 15%
4 Rentabilitas 10%
Rasio laba terhadap rata-rata volume usaha 5%
Rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional 5%
5 Likuiditas 10%
Rasio kredit terhadap dana yang diterima
oleh bank dalam rupiah dan valuta asing 10%
Sumber : Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/277/KEP/DIR Tanggal 19 Maret 1998
Berikut ini akan merupakan penjelasan dari faktor-faktor CAMEL yang dapat
diukur dalam bentuk rasio untuk melakukan perhitungan penilaian tingkat
kesehatan bank yaitu sebagai berikut:
1. Aspek Permodalan (capital)
Modal merupakan salah satu yang penting bagi bank dalam rangka
mengembangkan usaha dan menopang kerugian yang mungkin timbul dari
penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengundang resiko
serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva lainnya (Sawir, 2005)
Menurut Martono (2007), pada aspek penilaian ini yang dinilai adalah
permodalan yang didasarkan kepada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai Pembina
dan Pengawas harus menyesuaikan diri terhadap perkembangan perbankan
internasional untuk dapat menyiapkan perbankan nasional menjadi bank
yang siap bersaing. Untuk itu pula maka Bank Indonesia mengeluarkan
mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang dapat menjadi
persyaratan bagi bank dalam mengelola modalnya tanpa mengabaikan
resiko.
Pengertian Capital Adequa Ratio menurut Kuncoro dan Suhardjono
(2004) sebagai berikut:
“Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankam modal yang mencukupi
dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang
dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank”.
Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.
23/67/Kep/DIR tanggal 28 Februari 1991 (PakFeb’91) yang kembali
dipertegas melalui Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001
tentang kewajiban modal minimum bank, menetapkan bahwa rasio
kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) harus mencapai
8%.
Keterangan:
a. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, modal
sumbangan, cadangan umum yang dibentuk dari penyisihan laba
atau laba ditahan yang telah mendapat persetujuan RUPS, laba
ditahan, laba (rugi) tahun lalu, laba (rugi) tahun berjalan yang
diperhitungkan 50% sedangkan bila rugi seluruhnya.
b. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap,
penyisihan penghapusan aktiva produktif (maksimum 125% dari
ATMR), modal pinjaman, pinjaman subordinasi.
c. ATMR meliputi kas, emas dan mata uang emas, giro pada BI,
tagihan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki (SBI, SBPU),
kredit yang diberikan kepada atau dipinjamkan, penyertaan, aktiva
tetap dan inventaris kantor (nilai buku), antar kanor aktiva (netto),
rupa-rupa aktiva.
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Rasio Predikat
CAR ≥ 12% Sangat Signifikan
9% ≤ CAR < 12% Cukup Signifikan
8% ≤ CAR < 9% Sesuai Ketentuan
6% ≤ CAR < 8% Dibawah Ketentuan
Berlaku
CAR ≤ 6% Tidak Solvable
Sumber: Bank Indonesia
Rasio Predikat
NPL ≤ 5% Sehat
3. Aspek Manajemen
Kualitas manajemen menunjukan kemampuan manajemen bank untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko
yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi untuk mencapai
target. Aspek manajemen ini dinilai dengan cara kuantifikasikan
pelaksanaan manajemen, meliputi beberapa komponen yaitu manajemen
permodalan, manajemen kualitas aktiva produktif, manajemen umum,
manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas.
Aspek manajemen pada penilaian kinerja bank dapat diproksikan dengan
Net Profit Margin (NPM). NPM dapat dirumuskan sebagai berikut:
$ %ℎ
! " # = × 100%
" '
Rasio Predikat
NPM ≥ 5% Bagus
NPM ≤ 3% Buruk
Rasio Predikat
Rasio Predikat
Rasio Predikat
NIM ≥ 2% Sehat
Rasio Predikat
Rasio Predikat
50% < LDR ≤ 75% Sangat Baik
75% < LDR ≤ 85% Baik
85% < LDR ≤ 100% Cukup Baik
100% < LDR ≤ 120% Kurang Baik
LDR > 120% Buruk
Sumber: Bank Indonesia
2.2 Merger
2.2.1 Pengertian dan motif Merger
Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk
mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata
“mergere” (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama, menyatu, berkombinasi
(2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger
didefinisikan sebagai penggabungan dua atau perusahaan yang kemudian hanya
ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang
lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Dengan kata lain bahwa merger
adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang kemudian
hanya satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang
lain nya menghentikan aktivitas atau bubar (Moin,2007)
Merger Bank adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara
tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank
lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Hasibuan (2007)
Menurutnya merger bank dapat dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu:
1. Merger Horizontal, yaitu penggabungan dua bank atau lebih dengan status
yang sama menjadi satu bank. Misalnya bank umum A merger Bank
Umum B menjadi Bank Umum A dan membubarkan Bank Umum B.
2. Merger Vertikal, yaitu penggabungan dua bank atau lebih dengan status
yang tidak sama menjadi satu bank. Misaknya Bank Umum X merger
dengan BPR Y menjadi Bank Umum X dan membubarkan BPR Y.
3. Merger Konglomerat, yaitu penggabungan dua bank atau lebih yang satu
sama lainnya tidak memiliki hubungan secara lini. Misalnya bank-bank
yang merger tersebut bukanlah bank yang berada dalam grup yang sama.
Terdapat beberapa motif perusahaan dalam melakukan merger, di antara nya :
1. Peningkatan skala ekonomi (economic scale), yang berarti sumber daya
yang dimanfaatkan secara lebih ekonomis dan sebagai konsekuensinya
akan meningkatkan profitabiltas. Sufian,Majid, dan Haron (2007)
mengatakan berpendapat bahwa salah satu sumber penciptaan sinergi
adalah pengurangan biaya yang terjadi sebagai hasil dari skala ekonomi.
Hal tersebut mengimplikasikan pernurunan biaya per-unit yang berasal
dari skala operasi perusahaan.
2. Mengurangi tingkat persaingan dan meningkatkan pasar dan distribusi
entitas. Menurut Mulyana (2009), “Manajemen atau pengambilan
keputusan tidak disibukan dengan memikirkan strategi menghadapi
pesaing tetapi dapat lebih berkonsentrasi pada pemikiran strategis
lainnya”. Pengagabungan dua atau lebih entitas dapat memperoleh pasar
baru secara lebih cepat dibandingkan jika mengembangkan sendiri
sehingga akan memberikan hasil yang besar secara keseluruhan.
3. Meningkatkan efisisensi. Mulyana (2009), menyatakan bahwa
peningkataan efisiensi dapat dilakukan dengan “menutup kantor cabang
yang berdekatan tanpa harus kehilangan potensi bisnis bahkan memperluas
raung lingkup operasi dengan tidak membuka cabang baru”. Selain itu,
peningkatan efisiensi terjadi ketika ada transfer keahlian dan entitas yang
lebih handal ke entitas kurang handal. Tim manajerial yang lebih handal
akan meningkatkan kinerja keuangan. Efisisensi dapat meningkat dengan
pengurangan fasilitas yang tidak diperlukan dan pengurangan karyawan
serta ada sinergi penguasaan teknologi dari entitas-entitas yang melakukan
merger.
Suatu bank dapat dikatakan liquid apabila bank yang bersangkutan mampu
membayar semua hutangnnya terutama hutag-hutang jangka pendek. Dalam hal
ini yang dimaksud dengan hutang jangka pendek yang ada didalam bank antara
lain simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, giro dan deposito.
Dikatakan liquid jika pada saat bank ditagih bank mampu membayar. Dalam
perbankan, rasio likuiditas dapat dihitung dengan rasio LDR (Loan to Deposit
Ratio). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin rendah rasio ini maka
semakin baik kinerja rasio LDR, karena berarti bank dapat membayar seluruh
penarikan yang dilakukan oleh deposan. Menurut Suwardi (2008) dalam
penelitiannya yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah
Merger pada PD BPR BKK Purwodadi menyatakan menyatakan rasio LDR
sebelum merger berbeda secara signifikan dengan sesudah merger. Berdasarkan
penjelasan diatas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H8 : Tingkat kesehatan bank OCBC NISP berdasarkan LDR sesudah
merger ada perbedaan dari sebelum merger.
Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis keuangan
Asia dan jatuhnya sektor perbankan di Indonesia, tanpa dukungan obligasi
rekapitalisasi pemerintah. Bank OCBC NISP pada saat itu menjadi salah satu
bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera setelah krisis.
Inisiatif ini memungkinkan Bank mencatat pertumbuhan yang tinggi. Reputasi
Bank OCBC NISP yang baik di industrinya dan pertumbuhannya yang
menjanjikan, telah menarik perhatian International Finance Corporation (IFC),
bagian dari Group Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada
tahun 2001-2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi
pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya menjadi pemegang saham
pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak tahun 2004.
OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85.06% di Bank OCBC
NISP.
Dengan dukungan dari OCBC Bank-Singapura, Bank OCBC NISP telah
menetapkan program yang agresif untuk memperkuat infrastruktur, termasuk
sumber daya manusia, teknologi informasi dan jaringan kantor. Program ini yang
kemudian memicu kepindahan kantor pusat ke OCBC NISP Tower di pusat
Jakarta, yang memungkinkan Bank OCBC Per 1 januari 2011, Bank OCBC NISP
memiliki jaringan pelayanan sebanyak 413 kantor di 62 kota yang terdiri atas 1
kantor pusat, 49 kantor cabang, 3 kantor cabang syariah, 260 kantor cabang
pembantu, 28 kantor kas, 12 kantor payment point, dan 60 kantor fungsional
mikro. Pelayanan untuk nasabah juga dilengkapi dengan 602 ATM di seluruh
Indonesia dan didukung oleh 5.843 orang karyawan.
OCBC Bank Singapura merupakan bank lokal tertua di Singapura, dengan
jaringan, kantor perwakilan serta perusahaan afiliasi di 15 negara dan teritori
termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, Cina, Hong Kong, Brunei, Jepang,
Australia, Inggris dan Amerika. Anak perusahaan OCBC Bank, Great Eastern
Holding, adalah grup asuransi terbesar di Singapura dan Malaysia dalam hal aset
dan pangsa pasar. Sedangkan anak perusahaan yang bergerak di bidang
manajemen aset, Lion Global Investors, adalah salah satu perusahaan manajemen
investasi swasta terbesar di Asia Tenggara.Bank
VISI
Menjadi Bank pilihan dengan standar dunia yang diakui kepeduliannya dan terpercaya.
MISI
Bank OCBC NISP berusaha dan bekerja sebagai warga korporat terhormat yang mampu
bertumbuh-kembang bersama masyarakat secara berkelanjutan dengan cara :
Komponen Sub
Indikator Skala
Camel Variabel
Capital
Capital
Adequqcy ( )
× 100% Rasio
Ratio (hi )
Non
, % ℎ
Asset Quality Performing h 100% Rasio
,
Loan (hj )
Net Profit $ %ℎ
Management × 100% Rasio
Margin (hk ) " '
2) Hipotesis 2
: μji = μjj Tidak ada perbedaan yang signifikan NPL Bank
OCB NISP sebelum dan setelah merger.
M : μji ≠ μjj Ada perbedaan yang signifikan NPL Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger.
3) Hipotesis 3
: μki = μkj Tidak ada perbedaan yang signifikan NPM Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
M : μki ≠ μkj Ada perbedaan yang signifikan NPM Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
4) Hipotesis 4
: μli = μlj Tidak ada perbedaan yang signifikan ROA Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
M : μli ≠ μlj Ada perbedaan yang signifikan ROA Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
5) Hipotesis 5
: μmi = μmj Tidak ada perbedaan yang signifikan ROE Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
M : μmi ≠ μmj Ada perbedaan yang signifikan ROE Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
6) Hipotesis 6
: μpi = μpj Tidak ada perbedaan yang signifikan NIM Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
M : μpi ≠ μpj Ada perbedaan yang signifikan NIM Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger.
7) Hipotesis 7
: μqi = μqj Tidak ada perbedaan yang signifikan BOPO Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
M : μqi ≠ μqj Ada perbedaan yang signifikan BOPO Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
8) Hipotesis 8
: μri = μrj Tidak ada perbedaan yang signifikan LDR Bank
OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
M : μri ≠ μrj Ada perbedaan yang signifikan LDR Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger.
9) Hipotesis 9
: μti = μtj Tidak ada perbedaan yang signifikan Skor CAMEL
Bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
M : μti ≠ μtj Ada perbedaan yang signifikan Skor CAMEL
Bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger.
b. Penetapan Tingkat signifikansi yang digunakan α = 0,05
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05
atau 5% artinya dengan tingkat signifikan tersebut, probabilitas untuk
membuat kesalahan cukup rendah dan tingkat signnifikan dengan nilai
tersebut sudah bisa dipakai dalam penilitian-penilitian sosial. Selain
menggunakan tingkat signifikansi 0,05, penetapan derajat kebebasan df
adalah n-1,
Dimana:
n = jumlah data
c. Pengujian Hipotesis
Mencari t-hitung dengan menggunakan software SPSS 19 atau dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
g
t= wx
v {
√z
Dimana :
t = Nilai t hitung
D = Rata-rata selisih pengukuran 1 & 2
SD = Standar deviasi selisih pengukuran 1 & 2
N = Jumlah sample
Tabel 4.1 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank OCBC NISP
sebelum dan setelah Merger
Periode CAR Periode CAR
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 18,92 Maret 2011 16,62
Juni 2009 19,5 Juni 2011 15,46
September 2009 19,58 September 2011 15,05
Maret 2010 17,12 Maret 2012 16,08
Juni 2010 18,16 Juni 2012 17,6
September 2010 17,03 September 2012 16,93
Maksimum 19,58 Maksimum 17,6
Minimum 17,03 Minimun 15,0
Rata-rata 18,47 Rata-rata 16,29
Sumber data di olah
Tabel 4.2 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Bank OCBC NISP
Sebelum dan Setelah Merger
Periode NPL Periode NPL
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 2,21 Maret 2011 0,87
Juni 2009 1,89 Juni 2011 0,8
September 2009 2,04 September 2011 0,76
Maret 2010 1,7 Maret 2012 0,53
Juni 2010 1,54 Juni 2012 0,45
September 2010 1,33 September 2012 0,42
Maksimum 2,21 Maksimum 0,42
Minimum 1,33 Minimun 0,87
Rata-rata 1,79 Rata-rata 0,63
Sumber data di olah
Dari tabel 4.2 di atas, perkembangan tingkat kesehatan Bank OCBC NISP
sebelum dan setelah merger yang dihitung menggunakan Non Performing Loan
(NPL) periode triwulanan dimulai dari Maret 2009 hingga September 2012. Dari
data laporan keuangan diketahui bahwa nilai minimum NPL sebelum merger
adalah 1,33% dan setelah merger adalah 0,87%. Nilai maksimum NPL Bank
OCBC NISP sebelum merger adalah 2,21 % dan setelah merger adalah 0,87%.
Sedangkan nilai rata-rata Non Performing Loan (NPL) Bank OCBC NISP
sebelum merger sebesar 1,79% dan setelah merger sebesar 0,63%. Artinya bank
OCBC NISP memiliki kredit bermasalah rata-rata sebesar 1,79% dari total kredit
yang disalurkan sebelum merger, dan memiliki kredit bermasalah rata-rata sebesar
0,63% dari total kredit yang disalurkan setelah merger. Rata-rata Non Performing
Loan (NPL) Bank OCBC NISP lebih rendah dibandingkan dengan nilai minimum
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu maksimum 5%. Berdasarkan tabel di
atas rata-rata NPL pada periode sebelum merger lebih tinggi dibandingkan NPL
setelah setelah merger.
$ %ℎ
! " # = × 100%
" '
Tabel 4.3 Perkembangan Net Profit Margin NPM Bank OCBC NISP sebelum
dan setelah Merger
Periode NPM Periode NPM
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 7,11 Maret 2011 12,77
Juni 2009 7,83 Juni 2011 13,64
September 2009 10,42 September 2011 14,42
Maret 2010 14,00 Maret 2012 17,34
Juni 2010 13,25 Juni 2012 14,62
September 2010 13,14 September 2012 7,26
Maksimum 14,00 Maksimum 17,34
Minimum 7,11 Minimun 7,26
Rata-rata 10,96 Rata-rata 13,34
Sumber data di olah
Tabel 4.4 Perkembangan Return On Asset (ROA) ROA Bank OCBC NISP
sebelum dan setelah Merger
Periode ROA Periode ROA
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 1,17 Maret 2011 1,64
Juni 2009 1,34 Juni 2011 1,68
September 2009 1,72 September 2011 1,83
Maret 2010 1,87 Maret 2012 1,75
Juni 2010 1,75 Juni 2012 1,7
September 2010 1,74 September 2012 1,78
Maksimum 1,87 Maksimum 1,83
Minimum 1,17 Minimun 1,64
Rata-rata 1,60 Rata-rata 1,73
Sumber data diolah
Dari tabel 4.4 di atas, perkembangan tingkat kesehatan Bank OCBC NISP
sebelum merger yang dihitung menggunakan Return On Asset (ROA) dimulai
dari Maret 2009 hingga September 2012 adalah 1,60% artinya bank OCBC NISP
mampu menghasilkan tingkat pengembalian sebesar 1,60% dari total aset yang
dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dapat dihasilkan dari
setiap aset yang dimiliki maka keuntungan semakin besar dengan ditunjukan nya
rata-rata ROA setelah merger sebesar 1,73. Ada nya peningkatan tingkat
pengembalian asset sebesar 0,13% dari sebelum melakukan merger.
Dari tabel 4.5 di atas, perkembangan tingkat kesehatan Bank OCBC NISP
sebelum dan setelah merger yang dihitung menggunakan Return On Equity (ROE)
periode triwulan dimulai dari Maret 2009 hingga September 2012. Dari data
laopran keuangan diketahui bahwa nilai minimum ROE sebelum merger adalah
8,18% dan setelah merger adalah 10,09%. Nilai maksimum ROE Bank OCBC
NISP sebelum merger adalah 12,32% dan setelah merger adalah 12,44%.
Sedangkan Nilai rata-rata Return On Equity (ROE) Bank OCBC NISP sebelum
merger sebesar 10,72% dan setelah merger sebesar 11,63%. Artinya Bank OCBC
NISP mampu menghasilkan laba dari setiap modal yang dimiliki sebesar 10,72%
pada saat sebelum merger dan mampe menghasilkan laba dari setiap modal yang
dimiliki sebesar 11,63% pada saat setelah merger. Pada variabel ROE ini terdapat
perbedaan rata-rata sebesar 0,91%. Perbedaan ini mengindikasikan terdapat
peningkatan ROE setelah merger dibandingkan dengan sebelum merger.
Tabel 4.6 Perkembangan Net Interest Margin (NIM) bank OCBC NISP
Sebelum dan Setelah Merger
Periode NIM Periode NIM
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 5,04 Maret 2011 5,05
Juni 2009 5,22 Juni 2011 4,85
September 2009 5,53 September 2011 4,84
Maret 2010 5,42 Maret 2012 4,37
Juni 2010 5,31 Juni 2012 4,2
September 2010 5,26 September 2012 4,24
Maksimum 5,53 Maksimum 5,05
Minimum 5,04 Minimun 4,2
Rata-rata 5,30 Rata-rata 4,59
Sumber data diolah
Tabel 4.8 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank OCBC NISP
Sebelum dan Setelah Merger
Periode LDR Periode LDR
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 71,02 Maret 2011 83,58
Juni 2009 69,35 Juni 2011 85,74
September 2009 76,46 September 2011 83,71
Maret 2010 76,6 Maret 2012 85,5
Juni 2010 77,54 Juni 2012 91,84
September 2010 78,51 September 2012 93,93
Maksimum 78,51 Maksimum 93,93
Minimum 69,35 Minimun 83,58
Rata-rata 74,91 Rata-rata 87,38
Sumber data diolah
Dari tabel 4.8, tingkat kesehatan Bank OCBC NISP sebelum dan setelah
merger yang dihitung menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) periode
triwulanan dimulai dari Maret 2009 hingga September 2012. Dari data keuangan
diketahui bahwa nilai LDR minimum sebelum merger adalah 69,35% dan setelah
merger adalah 83,58%. Nilai maksimum LDR Bank OCBC NISP sebelum merger
adalah 78,51% dan setelah merger adalah 93,93%. Sedangkan nilai rata-rata LDR
Bank OCBC NISP sebelum merger sebesar 74,91% dan setelah merger sebesar
87,38%. Artinya Bank OCBC NISP mampu mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya
sebesar 74,91% sebelum merger dan Bank OCBC BISP mampu mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya sebesar 87,38% setelah merger. Semakin besar LDR berarti
semakin besar kemampuan bank dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah/
masyarakat, hal ini berarti kinerja beserta tingkat kesehatan bank tersebut baik
dilihat dari segi likuiditasnya. Rata-rata LDR setelah merger lebih tinggi
dibandingkan LDR sebelum merger.
2009 52,15
2010 55,49
2011 55,5
2012 57,34
Minimum 52,15
Maximum 57,34
Rata-rata sebelum merger 53,82
Rata-rata setelah merger 56,42
Sumber data diolah
Berdasarkan tabel 4.17, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata skor CAMEL
sebelum merger adalah 53,82 dan setelah merger adalah 56,42. Pada skor Camel
ini terdapat perbedaan sebesar 2,6%. Perbedaan ini mengindikasikan terdapat
peningkatan rata-rata skor CAMEL dua tahun sebelum merger dibandingkan
dengan dua tahun setelah merger. Secara umum dari perhitungan skor CAMEL,
dapat dilihat bahwa Bank OCBC NISP memiliki skor CAMEL dibawah ketentuan
Bank Indonesia yaitu minimum 81, hal ini menunjukkan bahwa Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger memiliki kinerja yang kurang baik dan kurang
sehat, berdasarkan perhitungan skor CAMEL.
Uji normalitas akan dilakukan terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini. Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar data terdistribusi secara normal
dalam variabel yang digunakan di dalam penelitian ini. Sampel berdistribusi normal
apabila Asymptotic sig.> tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian, dalam hal
ini adalah 95% atau α = 5%. Sebaliknya dikatakan tidak normal apabila asymptotic sig.<
tingkat keyakinan. Uji normalitas dilakukan dengan mengamati dan melakukan pengujian
Kolgomorov – Smirnov. Hasil tersebut selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SKOR
CAME
CAR NPL NPM ROA ROE NIM BOPO LDR L
N 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Normal Mean 16.65 1.166 13.53 1.751 11.50 5.121 82.36 80.94 18.463
Paramete 67 7 83 7 50 7 00 67 3
a
rs Std.
1.289 .4094 .6099 .0870 .7662 .2457 1.013 3.846
Deviati .17523
20 7 0 4 6 2 96 63
on
Most Absolut
.193 .266 .182 .174 .226 .213 .232 .253 .227
Extreme e
Differenc Positive .193 .266 .182 .174 .144 .199 .232 .237 .127
es
Negativ
-.155 -.160 -.114 -.149 -.226 -.213 -.206 -.253 -.227
e
Kolmogorov-
.473 .651 .445 .427 .554 .522 .569 .620 .556
Smirnov Z
4.3.1 Analisis perbedaan Capital Adequacy Ratio (CAR) bank OCBC NISP
sebelum dan setelah Merger
Untuk melihat perbandingan CAR sebelum dan setelah merger, kita lihat
tabel 4.11 sebagai berikut.
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
Pair CAR SEBELUM - 2,17500 ,45285 ,26145 1,05005 3,29995 8,319 2 ,014
1 CAR SETELAH
Pada tabel 4.11 di atas, dapat dilakukan uji hipotesis dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
a. Hipotesis
: µ ii = µ ij Tidak ada perbedaan yang signifikan CAR Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair NPL SEBELUM 1,16167 ,11558 ,06673 ,87455 1,44878 17,409 2 ,003
1 - NPL
SETELAH
Pada tabel 4.12 di atas, dapat dilakukan uji hipotesis dengan tahapan
sebagai berikut:
Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
a. Hipotesis
: µ ji = µ jj Tidak ada perbedaan yang signifikan NPL Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger
4.3.3 Analisis Perbedaan Net Profit Margin (NPM) Bank OCBC NISP
Sebelum dan Setelah Merger
Untuk melihat perbandingan NPM sebelum dan setelah merger pada Bank
OCBC NISP dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair NPM SEBELUM - 2,91383 1,68230 -9,62170 4,85503 -1,417 2 ,292
1 - NPM 2,38333
SETELAH
Pada tabel 4.13 di atas, dapat dilakukan uji hipotesis dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
a. Hipotesis
: µ ki = µ kj Tidak ada perbedaan yang signifikan NPM Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)
Pair ROA SEBELUM - ,05204 ,03005 -,26261 -,00405 -4,438 2 ,047
1 - ROA ,13333
SETELAH
Pada tabel 4.14 di atas, dapat dilakukan uji hipotesis dengan tahapan sebagai
berikut:
Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
a. Hipotesis
: µ li = µ lj Tidak ada perbedaan yang signifikan ROA Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
Pair ROE -,92333 ,37611 ,21715 -1,85764 ,01097 -4,252 2 ,051
1 SEBELUM -
ROE SETELAH
Pada tabel 4.15 di atas, dapat dilakukan uji hipotesis dengan tahapan sebagai
berikut:
Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
a. Hipotesis
i. : µ mi = µ mj Tidak ada perbedaan yang signifikan ROE Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger
ii. i : µ mi ≠ µ mj Ada perbedaan yang signifikan ROE Bank OCBC NISP
sebelum dan setelah merger
b. Menentukan Tingkat Signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dan derajat
kebebasan (df) adalah 6-1 = 5. Uji dilakukan dua sisi karena akan diketahui
apakah rata-rata ROE sebelum merger sama dengan ROE setelah merger atau
tidak. Karena yang dilakukan adalah uji dua pihak maka JMKGO adalah α/2 =
0,025. Dengan demikian JMKGO yaitu (0,05;2) = 2,44
c. Menghitung nilai PIJU\_
Pada tabel di atas diketahui PIJU\_ ROE sebesar = -4,4252
d. Hasil PIJU\_ dibandingkan dengan JMKGO dengan kriteria:
Nilai PIJU\_ ROE -4,4252 < JMKGO 2,44 maka keputusannya adalah ℎ
diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
ROE Bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger
4.3.6 Analisis Perbedaan Net Interest Margin (NIM) Bank OCBC NISP
Sebelum dan Setelah Merger
Untuk melihat perbandingan NIM sebelum dan setelah merger pada Bank
OCBC NISP dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Paired Sample Test Net Interest Margin (NIM)
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
Pair NIM SEBELUM ,70500 ,17197 ,09929 ,27779 1,13221 7,100 2 ,019
1 - NIM
SETELAH
Pada tabel di atas 4.16, dapat dilakukan uji hipotesis dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
Hipotesis
i. : µ pi = µ pj Tidak ada perbedaan yang signifikan NIM Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger
ii. i : µ pi ≠ µ pj Ada perbedaan yang signifikan NIM Bank OCBC NISP
sebelum dan setelah merger
b. Menentukan Tingkat Signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dan derajat
kebebasan (df) adalah 6-1 = 5. Uji dilakukan dua sisi karena akan diketahui
apakah rata-rata NIM sebelum merger sama dengan NIM setelah merger atau
tidak. Karena yang dilakukan adalah uji dua pihak maka JMKGO adalah α/2 =
0,025. Dengan demikian JMKGO yaitu (0,05;2) = 2,44
c. Menghitung nilai PIJU\_
Pada tabel di atas diketahui PIJU\_ NIM sebesar = 7,100
d. Hasil PIJU\_ dibandingkan dengan JMKGO dengan kriteria:
Nilai PIJU\_ NIM 7,100 > JMKGO 2,44 maka keputusannya adalah ℎ ditolak. Hal
ini dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan NIM Bank OCBC NISP
sebelum dan setelah merger.
4.3.7 Analisis Perbedaan Beban Operasional TerhadapPendapatan
Operasional (BOPO) Bank OCBC NISP Sebelum dan Setelah Merger
Untuk melihat perbandingan BOPO sebelum dan setelah merger pada Bank
OCBC NISP dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut
Tabel 4.17 Paired Sample Test Beban Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair BOPO 3,80667 ,34487 ,19911 2,94997 4,66336 19,118 2 ,003
1 SEBELUM -
BOPO
SETELAH
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair LDR - 2,50926 1,44872 - - - 2 ,013
1 SEBELUM - 12,46833 18,70169 6,23497 8,606
LDR
SETELAH
Pada tabel 4.18 di atas, dapat dilakukan uji hipotesis dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
Hipotesis
i. : µ ri = µ rj Tidak ada perbedaan yang signifikan LDR Bank OCBC
NISP sebelum dan setelah merger
ii. i : µ ri ≠ µ rj Ada perbedaan yang signifikan LDR Bank OCBC NISP
sebelum dan setelah merger
b. Menentukan Tingkat Signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dan derajat
kebebasan (df) adalah 6-1 = 5. Uji dilakukan dua sisi karena akan diketahui
apakah rata-rata LDR sebelum merger sama dengan LDR setelah merger atau
tidak. Karena yang dilakukan adalah uji dua pihak maka JMKGO adalah α/2 =
0,025. Dengan demikian JMKGO yaitu (0,05;2) = 2,44
c. Menghitung nilai PIJU\_
Pada tabel di atas diketahui PIJU\_ LDR sebesar = -8,606
d. Hasil PIJU\_ dibandingkan dengan JMKGO dengan kriteria:
Nilai PIJU\_ LDR -8,606 < JMKGO -2,44 maka keputusannya adalah ℎ
ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan LDR
Bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger
4.3.9 Analisis Perbedaan Skor CAMEL Bank OCBC NISP Sebelum dan
Setelah Merger
Untuk melihat perbandingan skor CAMEL sebelum dan setelah merger
pada Bank OCBC NISP dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19 Paired Sample Test Skor CAMEL
Pada tabel di 4.19 atas, dapat dilakukan uji hipotesis dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
Hipotesis
i. : µ ti = µ tj Tidak ada perbedaan yang signifikan SCORE CAMEL
Bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger
4.4 Pembahasan
Dari beberapa perhitungan di atas, terdapat pembahasan dan diskusi yang
akan dibahas oleh penulis.
Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Uji t Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample
Test)
Paired Differences
Std. Sig. Hasil Uji-t
No Rasio Mean T
Deviation (2-tailed) ~2
1 CAR 2,17500 0,26145 8,319 ,14 Ditolak
2 NPL 1,16167 0,6673 17,409 ,003 Ditolak
3 NPM -2.38333 2,91383 -1,417 0,292 Diterima
4 ROA -0.13333 0,05024 -4,438 ,047 Diterima
5 ROE -0,92333 0,37611 -4,252 ,051 Diterima
6 NIM 0,70500 0,17197 7,100 ,019 Ditolak
7 BOPO 3,80667 0,34487 19,118 ,003 Ditolak
8 LDR -12,46833 2,50926 -8,606 ,013 Diterima
9 Skor CAMEL -0,14033 1,49908 -0,162 ,886 Diterima
4.4.2 Diskusi
Tingkat kesehatan didefinisikan sebagai prestasi manajemen , dalam hal ini
manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal,menghasilkan keuntungan, meningkatkan nilai
perusahaan dan memenuhi semua kewajiban sesuai dengan aturan yang berlaku. Analisis
tingkat kesehatan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi
perusahaan dalam hal merger. Untuk mengukur kinerja keuangan bank yang sehat
biasanya menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur utama yang juga
digunakan oleh penulis untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama
analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari capital, asset quality, management, earning, dan
likuidity. Hasil dari aspek-aspek ini kemudian akan menghasilkan kondisi suatu bank.
Berdasarkan tingkat kesehatan Bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger
dengan menggunakan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) terdapat rata-rata
CAR Bank OCBC NISP sebelum merger lebih tinggi dibandingkan dengan rata-
rata setelah merger. Hal ini mencerminkan tingkat kesehatan Bank OCBC NISP
sebelum merger adalah baik. CAR setelah merger mengalami penurunan di setiap
periodenya, penurunan CAR terutama dikarenakan kenaikan rata-rata ATMR
yang melebihi kenaikan rata-rata modal pada periode 2012. Rata-rata modal pada
periode 2011 naik hanya 36,38% sementara rata-rata ATMR pada periode yang
sama naik sebesar 44,40%. Total modal Bank OCBC NISP pada periode 2011
mencapai Rp. 21.492.332 juta, sementara ATMR Bank OCBC NISP mencapai
Rp. 118.818.861 juta. Rata-rata nilai Non Performing Loan mengalami penurunan
presentase sebesar 1,79% menjadi 0.63% setelah merger dari periode sebelum
merger yaitu sebesar 1,52%. Kondisi ini menunjukkan tingkat kesehatan bank
semakin sehat setelah merger, karena memiliki nilai rendah dibandingkan dengan
nilai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu maksimum 5%.
Rata-rata nilai rasio Net Profit Margin Bank OCBC NISP mengalami
peningkatan setelah merger menjadi 10,96% dari 13,34% pada satu tahun sebelum
merger. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank OCBC NISP setelah
merger adalah bagus. Net Profit Margin tertinggi diperoleh pada triwulan pertama
setelah merger 2012 sebesar 17,34%, yang berarti setiap Rp. 1,00 penjualan
menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,17. Dari hasil perhitungan rasio Net Profit
Margin diperoleh bahwa Bank OCBC NISP dalam katagori bank yang memiliki
tingkat kesehatan yang bagus, karena nilainya lebih dari kriteria yang telah
ditetapkan yaitu minimum 3%.
Nilai Return On Asset selama periode triwulan Maret 2009 sampai dengan
September 2012 sangat fluktuatif. Dimana ROA terendah terjadi pada tahun 2012
triwulan pertama yaitu sebesar 1,64%, yang berarti pada triwulan pertama 2011
setiap Rp. 1,00 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,016. Rata-rata ROA
menurun setelah merger, hal ini disebabkan oleh kenaikan total biaya operasional
sebesar 27,04% atau mnejadi Rp. 5.789.030 juta dari tahun sebelum merger yaitu,
sebesar Rp. 4.556.791 juta, sehingga laba bersih mengalami penurunan. Secara
keseluruhan Bank OCBC NISP memiliki tingkat kesehatan yang baik antara
sebelum dan setelah merger, karena memiliki nila ROA diatas standar ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu minimum 1,5%.
Untuk nilai Return on Equity masih berada di bawah nilai standar yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu minimum 12%, sedangkan Bank OCBC
NISP memiliki rata-rata nilai ROE dibawah 12%, yaitu 10,73% untuk dua tahun
sebelum merger dan 11,63% setelah merger. Hal ini menunjukkan kinerja Bank
OCBC NISP sebelum merger maupun setelah merger adalah buruk, dilihat dari
sisi nilai Return On Equity. Nilai rata-rata ROE mengalami peningkatan setelah
merger, hal ini disebabkan adanya pertumbuhan modal yang melebihi
pertumbuhan laba serta tingginya biaya operasional setelah merger. Pasca merger
modal Bank OCBC NISP meningkat 38,48% sedangkan peningkatan laba hanya
sebesar 33,09% dari total laba tahun 2010 Rp. 726.812 juta menjadi Rp. 980.640
juta pada satu tahun setelah merger yaitu 2011.
Untuk indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank OCBC NISP cenderung
mengalami peningkatan rata-rata tiap tahun nya, yaitu 76,60% pada tahun pertama
2009, naik pada tahun kedua sebesar 77,55, setelah merger pun demikian, pada
tahun 2011 naik dari 84,34% menjadi 90,42% pada di tahun 20112. Secara
keseluruhan rata-rata nilai LDR Bank OCBC NISP masih dalam katagori cukup
baik, karena nilainya lebih rendah dari standar perbankan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia yaitu maksimum 110%. Hal ini menunjukkan bank OCBC NISP
masih mampu dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh
deposan.
Nilai skor CAMEL Bank OCBC NISP rata-rata sebelum merger adalah 53,89
dan setelah merger adalah 56,42. Pada skor CAMEL ini terdapat perbedaan sebesar 2,6.
Perbedaan ini mengindikasikan terdapat peningkatan skor CAMEL setelah merger
dibandingkan sebelum merger. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kinerja skor
CAMEL Bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger menunjukkan bank yang kurang
sehat, karena memiliki skor CAMEL dibawah ketentuan Bank Indonesia yaitu minimum
81. Diduga hal ini terjadi karena perusahaan belum mampu beradaptasi dengan keadaan
baru (merger). Hal ini tercermin dari aspek modal/kecukupan modal yang menurun,
tingkat efisiensi yang masih rendah, perolehan laba yang menurun setelah merger. Jadi
dalam hal ini merger yang terjadi pada Bank OCBC NISP belum cukup siap mendorong
Bank untuk memperkuat dirinya demi terciptanya sistem perbankan yang sehat, efisien,
dan efektif. Tetapi hal ini masih dalam batas yang wajar, dikarenakan perusahaan
membutuhkan waktu untuk dapat beradaptasi dan bersinergi dengan keadaan merger.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Perbedaan tingkat kesehatan bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger
dapat di lihat melalui perkembangan dari beberapa faktor CAMELS yang telah
diteliti yaitu :
a. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank OCBC NISP sebelum
merger dan setelah merger tidak ada perbedaan, akan tetapi nilai rata-rata CAR
pada Bank OCBC NISP antara sebelum dan setelah merger memenuhi kriteria
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (minimal 12%) yaitu sebesar 18,47% pada
periode sebelum merger dan 16,29% pada periode setelah merger. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebelum dan setelah merger Bank OCBC NISP sudah
optimal menjaga kemampuannya untuk menjamin aktiva tertimbang menurut
resiko (ATMR)
b. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada Bank OCBC NISP sebelum
merger dan setelah merger ada perbedaan yang signifikan. Periode sebelum
merger, yaitu dari Maret 2009 – September 2010 rata-rata NPL adalah 1,79%.
Periode setelah merger Maret 2011 – September 2012 memiliki rata-rata NPL
0,63%. Dari hasil analisis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa NPL setelah
merger lebih rendah dibandingkn dengan sebelum merger. Hal ini
mengindikasikan bahwa setelah merger bank mampu menanggulangi kredit
bermasalah karena memiliki nilai rata-rata NPL dibawah nilai yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia (maksimum 5%).
c. Perkembangan Net Profit Margin (NPM) pada Bank OCBC NISP sebelum
merger dari Maret 2009 – September 2010 dan periode setelah merger Maret
2011 – September 2011, tidak ada perbedaan yang signifikan. Tetapi nilai rata-
rata NPM sebelum maupun setelah merger sudah memenuhi kriteria (minimum
3%). Dimana Bank OCBC NISP memiliki nilai rata-rata NPM sebesar 10,96%
pada periode sebelum merger dan 13,34% pada periode setelah merger. Dari
hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa manajemen Bank OCBC NISP
antara sebelum dan setelah merger adalah baik.
d. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank OCBC NISP sebelum
merger dan setelah merger tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Periode
sebelum merger dari Maret 2009 – September 2010 memiliki rata-rata 74,91%
dan pada periode setelah merger dari Maret 2011 – September 2012, memiliki
rata-rata 87,33%. Rata-rata LDR setelah merger adalah lebih tinggi dibandingkan
rata-rata LDR sebelum merger. Hal ini menunjukkan kemampuan Bank OCBC
NISP setelah merger lebih mampu mengimbangi pemberian kredit dengan
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
uangnya.
5.2 Saran
1. Bagi bank OCBC NISP, merger yang dilakukan belum menemui tujuan yaitu
memberikan nilai tambah dan menguntungkan, karena baik kondisi sebelum
merger dan setelah merger adalah tidak mengalami peningkatan tingkat
kesehatan yang signifikan, maka dari itu diharapakan bank mampu meningkatkan
kinerja keuanganan nya dilihat dari NPM,ROA,ROE dan LDR yang tidak
mengalami peningkatan yang signifikan memerlukan perhatian khusus agar dapat
memenuhi tingkat kesehatan bank yang di berlakukan sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia
2. Bagi bank OCBC NISP diharapkan mampu mempertahankan atau meningkatkan
kinerja keuangan karena hal ini tercermin dari aspek modal/kecukupan modal
yang menurun, tingkat efisiensi yang masih rendah, perolehan laba yang menurun
setelah merger. Hal ini perlu diperhatikan bank karena hal tersebut menjadi
bahan pertimbangan investor untuk berinvestasi.
3. Lama periode penelitian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger. Karena
dalam penelitian ini hanya mengambil jangka waktu penelitian empat tahun dari
tahun 2009-2012. Di saranakan untuk peniliti selanjutnya dapat melakukan
penelitian dengan jangka waktu penelitian lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Muhamed Zulkhibri and Sufian, Fadzlan .2007. Market Structure and
Competition in Emerging Market: Evidence from Malaysian Islamic Banking Industry.
Published in Journal of Economic Cooperation , Vol. 2, No. 28 (2007): pp. 99-121
Laporan keuangan triwulan Bank OCBC NISP. Diunduh 10 Oktober, 2012 dari :
www.ocbcnisp.com
Lestari, Maharani Ika dan Sugiharto, Toto., 2007. Analisis Kinerja Bank Devisa
dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yanmg mempengaruhinya. Jurnal Vol. 2
ISSN 1858 – 2559.
Martono.2002.Manajemen Keuangan.Yogyakarta,Ekonosia.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DNDP Tanggal 31 Mei 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.Di unduh pada tanggal 24 November 2012 dari
www.bi.go.id.
Lampiran 1
Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank OCBC NISP sebelum
dan setelah Merger
Periode CAR Periode CAR
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 18,92 Maret 2011 16,62
Juni 2009 19,5 Juni 2011 15,46
September 2009 19,58 September 2011 15,05
Maret 2010 17,12 Maret 2012 16,08
Juni 2010 18,16 Juni 2012 17,6
September 2010 17,03 September 2012 16,93
Maksimum 19,58 Maksimum 17,6
Minimum 17,03 Minimun 15,0
Rata-rata 18,47 Rata-rata 16,29
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Bank OCBC NISP Sebelum dan
Setelah Merger
Periode NPL Periode NPL
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 2,21 Maret 2011 0,87
Juni 2009 1,89 Juni 2011 0,8
September 2009 2,04 September 2011 0,76
Maret 2010 1,7 Maret 2012 0,53
Juni 2010 1,54 Juni 2012 0,45
September 2010 1,33 September 2012 0,42
Maksimum 2,21 Maksimum 0,42
Minimum 1,33 Minimun 0,87
Rata-rata 1,79 Rata-rata 0,63
Perkembangan Net Profit Margin NPM Bank OCBC NISP sebelum dan
setelah Merger
Periode NPM Periode NPM
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 7,11 Maret 2011 12,77
Juni 2009 7,83 Juni 2011 13,64
September 2009 10,42 September 2011 14,42
Maret 2010 14,00 Maret 2012 17,34
Juni 2010 13,25 Juni 2012 14,62
September 2010 13,14 September 2012 7,26
Maksimum 14,00 Maksimum 17,34
Minimum 7,11 Minimun 7,26
Rata-rata 10,96 Rata-rata 13,34
Perkembangan Return On Asset (ROA) ROA Bank OCBC NISP sebelum dan
setelah Merger
Periode ROA Periode ROA
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 1,17 Maret 2011 1,64
Juni 2009 1,34 Juni 2011 1,68
September 2009 1,72 September 2011 1,83
Maret 2010 1,87 Maret 2012 1,75
Juni 2010 1,75 Juni 2012 1,7
September 2010 1,74 September 2012 1,78
Maksimum 1,87 Maksimum 1,83
Minimum 1,17 Minimun 1,64
Rata-rata 1,60 Rata-rata 1,73
Perkembangan Net Interest Margin (NIM) bank OCBC NISP Sebelum dan
Setelah Merger
Periode NIM Periode NIM
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 5,04 Maret 2011 5,05
Juni 2009 5,22 Juni 2011 4,85
September 2009 5,53 September 2011 4,84
Maret 2010 5,42 Maret 2012 4,37
Juni 2010 5,31 Juni 2012 4,2
September 2010 5,26 September 2012 4,24
Maksimum 5,53 Maksimum 5,05
Minimum 5,04 Minimun 4,2
Rata-rata 5,30 Rata-rata 4,59
Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank OCBC NISP Sebelum dan
Setelah Merger
Periode LDR Periode LDR
Sebelum merger Setelah merger
Maret 2009 71,02 Maret 2011 83,58
Juni 2009 69,35 Juni 2011 85,74
September 2009 76,46 September 2011 83,71
Maret 2010 76,6 Maret 2012 85,5
Juni 2010 77,54 Juni 2012 91,84
September 2010 78,51 September 2012 93,93
Maksimum 78,51 Maksimum 93,93
Minimum 69,35 Minimun 83,58
Rata-rata 74,91 Rata-rata 87,38
2009 52,15
2010 55,49
2011 55,5
2012 57,34
Minimum 52,15
Maximum 57,34
Rata-rata sebelum merger 53,82
Rata-rata setelah merger 56,42
Lampiran 2
LAPORAN KEUANGAN
Rasio Kinerja
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
1 (KPMM) *) 17,12% 18,58%
Aset produktif bermasalah dan aset non
2 produktif
bermasalah terhadap total aset produktif
dan non produktif 2,39% 2,38%
Aset produktif bermasalah terhadap aset
3 produktif 2,03% 2,35%
CKPN aset keuangan terhadap aset
4 produktif 1,80% 1,56%
5 NPL – gross 3,27% 3,56%
6 NPL – net 1,70% 2,21%
7 Return on Aset (ROA) 1,87% 1,17%
8 Return on Equity (ROE) 12,32% 8,18%
9 Net Interest Margin (NIM) 5,42% 5,04%
10 BOPO 81,42% 89,94%
11 LDR 76,60% 71,02%
Kepatuhan (Compliance)
1 a. Persentase Pelanggaran BMPK
i. Pihak Terkait - -
i. Pihak Terkait - -
ii. Pihak Tidak Terkait - -
2 Giro Wajib Minimum (GWM)
a. GWM Utama Rupiah 5,11% 5,05%
b. GWM valuta asing 1,03% 1,04%
Posisi Devisa Neto (PDN) secara
3 keseluruhan 7,56% 2,02%
LAPORAN KEUANGAN
i. Pihak Terkait - -
i. Pihak Terkait - -
LAPORAN KEUANGAN
i. Pihak Terkait - -
i. Pihak Terkait - -
Rasio Kinerja
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
1 (KPMM) 16,08% 16,62%
Aset produktif bermasalah dan aset non
2 produktif
bermasalah terhadap total aset produktif
dan non produktif 0,92% 1,43%
Aset produktif bermasalah terhadap aset
3 produktif 0,92% 1,39%
CKPN aset keuangan terhadap aset
4 produktif 1,48% 1,46%
5 NPL - gross 1,20% 1,94%
6 NPL - net 0,53% 0,87%
7 Return on Aset (ROA) 1,75% 1,64%
8 Return on Equity (ROE) 12,44% 10,29%
9 Net Interest Margin (NIM) 4,37% 5,05%
1 Biaya Operasional terhadap Pendapatan
0 Operasional (BOPO) 80,34% 84,01%
1
1 Loan to Deposit Ratio (LDR) 85,50% 83,58%
Kepatuhan (Compliance)
1 a. Persentase Pelanggaran BMPK
i. Pihak Terkait - -
i. Pihak Terkait - -
Rasio Kinerja
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
1 (KPMM) 16,68% 15,06%
Aset produktif bermasalah dan aset non
2 produktif
bermasalah terhadap total aset produktif
dan non produktif 0,78% 1,18%
Aset produktif bermasalah terhadap aset
3 produktif 0,80% 1,16%
CKPN aset keuangan terhadap aset
4 produktif 1,46% 1,30%
5 NPL - gross 1,04% 1,53%
6 NPL - net 0,42% 0,76%
7 Return on Aset (ROA) 1,78% 1,83%
8 Return on Equity (ROE) 12,11% 12,05%
9 Net Interest Margin (NIM) 4,24% 4,84%
1 Biaya Operasional terhadap Pendapatan
0 Operasional (BOPO) 79,20% 81,16%
1
1 Loan to Deposit Ratio (LDR) 93,93% 83,71%
Kepatuhan (Compliance)
1 a. Persentase Pelanggaran BMPK
i. Pihak Terkait - -
Lampran 3
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
N Correlation Sig.
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
N Correlation Sig.
Pair 1 LDR SEBELUM & LDR 3 ,433 ,715
SETELAH
Paired Differences
95% Confidence
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence