Anda di halaman 1dari 42

KAJIAN KELAYAKAN USAHA DAN

PENILAIAN KESEHATAN
PT. JAMKRIDA BABEL

TIM PENGKAJI:

Dr. Rulyanti Susi Wardani, S.E., M.Si.


Dr. Adrian Radiansyah, S.E., M.M.
Dr. Rizal R. Manullang, M.M., M.Kom.

TIM ANALISIS INVESTASI PROVINSI


KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
FEBRUARI 2022

i
Dokumen Naskah Akademik

KAJIAN KELAYAKAN USAHA DAN PENILAIAN KESEHATAN PT. JAMKRIDA


BABEL

Tim Analis:
Dr. Rulyanti Susi Wardani, M.Si.
Dr. Adrian Radiansyah, S.E., M.M.
Dr. Rizal R. Manullang, M.M., M.Kom.

Ⓒ2022. PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia dan rahmat-Nya, sehingga “Kajian Kelayakan Usaha dan Analisis Kesehatan
PT. Jamkrida Babel” dapat terwujud. Laporan Pendahuluan ini merupakan tahap awal
dalam penyelesaian kajian, di mana pada tahap ini menyajikan pendahuluan, gambaran
umum objek kajian (PT. Jamkrida Babel), metodologi pelaksanaan kegiatan, struktur
organisasi tim kerja dan jadwal penugasan personil, data-data literatur dan data-data
sekunder yang dibutuhkan dalam kajian ini.
Laporan pendahuluan ini kami sampaikan berupa garis besar pelaksanaan Kajian
Kelayakan Usaha dan Analisis Kesehatan PT. Jamkrida Babel. Besar harapan kami
hasil kajian ini dapat memberikan masukan yang berharga kepada Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dalam rangka pengembangan PT. JAMKRIDA Babel ke
depan.

Pangkalpoinang, 03 Februari 2022

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


SUSUNAN TIM PENYUSUN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2
1.4. Sasaran ........................................................................................... 3
1.5. Keluaran ......................................................................................... 3
1.6. Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PROFIL PT. JAMKRIDA BABEL.... 5
2.1. Teori Evaluasi dan Penilaian Kesehatan ............................................ 5
2.2. Penjaminan Kredit ................................ ........................................... 6
2.3. Teori Keputusan Investasi ................................................................ . 9
2.4. Teori Penempatan Modal Daerah ...................................................... 9
2.5. Profil PT. Jamkrida Babel....................... ......................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 16
3.1. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 16
3.2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... . 16
3.3. Objek Penelitian ................................................................................ 17
3.4. Operasional Variabel Kajian............................................................ 17
3.4.1. Aspek Keuangan ..................................................................... 17
3.4.2. Aspek Operasional .................................................................. 17
3.5. Tolok Ukur Kinerja PT. Jamkrida Babel ......................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 19
4.1. Rasio Likuiditas……………………………………………………. 19
4.2. GEARING RATIO.......................................................... .............. 20
4.3. RENTABILITAS; Komposit Rentabilitas……………............ 21

iv
4.3.1. Rasio Return on Asset…................................................... 22
4.3.2 Rasio Beban Operasional ……………………………..... 22
4.3.3 Rasio Klaim Terhadap Pendapatan IJP…………….…… 23
4.3.4 Komposit Rentabilitas PT. Jamkrida Babel……………... 24
4.4 Self-Assessment GCG………………………………….…………… 26
4.5 Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Jamkrida Babel Periode
Desember 2021…………………...…………………………………. 28
4.6 Proyeksi Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dalam penyertaan modal pada PT. Jamkrida
Babel………………………………………………………………… 30
BAB V PERNYATAAN PENUTUP…………………………………..…….. 33
REFERENSI…………………………………………………………..……….35

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Indikator Variabel………………… 18


Tabel 4.1. Rasio Likuiditas 2021……… ...................................................... 20
Tabel 4.2. Gearing Ratio Penjaminan 2021.................................................... 21
Tabel 4.3. Rasio Return on Assets ................................................................ 23
Tabel 4.4. Rasio Beban Operasional............................................................ 23
Tabel 4.5. Rasio Klaim Terhadap Imbal Jasa……………………………. 24
Tabel 4.6. Komposit Nilai atas Rentabilitas ……………………………... 25
Tabel 4.7. Self-Assessment Good Corporate Governance………….......... 27
Tabel 4.8. Tingkat Kesehatan Keuangan………………………………… 29
Tabel 4.9. Tingkat Kesehatan Keuangan…………………………………. 31

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan.............................................................................


Lampiran 2 Struktur Organisasi Tim Investasi .................................................
Lampiran 3 Jadwal Penugasan Personil ............................................................

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha dalam situasi perekonomian yang semakin terbuka perlu
dilandasi dengan sarana dan sistem penilaian kinerja dapat mendorong perusahaan ke arah
peningkatan efisiensi dan daya saing. Sarana yang memadai akan menunjang kinerja karyawan
sehingga meningkatkan efisiensi. Apabila hasil penilaian kinerja perusahaan sehat, maka
perusahaan akan dapat bersaing dengan perusahaan lain. Pemerintah Daerah membuat suatu
kebijakan dalam usahanya, seperti membatasi usaha yang boleh dimiliki oleh pihak swasta dan
mana yang harus menjadi milik pemerintah Daerah. Perusahaan pemerintah Daerah berupa
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah suatu bentuk investasi pemerintah Daerah
yang mengelola hajat hidup orang banyak. Visi pengelolaan menjadi instrumen daerah untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat berdasarkan mekanisme korporasi pada berbagai bidang usaha.
Salah satu bidang usaha jasa keuangan yaitu Usaha Penjaminan Kredit. Perusahaan penjaminan
merupakan suatu lembaga yang sengaja dirancang sebagai lembaga penerima resiko. Perusahaan
penjaminan akan menawarkan jasanya kepada perusahaan yang membutuhkan dan diharapkan
akan menjadi pelanggannya. Kemampuan perusahaan penjaminan untuk terus menanggulangi
resiko tergantung pada kemampuan perusahaan untuk menciptakan keuntungan atau nilai bagi
pemegang saham. ini semua untuk memastikan bahwa kinerja keuangan perusahaan penjaminan
dalam keadaan sehat.

PT. Jamkrida merupakan Perusahaan Penjamin Kredit Daerah (PPKD) yang kegiatan
usaha pokoknya melakukan Penjaminan Kredit yaitu kegiatan pemberian jaminan atas
pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit. Pendirian PT. Jamkrida dilatarbelakangi oleh
adanya permasalahan UMKM yaitu (1) masalah permodalan atau akses kepada sumber
pembiayaan yang menjadi permasalahan utama menghambat perkembangan UMKM, (2) akses
kepada sektor keuangan formal masih menjadi kendala bagi sebagian besar masyarakat
1
Indonesia, termasuk UMKM, (3) permasalahan UMKM dalam berhubungan dengan perbankan
karena keterbatasan legalitas, kesulitan memenuhi persyaratan bank dan tingginya suku bunga
kredit, dan (4) keterbatasan agunan yang dimiliki UMKM dalam mendapatkan pembiayaan dari
perbankan, misalnya tidak mempunyai agunan, mempunyai agunan tetapi tidak cukup atau
memiliki agunan tetapi tidak memenuhi kriteria.

Saat ini, permasalahan yang perlu dicarikan alternatif solusinya antara lain, (1)
Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.02/POJK.05/2017 tentang Penyelenggaraan
Usaha Lembaga yang mana minimal modal untuk lembaga Penjamin sebesar 50 Milyar selama
beroperasi 5 tahun sejak dikeluarkannya izin operasi oleh OJK; (2) Dengan keterbatasan modal
saat ini, penjamin kredit yang dapat dilakukan oleh PT. Jamkrida Babel sangat terbatas
dikarenakan besar Gearing Ratio (Ratio Penjaminan) yang telah ditetapkan oleh OJK untuk
penjaminan yang dapat dilakukan oleh PT. Jamkrida Babel; (3) Belum mendapat melakukan
penjaminan kredit/ pembiayaan yang berbasis syariah dari lembaga perbankan atau lembaga
keuangan syariah dikarenakan masih kurangnya modal yang dimiliki oleh PT. Jamkrida Babel
sesuai dengan ketentuan modal yang ditetapkan oleh OJK dalam membentuk unit syariah; (4)
Perjanjian kerja sama dengan salah satu mitra mewajibkan adanya kredit line yang
mengakibatkan penjaminan pada mitra tersebut menjadi terbatas, dan (5) Penjaminan kontrak
Bank Garansi belum dapat dijalankan dikarenakan masih terkendala minimnya modal yang
dimiliki oleh PT. Jamkrida Babel saat ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah:

1. Bagaimana penilaian Tingkat Kesehatan Kesehatan pada PT. Jamkrida Babel


pada Periode Bulan Desember 2021?
2. Bagaimana penilaian Rasio Likuiditas pada PT. Jamkrida Babel pada Periode
Bulan Desember 2021?
3. Bagaimana penilaian Rasio Gearing Ratio pada PT. Jamkrida Babel pada Periode
Bulan Desember 2021?
2
4. Bagaimana penilaian Rasio Rentabilitas; Return on Asset, Beban Operasional dan
Klaim Terhadap Pendapatan Imbalan Jasa Penjaminan pada PT. Jamkrida Babel
pada Periode Bulan Desember 2021?
5. Bagaimana penilaian Self-Assessment Corporate Good Governance pada PT.
Jamkrida Babel pada Periode Bulan Desember 2021?
6. Bagaimana penilaian Komposit Rasio Rentabilitas pada PT. Jamkrida Babel pada
Periode Bulan Desember 2021?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Maksud dilakukannya kajian ini adalah untuk mendapatkan masukan yang
komprehensif dari berbagai instansi formal terkait, stakeholder, lembaga
kemasyarakatan maupun masyarakat luas disamping dilakukan penelitian
dokumen yuridis terkait agar terjadi harmonisasi dan sinkronisasi, terkait dengan
rencana penyertaan modal tambahan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
kepada PT. Jamkrida Babel.

2. Tujuan
Tujuan dari dari dilaksanakannya kegiatan Analisis Kelayakan Usaha PT.
Jamkrida babel adalah untuk mengetahui apakah PT. Jamkrida Babel layak untuk
mendapatkan tambahan penyertaan modal dari Pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. sekaligus untuk menyusun draft naskah akademik dan raperda
sesuai dengan rencana penyertaan modal yang akan diusulkan berdasarkan
rekomendasi hasil analisis yang dilakukan.

1.4. Sasaran

Untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut di atas, maka sasaran yang harus dicapai adalah:

1. Tersusunnya kelayakan usaha dan analisis tingkat kesehatan PT. Jamkrida Babel
dan alternatif solusi yang ditawarkan;
3
2. Rekomendasi atas hasil analisis sebagai referensi pendukung Gubernur Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dalam rangka mengambil keputusan penyertaan
modal daerah.

4
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PROFIL PT. JAMKRIDA BABEL

2.1. Teori Evaluasi dan Penilaian Kesehatan

Menurut Kuncoro (2003:6) menyatakan bahwa penelitian evaluasi atau evaluation


research merupakan penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan/ mendukung
pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau lebih alternatif tindakan. Selanjutnya
Suharsimi Arikunto (2010:37) menyatakan bahwa dengan adanya penelitian evaluatif, maka
sebuah lembaga dapat ditingkatkan mutu kerjanya, atau dengan kata lain, penelitian evaluatif ini
bermanfaat dalam pengembangan kualitas atau quality improvement. Wirawan (2010:30)
menyatakan bahwa evaluasi merupakan alat dari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk
menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam
penerapan ilmu pengetahuan. Beberapa model evaluasi yaitu:

1. Model Evaluasi Berbasis Tujuan (Goal Oriented Evaluation Model). Model


evaluasi berbasis tujuan secara umum mengukur apakah tujuan yang diterapkan
oleh kebijakan, program atau proyek dapat dicapai atau tidak.
2. Model Evaluasi Bebas tujuan (Goal-free evaluation model) Menurut Scriven
(dalam Giyono,2014) model evaluasi bebas tujuan merupakan evaluasi mengenai
pengaruh yang sesungguhnya, objektif yang ingin dicapai oleh program.
3. Formatif (Sumatif Evaluation Model). Menurut Scriven (dalam Giyono,2014)
evaluasi formatif merupakan loop balikan dalam memperbaiki produk, sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja akhir objek evaluasi.
4. Model Evaluasi CIPP (Context, input, Process, Product). Stufflebeam
menyatakan bahwa model evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif
untuk mengarahkan pelaksanaan evaluasi sumatif terhadap objek program,
proyek, personalia, produk, institusi dan sistem.
5. Model Evaluasi Ketimpangan (The Discrepancy Evaluation Model)
dikembangkan oleh M. Provus yang mengemukakan bahwa evaluasi merupakan
suatu seni melukiskan ketimpangan antara standar kinerja dengan kinerja yang

5
terjadi. Penilaian tingkat kesehatan dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan.

Adapun rujukan untuk dilakukan kajian ini seperti yang disampaikan pada Bab 1 bagian
Rumusan Masalah adalah Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.05/2018
tentang Kesehatan Keuangan Lembaga Penjamin merujuk terhadap tiga (3) perspektif
keuangan, yaitu; a) Rasio Likuiditas, b) Aspek Gearing Ratio dan c). Rentabilitas. Perspektif
keuangan yang dimaksud kemudian dilengkapi dengan penilaian sendiri (self-assessment) atas
penerapan tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana telah diatur dalam kebijakan Otoritas
Jasa Keuangan dalam rangka mengukur tingkat kevalidan dan kewajaran atas tata kelola oleh
lembaga penjamin itu sendiri.

2.2. Penjaminan Kredit

Istilah penjaminan sama dengan istilah penanggungan. Hal ini diatur dalam Pasal 1820–
1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Penanggungan Utang. Penanggungan
adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan pihak berhutang manakala orang ini sendiri tidak
memenuhinya. Suatu penjaminan/penanggungan harus didahului oleh perjanjian/perikatan yang
sah. Penjaminan kredit merupakan usaha jasa untuk menutup sebagian dari potensi kerugian
kepada yang meminjamkan atas suatu pinjaman bila pinjaman tersebut tidak dibayar penuh.
Penjaminan kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan terutama di bidang perkreditan
yang selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa barang bergerak dan tidak bergerak yang
sewaktu-waktu dapat tertimpa risiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik barang
dan perusahaan sebagai pemberi kredit.

Perusahaan penjaminan menjadi peranan penting dalam bidang industri jasa keuangan
sebagai intermediasi di bidang penjaminan kredit antara pengusaha dan UMKM sebagai pihak
yang membutuhkan pembiayaan dan perbankan sebagai pihak yang memberikan pembiayaan.
Dalam sebuah kegiatan penjaminan kredit, terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat dan berperan aktif
sesuai dengan tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Menurut Yasabari dan Dewi (2017),
para pihak tersebut adalah sebagai berikut:

6
a. Penjamin adalah perorangan atau lembaga yang memberikan jasa penjaminan
bagi kredit atau pembiayaan dan bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi
kepada penerima jaminan akibat kegagalan Debitur atau Terjamin dalam
memenuhi kewajibannya sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian
kredit/pembiayaan.
b. Penerima Jaminan adalah Kreditor, baik bank maupun bukan bank yang
memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan kepada Debitur atau Terjamin, baik
kredit uang maupun kredit bukan uang atau kredit barang.
c. Penjamin adalah badan usaha atau perorangan yang menerima kredit dari
penerima jaminan. Dalam dunia perkreditan, Terjamin ini dikenal dengan Debitor
yang umumnya adalah perorangan yang menjalankan suatu usaha produktif atau
pelaku usaha mikro, kecil, menengah maupun koperasi (UMKM) termasuk juga
di dalamnya perorangan anggota koperasi dan bukan anggota koperasi.
Dengan adanya keterlibatan aktif tiga (3) pihak dalam penjaminan kredit, maka dalam
menjalankan fungsinya penjamin kredit menerima permintaan penjaminan, baik dari terjamin
yang bersangkutan maupun dari penerima Jaminan atau pihak yang menyediakan fasilitas kredit.
Penjaminan kredit yang umumnya berbentuk sebuah lembaga dalam menyelenggarakan fungsi
tersebut memiliki tujuan antara lain:

a. Meyakinkan pihak Kreditur yaitu Bank atau lembaga lain penyalur kredit atau
pembiayaan dalam memberikan kredit kepada Debitur yang umumnya adalah
perorangan pelaku UMKM yang memiliki prospek dan usaha yang layak
(feasible), tetapi tidak atau belum memenuhi ketentuan atau persyaratan teknis
bagi suatu penyaluran kredit atau belum bankable.
b. Memperoleh pendapatan dari fee atau imbal jasa yang diberikan untuk dikelola
dengan menggunakan asas pengelolaan keuangan yang sehat dan bertanggung
jawab.
c. Mengambil alih sementara resiko kegagalan pelunasan pinjaman yang diterima
pihak Terjamin, sehingga kewajiban Terjamin kepada penerima jaminan dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati (Yasabari dan
Dewi:2017).

7
Kredit atau pembiayaan adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kepada
nasabahnya. Untuk melindungi diri dari kemungkinan nasabah yang tidak dapat mengembalikan
kredit, pemberi kredit menutup penjaminan atas kredit tersebut. Dalam penjaminan kredit, yang
menjadi pihak tertanggung adalah pemberi kredit (perusahaan dan/atau lembaga keuangan) dan
yang ditanggung oleh penanggung adalah risiko kredit di mana tidak diperolehnya kembali kredit
kepada para nasabahnya (yang umumnya terdiri atas para pengusaha).

Dengan adanya penjaminan kredit ini perusahaan terdorong untuk lebih giat membantu
para nasabahnya dalam menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya. Pengelolaan
penjaminan kredit di Bangka Belitung dapat dipercayakan kepada PT Jamkrida Babel, di mana
yang menjadi tertanggung adalah perusahaan-perusahaan pemerintah, perusahaan-perusahaan
swasta, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Sebagai imbalan atas jaminan yang diberikan
oleh PT. Jamkrida Babel perusahaan membayar premi atas kredit yang ditanggung. Premi
tersebut menjadi beban perusahaan, tetapi dalam praktik, ada juga perusahaan yang memberikan
premi tersebut kepada nasabahnya yang memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi
tertanggung bukan nasabahnya, tetapi perusahaan pemberi kredit. Manfaat adanya perusahaan
penjaminan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga Perbankan/non-Bank. Memberikan jaminan kepastian ganti rugi


atas resiko kemacetan kredit, selain itu ganti rugi dapat diselesaikan dalam waktu
yang singkat. Memberikan jaminan kepastian ganti rugi mengingat usaha mikro
biasanya bersifat non formal dan mempunyai resiko relatif tinggi.
2. Bagi Nasabah/UMKM. Mempermudah usaha mikro yang tidak memiliki agunan
dan atau agunannya kurang untuk mengakses sumber pembiayaan dari perbankan.
Nasabah dapat memperoleh kredit dari perbankan dalam waktu yang sangat cepat
dan biaya transaksi murah.
3. Bagi Obligee. Memperoleh kepastian bahwa Principal akan melaksanakan
kewajibanya.
4. Bagi Principal. Membantu Principal untuk memperoleh kontrak. Demikian pula
dapat membantu Principal untuk menjaga likuiditas keuangannya

8
2.3 Teori Keputusan Investasi

Investasi merupakan sebuah komitmen modal terhadap sebuah aset yang diharapkan
mampu memberikan hasil di masa datang. Komitmen memiliki hubungan yang erat dengan
perilaku pemilik modal untuk mengambil keputusan atas saving dimiliki seorang investor untuk
dikonsumsi maupun diinvestasikan.

Pembelian saham merupakan salah satu kegiatan investasi, yang kemudian


penghasilan dalam bentuk dividen maupun gain atas nilai dapat diharapkan meningkat di masa
depan. Tingkat pengembalian investasi tersebut menjadi indikator untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi para investor. Investor sangat rasional dalam melakukan analisis terkait
proses pengambilan keputusan investasi. Analisis yang dilakukan antara lain dengan
mempelajari laporan keuangan perusahaan, serta mengevaluasi kinerja bisnis perusahaan.

Tujuannya adalah keputusan investasi yang diambil akan memberikan kepuasan (utility)
yang optimal. Pada umumnya, dalam proses pengambilan keputusan investasi, investor
mempertimbangkan faktor informasi akuntansi. Informasi akuntansi diprediksi memiliki nilai
relevansi, karena informasi akuntansi secara statistik berhubungan dengan nilai pasar. Relevansi
nilai informasi akuntansi didefinisikan sebagai kemampuan menjelaskan (explanatory power)
nilai suatu perusahan berdasarkan informasi akuntansi.

2.4. Teori Penempatan Modal Daerah

Definisi secara umum penyertaan modal yaitu suatu usaha untuk memiliki perusahaan
yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke perusahaan tersebut.
Penyertaan modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan kepemilikan kekayaan Daerah yang
semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham daerah.

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah upaya meningkatkan produktivitas


pemanfaatan tanah dan/atau bangunan serta kekayaan lainnya milik Pemerintah Daerah dengan
membentuk usaha bersama dan saling menguntungkan. Tujuan Penyertaan Modal Pemerintah

9
Daerah adalah untuk meningkatkan; a. Sumber Pendapatan Asli Daerah, b. Pertumbuhan
ekonomi, c. Pendapatan masyarakat dan d. Penyerapan tenaga kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Penyertaan modal pemerintah daerah dilaksanakan


berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang transparan dan akuntabilitas. Kegiatan
usaha perbankan sangat berkaitan erat dengan stakeholder serta regulasi dalam kenyataannya.
Hal ini terkait dengan perilaku pemegang saham perbankan (shareholder) dalam mengawasi
kebijakan bank dalam pelonggaran (penurunan persyaratan modal) dan pengetatan (kenaikan
persyaratan modal bank). Oleh karena itu terdapat beberapa teori yang menjelaskan mekanisme
tersebut secara komprehensif. Teori Trade Off dalam Balancing Theory yaitu menyeimbangkan
kegunaan dan biaya dari hutang dalam struktur modal sehingga disebut pula sebagai Trade Off
Theory (Brigham et al, 1999). Berdasarkan Modigliani dan Miller (1996), semakin besar hutang
yang digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan.

Dalam perspektif Modigliani dan Miller, mereka mengabaikan beberapa faktor biaya
kebangkrutan dan biaya keagenan. Teori ini meyakini bahwa perusahaan tidak akan bangkrut
karena struktur modal sangat erat hubungannya dengan nilai perusahaan. Miller dan Modigliani
menjelaskan bahwa dalam teori ini terdapat track-off antara tax benefit (penghematan pajak atas
hutang) dan cost financial distress (faktor risiko yang muncul karena adanya kenaikan resiko
kebangkrutan akibat tingginya hutang). Lebih lanjut lagi, Modigliani dan Miller menjelaskan
struktur modal perusahaan yang optimal terjadi karena adanya benefit dari pajak dan penggunaan
hutang terhadap biaya kebangkrutan.

Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencarian dana


perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity
dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan.
Pecking order theory menjelaskan bahwa perusahaan akan melihat bagaimana tingkatan sumber
dana perusahaan apakah menggunakan internal equity dalam menjalankan bisnis perusahaan atau
menggunakan pendanaan eksternal melalui penerbitan hutang (Myers, 1984). Teori pecking
order yang dibangun berdasarkan beberapa asumsi menekankan pada pentingnya financial slack
yang cukup di perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Internal
equity didapatkan dari laba yang ditahan dari hasil kegiatan perusahaan dan eksternal seperti
pinjaman kreditur atau menerbitkan saham baru.
10
Dalam internal equity, hal ini mempunyai implikasi langsung terhadap seberapa besar
laba ditahan yang berkaitan erat dengan besaran dividen yang dialokasikan terhadap shareholder,
sedang eksternal equity diperoleh karena perusahaan menerbitkan saham baru. Manajemen
perusahaan diasumsikan sudah memutuskan berapa banyak laba perusahaan yang diinvestasikan
kembali dan memilih bauran utang-modalnya untuk mendanai investasi ini, keputusan untuk
membayar dividen yang lebih besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit
laba dan akan menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan eksternal.
Sebaliknya dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan pembayaran dividen yang
kecil akan berarti penahanan laba yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang
dihasilkan dari luar. Keputusan dividen perusahaan memiliki dampak yang langsung pada
pendanaan perusahaan. Jika pembayaran dividen meningkat dan pendanaan untuk mendanai
investasi secara internal berkurang, maka akan berakibat modal tambahan akan dibutuhkan
sehingga perusahaan harus menerbitkan saham biasa atau mengubah komposisi utangnya.

The pecking order theory menekankan permasalahan informasi asimetri. Perusahaan yang
memiliki financial slack yang cukup tidak perlu menerbitkan risky debt atau saham untuk
mendanai proyek-proyek barunya sehingga masalah informasi tidak akan muncul. Perusahaan
akan dapat menerima seluruh proyek bagus tanpa harus merugikan pemegang saham lama. Teori
ini merupakan penjelas perilaku perusahaan yang menahan sebagian laba dan membuat cadangan
kas dalam jumlah yang cukup besar.

Teori keagenan atau teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan kerja
antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen. Teori agensi muncul ketika
pemegang saham mempekerjakan pihak lain. Untuk mengelola perusahaannya. Teori agensi
melakukan pemisahan terhadap pemegang saham (prinsipal) dengan manajemen (agen). Teori
agensi berpendapat bahwa terdapat kesenjangan antara pemilik (pemegang saham) dan pengelola
perusahaan (manajer) yang timbul dari penurunan kepemilikan saham. Kondisi ini
mengakibatkan para manajer untuk mengejar kepentingan mereka sendiri, bukan
memaksimalkan nilai pemegang saham (nilai perusahaan).

11
Menurut Jensen dan Meckling (1976), menjelaskan bahwa manajer tidak selalu
menjalankan perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Hubungan keagenan adalah
kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan
pengelolaan perusahaan, bertindak atas nama principal dan mendelegasikan beberapa
pengambilan keputusan otoritas kepada agent. Kenyataannya adalah bahwa kepentingan manajer
dan pemegang saham tidak selalu sama. Manajer yang bertanggung jawab menjalankan
perusahaan cenderung mencapai tujuan pribadinya daripada memaksimalkan keuntungan
pemegang saham. Manajer akan menggunakan kelebihan free cash flow yang tersedia untuk
memenuhi kepentingan pribadinya bukan untuk meningkatkan nilai perusahaan (Boodhoo,
2009). Masalah utama yang dihadapi pemegang saham adalah untuk memastikan bahwa manajer
tidak menghabiskan free cash flow untuk investasi yang tidak menguntungkan atau yang
memiliki nilai NPV (Net Present Value) negatif. Free cash flow ini harus dikembalikan kepada
pemegang saham misalnya untuk pembayaran dividen atau untuk biaya pemantauan manajer
sehingga manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Biaya ini disebut
agency cost.

Jensen dan Meckling (1976) mengatakan setidaknya ada 3 jenis biaya agen: 1) Biaya
yang dikeluarkan untuk mengawasi aktivitas manajerial, contohnya biaya audit, 2) Biaya yang
dikeluarkan untuk membatasi tindakan manajemen yang tidak diinginkan. Contohnya menunjuk
anggota dari luar untuk dewan direksi atau hierarki manajemen, dan 3) Biaya peluang
(opportunity cost) ketika suara pemegang saham dibatasi. Semakin tinggi kebutuhan untuk
monitoring manajer, semakin tinggi agency cost yang harus dikeluarkan perusahaan (Jensen,
1986). Menurut Fauz dan Rosidi (2007), konflik keagenan dapat diminimalisasi dengan beberapa
alternatif berikut:

1. Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui penggunaan hutang, sehingga akan


menurunkan tingkat konflik antara pemegang saham dengan manajer
(Mahadwartha dan Hartono: 2002).

12
2. Meningkatkan proporsi kepemilikan institusional. Penggunaan investor
institusional sebagai monitoring agent akan mendorong meningkatnya
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Lebih lanjut ada
beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi atau lebih tepatnya
meminimalkan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen, seperti
yang diutarakan oleh Bathala (1994):
a. Menyamakan kepentingan manajemen;
b. Pengawasan Good Corporate Governance (GCG);
c. Pemberian reward dan punishment (penghargaan dan hukuman);
d. Utang sebagai sumber pendanaan perusahaan;
e. Intervensi langsung oleh pemegang saham;
f. Meningkatkan kepemilikan saham oleh institusi.

2.5 Profil PT. Jamkrida Babel

PT. Jamkrida Babel adalah Badan Usaha Milik Daerah berbentuk Perseroan Terbatas
yang beralamat di Kantor Gubernur Lt. II, Jalan Pulau Bangka, Komplek Perkantoran dan
Perumahan Terpadu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Air Itam Pangkalpinang.
Adapun legalita yang terletak pada PT. Jamkrida Babel sebagai berikut:

1. Undang-Undang Penjaminan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perusahaan


Penjaminan;
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 01/POJK.05/2017 tentang Perizinan
Usaha dan Kelembagaan Lembaga Penjaminan;
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02/POJK.05/2017 tentang
Penyelenggaraan Lembaga Penjaminan;
4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 03/POJK.05/2017 tentang Pemeriksaan
Lembaga Penjamin;
5. Keputusan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor
188.44/749A/KUKM/2008 tanggal 28 November 2008 tentang Pembentukan
Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
13
6. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2010
tanggal 30 Juni 2010 tentang Pembentukan BUMD PT. Jamkrida Babel;
7. Akta Notaris Nomor 51 tanggal 30 Maret 2012 tentang Pendirian PT. Jamkrida
Babel;
8. Keputusan Kementerian Hukum dan HAM RI Nomor AHU-44699.AH.01.01
tahun 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Pengesahan Badan Hukum
Perseroan;
9. Akta Notaris Nomor 70 tanggal 27 Desember 2013 tentang Pernyataan Perubahan
Anggaran Dasar PT. Jamkrida Babel;
10. Keputusan Kementerian Hukum dan HAM RI Nomor AHU.AH.01.01.18571
tahun 2014 tanggal 28 Mei 2014 tentang Pemberitahuan Perubahan Anggaran
Dasar PT. Jamkrida Babel;
11. Akta Notaris Nomor 04 tanggal 5 Juni 2014 tentang Pernyataan Perubahan
Anggaran Dasar PT. Jamkrida Babel;
12. Keputusan Kementerian Hukum dan HAM RI Nomor 17700.40.22.2014 tahun
2014 tanggal 4 Juli 2014 tentang Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT.
Jamkrida Babel;
13. Keputusan Dewan Komisaris OJK Nomor KEP-94/D.05/2014 tanggal 12 Agustus
2014 tentang Pemberian Izin Usaha Perusahaan Penjaminan Kredit kepada PT.
Jamkrida Babel;
14. Akta Notaris Nomor 01 tanggal 9 Maret 2015 tentan Pernyataan Perubahan
Anggaran Dasar PT. Jamkrida Babel;
15. Keputusan Kementerian Hukum dan HAM RI Nomor AHU-0003840.AH.01.02
tahun 20125 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Persetujuan Perubahan Anggaran
Dasar PT. Jamkrida Babel.

VISI PT. Jamkrida Babel

“Menjadi perusahaan Penjaminan kredit yang sehat dan kuat , guna meningkatkan kemampuan
pendanaan dan melancarkan kegiatan usaha koperasi, mikro, kecil dan Menengah, serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga mampu menyerap tenaga kerja,

14
mengurangi pengangguran dan kemiskinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat”

MISI PT. Jamkrida Babel

1. Meningkatkan kegiatan ekonomi lokal di Kepulauan Bangka Belitung.


2. Meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3. Memberikan Jasa Penjaminan pembiayaan kepada Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.

MODAL SAHAM PT. Jamkrida Babel

1. Modal Dasar : Rp.120.000.000.000,-


2. Modal Disetor : Rp.35.000.000.000,-

a. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: Rp.22.500.000.000


b. Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah: Rp.5.000.000.000
c. Pemerintah Kabupaten Belitung: Rp.5.000.000.000
d. Pemerintah Kabupaten Bangka: Rp.2.500.000.000

Catatan: Sesuai dengan akta notaris terakhir Nomor 1 tanggal 9 Maret 201. Per 31 Desember
2020.

KEGIATAN USAHA PT. Jamkrida Babel

1. Penjaminan Kredit Multiguna


2. Penjaminan Kredit Umum
3. Penjaminan Kredit Mikro
4. Penjaminan Kredit Usaha Rakyat
5. Surety Bond.

KERJASAMA PENJAMINAN PT. Jamkrida Babel


15
PT. Jamkrida Babel telah menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan Bank dan Non-Bank
terdiri dari:

1. Bank Sumsel Babel


2. BPR Ukabima Lestari
3. LPDB – KUMKM.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Kajian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Mudrajad Kuncoro (2003: 6) menyatakan
bahwa penelitian evaluasi atau evaluation research merupakan kajian yang diharapkan dapat
memberikan masukan/ mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau
lebih alternatif tindakan. Dalam Penelitian ini, penilaian terhadap objek menggunakan
pendekatan PAP (Penilaian Acuan Patokan), Menurut Sukardi (1996: 24) Penilaian Acuan
Patokan (PAP) merupakan penilaian atau pengukuran dengan menggunakan acuan yang telah
ditetapkan. merujuk terhadap salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
18/SEOJK.05/2018 tentang Kesehatan Keuangan Lembaga Penjamin merujuk terhadap tiga (3)
perspektif keuangan, yaitu; a) Rasio Likuiditas, b) Aspek Gearing Ratio dan c). Rentabilitas.
Perspektif keuangan yang dimaksud kemudian dilengkapi dengan penilaian sendiri (self-
assessment) atas penerapan tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana telah diatur dalam
kebijakan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka mengukur tingkat kevalidan dan kewajaran atas
tata kelola oleh lembaga penjamin itu sendiri.

Dalam kajian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi.
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
pada PT. Jamkrida Babel laporan keuangan per Desember 2021.

16
3.2. Teknik Pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:

1. Teknik observasi (Pengamatan). Suatu kegiatan yang dilakukan penulis untuk melakukan
pengamatan secara langsung terhadap laporan keuangan guna mendapatkan data primer.
2. Dokumen (Dokumentasi). Pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan
tahunan PT. Jamkrida Babel.
3. Teknik wawancara mendalam. Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan atau orang
yang diwawancarai.
3.3. Objek Penelitian

Objek kajian ini adalah perusahaan jasa keuangan bidang usaha penjaminan PT.
Penjaminan Kredit Daerah Bangka Belitung (PT. Jamkrida Babel) pada periode bulan Objek
penelitian ini adalah penilaian tingkat kesehatan jasa keuangan bidang usaha penjaminan yang
terdiri dari 3 aspek yaitu aspek keuangan, aspek administratif, dan aspek operasional. Objek dari
penelitian ini dapat diperoleh dari laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan
neraca, dan catatan laporan keuangan.

3.4. Operasional Variabel Kajian

Variabel pada naskah kajian ini adalah merujuk terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan
yang telah dirumuskan pada rumusan masalah dengan tujuan dan maksud sesuai dengan
kebutuhannya hasil analisis ini yaitu pernyataan eksklusif berupa rekomendasi kelayakan
investasi daerah. Rujukan yang telah ditetapkan berdasarkan metodologi penelitian naskah ini,
yang merujuk terhadap salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.05/2018
tentang Kesehatan Keuangan Lembaga Penjamin (dapat dikonfirmasi pada bagian lampiran)
merujuk terhadap tiga bagian: 1) Rasio Likuiditas, 2) Rasio Gearing, 3)Rasio Rentabilitas 4)
Self-Assessment.

17
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Indikator Variabel

18
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian terkait dengan penilaian tingkat kesehatan
jasa keuangan khususnya pada bidang Usaha Penjaminan yang dilaksanakan oleh Lembaga
Penjamin. Adapun tingkat kesehatan usaha dalam hasil merupakan rujukan yang telah ditetapkan
berdasarkan metodologi penelitian naskah ini, yang merujuk terhadap salinan Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.05/2018 tentang Kesehatan Keuangan Lembaga
Penjamin merujuk terhadap tiga (3) perspektif keuangan, yaitu; a) Rasio Likuiditas, b) Aspek
Gearing Ratio dan c). Rentabilitas. Perspektif keuangan yang dimaksud kemudian dilengkapi
dengan penilaian sendiri (self-assessment) atas penerapan tata kelola perusahaan yang baik
sebagaimana telah diatur dalam kebijakan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka mengukur
tingkat kevalidan dan kewajaran atas tata kelola oleh lembaga penjamin itu sendiri.

4.1 RASIO LIKUIDITAS

Rasio Likuiditas merupakan rasio yang dapat menyajikan secara kuantitatif kemampuan
sebuah badan usaha dalam rangka menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Perhitungan
dalam rasio ini diawali dengan memberikan gambaran perusahaan atas modal kerja dengan
beberapa pos aktiva lancar dan hutang lancar. Data yang digunakan pada kajian ini adalah
lembar Laporan Posisi Keuangan PT. Jamkrida Babel Tahun 2021. Untuk pos Aset terdiri dari

19
Kas dan Setara Kas, Investasi, Piutang IJP, Aset Tetap, Aset Pajak Tangguhan dan Aset Lainnya.
Adapun rasio likuiditas dapat dihitung dengan current ratio, yaitu perbandingan antara aset
lancar dengan hutang lancar. Adapun perhitunganya berdasarkan laporan keuangan PT. Jamkrida
Babel per Desember 2021 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rasio Likuiditas (Current Ratio)

Desember 2021

Tahun Aktiva lancar Utang Lancar Current Ratio

2021 14.072.622.943,18 3.247.668.808,30 433,31%

Sumber: Data Keuangan Bulan Desember, 2021. PT. Jamkrida Babel.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku dari Otoritas Jasa Keuangan 1, maka rasio Likuiditas di PT.
Jamkrida Babel memiliki penetapan kriteria nilai ‘1’ (130% - 800%). Dengan demikian, dapat
dijelaskan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk menjamin Hutang perseroan melalui
Aktiva dengan kriteria sangat baik.

4.2 GEARING RATIO

Gearing Ratio merupakan perbandingan antara total nilai penjaminan yang ditanggung
sendiri dengan keberadaan ekuitas perusahaan penjamin pada periode waktu tertentu. Otoritas
Jasa Keuangan menetapkan bahwa gearing ratio adalah alat yang dapat mengukur kemampuan
lembaga penjaminan dalam melakukan kegiatan penjaminan maupun penjaminan ulang. Adapun
kriteria lembaga penjamin berdasarkan peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan wajib menjaga
Gearing Ratio bagi usaha produktif paling tinggi 20 (dua puluh) kali. Demikian pula dinyatakan
bahwa lembaga penjamin seperti PT. Jamkrida Babel wajib menjaga agar Gearing Ratio paling

1 Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.05/2018 tentang Kesehatan Keuangan Lembaga Penjamin
20
tinggi 40 (empat puluh) kali2. Berikut perhitungan gearing ratio PT. Jamkrida Babel berdasarkan
data laporan keuangan bulanan Desember’ 2021:

Tabel 4.2 Gearing Ratio Penjaminan

Bulan Desember 2021

Gearing Ratio
Outstanding
Tahun Penjaminan Kredit Saldo Ekuitas (Kali)

Usaha Produktif

2021 110.118.520.458,37 35.434.865.850,42 3.10

Usaha Non-Produktif

2021 239.182.711.087,40 35.434.865.850,42 6.74

∑GEARING RATIO 9.84 kali

Sumber: Data Keuangan Bulan Desember, 2021. PT. Jamkrida Babel.

Tabel 4.2 diatas merupakan perhitungan atas Gearing Ratio pada Bulan Desember 2021.
Berdasarkan perhitungan hasil, gearing ratio penjaminan PT. Jamkrida Babel usaha produktif sebesar 3.10
kali. Sedangkan untuk gearing ratio PT. Jamkrida Babel usaha non-produktif sebesar 6.74 kali. Dari
kedua variabel penjaminan tersebut, maka per bulan Desember 2021 PT. Jamkrida Babel memiliki
kemampuan penjaminan dan penjamin kembali (ulang) dalam melakukan kegiatan bisnisnya sebesar 9,84
Kali. Berdasarkan ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan tentang penetapan kriteria nilai Gearing Ratio,
PT. Jamkrida Babel memiliki kriteria nilai ‘1’ (>4 - <28).

2 idem
21
4.3 RENTABILITAS; Komposit Rentabilitas

Rasio Rentabilitas merupakan rasio yang sangat penting untuk dapat mengetahui
keberlanjutan operasional sebuah perusahaan. Rasio ini dapat menjelaskan secara kuantitatif
sejauh mana kemampuan perusahaan yang dalam hal ini adalah PT. Jamkrida Babel, dalam
rangka menghasilkan laba pada periode tertentu. Melalui rasio ini juga dapat dideskripsikan
motivasi pengambilan keputusan strategis perusahaan atas terpenuhinya komponen keuangannya
seperti penyertaan modal dari entitas diluar dari modal milik pribadi atau rentabilitas ekonomi.
Dalam analisis rasio rentabilitas untuk mengukur PT. Jamkrida Babel pada kajian ini
menggunakan dua (2) pendekatan; a). Return on Assets / ROA dan b) Rasio Beban
Operasional/BOPO, dan c). Rasio Klaim Terhadap Imbal Jasa.

4.3.1 Rasio Return on Asset

Rasio Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana kemampuan perseroan dalam rangka menghasilkan laba dari aset yang digunakan untuk
mendukung kegiatan operasional dan permodalan termasuk lembaga penjaminan. Rasio ini dapat
dihitung atas perbandingan antara Laba atau Rugi sebelum Pajak terhadap Total Aset. Adapun
rasio Return on Asset PT. Jamkrida Babel berdasarkan laporan keuangan bulan Desember tahun
2021 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Ratio Return on Asset

Desember 2021

Tahun Laba Sebelum Pajak Rata-rata Total Aset ROA %

2021 (687,731,323.80) 42.815.045.975,72 -1,65%

Sumber: Data Keuangan Bulan Desember, 2021. PT. Jamkrida Babel.

4.3.2 Rasio Beban Operasional

22
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional atau yang disingkat BOPO
merupakan rasio profitabilitas perusahaan yang membandingkan beban operasional dengan
pendapatan operasional. BOPO dapat melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
mengelola beban operasionalnya. Adapun BOPO PT. Jamkrida Babel dapat disajikan dalam
perhitungan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Rasio Beban Operasional

Desember 2021

Tahun Beban Operasional Pendapatan Ops BOPO %

2021 4.035.883.333,39 3.348.151.809,59 120,54%

Sumber: Data Keuangan Bulan Desember, 2021. PT. Jamkrida Babel.

PT. Jamkrida Babel per Desember 2021 diketahui memiliki beban operasional sebesar
Rp.4.035.883.333,39 dengan pendapatan imbal jasa penjaminan bersih sebesar
Rp.3.348.151.809,59 dalam periode waktu yang sama. Dengan perhitungan rasio Beban
Operasional, maka didapat rasio BOPO sebesar 120,54%. Berdasarkan ketentuan dari Otoritas
Jasa Keuangan tentang penetapan kriteria nilai Rasio Beban Operasional, PT. Jamkrida Babel
memiliki kriteria nilai ‘5’, dengan deskripsi bahwa lembaga penjaminan memiliki Rasio Beban
Operasional sebesar >100% terhadap Pendapatan Operasional3

4.3.3 Rasio Klaim Terhadap Pendapatan IJP

Rentabilitas dalam mengukur tingkat kesehatan keuangan lembaga penjaminan


dilengkapi dengan Rasio Klaim, dimana rasio klaim dapat digunakan untuk mengukur
3 Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.05/2018 tentang Kesehatan Keuangan Lembaga Penjamin
23
pendapatan Imbal Jasa dengan cara membandingkan antara Beban Klaim netto terhadap Imbal
Jasa netto. Berikut rasio klaim pada PT. Jamkrida Babel per bulan Desember 2021:

Tabel 4.5 Rasio Klaim Terhadap Imbal Jasa

Desember 2021

Tahun Beban Klaim Pendapatan IJ Rasio Klaim

2021 2.027.279.095,31 1.440.986.993,08 140,69%

Sumber: Data Keuangan Bulan Desember, 2021. PT. Jamkrida Babel.

PT. Jamkrida Babel per bulan Desember 2021 memiliki Beban Klaim sebesar
Rp.2.027.279.095,31 dengan Pendapatan Imbal Jasa Penjaminan sebanyak Rp.1.440.986.993,08.
Dengan demikian Rasio Klaim untuk mengukur Rentabilitas pada Desember 2021 sebesar
140,69%. Berdasarkan surat edaran Otoritas Jasa Keuangan, nilai kriteria untuk rasio klaim yang
dimaksud adalah ‘ 5’; ‘apabila Lembaga Penjamin memiliki rasio klaim terhadap pendapatan
imbal jasa >100%’.

4.3.4 Komposit Rentabilitas PT. Jamkrida Babel

Penetapan pada komposit nilai kriteria untuk Rentabilitas telah diatur berdasarkan surat
edaran Otoritas Jasa Keuangan. Adapun penetapan yang telah ditetapkan sebagai
berikut(OJK:2018):

24
1. Rasio Return on Asset sebesar 30%
2. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebesar 35%
3. Rasio Klaim terhadap Pendapatan Imbal Jasa sebesar 35%.

Adapun uraian penetapan atas kriteria nilai komposit Rentabilitas di atas sebagai berikut (lihat
Surat Edaran OJK:2018):

1. Nilai 1 bilamana Lembaga Penjaminan memiliki nilai komposit Rentabilitas 1-


1,8.
2. Nilai 2 bilamana Lembaga Penjaminan memiliki nilai komposit Rentabilitas dari
1,8 - 2,6.
3. Nilai 3 bilamana Lembaga Penjaminan memiliki nilai komposit Rentabilitas dari
2,6 - 3,4.
4. Nilai 4 bilamana Lembaga Penjaminan memiliki nilai komposit Rentabilitas dari
3,4 - 4,2.
5. Nilai 5 bilamana Lembaga Penjaminan memiliki nilai komposit Rentabilitas dari
4,2 - 5.

Berdasarkan penetapan atas kriteria diatas, maka nilai komposit Rentabilitas PT. Jamkrida Babel
sebagai berikut:

Tabel 4.6 Komposit Nilai atas Rentabilitas

PT. Jamkrida Babel Desember 2021

Alat Ukur
Tahun Rentabilitas Hasil Analisis Kriteria Nilai N.K.R

2021 -1,65% 4 30% | 1,20


1. ROA
120,54% 5 35% | 1,75
2. BOPO
140,69% 5 35% | 1,75
3. Rasio Klaim
Nilai Komposit 4,7 5

Sumber: Data Keuangan Bulan Desember, 2021. PT. Jamkrida Babel. Data diolah.
25
Berdasarkan perhitungan pada tabel Tabel 4.4 Komposit Nilai atas Rentabilitas PT.
Jamkrida Babel Desember 2021 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil analisis untuk
komposit Rentabilitas adalah 4,7 dengan kriteria nilai ‘5’.

4.4 Self-Assessment GCG

Self-Assessment for Good Corporate Governance diimplementasikan dalam rangka


upaya untuk memetakan kondisi perusahaan sangat diperlukan dengan melakukan penilaian
(assessment) baik itu bersifat internal maupun eksternal. Dengan adanya assessment GCG,
tentunya perusahaan dapat mengetahui sejauh mana penerapan GCG sudah dilakukan serta
mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur
perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Penetapan pada penilaian sendiri
tata kelola perusahaan yang baik bagi Lembaga Penjaminan terdiri dari unsur keberadaan filosofi
perusahaan; pendeklarasian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, yang kemudian dilanjutkan dengan
program perencanaan bisnis baik untuk menjangkau jangka pendek, menengah dan panjang.
Struktur organisasi juga merupakan sebuah perangkat yang mampu hadirnya tata kelola yang
baik dengan hadirnya budaya organisasi termasuk budaya organisasi yang telah terbentuk
berdasarkan kepemimpinan yang dijalankan oleh Direksi dan Pengawasan atas operasional dan
eksisting perseroan. Demikian pula lembaga penjamin memiliki sistem penjaminan mutu internal
yang dituangkan dalam bentuk standar operating prosedur atas setiap keputusan maupun
kebijakan hendak dijalankan saat berlangsungnya kegiatan operasional. Penilaian self-
assessment good corporate governance dalam surat keputusan Otoritas Jasa Keuangan tentang
tingkat kesehatan lembaga penjaminan telah diatur dengan matrikulasi berdasarkan kriteria
penilaian atas hasil penilaian sendiri. Adapun kriteria penilaian sebagai berikut:

1. Nilai 1 apabila lembaga penjamin memiliki hasil penilaian sendiri tata kelola
perusahaan dengan predikat ‘Sangat Baik”.

26
2. Nilai 2 apabila lembaga penjamin memiliki hasil penilaian sendiri tata kelola
perusahaan dengan predikat ‘Baik’.
3. Nilai 3 apabila lembaga penjamin memiliki hasil penilaian sendiri tata kelola
perusahaan dengan predikat ‘Cukup Baik’
4. Nilai 4 apabila lembaga penjamin memiliki hasil penilaian sendiri tata kelola
perusahaan dengan predikat ‘Kurang Baik’
5. Nilai 5 apabila lembaga penjamin memiliki hasil penilaian sendiri tata kelola
perusahaan dengan predikat ‘Tidak Baik’.

Tabel 4.7 Self-Assessment Good Corporate Governance

PT. Jamkrida Babel Desember 2021

Dimensi Aspek Pengukuran Hasil Analisis Kriteria


Kuantitatif
Landasan Filosofis
Perusahaan
a. Visi

b. Misi

c. Tujuan

d. Sasaran
Baru terpilih
namun belum
berjalan unsur
Struktur Organisasi dan pengawasan
Tata Pamong dengan optimal
a. Dewan Komisaris
Ada Lengkap
b. Jajaran Direksi
c. Jajaran Staff dan Ada Lengkap
Labour
d. SOP dan Tata Ada Lengkap
Laksana Tugas
Business Plan a. Current Business Ada Lengkap
Plan
b. Renstra Perluasan Ada Lengkap
Usaha

27
Ada Lengkap,
namun Rasio
Permodalan atas
himbauan OJK
masih belum
terpenuhi sehingga
perang pemegang
saham khususnya
Pemerintah
Daerah menjadi
c. Renstra Investasi perhatian khusus.
& Permodalan
d. Renstra
Organisasi, SDM
dan Teknologi Ada Lengkap
Informasi.
Self Governance CGG: “Baik” 2

Sumber: Hasil ploting kuesioner dan wawancara Tim Penasihat Investasi Daerah dengan Direksi PT. Jamkrida
Babel. Data diolah.

Tabel 4.7 diatas merupakan rangkuman penilaian diri tata kelola perusahaan PT. Jamkrida Babel
dijelaskan atas Dimensi Landasan Filosofis Perusahaan, Struktur Organisasi dan Tata Pamong bersama
Business Plan. Terdapat temuan yang kemudian menjadi hal penting untuk kemudian dapat menjadi
perhatian para pemegang kepentingan, bahwa persyaratan modal yang telah telah ditetapkan oleh OJK
belum dapat terpenuhi. Sedangkan unsur pengawasan terlebih dengan kehadiran Dewan Komisaris belum
terlihat secara konkrit mengingat pemilihan masih relatif baru saat naskah kajian ini disusun. Dengan
demikian berdasarkan indikator yang telah disebutkan diatas maka PT. Jamkrida Babel memiliki hasil
analisis peringkat ‘BAIK’.

4.5 Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Jamkrida Babel Periode Desember 2021

Penetapan data atas peringkat komposit Kesehatan Keuangan Lembaga Penjamin


berpedoman dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan
ketentuan formal sebagai berikut:

28
1. Rasio Likuiditas dengan bobot 10%
2. Rasio Gearing dengan bobot 35%
3. Rasio Rentabilitas dengan bobot 35%
4. Self-Assessment Good Corporate Governance dengan bobot 20%.

Atas pembobotan yang telah diuraikan diatas, maka tingkat Kesehatan Keuangan Lembaga
Penjaminan dilanjutkan dengan pemaknaan atas nilai komposit sebagai berikut:

1. Sangat Sehat ketika lembaga penjaminan memiliki nilai 1 - 1,8.


2. Sehat ketika lembaga penjaminan memiliki nilai 1,8 - 2,6.
3. Cukup Sehat ketika lembaga penjaminan memiliki nilai 2,6 - 3,4.
4. Kurang Sehat ketika lembaga penjaminan memiliki nilai 3,4 - 4,2.
5. Tidak Sehat ketika lembaga penjaminan memiliki nilai 4,2 - 5.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka dapat diketahui tingkat
kesehatan keuangan PT. Jamkrida Babel periode Desember 2021 dengan kriteria pemeringkatan
berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.05/2018 Tentang
Kesehatan Keuangan Lembaga Penjaminan dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah. Hasil dari
Tingkat Kesehatan Keuangan diatas menunjukan nilai komposit sebesar 2,6 dengan penetapan
nilai lebih dari 3,34. Sehingga melalui hasil tersebut, PT. Jamkrida Babel dinyatakan ‘CUKUP
SEHAT’ berdasarkan laporan keuangan per bulan Desember 2021. Hasil ini juga dapat
digunakan sebagai referensi untuk Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk
mengambil keputusan dalam penyertaan modal daerah sehingga PT. Jamkrida Babel yang saat
ini hadapi ‘injury time’ dapat menjalankan operasional bisnis yang telah ditetapkan berdasarkan
business plan yang telah disusun.

Tabel 4.8 Tingkat Kesehatan Keuangan

PT. Jamkrida Babel Desember 2021

Tahun Alat Ukur Kesehatan Keuangan Analisis Kriteria Bobot Komposit

29
NILAI Risiko

2021 433,31% 1 10% 0,1


1. Rasio Likuiditas
9,84 kali 1 35% 0,356
2. Gearing Ratio
3. Rentalibitas: -1,65% 4 | 30%| 1,20
a. ROA
120,54% 5 | 35% | 1,75
b. BOPO
c. Rasio Klaim
terhadap 140,69% 5 | 35% | 1,75
Pendapatan IJP
Komposit Rentabilitas 4,7 5 35% 1,75

BAIK 2 20% 0,4


4. Self-Assessment GCG
Total Komposit Kesehatan Keuangan PT. Jamkrida
Babel 2,6

Penetapan Nilai TKK ≦ 3,4

Kategori Kesehatan Keuangan PT. Jamkrida Babel ‘CUKUP SEHAT’

Sumber: PT. Jamkrida Babel. Laporan Keuangan per Desember 2021. Diolah Tim Penasihat Investasi Daerah.

Tentunya, hal tersebut juga merupakan hal penting untuk segera ditindaklanjuti
(penyertaan modal minimum Rp.50.000.000.000.), mengingat Otoritas Jasa Keuangan telah
menyampaikan surat kepada Gubernur sebagai komitmen untuk melaksanakan penyertaan modal
dalam rangka terpenuhinya syarat minimum untuk modal bagi Lembaga Penjaminan PT.
Jamkrida Babel.

4.6 Proyeksi Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam


penyertaan modal pada PT. Jamkrida Babel

Hasil adalah ukuran pengembalian investasi selama periode waktu tertentu, yang
dinyatakan sebagai persentase. Hasil termasuk kenaikan harga serta dividen yang dibayarkan,
dihitung sebagai pengembalian realisasi bersih dibagi dengan jumlah pokok (yaitu jumlah yang
30
diinvestasikan). Perlu disampaikan bahwa uraian dibawah ini berdasarkan penerimaan kas
daerah berupa deviden atas penyertaan modal yang dilakukan pada tahun sebelumnya, hasil
proyeksi dalam kajian ini berdasarkan asumsi rasional relatif yang saat kajian ini dibuat,
manajemen PT. Jamkrida Babel menjalankan operasionalnya sesuai dengan Visi dan Misi yang
telah ditetapkan dan budaya kerja maupun organisasi yang dimiliki.

Tabel 4.9 Tingkat Kesehatan Keuangan

PT. Jamkrida Babel Desember 2021

Penyertaan Total
Tahun Modal Penyertaan Dividen %/Rp Rata-rata

2018 22.500.000.000 22.500.000.000 333.064.650 1,48%

2019 - - 325.509.092 1,45%

2021 - smt 1 - - - -

Total 658.573.200 2,93%

2021 - - - -

2022 15.000.000.000 37.500.000.000 121.958.100

2022 10.000.000.000 47.500.000.000 156.750.000


0,33%
2023 20.000.000.000 67.500.000.000 222.750.000

2024 5.000.000.000 72.500.000.000 239.250.000

31
Total Dividen Yang akan Diterima s/d Tahun
2025 1.399.281.300

Sumber: PT. Jamkrida Babel. Laporan Keuangan 2018-2020. Diolah Tim Penasihat Investasi Daerah.

Melalui Tabel 4.9 diatas, dapat diproyeksikan potensi pendapatan daerah Pemerintah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atas penyertaan modal dengan total Rp.50.000.000.000
pada PT. Jamkrida Babel. Adapun pendistribusian atas penyertaan modal terdiri dari;
Rp.15.000.000.000 tahun 2022, Rp.10.000.000.000 tahun 2023, Rp.20.000.000.000 tahun 2024
dan Rp.5.000.000.000 pada tahun 2025. Dengan rerata bunga 0.33%, maka dapat diproyeksikan
bahwa penyertaan modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hingga tahun 2025 dividen
Rp.1.399.281.300.

Keberadaan lembaga penjaminan pada sebuah daerah memiliki dampak multiplier efek
terhadap mobilitas simpul-simpul ekonomi ditengah masyarakat daerah itu sendiri yang
kemudian pada akhirnya simpul-simpul tersebut menjadi motor penggerak pertumbuhan
perekonomian daerah. Beberapa kasus, pendistribusian dividen atas penyertaan modal di
Indonesia dengan nominal besar masih relatif memiliki gain kecil dibanding dengan dividen
yang dihasilkan pada investasi pada pasar uang maupun saham termasuk reksadana. Tetapi
manfaat atas penempatan lembaga penjaminan ternyata memberikan bukan single effect
melainkan multiplier effect bahkan terhadap peningkatkan Produk Domestik Regional Bruto
sebuah daerah. PT. Jamkrida Babel sebagai salah satu lembaga penjaminan telah berhasil
membuktikan bahwa penjaminan dan penjamin kembali (ulang) dalam melakukan kegiatan
bisnisnya sebesar 9,84 Kali. Hal ini yang dapat menjelaskan bahwa PT. Jamkrida Babel mampu
jalankan bisnisnya sehingga tingkat pengembalian penyertaan modal juga berpotensi lebih besar
daripada yang telah diproyeksikan diatas.

32
BAB V

PERNYATAAN PENUTUP

Berdasarkan kajian dalam naskah akademik ini, maka kami Tim Penasihat Investasi
Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menyatakan dengan hormat menyatakan bahwa
PT. Jamkrida Bangka Belitung sebagai berikut:

“Direkomendasi untuk Penyertaan Modal Daerah”

Dengan pertimbangan hasil analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Lembaga Penjaminan


berdasarkan Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.05/2018 Tentang
Kesehatan Keuangan Lembaga Penjamin sebagai berikut:

“PT. JAMKRIDA BABEL CUKUP SEHAT”

Pernyataan ini merupakan objek dan subjek untuk dan/atau bagi kepentingan Gubernur Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dalam rangka mengambil keputusan investasi daerah
33
Pangkalpinang, 03 Februari 2022

Tim Penasihat Analis Investasi Daerah

Dr. Rulyanti Susi Wardhani, S.E., M.Si. CSRS, CSRA, CSP_________________

Dr. Adrian Radiansyah, S.E., M.M. _____________________________________

Dr. Rizal R. Manullang, S.E., M.M., M.Kom._____________________________

34
REFERENSI

1. Asshiddiqie, Jimly. Perihal Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta. 2006.


2. Adhi Gp Laguna, I., & Suarjaya. A. (2006). Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas,
Profitabilitas, dan Penilaian Pasar terhadap Harga Saham Perusahaan Lq45 di BEI. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana.
3. Ahsin Thohari dan Imam Syaukani, 2015. Dasar-dasar Politik Hukum, Jakarta.
4. Bodie,Z., Kane, A., &., Marcus, A.J. (2014)’’Manajemen Portofolio dan Investasi”.
5. Boodhoo, Roshan, Capital Structure and Ownership Structure: A Review of Literature (February
3, 2009). Journal of Online Education, January 2009, Available at SSRN:
https://ssrn.com/abstract=133704.
6. Brigham, E. F., & Houston, J.F. (2013). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Salemba Empat.
7. Darmadji, T., & Fachrudin. (2012). Pasar Modal Di Indonesia. Salemba Empat.
8. Fahmi, I. (2015). Manajemen Investasi Teori dan soal jawab. Inflasi dan Investasi.
https://.doi.org/10.1007/s10304-010-0358-X.
9. Fernandes, P. (2017). The Capital asset pricing model. In Economic ideas You Should Forget.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-47458-8_19
10. Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. 2001.
11. Simamora, Henry. Akuntansi Manajemen. Edisi ke-2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2002.
12. Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung:
Alfabeta. 2011.
13. Sukardi, E dan Maramis. Penilaian Keberhasilan Belajar. Jakarta: Erlangga. 1996.
14. Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2011.

DOKUMEN DAN NASKAH NEGARA

1. Surat Keputusan Menteri No. Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat


2. Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2014 tentang Penjamin.
4. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.05/2018 Tentang Kesehatan
Keuangan Lembaga Penjamin.

35

Anda mungkin juga menyukai