Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

PEMBANGUNAN SARANA AIR SIAP MINUM


(ARSINUM)
KABUPATEN MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Daftar Isi ............................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 8
1.2.1 Maksud .................................................................................... 8
1.2.2 Tujuan ...................................................................................... 8
1.3 Keluaran/Output ................................................................................. 8
BAB II GAMBARAN UMUM .................................................................................. 9
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Majene ............................................ 9
2.2 Kondisi Demografi Kabupaten Majene ........................................... 10
2.3 Profil Kecamatan Banggae Timur .................................................... 10
2.4 Kondisi Demografi Lokasi Sasaran .................................................. 12
2.4.1 Kelurahan Baurung ................................................................ 12
2.4.2 Kelurahan Lembang............................................................... 12
2.5 Kondisi Tofografi dan Kemiringan Lereng ...................................... 13
2.6 Kondisi Geologi dan Jenis Tanah ..................................................... 13
2.7 Kondisi Hidrologi ................................................................................ 14
2.8 Kondisi Klimatologi............................................................................. 16
BAB III KONDISI PEMENUHAN AIR MINUM ...................................................... 18
BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS AIR MINUM........................ 20
4.1 Permasalahan berdasarkan RPJMD Kabupaten Majene
Tahun 2021 – 2026 ............................................................................ 20
4.2 Permasalahan lokasi sasaran kegiatan ........................................... 21

i
BAB V RENCANA DESAIN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SARANA
AIR SIAP MINUM (ARSINUM) DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA 22
5.1 Ilustrasi Gambar Desain Perencanaan ........................................... 22
5.2 Gambar Asbuilt Drawing ................................................................... 23
5.3 Rencana Anggaran dan Biaya.......................................................... 31
BAB VI PENUTUP .................................................................................................. 33
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 33
6.2 Rekomendasi ...................................................................................... 33
Lampiran ........................................................................................................................... 34

ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan hak asasi manusia oleh karena itu air dan sanitasi adalah
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk keberlangsungan hidup. Pasokan air
yang mencukupi, aman dan dapat diakses harus tersedia untuk semua lapisan
masyarakat. Peningkatan akses air minum yang aman dapat memperbaiki status
derajat kesehatan masyarakat. Air minum dan pembangunan telah tercermin dalam
tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yaitu
memastikan masyarakat mencapai akses universal air bersih dan sanitasi yang layak.
Universal akses dalam sektor air minum dan sanitasi diharapkan dapat tercapai pada
tahun 2030.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu
baik dan bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan atau dalam
melakukan aktivitas sehari- hari. Sementara itu, air minum merupakan air yang
dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan cairan di dalam tubuhnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Air minum yang memenuhi syarat kesehatan berarti air minum tersebut
aman (layak) bagi kesehatan, yaitu aman secara fisik, kimia, mikrobiologis dan

1
radioaktif. Secara fisik, air minum yang sehat adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna.
Air yang tidak mencukupi dari segi kuantitas dan tidak memenuhi syarat dari segi
kualitas akan menimbulkan berbagai penyakit dan dapat meningkatkan kejadian
penyakit.
Air minum merupakan hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Pasal 28 Ayat 1, yang
menyatakan bahwa “Setiap individu berhak atas hak untuk memliki kehidupan yang
makmur, tempat tinggal dan lingkungan serta kesehatan yang baik dan sehat”.
Memiliki akses air minum yang aman dan memadai adalah salah satu hak asasi
manusia dan dijamin oleh pemerintah.
Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Karena itu kriteria
terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi suatu masyarakat tertentu menjadi suatu
acuan dalam menentukan apakah masyarakat di suatu lokasi atau desa sudah cukup
sejahtera atau belum
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah hak seluruh individu. Pemerintah
wajib menjamin pemenuhannya. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah mengamanatkan hal tersebut, bahkan menjadikan SPM sebagai bagian dari
urusan pemerintahan wajib terkait dengan pelayanan dasar yang harus menjadi
prioritas anggaran daerah. Saat ini regulasi turunan UU No. 23 Tahun 2014 terkait
dengan penerapan SPM sudah diundangkan antara lain melalui kebijakan :
1. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
2. Permendagri No. 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

2
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
29/PRT/M/2018 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Standar Pelayanan Minimal
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Dalam konteks penerapan Standar Pelayanan Minimal, pemerintah daerah
sebagai pelaksana pemenuhan SPM harus melakukan serangkaian tahapan, mulai
dari pengumpulan data, penghitungan kebutuhan pemenuhan pelayanan dasar,
penyusunan rencana pemenuhan pelayanan dasar, dan pelaksanaan pemenuhan
pelayanan dasar. Integrasi pelayanan dasar dalam dokumen perencaan dan
penganggaran menjadi bagian integral dari pelaksanaan tahap penyusunan rencana
pemenuhan pelayanan dasar. Ia menjadi dasar dari pelaksanaan dan pencapaian
target pemenuhan layanan dasar di daerah.
Standar pelayanan minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak
diperoleh setiap warga negara secara minimal. Pelayanan dasar sendiri didefinisikan
sebagai pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara.
Kebutuhan dasar warga negara adalah barang dan/atau jasa dengan kuaitas dan
jumlah tertentu yang berhak diperoleh oleh setiap individu agar dapat hidup secara
layak.
Sementara norma “minimal” dalam istilah SPM mengacu pada batas
minimal jenis dan mutu pelayanan dasar yang diberikan oleh setiap daerah kepada
warganya. Jenis pelayanan dasar adalah jenis pelayanan yang diberikan dalam
rangka penyediaan barang dan/atau jasa kebutuhan dasar yang berhak diperoleh

3
oleh setiap warga negara secara minimal termasuk pemenuhan kebutuhan air
minum agar hidup secara layak.
Akses terhadap air minum dan pelayanan dasar merupakan prioritas nasional dan
hal itu sangat erat kaitannya dengan isu pembangunan lain seperti kesehatan,
kemiskinan, dan pembangunan manusia.
Pemenuhan kebutuhan air minum sejalan dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) / Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pembangunan
yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial
masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta
pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu
menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) / Sustainable Development
Goals (SDGs) merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk
menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan yaitu: (1) Tanpa Kemiskinan; (2)
Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5)
Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan
Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan
Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang
Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13)
Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16)
Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; dan (17) Kemitraan untuk
Mencapai Tujuan.
Kebijakan RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan TPB/SDGs adalah
kebijakan yang selaras dengan TPB/SDGs antara lain:

4
a. Tujuan 1. Tanpa Kemiskinan Kebijakan RPJMN 2020-2024 yang sesuai untuk
pengurangan kemiskinan dilakukan melalui dua strategi utama, yaitu penurunan
beban pengeluaran melalui bantuan sosial serta peningkatan pendapatan
melalui program ekonomi produktif. Kebijakan ekonomi makro juga menjadi
prasyarat untuk pengurangan kemiskinan yaitu stabilitas inflasi, menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja produktif,
menjaga iklim investasi dan regulasi perdagangan, meningkatkan produktivitas
sektor pertanian, serta mengembangkan infrastruktur di wilayah tertinggal.
b. Tujuan 6. Air Bersih dan Sanitasi Layak Kebijakan RPJMN 2020-2024 yang
sesuai adalah: (1) Penyediaan akses air minum dan sanitasi layak dan aman
dilaksanakan dengan kebijakan peningkatan tata kelola kelembagaan dan
kapasitas penyelenggara untuk penyediaan air minum layak maupun aman; (2)
Peningkatan kapasitas institusi dalam layanan pengelolaan sanitasi; dan (3)
Percepatan penyediaan air baku dari sumber air terlindungi, peningkatan
keterpaduan dalam penyediaan air minum dan pemanfaatan teknologi dalam
pengelolaan air baku
Penyediaan akses air minum dan sanitasi kian hari semakin penting. Keberadaanya
tidak hanya sebatas sebagai sarana dasar yang dibutuhkan masyarakat, namun juga
sebagai penunjang hal lainnya terutama terkait kesehatan.
Menindaklanjuti amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024, Bappenas menyesuaikan standar peningkatan
kualitas air minum, permukiman, dan sanitasi nasional sesuai dengan standar SDGs
(Sustainable Development Goals). Pencapaian akses "layak" dianggap tidak lagi
cukup, digantikan dengan penekanan pada pencapaian target "aman". "Aman"

5
sesuai standar SDGs, terjadi ketika suatu fasilitas dapat diakses secara
berkelanjutan.
Pada tahun 2014, Pemerintah Indonesia menerbitkan sejumlah kebijakan
yang sangat mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,
antara lain Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2014 tentang
Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi. Dalam Peraturan Presiden tersebut
dinyatakan bahwa penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan dengan prinsip non
diskriminatif, terjangkau, perlindungan lingkungan, berkelanjutan, partisipasi
masyarakat dan keterpaduan.
Berdasarkan kebijakan tersebut, peningkatan kinerja pembangunan air minum dan
sanitasi menjadi salah satu prioritas nasional sampai dengan tahun 2024 mendatang.
Dalam rangka mencapai target akses air minum dan sanitasi yang
menyeluruh serta target Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan
pembangunan berkelanjutan diperlukan keterlibatan pemerintah daerah dan
pemerintah pusat untuk melaksanakan program prioritas penyediaan air minum.
Salah satu upaya pelaksanaan SDGs ialah pengolahan air bersih yang langsung
dapat diminum (dikonsumsi)
Pemerintah harus terlibat langsung dalam menyelenggarakan berbagai
upaya untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi setiap warga yang tinggal di
wilayah pedesaan dan perkotaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah bagi setiap warga
negara
Sesuai dengan target SDGs untuk mendekatkan akses air minum di
pedesaan dalam rangka pencapaian target akses universal air minum dan sanitasi.

6
Ini semua untuk mendukung program pemerintah dalam mencapai 100% akses air
minum dan 100% akses sanitasi bagi semua masyarakat Indonesia.
Tingkat pemakaian air bersih secara umum ditentukan berdasarkan kebutuhan
masyarakat untuk kehidupan sehari- hari. Kebutuhan masyarakat terhadap air
dimulai dengan kebutuhan untuk air minum sampai pada kebutuhan untuk sanitasi.
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi yang layak sesuai dengan Amanah Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, dan Undang- Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, serta PP Nomor 112 Tahun 2015
tentang Sistem Penyedian Air Minum.
Kebijakan Nasional Sumber Daya Air adalah arah atau tindakan yang diambil oleh
pemerintah pusat untuk mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air. Jaknas SDA
dilaksanakan untuk meningkatkan Ketahanan Air Nasional yang diukur berdasarkan
target Sustainable Development Goals (SDGs) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional sebagaimana Pasal 4 ayat (2) meliputi antara lain:
1. Akses terhadap air minum yang aman, merata, terjangkau, dan yang terlayani
100% (seratus persen);
2. Akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata mencapai
100% (seratus persen);

7
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Proposal ini disusun untuk mencari sumber pendanaan dalam rangka
pembangunan sarana Air Siap Minum (ARSINUM) layak dan berkelanjutan
bagi masyarakat.
1.2.2 Tujuan
1. Proposal ini menjadi salah satu dasar pertimbangan Pemerintah
Kabupaten Majene dalam pembangunan sarana Air Siap Minum
(ARSINUM) bagi Masyarakat;
2. Tersedianya infrastruktur sarana kebutuhan Air Siap Minum (ARSINUM)
bagi Masyarakat

1.3 Keluaran/Output
Pembangunan sarana Air Siap Minum (ARSINUM) akan memberikan manfaat
kepada Masyarakat terhadap :
1. Tersedianya infrastruktur Air Siap Minum (ARSINUM) bagi Masyarakat;
2. Terpenuhinya kemudahan akses terhadap kebutuhan Air Siap Minum
(ARSINUM) bagi Masyarakat;
3. Pemenuhan ketercukupan terhadap kebutuhan Air Siap Minum (ARSINUM) bagi
Masyarakat;

8
II. GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Majene


Kabupaten Majene terletak antara 20 38’ 45” - 30 38’ 15” Lintang Selatan
dan antara 1180 45’ 00” - 1190 4’ 45” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Majene,
adalah seluas 947,84 km2.
Berdadasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2021 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Majene Tahun 2021
– 2026 menjelaskan pembagian administasi dan luas wilayah kecamatan Kabupaten
Majene Tahun 2020 terdiri dari :

No Kecamatan Luas (Km²) % ∑ Kelurahan ∑ Desa

1 Banggae 25.15 2.65 6 2


2 Banggae Timur 30.04 3.17 8 1
3 Pamboang 70.19 7.41 2 13
4 Sendana 82.24 8.68 2 14
5 Tammero’do 55.40 5.84 - 7
6 Tubo Sendana 41.17 4.34 - 7
7 Ulumanda 456 48.11 - 8
8 Malunda 187.65 19.80 2 10
Jumlah 947.84 100.00 20 62
Sumber : RPJMD Kabupaten Majene 2021 - 2026

9
Wilayah Kabupaten Majene berbatasan dengan Kabupaten Mamuju
disebelah utara dan Kabupaten Polewali Mandar sebelah timur, Batas sebelah
selatan dan barat masing-masing Teluk Mandar dan Selat Makassar.

2.2 Kondisi Demografi Kabupaten Majene

Berdasarkan data Kabupaten Majene Dalam Angka Tahun 2022 jumlah penduduk
berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

No Kecamatan Jumlah Populasi Penduduk

1 Banggae 44.080
2 Banggae Timur 30.650
3 Pamboang 24.511
4 Sendana 24.868
5 Tammero’do 12.947
6 Tubo Sendana 9.980
7 Malunda 20.288
8 Ulumanda 10.066
Total Jumlah Penduduk 177.390
Sumber : Majene Dalam Angka 2022

2.3 Profil Kecamatan Banggae Timur

Kecamatan Banggae Timur terletak di antara 3o 32’ 32” Lintang Selatan dan antara
118o 58’ 28” Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Banggae
Timur berbatasan langsung dengan Kecamatan Banggae di sebelah utara dan
Kabupaten Polewali Mandar di sebelah timur, batas sebelah selatan dan barat
masingmasing Teluk Majene dan Selat Makassar.

10
Kecamatan Banggae Timur terdiri dari 8 Kelurahan yaitu Labuang, Labuang Utara,
Baurung, Lembang, Tande, Tande Timur, Baruga, Baruga Dhua serta satu Desa yaitu
Buttu Baruga.
Secara geografis luas wilayah kecamatan Banggae Timur 30.04 Km² dengan
perincian luas wilayah kelurahan sebagai berikut :

Luas Wilayah Persentase Terhadap Luas


No Kelurahan
(Km²) Wilayah Kecamatan

1 Labuang 0.26 7.12


2 Labuang Utara 1.15 0.87
3 Baurung 2.14 16.05
4 Lembang 2.71 20.91
5 Tande 4.82 25.60
6 Tande Timur 3.65 9.02
7 Baruga 6.28 3.83
8 Baruga Dhua 7.69 12.15
9 Buttu Baruga 1.34 4.46
Jumlah 30.04 100.00
Sumber : Kecamatan Banggae Timur Dalam Angka 2023

Secara demografi jumlah penduduk di kecamatan Banggae Timur terdiri dari :

No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Labuang 2.551 2.725 5.726


2 Labuang Utara 2.846 2.997 2.843
3 Baurung 2.981 2.921 5.902
4 Lembang 2.463 2.734 5.377

11
No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

5 Tande 761 853 1.620


6 Tande Timur 957 1.023 1.980
7 Baruga 1.074 1.106 2.180
8 Baruga Dhua 768 823 1.591
9 Buttu Baruga 417 464 881
Jumlah 14.998 15.652 30.650
Sumber : Kecamatan Banggae Timur Dalam Angka 2023

2.4 Kondisi Demografi Lokasi Sasaran


2.4.1 Kelurahan Baurung

Jumlah
No Kelurahan Jumlah KK Jumlah Jiwa
Lingkungan

1 Baurung 6 1.075 5.902


Jumlah Total 1.075 5.902
Sumber : Kecamatan Banggae Timur Dalam Angka 2023

2.4.2 Kelurahan Lembang

Jumlah
No Kelurahan Jumlah KK Jumlah Jiwa
Lingkungan

1 Lembang 4 1.753 5.377


Jumlah Total 1.753 5.377
Sumber : Kecamatan Banggae Timur Dalam Angka 2023

12
2.5 Kondisi Tofografi dan Kemiringan Lereng
Kondisi topografi sangat berpengaruh dalam perencanaan pembangunan
suatu wilayah. Kabupaten Majene dibangun oleh wilayah yang topografinya
bervariasi dari datar sampai berbukit dan bergunung, dengan kemiringan lereng
kurang dari 3 % sampai lebih dari 100 %. Hamparan daerah dengan topografi datar
ditemukan di sepanjang wilayah paralel dengan garis pantai kabupaten ini.
Hamparan wilayah datar terutama ditemukan mulai dari pantai barat
Kecamatan Sendana menuju ke selatan sampai ke Kecamatan Banggae dan
Banggae Timur yang merupakan (Ibukota Kabupaten). Sebagian besar wilayah
Kabupaten Majene dengan kondisi topografi berbukit dan bergunung yang hampir
merata di semua kecamatan di Kabupaten Majene.
Klasifikasi ketinggian wilayah Kabupaten Majene dari permukaan air laut
mulai dari 0-25 m sampai diatas 1.000 meter. Berdasarkan kelas ketinggian muka
laut yang tersebar pada umumnya tergolong kelas ketinggian 100-500 meter yakni
38,69% dan ketinggian 500-1000 meter yakni 35,98% dari total keseluruhan wilayah
kabupaten. Kecamatan Ulumanda merupakan wilayah dengan luas wilayah terluas
pada umumnya dan merupakan wilayah yang berada di pegunungan dengan
ketinggian antara 500-1000 meter dengan luas sebesar 30.219 Ha.
2.6 Kondisi Geologi dan Jenis Tanah
Bentang alam wilayah Kabupaten Majene yang merupakan wilayah datar,
bergelombang, berbukit sampai bergunung yang tersebar di semua wilayah
kecamatan di Kabupaten Majene. Secara umum jenis tanah yang tersebar di wilayah
Kabupaten Majene adalah Alluvial, Mediteran, Latosol, Gromosol, Poksolik Merah,
dan Laterik yang tersebar di semua kecamatan. Kondisi geologi regional wilayah
Kabupaten Majene sangat spesifik karena merupakan pertemuan dua gugusan

13
benua yaitu Benua Asia dan Australia. Karakteristik geologis wilayah perencanaan
merupakan satu kesatuan dengan kondisi geologis wilayah Majene yang terbagi
kedalam kondisi geomorfologi, fisiografi, statigrafi dan struktur batuan yang
dijelaskan sebagai berikut.
2.7 Kondisi Hirdrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Majene sangat berkaitan dengan tipe iklim yang
ada, dilain sisi juga dipengaruhi oleh kondisi stratigrafi dan struktur batuan dimana
dicirikan oleh singkapan-singkapan dari batuan sedimen, batuan gunung api yang
bersifat menengah, dan basa serta batuan terobosan dan litologi jenis batuan daerah
tersebut tersusun oleh Satuan Napal Tufaan (Qm=Quarter Marl) dan Endapan
Alluvial (Qal=Quarter Alluvial). Keberadaan air tanah dangkal ± 4 m. Kondisi hidrologi
permukaan juga ditentukan oleh sungai-sungai yang ada dengan jumlah sungai yang
tersebar di wilayah Kabupaten Majene berkisar 73 sungai baik besar maupun kecil.
Pada umumnya debit air sungai-sungai tersebut relatif besar yaitu Sungai
Tubo, Tammerodo yang berada di wilayah Kecamatan Sendana, sungai Maitting,
Manyamba, Pamboang di Kecamatan Pamboang, sungai Malunda di Kecamatan
Malunda dan sungai Kaiyong. Sungai terbesar yang di Kabupaten Majene adalah
Sungai Tubo dan sungai Maitting yang memiliki debit air yang relatif besar dan
merupakan sungai yang berhulu di pegunungan dan bermuara di Selat Makassar.
Untuk lebih jelasnya potensi sumberdaya air di Kabupaten Majene dapat dilihat pada
tabel berikut:

No Kecamatan Sungai
1 Banggae Sungai Majene Sungai Camba
2 Banggae Timur Sungai Lembang Siruppa
Sungai Lembang
3 Pamboang Sungai Pambaoang
Abaga

14
No Kecamatan Sungai
Sungai Koi Sungai Lembang Lena
Sungai Lembang
Sungai Lembang Piung
Teppo
Sungai Lembang Taduang
4 Sendana Sungai Mosso Sungai Labuang
Sungai Pumalla Sungai Lembang
Sungai Teleppo Sungai Palipi
Sungai Apoleang Sungai Kadopo
Sungai Para Sungai Palla Pallang
Sungai Sirua Kota Sungai Manyamba
5 Tammeroddo Sendana Sungai Potandek Sungai Lombongan
Sungai Polo - Polo Sungai Tamerodo
Sungai Sipitu Sungai Mayatapi
Sungai Wai Sepong Sungai Mayamba
Sungai Taridi Sungai Talakomi
6 Tubo Sendana Sungai Sumakuyu Sungai Galung - Galung
Sungai Wai Sering Sungai Batu Roro
Sungai Labuang Sungai Pulung
Sungai Pumbiu Sungai Kulasi
Sungai Tapamekan Sungai Takombe
Sungai Labuang Onang Sungai Salabulo
Sungai Laia
7 Malunda Sungai Asa – Asaang Sungai Kalangae
Sungai Tamalere Sungai Serepo
Sungai Meletung Sungai Samalio
Sungai Ipo Sungai Ratte Punaga
Sungai Maliaya Sungai Malunda
Sungai Reruang Sungai Dopi
Sungai Lombang Sungai Lemo
8 Ulumanda Sungai Potenaan Sungai Kayang
Sungai Malamakula Sungai Lombongan
Sungai Toe - Toe Sungai Tatung
Sungai Samabaho - Baho Sungai Pekalong
Sungai Pesawang Sungai Pondang
Sungai Pulosok Sungai Lasa
Sungai Maiting Sungai Tubo
Sungai Tikaung Sungai Baulu

15
No Kecamatan Sungai
Sungai Tambung Sungai Tamerindi
Sungai Lamoliang Sungai Takang
Sungai Tapango Sungai Makulak
Sungai Lemo Sungai Manda
Sungai Palang Sungai Tamalonag
Sumber : RPJMD Kabupaten Majene 2021 – 2026

Keberadaan debit air sungai tersebut perlu dijaga kelestariannya mengingat


masih banyak penduduk yang memanfaatkan air sungai sumber keperluan rumah
tangga dan ke depan perlu dikembangkan sebagai sumber air bersih mengingat
pertambahan penduduk semakin merasakan pentingnya air bersih.Sumberdaya air
disamping berfungsi untuk kehidupan sehari-hari juga berfungsi untuk berusaha
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia seperti pertanian, perikanan,
perindustrian, pembangkit tenaga listrik dan sebagainya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kedaan hidrologi yaitu curah hujan, tipe iklim dan sungai. Kondisi
hidrologi di Kabupaten Majene, meliputi potensi air tanah dan potensi air sungai,
dimana potensi air tanah di Kabupaten Majene cukup baik
2.8 Kondisi Klimatologi
Parameter klimatologi Kabupaten Majene adalah tipe iklim, curah hujan dan
suhu udara. Kondisi iklim wilayah Kabupaten Majene dan sekitarnya secara umum
ditandai dengan hari hujan dan curah hujan yang relatif tinggi dan sangat
dipengaruhi oleh angin musim, hal ini dikarenakan wilayahnya berbatasan dengan
laut lepas (Selat Makassar dan Teluk mandar). Berdasarkan data dari BPS
Kabupaten Majene yang merupakan laporan hasil pengamatan dari Stasiun
Meteorologi dan Geofisika Kab. Majene, Curah Hujan terbesar di Kabupaten Majene
pada tahun 2020 terjadi pada bulan Januari dengan curah hujan sebesar 325,7 mm3

16
dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan curah hujan 20,2 mm3.
Untuk hari hujan terbanyak berdasarkan bulan pada tahun 2020 terjadi pada bulan
Desember yaitu sebanyak 25 hari hujan dan terendah terjadi pada bulan Agustus
dengan 10 hari hujan. Berdasarkan data pada tabel tersebut, memperlihatkan bahwa
musim penghujan berada pada Bulan Desember hingga Bulan April dan setelah itu
memasuki musim kemarau pada bulan Mei sampai dengan September

17
III. KONDISI PEMENUHAN AIR MINUM

Daya dukung penyediaan air juga menggambarkan kondisi selisih ketersediaan


dengan kebutuhan air. Kebutuhan air yang didistribusikan secara grid dengan dua jenis
kebutuhan air yaitu domestik atau rumah tangga.
Berdasarkan penjelasan dokumen RPJMD Kabupaten Majene Tahun 2021 – 2026, secara
keseluruhan, Kabupaten Majene memiliki kondisi daya dukung penyediaan air belum
terlampaui. Hal tersebut terjadi berdasarkan data sebelumnya terkait ambang batas
penyediaan air. Jika dilihat lagi perkecamatan, bahwa seluruh kecamatan dalam kondisi
belum terlampaui termasuk Kecamatan Banggae dan Banggae Timur selaku ibukota
Kabupaten Majene.
Untuk konsumsi air minum, syarat-syaratnya adalah tidak berasa, tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak mengandung logam berat maupun sedang dan ringan.
Persentase penduduk yang memiliki akses yang layak di Kabupaten Majene pada tahun
2020 untuk non perpipaan sebesar 71,41% dan perpipaan sebesar 28,66% menurun
dibandingkan satu tahun sebelumnya. Target akses penduduk terhadap air minum
berkualitas sebesar 100%. Dari 71,41% penduduk yang memiliki akses air minum yang
layak non perpipaan, sebanyak 27,21 % menggunakan sumur bor dengan pompa dan
44,20% didapat dari mata air yang terlindungi sedangkan perpipaan bersumber dari
PDAM.
Air bersih adalah kebutuhan utama untuk setiap manusia dalam beraktifitas
terutama dalam kebutuhan rumah tangga, baik itu untuk minum, mencuci dan sebagainya.
Namun kualitas air menjadi hal yang harus diperhatikan, karena berhubungan dengan

18
kesehatan. Pada wilayah Kabupaten Majene persentase Jumlah Rumah tangga Pengguna
air bersih mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2016 bergerak pada kisaran 27.280
rumah tangga pengguna air bersih non perpipaan dan 8.436 rumah tangga pengguna air
bersih perpipaan. Meningkat pada tahun 2017 sebanyak 28.685 rumah tangga perpipaan
dan 9.573 rumah tangga perpipaan. Pada tahun 2018 data yang diperoleh kembali
meningkat sebanyak 30.359 rumah tangga non perpiaan dan 9.483 rumah tangga
perpipaan, sedangkan tahun 2019 jumlah rumah tangga non perpipaan menurun yaitu
sebanyak 26.661 rumah tangga dan meningkat di sector perpipaan menjadi 10.657 rumah
tangga. Pada tahun 2020 rumah tangga pengguna air bersih non perpipaan sebanyak
27.872 rumah tangga dan air bersih perpipaan sebanyak 11.186 rumah tangga.
Ketersediaan air bersih di rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
menjadi sangat urgent karena berdampak terhadap tingkat kesehatan. Semakin tinggi
persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih, semakin baik kondisi kesehatan
rumah tangga di daerah tersebut. Oleh sebab itu, air yang diperlukan rumah tangga harus
memenuhi syarat kesehatan, yaitu mencakup fisik, kimia dan bakteriologis. Penggunaan
air yang tidak bersih dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit, antara lain:
penyakit cholera, typhus, disentri dan penyakit kulit.
Berdasarkan capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Urusan Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Majene Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Jenis Pelayanan Indikator Pencapaian Target Realisasi Keterangan


Dasar Capaian
Penyediaan Jumlah Warga Negara 100% 69.32% Membidangi
Kebutuhan pokok air yang memperoleh Bidang
minum sehari – hari kebutuhan pokok air Cipta Karya
minum sehari-hari
Sumber : RPJMD Kabupaten Majene 2021 – 2026

19
IV. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS

4.1 Permasalahan berdasarkan RPJMD Kabupaten Majene Tahun 2021 - 2026


Berdasarkan penjelasan dokumen RPJMD Kabupaten Majene Tahun 2021 – 2026
yang menjadi permasalahan dan isu strategi Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
ruang adalah Persentase penduduk berakses Air Minum (Non Perpipaan) capaian
Kabupaten Majene 71.41% sehingga belum mencapai target yang ditetapkan yaitu
sebesar 88.92% disebabkan karena sumber mata air diwilayah kabupaten Majene.
Sedangkan persentase penduduk berakses Air Minum Perpiaan capaian Kabupaten
Majene 28,66% sehingga belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 34.48% hal ini
disebabkan sumber daya di PDAM Kabupaten Majene mengurangi cakupan layanan yang
dapat diberikan.
Untuk mewujudkan Visi : Majene Unggul, Mandiri dan Religius maka perlu
dilakukan Upaya untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dasar dan permukiman
Masyarakat dengan melakukan strategi pengingkatan kapasitas dan kualitas sistem
jaringan infrastruktur pelayanan dasar dengan arah kebijakan Meningkatkan kualitas
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Melihat masih adanya persoalan pemenuhan akses infrastruktur layanan dasar air
minum maka diperlukan adanya upaya untuk pembangunan infrastruktur air minum bagi
Masyarakat yang disesuaian dengan kondisi dan potensi sumber air minum masing –
masing wilayah.

20
4.2 Permasalahan Lokasi Sasaran Kegiatan
Berdasarkan hasil survey dan kunjungan lapangan yang dilakukan dilokasi perencanaan
kegiatan pembangunan infrastruktur Air Siap Minum (ARSINUM) :
1. Kelurahan Baurung;
2. Kelurahan Lembang.
Diperoleh data persoalan pemenuhan kebutuhan Air Siap Minum (ARSINUM) yang
dihadapi Masyarakat dengan rincian sebagai berikut :
Ketidak
Ketidaktersediaan Terpenuhan
Jumlah Jumlah
No Kelurahan Akses Air Minum Kebutuhan Air
KK Jiwa
(Jiwa) Minum
(Jiwa)
1 Baurung 1.075 5.902 3.824 3.251

2 Lembang 1.753 5.377 2.041 2.537

Jumlah 2.828 11.279 5.865 5.788

21
V. RENCANA DESAIN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR SARANA AIR SIAP MINUM
DAN RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA

5.1 Ilustrasi Gambar Desain Perencanaan

22
5.2 Gambar Asbuilt Drawing

Gambar Denah

23
Gambar Denah Bangunan

24
Gambar Denah Air Baku

25
Gambar Denah SWRO Unit

26
Gambar Denah Unit CIP ( Cleaning In Place)
Menggunakan Pompa Feeder

27
Gambar Denah Unit CIP ( Cleaning In Place)
Menggunakan Pompa Feeder

28
Gambar Denah Genset 15 kVA

29
Gambar Denah Galian Sumur

30
5.3 Rencana Anggaran dan Biaya (RAB)

31
32
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Air minum merupakan hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Pasal 28 Ayat 1,
yang menyatakan bahwa “Setiap individu berhak atas hak untuk memliki
kehidupan yang makmur, tempat tinggal dan lingkungan serta kesehatan yang
baik dan sehat”. Memiliki akses air minum yang aman dan memadai adalah salah
satu hak asasi manusia dan dijamin oleh pemerintah.
2. Air minum merupakan hak asasi manusia oleh karena itu pemenuhan terhadap
kebutuhan air siap minum adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
pemerintah untuk keberlangsungan hidup masyarakat;
3. Pemenuhan kebutuhan air minum merupakan target utama pemerintah sesuai
target yang ditetapkan dalam RPJMN 2020 – 2024 dalam pencap[aian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) / (Sustainable Development
Goals/SDGs) yaitu memastikan masyarakat mencapai akses universal air
bersih;
4. Pemenuhan terhadap kebutuhan air bersih menjadi Upaya dan target
pemerintah Kabupaten Majene yang telah dituangkan dalam RPJMD Kabupaten
Majene 2021 – 2026;
6.2 Rekomendasi
Untuk menjamin keberlangsungan hidup masyarakat, khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan Air Siap Minum (ARSINUM) maka perlu dilakukan upaya dengan
membangun fasilitas infrastruktur Air Siap Minum (ARSINUM)

33
LAMPIRAN
CONTOH KEGIATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
AIR SIAP MINUM (ARSINUM)
1. Pulau Sarappo Caddi

LOKASI KEGIATAN DI PULAU SARAPPO CADDI


34
POMPA AIR TANGKI GRAND

SAND FILTER TANK POMPA FIRMAN

PERALATAN AIR SIAP MINUM (ARSINUM)


35
HOUSING MEMBRAN, LAMPU
FILTER TUBE INDIKATOR DAN PARAMETER AIR

PANEL LISTRIK DAN PANEL CONTROL LEMARI PENGISIAN DAN LAMPU UV

GENSET 1 PK SELENOID VALVE

PERALATAN SARANA AIR SIAP MINUM (ARSINUM)

36
LEMARI ETALASE TDS DIGITAL

HOUSING MEMBRAN PARAMETER TEKANAN

POPMPA APP KENJI PRESSURE SWITCH

PERALATAN SARANA AIR SIAP MINUM (ARSINUM)

37

Anda mungkin juga menyukai