Laporan awal RISPAM ini dibuat berdasarkan outline dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, khususnya Lampiran 2, h : 105,
dimana untuk Laporan Pendahuluan akan disampaikan 2 (dua) bab yang sesuai
dengan Petunjuk Teknis dan 1 (satu) bab menguraikan tentang metodologi
pelaksanaan pekerjaan, rencana kerja dan jadual.
Sebagai gambaran awal, berdasarkan data BPPSPAM (Kinerja PDAM 2018, h:60),
jumlah penduduk terlayani di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah 55.358 jiwa atau
mempunyai cakupan pelayanan wilayah administrasi sebesar 15,00% dan cakupan
pelayanan wilayah pelayanan adalah 34,79% (jika jumlah penduduk administrasi
sebesar 368.895 jiwa dan penduduk wilayah pelayanan sebesar 159.101 jiwa)
Kebutuhan air rata-rata penduduk di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota adalah
96,19 L/det, setara dengan Q maksimum sebesar 105,81 L/det (f = 1,1), sehingga
jika kapasitas instalasi terpasang sebesar 170 L/det dan kapasitas produksi riil
sebesar 123 L/det, pada tahun data 2015 idle sistem sebesar 17,19 L/det.
[i]
Dengan gap sebesar 85,00% untuk memenuhi target universal akses 100% air
minum layak Tahun 2019, di masa mendatang masih diperlukan kerja keras dalam
pemenuhan dan peningkatan kebutuhan air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota,
sehingga kami berharap Dokumen RISPAM ini menjadi langkah awal untuk pemicu
program-program pengembangan air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Terima Kasih.
[ii]
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
Daftar Isi
Halaman -iii
Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Daftar Isi
Halaman -iv
Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Daftar Isi
Halaman -v
Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
DAFTAR TABEL
Daftar Isi
Halaman -vi
Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Daftar Isi
Halaman -vii
Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lima Puluh Kota 2.2
Gambar 2.1 Peta Curah Hujan Kabupaten Lima Puluh Kota .................. 2.6
Gambar 2.2 Peta Topografi Kabupaten Lima Puluh Kota ........................ 2.10
Gambar 2.3 Peta Morfologi Kabupaten Lima Puluh Kota ....................... 2.12
Gambar 2.4 Peta Geologi Kabupaten Lima Puluh Kota............................. 2.14
Gambar 2.6 Peta Sebaran Wilayah DAS
Kabupaten Lima Puluh Kota........................................................ 2.17
Gambar 2.7 Peta Hidrologi Kabupaten Lima Puluh Kota ........................ 2.18
Gambar 2.8 Peta Hidrogeologi Kabupaten Lima Puluh Kota ................. 2.19
Gambar 2.9 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Lima Puluh Kota...... 2.22
Gambar 2.10 Diagram Tempat Penyaluran Air Tinja..................................... 2.24
Gambar 2.11 Diagram Waktu Terakhir Melakukan Pengurasan
Tangki Septik..................................................................................... 2.25
Gambar 2.12 Diagram Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Di Kabupaten Lima Puluh Kota .................................................. 2.29
Gambar 2.13 Diagram Kepemilikan SPAL Rumah Tangga
Di Kabupaten Lima Puluh Kota .................................................. 2.35
Gambar 2.14 Peta Wilayah Pembangunan Kabupaten Lima Puluh Kota 2.85
Daftar Isi
Halaman -viii
PENDAHULUAN
Proses penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI SPAM)
dalam upaya pengembangan SPAM adalah merupakan tahapan paling awal dari
penyelenggaraan SPAM yang harus dilaksanakan dan disusun dengan benar
sesuai dengan panduan, tata cara ataupun pedoman pada Lampiran II dari
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun
2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, h.105.
Berdasarkan data
BPPSPAM
Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat tentang
Kinerja PDAM (Buku
Kinerja PDAM 2018,
h:60), PDAM
Kabupaten Lima Puluh Kota, pada Tahun 2015 mendapatkan total nilai kinerja
2,25 dengan kategori kurang sehat, pada Tahun 2016 total nilai kinerja 2,32
dengan kategori kurang sehat dan pada Tahun 2017 total nilai kinerja 2,67
dengan kategori kurang sehat.
Bab 1 Pendahuluan
Halaman 1-2
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Informasi lain yang berkaitan dengan PDAM Kabupaten Lima Puluh Kota
(BPPSPAM, Kinerja PDAM 2018, h : 60), adalah :
Nilai indikator return on equity yang rendah sangat terkait dengan nilai
ekuitas dari PDAM yang bernilai negatif serta nilai kas dan setara kas
yang juga rendah. Nilai kas dan setara kas yang rendah tersebut terkait
erat dengan beban operasional yang tinggi. Nilai kas dan setara kas
yang rendah menjadikan nilai indikator rasio kas yang rendah pula. Oleh
karena itu peningkatan pendapatan serta menurunkan beban
operasional melalui efisiensi dan efektivitas beban akan dapat
memberikan dampak signifikan pada peningkatan kinerja indikator
return on equity, rasio operasi dan rasio kas.
Bab 1 Pendahuluan
Halaman 1-3
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
1.2.2. Tujuan
Bab 1 Pendahuluan
Halaman 1-4
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan
Air Minum (RI SPAM) Kabupaten Lima Puluh Kota, adalah :
Ruang lingkup kegiatan dalam Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RI SPAM) Kabupaten Lima Puluh Kota, meliputi1 :
1.5 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Lima Puluh Kota yang siap
ditindaklanjuti oleh Penyelenggara SPAM, untuk menjadi dokumen Legal
Pemerintah Kabupaten mengenai Rencana Induk Penyediaan Air Minum
(RISPAM) dan dalam subtansinya telah tercakup sasaran dari kegiatan yang akan
dicapai dalam pelaksanaannya antara lain :
Sistem Penulisan Laporan untuk Laporan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) Kabupaten Lima Puluh Kota, adalah sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Halaman 1-6
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
BAB-III Bab ini menguraikan kondisi eksisting SPAM Kabupaten
Kondisi SPAM Lima Puluh Kota yang meliputi aspek teknis, aspek non
Eksisting Kabupaten teknis, permasalahan aspek teknis, serta skematik SPAM
Lima Puluh Kota eksisting
BAB-IV Bab ini menguraikan kriteria teknis, metoda dan standar
Standar/Kriteria pengembangan SPAM yang meliputi periode
Perencanaan perencanaan, standar pemakaian air, kebutuhan air,
kehilangan air serta metode proyeksi penduduk
BAB-V Bab ini menguraikan rencana pemanfaatan ruang,
Proyeksi Kebutuhan rencana daerah pelayanan, proyeksi jumlah penduduk
Air dan proyeksi kebutuhan air minum di Kabupaten Lima
Puluh Kota sampai dengan akhir tahun periode
perencanaan
BAB-VI Bab ini menguraikan potensi sumber-sumber air baku di
Potensi Air Baku wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan SPAM Kabupaten
Lima Puluh Kota sampai dengan akhir tahun periode
perencanaan
BAB-VII Bab ini menguraikan rencana pengembangan dan
Rencana Induk dan perencanaan SPAM di wilayah Kabupaten Lima Puluh
Pra Disain Kota untuk 15 - 20 tahun ke depan, rencana ini
Pengembangan dimanfaatkan untuk Acuan pengembangan SPAM
SPAM Kabupaten Lima Puluh Kota sampai dengan akhir tahun
periode perencanaan
BAB-VIII Bab ini menguraikan potensi sumber-sumber pendanaan
Analisis Keuangan dan inventasi untuk mendukung terlaksananya rencana
pengembangan SPAM Kabupaten Lima Puluh Kota
sampai dengan akhir tahun periode perencanaan
BAB-IX Bab ini menggambarkan aspek kelembagaan yang akan
Pengembangan mengelola SPAM Kabupaten Lima Puluh Kota sampai
Kelembagaan dengan akhir tahun periode perencanaan
Pelayanan Air
Minum
LAMPIRAN Lampiran-1
Analisis Sosial Ekonomi
Lampiran-2
Kualitas Air Hasil Uji Laboratorium
Lampiran-3
Usulan Biaya
Bab 1 Pendahuluan
Halaman 1-7
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
BAB-1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. MAKSUD DAN TUJUAN
3. SASARAN
4. LINGKUP KEGIATAN
5. KELUARAN
6. SISTEM PENULISAN LAPORAN
BAB-2
GAMBARAN UMUM KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
1. KARAKTERISTIK FISIK DASAR
2. PENGGUNAAN LAHAN
3. KONDISI SARANA DAN PRASARANA
4. KONDISI SOSIAL EKONOMI
5. FUNGSI DAN PERAN KABUPTEN LIMA PULUH KOTA
6. KONDISI KEUANGAN DAERAH
BAB-3
PENDEKATAN, METODOLOGI, RENCANA KERJA dan JADWAL
1. POLA PIKIR PERENCANAAN
2. PENDEKATAN PERENCANAAN DAN METODOLOGI
3. RENCANA KERJA
4. JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN JADUAL PENUGASAN TENAGA
AHLI
Bab 1 Pendahuluan
Halaman 1-8
BAB 2
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
Gambar 2.1.
Peta aDMINISTRASI
Tabel 2.1
Nama Kecamatan, Nama Ibu Kota Kecamatan, Luas Wilayah Kecamatan dan
Jumlah Nagari di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Jarak Ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota (Sarilamak, Kecamatan Harau) dengan
Ibukota Kabupaten/Kota lainnya di Propinsi sumatra Barat, adalah sebagai berikut:
1 Sarilamak – Payakumbuh = 10 km
2 Sarilamak – Bukittinggi = 43 km
3 Sarilamak – Padang Panjang = 62 km
4 Sarilamak – Padang = 134 km
5 Sarilamak – Batusangkar = 48 km
6 Sarilamak – Painan = 211 km
7 Sarilamak – Lubuk Sikaping = 120 km
8 Sarilamak – Pariaman = 120 km
9 Sarilamak – Sawahlunto = 147 km
10 Sarilamak – Sijunjung = 179 km
11 Sarilamak – Padang Aro = 228 km
12 Sarilamak – Pulau Punjung = 243 km
13 Sarilamak – Simpang Ampek = 242 km
Sedangkan Jarak Ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota (Sarilamak) dengan Ibukota
Kecamatan lainnya di Kabupaten Lima Puluh Kota, adalah sebagai berikut:
2.1.1. Iklim
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim, Kabupaten Lima Puluh Kota termasuk tipe iklim
Tropis yang ditandai dengan adanya dua musim yaitu musim penghujan dan
musim kemarau.
Tabel 2.2
Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hh)
di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
1 Januari 71,00 13
2 Februari 7,00 3
3 Maret 36,00 7
4 April 222,00 16
5 Mei 185,00 17
6 Juni 22,00 5
7 Juli 93,00 4
8 Agustus 155,00 10
9 September 199,00 14
10 Oktober 147,00 17
11 November 506,00 25
12 Desember 191,00 13
Rata-Rata 1.834 mm/ tahun 144
Sumber : Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2018, Tabel 1.2.1, h : 19
Gambar 2.2.
Peta curah hujan
Secara regional Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki topografi bervariasi antara
datar, bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut
antara 100 meter dan 2.261 meter1.
1
Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka 2019, h ; 3-4
Bab 2 Gambaran Umum Kabupaten Lima Puluh Kota
Halaman 2-7
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Tabel 2.3
Luas Tanah Menurut Ketinggian di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Sebagian lagi dengan kemiringan dibawah 15 % meliputi 40,60 % dari luas areal,
terdapat di kecamatan Kapur IX dan Kecamatan Pangkalan Koto Baru merupakan
wilayah yang memiliki wilayah kemiringan diatas 40 % cukup banyak dibandingan
wilayah kecamatan lain, dan Kecamatan Payakumbuh memiliki wilayah relatif
datar dan landai di banding wilayah lain.
Tabel 2.4
Klaisifikasi Lereng dan Luasnya Menurut Kecamatan
di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2017
Gambar 2.3.
peta Topografi
Secara umum, morfologi Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dibagi kedalam 3
(tiga) satuan, yaitu :
Bentang lahan terdapat beberapa bukit yang terpisah-pisah satu dengan yang
lainnya muncul dari hamparan dataran aluvial pesawahan/perladangan padi.
Perbukitan di sebelahkanan (baratlaut) terbentuk dari konglomerat dan batupasir
kuarsa Paleogen, sedangkan perbukitan di sebelah kiri jalan (timur-tenggara)
tersusun oleh kuarsit dan batugamping Permokarbon. Kedua wilayah kecamatan
ini berada pada dasar sub-cekungan Payakumbuh yang memanjang ke arah
tenggara hingga Ombilin. Pada bagian selatan ini terdapat dua buah gunung api
yang tidak aktif lagi yaitu Gunung Malintang dan Gunung Marapi (http://www.mail-
archive.com/iagi-net@iagi.or.id/msg27222.html). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Gambar 2.4.
peta Morfologi
2.1.4. Geologi
Ditinjau dari segi geomorfologi regional daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
berada pada rangkaian perbukitan yang dikenal dengan “Bukit Barisan” dan
merupakan bagian dari “Volcanic Arc” tatanan atau kerangka tektonik lempeng di
daerah Sumatera. Struktur geologi regional sangat dipengaruhi oleh tatanan
geologi Sumatera. Dari struktur geologi, daerah ini termasuk ke dalam daerah
cekungan Payakumbuh, yang memiliki struktur sesar atau patahan berupa
struktur sesar normal (sesar turun) dan sesar geser yang merupakan refleksi dari
basement daerah berupa Block Faulting System (Sistem Sesar Bongkah).
Sesar yang berkembang didaerah Kabupaten Lima Puluh Kota adalah Sesar
Normal Kelok Sembilan– Solok BioBio, selain itu juga terdapat Sesar Normal
lainnya yaitu Sesar Normal Batu Balang, Sesar Normal Bukik Bulek Banjar Laweh,
Sesar Normal Koto Alam, Sesar Normal Bukik Bapanasan, Sesar Geser Taratak dan
Sesar Geser Suliki. Struktur perlipatan terdapat di sekitar daerah Gunung
Malintang, berupa Struktur Sinklin kearah tenggara. Struktur geologi lainnya
adalah kekar (Joint) yaitu berupa Kekar Silang (Shear Joint) dan Kekar Tarik
(Tension Joint). Kabupaten Lima Puluh Kota yang berada pada daratan pulau
Sumatera apabila ditinjau dari segi geologiumum, posisinya berada pada busur
magmatik Sunda–Banda berumur Miosen–Plistosen, yang dikenal paling panjang,
membujur dari utara pulau Sumatera, terus ke pulau Jawa sampai ke sebelah
timur Nusa Tenggara.
Gambar 2.5.
peta Geologi
2.1.5. Hidrogeologi
Secara umum, wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dilalui oleh dua sistem aliran
sungai, yaitu DAS Kampar Kanan dibagian utara dan DAS Kuantan dibagian
selatan dimana Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan hulu dari beberapa
sungai yang mengalir menuju daerah Provinsi Riau dan Jambi.
Kedua DAS tersebut merupakan DAS Prioritas I yang perlu segera direhabilitasi
karena banyak memiliki lahan kritis.
Secara fisik teknis, DAS Kampar terbagi menjadi beberapa Sub-DAS yaitu Sub-
DAS Kampar Kanan Hulu melalui seluruh wilayah Kecamatan Kapur IX dan Sub-
DAS Mahat melalui Kecamatan Bukit Barisan dan sebagian kecil wilayah
Kecamatan Gunung Omeh, sebagian wilayah Kecamatan Suliki, dan hampir
seluruh wilayah Kecamatan Pangkalan Koto Baru.
DAS Kuantan terbagi menjadi beberapa Sub-DAS yang diantaranya berada pada
wilayah administratif Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu Sub-DAS Sinamar dan
Sub-DAS Agam. Sub-DAS Sinamar melalui sebagian besar wilayah Kecamatan
Gunung Omeh, sebagian kecil wilayah Suliki, hampir seluruhnya wilayah
Kecamatan Guguak, sebagian besar wilayah Kecamatan Payakumbuh, hampir
seluruh Kecamatan Harau, dan sebagian besar melalui Kecamatan Luak. Sub-DAS
Agam melalui sebagian kecil wilayah Kecamatan Akabiluru, Kecamatan Situjuah
Limo Nagari.
Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki 13 sungai dengan lokasi dan
Tabel 2.5
Nama - Nama Sungai Yang Melintasi Kecamatan di
Kabupaten Lima Puluh Kota
PANJANG
NO NAMA SUNGAI LOKASI
(Km)
Gunung Omeh, Suliki, Guguak,
1 Batang Sinamar Mungka,Payakumbuh, Harau, Luak, 96,13
Lareh Sago Halaban
2 Batang Liki Suliki, Gunung Omeh 6,37
3 Batang Mahat Bukik Barisan, Pangkalan Koto Baru 76,22
4 Batang Lampasi Akabiluru, Payakumbuh 50,37
Akabiluru, Situjuah Limo
5 Batang Agam 28,58
Nagari,Harau
6 Batang Kapur Kapur IX 25,58
7 Batang Mongan Kapur IX 72,00
8 Batang Paiti Kapur IX 21,56
9 Batang Mangilang Pangkalan Koto Baru 10,23
10 Batang Namang Guguak, Payakumbuh 8,52
11 Batang Mungo Harau 18,41
12 Batang Sanipan Harau 19,41
13 Batang Nenan Bukik Barisan 5,00
14 Batang Kampar Kapur IX 18,8
15 Batang Harau Harau 16,8
16 Batang Samo Pangkalan 63,4
17 Batang Bukuah Kasok Harau 15,58
Sumber : Laporan RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota, tahun 2012-2032.
Gambar 2.6.
Peta Sebaran Wilayah DAS Kabupaten Lima Puluh kota
Gambar 2.7.
peta Hidrologi
Gambar 2.8.
peta Hidrogeologi
Tabel 2.6
Penggunaan Lahan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2017
Tabel 2.7
Penggunaan Lahan Eksisting per Bagian wilayah (Kecamatan)
di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Peta penggunaan lahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Gambar
2.9
Gambar 2.9.
Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Lima Puluh kota
Hasil studi EHRA Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016 juga didapatkan
Persentase Tempat Buang Air Besar pada area studi EHRA Kabupaten Lima
Puluh Kota Tahun 2016 yang terdiri dari persentase tempat buang besar di;
jamban pribadi, MCK/ WC umum, WC helikopter, sungai/pantai/laut,
kebun/ perkarangan, selokan/ parit/ got, dan ke lubang galian.
Persentase terbesar untuk Tempat Buang Air Besar pada area studi EHRA
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016 adalah Buang Air Besar ke Jamban
Pribadi yaitu sebesar 61,0%. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut
ini.
Gambar 2.10.
Diagram Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Sumber : Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2016.
Persentase Tempat Penyaluran Akhir Tinja pada area studi EHRA Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2016 yang terbagi pada penggolongan Tempat
Penyaluran Akhir Tinja antara lain; tanki septik, pipa sewer, cubluk/ lobang
tanah, langsung ke drainase, sungai/ danau/ pantai, kolam/ sawah dan
terakhir kebun/ tanah lapang. Pada Gambar 3.4 tentang Tempat Penyaluran
Akhir Tinja diketahui persentase terbesar untuk Tempat Penyaluran Akhir
Tinja pada area studi EHRA Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016 adalah
tangkiseptik yaitu sebesar 39,4% Berikut Gambar 2.10 Grafik Tempat
Penyaluran Akhir Tinja.
Gambar 2.11.
Diagram Waktu Terakhir Melakukan Pengurasan Tangki Septik
Sumber : Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2016.
Tabel 2.8
Kondisi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2016
Kondisi
Jumlah/
No Jenis Satuan Tidak Keterangan
Kapasitas Berfungsi
Berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
SPAL Setempat (Sistem Onsite)
Tangki septik
1. Unit 584 - -
komunal <10 KK
kesadaran masyarakat
yang mulai meningkat
2. MCK Unit 39023 - -
untuk membangun MCK
di rumah masing-masing
2. Truk Tinja Unit
3. IPLT : Kapasitas M3/hari - - -
SPAL Terpusat (sistem Offsite)
Tangki septik
1. - - - -
komunal >10 KK
2. IPAL komunal - Unit - - -
3. IPAL kawasan - Unit - - -
4. IPAL terpusat - - - -
Sumber : Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2016.
B. Persampahan
Kondisi wilayah di
Sarilamak yang merupakan
ibu kota kabupaten saat ini
sedang berkembang.
Jumlah penduduk yang
masih relatif sedikit
membuat persoalan
persampahan belum terlalu komplek, sehingga belum melibatkan swasta
dan masyarakat. Namun kedepannya peranan swasta dan masyarakat perlu
digiatkan mengingat kondisi kota Sarilamak yang akan terus berkembang.
Sarana perkantoran, pemukiman, pasar, terminal dan rumah sakit akan
dibangun untuk melengkapi fasilitas sebuah ibu kota kabupaten.
Dari Tempat
Penampungan
Sementara (TPS) yang
tersebar di berbagai
lokasi, sampah tersebut
akan diangkut ke
Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)
menggunakan truk
sampah. Pengangkutan sampah ke TPA ini dilakukan setiap harinya. TPA
yang dimiliki Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota berada di Jorong Tigo
Balai Nagari Lubuak Batingkok Kecamatan Harau yang berjarak 6-7 km dari
pusat ibu kota kabupaten. Lahan yang memiliki luas 4 Ha ini telah dimiliki
oleh Pemda semenjak tahun 2008.
Sampai saat ini sampah yang dibawa ke TPA ini belum mengalami
pengolahan, dengan kata lain pengoperasian TPA menggunakan sistem
Open Dumping. Lokasi TPA yang berada di daerah perbukitan kadang
menyulitkan terutama pada musim hujan. Pengangkutan sampah sering
terkendala akibat jalan yang licin dan berbatu. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut telah diupayakan beberapa hal, diantaranya
mengajukan Telaahan Staf ke Bupati untuk perbaikan jalan menuju TPA.
Selain itu pada akhir tahun 2010, telah diupayakan untuk mencari tempat
pembuangan alternatif di Jorong Boncah Nagari Batu Balang.
Gambar 2.12.
Diagram Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Lima Puluh Kota
Sumber : Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2016.
Dari diagram dia atas diketahui bahwa sekitar 80,0% masyarakat mengelola
sampahnya melalui dibakar dan selebihnya ada yang ditimbun, dibuang ke
sungai, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dibuang ke TPS hanya sekitar
1,1%.
Tabel 2.9
Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan
Kabupaten Lima Puluh Kota
Kond
Ritasi Keterangan
Jumlah Kapasitas isi
Jenis Sarana/ /
No Sat (m3) Baik Rusak Rusak
Prasarana hari
Ringan Berat
1. Pengumpulan
setempat
- Gerobak Unit - -
- - - -
- Motor sampah Unit 6 1 - 6 - -
- Becak sampah Unit
2 Tempat
Penampungan
Sementara
Bak biasa Unit - - - - - -
- Kontainer Unit 15 8 7
- Transfer Depo Unit - - - - - --
- SPA (Stasiun Unit - - - - - -
Peralihan
Antara)
3. Pengangkutan
- Dump truck Unit 1 5 - 1 - -
- Arm Roll Truck Unit 2 5 - - 1 -
- Compactor Unit
Truck
4. Pengolahan
Sampah
- Sistem 3 R Unit - - - - - -
- ITF Unit - - - - - -
- Bank sampah - - - - - -
- Incenerator Unit - - - - - -
5. Tempat
Pemrosesan
AKhir
- lahan urug - - - - - -
saniter
Bab 2 Gambaran Umum Kabupaten Lima Puluh Kota
Halaman 2-30
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Tabel 2.10
Timbulan Sampah Kabupaten Lima Puluh Kota
Timbulan Sampah
Sampah
di Kelola Sampah Sampah Sampah
Total
Keccamatan Mandiri Terproses Tersangkut Tidak
di 3R ke TPA Terproses
Sumber
m³/hari m³/hari m³/hari m³/hari m³/hari
Payakumbuh 64 1.36 0.7 2.0 68
Akabiluru 49 3.2 53
Luak 52 0.5 53
Lareh Sago
69 2.2 72
Halaban
Situjuah Limo
38 3.0 41
Nagari
Harau 86 3.9 5.9 92
Guguak 66 5.7 71
Mungka 47 4.2 51
Suliki 29 1.2 30
BukikBarisan 45 0.9 46
GunuangOmeh 19 6.8 26
Kapur IX 47 1.1 9.1 57
Pangkalan Koto
55 0.6 4.2 59
Baru
Total 666 1.36 6.3 48.9 718
Sumber : Data Sekunder SKPD terkait Kab. Lima Puluh Kota 2016
Keterangan:
IPL : Instalasi Pengolahan Lindi
C. Drainase
Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Pekerjaan Umum bahwa sampai
dengan tahun 2018 ini belum ada kegiatan khusus yang berhubungan
dengan sektor drainase lingkungan.
Tabel 2.11
Lokasi Genangan dan Perkiraan Luas Genangan Kabupaten Lima Puluh Kota
Secara keseluruhan kabupaten Lima Puluh Kota belum memiliki design dan
konstruksi jaringan yang diperkeras serta pada umumnya jaringan drainase
bersifat sederhana dan konvensional. Untuk Daerah permukiman jaringan
drainase terdiri dari galian tanpa pengerasan disisi kanan kirinya yang
fungsinya masih tergabung antara lain untuk :
Gambar 2.13.
Diagram Kepemilikan SPAL Rumah Tangga
Sumber : Studi EHRA tahun 2016
D. Listrik
Tabel 2.12
Daya Terpasang, Produksi dan Distribusi Listrik PT. PLN (Persero)
Pada Cabang/Rayon PLN di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Tabel 2.13
Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN Menurut Katagori Pelanggan
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
E. Telepon
Tabel 2.14
Jumlah Pelanggan Telepon dan Internet Menurut STO
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Wilayah Jumlah
Pelanggan
Situjuh 1.234
Piladang/Batu Hampar 1.594
Koto Baru Simalanggan 330
Tanjung Pati 322
Luhak 667
Jumlah 4.147
Sumber : PT. PLN Rayon Lima Puluh Kota dan Payakumbuh
F. Jalan
Panjang jalan nasional yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2017
tercatat sepanjang 80,90 km, panjang jalan provinsi tercatat sepanjang
124,55 km, sementara panjang jalan kabupaten tercatat sepanjang 1.101,02
km.
Tabel 2.15
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Status Kewenangan
di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Tabel 2.16
Panjang Jalan Menurut Kondisi Permukaan dan Status Pemerintahan
Yang Berwenang (km)
di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
G. Objek Wisata
1) Lembah
Harau
Lembah
Harau
merupakan
sebuah
ngarai dekat
Kota
Payakumbuh
di
Kabupaten
Lima Puluh
Kota, Suasana Lembah Harau di sore hari
Provinsi
Sumatra
Barat.
Tempat ini di apit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian mencapai
150 meter berupa batu pasir yang terjal berwarna-warni.
Pemandangan alam tebing nan cantik ini menjadi ikon wisata
Limapuluh Kota.
2) Kelok Sambilan
4) Aia Sonsang
Aia Sonsang atau air yang mengalir ke atas ini merupakan tempat
wisata alam yang unik di Lima Puluh Kota. Danau Aia Sonsang
merupakan sungai kecil yang airnya dibendung sehingga membentuk
sebuah danau yang airnya digunakan oleh masyarakat setempat
untuk mengaliri sawah warga setempat.
5) Lubuak Bulan
Wisata air terjun Lubuak Bulan ini terletak jauh di dalam hutan
Kabupaten Lima Puluh Kota. Yang unik dari wisata ini ialah air terjun
yang hilang ditelan bumi. Saat berwisata ke sini, kamu dilarang mandi,
cuma menikmati kecantikan alam.
H. Sarana Perekonomian
Di Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat 60 unit pasar yang terbagi menjadi
0 unit pasar Tipe A, 0 unit pasar Tipe B, dan 60 Unit tipe C.
Tabel 2.17
Jumlah Sarana Perdagangan (Pasar)
Di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Tipe Pasar
No. Kecamatan Jumlah
Tipe A Tipe B Tipe C
Total
1. Payakumbuh - - 2 2
2. Akabiluru - - 6 6
3. Luak - - 2 2
4. Lareh Sago Halaban - - 3 3
5. Situjuah Limo - - 6 6
6. Harau
Nagari - - 3 3
7. Guguak - - 4 4
8. Mungka - - 5 5
9. Suliki - - 3 3
10 . Bukik Barisan - - 5 5
11 . Gunuang Omeh - - 4 4
12 . Kapur IX - - 12 12
13 . Pangkalan Koto - - 5 5
Baru Jumlah - - 60 60
Sumber : Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2019.
Jumlah Taman Kanak-kanak pada tahun 2017 sebanyak 231 unit, jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebanyak
16 unit TK. Banyaknya Sekolah Dasar pada tahun 2017 tercatat
sebanyak 367 sekolah.
Tabel 2.18
Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Sarana Pendidikan
No Kecamatan
TK SD SLTP SMU SMK MI MTs SLB
1 Payakumbuh 18 29 5 1 1 1 3 1
2 Akabiluru 19 26 3 1 - 1 2 1
3 Luak 18 22 4 - 2 - -
Lareh Sago
4 14 34 5 1 - 1 2 1
Halaban
5 Situjuah Limo 27 23 2 1 - 1 2 1
6 Nagari
Harau 8 40 6 2 - 3 6 1
7 Guguak 28 40 5 1 2 3 5 1
8 Mungka 12 20 3 1 - 1
9 Suliki 12 21 2 1 1 1 1
10 Bukik Barisan 23 31 3 2 - 3 1
Gunuang
11 15 21 2 1 - - 1
Omeh
12 Kapur IX 22 31 6 2 - 1
13 Pangkalan 15 29 5 2 1 - 2
koto Baru
Jumlah 231 367 51 16 7 10 28 9
Sumber : Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2019.
§ Sarana Kesehatan
Tabel 2.19
Jumlah fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahu 2018
Sarana Kesehatan
No Kecamatan Toko
RSU Puskesmas Pustu Polindes Posyandu
Obat
1 Payakumbuh - 1 5 16 25 2
2 Akabiluru - 2 9 6 38 2
3 Luak - 2 5 11 37 1
4 Lareh Sago - 1 8 13 57 -
5 Halaban
Situjuah - 1 8 11 30 3
Limo Nagari
6 Harau - 2 9 18 59 2
7 Guguak - 2 11 8 56 2
8 Mungka - 1 8 5 33 1
9 Suliki 1 1 5 10 37 2
10 Bukik - 3 3 16 47 -
Barisan
Gunuang
11 - 1 4 7 26 -
Omeh
12 Kapur IX - 2 7 18 36 1
13 Pangkalan - 3 6 14 42 2
koto Baru
Jumlah 1 22 88 153 523 18
Sumber : Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2019.
J. Sarana Peribadatan
Jumlah sarana peribadatan agama Islam sebanyak 1.332 Sarana yang terdiri
dari mesjid 416 unit, dan Mushola 916 unit. Fasilitas sarana peribadatan
agama Islam yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota, untuk
mushola/langgar dan mesjid setiap unitnya melayani sebagian besar
penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota. Bila dibandingkan dengan standar
kebutuhan, maka keberadaan fasilitas peribadatan di Kabupaten Lima Puluh
Kota ini sudah sangat memadai. Untuk lebih jelasnya jumlah masjid, langgar
dan mushola di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.20
Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
K. Sarana Transportasi
Jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah, tanpa didukung
oleh kondisi jalan yang baik maka usaha-usaha perekonomian yang
dijalankan tidak akan mencapai hasil yang optimal. Secara umum jalan
dikelompokan menjadi 3, yaitu jalan nasional, jalan provinsi dan jalan
kabupaten. Panjang jalan nasional yang ada di Kabupaten Lima Puluh
Kota tahun 2017 tercatat sepanjang 80,90 Km, kemudian panjang jalan
provinsi tercatat sepanjang 124,55 Km, sementara panjang jalan kabupaten
tercatat sepanjang 1.101,02 Km. sebanyak 118.708 unit yang terdiri dari :
sedan dan sejenisnya (1.231 unit), jeep dan sejenisnya (917 unit), mini bus
(9.523 unit), micro bus (78 unit), bus (0 unit), pick up (6.633 unit), Light
Truck ( 1.635 unit), Truck (213 unit), dan sepeda motor (98.478 unit). Hal
ini menunjukkan terjadi kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2016
sebanyak 91.610 unit atau naik 29,56 persen. Kenaikan tertinggi terjadi
pada jenis sepeda motor dari 76.209 unit menjadi 98.478 unit atau terjadi
penambahan sebanyak 22.269 unit.
2.4.1. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2018 sebanyak
379.072 jiwa, dengan rincian 188.472 jiwa penduduk laki-laki dan 191.042 jiwa
penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,72 persen.
Kalau dilihat jumlah Nagari yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu
sebanyak 79 nagari, maka dengan jumlah penduduk sebesar 379.514 jiwa
tersebut, rata-rata jumlah penduduk per nagari adalah sebesar 4.804 jiwa.
Kecamatan yang paling tinggi rata-ratanya adalah Kecamatan Guguak dengan
jumlah 7.394 jiwa per nagari. Kepadatan penduduk Kabuaten Lima Puluh Kota
pada Tahun 2018 mencapai 113,14 jiwa per km2 dengan luas kabupaten sebesar
3.354,30 Km2.
Tabel 2.21
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2010-2018
Laju
No Kecamatan Jumlah Penduduk Pertumbuhan
2010 2015 2018 2010-2018
1 Payakumbuh 32.541 34.243 35.305 7,43
2 Akabiluru 25.474 26.809 27.495 7,04
3 Luak 25.604 26.941 27.692 7,19
Lareh Sago
4 35.052 36.889 37.973 7,31
Halaban
Laju
No Kecamatan Jumlah Penduduk Pertumbuhan
2010 2015 2018 2010-2018
Situjuah Limo
5 20.404 21.460 22.051 7,13
Nagari
6 Harau 47.195 49.664 51.232 7,48
7 Guguak 34.180 35.956 36.971 7,19
8 Mungka 25.215 26.523 27.304 7,28
9 Suliki 14.357 15.094 15.516 7,13
10 Bukik Barisan 21.885 23.038 23.594 6,97
11 Gunuang Omeh 12.553 13.204 13.554 7,07
12 Kapur IX 27.694 29.128 23.977 7,25
Pangkalan Koto
13 28.545 30.036 30.850 7,13
Baru
Jumlah 348.555 349.934 379.514 1,02
Sumber : Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2019, tabel 3.11, h ; 61, 65
Tabel 2.22
Jumlah kepadatan dan persebaran Penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2018
Tahun 2017 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) terlihat sebesar 13.772
milyar rupiah, sedangkan untuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2015 (ADHK)
terlihat sebesar 10.123 milyar rupiah. Nilai PDRB ADHB selalu menunjukan
kenaikan yang cukup besar, seiring dengan kenaikan harga-harga secara umum.
Kalau dilihat secara sektoral, sektor yang paling tinggi sumbangannya dalam hal
pembentukan PDRB sampai dengan tahun 2017 masih didominasi oleh sektor
pertanian, dimana tahun 2017 peranan sektor pertanian tercatat sebesar 35,65
persen dari total PDRB. Kemudian sektor yang paling kecil adalah sektor Listrik
dan Gas yang tercatat pada tahun 2017 sebesar 0,02 % atas dasar harga berlaku
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2016 tercatat
sebesar 5,32 %, kemudian tahun 2017 melambat menjadi 5,34 %.
PDRB perkapita Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2017 tercatat sebesar 31,38
juta rupiah. Angka ini melebih angka yang ada pada tahun 2016, yaitu sebesar
28,95 juta rupiah.
PDRB Lima Puluh Kota atas dasar harga berlaku pada tahun 2017 tercatat
sebesar 13.772.275,6 juta rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2017
sebesar 10.123.951,2 juta rupiah. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Untuk PDRB atas dasar harga berlaku mengalami
kenaikan sebesar 8,64 %, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mengalami
kenaikan sebesar 5,34 %. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan ini lebih
dikenal dengan istilah pertumbuhan ekonomi.
Tabel 2.23
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lima Puluh kota Atas Harga Berlaku Tahun
2013 – 2017
Fungsi dan peran perencanaan tata ruang kota pada dasarnya adalah :
Tabel 2.24
Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Lima puluh Kota
Nama Pusat
No. Hierarki Peran dan Fungsi Keterangan
Kegiatan/ Pelayanan
1) Pusat pemerintahan
2) Perkantoran
3) Perdagangan
4) Jasa perkotaan dan pusat
pengembangan
pendidikan. Ibu Kota
1. Sarilamak PKL 5) pengembangan Kabupaten
Agroindustri.
6) Pengembangan kegiatan
agrowisata
7) Peningkatan Kawasan
permukiman.
1) Pusat pemerintahan
Kecamatan
Ibukota
2) Sarana Perkantoran
2. Suliki PKLp Kecamatan
3) Pasar Kecamatan
Suliki
4) Rumah Sakit
5) Terminal
1) Pendorong kawasan
perdagangan
2) Pemasaran komoditi- Ibukota
Kecamatan
3. Pangkalan PPK komoditi produksi
Kabupaten Lima Puluh Pangkalan
Kota Koto Baru
3) Potensi karet dan gambir
Nama Pusat
No. Hierarki Peran dan Fungsi Keterangan
Kegiatan/ Pelayanan
1) Pengembangan sektor
peternakan dan
perikanan
2) Sentra pengembangan
sektor perikanan Ibukota
4. Pakan Sabtu PPK 3) Kawasan Minapolitan Kecamatan
4) Prioritas pengembangan Luak
peternakan sapi
5) Pengembangan sektor
lainnya
3) Pengembangan sektor
pertanian dan peternakan
4) Sentra pertanian lahan
basah
5) Pengembangan industri
kecil
6) Pengembangan sektor
lainnya
Nama Pusat
No. Hierarki Peran dan Fungsi Keterangan
Kegiatan/ Pelayanan
1) Pusat Pengembangan
Kawasan untuk melayani
Kecamatan Kapur IX
2) Sentra sektor perkebunan Ibukota
7. Muaro Paiti PPK gambir Kecamatan
3) Sentra pengembangan Kapur IX
sektor lainnya
1) Pusat Pengembangan
Kawasan untuk melayani
Kecamatan Lareh Sago Ibukota
Halaban Kecamatan
8. Pekan Rabaa PPK
2) Wilayah pengembangan Lareh Sago
peternakan sapi dan Halahan
pertanian lahan basah
1) Pusat Pengembangan
Kawasan untuk melayani Ibukota
Kecamatan Situjuah Limo Kecamatan
9. Banda Dalam PPK
Nagari Situjuah
2) Pengembangan kawasan Limo Nagari
holtikultura
1) Pusat pelayanan kawasan
untuk melayani
Ibukota
Kecamatan Bukik Barisan
Kecamatan
10. Nagari Maek PPK 2) Pengembangan sektor Bukik
pertanian Barisan
Nama Pusat
No. Hierarki Peran dan Fungsi Keterangan
Kegiatan/ Pelayanan
1) Pusat pelayanan
lingkungan untuk Berada di
14 Sialang PPL Kecamatan
melayani lingkungan
Kapur IX
sendiri
1) Pusat pelayanan Berada di
15 Piladang PPL lingkungan untuk Kecamatan
melayani lingkungan Akabiluru
sendiri
1) Pusat pelayanan
Berada di
lingkungan untuk Kecamatan
16 Halaban PPL melayani lingkungan Lareh Sago
sendiri Halaban
2) Potensi perkebunan teh
Nama Pusat
No. Hierarki Peran dan Fungsi Keterangan
Kegiatan/ Pelayanan
1) Pusat pelayanan
lingkungan untuk Berada di
19 Kubang PPL melayani lingkungan Kecamatan
Guguak
sendiri
1) Pusat pelayanan
lingkungan untuk Berada di
20 Limbanang PPL melayani lingkungan Kecamatan
Suliki
sendiri
1) Pusat pelayanan
lingkungan untuk Berada di
21 Taram PPL melayani lingkungan Kecamatan
sendiri Harau
1) Pusat pelayanan
Berada di
lingkungan untuk
Kecamatan
22 Guntuang PPL melayani lingkungan Bukik
sendiri Barisan
1) Pusat pelayanan
lingkungan untuk Berada di
23 Mungka Tangah PPL melayani lingkungan Kecamatan
sendiri Mungka
Gambar 2.14.
Peta wilayah pembangunan Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun anggaran 2017 Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota merancang
anggaran pendapatan dan belanja daerah yang dituangkan dalam APBD
Kabupaten Lima Puluh Kota. Anggaran Pendapatan Daerah 2017 sebesar 1.288,87
milyar rupiah dengan realisasi pada tahun anggaran tersebut sebesar 98,99
persen atau sebesar 1.275,86 milyar rupiah, dengan realisasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebesar 119,77 milyar rupiah.
Tabel 2.25
Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2018
Kemudian untuk Belanja Daerah dengan tahun yang sama ,terealisasi sebesar
1.110,64 milyar rupiah atau sebesar 82,61 persen dari Anggaran sebesar 1.344,50
milyar. Belanja Daerah dikelompokkan menjadi 4 kategori yakni Belanja
Operasional dengan realisasi sebesar Rp. 873,42 milyar dan Belanja Modal Rp.
233,12 milyar, Belanja Tak Diduga Rp. 2,18 Milyar dan Transfer bagi hasil ke desa
Rp. 1,92 Milyar. Untuk Belanja Operasional, pos yang paling tinggi nilai
pengeluarannya adalah Belanja Pegawai sebesar 582,21 milyar rupiah, kemudian
pos Belanja barang sebesar 245,5 milyar.
Tabel 2.26
Rekapitulasi Realisasi Belanja Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2018
Jumlah Dana Alokasi Umum Nagari (DAUN) tahun anggaran 2017 tercatat
sebesar 60,83 milyar rupiah. DAUN tersebar untuk 13 kecamatan dengan jumlah
yang bervariasi, tergantung banyaknya nagari dan indikator-indikator lain dalam
hal penentuan jumlah DAUN tersebut. Kecamatan yang paling besar dananya
adalah Kecamatan Harau, yaitu sebesar 7,91 Milyar Rupiah, kemudian yang paling
kecil adalah Kecamatan Gunuang Omeh sebesar 2,43 milyar Rupiah.
Tabel 2.27
Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2018
Anggaran
No. URAIAN Realisasi (Rupiah) (%)
(Rupiah)
PENERIMAAN
I. 57.899.350.008,50 57.899.350.008,50 98,31
PEMBIAYAAN
Sisa lebih Perhitungan
1. 57.899.350.008,50 57.899.350.008,50 100
Anggaran Daerah
Penerimaan
2. 998.000.000,00 -- --
PiutangDaerah
PENGELUARAN
II. 3.000.000.000,00 3.000.000.000,00 100
PEMBIAYAAN
1. Pembayaran Pokok -- -- --
Hutang
Penyertaan Modal
2. 3.000.000.000,00 3.000.000.000,00 100
Pemerintah daerah
Jumlah 55.897.350.008,50 54.899.350.008,50 98,21
Sumber : Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2019.
Dalam Penyusunan RISPAM Kabupaten Lima Puluh Kota , secara umum digunakan suatu
pendekatan/metodologi untuk mengakomodasi maksud, tujuan dan sasaran pokok
pekerjaan. Semua aspek yang merupakan parameter dan elemen perencanaan dapat
dicakup dan dikaji, sehingga menghasilkan suatu Rencana Induk yang cukup lengkap
sebagai acuan pelaksanaan selanjutnya.
Pada dasarnya terdapat beberapa metodologi dan pendekatan teknis dalam suatu
pelaksanaan kegiatan, termasuk dalam kegiatan ini. Tujuan dari penggunaan metodologi
dan pendekatan teknis ini adalah sebagai alat untuk mengukur dan menyelesaikan
permasalahan yang ada di wilayah perencanaan, sehingga akan didapat keluarannya
sebagai acuan bagi arahan rencana. Metode dan pendekatan teknis dalam Kegiatan ini
adalah sebagai berikut.
Untuk mencapai maksud, tujuan dan sasaran yang diharapkan dalam Penyusunan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Lima Puluh
Kota, maka terlebih dahulu dilakukan pendekatan perencanaan yang menjadi dasar
dalam pengembangan RI SPAM tersebut. Pada pekerjaan ini, pendekatan
perencanaan yang digunakan adalah Pendekatan Perencanaan Terpilah
Berdasarkan Pertimbangan Menyeluruh (mix scanning) dan Pendekatan
Perencanaan Partisipatif. Pendekatan perencanaan terpilah berdasarkan
pertimbangan menyeluruh digunakan dalam merencanakan sistem penyediaan air
minum secara teknis dan kelembagaan dimana masukan (input) bukan hanya hal-
hal yang menyangkut air minum saja tetapi juga hal yang menyangkut
pengembangan suatu wilayah baik secara fisik maupun secara sosial
kemasyarakatan.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Pendekatan lain yang digunakan adalah pendekatan partisipatif. Pada kajian ini
masyarakat dilibatkan dalam penentuan sistem air minum yang akan digunakan.
Keterlibatan ini diperoleh melalui diadakannya suatu survei kebutuhan nyata
yang bukan hanya bermaksud untuk mengetahui seberapa banyak air yang
diperlukan, tetapi juga sistem yang diinginkan sehingga masyarakat akan lebih
mengetahui konsekuensi dari setiap sistem tersebut.
Alternatif
Gambar 3.1
Tahapan Pengembangan SPAM
Gambar 3.2
Metodologi Pekerjaan Pendahuluan
Tingkat Pelayanan
Pelayanan air bersih pada umumnya dilayani melalui dua cara yaitu sambungan
langsung (sambungan rumah/SR) dan hidran umum (HU), dengan proporsi
pelayanan 70 : 30, 80 : 20 atau 90 : 10, tergantung kondisi daerah yang
bersangkutan.
Kehilangan Air
Kualitas air minum yang dihasilkan dari SPAM diharapkan memenuhi standar air
minum yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Standar Kualitas Air Minum Menurut Permenkes No. 492/Men-Kes/IV/2010
Kadar Maksimum
No Uraian Satuan Keterangan
Air Minum Air Bersih
FISIKA :
1 Bau - Netral Netral
2 TDS mg/L 1000 1500
3 Kekeruhan Skala NTU 5 25
- Tidak Tidak
4 Rasa
Berasa Berasa
5 Suhu °C Netral Netral
6 Daya Hantar Listrik mmc/S - -
Skala Pt-
7 Warna
Co 15 50
KIMIA ANORGANIK :
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,001 0,001
2 Alumunium (Al) mg/L 0,2 -
3 Arsen (As) mg/L 0,05 1,0
4 Amonium (NH3) mg/L 1.5 -
5 Barium (Ba) mg/L 1,0 -
6 Besi (Fe) mg/L 0,3 1,0
7 Fluorida (F) mg/L 1,5 1,5
8 Cadmium (Cd) mg/L 0,005 0,005
Kadar Maksimum
No Uraian Satuan Keterangan
Air Minum Air Bersih
9 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 500
10 Klorida (Cl) mg/L 250 600
11 Kromium (Cr) mg/L 0,05 0,05
12 Kalsium (Ca) mg/L 200 200
13 Magnesium (Mg) mg/L 50 50
14 Mangan (Mn) mg/L 10 10
15 Natrium (Na) mg/L 0,1 0,1
16 Nitrat (NO3) mg/L 200 -
17 Nitrit (NO3) mg/L 10 10
18 Perak (Ag) mg/L 0,05 -
19 pH - 6,5 - 9,0 6,5 - 9,0 Maks dan Min
20 Selenium (Se) mg/L 0.01 0.01
21 Seng (Zn) mg/L 5 15
22 Sianida (Cn) mg/L 0,1 0,1
23 Sulfat (SO4) mg/L 400 400
24 Sulfida (H2S) mg/L 0,05 -
25 Tembaga (Cu) mg/L 1,0 -
26 Timbal (Pb) mg/L 0,05 0,05
27 Total Kromium mg/L - -
ORGANIK :
1 Aldrin dan Dealdrin mg/L 0,0007 0,0007
2 Benzene mg/L 0,01 0,01
3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001 0,00001
4 Chlordane (total isomer) mg/L 0,0003 0,0003
5 Chloroform mg/L 0,03 0,03
6 1,4-Dichloroethane mg/L 0,1 0,1
7 DDT mg/L 0,03 0,03
8 Detergen mg/L 0,05 0,5
9 1,2-Dichloroethane mg/L 0,01 0,01
10 1,1-Dichloroethane mg/L 0,0003 0,0003
11 Heptachlor dan Heptachlor mg/L 0,003 0,003
epoxide
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001 0,00001
13 Gamma-HCl (Lindane) mg/L 0,004 0,004
14 Methaxychlor mg/L 0,03 0,10
15 Pentachlorophenol mg/L 0,01 0,01
16 Pestisida Total mg/L 0,10 0,30
17 2,4,6-Trichlorophenol mg/L 0,01 0,01
18 Zat organik (KMnO4) mg/L 10 10
MIKROBIOLOGIK
Bukan Air Perpipaan
1 Coliform Tinja 100/L 0 30*
(*)
Kadar Maksimum
No Uraian Satuan Keterangan
Air Minum Air Bersih
2 Total Coliform 100/L 0 10** Air Perpipaan (**)
RADIOAKTIVITAS
1 Aktivitas Alpha Bq/L 0,1 0,1
2 Aktivitas Beta Bq/L 1,0 1,0
Sumber : Permenkes No. 492/Men-Kes/Per/IV/2010
Keterangan
mg = miligram, mL = mililiter, L = liter, Bq = Bequerel, NTU = Nephelometric Turbidity
Unit
TCU = True Coulor Unit, Logam berat merupakan logam terlarut
Tabel 3.2
Kriteria Perencanaan Sistem Air Minum
§ Air Permukaan
Air permukaan akan mudah tercemar, terutama air sungai tercemar oleh
lumpur, karena itu air jenis ini harus diolah sebelum dipergunakan.
Air ini biasanya mengandung zat organik dan an-organik, gas dan mikro
organisme.
1) Air Sungai
Air dari sungai umumnya tersedia sepanjang tahun dan dapat disimpan
pada saat banjir, jika dimusim kemarau sungai tersebut mengalami
kekeringan. Umumnya air sungai yang tercemar harus diolah terlebih
dahulu.
Air Danau dan Embung Pengkajian lokasi danau, kualitas air danau, dan
kemungkinan peletakan intake dan instalasi
Pemilihan sumber air ditentukan atas dasar kecukupan, keandalan dan kualitas. Jika
memungkinkan, sumber air baku dengan kualitas terbaik yang tersedia harus
dipilih agar dapat memberikan air ke penduduk dengan kapasitas yang mencukupi
dan berkesinambungan sepanjang tahun. Pemilihan sumber air dilakukan setelah
mempelajari dengan seksama dan didasarkan pada perlindungan terhadap sumber
tersebut, yang merupakan hal penting untuk mencegah penyebaran penyakit
menular melalui air.
The American Sociaty of Civil Engineer (ASCE, 1969) menggolongkan sumber air
berdasarkan kualitas air seperti diunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kualitas Dari Sumber Air
Baik
No Uraian Satuan Baik Jelek Ditolak
Sekali
BOD Rata-rata (5 0.75 -
1 Mg/l 1.5 - 2.5 2.5 - 4 74
hari) 1.5
MPN
100 - 5000 – >
2 Coliform rata-rata per 100 50 - 100
5.000 20.000 20.000
ml
Bab-3 Pendekatan, Metodologi dan Rencana Kerja
Halaman 3-10
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Baik
No Uraian Satuan Baik Jelek Ditolak
Sekali
3 PH - 6 - 8.5 5-6 3.8 - 5 < 3.8
4 Chlorida Mg/l < 50 50 - 250 250 – 600 > 600
5 Chlorida Mg/l < 1.5 1.5 - 3 >3 -
Sumber : Lampiran PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Sumber air yang ditetapkan adalah sumber yang dapat memenuhi kebutuhan
air minum dengan sistem pengolahan lengkap dipergunakan untuk perkotaan
sampai Tahun 2037, dimana sumber-sumber air tersebut dievaluasi menurut
kemudahan pencapaian, pemanfaatan dan keandalan seperti ditunjukkan
pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
Karakteristik Umum Jenis Sumber Daya Air
1. Kemudahan pencapaian :
· Penyebaran geografis Rendah Tinggi Rendah
Sedang-
Tinggi
· Persaingan permakaian Beragam tinggi
(irigasi)
(irigasi)
2. Pemanfaatan :
Sangat
· Sistem gravitasi Ya Tidak
jarang
· Sistem pompa Jarang Ya Ya
· Pengolahan lengkap Tidak Tidak Ya
· Pengolahan terbatas Ya Ya Tidak
Tinggi Relatif Sedang-
· Biaya Investasi
(transport) rendah tinggi
· Biaya Operasional Rendah Sedang Tinggi
Relatif
· Biaya pembebasan tanah Rendah Rendah
Tinggi
3. Keandalan :
· Pengisian kembali Tinggi Sedang Tinggi
· Debit aman Tinggi Rendah Tinggi
1) Analisa hasil guna dari pemakaian air saat ini. Dengan sedikit peningkatan
efisiensi atau perubahan kalender panen dapat menghasilkan kelebihan
air yang cukup untuk penyediaan air bersih.
Tabel 3.5
Standar Kualitas Air Baku Golongan A Untuk Air Minum
KADAR MAKSIMUM
N
URAIAN SATUAN Yang Yang KET
o
Dianjurkan Diperbolehkan
A. FISIKA
1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau
2 TDS mg/L 500 1500
3 Kekeruhan Skala 5 25
NTU
Bab-3 Pendekatan, Metodologi dan Rencana Kerja
Halaman 3-12
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
KADAR MAKSIMUM
N
URAIAN SATUAN Yang Yang KET
o
Dianjurkan Diperbolehkan
4 Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa
5 Suhu °C Normal Normal
6 Daya Hantar Listrik mmc/S - -
7 Warna Skala Pt- 5 50
Co
B. KIMIA
ANORGANIK
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 0,001
2 Arsen (As) mg/L nihil 0,05
3 Amonium (NH3) mg/L nihil nihil
4 Barium (Ba) mg/L nihil nihil
5 Besi (Fe) mg/L 0,1 1,0
6 Fluorida (F) mg/L - 1,5
7 Cadmium (Cd) mg/L nihil 0,01
8 Klorida (Cl) mg/L 200 600
9 Kromium (Cr) mg/L nihil 0,05
10 Kalsium (Ca) mg/L 75 200
11 Magnesium (Mg) mg/L 30 150
12 Mangan (Mn) mg/L 0,05 0,5
13 Nitrat (NO3) mg/L 5 10
14 Nitrit (NO3) mg/L nihil nihil
15 pH - 6,5 - 8,5 6,5 - 8,5
16 Selenium (Se) mg/L nihil 0.01
17 Seng (Zn) mg/L 1 15
18 Sianida (Cn) mg/L nihil 0,05
19 Sulfat (SO4) mg/L 200 400
20 Sulfida (H2S) mg/L nihil nihil
21 Tembaga (Cu) mg/L nihil 1
22 Timbal (Pb) mg/L 0,05 1
23 Total Kromium mg/L nihil 0,05
C.MIKROBIOLOGI
K
1 Coliform Tinja 100/L nihil nihil
2 Total Coliform 100/L nihil nihil
D.RADIOAKTIVITA
S
1 Aktivitas Alpha Bq/L - -
2 Aktivitas Beta Bq/L - 100
Sumber: Kep.02/MENKLH/I/1998 , Permenkes 492 Tahun 2010
Tabel 3.6
Pemilihan Sumber dan Persaingan Pemakaian
Gambar 3.3
Metodologi Pelaksanaan Survei dan Analisis
Dalam studi ini akan ditinjau kembali peraturan dan perundang-undangan yang
ada di bidang administrasi dan prosedur operasional yang ada, dimana bila
diperlukan akan diusulkan prosedur-prosedur baru. Studi institusional ini akan
menentukan struktur organisasi beserta personelnya. Pengaturan personel ini
dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dimana jumlah dan
kedudukan personel yang diperlukan bergantung kepada kapasitas sistem yang
direncanakan dan keahlian personel.
Dalam aspek ini juga akan ditentukan tugas dan tanggung jawab dari personel-
personel sesuai dengan jabatannya, serta tentang kemungkinan-kemungkinan
pengembangan karier/keahliannya.
Dari pengembangan alternatif sistem terpilih melalui analisis teknis dan non teknis,
pemilihan alternatif adalah sistem terbaik. Penyusunan Rencana Induk akan
dilakukan lengkap, baik komponen-komponen teknis maupun non-teknis.
Penyusunan Rencana Induk ini akan disusun melalui mekanisme pentahapan.
Sedangkan untuk revisi/penyesuaian rancangan rencana induk dilakukan melalui
pentahapan awal yaitu penentuan kriteria desain yang apabila dilakukan
revisi/penyesuaian dikarenakan kondisi yang berkembang.
Setelah alternatif terbaik ditentukan melalui pembahasan dan diskusi dengan pihak
pemberi tugas dan instansi terkait lainnya yang berkompeten, maka dapat
disimpulkan:
1. Identifikasi Program
1. Keterbatasan dana,
2. Kemampuan daerah untuk melaksanakan pekerjaan, dan
3. Karakteristik program itu sendiri yang bersifat sekuensial,
Artinya suatu program biasanya harus didahului dan diikuti program lainnya.
Karena itu, program-program yang telah ditemukenali diurut berdasarkan
peranannya yang berhubungan dengan tujuan pembangunan tetapi tetap
memperhatikan prasyarat sekuensial tadi.
Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk maksud tersebut adalah
Goals Achievement Matric (GAM) yang merupakan bentuk lanjut dari
metoda-metoda pembobotan klasik. Metoda ini mampu merangkum
sejumlah tujuan yang terkadang tidak sejalan. Langkah-langkah metoda ini
adalah :
Dalam perumusan program dan strategi, tidak terlepas dari visi dan misi
Kabupaten Lima Puluh Kota. Perumusan program dan strategi RISPAM
Kabupaten Lima Puluh Kota (Tahun 2019–2039), direncanakan dapat
melayani pemenuhan kebutuhan air bagi penduduk di seluruh wilayah
pelayanan.
Gambar 3.4
Metodologi Pelaksanaan Tahap Akhir
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perkiraan
penduduk di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yang termasuk dalam wilayah
perencanaan. Pada pekerjaan ini, proyeksi jumlah penduduk didasarkan pada rate
pertumbuhan alamiah (perkembangan jumlah penduduk tahun sebelumnya),
sehingga kecenderungan angka pertambahan penduduk dapat diketahui.
Y=a+b.x
dimana:
Untuk mencari nilai korelasi (r) dan Standar Deviasi (SD) menggunakan rumus
sebagai berikut:
1 2
a( å Yi ) +b( å X iYi ) - n ( å Yi )
2
r -=
2
( å Yi2 ) - 1 ( å Yi )
n
æå
ç
( Yi - Yn )2 ö÷
SD =
ç n-2 ÷
è ø
Dimana:
Yi = jumlah penduduk.
Yn = jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun data.
n = jumlah data.
2. Regresi Logaritma.
Y = a + b In x
a = 1 ( å Yi - b å In X i)
n
( å Yi In Xi ) - -1 (å
n In Xi
)( å Yi)
b=
( å In Xi 2 ) - -1 (å In Xi )
2
n
Dimana:
Untuk mencari nilai korelasi (r) dan Standar Deviasi (SD) menggunakan rumus
sebagai berikut:
1 2
a( å Yi ) +b( å Yi In Xi ) - n ( åYi )
2
r -=
2
( å Yi 2) - 1 ( å Yi )
n
æå
ç
( Yi - Yn )2 ö÷
SD =
ç n-2 ÷
è ø
Dimana:
Yi = jumlah penduduk.
Yn = jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun data.
n = jumlah data.
3. Regresi Powel.
Y=a+xb
In a = -1 ( åIn Yi - b å In X i )
n
Dimana:
Untuk mencari nilai korelasi (r) dan Standar Deviasi (SD) menggunakan rumus
sebagai berikut:
In a( å In Yi ) + b ( å In Yi . In X i ) - -1 ( å In Yi )
2
2 n
r =
( å In Yi ) - -1 ( å In Yi )
2 2
n
æå
ç
( Yi - Yn )2 ö÷
SD =
ç n-2 ÷
è ø
Dimana:
Yi = jumlah penduduk.
Yn = jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun data.
n = jumlah data.
4. Aritmatika (Exponensial).
Dimana:
Pn = Jumlah populasi pada n tahun mendatang.
Pi = Jumlah populasi pada n tahun akhir data.
Pe = Jumlah populasi pada n tahun awal data.
Tn = Waktu perkiraan jumlah populasi yang diinginkan.
Te = Waktu pencatatan jumlah populasi pertama kali.
Ti = Waktu pencatatan tahun terakhir data.
Untuk mencari nilai korelasi (r) dan Standar Deviasi (SD) menggunakan rumus
sebagai berikut:
n.(SXi.Yi ) - (SYi )(SXi )
r=
[n.(SXi ) - (SXi) .(n(SYi ) - (SYi ) )]
2 2 2 2
æå
ç
( Yi - Yn )2 ö÷
SD =
ç n-2 ÷
è ø
Dimana:
Yi = jumlah penduduk.
Yn = jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun data.
n = jumlah data.
Pn = Po . (1 + r)n
1/t
r= (-PP ) - 1
o
t
Dimana:
Untuk mencari nilai korelasi (r) dan Standar Deviasi (SD) menggunakan rumus
sebagai berikut:
n.(SXi.LnYi) - (SLnYi)(SXi )
r=
[n.(SXi ) - (SXi) .(n(SLnYi ) - (SLnYi) )]
2 2 2 2
æå
ç
( Yi - Yn )2 ö÷
SD =
ç n-2 ÷
è ø
Dimana:
Yi = jumlah penduduk.
Yn = jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun data.
n = jumlah data.
Dalam menentukan pemilihan model proyeksi dapat dilihat dari aspek perhitungan
matematis dan statistik.
1. Segi Matematis
Tanda ( + ) dan ( - ) pada koefisien korelasi memliki arti yang khas. Bila positif,
maka korelasi antara variabel bersifat searah. Kenaikan atau penurunan nilai y
terjadi bersamaan dengan kenaikan atau penurunan nilai x. Bila ( r ) negatif
maka korelasi antara variabel bersifat berlawanan, kenaikan nilai x terjadi
bersamaan dengan penurunan nilai y dan sebaliknya.
2. Segi Statistik
Dari hasil perhitungan nilai korelasi dan standar deviasi tersebut, kita
bandingkan metoda mana yang terpilih sesuai dengan kriteria yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya sesuatu proyek
telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks-indeks tersebut adalah
Investment Criteria.
Setiap indeks tersebut, menggunakan Present Value yang telah di Discount dari
pada arus-arus benefit dan biaya selama umur sesuatu proyek.
Berikut ini investment criteria yang digunakan sebagai indicator kelayakan proyek
yang ditinjau:
Salah satu criteria tadi dipakai untuk menentukan diterima tidaknya suatu usul
proyek sekaligus dapat dijadikan pijakan pengamatan terhadap sensitivitas proyek
(sensivity project) yang dianalisa.
Total investasi mencakup biaya start up dan working capital (modal kerja).
Dalam dunia usaha, bagan break-even merupakan alat yang amat penting
untuk menyatakan hubungan antara biaya, besarnya hasil dan rugi-laba. Jika
dalam grafik, kita gambarkan garis penjualan dan garis biaya total yang
merupakan jumlah dari biaya tetap dan variabel, maka titik perpotongan
antara garis penjualan dan garis biaya total tersebut dinamakan titik break-
even.
1) Membuat rencana.
2) Menilai meningkatnya kapasitas penjualan.
3) Pengendalian biaya.
4) Menguji langkah-langkah yang telah diusulkan atau keputusan-
keputusan yang bersifat alternatif tentang masalah-masalah yang
menyangkut menajemen.
Dalam banyak situasi yang dijumpai dalam analisis ekonomi teknik, biaya
dalam sebuah alternatif merupakan suatu fungsi dari suatu variabel tunggal.
Apabila dua atau lebih alternatif merupakan fungsi dari variabel yang sama,
maka bisa dikendaki untuk menemukan nilai dari variabel yang akan
menghasilkan biaya yang sama untuk alternatif-alternatif yang
dipertimbangkan. Nilai dari sebuah variabel yang demikian dikenal juga
sebagai titik break-even (break-even point).
Sensivity Test
Agar keandalan berlangsungnya suatu proyek berjalan dengan baik maka uji
sensivitas (ST = sensivity test) perlu ditampilkan dengan melihat pengaruh
aspek Cost (Operation & Maintenance).
Gambar 3.5
Metodologi Pelaksanaan Penyusunan RISPAM
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Hasil kerja dalam Penyusunan Rencana Induk SPAM (RISPAM) Kabupaten Lima
Puluh Kota, adalah laporan akhir dengan outline laporan digambarkan seperti
dibawah ini.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
1.3 Sasaran
1.4 Lingkup Kegiatan
1.5 Keluaran
1.6 Sistem Penulisan Laporan
Tahap awal dalam pekerjaan ini adalah persiapan. Kegiatan persiapan ini terbagi
menjadi beberapa tahapan kegiatan, diantaranya (Gambar 3.6);
Gambar 3.6
Rencana Kerja Tahap Inisiasi dan Eksplorasi (pendahuluan)
Secara pengelompokan, materi data dalam pekerjaan ini dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok besar yaitu data yang berkaitan dengan wilayah Kabupaten Lima Puluh
Kota. secara umum dan data yang berkaitan langsung dengan aspek-aspek yang
berkaitan dengan sistem penyediaan air minum di wilayah tersebut.
Teknik pengumpulan data dalam pekerjaan ini menggunakan teknik survei, baik
survei sekunder maupun survei primer.
a) Survei Sekunder
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam bentuk buku laporan dan statistik. Di samping
pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan pula wawancara atau diskusi
dengan pihak instansi mengenai permasalahan-permasalahan di tiap
bidang/aspek yang menjadi kewenangannya serta menyerap informasi
mengenai kebijakan-kebijakan dan program yang sedang dan akan dilakukan.
Studi pustaka digunakan untuk mengetahui data dan teori yang berhubungan
dengan materi pekerjaan. Studi pustaka diperoleh dari telaahan studi
terdahulu yang telah dilakukan dengan maksud untuk memperoleh wawasan
mengenai aspek-aspek yang berhubungan dengan materi pekerjaan.
Survei instansional bertujuan untuk memperoleh data-data yang berkaitan
dengan langsung dengan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota
b) Survei Primer
Tahap ini akan terdiri dari 2 (dua) rangkaian kegiatan yaitu : (1) tabulasi dan
kompilasi data serta (2) analisis dan intepretasi (Gambar 3.7)
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan
pengumpulan data kemudian di kompilasi, dengan cara mentabulasi data-
data tersebut dengan menggunakan cara komputerisasi.
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah
diperoleh sehingga mudah untuk dianalisis.
Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:
Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah
membuat uraian deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang
sistematis per aspek kajian. Termasuk dalam laporan tersebut adalah uraian
kebijaksanaan dan program setiap aspek.
Ada beberapa hal utama yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu:
Gambar 3.7
Rencana Kerja Tahap Survei, Kompilasi dan Analisis
Bab-3 Pendekatan, Metodologi dan Rencana Kerja
Halaman 3-41
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019
Setiap alternatif sistem yang dirumuskan pada tahap sebelumnya, dikaji dengan
seksama melalui pengkajian aspek teknis, ekonomis, dan lingkungannya.
Gambar 3.8
Rencana Kerja Tahap Penyusunan Rencana
Keterlibatan tenaga ahli yang dialokasikan berdasarkan pada jadwal kegiatan yang
telah ditentukan. Keterlibatan tenaga ahli ditunjukan dengan jumlah bobot
keterlibatan masing-masing tenaga ahli dalam satu jenis komponen kegiatan, dan
lama jumlah keterlibatan setiap personil untuk keseluruhan kegiatan mulai dari
awal hingga akhir pekerjaan (ditunjukkan dengan orang bulan/Man Month). Setiap
tenaga ahli ke dalam satu satuan waktu kegiatan di antara 90 (sembilan puluh) hari
waktu pelaksanaan pekerjaan, yang diturunkan berdasarkan jadwal kegiatan.
Tabel 3.7
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 3.8
Jadual Penugasan Tenaga Ahli
Dengan mengacu kepada maksud, tujuan dan sasaran dari pekerjaan yang akan
dilaksanakan, seyogyanya organisasi kerja antara instansi terkait sebagai pemilik
kegiatan, pemerintah daerah setempat sesuai dengan tingkatannya dan konsultan,
ditetapkan sedemikian rupa sehingga arus komunikasi atau jalur koordinasi
terselenggara dengan efektif dan efisien.
Untuk memudahkan dan memelihara efisiensi kerja, perlu disusun suatu organisasi
pelaksanaan dari pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) Kabupaten Lima Puluh Kota, agar dapat berjalan lancar sesuai
dengan maksud, tujuan dan sasaran serta jadwal yang telah ditetapkan. Pada
dasarnya dalam penyusunan organisasi pelaksanaan pekerjaan tersebut
menyangkut hubungan kerja antara pemberi tugas dan penerima/pelaksana
pekerjaan.
Gambar 3.9
Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan