BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR GAMBAR
Salah satu pemenuhan akan kesehatan adalah dengan rumah sakit, dimana
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna dengan fungsi sebagai penyelenggara pelayanan
pengobatan dan pemulihan kesehatan, pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, pelatihan sdm dalam rangka peningkatan kemampuan dan
pemberian pelayanan kesehatan dan lainnya sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Saat ini fasilitas rumah sakit sudah tersebar di seluruh kawasan Banyuwangi,
namun demikian dari sisi kualitas dan kuanlitasnya perlu adanya sebuah kajian
apakah kondisi dan mutu rumah sakit tersebut sesuai dengan standart yang
berlaku.
Tahap kesimpulan adalah tahap terakhir dalam Kajian Pendirian Rumah Sakit
di Kabupaten Banyuwangi , kegiatan yang dilakukan antara lain :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup yang
meliputi ruang lingkup wilayah studi, ruang lingkup materi, dan ruang lingkup
kegiatan, metoda pelaksanaan studi, dan sistematika pembahasan.
Bab ini berisi review RTRW Kab. Banyuwangi, Review RDTRK terkait, review
RPJMD Kab. Banyuwangi, review studi dan perencanaan serta kajian literature
terkait tentang rumah sakit.
Bab ini berupa deskripsi tentang wilayah studi yang berisi letak geografis,
administratif, dan kondisi fisik dasar, penggunaan lahan, kependudukan, social-
budaya, sarana-prasarana, perekonomian Kabupaten Banyuwangi dan
fasilitas kesehatan serta tenaga medis.
BAB 5 ANALISA
a. Keterpaduan;
c. Keberlanjutan;
e. Keterbukaan
i. Akuntabilitas.
buatan;
B. MISI
C. ISU STRATEGIS
Gambar 2.1
STRUKTUR RUANG KAWASAN PERDESAAN
Keterangan :
Adapun fungsi Pusat Wilayah Pengembangan dan Pusat Sub Satuan Wilayah
Pembangunan adalah :
C. HIRARKI KOTA
- Kawasan permukiman
- Kawasan pelabuhan
Rogojamp
i
KETERANGAN: Banyuwa
ngi
= Pusat Perkotaan
Kawasan Perikanan
2. Jalan Lingkar
3. Terminal
1. Zona fasilitas pelabuhan, yaitu zona yang merupakan areal tanah yang
dimanfaatkan untuk fasilitas dermaga, gudang, lapangan
penumpukan, kegiatan bongkar muat barang-barang umum, barang
curah dan peti kemas serta kegiatan terminal lainnya
2. Zona perkantoran dan pusat bisnis, adalah zona yang berkaitan dengan
kegiatan perkantoran dan pusat-pusat bisnis yang erat kaitannya
dengan pelayanan jasa ke pelabuhanan
4. Zona terminal peti kemas, yaitu zona yang disiapkan untuk kegiatan
pengembangan peti kemas
1) Periode I
Periode I berawal dari zaman dahulu dan berakhir sampai sekitar
tahun 1960, dimana rumah sakit bersifat murni untuk amal
(charity).Pada zaman ini rumah sakit bebas dari tuntutan hukum,
dapat dikatakan kebal hukum.Hal ini disebabkan, uang yang
diperoleh dari sumbangan-sumbangan tujuannya khusus untuk
2) Periode II
3) Periode III
Rumah sakit menurut Aditama (2000) dalam Shobirin (2003) setidaknya memiliki
5 (lima) fungsi sebagai berikut :
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan
menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
GDR menurut Depkes RI (2005) GDR adalah angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar.
Menurut UU No. 44 Tahun 2009 pasal 19, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan
jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus.Rumah sakit umum yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Menurut Astuti (2009), rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang didirikan
oleh pihak swasta atau non pemerintah, yaitu beberapa orang sepakat untuk
mendirikan badan hukum dan melakukan kegiatan dalam bidang pendirian
dalam menjalankan rumah sakit. Selain didirikan perseorangan, sering juga
terdapat rumah sakit yang didirikan oleh kelompok-kelompok seperti kelompok
agama.Adapun bentuk badan hukum rumah sakit yang didirikan oleh pihak
swasta ini lazimnya digunakan oleh yayasan (stichting).
Menurut mastafari (2009), rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit
umum milik pemerintah baik pemerintah pusat, daerah, Departemen
Pertahanan dan Keamanan maupun Badan Usaha Milik Negara. Rumah sakit
umum daerah adalah rumah sakit umum milik pemerintah provinsi, kabupaten
atau kota yang berlokasi di daerah provinsi, kabupaten, dan kota.
Perizinan tentang rumah sakit diatur dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.UU No. 44 Tahun 2009 pasal 25 menyatakan bahwa setiap
penyelenggaraan rumah sakit wajib memiliki izin.Lebih lanjut izin tersebut terdiri
dari izin mendirikan dan izin operasional.Izin mendirikan rumah sakit adalah izin
yang diberikan untuk mendirikan rumah sakit setelah memenuhi persyaratan
untuk mendirikan.Izin operasional rumah sakit adalah izin yang diberikan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan
standar.
PEMERINTAH
SUB SUB-SUB PEMERINTAH
PEMERINTAH DAERAH
BIDANG BIDANG DAERAH PROVINSI
KABUPATEN/KOTA
Sumber : PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Pertama adalah pendekatan bagi rumah sakit yang belum ada atau belum
beroperasi,dimana diperlukan suatu rencana dari awal : masterplan,rencana
fisik,hingga rancangan detail. Kedua adalah pendekatan bagi rumah sakit
yang telah beroperasi dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut.Serta
terakhir bagi rumah sakit yang telah memenuhi berbagai masalah dalam
pengembangannya, dan justru terasa stagnan, dengan kondisi fisik (dan bisa
jadi mempengaruhi layanan) yang buruk.
1. Perencanaan (planning)
2. Pengkoordinasian (coordinating)
3. Pengevaluasian (evaluating)
Dalam rangka pengembangan fisik rumah sakit untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan diperlukan suatu pendekatan komprehensif untuk menghubungkan
berbagai strategi seperti terlihat dalam pendekatan berikut ini menurut
kerangka yang dikembangkan dari diagram awal oleh horak (1999) pada
Gambar 2.06 berikut ini :
Tata Aktifitas
Tata Ruang
Tata massa
Tata Sirkulasi
Perencanaan Kinerja
Tata Konteks
strategis Meningkat
Komitmen
Bentukan fisik
Terjemahan
Program
dalam
Pengembangan
Fisik
Masterplan : Design
Planning and design Conceptual
Principles, Planning
Guidelines
Guindance
Design Policies and Design Program
Lingkup kerja yang akan dilakukan dalam penyusunan masterplan rumah sakit,
yaitu :
Detailed Engineering
Design
Strategis Fisik
Analisis Optimalisasi
Gap antara performa Benchmarking Fasilitas saat ini untuk
Dengan visi Dengan visi Mencapai visi
Konsep pengembangan
Pemrograman Strategi Fasilitas fisik
Untuk fisik
Penilaian kondisi
Saat ini
Konsep pengembangan
Analisa Awal
Analisis Performansi : lokasi, Lahan
pengembangan Infrastruktur Lingkungan.
1. Pengumpulan data
Kelayakan yang perlu dikaji pada tahap ini meliputi kebutuhan akan layanan
rumah sakit, kebuthan sarana, dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk
layanan yang diberikan serta kajian terhadap kemampuan pembiayaan.
Selanjutnya melakukan pemilihan terhadap beberapa alternative
pembangunan rumah sakit dikaitkan dengan langkah-langkah dalam proses
untuk kemudian dipilih salah satu alternatif yang terbaik. Hasil proses ini dikenal
sebagai master program atau program induk. Denagn dapat diproyeksikannya
kebutuhan jumlah tempat tidur, dapat pula diperkirakan secarakuantitatif
beberapa hal antara lain :
4. Program Fungsi
Program fungsi (function program ) merupakan uraian secara rinci dari suatu
master program dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu
rumah sakit termasuk adalah :
Rencana fisik bangunan dari suatu rumah sakit pada dasarnya menjelaskan
segala hal yang terkait dengan upaya penetapan lokasi setiap unit pekerjaan
dalam bentuk blok-blok banguanan termasuk kebutuhan penunjangnya.
Rumusan perencanaan fisik bangunan suatu rumah sakit dapat dirinci dan
dituangkan dalam :
Secara umum, berbagai isu fisik dan arsitektur rumah sakit dewasa ini dapat
dibagi dalam 4 (empat) kategori, yaitu yang terkait dengan isu strategis, isu
fungsional, isu teknikal, dan isu behavioral. Pada ranah isu strategis, terdapat
beberapa halyang dipertanyakan menyangkut :
2. Ukuran dan Skala Layanan rumah sakit : Seberapa besar dan seberapa
luas cakupan yang diharapkan? Apakah kita berharap rumah sakit
akan menjadi besar atau menjadi efektif dan efisien, jika keduanya tidak
bisa diraih dalam waktu bersamaan?
Pada ranah isu fungsional juga terdapat beberapa hal yang menjadi isu
kontemporer, seperti :
Terakhir, terdapat juga isu-isu yang paling dekat dengan manusia selaku
pemakai, yaitu isu behavioral, antara lain :
Faktor manusia
Penyimpanan dan penataan
Komunikasi dan penataan
Fleksibilitas dan perubahan
Spesialisasi dalam type/unit bangunan
Keselamatan kebakaran
Struktur
Sanitasi dan ventilasi
Elektrikal
Dinding eksterior
Finishing interior
Atap akustik
Pencahayaan
Sistem control lingkungan
Lokasi rumah sakit hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat, bebas dari
pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat
bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik industry,dan limbah
pabrik. Lokasi rumah sakit sesuai dengan rencana umum tata kota. Luas lahan
untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Luas lahan
untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar.
Bangunan rumah sakit harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan
dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan.
Area pelayanan juga hendaknya fungsional satu sama lainnya, antara lain :
1. Ada pemisahan fasilitas dan layanan bagi pasien sehat dan sakit.
2. Ada pemisahan ruang-ruang sesuai karakter penyakit dan jenis bau
yang terdapat dalam rumah sakit tersebut.
3. Perlengkapan rumah sakit diminimalkan dari aspek pemasukan,
perkembangan dan penyebaran infeksi atau penularan dalam
rumah sakit.
4. Rancangan bangunan dibuat dengan karakter kegiatan yang
tenang.
5. Bangunan didirikan di lahan bertopografi datar untuk
mempermudah sirkulasi bagi aktivitas di dalam rumah sakit, apabila
hal ini tidak memungkinkan perlu disediakan bantuan sirkulasi
mekanis.
6. Kebutuhan ruang-ruang atau area-area khusus, dengan penyediaan
ruang-ruang klinik dan pavilliun bagi pasien untuk mewadahi jenis-
jenis perawatan medis yang lengkap.
7. Akses menuju bangunan atau fasilitas berupa akses ke kompleks
rumah sakit terkontrol dan dibatasi oleh main entrance dan side
entrance serta akses tambahan diperlukan sebagai jalur alternative
atau darurat. Memiliki akses interkoneksi langsung atau tidak
langsung dengan kelompok kegiatan lain.
8. Sirkulasi terarah, kombinasi ruang sirkulasi terbuka dan tertutup
dipadukan ruang-ruang plaza dan mengurangi unsur vertical
Pengaruh yang paling besar adalah jangka waktu yang panjang yang dilalui
antara tahap-tahap tersebut. Dalam hal ini akan berimplikasi terhadap fungsi
yang terdapat didalamnya (baik yang lengkap atau bagian instalasi) dan hal-
hal teknis (ketentuan pembatasan bagi kebutuhan-kebutuhan awal atau
membuat antisipasi untuk kebutuhan-kebutuhan dikemudian hari). Jika hal ini
sudah bisa dipertimbangkan dalam waktu tertentu , diantara tahap-tahap
pembentukan bangunan dan strategi teknis dibutuhkan untuk tujuan
perkembangan maksimal dan potensi perubahan, konsisten dengan
mengesampingkan tujuan yang menyangkut penetapan biaya serendah
mungkin. Ada dua tujuan yang tidak dapat terelakkan yang berpotensi
menciptakan konflik kebutuhan-kebutuhan dan sebuah keseimbangan yang
hanya dapat dicapai oleh perdebatan berbagai disiplin ilmu dan kerelaan
pihak-pihak untuk berkompromi secara operasional maupun secara teknis.
3. Aspek Efisiensi
Kriteria yang digunakan :
Hubungan antar fungsi
Pergerakan orang dan distribusi barang
Penggunaan ruang
Pertimbangan umum pada :
Desain yang menekan biaya operasional
Bangunan terorganisasi dengan baik
4. Fleksibel
Mudah merespon perubahan penggunaan.
Dapat berkembang sesuai kebutuhan.
Pentahapan dalam perencanaan, tahap konstruksi atau
pembangunan masa mendatang.
5. Fungsional
Kriteria yang digunakan :
Pemisahan
Kenyamanan
Privasi
Selain itu perencanaan dan perancangan fisik fasilitas kesehatan juga perlu
didasarkan pada kualifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang secara
diagramatis disajikan pada Gambar 2.14 berikut ini :
Perawatan sosial
Pusat pelayanan Balai Pengobatan Perawatan utama
kesehatan RSIA, RSB Perawatan Luar Jangkauan
Dan sosial 10 km dari Pusat Kesehatan Informasi dan Bimbingan
rumah Masyarakat
Perawatan terencana
Rumah Sakit Umum Pusat Perawatan darurat
Pusat pelayanan khusus Perawatan Sekunder Diagnosis kompleks
250 km dari pusat kota Perawatan Tersier Perawatan dan
pengobatan
Pasien inap.
Prinsip lainnya, selain lokasi rumah sakit hendaknya mudah dijangkau oleh
masyarakat juga bebas dari pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan
dengan rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak,
pabrik industri, dan limbah pabrik. Lokasi rumah sakit sesuai dengan rencana
umum tata kota. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1.5 kali
luas bangunan.Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas
bangunan lantai dasar.Bangunan rumah sakit harus kuat, utuh, terpelihara,
1. Kriteria tahapan awal dari perencanaan lahan atau site planning untuk
mengenali dan mendapatkan kondisi akurat eksisting rumah sakit terdiri
dari :
Analisa Aspek Lokasi.
Analisa Aspek Transportasi dan Sirkulasi.
Analisis Aspek Guna Lahan dan Zoning.
2. Rumah sakit harus menempati lokasi terbaik dan yang terdekat dengan
populasi yang lainnya. Dekat kearah pusat jaringan transportasi untuk
melayani masyarakat local serta luasan lahan yang cukup memadai
akan memberi lebih banyak peluang dan fleksibilitas perluasan. Selain
itu penting memperhatikan potensi ketersediaan system infrastruktur di
Rata-rata luasan lahan untuk rumah sakit dengan tipe B ke atas, membutuhkan
areal seluas 12 hektar, Tapi lokasi dengan luas seperti ini, susah untuk diperoleh,
dan kalaupun ada, biasanya berada jauh diluar kota dimana timbul banyak
masalah tenaga kerja yang akan dipekerjakan di rumah sakit. Atau pada
situasi daerah kota yang sangat hiruk pikuk termasuk lokasi dimana
pembangunan dilakukan dengan merubah bentuk bangunan-bangunan
yang telah ada sebelumnya yang tentunya akan menjadi sangat mahal untuk
kebutuhan KDB (koefisien dasar bangunan) yang tinggi. Luasan lahan yang
dibutuhkan akan dipengaruhi oleh :
Secara konseptual ruang terbuka ini berupa inner courtyard, Unsur air dapat
dimasukkan sebagai komponen lansekap di area ini. Lansekap pada area
penerima direncanakan cukup terbuka agar tidak terdapat tempat yang
tersembunyi untuk menghindari masuknya penyusup yang tidak diinginkan.
Pencahayaan yang memadai pada malam hari akan meningkatkan rasa
kenyamanan pada pasien terutama pada pasien yang mengalami gangguan
penglihatan. Pembedaan karakter lansekap antara eksterior dan interior dapat
membantu pasien dan pengunjung untuk mengenali orientasi ruang. Pada
area lansekap, courtyard dapat dilengkapi dengan walking-pathsekaligus
sebagai area terapi bagi beberapa pasien. Walking path dibuat dari material
yang aman dan tidak licin. Beberapa fitur, seperti sculpture dan permainan air
sangat dianjurkan bagi pasien yang sedang menjalani proses terapi dan
penggunaan air taman denagn system daur ulang dari sisa air limbah ringan
yang diolah kembali sangat penting untuk penghematan dalam keberlanjutan
rumah sakit tersebut. Pilihan dan perletakan vegetasi dalam lingkungan lahan
perencanaan dapat direncanakan sebagai berikut :
Perhitungan tempat parkir untuk sebuah rumah sakit adalah setiap 4 tempat
tidur (TT) perlu disediakan 1 parkir mobil atau standart lainnya menggunakan
10 TT untuk 1 area parkir apabila terjadi keterbatasan lahan. Standar
perhitungan luasan lahan parkir yang diperlukan untuk sebuah fasilitas umum
adalah 24 m² untuk 1 mobil.
Pada perencanaan kantong parkir dilakukan pemisahan akses dan
penempatan antara parkir sepeda motor dari kendaraan bermotor lain. Selain
itu, dilakukan pemisahan kantong parkir antara karyawan termasuk dokter dan
paramedic dengan umum. Parkir terdepan dengan akses paling mudah
adalah parkir ambulance gawat darurat.
1-25 1
26-50 2
Pada rumah sakit yang mempunyai 25 parking lot atau kurang, minimal harus
ada 1 accesible parking space bagi difable. Lebar untuk accesibel parking
space ini minimal 2,3 meter dengan kemiringan tidak lebih dari 2 %. Zona drop
off untuk ambulance berada dekat dengan pintu masuk, dengan ukuran
minimal 4 meter lebar dan 6 meter panjang. Kemiringan harus diadakan untuk
memaksimalkan drainase, akan tetapi tidak lebih dari 1:50. Ketinggian plafon
minimal 2,9 meter. Dapat menggunakan gedung parker tersendiri untuk
efektifitas penggunaan lahan dan meminimalkan tingkat polusi dan kebisingan
internal pada lahan perencanaan.
Dengan luas wilayah sekitar 5.782,50 km² sebagian besar wilayah Kabupaten
Banyuwangi masih merupakan daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan
ini diperkirakan mencapai 183.396,3 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah
persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan luas
sekitar 82.143,63 ha atau14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah
permukiman dengan luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04 persen. Sedang
sisanya telah dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi dengan
berbagai manfaat yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya.
Tabel 3.1
Banyaknya Kelurahan/Desa, Dusun/Lingkungan RW dan RT
Menurut Kecamatan
1 Pesanggaran - / 5 0 / 16 64 282
2 Siliragung 0 / 5 0 / 17 50 245
3 Bangorejo 0 / 7 0 / 22 96 381
4 Purwoharjo 0 / 8 0 / 29 107 519
5 Tegaldlimo 0 / 9 0 / 26 57 400
6 Muncar 0 / 10 0 / 28 195 753
7 Cluring 0 / 9 0 / 33 153 522
8 Gambiran 0 / 6 0 / 25 90 394
9 Tegalsari 0 / 6 0 / 17 64 318
10 Glenmore 0 / 7 0 / 38 153 469
11 Kalibaru 0 / 6 0 / 23 109 439
12 Genteng 0 / 5 0 / 29 132 553
13 Srono 0 / 10 0 / 40 145 551
14 Rogojampi 0 / 18 0 / 84 252 759
15 Kabat 0 16 0 / 60 213 526
16 Singojuruh 0 / 11 0 / 52 124 363
17 Sempu 0 / 7 0 / 33 130 547
18 Songgon 0 / 9 0 / 50 120 391
3.2.1 TOPOGRAFI
Kabupaten Banyuwangi terletak dalam beberapa ketinggian sebagai berikut:
Tabel 3.2
Luas Wilayah Kecamatan Menurut Kemiringan (%)
No Kecamatan Kelerengan Jumlah
0-2% 2-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40%
1 Pesanggaran 15.857,53 2.524,44 8.216,29 17.163,09 7.966,70 126,19 51.854,24
2 Siliragung 22,74 4.373,63 2.554,93 508,96 1.174,09 374,47 9.008,82
3 Bangorejo 9.021,07 1.820,60 1.097,37 372,80 569,84 54,90 12.936,58
4 Purwoharjo 10.156,90 1.231,68 418,65 157,11 - - 11.964,34
5 Tegaldlimo 21.693,84 6.225,78 24.656,44 1.562,21 1.725,83 295,45 56.159,55
6 Muncar 8.095,10 - - - - - 8.095,10
7 Cluring 6.523,70 - - - - - 6.523,70
1. Alluvial
warna: kelabu;
tekstur : liat;
keasaman : aneka;
zat organik : kadar lemah;
kejenuhan : sedang hingga tinggi
permeabilitas : rendah
kepekaan erosi : tinggi, tetapi karena daerahnya datar tidak
sampai lanjut tingkatnya
Pemakaian : padi sawah, palawija dan perikanan
2. Andosol
3. Latosol
4. Umusol
5. Regosol
6. Mediteran Merah
a. Bahan induk : batu kapur keras, batuan sedimen dan tuf vulkan basa
7. Litosol
warna: aneka
tekstur : aneka umumnya berpasir
keasaman : aneka
zat organik : aneka
Kejenuhan basa : aneka
Permeabilitas : aneka
Kepekaan erosi : besar
Pemakaian : tanaman keras, rumput, palawija
Tabel 3.3
Jenis dan Luas Kedalaman Efektif Tanah Per Kecamatan
Kabupaten Banyuwangi
Kedalaman Efektif Tanah (Ha)
No Kecamatan Luas Total (Ha)
90 cm Keatas 60-90 cm 30-60 cm < 30 cm
1 Pesanggaran 80,271.00 0.00 0.00 0.00 80,271.00
2 Bangorejo 9,992.54 3,750.46 0.00 0.00 13,743.00
3 Purwoharjo 20,030.00 0.00 0.00 0.00 20,030.00
4 Tegaldlimo 38,987.89 93,229.33 1,930.78 0.00 134,148.00
5 Muncar 14,607.00 0.00 0.00 0.00 14,607.00
6 Cluring 9,744.00 0.00 0.00 0.00 9,744.00
7 Gambiran 6,690.00 0.00 0.00 0.00 6,690.00
8 Glenmore 42,198.00 0.00 0.00 0.00 42,198.00
9 Kalibaru 40,676.00 0.00 0.00 0.00 40,676.00
10 Genteng 8,234.00 0.00 0.00 0.00 8,234.00
Data tekstur tanah di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
3.2.6 HIDROLOGI
Di kabupaten Banyuwangi terdapat beberapa sungai besar dan sungai kecil.
Adapun nama – nama sungai dan panjang sungai dapat dikemukakan pada
Tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5
Nama Sungai dan Panjang Sungai
Kec.Glagah dan
6 Kali Sobo ± 13.818 km
Banyuwangi
Kec.Gambiran, Purwoharjo,
12 Kali Setail ± 73.35 km
Muncar, dan Genteng
Kec.Bangorejo dan
17 Kali Bargi ± 18 km
Pesanggaran
Kec.Kalibaru dan
18 Kali Baru ± 80.7 km
Pesanggaran
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
Akifer dengan keterusan sangat tinggi, muka air tanah atau tinggi
pisometri air tanah dekat atau di atas permukaan tanah, sering dijumpai
sumber mata air, debit sumur umumnya >20 lt/dt. Potensi air bawah
tanah sangat tinggi.
Akifer sdengan keterusan sedang sampai agak tinggi, muka air tanah
beragamdari dekat permukaan tanah sampai kedalaman 10 m, debit
sumur umumnya 10-15 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak tinggi.
Akifer dengan keterusan sedang, muka air tanah beragam dari dekat
permukaan tanah sampai kedalaman lenbih dari 10 m, debit sumur
umumnya 5-10 lt/dt. Potensi air bawah tanah sedang.
Akifer dengan keterusan sedang sampai agak rendah, muka air tanah
lebih dari 10 m, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt. Potensi air
bawah tanah agak rendah.
Akifer dengan keterusan tinggi, muka air tanah atau tinggi pisometri air
tanah dekat atau di atas permukaan tanah, sering dijumpai sumber
mata air, debit sumur umumnya 15-20 lt/dt. Potensi air bawah tanah
tinggi.
Akifer dengan keterusan sedang sampai agak tinggi, muka air tanah
beragam dari dekat permukaan tanah sampai kedalaman 10 m,
kadang-kadang dijumpai sumber mata air, debit sumur umumnya 10-15
lt/dt. Potensi air bawah tanah agak tinggi.
Akifer dengan keterusan sedang, muka air tanah beragam dari dekat
permukaan tanah sampai kedalaman lebih dari 10 m, debit sumur
umumnya 5-10 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak sedang.
Akifer dengan keterusan sedang sampai agak rendah, muka air tanah
lebih dari 10 m, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt. Potensi air
bawah tanah agak rendah.
Akifer dengan keterusan agak rendah sampai rendah, muka air tanah
lebih dari 10 m, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt. Potensi air
bawah tanah rendah
Akifer dengan keterusan sedang sampai agak tinggi, muka air tanah
beragam dari dekat permukaan tanah sampai kedalaman 10 m, debit
sumur umumnya 5-10 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak tinggi.
Untuk lebih jelas mengenai jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuwangi
Prosentase Kepadatan
Luas Wilayah Jumlah
No Kecamatan thd. Luas Penduduk
(Km2) Penduduk
Kabupaten (Jiwa/km2)
1 Pesanggaran 803 14 48.677 61
2 Siliragung 95 2 44.639 469
3 Bangorejo 137 2 59.787 435
4 Purwoharjo 200 4 65.338 326
5 Tegaldlimo 1.341 23 61.530 46
6 Muncar 146 3 129.641 888
7 Cluring 97 2 70.459 723
8 Gambiran 67 1 58.738 880
9 Tegalsari 65 1 46.408 711
10 Glenmore 422 7 69.862 166
11 Kalibaru 407 7 61.525 151
12 Genteng 82 1 83.582 1015
13 Srono 101 2 87.703 870
14 Rogojampi 102 2 92.884 908
15 Kabat 107 2 67.515 628
16 Singojuruh 60 1 45.521 760
17 Sempu 175 3 71.678 410
18 Songgon 302 5 50.559 168
19 Glagah 77 1 34.167 445
20 Licin 169 3 28.029 166
21 Banyuwangi 30 1 106.600 3538
22 Giri 21 0 28.667 1345
23 Kalipuro 310 5 76.610 247
Tabel 3.7
Perkembangan Mata Pencaharian Penduduk
No Uraian Satuan 2004 2005 2006 2007
Pertanian, Kehutanan, Perkebunan &
1. Orang 393.456 409.331 358.879 371.056
Perikanan
Pertambangan & Penggalian, Listrik, Gas
2. Orang 10.687 9.616 7.637 11.512
dan Air, Keuangan
3. Industri Pengolahan Orang 69.646 83.212 84.474 91.866
4. Bangunan Orang 39.866 39.807 41.122 42.599
Perdagangan besar, eceran, Rumah
5. Orang 137.992 147.277 136.332 167.403
Makan dan Hotel
6. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Orang 26.111 26.880 37.660 30.362
7. Jasa Kemasyarakatan Orang 113.922 102.034 86.832 85.274
8. Ketenaga Kerjaan :
- Penduduk angkatan kerja usia 15 th
Orang 804.764 884.956 820.917 849.316
keatas
- Setengah penganggur Orang 0 0 - -
- Penganggur terbuka Orang 59.634 67.804 55.106 49.244
- Pemutusan Hub. Kerja Orang 25 0 - -
- Rata-rata kebutuhan hidup layak Rp 358.417 446.830 588.855 690.000
- Rata – Rata UMK Rp. 356.000 372.700 517.500 567.500
Tabel 3.8
Banyaknya Keluarga Pra Sejahtera Dan Sejahtera Menurut Kecamatan
Dari beberapa etnis tersebut, etnis Madura, Jawa, Osing dan Arab dominan
dibandingkan Bali, Cina dan melayu yang secara spesifik telah mampu
membentuk komunitas tersendiri di Kabupaten Banyuwangi, misalnya
Komunitas Madura menempati wilayah yang berdekatan dengan pantai
karena mata pencaharian utama adalah nelayan dan petani seperti di
Kecamatan Wongsorejo, sebagian kecil di Kecamatan Kalipuro dan
Kecamatan Muncar. Komunitas Osing pada umumnya berada di Desa
Kemiren Kecamatan Glagah yang berada pada kaki Pegunungan Ijen,
komunitas Arab pada umunnya menempati wilayah yang berdekatan dengan
pusat perdagangan, karena pada umumnya mata pencaharian komunitas
Arab sebagai pedagang. Sedangkan komunitas Jawa pada umumnya
tersebar secara merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.
1. Upacara Adat
Gredoan
Seblang Bakungan
Seblang Olehsari
2. Upacara Keagamaan
Siwalatri
Kuningan
Gredoan
3. Kesenian Daerah
Angklung,
Barong,
Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran, meskipun dalam posisi
kedua dalam memberi kontribusi ekonomi Banyuwangi, namun menjadi
lokomotif utama yang mengangkat tumbuhnya perekonomian. Sektor ini pada
tahun 2011 mampu tumbuh 8,9 persen dan pada tahun 2012 mencapai posisi
9,2 persen melampaui total pertumbuhan ekonomi Banyuwangi. Sedangkan
sektor pertanian yang menjadi unggulan utama, hanya tumbuh rata-rata 5
persen. Ketika sektor perdagangan, jasa, dan restoran serta sektor konstruksi
mengalami trend peningkatan, sektor lainnya akan mengalami trend
penurunan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini Banyuwangi dalam proses transformasi,
dari pertanian ke sektor jasa perdagangan. Sektor pertanian, di samping
pertumbuhannya lambat, kontribusinya terhadap total PDRB semakin tahun
semakin menurun. Jika pada tahun 2007-2008 kontribusi sektor pertanian pada
posisi diatas 47 persen, maka pada tahun 2010 turun menjadi 46 persen dan
turun lagi pada posisi 45,9 persen pada tahun 2011.
Sebagai gambaran bahwa dari 1,86 trilyun dialokasikan antara lain 42,5 persen
untuk memenuhi belanja pendidikan, 13,4 persen infrastruktur, 9,23 persen
kesehatan, selebihnya untuk membiayai 22 urusan pembangunan. Anggaran
infrastruktur sebesar 250 milyar rupiah diperuntukkan untuk meningkatkan
aksesibilitas umum (pembangunan/rehab jalan dan jembatan serta
infrastruktur strategis lainnya), menunjang sektor pertanian
(pembangunan/rehab jaringan irigasi), kesehatan (pengembangan/rehab
jaringan puskesmas), dan peningkatan sarana publik lainnya.
Dukungan APBD pada pembangunan jalan usaha tani tahun 2011 sebesar Rp.
2,16 milyar yang tersebar pada 12 Kecamatan, Jalan produksi disentra produksi
kapas, tembakau dan kelapa sebesar Rp. 758,4 juta di Kec. Sempu dan
Sementara itu, dengan dukungan dana APBN, Waduk Bajulmati yang terletak
di Desa Watukebo Kecamatan Wongsorejo terus berlangsung, dengan
harapan nantinya berfungsi untuk meningkatkan areal sawah beririgasi teknis
seluas 1.800 hektar, penyediaan air bersih untuk 18.000 KK, air bersih untuk
pelabuhan dengan kapasitas 0,06 m3/detik, dan pariwisata serta perikanan.
Sedangkan pada sub sektor perikanan dan kelautan, produksi tahun 2011
tercatat sebesar 31,01 ribu ton dengan produksi budidaya sebesar 1.090 ton
dan produksi tangkap sebesar 29,9 ribu ton. Produksi ini meningkat pada tahun
2012 menjadi sebesar 45,7 ton.
Tabel 3.09
Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) Kabupaten Banyuwangi
Lapangan
No 2006 2007 2008 2009 2010
Usaha
1 Pertanian 6.363.942,86 7.360.119,37 8.601.211,85 9.758.800,80 10.286.265,67
Pertambanga
2 n Dan 547.487,89 616.225,67 711.029,49 816.872,65 987.524,97
Penggalian
3 Industri 777.675,82 877.448,54 1.019.477,32 1.159.951,41 1.498.247,89
Tabel 3.10
Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) Kabupaten Banyuwangi
Lapangan
No 2006 2007 2008 2009 2010
Usaha
1 Pertanian 4.371.508,37 4.610.837,91 4.852.070,74 5.134.326,25 5.398.617,14
Pertambangan
2 Dan 354.370,48 375.773,94 400.032,86 426.031,59 456.012,02
Penggalian
Industri
3 517.825,45 538.906,54 561.314,48 588.452,18 619.869,65
Pengolahan
Listrik, Gas dan
4 55.266,02 58.347,90 61.668,00 65.685,97 70.076,58
Air Bersih
5 Bangunan 28.164,25 30.043,75 32.116,82 33.470,68 36.128,25
Perdagangan,
6 Hotel dan 2.025.100,05 2.171.970,61 2.334.754,61 2.511.102,44 2.735.156,35
Restoran
Pengangkutan
7 dan 390.056,18 405.812,29 429.048,29 451.014,23 475.989,11
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan 591.591,24 613.594,18 643.935,42 671.011,14 716.831,76
dan Jasa
A. Jaringan Jalan
Beban sistem jaringan jalan utama yang ada saat ini (ada beberapa titik
yang sering terjadi kemacetan akan dapat berkurang dengan dibukanya
jalur lintas selatan yang merupakan wujud atau dukungan terhadap
program/kebijakan percepatan pembangunan di sepanjang pantai
selatan Pulau Jawa yang bertujuan untuk:
Banyuwangi - Rogojampi
Rogojampi - Genteng
Genteng - Glenmore
B. Angkutan Umum
1. Stasiun Kelas I
2. Stasiun Kelas II
Stasiun Karangasem
Stasiun Rogojampi
Stasiun Kalisetail
Stasiun Kalibaru
Stasiun Temuguruh
D. Transportasi Laut
E. Transportasi Udara
Untuk saat ini Bandar Udara Blimbingsari telah beroperasi namun hanya
melayani pesawat-pesawat kecil (perintis) seperti jenis Pesawat Cessna.
Hal ini karena pembangunan fasilitas bandara yang belum sepenuhnya
berjalan sehingga untuk pesawat-pesawat komersial besar bermesin
ganda tidak dapat dilayani.
Tabel 3.11
Banyaknya Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis Menurut Jenisnya
Tahun 2009-2011
No. Jenis Sarana/Tenaga Medis 2009 2010 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hingga tahun 2011 jumlah
rumah sakit umum tidak ada peningkatan begitu juga dengan rumah sakit
swasta, akan tetapi pada tahun 2012 jumlah rumah sakit swasta yang ada di
kabupaten Banyuwangi meningkat menjadi 12 buah. Jumlah puskesmas dan
puskesmas pembantu juga tetap hanya puskesmas keliling yang mengalami
peningkatan hingga terealisasi menjadi 62 buah, begitu juga dengan
posyandhu mengalami peningkatan menjadi 2.224 buah. Tenaga medis di RSU
mengalami penurunan dari 65 orang menjadi 47 orang kondisi ini mungkin
dikarenakan masih belum ada perekrutan tenaga medis baru di Kabupaten
Banyuwangi, sedangkan tiap tahun ada tenaga medis yang mengalami purna
tugas, sehingga mengurangi tenaga medis yang ada. Begitu juga dengan
tenaga para medis di RSU dari 222 orang mengalami penurunan menjadi 196
orang. Untuk tenaga medis di puskesmas mengalami peningkatan menjadi 93
orang sedangkan tenaga para medis yang ada mengalami penurunan
menjadi 766 orang.
Tabel 3.12
Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2011
Puskesmas
No Kecamatan RS Umum/ Khusus Puskesmas
Pembantu
1 Pesanggaran - 2 3
2 Siliragung - 1 4
3 Bangorejo - 2 5
4 Purwoharjo - 2 4
5 Tegaldlimo - 2 4
6 Muncar - 4 8
7 Cluring - 2 5
8 Gambiran 1 2 4
9 Tegalsari - 1 3
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hingga tahun 2011 sebaran
rumah sakit umum/khusus hanya terdapat pada 6 kecamatan dari 24
kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Beberapa kecamatan yang
terdapat fasillitas rumah sakit umum/khusus tersebut antara lain, kecamatan
gambiran 1 buah, kecamatan Glenmore 1 buah, kecamatan Genteng 2 buah,
kecamatan Rogojampi 2 buah, kecamatan Kabat 1 buah dan kecamatan
Banyuwangi terdapat 4 buah. Sedangkan untuk fasilitas puskesmas dari 24
kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi semuanya terdapat fasilitas
puskesmas. Kecamatan muncar merupakan kecamatan yang mempunyai
fasilitas puskesmas paling banyak yaitu terdapat 4 buah puskesmas, kemudian
di ikuti oleh kecamatan Srono, kecamatan Sempu dan kecamatan
Banyuwangi yang masing-masing kecamatan terdapat 3 buah fasilitas gedung
puskesmas.
Tabel 3.13
Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2011
Dokter
No Kecamatan Perawat Bidan Lainnya
Umum & Gigi
1 Pesanggaran 5 18 11 13
2 Siliragung 2 5 11 8
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hingga tahun 2011 jumlah
dokter umum dan dokter gigi yang ada di 24 kecamatan di Kabupaten
Banyuwangi mengalami peningkatan menjadi 93 orang. Untuk tenaga
perawat mengalami penurunan menjadi 241 orang begitu juga dengan
tenaga bidan yang mengalami penurunan hingga menjadi hanya 301 orang
saja. Sedangkan untuk tenaga kesehatan lainnya mengalami peningkatan
hingga menjadi 394 orang.
Tabel 4.1
Banyaknya Sarana Kesehatan
Menurut Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Untuk puskesmas yang mempunyai fasilitas rawap inap tersebut antara lain
adalah Puskesmas Pesanggaran di kecamatan Pesanggaran, Puskesmas
Kebondalem di kecamatan Bangorejo, Puskesmas Tegaldlimo di kecamatan
Tegaldlimo, Puskesmas Kedungrejo dan Sumber beras di kecamatan Muncar,
Puskesmas Jajag di kecamatan Gambiran, Puskesmas Sepanjang di kecamatan
Glenmore, Puskesmas Kalibaru Kulon di kecamatan Kalibaru, Puskesmas Gitik di
kecamatan Rogojampi, Puskesmas Singojuruh di kecamatan Singojuruh,
Puskesmas Sempu di kecamatan Sempu, Puskesmas Licin di kecamatan Licin,
Puskesmas Wongsorejo dan Bajulmati di kecamatan Wongsorejo.
Sedangkan puskesmas yang tidak mempunyai fasilitas rawat inap dan hanya
mempunyai fasilitas rawat jalan antara laian adalah Puskesmas Sumberagung
di kecamatan Pesanggaran, Puskesmas Siliragung di kecamatan Siliragung,
Puskesmas Purwoharjo dan Grajagan di kecamatan Purwoharjo, Puskesmas
Kedungwungu di kecamatan Tegaldlimo, Puskesmas Tapanrejo dan Tembokrejo
di kecamatan Muncar, Puskesmas Benculuk dan Tampo di kecamatan Cluring,
Puskesmas Yosomulyo di kecamatan Gambiran, Puskesmas Tegalsari di
kecamatan Tegalsari, Puskesmas Tulungrejo di kecamatan Glenmore,
Puskesmas Genteng Kulon dan Kembiritan di Kecamatan Genteng, Puskesmas
Rumah sakit yang terdapat di kecamatan Banyuwangi meliputi antara lain : RSI
Banyuwangi, RSUD Blambangan, RSU – Yasmin, RSIA – Bunda, dan RSI – Fatimah.
Tabel 4.2
Klasifikasi Puskesmas
Menurut Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Klasifikasi Puskesmas
Luas
Jumlah Nama
No Kecamatan Wilayah Ada
Penduduk Puskesmas Rawat
(Km2) Rawat
Jalan Saja
Inap
1 Pesanggaran 146 129,641 Pesanggaran 1
Sumberagung 1
2 Siliragung 30 106,600 Siliragung 1
3 Bangorejo 102 92,884 Kebondalem 1
Sambirejo 1
4 Purwoharjo 101 87,703 Purwoharjo 1
Grajagan 1
5 Tegaldlimo 82 83,582 Tegaldlimo 1
Tabel 4.3
Perkembangan Tenaga Kesehatan
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 – 2012
Jenis Tahun
No
Tenaga Kesehatan 2010 2011 2012
1 Dokter Spesialis 44 44 37
2 Dokter Umum 113 119 119
3 Dokter Gigi 48 48 48
4 Bidan 539 566 563
5 Perawat 701 675 686
6 Tenaga Kefarmasian / Apoteker 94 93 92
7 Tenaga Gizi 36 36 36
8 Tenaga Kesehatan Masy 14 14 15
9 Tenaga Sanitasi 27 27 28
10 Tenaga Teknisi Medis 60 56 67
11 Fisio Terapis 10 10 9
Jumlah 1,686 1,688 1,700
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa keberadaan tenaga kesehatan yang ada di
kabupaten Banyuwangi secara umum mulai tahun 2010 hingga tahun 2012
Tabel 4.4
Sebaran Tenaga Kesehatan
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Jenis Tenaga RS
No Puskesmas RSUD Lainnya
Kesehatan Swasta
1 Dokter Spesialis 0 20 17 0
2 Dokter Umum 55 19 43 2
3 Dokter Gigi 38 3 7 0
4 Bidan 470 35 57 1
5 Perawat 234 149 298 5
Tenaga Kefarmasian
6 18 22 52 0
( Apoteker)
7 Tenaga Gizi 17 6 11 2
Tenaga Kesehatan
8 Masy 0 4 4 7
9 Tenaga Sanitasi 19 4 2 3
10 Tenaga Teknisi Medis
Analisis Lab 8 15 26 0
Tem dan P. Rontg 0 4 7 0
Anestesi 0 5 2 0
11 Fisio Terapis 0 3 6 0
Jumlah Total 859 289 532 20
*Sumber Data Sekunder Diolah
Tabel 4.5
Sebaran Tenaga Kesehatan Pada Puskesmas
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Te
Do Farmas Te
Dok na An
k Bi Per i dan na
N Nama ter ga a
Kecamatan ter da a Ass ga
o Puskesmas Umu Sa lisis
Gig n wat Apo Giz
m nitas Lab
i teker i
i
Pesanggara
1 n Pesanggaran 2 1 10 11 1 1 1 0
Sumberagung 1 1 8 6 0 0 0 0
2 Siliragung Siliragung 1 1 14 5 0 0 0 0
3 Bangorejo Kebondalem 1 1 14 7 0 0 0 0
Sambirejo 2 1 15 4 1 1 0 1
4 Purwoharjo Purwoharjo 1 1 10 5 0 1 0 0
Grajagan 1 0 10 4 0 0 0 0
5 Tegaldlimo Tegaldlimo 2 1 17 18 1 1 1 1
Kedungwungu 1 1 11 3 0 0 0 0
6 Muncar Kedungrejo 1 1 12 9 0 0 0 0
Sumber beras 1 1 12 10 1 0 0 1
Tapanrejo 1 0 9 3 0 0 0 0
Tembokrejo 1 0 8 4 0 0 0 0
7 Cluring Benculuk 2 1 18 7 1 1 1 1
Tampo 1 0 8 5 0 1 0 0
Dari tabel diatas terlihat juga diketahui bahwa puskesmas Tegaldlimo, Benculuk,
Pesanggaran, Singojuruh, Gitik, Sambirejo, Sempu, Genteng Kulon,
Mojopanggung, dan puskesmas Tulungrejo masing-masing mempunyai 2 orang
dokter umum. Sedangkan puskesmas Kalibaru Kulon, Sumber beras,
Kebondalem, Kedungrejo, Sepanjang, Licin, Siliragung, Tegalsari, Songgon,
Paspan, Wongsorejo, Jajag, Kabat, Sobo, Singotrunan, Bajulmati, Purwoharjo,
Yosomulyo, Kembiritan, Klatak, Sumberagung, Kedungwungu, Gladak,
Grajagan, Tampo, Tapanrejo, Tembokrejo, Karangsari, Kertosari, Kebaman,
Wonosobo, Badean, Gendoh, Kelir, dan puskesmas Parijatah Kulon masing-
masing mempunyai hanya 1 orang dokter umum.
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang
sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan
realisize, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan
pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial di atas bermanfaat dalam
penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam
menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Adapun ke depan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan
teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara
komprehensif dan terpadu.
Tabel 4.6
Rasio Pelayanan Puskesmas
Menurut Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Tabel 4.7
Banyaknya Kunjungan ke Puskesmas
Menurut Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Kunjungan Ke Puskemas
Jumlah Jumlah Utk Utk
No Kecamatan Total
Puskesmas Penduduk Rawat Rawat
Kunjungan
Jalan Inap
1 Pesanggaran 2 48,677 26,441 1,351 27,792
2 Siliragung 1 44,639 22,158 0 22,158
3 Bangorejo 2 59,787 29,774 1,224 30,998
4 Purwoharjo 2 65,338 41,819 0 41,819
Untuk rawat inap dari 15 puskesmas rawat inap yang ada di kabupaten
Banyuwangi, puskesmas yang ada di kecamatan Pesanggaran merupakan
puskesmas yang mempunyai jumlah pengunjung rawat inap paling banyak
dalam satu tahunnya yaitu mencapai 1.351 orang. Kemudian di ikuti oleh
puskesmas yang ada di kecamatan Wongsorejo yaitu mencapai 1.337 orang.
Puskesmas di kecamatan Bangorejo ada 1.224 orang. Puskesmas di kecamatan
Singojuruh ada 1.031 orang. Puskesmas di kecamatan Muncar ada 944 orang.
Puskesmas di kecamatan Sempu ada 716 orang. . Puskesmas di kecamatan
Glenmore ada 654 orang. Puskesmas di kecamatan Gambiranada 538 orang.
Puskesmas di kecamatan Tegaldlimo ada 459 orang. Puskesmas di
kecamatan Kalibaru ada 447 oran dan puskesmas di kecamatan Licin ada 137
orang.
Tabel 4.8
Banyaknya Gakin Yang Ditangani
Jamkesmas dan Jamkesda, Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Dari tabel diatas terlihat bahwa secara umum jumlah gakin yang ada di
kabupaten Banyuwangi yang ditangani melalui program Jamkesmas ada
463.210 jiwa ( 87, 38 %) dan yang ditangani melalui Jamkesda ada 66.911 jiwa
(14.45%).
Tabel 4.9
Banyaknya Kunjungan Gakin Rawat Jalan
Pada Puskesmas, Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Dirujuk
Rawat
Jumlah Rawat
No Kecamatan Gakin Jalan Ke
Puskesmas Jalan Ke
Puskesmas
RS
1 Pesanggaran 2 13,674 2,156 0
2 Siliragung 1 14,014 1,230 0
3 Bangorejo 2 18,088 6,243 0
4 Purwoharjo 2 12,656 2,341 0
5 Tegaldlimo 2 18,638 3,018 0
6 Muncar 4 32,571 5,025 0
7 Cluring 2 22,580 5,046 0
8 Gambiran 2 19,169 5,912 0
9 Tegalsari 1 8,174 795 0
Dari 17.548 gakin yang melakukan rawat jalan pada puskesmas di kecamatan
Banyuwangi 42,08% nya atau 5.681 jiwa harus dirujuk untuk melakukan
perawatan jalan tingkat lanjut pada rumah sakit. Begitu juga dengan gakin
yang rawat jalan pada puskesmas yang ada di kecamatan Genteng dari 5.122
gakin 85,65% nya atau 3.980 jiwa harus juga dirujuk untuk melakukan perawatan
jalan tingkat lanjut pada rumah sakit. Untuk kecamatan Rogojampi dari 9,568
gakin yang melakukan rawat jalan pada puskesmas di kecamatan Rogojampi
12,32% nya atau 1,179 juga harus dirujuk untuk melakukan perawatan jalan
tingkat lanjut pada rumah sakit. Dan dari 2,385 gakin yang melakukan rawat
jalan pada puskesmas di kecamatan Glenmore 38,83% nya atau 926 jiwa harus
dirujuk untuk melakukan perawatan jalan tingkat lanjut pada rumah sakit.
Tabel 4.10
Banyaknya Kunjungan Gakin Rawat Jalan Pada Puskesmas
Menggunakan Jamkesmas Dan Jamkesda, Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Dgn Jamkesmas Dgn Jamkesda
Dirujuk Dirujuk
Jum lah Rawat Rawat
No Kecamatan Gakin Rawat Rawat
Puskesmas Jalan Ke Jalan Ke
Jalan Ke Jalan
Puskesmas Puskesmas
RS Ke RS
1 Pesanggaran 2 13,674 2,156 0 0 0
2 Siliragung 1 14,014 1,230 0 0 0
3 Bangorejo 2 18,088 6,243 0 0 0
4 Purwoharjo 2 12,656 2,341 0 0 0
5 Tegaldlimo 2 18,638 3,018 0 0 0
Tabel 4.11
Banyaknya Kunjungan Gakin Rawat Inap
Gakin yang ada di kecamatan Genteng merupakan gakin yang paling banyak
dirujuk untuk melakukan rawat inap tingkat lanjut pada rumah sakit yaitu ada
2.644. Kemudian diikuti oleh gakin dari kecamatan Banyuwangi yaitu ada 1.940
yang dirujuk melakukan rawat inap tingkat lanjut pada rumah sakit. Gakin dari
kecamatan Rogojampi ada 613 jiwa yang dirujuk melakukan rawat inap tingkat
lanjut pada rumah sakit. Gakin dari kecamatan Glenmore ada 476 dan gakin
dari kecamatan Licin ada 62 jiwa yang yang dirujuk melakukan rawat inap
tingkat lanjut pada rumah sakit.
Tabel 4.12
Banyaknya Kunjungan Gakin Rawat Inap Pada Puskesmas
Menggunakan Jamkesmas Dan Jamkesda, Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Dgn Jamkesmas Dgn Jamkesda
Rawat Rawat
Jumlah Rawat Rawat
No Kecamatan Gakin Inap Di Inap Di
Puskesmas Inap Di Inap Di
Rujuk Rujuk
Puskesmas Puskesmas
Ke RS Ke RS
1 Pesanggaran 2 13,674 154 0 0 0
2 Siliragung 1 14,014 0 0 0 0
3 Bangorejo 2 18,088 174 0 0 0
Tabel 4.13
Perkembangan Rumah Sakit
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 - 2012
Tahun
No Klasifikasi Rumah Sakit
2010 2011 2012
1 Rumah Sakit Umum 8 8 8
2 Rumah Sakit Khusus 3 3 6
3 PKJM dan KKO 1 1 1
Jumlah Total 12 12 15
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perkembangan rumah sakit yang ada di
kabupaten Banyuwangi mulai tahun 2010 – 2012 terutama terjadi pada klasifikasi
Tabel 4.14
Banyaknya Dan Sebaran Rumah Sakit
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Klas Rumah Jumlah
No Nama RS Lokasi
Sakit Tempat Tidur
1 RSI Banyuwangi D 44 Kec. Banyuwangi
2 RSUD Blambangan C 164 Kec. Banyuwangi
3 RSU Yasmin D 59 Kec. Banyuwangi
4 RSIA Bunda D 15 Kec. Banyuwangi
5 RSI Fatimah D 57 Kec. Banyuwangi
6 RSIA Shinta D 10 Kec. Giri
7 RSIA PKU Muhammadiyah D 38 Kec. Rogojampi
8 RSU Nahadatul Ulama D 50 Kec. Rogojampi
9 RSUD Genteng C 128 Kec. Genteng
10 RSU Al Huda C 159 Kec. Genteng
11 RSAB Al Rohmah D 45 Kec. Gambiran
12 RS Gladiool Medika D 15 Kec. Cluring
13 RSB Khotijah D 15 Kec. Mucar
14 RSU Bhakti Husada C 74 Kec. Glenmore
15 PKJM Dan KKO D 20 Kec. Giri
Total 893
*Sumber Data Sekunder Diolah
Delapan rumah sakit merupakan rumah sakit umum, yaitu RSI Banyuwangi, RSUD
Blambangan, RSU Yasmin, RSI Fatimah, RSU Nahdatul Ulama, RSUD Genteng, RSU
Al Huda dan RSU Bhakti Husada. Enam rumah sakit merupakan Rumah Sakit Ibu
dan anak, yaitu RSIA Bunda, RSIA Shinta, RSIA PKU Muhammadiyah RSAB Al
Rohmah, RS Gladiool Medika dan RSB Khotijah. Serta satu buah lainnya
merupakan Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat dan Klinik Ketergantungan Obat.
Empat rumah sakit memiliki kelas atau klasifikasi C, yaitu RSUD Blambangan,
RSUD Genteng, RSU Al-Huda, dan RSU Bhakti Husada. Enam rumah sakit memiliki
kelas atau klasifikasi D, yaitu RSI Banyuwangi, RSU Yasmin, RSIA Bunda, RSI
Fatimah, RSIA Shinta, RSIA PKU Muhammadiyah, RSU Nahadatul Ulama, RSAB Al
Rohmah, RS Gladiool Medika, RSB Khotijah, dan PKJM Dan KKO.
Jumlah tempat tidur yang ada total sebanyak 893 buah dan perbandingan
jumlah tempat tidur dirumah sakit dengan penduduk kabupaten banyuwangi
adalah 1:1.752.
Selain terdapat ruang rawat inap secara umum beberapa rumah sakit yang
ada di kabupaten Banyuwangi juga mempunyai beberapa ruang inap khusus,
antara lain :
1. Intensive Care Unit (ICU) adalah sebuah fasilitas atau tempat khusus
di rumah sakit yang menyediakan penanganan dan pelayanan
medis yang lebih intensif untuk pemantauan fungsi vital secara terus
menerus dalam 24 jam. Dimana perawatan intensif ini akan dapat
memperbaiki dan mempertahankan kelangsungan hidup selanjutnya.
Beberapa rumah sakit yang ada di Kabupaten Banyuwangi yang
mempunyai ruangan ICU sebagai bagian pelayanan rawat inapnya,
antara lain, RSUD Blambangan, RSUD Genteng, RSU Al-Huda, RSU Bhakti
Husada, dan RSIA Bunda.
2. PICU (Pediatric Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan intensif
untuk anak-anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus,
guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-oragan
vital. Beberapa rumah sakit yang ada di Kabupaten Banyuwangi yang
mempunyai ruangan PICU sebagai bagian pelayanan rawat inapnya,
antara lain, RSU Al-Huda dan RSU Nahdatul Ulama.
3. Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan
intensif untuk bayi (sampai usia 28 hari) yang memerlukan pengobatan
dan perawatan khusus, guna mencegah dan mengobati terjadinya
kegagalan organ-oragan vital. Beberapa rumah sakit yang ada di
Kabupaten Banyuwangi yang mempunyai ruangan NICU sebagai
bagian pelayanan rawat inapnya, antara lain, RSU Al-Huda dan RSU
Nahdatul Ulama serta RSU Bhakti Husada.
Tabel 4.15
Banyaknya Kunjungan ke Rumah Sakit
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 - 2012
Kunjungan Pasien Ke Tahun Tahun Tahun
No
Rumah Sakit 2010 2011 2012
1 Rawat Jalan 136,090 197,026 205,576
2 Rawat Inap 16,524 36,963 49,605
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien ke rumah
sakit baik yang melakukan rawat inap maupun rawat jalan dari tahun 2010 –
2012 terus mengalami peningkatan. Untuk kunjungan rawat jalan dari tahun
2011 mengalami peningkatan sebesar 48,78 % dan kunjungan rawat jalan pada
tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 4,34%. Sedangkan untuk
Tabel 4.16
Tingkat Pelayanan Rumah Sakit
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 – 2012
LOS (Length of Stay = rata-rata lamanya pasien dirawat) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa LOS
rumah sakit di kabupaten Banyuwangi selama tahun 2010 – 2012 rata-rata
adalah 4,29 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa lama rata-rata
pasien yang dirawat pada rumah sakit yang ada di kabupaten Banyuwangi
adalah masih dalam batas efesien. Nilai Parameter yang ideal antara 6 – 9 hari
(Depkes RI, 2005).
TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Dari tabel
diatas dapat diketahui bahwa TOI rumah sakit di kabupaten Banyuwangi
selama tahun 2010 – 2012 rata-rata adalah 3,09 hari. Kondisi tersebut
memberikan gambaran bahwa lama rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya pada rumah sakit yang ada di
kabupaten Banyuwangi adalah masih dalam batas ideal, sehingga dapat
menghindarkan terjadinya infeksi Nosokomial di Rumah Sakit. Nilai Parameter
yang ideal antara 1 – 3 hari (Depkes RI, 2005).
GDR (Gross Death Rate) adalah Angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar. Dihitung keseluruhan dan ada perhitungan berdasarkan jenis
kelamin. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa GDR (Gross Death Rate)
rumah sakit di kabupaten Banyuwangi selama tahun 2010 – 2012 rata-rata
adalah 54 per 1000 penderita keluar rumah sakit. Kondisi tersebut memberikan
gambaran bahwa angka kematian umum pasien yang dirawat pada rumah
sakit yang ada di kabupaten Banyuwangi adalah masih cukup tinggi. Nilai
NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa NDR
(Net Death Rate) rumah sakit di kabupaten Banyuwangi selama tahun 2010 –
2012 rata-rata adalah 24,9 per 1000 penderita keluar rumah sakit. Kondisi
tersebut memberikan gambaran bahwa angka kematian umum pasien yang
dirawat pada rumah sakit yang ada di kabupaten Banyuwangi adalah masih
cukup ideal. Nilai parameter yang ideal adalah tidak lebih dari 25 per 1000
penderita keluar.
Tabel 4.17
Peralatan Dan Perlengkapan Rumah Sakit
Di Kab. Banyuwangi, 2012
Nama Peralatan dan Keberadaan Alat Skala
No
Perlengkapan Ada Tidak Keberadaan
1 Meja Operasi ada 8
2 Mesin Anestesi ada 8
3 Ventilator ada 8
4 Inkubator ada 9
5 Blue Light ada 9
6 USG ada 8
7 X-Ray ada 8
8 CT Scanner ada 1
9 MRI Tidak 0
10 EEG ada 1
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir semua rumah sakit yang ada
mempunyai fasilitas peralatan dan perlengkapan meja operasi serta mesin
anestesi.
Sinar biru (Bluelight) untuk Bayi Kuning dan Prematur, adalah lampu sinar biru
untuk bayi baru lahir dan premature dengan gejala Neonatal Jaundice yaitu
Kulit dan mata bayi kekuning-kuningan karena kadar bilirubin darah di atas rata-
rata normal. Hampir semua rumah sakit yang ada di kabupaten Banyuwangi
mempunyai peralatan Sinar biru (Bluelight).
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas
dalam medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan
dengan bantuan ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran
cairan). Biasanya menggunakan probe yang digenggam yang diletakkan di
atas pasien dan digerakkan: gel berair memastikan penyerasian antara pasien
dan probe. Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter
spesialis kandungan (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan
Sinar X atau bisa disebut X-ray adalah salah satu alat yang dapat memancarkan
sinar elektromagnet. Sinar-X ini mempunyai bentuk yang serupa dengan sinar
cahaya biasa, inframerah dan gelombang radio. Sinar x terutama digunakan
untuk melihat kondisi tulang, gigi serta organ tubuh yang lain tanpa melakukun
pembedahan langsung pada tubuh pasien. Biasanya, masyarakat awam
menyebutnya dengan sebutan ‘’FOTO RONTGEN’’. Gambar foto sinar-X
digunakan untuk mengesan kecacatan tulang, mengesan tulang yang patah
dan menyiasat keadaan organ-organ dalam badan. Hampir semua rumah sakit
yang ada di kabupaten Banyuwangi mempunyai peralatan X-ray.
Elektrokardiogram (EKG) adalah alat untuk merekam aktivitas listrik dari denyut
jantung, yang digunakan untuk mendiagnosa aritmia jantung, iskemia miokard
dan infark miokard. Elektrokardiogram dapat juga menunjukkan apakah
serangan jantung telah terjadi. Hampir semua rumah sakit yang ada di
kabupaten Banyuwangi mempunyai peralatan EKG.
Dari beberapa peralatan dan perlengkapan yang dipunyai oleh rumah sakit
yang ada di kabupaten Banyuwangi diatas untuk keberadaa sarana
pemeriksaan atau pelayanan perawatan kesehatan dengan menggunakan
alat canggih (CT Scan, MRI, Endoscopy, Hemodialisa dan lain-lain), ternyata
masih sangat terbatas sekali jumlahnya.
Untuk sumber daya manusia tenaga kesehatan yang terdapat pada rumah
sakit yang ada di kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.18
Kondisi Sumber Daya Manusia Tenaga Kesehatan
Rumah Sakit Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Jumlah Tenaga
No Tenaga Medis
Medis
1 Dokter Sp Anak 8
2 Dokter Sp Obstetri dan Ginekologi 9
Dari tabel diatas diketahui bahwa sumber daya manusia kesehatan tenaga
dokter spesialis yang ada di rumah sakit Banyuwangi antara lain adalah : Dokter
Sp Anak , Dokter Sp Obstetri dan Ginekologi , Dokter Sp Penyakit Dalam, Dokter
Sp Bedah, Dokter Sp Radiologi, Dokter Sp Rehabilitasi Medik, Dokter Sp
Anestesiologi, Dokter Sp Jantung dan Pembuluh Darah, Dokter Sp Mata, Dokter
Sp THT, Dokter Sp Kedokteran Jiwa, Dokter Sp Saraf, Dokter Sp Paru dan Dokter
Spesialis Lain.
Untuk Dokter Umum terdapat 62 orang, Dokter Gigi ada 10 orang, Perawat ada
436 orang, Bidan ada 95 orang, Farmasi ada 75 orang dan Tenaga Kesehatan
Lainnyaterdapat 87 orang.
Tabel 4.19
Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan
Bagi Gakin Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rumah sakit yang ada di kabupaten
Banyuwangi yang memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat miskin
dan tidak mampu terutama pengguna atau peserta Jamkesmas dan Jamkesda
adalah antara lain RSUD Blambangan di kecamatan Banyuwangi, RSU Nahdatul
Ulama di kecamatan Rogojampi, RSUD Genteng di kecamatan Genteng dan
RSU Bhakti Husada di kecamatan Glenmor.
Dari tinjauan cakupan pelayanan ke empat rumah sakit tersebut sudah dapat
dikatakan memadai dengan kondisi geografis di kabupaten Banyuwangi. RSUD
Blambangan di kecamatan Banyuwangi memberikan pelayanan Rawat Jalan
Tingkat Lanjutan (RJTL) dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) bagi
masyarakat miskin dari wilayah Banyuwangi bagian utara, RSU Nahdatul Ulama
di kecamatan Rogojampi memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
(RJTL) dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat
miskin dari wilayah Banyuwangi bagian timur, RSUD Genteng di kecamatan
Genteng memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan
pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat miskin dari
wilayah Banyuwangi bagian selatan dan RSU Bhakti Husada di kecamatan
Glenmor memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan
pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat miskin dari
wilayah Banyuwangi bagian barat.
Selain mempunyai tempat tidur yang paling banyak untuk melayani rawat inap
RSUD Blambangan juga merupakan rumah sakit yang mempunyai bangunan
gedung pelayanan paling luas sekitar 13.597 meter persegi. Kemudian diikuti
oleh RSUD Genteng mempunyai bangunan gedung pelayanan seluas sekitar
10.597 meter persegi, selanjutnya RSU Bhakti Husada yang mempunyai
bangunan gedung pelayanan seluas sekitar 9.006 meter persegi dan terakhir
adalah RSU Nahadatul Ulama mempunyai bangunan gedung pelayanan
hanya seluas sekitar 3.740 meter persegi.
Tabel 4.20
Presentase Tempat Tidur Rumah Sakit
Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Jumlah Jumlah
Kelas Persentase
Total Tempat
No Nama Rumah Sakit Rumah Tempat
Tempat Tidur
Sakit Tidur Klas 3
Tidur Klas 3
1 RSUD Blambangan C 167 93 55.69%
2 RSUD Genteng C 128 82 64.06%
3 RSU Nahadatul Ulama D 50 14 28.00%
4 RSU Bhakti Husada C 74 58 78.38%
Total 419 247 56.53%
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari sisi jumlah tempat tidur yang
disediakan untuk masyarakat miskin (klas 3) rumah sakit RSUD Blambangan di
kecamatan Banyuwangi menyediakan jumlah tempat tidur paling banyak
dibandingkan 3 rumah sakit lainnya yaitu mencapai 93 tempat tidur, kemudian
Jumlah kunjungan rawat jalan pasien umum dang gakin pada RSUD
Blambangan, RSUD Genteng, RSU Nahdatul Ulama dan RSU Bhakti Husada mulai
tahun 2010 hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.21
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Pada
Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 – 2012
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
No Nama Rumah Sakit
2010 2011 2012
Umum Gakin Umum Gakin Umum Gakin
1 RSUD Blambangan 59,359 5,987 65,596 4,492 74,116 7,052
2 RSUD Genteng 48,748 7,507 52,962 2,718 54,181 1,498
RSU Nahadatul
3 Ulama 4,322 149 3,164 318 2,445 951
4 RSU Bhakti Husada 16,104 547 13,366 275 14,327 1,140
Total 128,533 14,190 135,088 7,803 145,069 10,641
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan rawat jalan pasien
umum di RSUD Blambangan dan RSUD Genteng dari tahun 2010 – 2012 terus
mengalami peningkatan. Sedangkan untuk kunjungan rawat jalan pasien
Untuk jumlah kunjungan rawat jalan pasien gakin di RSUD Blambangan dan RSU
Bhakti Husada dari tahun 2010 – 2012 berfluktuasi. Di RSU Nahdatul Ulama
kunjungan rawat jalan pasien gakin dari tahun 2010 – 2012 terus mengalami
peningkatan. Sedangkan untuk kunjungan rawat jalan pasien gakin di RSUD
Genteng dari tahun 2010 – 2012 mengalami penurunan.
Persentase pasien rawat jalan gakin dibandingkan pasien umum pada RSUD
Blambangan tahun 2010 ada sekitar 9,16% (5.987 orang). Tahun 2011 turun
menjadi 6,41% (4.492 orang) dan di tahun 2012 naik lagi menjadi 8,69% (7.052
orang).
Untuk RSUD Genteng, persentase pasien rawat jalan gakin dibandingkan pasien
umum pada tahun 2010 ada sekitar 13,34% (7.507 orang). Tahun 2011 turun
hanya menjadi 4,88% (2.718 orang) dan tahun 2012 turun lagi persentasenya
menjadi hanya 2,69% (1.498 orang).
Pada RSU Nahdatul Ulama, persentase pasien rawat jalan gakin dibandingkan
pasien umum pada tahun 2010 ada sekitar 3,33% (149 orang). Tahun 2011 naik
menjadi 9,13% (318 orang) dan tahun 2012 naik lagi persentasenya menjadi
sekitar 28% (951 orang).
Di RSU Bhakti Husada, persentase pasien rawat jalan gakin dibandingkan pasien
umum pada tahun 2010 ada sekitar 3,29% (547 orang). Tahun 2011 mengalami
penurunan menjadi hanya 2,02% (275 orang) dan tahun 2012 naik lagi
persentasenya menjadi sekitar 7,37% (1.140 orang).
Jumlah kunjungan rawat inap pasien umum dan gakin pada RSUD Blambangan,
RSUD Genteng, RSU Nahdatul Ulama dan RSU Bhakti Husada mulai tahun 2010
hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.22
Jumlah Kunjungan Rawat Inap Pada
Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 – 2012
No Nama Rumah Sakit Jumlah Kunjungan Rawat Inap
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan rawat inap pasien
umum di RSUD Blambangan dari tahun 2010 – 2012 mengalami fluktuasi. Untuk
RSUD Genteng dari tahun 2010 – 2012 terus mengalami peningkatan.
Sedangkan untuk kunjungan rawat inap pasien umum di RSU Nahdatul Ulama
dari tahun 2010 – 2012 mengalami penurunan sedangkan pada RSU Bhakti
Husada juga berfluktuasi.
Untuk jumlah kunjungan rawat inap pasien gakin di RSUD Blambangan dari
tahun 2010 – 2012 mengalami berfluktuasi. di RSUD Genteng dari tahun 2010 –
2012 untuk kunjungan rawat jalan pasien gakin di RSUD Genteng dan RSU Bhakti
Husada berfluktuasi. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap pasien gakin di RSU
Bhakti Husada dari tahun 2010 – 2012 terus mengalami peningkatan.
Persentase pasien rawat inap gakin dibandingkan pasien umum pada RSUD
Blambangan tahun 2010 ada sekitar 21,81% (2.477 orang). Tahun 2011 turun
menjadi 16,31% (1.648 orang) dan di tahun 2012 turun lagi hanya menjadi sekitar
11,76% (1.408 orang).
Untuk RSUD Genteng, persentase pasien rawat inap gakin dibandingkan pasien
umum pada tahun 2010 ada sekitar 20,97% (2.029 orang). Tahun 2011 turun
hanya menjadi 7,97% (675 orang) dan tahun 2012 naik lagi persentasenya
menjadi 12,54% (1.231 orang).
Di RSU Bhakti Husada, persentase pasien rawat inap gakin dibandingkan pasien
umum pada tahun 2010 ada sekitar 10,96% (357 orang). Tahun 2011 naik menjadi
15,25% (189 orang) dan tahun 2012 naik lagi persentasenya menjadi sekitar
32,12% (726 orang).
Tabel 4.23
BOR Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 – 2012
BOR RS Rata-rata
No Nama Rumah Sakit
2010 2011 2012 BOR RS
1 RSUD Blambangan 67.03 64.61 74.94 68.86
2 RSUD Genteng 59.92 61.18 68.51 63.20
3 RSU Nahadatul Ulama 38.90 43.30 50.50 44.23
4 RSU Bhakti Husada 33.60 32.25 32.93 32.93
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa BOR RSUD Blambangan selama tahun
2010 – 2012 rata-rata adalah 68,86%. Kondisi tersebut memberikan gambaran
bahwa tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit yang ada di RSUD
Blambangan adalah masih dalam batas ideal.
BOR RSU Nahdatul Ulama selama tahun 2010 – 2012 rata-rata adalah 44,23%.
Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit yang ada di RSU Nahdatul Ulama adalah rendah di bawah
batas ideal.
Begitu juga BOR RSU Bhakti Persada selama tahun 2010 – 2012 rata-rata adalah
cuman sebesar 32,93%. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit yang ada di RSU Bhakti Persada adalah
rendah di bawah batas ideal.
LOS (Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.
Tabel 4.24
LOS Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 – 2012
LOS RS Rata-rata
No Nama Rumah Sakit
2010 2011 2012 LOS RS
1 RSUD Blambangan 3.62 2.47 1.45 2.51
2 RSUD Genteng 4.64 4.67 3.52 4.28
3 RSU Nahadatul Ulama 4.00 5.00 4.00 4.33
4 RSU Bhakti Husada 2.80 4.15 3.48 3.48
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa LOS RSUD Blambangan selama tahun
2010 – 2012 rata-rata adalah 2,51 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran
bahwa lama rata-rata pasien yang dirawat pada rumah sakit RSUD
Blambangan adalah masih dalam batas efesien.
LOS RSU Nahdatul Ulama selama tahun 2010 – 2012 rata-rata adalah 4,33 hari.
Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa lama rata-rata pasien yang
dirawat pada rumah sakit di RSU Nahdatul Ulama adalah masih dalam batas
efesien.
Begitu juga LOS RSU Bhakti Persada selama tahun 2010 – 2012 rata-rata adalah
sebesar 3,48 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa lama rata-
rata pasien yang dirawat pada rumah sakit di RSU Bhakti Persada adalah masih
dalam batas efesien.
TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Tabel 4.25
TOI Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2010 – 2012
TOI RS Rata-rata
No Nama Rumah Sakit
2010 2011 2012 TOI RS
1 RSUD Blambangan 2.19 3.85 4.10 3.38
2 RSUD Genteng 2.40 2.30 1.61 2.10
3 RSU Nahadatul Ulama 6.00 7.00 16.00 9.67
4 RSU Bhakti Husada 8.20 5.65 6.93 6.93
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa TOI (Turn Over Interval) RSUD
Blambangan selama tahun 2010 – 2012 rata-rata adalah 3,38 hari. Kondisi
tersebut memberikan gambaran bahwa lama rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya pada rumah sakit
RSUD Blambangan adalah mendekati kurang ideal karena lebih dari 3 hari,
sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan terjadinya infeksi Nosokomial di
Rumah Sakit.
TOI (Turn Over Interval) RSU Nahdatul Ulama selama tahun 2010 – 2012 rata-rata
adalah 9,67 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa lama rata-rata
hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya
pada rumah sakit di RSU Nahdatul Ulama adalah sangat kurang ideal karena
lebih dari 3 hari, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan terjadinya infeksi
Nosokomial di Rumah Sakit.
Begitu juga TOI (Turn Over Interval) RSU Bhakti Persada selama tahun 2010 – 2012
rata-rata adalah sebesar 6,93 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran
bahwa lama rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi
ke saat terisi berikutnya pada rumah sakit di RSU Bhakti Persada adalah juga
sangat kurang ideal karena lebih dari 3 hari, sehingga dikhawatirkan dapat
menimbulkan terjadinya infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.
Untuk sumber daya manusia tenaga kesehatan yang terdapat pada rumah
sakit yang memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan
pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat miskin dan
tidak mampu yang ada di kabupaten Banyuwangi tahun 2012 dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.26
Kondisi Sumber Daya Manusia Tenaga Kesehatan
Pada Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah SDM tenaga kesehatan yang
ada di RSUD Blambangan adalah paling banyak dibandingkan dengan rumah
sakit lainnya yang memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat miskin
yaitu terdapat 218 orang, Kemudian disusul oleh RSUD Genteng yaitu terdapat
145 orang. Kemudian RSU Bhakti Husada terdapat 90 orang dan terakhir adalah
RSU Nahadatul Ulama yang hanya mempunyai SDM tenaga kesehatan hanya
46 orang.
SDM Dokter spesialis yang ada di RSUD Blambangan juga paling banyak
dibandingkan dengan rumah sakit lainnya yang memberikan pelayanan Rawat
Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
kepada masyarakat miskin yaitu ada 19 orang (41,30%), kemudian dokter
spesialis yang ada di RSUD Genteng ada 13 orang (28,26 %), dokter spesialis
Begitu juga dengan SDM Dokter umum, dokter umum yang ada di RSUD
Blambangan juga paling banyak dibandingkan dengan rumah sakit lainnya
yang memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan
pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat miskin yaitu
ada 11 orang (34,38%), kemudian dokter spesialis yang ada di RSUD Genteng
ada 8 orang (25,00%), dokter spesialis yang ada di RSU Bhakti Husada ada 7
orang (21,88%) dan yang paling sedikit adalah dokter spesialis yang terdapat di
RSU Nahdatul Ulama hanya ada 6 orang (18,75%).
Terkait antara jumlah SDM perawat dengan jumlah tempat tidur yang ada pada
rumah sakit yang memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat miskin
dan tidak mampu yang ada di kabupaten Banyuwangi pada tahun 2012 dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.27
Perbandingan Tempat Tidur Dengan Perawat
Pada Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Jumlah Kebutuhan Jumlah
Selisih
Total Perawat SDM
No Nama Rumah Sakit Jumlah SDM
Tempat Berdasarkan Perawat
Perawat
Tidur Jumlah TT Yg Ada
1 RSUD Blambangan 167 111 144 33
2 RSUD Genteng 128 85 138 53
3 RSU Nahadatul Ulama 50 33 14 -19
4 RSU Bhakti Husada 74 49 51 2
Total 419 279 347 68
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah SDM tenaga perawat
dibandingkan dengan jumlah tempat tidur yang ada di RSUD Blambangan
didasarkan standart permenkes no 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit
Tabel 4.28
Peralatan Dan Perlengkapan
Pada Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
RSU RSU
Nama Peralatan dan RSUD RSUD
No Bhakti Nahdatul
Perlengkapan Blambangan Genteng
Husada Ulama
1 Meja Operasi Ada Ada Ada Ada
2 Mesin Anestesi Ada Ada Ada Ada
3 Ventilator Ada Ada Ada Ada
4 Inkubator Ada Ada Ada Ada
5 Blue Light Ada Ada Ada Ada
6 USG Ada Ada Ada Ada
7 X-Ray Ada Ada Ada Ada
8 CT Scan Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
9 MRI Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
10 Endoscopy Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
11 Hemodialisa Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
12 Mammograhy X-ray Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
13 EEG Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir semua rumah sakit yang
memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan pelayanan
Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat miskin dan tidak mampu
yang ada di kabupaten Banyuwangi, mempunyai fasilitas peralatan dan
perlengkapan meja operasi, mesin anestesi, ventilator, incubator, blue light, usg,
x-ray, EKG, autoclave dan ambulance.
Untuk fasilitas peralatan CT Scan, MRI, dan EEG, baik RSUD Blambangan, RSUD
Genteng, RSU Nahdatul Ulama dan RSU Bhakti Husada tidak mempunyainya.
Sedangkan untuk peralatan Endoscopy, Hemodialisa dan Mammography X-rax
hanya RSUD Blambangan saja yang mempunyainya.
Analisis umum kondisi sarana kesehatan yang akan dilakukan adalah terhadap
Rumah Sakit dan Puskesmas dengan pertimbangan kedua fasilitas tersebut
memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan di
kabupaten Banyuwangi. Dengan pertimbangan puskesmas merupakan
fasilitas rujukan tingkat pertama sedangkan rumah sakit adalah merupakan
fasilitas kesehatan pada tingkatan paling tinggi dan menjadi rujukan bagi
pelayanan yang dibawahnya seperti puskesmas.
Dari tabel diatas secara umum terlihat bahwa terjadi ketimpangan sebaran
sarana kesehatan di kabupaten Banyuwangi.
Dari hasil analisa terhadap sebaran puskesmas rawat jalan dan rawat inap
terhadap pusat pelayanan dan pertumbuhan di kabupaten Banyuwangi ,
Tabel 5.2
Analisa Sebaran Puskesmas
Dari hasil analisa terhadap sebaran rumah sakit terhadap pusat pelayanan
dan pertumbuhan di kabupaten Banyuwangi , fasilitas kesehatan rumah sakit
tersebut tidak tersebar rata pada 4 cluster pelayanan pertumbuhan di
kabupaten Banyuwangi.
Tabel 5.3
Analisa Sebaran Rumah Sakit
Menurut Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Cluster Banyuwangi Utara Cluster Banyuwangi Tengah Timur
Jumlah Jumlah Rumah
No Kecamatan No Kecamatan
Rumah Sakit Sakit
1 Wongsorejo 0 1 Songgon 0
2 Kalipuro 0 2 Kabat 0
3 Giri 1 3 Singojuruh 0
4 Licin 1 4 Srono 0
5 Glagah 0 5 Muncar 1
6 Cluring 1
6 Banyuwangi 5 7 Rogojampi 2
Jumlah 7 Jumlah 4
Jumlah Jumlah Rumah
No Kecamatan No Kecamatan
Rumah Sakit Sakit
1 Pesanggaran 0 1 Kalibaru 0
2 Siliragung 0 2 Glenmore 1
3 Tegaldlimo 0 3 Tegalsari 0
4 Purwoharjo 0 4 Sempu 0
5 Gambiran 1
5 Bangorejo 0 6 Genteng 2
Jumlah 0 Jumlah 4
Cluster Banyuwangi Selatan Cluster Banyuwangi Tengah Barat
Tabel 5.4
Analisa Banyaknya Sarana Kesehatan
Menurut Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Klasifikasi
Puskesmas
Jumlah Jumlah
Jumlah Rawat Jumlah
No Kecamatan Rawat Rumah Sarana
Penduduk Jalan Puskesmas
Jalan Sakit Kesehatan
Dan
Aja
Inap
1 Banyuwangi 106,600 0 3 3 5 8
2 Muncar 129,641 2 2 4 1 5
3 Rogojampi 92,884 1 1 2 2 4
4 Genteng 83,582 0 2 2 2 4
5 Srono 87,703 0 3 3 0 3
6 Sempu 71,678 1 2 3 0 3
7 Cluring 70,459 0 2 2 1 3
8 Glenmore 69,862 1 1 2 1 3
9 Gambiran 58,738 1 1 2 1 3
10 Kalipuro 76,610 0 2 2 0 2
11 Wongsorejo 74,714 2 0 2 0 2
Jika dilihat dari jumlah penduduk, pada umumnya semakin besar jumlah
penduduk suatu wilayah maka akan semakin besar pula kebutuhan akan
ketersediaan fasilitas sosial seperti fasilitas kesehatan. Akan tetapi seperti
kecamatan Kalipuro, Wongsorejo dan Kalibaru malah jumlah sarana
kesehatannya lebih sedikit di bandingkan beberapa kecamatan lainnya yang
mempunyai jumlah penduduk yang lebih rendah. Hal diatas bisa juga
menandakan bahwa fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi
ternyata belum merata di tiap Kecamatan.
Dalam analisis ini digunakan analisis Breaking Point, yaitu suatu titik-henti dari
kemampuan pelayanan antara rumah-sakit/fasilitas layanan kesehatan yang
satu dengan yang lain sehingga dapat diketahui jangkauan wilayah
pelayanan sarana kesehatan yang ada dalam hal ini adalah RSUD
Blambangan yang mewakili wilayah utara kabupaten Banyuwangi dan RSUD
Genteng yang mewakili wilayah selatan kabupaten Banyuwangi sebagai
rumah sakit milik pemerintah kabupaten.
Teori Breaking Point (titik henti) merupakan suatu jenis analisis yang mengukur
besarnya daya tarik (gravitasi) antar ota untuk selanjutnya ditentukan titik
batas (breaking point) gravitasi antarkota ada suatu wilayah, sehingga dapat
diketahui wilayah pengaruh suatu kota terhadap wilayah yang ada di
sekitarnya.
Dalam model Reilly ini dikenal apa yang disebut sebagai “breaking point” yaitu
suatu lokasi antarkota X dan Y yang merupakan keseimbangan antara daya
tarik dari kota X dan kota Y terjadi. Dalam hal ini Rx = Ry, jadi 50% penduduk
akan tertarik ke X dan 50% ke kota Y.
d xy
D =--------------------------
1+ (P x+ Py)
Px = jumlah penduduk X
Temp Jangkau
Jarak Jangkaua
at Jarak Perbandin Perbandin an
Terhad n
Jumlah Tidur Terhadap gan Dgn gan Dgn Pelayan
Kecamata ap Pelayana
No Pendud Rawa RSUD Kpsitas Kpsitas an
n RSUD n RSUD
uk t Inap Blambang RSUD Blambanga RSUD
Genten Blambang
Yg an Genteng n Genten
g an
Ada g
Pesanggar
1 an 48,677 10 37,000 60,000 1.09 1.06 34,087 56,552
2 Siliragung 44,639 0 30,000 53,000 1.00 1.06 30,000 49,954
3 Bangorejo 59,787 20 19,000 42,000 1.17 1.06 16,226 39,586
Purwohar
4 jo 65,338 10 21,000 41,000 1.09 1.06 19,346 38,644
Tegaldlim
5 o 61,530 10 48,000 61,000 1.09 1.06 44,220 57,494
6 Muncar 129,641 20 30,000 32,000 1.17 1.06 25,620 30,161
7 Cluring 70,459 10 17,000 32,000 1.09 1.06 15,661 30,161
8 Gambiran 58,738 0 10,000 40,000 1.00 1.06 10,000 37,701
9 Tegalsari 46,408 0 16,000 46,000 1.00 1.06 16,000 43,356
10 Glenmore 69,862 10 15,000 65,000 1.09 1.06 13,819 61,264
11 Kalibaru 61,525 10 20,000 70,000 1.09 1.06 18,425 65,977
12 Genteng 83,582 0 0 50,000 1.00 1.06 0 47,126
13 Srono 87,703 0 22,000 24,000 1.00 1.06 22,000 22,621
Rogojamp
14 i 92,884 10 24,000 15,000 1.09 1.06 22,110 14,138
15 Kabat 67,515 0 39,000 10,000 1.00 1.06 39,000 9,425
Singojuru
16 h 45,521 10 25,000 30,000 1.09 1.06 23,031 28,276
17 Sempu 71,678 10 10,000 40,000 1.09 1.06 9,213 37,701
Dari tabel diatas terlihat bahwa jangkauan pelayanan efektif dari RSUD
Genteng adalah meliputi 15 kecamatan yaitu antara lain : kecamatan
Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring,
Gambiran, Tegalsari, Glenmore, Kalibaru, Genteng, Srono, Singojuruh dan
kecamatan Sempu. Sedangkan jangkauan layanan efektif dari RSUD
Blambangan adalah meliputi 9 kecamatan yaitu : kecamatan Kabat,
Rogojampi, Songgon, Glagah, Licin, Banyuwangi, Giri, Kalipuro dan
kecamatan Wongsorejo.
Tabel 5.6
Jangkauan Pelayanan
RSUD Blambangan Dan RSUD Genteng
Pada Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Tabel 5.7
Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio perbandingan antara jumlah penduduk
dan standar pelayanan minimal kesehatan untuk tenaga kesehatan, sesuai
dengan Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 menunjukkan untuk tenaga
Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Perawat, Tenaga Gizi dan
Tenaga Sanitasi masih sangat kurang sekali.
Tabel 5.8
Analisa Sebaran Tenaga Kesehatan
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
RS
No Jenis Tenaga Kesehatan Puskesmas RSUD Lainnya
Swasta
1 Dokter Spesialis 0 20 17 0
2 Dokter Umum 55 19 43 2
3 Dokter Gigi 38 3 7 0
4 Bidan 470 35 57 1
5 Perawat 234 149 298 5
6 Tenaga Kefarmasian 18 22 52 0
7 Tenaga Gizi 17 6 11 2
8 Tenaga Kesehatan Masy 0 4 4 7
9 Tenaga Sanitasi 19 4 2 3
10 Tenaga Teknisi Medis
Analisis Lab 8 15 26 0
Tem dan P. Rontg 0 4 7 0
Anestesi 0 5 2 0
11 Fisio Terapis 0 3 6 0
Jumlah Total 859 289 532 20
*Sumber Data Sekunder Diolah Dan Dianalisa
Dari tabel diatas terlihat bahwa secara umum keberadaan sebaran tenaga
kesehatan yang ada di kabupaten Banyuwangi paling banyak pada fasilitas
kesehatan puskesmas yaitu sekitar 859 orang (50,53%), kemudian pada rumah
sakit swasta sebanyak 532 orang (31,29%), pada rumah sakit umum daerah
sebanyak 289 orang (17%) dan instansi lainnya yaitu ada 20 orang (1,18%).
Untuk sebaran tenaga kesehatan yang terdapat pada puskesmas yang ada di
kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.9
Analisa Sebaran Tenaga Kesehatan Pada Puskesmas
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Farmasi
Te Te
Dok Dok dan Ana
Nama Bi Pera na na
No Kecamatan ter ter Ass lisis
Puskesmas dan wat ga ga Sa
Umum Gigi Apo Lab
Gizi nitasi
teker
1 Pesanggaran Pesanggaran 2 1 10 11 1 1 1 0
Sumberagung 1 1 8 6 0 0 0 0
2 Siliragung Siliragung 1 1 14 5 0 0 0 0
Hal diatas bisa juga menandakan bahwa sebaran tenaga kesehatan yang
ada puskesmas Kabupaten Banyuwangi ternyata belum merata di tiap-tiap
puskesmas.
Tabel 5.10
Analisa Rasio Pelayanan Puskesmas
Menurut Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Luas
Jumlah Jumlah Rasio
No Kecamatan Wilayah
Penduduk Puskesmas Puskesmas
(Km2)
1 Pesanggaran 803 48,677 2 24,339
2 Siliragung 95 44,639 1 44,639
3 Bangorejo 137 59,787 2 29,894
4 Purwoharjo 200 65,338 2 32,669
5 Tegaldlimo 1,341 61,530 2 30,765
6 Muncar 146 129,641 4 32,410
7 Cluring 97 70,459 2 35,230
8 Gambiran 67 58,738 2 29,369
9 Tegalsari 65 46,408 1 46,408
Tabel 5.11
Terkait dengan pelayanan terhadap masyarakat miskin dari data yang ada
menunjukkan bahwa Puskesmas di kecamatan Banyuwangi, merupakan
puskesmas yang paling banyak dikunjungi oleh gakin untuk melakukan rawat
jalan dalam satu tahunnya yaitu mencapai 17.548 jiwa. Setelah itu adalah
puskesmas yang ada di kecamatan Rogojampi yaitu mencapai 9.568 jiwa.
Untuk puskesmas di kecamatan Tegalsari hanya dikunjungi 795 gakin dan
puskesmas di kecamatan Kabat dalam satu tahunnya malah hanya dikunjungi
649 gakin.
Untuk puskesmas yang paling sering dikunjungi oleh gakin dalam melakukan
rawat inap adalah puskesmas rawat inap di kecamatan Singojuruh dengan
jumlah pengunjung mencapai 313 jiwa. Puskesmas rawat inap di kecamatan
Cluring dikunjungi 294 jiwa. Puskesmas rawat inap di kecamatan Sempu
dikunjungi 178 jiwa, puskesmas rawat inap di kecamatan Bangorejo dikunjungi
174 jiwa, puskesmas rawat inap di kecamatan Tegaldlimo dikunjungi 172 jiwa,
puskesmas rawat inap di kecamatan Pesanggaran dikunjungi 154 jiwa,
puskesmas rawat inap di kecamatan Wongsorejo dikunjungi 109 jiwa,
puskesmas rawat inap di kecamatan Glenmore dikunjungi 28 jiwa dan
puskesmas rawat inap di kecamatan Muncar dikunjungi 18 jiwa.
Tabel 5.12
Analisa Rawat Inap Gakin Di Puskesmas
Dan Yang Dirujuk Di RS
Menurut Kecamatan Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Dari data diatas menunjukkan bahwa gakin yang melakukan rawat inap di
puskesmas pada tahun 2012 dengan menggunakan Jamkesmas ada
sebanyak 1.440 jiwa atau sekitar 20% sedangkan yang dirujuk ke rumah sakit
adalah sebanyak 5.340 jiwa atau sekitar 80% dari jumlah gakin yang ada.
Kondisi ini ternyata berbanding terbalik dengan gakin yang melakukan rawat
jalan di puskesmas yang ada 108,819 jiwa atau sekitar 90% sedangkan yang
dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan rawat jalan ada 11,766 jiwa atau sekitar
10%. Kondisi ini menunjukkan bahwa rawat inap di rumah sakit dipersepsi lebih
baik daripada dengan rawat inap di puskesmas.
Untuk LOS rumah sakit di kabupaten Banyuwangi selama tahun 2010 – 2012
rata-rata adalah 4,29 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa
lama rata-rata pasien yang dirawat pada rumah sakit yang ada di kabupaten
Banyuwangi adalah masih dalam batas efesien. Nilai Parameter yang ideal
antara 6 – 9 hari (Depkes RI, 2005).
Untuk TOI rumah sakit di kabupaten Banyuwangi selama tahun 2010 – 2012
rata-rata adalah 3,09 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa
lama rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat
terisi berikutnya pada rumah sakit yang ada di kabupaten Banyuwangi
adalah masih dalam batas ideal, sehingga dapat menghindarkan terjadinya
infeksi Nosokomial di Rumah Sakit. Nilai Parameter yang ideal antara 1 – 3 hari
(Depkes RI, 2005).
GDR (Gross Death Rate) rumah sakit di kabupaten Banyuwangi selama tahun
2010 – 2012 rata-rata adalah 54 per 1000 penderita keluar rumah sakit. Kondisi
tersebut memberikan gambaran bahwa angka kematian umum pasien yang
dirawat pada rumah sakit yang ada di kabupaten Banyuwangi adalah masih
cukup tinggi. Nilai parameter yang ideal adalah tidak lebih dari 45 per 1000
penderita keluar. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi tersebut adalah
diakibatkan selain banyak pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit sudah dalam
keadaan kritis juga pasien yang masuk ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) juga
sudah dalam keadaan tidak sadar sehingga masih dirawat beberapa jam
sudah meninggal dunia.
NDR (Net Death Rate) rumah sakit di kabupaten Banyuwangi selama tahun
2010 – 2012 rata-rata adalah 24,9 per 1000 penderita keluar rumah sakit. Kondisi
tersebut memberikan gambaran bahwa angka kematian umum pasien yang
dirawat pada rumah sakit yang ada di kabupaten Banyuwangi adalah masih
Tabel 5.13
Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan
Bagi Gakin Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Jumlah Jumlah
Kelas Persentase
Total Tempat
No Nama Rumah Sakit Rumah Tempat
Tempat Tidur
Sakit Tidur Klas 3
Tidur Klas 3
1 RSUD Blambangan C 167 93 55.69%
2 RSUD Genteng C 128 82 64.06%
3 RSU Nahadatul Ulama D 50 14 28.00%
4 RSU Bhakti Husada C 74 58 78.38%
Dari tinjauan cakupan pelayanan ke empat rumah sakit tersebut sudah dapat
dikatakan memadai dengan kondisi geografis di kabupaten Banyuwangi.
RSUD Blambangan di kecamatan Banyuwangi memberikan pelayanan Rawat
Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
bagi masyarakat miskin dari wilayah Banyuwangi bagian utara, RSU Nahdatul
Ulama di kecamatan Rogojampi memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat
Lanjutan (RJTL) dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada
masyarakat miskin dari wilayah Banyuwangi bagian timur, RSUD Genteng di
kecamatan Genteng memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
(RJTL) dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat
miskin dari wilayah Banyuwangi bagian selatan dan RSU Bhakti Husada di
kecamatan Glenmor memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
(RJTL) dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat
miskin dari wilayah Banyuwangi bagian barat.
Untuk analisa kondisi sarana dan daya tampung rumah sakit dalam melayani
masyarakat miskin, dari rasio perbandingan antara jumlah penduduk dan
standar pelayanan minimal kesehatan untuk jumlah tempat tidur di rumahsakit.
Dimana setiap 1.500 jiwa penduduk minimal tersedia 1 unit tempat tidur,
dengan jumlah penduduk gakin di kabupaten Banyuwangi yang mencapai
530 ribu seharusnya di kabupaten Banyuwangi memiliki 353 unit tempat tidur
sebagai penunjang layanan rawat inap di rumah sakitnya untuk melayani
gakin, sedangkan pada kondisi saat ini jumlah tempat tidur yang terdapat di
rumah sakit kabupaten Banyuwangi hanya ada 247 unit sehingga masih ada
kekurangan 106 unit tempat tidur.
Sedangkan BOR RSU Nahadatul Ulama dan BOR RSU Bhakti Persada di bawah
batas ideal. BOR RSU Nahdatul Ulama selama tahun 2010 – 2012 rata-rata
adalah 44,23%. Dan BOR RSU Bhakti Persada selama tahun 2010 – 2012 rata-
rata adalah cuman sebesar 32,93%. Kondisi tersebut memberikan gambaran
bahwa tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit yang ada adalah
rendah di bawah batas ideal.
Untuk LOS, kondisi yang ada di RSUD Blambangan dan RSUD Genteng adalah
masih dalam batas efesien. LOS RSUD Blambangan selama tahun 2010 – 2012
rata-rata adalah 2,51 hari dan LOS RSUD Genteng selama tahun 2010 – 2012
rata-rata adalah 4,28 hari. Begitu juga LOS RSU Nahdatul Ulama selama tahun
2010 – 2012 rata-rata adalah 4,33 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran
bahwa lama rata-rata pasien yang dirawat pada rumah sakit di RSU Nahdatul
Ulama adalah masih dalam batas efesien.
TOI (Turn Over Interval) RSUD Blambangan selama tahun 2010 – 2012 rata-rata
adalah 3,38 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa lama rata-
rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya pada rumah sakit RSUD Blambangan adalah mendekati kurang
ideal karena lebih dari 3 hari, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan
terjadinya infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.
TOI (Turn Over Interval) RSUD Genteng selama tahun 2010 – 2012 rata-rata
adalah 2,10 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa lama rata-
rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya pada rumah sakit di RSUD Genteng adalah masih dalam batas
ideal krn masih dibawah dari 3 hari.
TOI (Turn Over Interval) RSU Nahdatul Ulama selama tahun 2010 – 2012 rata-
rata adalah 9,67 hari. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa lama
rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya pada rumah sakit di RSU Nahdatul Ulama adalah sangat kurang
Begitu juga TOI (Turn Over Interval) RSU Bhakti Persada selama tahun 2010 –
2012 rata-rata adalah sebesar 6,93 hari. Kondisi tersebut memberikan
gambaran bahwa lama rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya pada rumah sakit di RSU Bhakti Persada
adalah juga sangat kurang ideal karena lebih dari 3 hari, sehingga
dikhawatirkan dapat menimbulkan terjadinya infeksi Nosokomial di Rumah
Sakit.
Terkait antara jumlah SDM perawat dengan jumlah tempat tidur yang ada
pada rumah sakit yang memberikan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
(RJTL) dan pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kepada masyarakat
miskin dan tidak mampu yang ada di kabupaten Banyuwangi pada tahun
2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.14
Analisa Perbandingan Tempat Tidur Dengan Perawat
Pada Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Jumlah Kebutuhan Jumlah
Selisih
Total Perawat SDM
No Nama Rumah Sakit Jumlah SDM
Tempat Berdasarkan Perawat
Perawat
Tidur Jumlah TT Yg Ada
1 RSUD Blambangan 167 111 144 33
2 RSUD Genteng 128 85 138 53
3 RSU Nahadatul Ulama 50 33 14 -19
4 RSU Bhakti Husada 74 49 51 2
Total 419 279 347 68
*Sumber Data Sekunder Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah SDM tenaga perawat
dibandingkan dengan jumlah tempat tidur yang ada di RSUD Blambangan
didasarkan standart permenkes no 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah
sakit masih terdapat selisih surplus jumlah perawat sebesar 33 orang. Begitu
juga dengan kondisi yang ada di RSUD Genteng masih terdapat surplus 53
Analisa kondisi SDM kesehatan lebih lanjut atas kondisi RSUD Blambangan dan
RSUD Genteng untuk meningkankan pelayanan bagi masyarakat pada
umumnya dan masyarakat miskin pada khususnya berdasarkan standar dari
permenkes no 340 tahun 2010 dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 5.15
Analisa SDM Kesehatan
Pada Rumah Sakit Yang Memberikan Layanan Bagi Gakin
Di Kab. Banyuwangi, Tahun 2012
Standart RS
RSUD RSUD
Bhakti
No. Jenis Ketenagaan Blambanga Genten
Kelas C Husad
n g
a
A. Tenaga Medik Dasar
1. Dokter Umum 9 11 8 7
2. Dokter Gigi 2 2 1 1
B. Tenaga Medik Spesialis Dasar
1. Dokter Spesialis Bedah 2 2 1 1
2. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 3 2 1
3. Dokter Spesialis Anak 2 1 1 1
4. Dokter Spesialis Obgyn 2 2 3 1
Untuk SDM dokter umum jumlah yang ada di RSUD Blambangan sudah
melebihi dari standar untuk kuantitasnya yaitu ada lebih 2 orang akan tetapi
secara kualitas masih kurang karena yang berstatus tetap hanya 5 orang
dokter umum dan 6 lainnya adalah tenaga tidak tetap/kontrak. Untuk RSUD
Genteng dari 8 orang dokter umum (hanya 3 yang tenaga tetap dan 5 lainnya
adalah adalah tenaga tidak tetap/kontrak ) jadi dapat dikatakan masih
kurang dari standar dan RSU Bhakti Husada kurang 2 orang.
Untuk SDM dokter gigi jumlah yang ada di RSUD Blambangan sudah sesuai
dengan standar yaitu ada 2 orang dan semuanya adalah tenaga tetap.
Sedangkan untuk RSUD Genteng dan RSU Bhakti Husada masih kurang dari
standar karena hanya ada 1 orang .
Untuk tenaga medik spesialis dasar, jumlah yang ada di RSUD Blambangan
sudah sesuai dengan standar yaitu ada 8 orang dokter spesialis, 7 orang dokter
spesialis merupakan tenaga tetap dan 1 orang tenaga tidak tetap/ kontrak
yaitu dokter spesialis bedah. Untuk RSUD Genteng tenaga spesialis dasarnya
masih kurang dari standar yaitu hanya ada 7 orang, 5 orang merupakan
tenaga tetap dan 2 orang adalah tenaga tidak tetap/kontrak yaitu dokter
spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis obygn.
Untuk dokter spesialis bedah jumlah yang ada di RSUD Blambangan sudah
sesuai standar yaitu 2 orang. Untuk RSUD Genteng masih kurang 1 orang dan
RSU Bhakti Husada juga kurang 1 orang.
Untuk dokter spesialis penyakit dalam jumlah yang ada di RSUD Blambangan
sudah melebihi dari standar yaitu lebih 1 orang. Untuk RSUD Genteng sudah
sesuai standar dan RSU Bhakti Husada masih kurang 1 orang.
SDM dokter spesialis anak baik yang ada di RSUD Blambangan , RSUD Genteng
dan RSU Bhakti Husada masih kurang 1 orang.
SDM dokter spesialis obygn yang ada di RSUD Blambangan sudah sesuai
standar, RSUD Genteng malah lebih dari standar dan RSU Bhakti Husada masih
kurang 1 orang.
Untuk dokter Spesialis Radiologi yang ada di RSUD Blambangan sudah sesuai
standar, begitu juga di RSUD Genteng dan RSU Bhakti Husada sudah sesuai
standar.
Untuk dokter Spesialis Patologi Klinik baik di RSUD Blambangan, begitu juga di
RSUD Genteng dan RSU Bhakti Husada masih belum memenuhi standar.
Untuk dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut yang ada di RSUD Blambangan sudah
sesuai standar, RSUD Genteng tidak ada dan RSU Bhakti Husada juga sudah
sesuai standar.
Untuk tenaga medis spesialis lainnya yang ada di RSUD Blambangan terdapat
8 orang dokter spesialis, RSUD Genteng terdapat 5 orang dan RSU Bhakti
Husada terdapat 4 orang.
Tabel 5.16
Analisa Kelayakan Spasial
Atas Kebutuhan Layanan Rumah Sakit Di Kab. Banyuwangi
BANYUWANGI BANYUWANGI
BANYUWANGI BANYUWANGI
TENGAH- TENGAH-
NO KONDISI BOBOT UTARA SELATAN
TIMUR BARAT
NILAI SCORE NILAI SCORE NILAI SCORE NILAI SCORE
1 DEMOGRAFI
Luas Wilayah 1072 Km2 915 Km2 1218 Km2 2576 Km2
5 2 10 1 5 3 15 4 20
Kepadatan Penduduk 325 Km2 595 Km2 322 Km2 109 Km2
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari hasil analisa kelayakan spasial
atas kebutuhan layanan rumah sakit menunjukkan hasil scoring tertinggi atas
kebutuhan layanan rumah sakit adalah pada wilayah Banyuwangi Bagian
Selatan. Sehingga nanti bila ada rencana penambahan atau pembangunan
Tabel 5.17
Analisa Kebutuhan Sarana/Fasilitas
Dan Peralatan Medik/Non Medik
Atas Kebutuhan Layanan Rumah Sakit Di Kab. Banyuwangi
OPTIMALISASI PENGEMBANGAN PENDIRIAN
NO KEBUTUHAN BOBOT RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT
NILAI SCORE NILAI SCORE NILAI SCORE
1 PELAYANAN KESEHATAN
Medik Umum 1 3 3 3 3 1 1
Gawat Darurat 1 3 3 3 3 1 1
Medik Dasar 1 3 3 3 3 1 1
Spesialis Penunjang Medik 1 3 3 3 3 1 1
Medik Spesialis Lain 1 2 2 3 3 1 1
Medik Spesialis Gigi Mulut 1 3 3 3 3 1 1
Medik Subspesialis 1 2 2 3 3 1 1
Keperawatan dan Kebidanan 1 3 3 3 3 1 1
Penunjang Klinik 1 3 3 3 3 1 1
Penunjang Non Klinik 1 3 3 3 3 1 1
TOTAL BOBOT PELAYANAN 10 28 30 10
2 SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Tenaga Medik Dasar
(Dokter Umum dan Dokter Gigi) 4 3 12 3 12 1 4
6 PEMBIAYAAN 10 3 30 2 20 1 10
TOTAL SCORE 296 285 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari hasil analisa kebutuhan
sarana/fasilitas serta peralatan medic/non medic untuk memenuhi kebutuhan
layanan rumah sakit di tinjau dari aspek kebutuhan pelayanan kesehatan yang
akan dilaksanakan, sumberdaya manusia, peralatan, sarana dan prasarana,
administrasi dan manajemen serta kebutuhan pembiayaannya menunjukkan
hasil scoring tertinggi pada kegiatan optimalisasi kondisi rumah sakit yang
sudah ada, kemudian diikuti oleh kegiatan pengembangan rumah sakit dan
Pada dasarnya lokasi ideal yang diharapkan dapat dibangun Rumah Sakit
Umum tanpa kelas hendaknya mengacu pada Strategi Kebijakan Pemerintah
kabupaten baik dari Rencana Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi untuk
Renstra maupun Zona Pemerintahan Wilayah Pembangunan Kabupaten yang
bisa memberikan dukungan baik dari segi pemasaran, ekonomi, pendidikan,
lingkungan hidup, pariwisata, dll sehingga diupayakan bisa mendapatkan
keuntungan secara komprehensif dari segala kebijakan pemerintah
kabupaten Banyuwangi secara optimal.
Disamping itu tidak kalah penting adalah adanya faktor pendukung dari
Puskesmas-Puskesmas yang telah ada sebelumnya dengan harapan dapat
mendukung Rumah Sakit yang akan berdiri seoptimal mungkin.
Lokasi yang disyaratkan untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Tanpa Kelas
diharapkan memiliki luas lahan minimal 10.000 m2 / 1 Ha dengan ukuran
panjang x lebar ideal dan terletak di sepanjang jalan raya kabupaten dengan
kontur tanah yang relatif rata sehingga mengakomodasi segala kepentingan
dengan harapan memberikan kenyamanan dan keamanan pasien Rumah
Sakit tersebut.
Untuk mendukung tercapainya lokasi yang ideal perlu ada tinjauan untuk
mempertajam persyaratan lokasi
Ø Sarana Transportasi
Sarana transportasi untuk akses ke arah lokasi harus memadai baik angkutan
kota, bus maupun kereta api dimana dapat dicapai dengan mudah sehingga
membantu terhadap pasien dari segala penjuru baik dari Kabupaten
Banyuwangi. Adapun untuk lokasi juga tidak kalah penting dari segi parkir
sehingga tidak menyebabkan kemacetan yang akan mengganggu
kenyamanan penghuni Rumah Sakit. Maka diperlukan sistem sirkulasi baik dari
luar ke dalam maupun sebaliknya secara efisien dan efektif.
Sarana Listrik
Sarana Air
Sarana Telekomunikasi
Secara khusus lokasi yang dapat dipertimbangkan dalam memilih lokasi untuk
pembangunan rumah sakit tanpa kelas ini dapat mempertimbangkan
sebaran rumah sakit dan puskesmas yang sudah ada terhadap pusat
Fasilitas kamar di instalasi rawat inap terdiri dari Tanpa Kelas (100 TT), dan
ditambah dengan 10 TT untuk ICU/ICCU. Pada instalasi ini tentunya
membutuhkan berbagai fasilitas mulai dari kamar, hingga peralatan medis
dan non medis. Sedangkan untuk kebutuhan fisik akan dibahas kemudian.
Selain fasilitas ruang poli dan IGD, di instalasi ini juga membutuhkan investasi
alat medis dan non medis. Rincian kebutuhan peralatan medis dan non medis
selanjutnya akan dibahas kemudian.
Instalasi penunjang medis seperti lab, Radiologi, Rehab Medik dan lain-lain
lebih banyak membutuhkan investasi peralatan medis dan non medis dari
pada bangunan.
Fasilitas pendukung Rumahsakit seperti unit gizi, londry, dan unit lainnya juga
diperlukan dana untuk investasi. Tapi penekanannya lebih banyak pada
peralatan non medis dan bangunan.
Ø LAIN-LAIN.
Tabel 6.3 Estimasi Kebutuhan Biaya Pembangunan Rumah Sakit Tanpa Kelas
Nilai
No Kebutuhan Biaya
(Rp.)
Bahwa BOR yang ada di RSUD Blambangan dan RSUD Genteng adalah masih
dalam batas ideal. BOR RSUD Blambangan selama tahun 2010 – 2012 rata-rata
adalah 68,86% dan BOR RSUD Genteng selama tahun 2010 – 2012 rata-rata
adalah 63,20%.
Bagi RSU Blambangan dengan adanya surplus tenaga perawat yang lebih
sebesar 33 orang. Sehingga masih di tingkatkan pelayanannya untuk
menambah 49 tempat tidur bagi rawat inap.
Nilai
No Kebutuhan Biaya
(Rp.)
a. Dari sisi jumlah rumah sakit yang ada pada saat ini di kabupaten
Banyuwangi sudah sesuai dengan standar pelayanan minimal
kesehatan, jadi rencana penambahan pembangunan rumah sakit baru
perlu dipertimbangkan ulang dengan mempertimbangkan kebutuhan
biaya pembangunan dan terutama adalah kondisi SDM kesehatan
yang nantinya melayani rumah sakit baru tersebut karena berdasarkan
perhitungan rasio standar pelayanan minimal kesehatan masih sangat
kurang.
f. Lokasi pendirian Rumah Sakit harus memliki luas minimal 5.000 meter
persegi dengan beberapa pertimbangan tempat seperti yang telah
disebutkan.
ILUSTRASI
SITEPLAN
RUMAH SAKIT TANPA KELAS
ILUSTRASI
PERRSPEKTIF BIRD EYE VIEW
RUMAH SAKIT TANPA KELAS
PERSPEKTIF
RUMAH SAKIT TANPA KELAS
ILUSTRASI
TAMPAK DEPAN
RUMAH SAKIT TANPA KELAS
ILUSTRASI
SITEPLAN
PENGEMBANGAN RSUD GENTENG
PERSPEKTIF
ILUSTRASI
BIRD EYE VIEW
PENGEMBANGAN RSUD GENTENG
PERSPEKTIF BIRD EYE VIEW
PENGEMBANGAN RSUD GENTENG
ILUSTRASI
PERSPEKTIF RS TANPA KELAS
PENGEMBANGAN RSUD GENTENG