Anda di halaman 1dari 34

STUDI KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMI RENCANA

PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT TIPE D PRATAMA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Studi
Kelayakan Proyek

DISUSUN OLEH
Ani Riza Wati
NIM: 17001001

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan
tugas ini. Penulisan tugas ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah studi kelayakan
proyek. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak maka sulit bagi saya untuk menyelesaikan
tugas ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada dr. Erna Ariyani, M.Kes selaku dosen yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan
saya dalam pembuatan tugas ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga tugas ini membawa manfaat bagi
siapapun.

Pekanbaru, 20 Maret 2020

Ani Riza Wati

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................i
Daftar isi...................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...............................................................1
B.Rumusan Masalah..........................................................4
C.Tujuan Penelitian............................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi studi kelayakan bisnis.......................................5
B. Faktor faktor yang meyebabkan kegagalan usaha........5
C. Tujuan studi kelayakan bisnis........................................8
D. Tahap-tahap dalam studi kelayakan bisnis....................9
E. Lembaga lembaga yang memerlukan studi kelayakan.11
F. Aspek aspek penilaian bisnis........................................12
G. Studi kelayakan teknis dan ekonomi rencana
pembangunan rumah sakit tipe d pratama...................13

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan....................................................................27
B.Saran.............................................................................27

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan
untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan


oleh pemerintah selama ini, telah berhasil meningkatkan
derajat kesehatan secara bermakna, meskipun belum
dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk di
Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di
lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-
pulau kecil dan daerah pemekaran. Padahal di dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, secara tegas mengamanatkan kepada
pemerintah untuk bertanggung jawab merencanakan,
mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan upaya
kesehataan saat ini lebih mengedepankan pemerataan

1
dan keterjangkauan masyarakat mengakses pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan rujukan.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan


rujukan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan
peningkatan ekonomi tentunya akan meningkatkan
kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Permasalahan
keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan
rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah
tertinggal, perbatasan dan kepulauan tetapi juga ditemui
juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung
rawatan rumah sakit tidak sebanding dengan jumlah
penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat
persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam
mendapatkan kesempatan prioritas pelayaann yang
akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang
sulit mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segala
keterbatasannya.

Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat


terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di daerah
tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah bermasalah
kesehatan, daerah pemekaran baru dan daerah dengan
tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, di mana
belum tersedianya fasilitas kesehatan tersebut atau

2
sarana pelayanan yang ada masih belum dapat
memenuhi kebutuhan daerah tersebut, maka dilakukan
kerjasama antara pemerintah dengan pemerintah daerah
untuk menyediakan sarana pelayanan kesehatan rumah
sakit yang bermutu dan melayani seluruh lapisan
masyarakat.

Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah satu


upaya Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan akses pelayanan
kesehatan di daerah tersebut. Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
mengamanatkan bahwa urusan kesehatan merupakan
salah satu urusan pemerintahan yang dibagi bersama
antar tingkatan, yang penyelenggaraannya oleh
Pemerintah dapat ditugaskan kepada Pemerintah Daerah
berdasarkan asas tugas pembantuan, dan secara
bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan
Pemerintah Daerah yang bersangkutan apabila
Pemerintah Daerah telah menunjukkan kemampuan
untuk memenuhi norma, standar, prosedur dan kriteria
yang dipersyaratkan.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007


tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota mengamanatkan

3
bahwa urusan kesehatan merupakan salah satu urusan
pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan, yang
penyelenggaraannya oleh Pemerintah dapat ditugaskan
kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas
pembantuan, dan secara bertahap dapat diserahkan
untuk menjadi urusan Pemerintah Daerah yang
bersangkutan apabila Pemerintah Daerah telah
menunjukkan kemampuan untuk memenuhi norma,
standar, prosedur dan kriteria yang dipersyaratkan.
Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di atas, maka Pemerintah
merencanakan pembangunan sebuah Rumah Sakit Tipe
D Pratama. Oleh karena itu, penelitian ini akan
melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi terhadap
rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga
dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi studi kelayakan proyek?
2. Bagaimanakah studi kelayakan teknis dan ekonomi
rencana pembangunan rumah sakit tipe d pratama?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan definisi studi kelayakan proyek.
2. Dapat menjelaskan studi kelayakan teknis dan ekonomi
rencana pembangunan rumah sakit tipe d pratama.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Studi Kelayakan Bisnis


Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara
mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah
usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat
yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan. Adapun pengertian bisnis adalah usaha yang
dijalankan yang tujuan utamanya untuk memperoleh
keuntungan. Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan
yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha
atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.
Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan
bisnis meliputi aspek hukum, aspek pasar dan
pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis/operasional,
aspek manajemen dan organisasi, aspek ekonomi dan
sosial, serta aspek dampak lingkungan. Untuk menilai
semua aspek ini perlu dibentuk semacam tim yang terdiri
dari orang-orang yang berasal dari berbagai bidang
keahlian.

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kegagalan Usaha


Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan terhadap hasil yang dicapai sekalipun telah
dilakukan studi kelayakan bisnis secara benar dan

5
sempurna seperti yang telah diuraikan di atas sebagai
berikut:
1. Data dan informasi tidak lengkap
Pada saat melakukan penelitian data dan informasi
yang disajikan kurang lengkap, sehingga hal-hal
yang seharusnya menjadi penilaian tidak ada.
Kemudian, dapat pula data yang disediakan tidak
dapat dipercaya atau palsu. Karena itu, sebelum
melakukan studi sebaiknya kumpulkan data dan
informasi selengkap mungkin, melalui berbagai
sumber yang ada yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran datanya.
2. Tidak teliti
Kegagalan dapat pula disebabkan si penstudi
(orang yang melakukan studi) kurang teliti dalam
meneliti dokumen yang ada. Oleh karena itu, dalam
hal ini tim studi kelayakan bisnis perlu melatih atau
mencari tenaga yang benar-benar ahli di bidangnya,
sehingga faktor ketelitian ini menjadi jaminan.
Kecerobohan sekecil apapun akan sangat
berpengaruh terhadap hasil penelitian.
3. Salah perhitungan
Kesalahan dapat pula diakibatkan si penstudi salah
dalam melakukan perhitungan. Misalnya, dalam hal
penggunaan rumus atau cara menghitung, sehingga
hasil yang dikeluarkan tidak akurat. Dalam hal ini
juga perlu disikapi untuk menyediakan tenaga ahli
yang andal di bidangnya.

6
4. Pelaksanaan pekerjaan salah
Para pelaksana bisnis sangat memegang peranan
penting dalam keberhasilan menjalankan bisnis
tersebut. Apabila para pelaksana di lapangan tidak
mengerjakan proyek secara benar atau tidak sesuai
dengan pedoman yang telah ditetapkan, maka
kemungkinan bisnis tersebut gagal sangat besar.
5. Kondisi lingkungan
Kegagalan lainnya adalah adanya unsur-unsur yang
terjadi yang memang tidak dapat kita kendalikan.
Artinya, pada saat melakukan penelitian dan
pengukuran semuanya sudah selesai dengan tepat
dan benar, namun dalam perjalanan akibat
terjadinya perubahan lingkungan akhirnya berimbas
pada hasil penelitian dalam studi kelayakan bisnis.
Perubahan lingkungan seperti perubahan ekonomi,
politik, hukum, sosial, dan perubahan perilaku
masyarakat, atau karena bencana alam.
6. Unsur sengaja
Kesalahan yang sangat fatal adalah adanya faktor
kesengajaan untuk berbuat kesalahan. Artinya,
peneliti sengaja membuat kesalahan yang tidak
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dengan
berbagai sebab. Atau para pelaksanaan di lapangan
juga melakukan perbuatan yang tercela, sehingga
menyebabkan gagalnya suatu proyek atau usaha.

7
Oleh karena itu, sebelum studi kelayakan bisnis
dijalankan tim yang akan menangani studi kelayakan bisnis
harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kelengkapan dan keakuratan data dan informasi


yang diperoleh.
2. Tenaga ahli yang dimiliki dalam tim studi
kelayakan bisnis benar-benar tangguh.
3. Penentuan metode dan alat ukur yang tepat.
4. Loyalitas tim studi kelayakan bisnis.

C. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis


Paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum
suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi
kelayakan, yaitu:
1. Menghindari risiko kerugian
Untuk mengatasi risiko kerugian di masa yang akan
datang. Karena di masa yang akan datang ada
semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada
yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang
dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan.
Dalam hal ini, fungsi studi kelayakan adalah untuk
meminimalkan risiko yang dapat kita kendalikan
maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan perencanaan
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang, maka akan

8
mempermudah kita dalam melakukan perencanaan
dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah
disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan
bisnis.
4. Memudahkan pengawasan
Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau
proyek sesuai dengan rencana yang sudah disusun,
maka akan memudahkan perusahaan untuk
melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.
5. Memudahkan pengendalian
Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan
pengawasan, maka apabila terjadi suatu
penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga
akan dapat dilakukan pengendalian atas
penyimpangan tersebut.

D. Tahap-tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis


Tahapan dalam studi kelayakan dilakukan untuk
mempermudah pelaksanaan studi kelayakan dan
keakuratan dalam penilaian. Adapun tahap-tahap dalam
melakukan studi kelayakan yang umum dilakukan
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dan informasi
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan

9
informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber-
sumber yang dapat dipercaya, misalnya dari
lembaga-lembaga yang memang berwenang untuk
mengeluarkannya, seperti Biro Pusat Statistik
(BPS), BKPM, Bapepam, BI, dll.
2. Melakukan pengolahan data
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan
terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengolahan data dan informasi tersebut.
Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat
dengan metode-metode dan ukuran-ukuran yang
telah lazim digunakan untuk bisnis. Pengolahan ini
dilakukan hendaknya secara teliti untuk masing-
masing aspek yang ada. Kemudian dalam hal
perhitungan ini hendaknya diperiksa ulang untuk
memastikan kebenaran hitungan yang telah dibuat
sebelumnya.
3. Analisis data
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
data dalam rangka menentukan kriteria kelayakan
dari seluruh aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dari
kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria
yang layak digunakan.
4. Mengambil Keputusan
Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan
telah diperoleh hasil dari pengukuran, maka langkah
selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap
hasil tersebut. Mengambil keputusan sesuai dengan

10
kriteria yang telah ditetapkan apakah layak atau
tidak dengan ukuran yang telah ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. Jika
tidak layak sebaiknya dibatalkan dengan
menyebutkan alasannya.
5. Memberikan rekomendasi
Langkah terkahir adalah memberikan rekomendasi
kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi
yang telah disusun.

E. Lembaga-Lembaga yang Memerlukan Studi


Kelayakan
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
hasil studi kelayakan tersebut antara lain:
1. Pemilik usaha
Para pemilik perusahaan sangat berkepentingan
terhadap hasil dari analisis studi kelayakan yang
dibuat, hal ini disebabkan para pemilik tidak mau
jika sampai dana yang ditanamkan akan mengalami
kerugian. Oleh sebab itu, hasil studi kelayakan yang
sudah dibuat benar-benar dipelajari oleh para
pemilik, apakah akan memberikan keuntungan atau
tidak.
2. Kreditur
Jika uang tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari
bank atau lembaga keuangan lainnya, maka pihak
mereka pun sangat berkepentingan terhadap hasil
studi kelayakan yang telah dibuat.

11
3. Pemerintah
Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adalah
untuk meyakinkan apakah bisnis yang akan
dijalankan akan memberikan manfaat baik bagi
perekonomian secara umum.
4. Masyarakat luas
Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis,
terutama bagi masyarakat sekitarnya akan
memberikan manfaat seperti tersedia lapangan
kerja, baik bagi pekerja di sekitar lokasi proyek
maupun bagi masyarkat lainnya.
5. Manajemen
Hasil studi kelayakan bisnis merupakan ukuran
kinerja bagi pihak manajemen perusahaan untuk
menjalankan apa-apa yang sudah ditugaskan.

F. Aspek-aspek Penilaian Bisnis


Secara umum, prioritas aspek-aspek yang perlu
dilakukan studi kelayakan sebagai berikut:
1. Aspek hukum
Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah
kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan,
mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin
yang dimiliki.
2. Aspek pasar dan pemasaran
Untuk menilai apakah perusahaan yang akan
melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan

12
pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan
atau tidak.
3. Aspek keuangan
Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai
biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan.
4. Aspek teknis/operasi
Dalam aspek ini yang akan diteliti adalah mengenai
lokasi usaha.

G. Studi Kelayakan Teknis Dan Ekonomi Rencana


Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007


tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota mengamanatkan
bahwa urusan kesehatan merupakan salah satu urusan
pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan, yang
penyelenggaraannya oleh Pemerintah dapat ditugaskan
kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas
pembantuan, dan secara bertahap dapat diserahkan
untuk menjadi urusan Pemerintah Daerah yang
bersangkutan apabila Pemerintah Daerah telah
menunjukkan kemampuan untuk memenuhi norma,
standar, prosedur dan kriteria yang dipersyaratkan.
Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di atas, maka

13
Pemerintah Kabupaten merencanakan pembangunan
sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama. Oleh karena itu,
penelitian ini akan melakukan studi kelayakan teknis dan
ekonomi terhadap rencana pembangunan rumah sakit di
atas, sehingga dapat menyediakan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
Studi kelayakan ini merupakan kajian atau analisis
yang komprehensif dari berbagi komponen rencana
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana, baik
secara ekonomi, sosial budaya, teknis teknologis,
lingkungan, dan lain-lain.
Melihat salah satu unsur objek yang dirasakan
masih menemui permasalahan dan melihat dari
keberadaan lokasi peruntukan rumah sakit sangat
berpotensi dan strategis untuk dikembangkan, jika lahan
potensial sangat baik untuk dikembangkan, akan tetapi
dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari
berbagai faktor sebagai bahan pertimbangan yang
menunjang perkembangan tersebut.
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
a) Faktor lingkungan;
b) Faktor sosial ekonomi;
c) Faktor kependudukan;
d) Faktor infrastruktur;
e) Faktor daya dukung dan daya tampung lahan; dan
f) Faktor kelembagaan dan pembiayaan.

14
Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan
suatu lahan adalah aspirasi masyarakat terhadap
perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi
tersebut terhadap daya serap dan daya tarik terhadap
masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan masalah-
masalah yang akan muncul dan berdampak negatif
terhadap perkembangan penduduk di masa yang akan
datang, serta keberadaan lokasi objek tersebut
khususnya. Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa
perencanaan diciptakan untuk menjadikan suatu kawasan
menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna yang
dapat dimanfaatkan bagi daerah setempat dan
masyarakat luas pada umumnya.
Mengingat kompleksnya komponen yang harus di-
studi dengan waktu yang relatif terbatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
akan dibatasi pada aspek teknis dan ekonomi terhadap
rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama. Hal
ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan, apakah
secara teknis dan ekonomi rumah sakit tersebut memang
layak atau tidak dibangun.
1. Target
Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
studi kelayakan teknis dan ekonomi rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama.
Luaran sebagai hasil penelitian ini adalah :
a) Kelayakan teknis, terdiri atas : Lokasi, situasi,
block plan, struktur dan bahan, prasarana dan

15
utilitas, tampilan bangunan, ruang dalam, ruang
luar (landscaping), schematic design.
b) Kelayakan ekonomi, terdiri atas : rencana
investasi dan sumber dana, proyeksi pendapatan
dan biaya, proyeksi Cash Flow, Nilai Break Event
Point (BEP), Nilai Internal Rate of Return (IRR);
dan Nilai Net Present Value (NPV).
2. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D
Pratama
Rumah Sakit (RS) Kelas D Pratama adalah rumah
sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama
dan spesialis dasar yang hanya menyediakan
pelayanan perawatan kelas 3 (tiga) yang
memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan
rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan
penunjang lainnya untuk peningkatan akses bagi
masyarakat dalam rangka menjamin upaya
pelayanan kesehatan perorangan.
a) Persyaratan
1) Lokasi
Dalam menentukan lokasi/lahan untuk mendirikan
RS Kelas D Pratama perlu dilakukan kajian
masalah kesehatan, kebutuhan pelayanan
kesehatan, dan skala prioritas daerah yang
membutuhkan disesuaikan dengan rencana tata
ruang wilayah, rencana tata bangunan dan
lingkungan.

16
Lokasi RS Kelas D Pratama harus bebas dari
pencemaran, banjir, rawan longsor, dan tidak
berdekatan dengan tempat bongkar muat barang,
fasilitas umum, fasilitas pendidikan, daerah
industri, dan areal limbah pabrik. Diperlukan studi
kelayakan dalam penentuan lokasi pembangunan
RS Kelas D Pratama.
2) Sarana dan Prasarana
 Sarana : massa bangunan dan block plan,
bentuk bangunan dan fasilitas bangunan,
zonasi, program ruang dan persyaratan
teknis ruang.
 Prasarana : sistem tata udara, sistem
kelistrikan, sistem pencahayaan, sistem
proteksi kebakaran, sistem komunikasi,
sistem gas medik dan vakum medik,
sistem sanitasi, sistem pengendalian
terhadap kebisingan, jalur sirkulasi,
aksesibilitas penyandang cacat (disable).
 Fasilitas : RS Kelas D Pratama mempunyai
kapasitas minimal 10 tempat tidur sesuai
dengan kebutuhan pelayanan atau dapat
mengacu pada standar WHO 1 TT/1.000
penduduk.
3) Sumber Daya Manusia
Penyediaan sumber daya manusia RS Kelas D
Pratama diupayakan oleh penyelenggara
pelayanan rumah sakit baik dari pemerintah,

17
pemerintah daerah, maupun masyarakat.
Kekurangan tenaga yang dibutuhkan dapat
dikoordinasikan dengan kementerian kesehatan
atau institusi pendidikan kesehatan.
Penyelenggara RS Kelas D Pratama dapat
melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit
Umum Pusat maupun Rumah Sakit Umum
Daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan yang dibutuhkan.
Keterangan RS Kelas D Pratama paling sedikit
terdiri dari tenaga medis, keperawatan, penunjang
kesehatan, dan tenaga non-kesehatan. Dokter
gigi yang bekerja di RS kelas D Pratama di
antaranya harus menjadi pimpinan rumah sakit.
4) Peralatan
Peralatan kesehatan dan non-kesehatan
dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pelayanan
RS Kelas D Pratama dengan minimal 10 tempat
tidur. Peralatan ini dikuasai atau dimiliki dan dapat
dibuktikan keberdaannya di ruang/tempat masing-
masing di dalam dan/atau di lingkungan rumah
sakit.
5) Manajemen
 Perizinan :
Izin mendirikan RS Kelas D Pratama
diberian oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang

18
di bidang kesehatan pada pemerintah
daerah kabupaten/kota.
Izin operasional RS Kelas D Pratama
diberian oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi dari
dinas kesehatan kabupaten/kota.
 Administrasi :
Rumah sakit yang didirikan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah harus
berbentuk unit pelaksana teknis dari
instansi yang bertugas di bidang
kesehatan, instansi tertentu, atau lembaga
teknis daerah dengan pengelolaan badan
layanan umum atau badan layanan umum
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah sakit yang
didirikan oleh masyarakat harus berbentuk
badan hukum yang kegiatan usahanya
hanya bergerak dibidang perumahsakitan.
 Organisasi :
Organisasi dan tata kerja RS Kelas D
Pratama disusun berdasarkan prinsip
hemat struktur dan kaya fungsi,
menggambarkan kewenangan, tanggung
jawab, dan tata hubungan kerja dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dan administrasi manajemen sesuai
kebutuhan.

19
b)Penyelenggaraan
1) Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan RS Kelas D Pratama terdiri
atas :
 Pelayanan Medik Umum.
 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar.
 Pelayanan Gawat Darurat.
 Pelayanan Pemulihan Pascatindakan.
 Pelayanan Keperawatan.
 Pelayanan Laboratorium.
 Pelayanan Radiologi.
 Pelayanan Farmasi.
 Pelayanan Gizi.
 Pelayanan Sterilisasi.
 Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif
Komplementer.
 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah
Sakit (PKMRS).
2) Kerjasama Operasional
Untuk menjamin mutu dan ketersediaan
pelayanan RS Kelas D Pratama, diperlukan
kerjasama operasional dengan rumah sakit yang
memiliki klasifikasi yang lebih tinggi. Kerjasama
operasional yang dilaksanakan RS Kelas D
Pratama diantaranya kerjasama dengan rumah

20
sakit pemerintah atau swasta yang lokasinya
terdekat sebagai rumah sakit pengampu.
Pelaksanaan kerjasama RS Kelas D Pratama
dengan rumah sakit pengampu harus dituangkan
dalam perjanjian kerjasama yang disetujui kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota di wilayah RS
Kelas D Pratama berada.
3) Klasifikasi
Pengelompokan kelas pelayanan RS Kelas D
Pratama diklasifikasikan pada kelas D Pratama.
Dalam proses pengembangan pelayanan rumah
sakit, RS Kelas D Pratama dapat ditingkatkan
menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas
yang lebih tinggi.
4) Pembiayaan Operasional
Pembiayaan operasional RS Kelas D Pratama
menjadi tanggung jawab pemilik rumah sakit.
5) Tarif
Pada tarif ditetapkan Menteri Kesehatan dan
besaran tarif RS Kelas D Pratama ditetapkan oleh
pemilik rumah sakit. Penentuan besaran tarif
disesuaikan dengan tarif kelas III dan harus
memperhitungkan kemampuan perekonomian
daerah setempat.
6) Peraturan Internal Rumah Sakit
Peraturan internal rumah sakit atau “hospital
bylaws” merupakan konstitusi rumah sakit yang
mengatur secara administratif peran, tugas dan

21
wewenang pemilik rumah sakit, direktur rumah
sakit, dan staf medis. Peraturan internal rumah
sakit ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau
perwakilannya.
7) Komite Medik
Seluruh dokter merangkap sebagai anggota
komite medik dan salah satunya menjadi ketua
komite. Ketua komite medik tidak boleh dijabat
oleh direktur rumah sakit.
8) Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang
Kedokteran Komunitas dan Humaniora
Kesehatan
RS Kelas D Pratama dapat merupakan bagian
dari institusi yang mengembangkan penelitian dan
pengembangan dalam bidang kedokteran
komunitas dan humaniora kesehatan yang
bekerjasama dengan institusi pendidikan,
institusi/lembaga kesehatan masyarakat lainnya.
Diprioritaskan kegiatan penelitian dan
pengembangan kesehatan di wilayah kerja
setempat.
9) Pendidikan Tenaga Kesehatan dan SDM
Kesehatan Lainnya
Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM
kesehatan lainnya diupayakan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan medik yang dibutuhkan RS
Kelas D Pratama. Pendidikan tenaga kesehatan
dan SDM kesehatan lainnya merupakan bagian

22
dari kerjasama operasional yang dilakukan RS
Kelas D Pratama.

c) Pembinaan dan Pengendalian


Kementerian Kesehatan melalui Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan melaksanakan
pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan
RS Kelas D Pratama dalam bentuk penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria serta
melakukan supervisi, konsultasi, evaluasi dan
bimbingan teknis. Pembinaan dan pengendalian
kegiatan pelayanan RS Kelas D Pratama dapat
lakukan oleh pemerintah daerah dan organisasi
profesi serta asosiasi perumahsakitan sesuai
dengan fungsi masing-masing. RS Kelas D
Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan
pelayanan laporan kinerja setiap triwulan
ditujukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi. Laporan sebagaimana di
maksud di atas mencakup antara lain kelahiran,
morbiditas, dan kualitas hidup. Laporan mortalitas
mencakup data tentang penyebab kematian.
3. Metode Kegiatan Penelitian
a) Melakukan studi literatur terhadap pemahaman
tentang kesehatan, sarana kesehatan, peraturan
perundang-undangan tentang kesehatan, rumah
sakit, dan Rumah Sakit Tipe D Pratama,

23
kebijakan Pemerintah Provinsi terkait
pembangunan bidang kesehatan, metode
perhitungan kelayakan teknis dan ekonomi
sebuah rumah sakit, dan hal-hal yang berkorelasi
dengan rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe
D Pratama.
b) Melakukan survey (observasi) lapangan untuk
mendapatkan kondisi terkini tentang sarana,
prasarana, dan fasilitas kesehatan.
c) Melakukan interview (wawancara) dengan para
stakeholder yaitu pejabat teknis terkait, pelaku
kesehatan, dan masyrakat sekitar lokasi rencana
pembangunan rumah sakit untuk mengetahui
kecenderungan perkembangan kesehatan dan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
4. Teknik Kegiatan Penelitian
a) Penelitian lapangan (field research) merupakan
teknik yang akan digunakan untuk melakukan
identifikasi dan dokumentasi. Kunjungan
lapangan secara langsung akan dilakukan
sebanyak tiga kali dengan kegiatan pengukuran
dan pemotretan.
b) Kegiatan diskusi dengan para stakeholder di
wilayah penelitian untuk mengetahui segala hal
yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
5. Tahapan Kegiatan Penelitian
a) Persiapan :

24
 Membuat program kerja, kerangka pikir dan
jadwal kegiatan penelitian.
 Menyusun program survey.
b) Pengumpulan Data :
 Data Primer, dengan melakukan survey ke
lapangan dan wawancara untuk mengumpulkan
data lapangan yang mencakup aspek situasi
(eksternal dan internal), aspek permintaan
(lahan dan lokasi, klasifikasi rumah sakit,
kapasitas tempat tidur), dan aspek kebutuhan
(kebutuhan ruang, kebutuhan lahan, peralatan
medis dan non medis, sumber daya manusia,
organisasi dan uraian tugas) dalam konteks
pembangunan bidang kesehatan.
 Data Sekunder, melalui survey ke
dinas/instansi terkait dan studi literatur ke
perpustakaan dan ruang baca untuk mencari
materi/bahan bacaan yang berkorelasi
langsung maupun tidak langsung dengan judul
penelitian.
c) Pengolahan Data :
 Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
dari sumber data primer maupun sekunder
sebagai bahan analisis.
 Melakukan strukturisasi, klasifikasi, kompilasi,
dan tabulasi data merujuk kepada hasil studi

25
literatur, survey lapangan maupun wawancara
yang dilakukan.
d) Hasil dan Pembahasan :
 Menguraikan keseluruhan hasil tabulasi data
secara terstruktur dan sistematis, baik data
kuantitatif maupun kualitatif yang mendukung
penjelasan kondisi kekinian pembangunan
bidang kesehatan.
 Melakukan studi kelayakan terhadap rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama
meliputi : studi kelayakan teknis yaitu tentang
lokasi, situasi, block plan, struktur dan bahan,
prasarana dan utilitas, tampilan bangunan,
ruang dalam, ruang luar (landscaping), dan
schematic design; dan studi kelayakan ekonomi
meliputi rencana investasi dan sumber dana,
proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi Cash
Flow, nilai Break Event Point (BEP), nilai
Internal Rate of Return (IRR), dan nilai Net
Present Value (NPV).
 Merumuskan hasil studi berupa layak atau tidak
secara teknis dan ekonomi rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama
sebagai landasan dalam menentukan langkah
selanjutnya.

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menarik sebuah kesimpulan berdasarkan rumusan
hasil dan pembahasan tentang kelayakan teknis dan
ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D
Pratama sebagai bahan rujukan dan pedoman bagi
pemerintah selaku pemangku kepentingan, guna
melanjutkan pembuatan gambar desain/dokumen
perencanaan rumah sakit.
Mengajukan beberapa opsi sebagai saran dalam
menyikapi hasil studi kelayakan yang telah dirumuskan
agar rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D
Pratama dapat diwujudkan dan mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai kepada masyarakat
secara berkelanjutan.

B. Saran
Untuk saat ini, RS Kelas D Pratama direncanakan
menyediakan fasilitas dan kemampuan pelayanan

27
kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang
hanya menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga).
Pelayanan kesehatan yang diberikan juga harus
ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya, sehingga dapat
menjalankan fungsi sosial dan menghasilkan pendapatan
(profit), agar mampu membiayai operasional rumah sakit
secara berkesinambungan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Nur Salam, dkk. 2018. Studi Kelayakan Usaha


Agroindustri Dodol Markisa di Kelurahan Malino
Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol 4.
Afiyah, Abidatul, dkk. 2015. Analisis Studi Kelayakan Usaha
Pendirian Home Industry. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.
23. No. 1.
Amilia, Winda dan Miftahul Choiron. 2017. Studi Kelayakan
Usaha dan Daya Saing Pada Industri Tepung Tapioka di
Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek. Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol 10. No. 2.
Arwati, Ni Ketut Adi, dkk. 2016. Studi Kelayakan
Pengembangan Investasi Pada Rumah Sakit Gigi dan
Mulut FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Bupala, Ida Bagus Ngurah dan Mudra Ketut. 2015. Studi


Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan
Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng. Fakultas Teknik Universitas
Udayana.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kasmir. 2015. Studi Kelayakan Bisnis.
https://books.google.co.id/books?
id=oQRBDwAAQBAJ&dq=studi+kelayakan+rumah+sakit&
hl=id&source=gbs_navlinks_s.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.
Purbani, Ratna Kusumasari, dkk. 2013. Feasibility Study On
Market Aspect Developmento of Mentari Bangsa Maternal
and Child Hospital at Semarang City. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Vol. 2 No. 2.

Putra, M. Umar Maya. 2017. Kajian Studi Kelayakan Proyek


CV. Indo Abadi Properti Medan. Universitas Al Azhar
Medan, Fakultas Ekonomi. Vol.4 No.1.

Sari, Diana Puspita. 2006. Analisa Kelayakan Ekonomis Pada


Pembangunan Instalasi Untuk Proses Fertilisasi In Vitro
(FIV) (Studi Kasus di Rumah Sakit X). Jurnal Teknik
Industri Vol. 1, No. 3.
Sugianto, Didik. 2013. Analisis Investasi Pembangunan Rumah
Sakit Unisida Medika di Kampus Universitas Darul Ulum
Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Jurnal
Teknik Sipil, Vol. 6, No. 1.
Tahun 2012, Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D
Pratama.
Febriyan, Heriyanto Yoshua. 2017. Studi Kelayakan Proyek
Pembangunan Perumahan Bethasaida Bitung Oleh PT.
Cakrawala Indah Mandiri dengan Kriteria Investasi. Jurnal
Sipil Statik Vol. 5, No. 7.
Putri, Shinta Retno. 2013. Studi Kelayakan Finansial Pada
Proyek Pembangunan Mall Dinoyo Kota Malang. Jurnal
Teknik Sipil Vol. 7, No. 3.
S. Basuki, R. 2013. Analisis Kelayakan Teknis dan Ekonomi
Teknologi Budidaya Bawang Merah dengan Benih Biji
Botani dan Benih Umbi Tradisional. Jurnal Holtikultura,
Vol. 19, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai