OLEH :
Ni Putu Anik Prabawati, S.IP.,M.A.P
1993071420181123001
ii
4.4 Analisis Penelitian Implementasi Etika Aparatur Sipil Negara di
Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali .......................................... 28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 35
5.2 Saran ................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
tertib pemerintahan sehingga etika pejabat negara menjadi rujukan dalam berperilaku.
efektif, dan efisien. Etika pejabat negara diatur dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 Pasal 4 dan 5 tentang Aparatur Sipil Negara yang menyebutkan bahwa
Para Aparatur Sipil Negara harus menjungjung tinggi standar etika yang luhur dengan
dikatakan bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) harus menjaga martabat dan
kehormatan Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui kode etik dan kode perilaku yang
sangatlah perlu dijadikan dasar bertindak oleh setiap aparat dalam menjalankan
fungsi sebagai pelayan publik, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
undangan.
1
Etika memiliki arti sejumlah norma atau nilai yang diterapkan oleh kelompok
atau masyarakat yang didalamnya membahas mengenai perilaku baik dan buruk
sedangkan etiket merupakan suatu tata cara dan adat, sopan santun dan lain
sebagainya dalam masyarakat guna membina hubungan yang baik dan harmonis antar
sesama manusia (Hans, 2007:3) dalam Sukri, Idris, dan Burhanuddin (2017:113)
sehingga dapat disimpulkan bahwa etika merupakan standar perilaku bagi orang-
orang yang berada dalam kelompok masyarakat sesuai dengan norma dan tata cara
dan profesional (kode etik) yang hams dipatuhi oleh aparatur sipil negara dalam
dari nilai moral yang dikenal dengan "six great ideas" yang terdiri dari beberapa nilai
sebagai berikut (a) kebenaran (truth), (b) kebaikan (goodness), (c) keindahan
(beauty), (d) kebebasan (liberty), (e) kesamaan (equality), (f) keadilan (justice).
pengalaman dan pelembagaan kode etik tersebut, hal tersebut apabila dihubungkan
berbelit-belit", dan lain sebagainya. Namun dalam faktanya pejabat negara tidak
2
adanya etika pejabat negara dalam mengemban tugas ketatanegaraan, masalah etika
yang disebabkan oleh pejabat negara dalam birokrasi Negara Indonesia menjadi suatu
keprihatinan yang sangat besar karena dapat mempengaruhi orang lain maupun
tersebut untuk kepentingan pribadi dan golongan, hal ini dapat dilihat dari realita
yang menunjukan bahwa pemerintah tidak menerapkan kode etik kepegawaian secara
memadai meskipun telah banyak falsafah peraturan yang memuat mengenai etika
dimulai dan Falsafah pancasila dan konstitusi/UUD 1945 Negara RI, kemudian TAP
MPR No. IX/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, UU Nomor 43 Tahun 1999
yang dirubah dengan UU Nomor 3 tahun 2005 dan UU Nomor 12 tahun 2008 tentang
dan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).
tersebut mengisyaratkan bahwa seharusnya tidak ada lagi perilaku atau perbuatan
para aparatur pemerintah umumnya dan khususnya pejabat publik yang tidak sesuai
dengan nilai etika pejabat publik. Namun dan hasil pengamatan yang dilakukan masih
dapat dilihat atau dijumpai adanya perilaku dan perbuatan para pejabat yang
kurang atau
3
tidak baik yang dapat mengindikasikan belum maksimalnya implementasi etika
pejabat publik, seperti: kurang cermat dan kurang disiplin dalam melaksanakan
tugasnya secara tepat dan cepat, kurang efisien dan efektif dalam menggunakan
fasilitas kerja, kurang tanggap, cepat, tepat dan akurat dalam memberikan layanan
kepada masyarakat, kurang patuh terhadap standar operasional dan tata kerja, kurang
taat dan patuh terhadap kebijakan dan perintah kedinasan dari pejabat yang
berwenang dan atasan, dan perilaku atau tindakan kurang baik lainnya yang kurang
instansi pemberi layanan publik kepada masyarakat wajib pajak. Adapun tugas
memberi layanan berupa pemungutan pajak. Pajak yang dipungut oleh Badan
Pendapatan Daerah Provinsi Bali adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan lain-
lain PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang sah. Dalam pemberian layanan publik,
Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali menerapkan etika kinerja sesuai dengan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan UU Nomor 5 Tahun
4
Keputusan Kepala Badan Pendapatan Provinsi Bali Nomor 3908 tahun 2018 tentang
Kode Etik Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Badan Pendapatan Provins Bali.
Pada peraturan tersebut telah ditegaskan bahwa setiap pegawai dilingkungan Badan
empati,ramah, tulus, dan tanpa pamrih. Akan tetapi dalam praktiknya, masih terdapat
beberapa pelanggaran etika kinerja yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara.
Etika Kinerja Dalam Pelayanan Publik Pada Badan Pendapatan Daerah Provinsi
Bali”.
Bali ?
2. Apa saja pelanggaran etika kinerja yang dilakukan oleh karyawan dan sanksi
Provinsi Bali
5
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Pemerintah
c. Bagi Masyarakat
dan bertindak karena merupakan cermin dari suatu instansi itu sendiri.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
manusia hidup dalam masyarakat; apa yang baik dan apa yang buruk. Sedangkan
secara etimologis, etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
kebiasaan atau watak. Etika menurut bahasa Sansekerta lebih berorientasi kepada
dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Etika menurut Bertens
dalam (Pasolong, 2007:190) adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak. Dan
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah etika selalu berhubungan dengan
kebiasaan atau watak manusia (sebagai individu atau dalam kedudukan tertentu), baik
kebiasaan atau watak yang baik maupun kebiasaan atau watak buruk. Watak baik
yang termanifestasikan dalam kelakuan baik, sering dikatakan sebagai sesuatu yang
kelakuan buruk, sering dikatakan sebagai sesuatu yang tidak patut atau tidak
sepatutnya.
193) diartikan sebagai filsafat dan profesional standar (kode etik) atau right rules of
conduct (aturan berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi
bahwa etika administrasi publik adalah aturan atau standar pengelolaan, arahan moral
bagi anggota organisasi atau pekerjaan manajemen; aturan atau standar pengelolaan
yang
7
merupakan arahan moral bagi administrator publik dalam melaksanakan tugasnya
melayani masyarakat. Aturan atau standar dalam etika administrasi negara tersebut
masyarakat. Terdapat seperangkat nilai dalam etika administrasi publik yang dapat
digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi penyelenggara administrasi publik dalam
sebagai berikut:
1. Nilai efisiensi artinya tidak boros. Sikap, perilaku, dan perbuatan birokrasi publik
(administrasi publik) dikatakan baik jika mereka efisien (tidak boros). Efisiensi
kepada organisasi. Karenanya perlu ditegakkan suatu prinsip jangan bertanya apa
yang bisa didapatkan dari organisasi, tapi bertanyalah apa yang dapat diberikan
kepada organisasi.
2. Nilai membedakan milik pribadi dengan milik kantor. Birokrasi publik yang baik
adalah birokrasi publik yang dapat membedakan mana milik kantor dan mana
milik pribadi. Artinya mereka tidak akan menggunakan milik kantor untuk
kepentingan pribadi.
3. Nilai impersonal. Dalam melaksanakan hubungan antara bagian satu dengan yang
lain, antara orang satu dengan yang lain dalam bingkai kerjasama kolektif yang
4. Nilai Merytal System. Nilai ini berkaitan dengan penerimaan (recruitment) atau
system",
8
dan bukan "spoil system". Merytal system merupakan suatu sistem penarikan atau
(anak, keponakan, famili, alumni, daerah, golongan, dan lain-lain), akan tetapi
bersangkutan.
publik dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Birokrasi publik yang baik
akuntabel.
7. Nilai responsivitas. Nilai ini berkaitan dengan daya tanggap dan menanggapi apa
yang menjadi keluhan, masalah, aspirasi publik. Birokrasi publik yang baik
adalah birokrasi yang responsif (mempunyai daya tanggap yang tinggi dan cepat
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003). Sedangkan makna kata moral disampaikan oleh Mohammad Ali dan
Mohammad Asrori (2012:136) yaitu berasal dan kata "mores" yang merupakan kata
Latin dan memiliki arti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, kebiasaan. Menurut
Rose Mini (2010) perilaku moral adalah perilaku seseorang dalam berhubungan
9
dengan orang lain yang mengacu pada seperangkat peraturan, kebiasaan, dan prinsip-
pengertian yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku moral adalah
perilaku atau tindakan individu yang sesuai dengan aturan-aturan dan nilai-nilai
masyarakat dimana individu tinggal, sehingga perilaku moral dapat dikatakan dengan
Kurtines dan Gerwitz (dalam Azizah, 2014) berpendapat bahwa dalam proses
apa yang mungkin untuk dilakukan dan bagaimana efeknya terhadap keseluruhan
B. Menggambarkan apa yang hams dilakukan dengan nilai moral pada situasi
C. Memilih diantara nilai-nilai moral untuk memutuskan apa yang secara aktual
akan dilakukan
A. Berkata jujur, yaitu berani mengungkapkan perkataan yang sesuai dengan apa
yang terjadi.
B. Berbuat benar, yaitu perbuatan yang sesuai dengan aturan dan kaidah yang telah
1
D. Berani, yaitu kesiapan fisik dan mental untuk menghadapi suatu peristiwa dan
membenarkan jika peristiwa tersebut tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku
dalam masyarakat.
negara serta penduduk terkait barang, jasa, pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara Pelayanan Publik (Pasal 1 Ayat (1) UU No. 25 Tahun 2009).
jamianan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata dan
(dalam Tjiptono, 2000: 70) ada lima dimensi pokok yang menentukan kualitas
A. Bukti fisik (Tangibles), yaitu penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana
fisik pemerintahan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari
fisik seperti fasilitas gedung, teknologi dan penampilan dari para aparatur
1
pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada masyarakat, dengan
Penelitian pertama terkait dengan etika kinerja Aparatur Sipil Negara ialah
Gowa”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan etika
Kepegawaian dan Diklat di Kabupaten Gowa. Hal ini sesuai dengan Peraturan
1
wawancara mendalam, observasi terfokus, dan dokumentasi. Sementara analisa data
secara kualitatif dilakukan secara sistematis yakni reduksi data, penyajian data,
verifikasi dan kesimpulan.. Hasil penelitian pada penerapan kode etik pegawai
menunjukkan bahwa ada tiga yang terkait dalam hal tersebut yakni kesetiaan,
menunjukkan ada tiga hal yang terkait dalam hal tersebut yakni : akuntabilitas,
Talaud”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki penerapan etika/ tugas
Kepulauan Talaud. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Fokus penelitian ini:
data/informan diambil dari jumlah karyawan oleh 10 informan pejabat struktural, dan
menggunakan teknik wawancara. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
penerapan etika administrasi publik yang muncul pada sikap dan perilaku personil
1
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan
mandiri, baik satu atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan satu
variabel dengan variabel yang lain. Metode ini dipilih karena penelitian ini betujuan
Penelitian ini berlokasi di Kantor Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali yang
berlokasi di Jl. Cok Agung Tresna No.14, Panjer, Kec. Denpasar Sel., Kota
Denpasar, Bali 80234. Pemilihan lokasi berdasarkan atas kondisi yang ditemukan
bahwa pelanggaran etika kinerja masih marak terjadi dilingkungan ASN. Badan
Pendapatan
1
Daerah merupakan Organisasi Pemerindah Daerah yang memiliki tupoksi yang
cukup penting dan riskan KKN, sehingga penerapan Etika kerja dilingkungan dinas
A. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini ialah jenis data kualitatif. Data
kualitatif ialah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar (Sugiyono,
Provinsi Bali begitu juga sumber data yang lain, seperti data online, data dari buku
B. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menurut Lofland, 1984
(dalam Moleong, 2005) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata, tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
1. Data Primer
peneliti
1
berangkat kelapangan untuk mengumpulkan data. Informan yang
2. Data Sekunder
Sumber data yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data.
Untuk memperoleh data yang akurat tentunya akan diperoleh data yang
diambil dari suatu metode pengumpulan data dengan harapan agar data atau
fakta benar-benar daya tariktif, realibel, dan valid serta tidak terjadi
1
3. Studi Kepustakaan adalah pengumpulan data dari literatur-literatur,
Tabanan atau yang disebut dengan metode bola salju yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah arah yang digunakan peneliti dimana ketika peneliti tidak
banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang
menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk
menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel di sekitaran area
penelitian.
pengambilan sampel yang mendalam, dalam populasi yang relatif kecil, yang
pengambilan sampel ini, peneliti menentukan satu atau lebih individu atau tokoh
1
kunci dan meminta dia atau mereka untuk menyebut orang-orang lain yang pada
analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain secara sistematis sehingga mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data dalam situs yang
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Analisis data
dalam penelitian ini dilaksanakan pada saat pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
atau informan setelah dianalisis dirasa kurang memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan, sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data atau informasi
Tahap analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis
Interactive model dari Miles dan Huberman, yang membagi tahap dalam kegiatan
analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data (data collection),
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan
1
1. Pengumpulan data. Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data
terkait permasalahan dalam penelitian secara umum, adapun data yang akan
diambil dalam penelitian ini yaitu data primer maupun data sekunder, data yang
didapat pada saat observasi, wawancara pada narasumber, dan datadata lainnya
2. Reduksi data Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat
ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007). Reduksi data dilakukan
secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Produk yang dihasilkan dari
reduksi data adalah berupa ringkasan dari catatan lapangan, baik dari catatan
kesimpulan ini juga diverifikasi oleh peneliti secara terus menerus selama berada
dilakukan pada
1
saat mengolah dan menganalisis data dari hasil penelitian. Kesimpulan ditarik
Teknik penyajian data merupakan cara seorang peneliti dapat menyajikan data
dengan baik agar memudahkan orang lain dalam membaca dan mudah untuk
dipahami oleh pembaca (Ruswanto, 2013). Data yang disajikan diperoleh dari
pengamatan, hasil wawancara serta berupa deskripsi informasi lainnya (misalnya dari
dokumen, foto, rekaman video). Pernyajian data hasil penelitian dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu: a. Penyajian data secara verbal, merupakan penyajian hasil
secara visual, merupakan penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan grafik,
2
BAB IV
PEMBAHASAN
pendapatan daerah berdasarkan azas otonomi dan pembantuan. Selain itu, Badan
Pendapatan Daerah atau juga dikenal dengan singkatan Bapenda memiliki tugas dan
fungsi lainnya. Dispenda memiliki tugas utama yaitu sebagai penyelenggara untuk
pendapatan daerah, pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi dan
menjadi tanggung jawab Bapenda ialah pengawasan penerimaan pajak baik pajak
rumah bagunanan, tanah, kendaraan motor dan mobil, PBB perkotaan, Bea Perolehan
Hak atas Tanah Bangunan (BPHTB), pajak parkir mobil dan motor di wilayahnya.
Terkait dengan hal itu, Dispenda memiliki wewenang untuk menerbitkan izin-izin
tertentu sesuai dengan fungsi dan tugasnya seperti surat izin pembangunan dan
pengadaan billboard, izin pengadaan lahan parkir, izin reklame, dan lainnya. Untuk
informasi lain terkait Dispenda, Anda dapat langsung berkunjung ke kantor Dispenda
Dispenda
2
untuk informasi umum.
Maksud dari Rencana Strategis ini adalah sebagai arah kebijakan Badan
4.1.2. Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali Tugas
Pokok :
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2016 Tentang
Bali Nomor 97 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi,
serta tata kerja Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali, disebutkan bahwa Badan
sampai dengan dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan
pengelolaan pendapatan.
2
pendapatan.
Provinsi Bali. Oleh karena itu perlu didukung dengan aparatur pemerintah yang
negara adalah sautu seperangkat acuan atau penuntun bagi tindakan manusia dalam
berorganisasi. Dalam suatu instansi etika harus di terapkan oleh seluruh pegawainya
sehingga dapat melaksakan tugas dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang ada.
Penerapan kode etik di suatu instansi berpengaruh terhadap kinerja Pegawai Negeri
Sipil atau Aparatur Sipil Negara dalam memberikan pelayanan publik yang terbaik,
2
administrasi publik di Badan Pendapatan Daerah Povinsi Bali ini, secara umum
mencapai 95%. Implementasi kode etik di Badan Pendapatan Provinsi Bali mengacu
pada Undang Undang No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS dan Undang Undang
Bali melalui Keputusan Kepala Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali Nomor 3908
Tahun 2018. Isi dari peraturan tersebut diantaranya mengenai nilai dasar yang wajib
diunjung tinggi oleh pegawai yang kedua yaitu dalam melaksanakan tugas kedinasan
dan kehidupan sehari- hari setiap Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan
Pendapatan Daerah Provinsi Bali berkewajiban berpedoman pada kode etik, dimana
diri sendiri, dan sesama ASN. Instansi ini sangat luas, jadi kami diarahkan untuk
wawancara pada sub bidang kepegawaian yang secara umum adalah bertugas untuk
kepegawaian mulai dari kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, penyesuaian ijazah,
Salah satu dari implementasi di Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali yaitu
mengenai budaya kerja, kita ketahui bersama bahwa budaya kerja sangat berpengaruh
kerja yang di terapkan disini mengacu pada Peraturan Pemerintah Provinsi Bali
dengan
2
slogan TAKSU (Tanggungjawab, Akuntabel, Kreatif, Selaras, dan Unggul). Adapun
kewenangan (b) Akuntabel yaitu bekerja cerdas, iklas dan tuntas, inovatif, dan
berbagi pengetahuan dan bersinergi, (c) Kreatif yaitu kreativitas dan memberikan
pelayanan dengan baik, (d) Selaras yaitu menjaga hubungan harmonis dengan
keluarga, rekan kerja dan masyarakat, (e) Unggul yaitu berdaya saing, kompeten, dan
professional, pendapat ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh narasumber yaitu
bahwa :
“budaya kerja kita menerapkan sesuai dengan aturan provinsi dan kita
memiliki budaya kerja tersendiri yaitu mengenai Apel setiap pagi dan
dilanjutkan dengan Tri Sandyha bersama begitu juga di jam 12 siang setelah
melakukan pekerjaan kantor dari pagi sekitar pukul setengah 2 dilaksanakan
senam peregangan dan disini untuk meningkatkan kinerja pegawai dengan
menempelkan poster-poster di tembok seperti itu TAKSU yang merupakan
singktan dari Tanggung Jawab, Akuntabel, Kreaif, Selaras, dan Unggul".
Provinsi Bali akan dinilai melalui prestasi kerja, prestasi kerja ini nantinya akan
prestasi kerja biasanya dinilai dari beberapa kriteria, salah satunya yaitu perilaku dan
komitmen dari Aparatur Sipil Negara (ASN). Kenaikan pangkat atau jabatan diajukan
setiap 4 (empat) tahun sekali dimana menggunakan syarat penilaian prestasi kerja
selama 2 tahun terakhir, apabila penilaian tersebut tidak memenuhi syarat maka
pegawai yang bersangkutan tidak bisa untuk mengkuti kenaikan pangkat atau jabatan.
2
pedoman, periode kenaikan pangkat atau jabatan 2 (dua) kali dalam kurun waktu 1
tahun yang dilaksanakan pada bulan April dan Oktober. Dalam meningkatkan
kepatuhan terhadap kode etik kinerja di Badan Pendapatan Daerah Provinsi bali
khusunya untuk pegawai baru maka diladakannya sosialisasi dan diklat, seperti yang
"Diklat itu diadakan khususnya bagi pegawai barn atau CPNS, kita ka nada 2
jenjang yaitu PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan non PNS (kontrak ) yang
diperpanjang setiap tahunnya, untuk CPNS dan non PNS di sampaikan
langsung di masing- masing Organisasi Perangkat Daerah serta untuk PNS ada
namanya pra jabatan, yang dimana mengenai bagaimana perilaku kita sebagai
PNS".
mayoritas pegawai yang bekerja di Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali ini
merupakan orang yang sudah berumah tangga seperti yang kita ketahui tugas
seseorang yang sudah berumah tangga sangat jauh berbeda dengan seseorang
yang masih lajang, ditambah jika kita sudah memiliki seorang anak. Hal yang
menyiapkan sarapan, dan lain sebagainya tentunya sedikit menyita waktu. Oleh
tersebut.
2
2. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas
Daerah Provinsi Bali ini yaitu adanya pegawai yang tidak masuk kerja tanpa
dikarenakan alasan yang sifatnya mendadak serta pribadi seperti sakit mendadak
dan kematian. Hal tersebut tentu saja tidak memungkinkan bagi pegawai tersebut
untuk segera mengirimkan surat ijin ke Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali.
Pelanggaran etika kinerja lainnya seperti pungutan liar dan lain sebagainya
tidak pernah terjadi di Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali. Hal tersebut sesuai
dengan hasil wawancara dengan Bapak Putu Sumardika yang menyatakan bahwa:
"Nah kalau pungutan liar kalau disini karena prosesnya itu apa namanya rutin
dan tidak ada uang gitu maksudnya untuk ngurus ini apa namanya dengan biaya
sekian, karena mengurus kelengkapan kepegawaian tidak ada biayanya jadi
enggak ada pungutan liar. Tapi kalau di UPT, kita kan membawahi UPT
menangani pembayaran pajak kendaraan nah disana mungkin kemungkinan ada
aja, tapi saya tau itu kan lain ranahnya. Kalau di sini di Bapenda khususnya
tiang di instansi pusatnya induknya kita enggak ada ngurusin uang secara
langsung artinya ngurusin sesuatu dengan uang itu tidak ada."
4.3.2 Sanksi
beberapa pegawai tersebut yaitu berupa konseling. Konseling disini yaitu berupa
teguran lisan dimana, jika seorang pegawai terlambat masuk kerja, maim is akan
dipanggil ke ruangan konseling oleh Kepala Sub Bagian atau Kepala Sub Bidang
untuk mengkomunikasikan terkait dengan masalah yang ada. Sanksi tersebut dirasa
sudah cukup untuk pelanggaran yang telah dilakukan oleh pegawai dikarenakan
pelanggaran
2
yang mereka lakukan masih dalam ranah disiplin masuk kerja, yang mana
permasalahan terebut masih bisa dikomunikasikan dan tidak berulang. Sampai saat
ini, belum pernah terjadi pelanggaran yang menyebabkan pegawai dipecat atau
sejenisnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Putu Sumardika
"Ya itu dah, paling kalau secara keseharian artinya sampai tahap pemberhentian
itu sementara ini belum pernah, karena pelanggarannya masalah disiplin masuk
kerja sebatas teguran, teguran lisan dulu kalau berlanjut, barn teguran secara
lisan tapi sementara ini masih bisa dikomunikasikan."
Namun sanksi pada Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali terdapat pula
sanksi tertulis, tergantung dari pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, sanksi ini
dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu ringan, sedang, dan berat serta mengacu pada peraturan-
menjadi pedoman atau prinsip seseorang atau kelompok masyarakat dalam mengatur
tingkah lakunya. Norma atau moral yang diterapkan oleh masyarakat tersebut tidak
hal tersebut disebabkan adanya urusan pribadi yang mendadak atau bisa juga
etika ini tidak hanya terjadi dikelompok masyarakat, namun dapat terjadi di Instansi
maupun Badan milik Pemerintahan. Salah satu instansi pemerintah yang melanggar
etika kinerja yaitu pada kasus yang dijelaskan diatas. Etika administrasi publik yang
menyangkut kinerja
2
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki lima nilai yang dapat digunakan sebagai
acuan dan pedoman bagi penyelenggara layanan publik dal am menjalankan tugas
dan kewenangannva. Adapun 5 (lima) indikator tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Efisiensi.
Efisiensi artinya tidak boros. Sikap, perilaku, dan perbuatan birokrasi publik
(administrasi publik) dikatakan baik jika mereka efisien (tidak boros). Artinya
menurut Darwin (1995: 198) mereka akan menggunakan dana publik (public
publik. Resources public tidak boleh dibelanjakan secara boros, tidak boleh
efisiensi lebih mengarah pada penggunakan sumber dana dan Jaya yang dimiliki
kepada organisasi. Karenanya perlu ditegakkan suatu prinsip jangan bertanya apa
yang bisa didapatkan dari organisasi, tapi bertanyalah apa yang dapat diberikan
Daerah Provinsi Bali telah melanggar nilai efisiensi karena sikap dan perilaku
pegawai yang melanggar dapat dikatakan boros, boros dalam hal efisiensi ialah
terhadap
2
organisasi atau instansi tersebut.
Birokrasi publik yang baik adalah birokrasi publik yang dapat membedakan
mana milik kantor dan mana milik pribadi artinya mereka tidak akan
barang publik atau milik kantor hanya betul-betul untuk kepentingan kantor.
bukan untuk mengantar anaknya ke sekolah dan istrinya ke pasar. Uang kantor
Pelanggaran etika kerja oleh pegawai Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali
terindikasi menggunakan barang milik kantor seperti mobil atau motor dinas, hal
tersebut tidak dapat dipungkiri meskipun telah ada peraturan dan penindakan
kepentingan pribadinya.
3. Nilai impersonal.
Dalam melaksanakan hubungan antara bagian satu dengan yang lain, antara
orang satu dengan yang lain dalam bingkai kerjasama kolektif yang diwadahi
menonjolkan unsur perasaan dari pada unsur rasio dalam menjalankan tugas dan
kemudian ada staf atau bawahan adalah masih ada hubungan kekerabatan seperti
3
anak, keponakan, famili, alumni, dan sejenis. Ketika staf tadi berbuat salah, jika
akan berbicara dari pada unsur rasio untuk mengambil suatu tindakan hukuman
terjadinya pelanggaran etika seperti keluar pada jam kerja dan tidak masuk tanpa
alasan dan keterangan yang jelas meskipun adanya konseling atau wawancara
pegawai tersebut.
4. Merytal system.
bukan "spoil system". Merytal system merupakan suatu sistem penarikan atau
(anak, keponakan, famili, alumni, daerah, golongan, dan lain lain), akan tetapi
3
promosi pegawai yang didasarkan pada hubungan kekerabatan, patrimonial
(anak, keponakan, famili, alumni, daerah, golongan, dan lain lain). Merytal
system ini akan menjadikan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan usaha
kerjasama tadi menjadi cakap dan profesional (professional and capable) dalam
pelanggaran etika yang dilakukan oleh pegawai pada Bapenda Provinsi Bali telah
melanggar nilai merytal sistem yang mana promosi jabatan bisa saja dibatalkan
oleh Kepala Badan/Instansi terkait apabila pegawai yang melanggar etika ini
tidak akan dapat mengikuti promosi pangkat atau jabatan karena prestasi
5. Nilai responsibel.
publik dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Birokrasi publik yang baik
Friedrich dalam Darwin (1996: 190) merupakan konsep yang berkenaan dengan
kompetensi teknis yang tinggi untuk bisa melakukan penilaian terhadap apa yang
menjadi sikap, perilaku aparatur sipil negara, oleh karena itu hams memiliki
standar penilaian tersendiri yang sifatnya administratif atau teknis, dan bukan
3
"administrative responsibility" yakni (a) tanggungjawab subjektif ini dapat
tugas, fungsi, dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya, (b) mempunyai rasa
tugas dan tanggungjawabnya secara serius dan sungguh-sungguh tanpa ada pihak
yang tidak baik, bahkan mereka berusaha untuk merubah dan memperbaiki
lingkungan dan sistem yang tidak baik tersebut. Dengan memiliki kemampuan
dan kecakapan teknis tadi, mereka akan dapat menjalankan tugas dan tanggung
diri atas potensi yang dimilikinya dan melakukan tugas dan tanggung jawabnya
Provinsi Bali telah melanggar nilai responsible karena para pegawai yang
3
kurangnya sumber daya manusia pada mat itu meskipun sumber daya manusia
3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, maka kesimpulan yang dapat dijabarkan yaitu sebagai
berikut:
Undang Nomor 4 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Salah satu dari
budaya kerja, kita ketahui bersama bahwa budaya kerja sangat berpengaruh
Akuntabel, Kreatif, Selaras, dan Unggul). Selain itu, penilaian etika kerja
yang diterapkan di Bapenda itu sendiri akan dinilai melalui prestasi kerja
yang nantinya prestasi ini akan digunakan dalam penaikan pangkat pegawai
di Bapeda.
Provinsi Bali yaitu (1) terlambat datang kerja, (2) tidak masuk kerja tanpa
konseling yang dilakukan oleh atasan yakni Kepala Sub Bidang atau
3
5.2 Saran
Aparatur Sipil Negara sehingga dapat menumbuhkan mental ASN yang tegas,
2. Perlu dilakukan sosialisasi dan pembinaan secara berkala terkait dengan nilai-
nilai etika kerja yang harus dilaksanakan oleh seluruh ASN dilingkungan Badan
3
DAFTAR PUSTAKA
Undang- Undang