Anda di halaman 1dari 15

TANTANGAN ETIKA PEMERINTAHAN DALAM

PELAYANAN PUBLIK

OLEH:

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berkat rahmat serta kerunia-Nya sehingga makalah dengan judul Etika
Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Pemerintahan. Selain itu,
penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan penulis
dan pembaca tentang etika pemerintahan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang ditemukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik dan saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam
makalah ini.
Jatinangor, 5 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1. Latar Belakang...........................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................6
3. Manfaat.....................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
1. Pengertian Etika Pemerintahan.................................................................................................7
2. Pengertian Pelayanan Publik.....................................................................................................9
3. Tantangan Etika Pemerintahan dalam Pelayanan Publik.........................................................11
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
1. Kesimpulan..............................................................................................................................14
2. Saran........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Etika pemerintahan mengatur perilaku aparatur atau pemerintah yang berada
dalam lembaga resmi pemerintahan. Pemerintah merupakan alat kelengkapan negara
yang akan mewujudkan cita-cita negara. Pada hakikatnya pelayanan kepada
masyarakat harus berlandaskan kepada pedoman yang dapat menuntun tindakan
segala pola perilaku aparatur kearah yang lebih baik, terpuji dan bermoral. Etika
pemerintahan bersumber pada norma sosial dan norma hukum. Penerapan etika
pemerintahan dapat menjadi kontrol daripada aparatur pemerintahan dalam rangka
melaksanakan apa yang menjadi tugas, fungsi dan kewenangannya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada dasarnya pelayanan publik adalah
suatu usaha yang dilakukan dalam rangka pemenuhan keinginan dan kebutuhan
masyarakat yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Aparatur yang beretika dalam
sikap dan perilaku sehari hari di lingkungan pemerintahan akan senantiasa terpanggil
untuk menjaga kewibawaan pemerintah, menjalankan fungsi dengan sebaik mungkin,
dan menghindari penyimpangan yang dapat mencoreng citra korps tempat aparatur
pemerintah bekerja.
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan tuntutan yang sangat mendasar
bagi pemerintahan modern. Dimana setiap warga negara berhak mendapatkan
pelayanan baik atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh
pemerintah. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 telah mengamanatkan bahwa negara
harus memenuhi kebutuhan dasar bagi setiap warga negara demi kesejahteraan rakyat
serta mencerdaskan kehidupan bangsa
Pelayanan publik dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor 63/KEP/M.PAN/2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan publik sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Pada hakekatnya
pemberian pelayanan merupakan proses sekaligus output yang menunjukan
bagaimana fungsi pemerintahan dijalankan. Dimana fungsi penting pemerintah adalah
sebagai regulasi, proteksi dan sebagai distribusi.

4
Etika merupakan landasan berpikir dan bertindak seorang aparat
penyelenggara pemerintahan atau yang biasa disebut sebagai Aparatur Sipil Negara
(ASN). Pada saat masyarakat luas tidak merasa terpenuhi atas pelayanan yang
diberikan oleh aparat pemerintah, biasanya masyarakat akan merasa tidak puas, dan
akan menggugat nilai atau standar etika apa yang dipakai aparat dalam memberikan
pelayanan tersebut. Dalam kaitannya dengan pembangunan aparatur pemerintah
memberikan arahan bahwa “pembangunan aparatur pemerintah diarahkan pada
peningkatan kualitas, efisiensi dan efektivitas seluruh tatanan penyelenggara
pemerintahan termasuk peningkatan kemampuan dan disiplin, pengabdian,
keteladanan dan kesejahteraan aparatnya, sehingga secara keseluruhan makin mampu
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan sebaik-baiknya, khususnya
dalam melayani, mengayomi serta menumbuhkan prakarsa dan peran aktif masyarakat
dalam pembangunan, serta tanggap terhadap kepentingan dan aspirasi masyarakat.
Dijalankannya etika pemerintahan oleh aparatur pemerintah akan berimplikasi
langsung pada penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan akan
berjalan lancar dan sukses apabila perilaku aparat birokrasi menjalankan tugasnya
berdasarkan nilai-nilai etika.
Etika merupakan landasan berpikir dan bertindak seorang aparat
penyelenggara pemerintahan atau yang biasa disebut sebagai Aparatur Sipil Negara
(ASN). Pada saat masyarakat luas tidak merasa terpenuhi atas pelayanan yang
diberikan oleh aparat pemerintah, biasanya masyarakat akan merasa tidak puas, dan
akan menggugat nilai atau standar etika apa yang dipakai aparat dalam memberikan
pelayanan tersebut. Dalam kaitannya dengan pembangunan aparatur pemerintah
memberikan arahan bahwa “pembangunan aparatur pemerintah diarahkan pada
peningkatan kualitas, efisiensi dan efektivitas seluruh tatanan penyelenggara
pemerintahan termasuk peningkatan kemampuan dan disiplin, pengabdian,
keteladanan dan kesejahteraan aparatnya, sehingga secara keseluruhan makin mampu
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan sebaik-baiknya, khususnya
dalam melayani, mengayomi serta menumbuhkan prakarsa dan peran aktif masyarakat
dalam pembangunan, serta tanggap terhadap kepentingan dan aspirasi masyarakat.
Dijalankannya etika pemerintahan oleh aparatur pemerintah akan berimplikasi
langsung pada penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan akan
berjalan lancar dan sukses apabila perilaku aparat birokrasi menjalankan tugasnya
berdasarkan nilai-nilai etika.
5
Pada dasarnya pelayanan public adalah suatu usaha yang dilakukan dalam
rangka pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat yang dilakukan oleh
penyelenggara negara. Aparatur yang beretika dalam sikap dan perilaku sehari-hari di
lingkungan pemerintahan akan senantiasa terpanggil untuk menjaga kewibawaan
pemerintah, menjalankan fungsi dengan sebaik mungkin, dan menghindari
penyimpangan yang dapat mencoreng citra korps tempat aparatur pemerintah bekerja.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika pemerintahan?
2. Apa yang dimaksud dengan pelayanan publik?
3. Tantangan Etika Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik

3. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian etika pemerintahan yang baik
2. Untuk memahami pengertian pelayanan publik
3. Untuk mengetahui tantangan Etika Pemerintahan dalam Pelayanan Publik

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika Pemerintahan

Etika selalu bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan, karena disamping


kedudukannya sebagai landasan filosofis, etika juga sebagai pemberi arah untuk
membimbing perilaku seseorang dalam melakukan hubungan dengan manusia lain
atau antara kelompok dengan kelompok lain agar harkat dan martabat sebagai
manusia tetap terjaga yaitu dihormati, diakui, dilindungi. Etika merupakan asal bahasa
dari Yunani Kuno, dimana dalam bahasa Yunani disebut ethos yaitu bentuk tunggal
yang mempunyai banyak arti seperti tempat tinggal, padang rumput, kebisaaan, adat
istiadat, akhlak, perasaan, watak, sikap, cara berfikir.

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari
kegiatan berfilsafat atau berfikir, yang dilakukan oleh manusia. Oleh sebab itu, etika
merupakan bagian dari filsafat, etika lahir dari filsafat. Frankena dalam Sumaryadi
(2010) mengemukakan bahwa etika merupakan salah satu cabang filsafat yang
mencakup filsafat moral atau pembenaran-pembenaran filosofis. Sebagai salah satu
falsafah, etika berkenaan dengan moralitas beserta persoalan-persoalan dan
pembenaran-pembenarannya. Moralitas sangat diperlukan dalam masyarakat karena
perannya sebagai panduan bertindak (action guides).

Dalam bentuk jamak ta etha artinya adat istiadat. Jadi kalau dilihat dari asal usul
etika berarti ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat istiadat.
Etimologi etika sama dengan etimologi kata moral karena keduanya berasal dari kata
yang mempunyai arti adat istiadat. Menurut James J Spillane (Labolo,2016:19)
bahwa etika atau ethics mempertimbangkan dan memperhatikan tingkah laku manusia
dalam pengambilan moral. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia bahwa etika
merupakan ilmu tentang baik buruk serta tentang hak dan kewajiban moral. Perilaku
yang baik mengandung nilai-nilai keutamaan, dimana nilai-nilai keutamaan yang
berhubungan erat dengan hakikat dan kodrat manusia yang luhur. Sedangkan menurut
Magis Suseno (Labolo, 2016:11) berkaitan moral dimana moral berkaitan dengan

7
ajaran-ajaran wejangan, kotbah-kotbah, patokanpatokan, kumpulan peraturan dan
ketetapan baik tulisan maupun lisan. Tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar ia bisa menjadi manusia yang baik. Sedangkan menurut Keraf (Ismail,
2009:63-64) bahwa etika sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia
baik secara pribadi maupun kelompok. Begitu juga yang diutarakan oleh
Kumorotomo (1992:7) dimana etika merupakan penuntun tindakan untuk seluruh pola
tingkah laku yang disebut bermoral.

Berkait dengan beberapa definisi di atas, Bartens sebagaimana dikutip oleh (2000)
mengungkapkan : 1) Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku.
Arti ini dapat juga disebut sistem nilai dalam hidup manusia perseorangan atau hidup
bermasyarakat. 2) Etika dipakai dalam arti kumpulan asas dan nilai moral, yang
dimaksud di sini adalah kode etik 3) Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik
atau yang buruk. Makna ini berkenaan dengan filsafat moral. Etika merefleksikan
mengapa seseorang harus mengikuti moralitas tertentu atau bagaimana kita
mengambil sikap yang bertanggung jawab ketika berhadapan dengan berbagai
moralitas. Oleh sebab itu dikatakan etika sebagai alat yang digunakan dalam
kehidupan bermasyarakat supaya dapat membimbing segala tingkah laku manusia dan
terhindar dari tindakan tindakan yang tidak baik serta memiliki moral atau akhlak
yang baik.

Etika dapat dikaitkan dengan filsafat dimana ada tiga cakupan yang membahas
kaitan dengan etika yaitu :1) etika berkaitan dengan logika, berkaitan dengan benar
dan salah ;2) etika berkaitan dengan perilaku juga baik dan buruk ;3) etika berkaitan
dengan estetika yaitu selaras dan tak selaras, indah atau jelek.

Etika sering disamakan artinya dengan moral. Akan tetapi pada prinsipnya
moral dan etika berbeda secara perspektif dan esensi pengertiannya. Nugroho (2000)
menyatakan bahwa moral adalah ajaran tentang perilaku yang baik dan buruk,
sedangkan etika adalah cabang filsafat yang secara teoretik menyoroti, menganalisis
dan mengevaluasi ajaran-ajaran tersebut tanpa mengajukan sendiri suatu ajaran
tentang mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk.

8
Pemerintah dapat dijadikan sebuah pondasi dan potensi awal dalam sejarah
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah sebagai sebuah organisasi yang
membuat dan menjalankan aturan dan hukum yang ada, dengan hal itu pemerintah
akan disebut sebagai sebuah Lembaga yang mempunyai tujuan untuk mencapai tujuan
dari negaranya sendiri, sehingga dengan adanya pemerintahan maka sebuah negara
akan menjadi terarah dan bahkan terampil untuk mencapai tujuan dan kesejahteraan
bagi sebuah negara.

Etika pemerintahan akan selalu dikaitkan dengan nilai-nilai keutamaan yang


berhubungan dengan hak dasar yang dimiliki oleh setiap warga negara sebagai
makhluk sosial. Etika pemerintahan adalah sebuah keutamaan yang tentuunya harus
atau wajib dilaksanakan oleh elite pejabat public maupun staf pemerintahan,
dikarenakan wujud etika pemerintahan merupakan aturan-aturan yang sudah tertulis
di dalam UUD seperti Pancasila ataupun teks proklamasi.

Dari arti etika tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika pemerintahan
memiliki sebuah tujuan ataupun misi tertentu dari keeksistensian atau kehadiran etika
tersebut. Di dalam pemerintahan, etika memiliki tujuan agar menciptakan atau
membuat setiap pejabat elit politik dapat bersikap jujur, siap melayani, berjiwa besar,
amanah, rendah hati, dan bahkan menanamkan sikap agar setiap pejabat politik untuk
siap mundur dari posisi yang dijabatnya di public saat ini jika pejabat tersebut
dibuktikan melakukan kesalahan, atau juga bisa dikarenakan kebijakan yang dibuat
oleh pejabat politik tersebut sudah tidak sesuai nalar atau akal budi manusia dan
malah bertentangan dengan hukum dan bahkan ujung-ujungnya hanya akan
menghancurkan kesejahteraan rakyat.

Dengan adanya etika pemerintahan ini, para pejabat elit politik maupun staf
pemerinatahan di setiap organisasi pemerintahan yang ada akan dipersiapkan untuk
segala kondisi yang kemungkinan akan dating kepada mereka, mereka akan terus
dituntut untuk terus bersikap jujur, amanah, siap melayani, dan rendah hati. Hal ini
bertujuan agar pemerintahan dapat terus berjalan dengan lebih baik.

2. Pengertian Pelayanan Publik


Salah satu indikasi negara sejahtera adalah tersedianya pelayanan terbaik
kepada masyarakat secara adil dan merata tanpa adanya diskriminasi karena dalam
konteks negara demokrasi tugas negara adalah untuk mengabdi sepenuhnya kepada

9
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban mereka sebagai warga
negara. Menurut Rasyid (2000:13) pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani diri
sendiri tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan
setiap anggota mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai
kemajuan besama. Berkaitan dengan pelayanan publik menurut Thoha (2001:12)
bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang dan atau
kelompok orang atau instansi tertentu yang memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan tententu. Sedangkan menurut Juliantara
(2005:9) menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh pemerintahan baik pusat maupun daerah. Adapun pelayanan publik
menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 pasal 1 ayat (1)
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan dan
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif
yang disediakan penyelenggara pelayanan publik.

Banyak pakar organisasi dan manajemen memberikan Batasan yang berbeda-


beda tentang definisi pelayanan public. Kata dasar “pelayanan” menurut Pasalong
(2010:128) didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan
definisi “pelayanan public” menurut Mahmudi (2010:223) adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan public sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan public dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Definisi lain pelayanan public menurut Harbani Pasolong (2007:128) adalah


setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang
meiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan,
dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara
fisik. Sementara Sinambela dalam buku “Reformasi Pelayanan Publik” (2014:5)
menyatakan bahwa pelayanan public adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan
masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh public (masyarakat)
tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
hakikatnya negara dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi

10
berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnnya
kebutuhan akan kesehatan, Pendidikan dan lain-lain.

Sementara definisi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Kata "barang, jasa dan pelayanan
administratif" dalam bagian penjelasan dianggap sudah jelas, tetapi sebenarnya
maksud "barang" bukanlah barang yang bisa diperdagangkan oleh manusia sehari-hari
tetapi yang dimaksud adalah barang publik (public goods) yang penyediannya
dilakukan oleh pemerintah.

Pelaksanaan pelayanan publik di Indonesia diawasi oleh sebuah lembaga


independen yang terbebas dari wilayah eksekutif bernama Ombudsman Republik
Indonesia. Kewenangan Ombudsman dalam mengawasi pelaksanaan pelayanan
publik sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2008
bahwa Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD dan
BHMN serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan
pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN
dan/atau APBD.

3. Tantangan Etika Pemerintahan dalam Pelayanan Publik


Pada saat ini persoalan mendesak yang dihadapi pemerintah adalah persoalan
etika pelayanan publik. Masyarakat mulai tidak sabar dan cemas dengan mutu
pelayanan publik yang pada umumnya semakin merosot atau memburuk, bahkan
lebih buruk dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh sektor swasta.
Masyarakat juga mulai mempertanyakan apakah pemerintah mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang bermutu kepada masyarakat atau tidak.
Selama ini penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahsaat ini
masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta
kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat dari
masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara Iangsung
maupun tidak langsung melalui media massa.Hampir setiap hari ada keluhan dari

11
masyarakat terhadap berbagai persoalan pelayanan aparatur penyelenggara/ pelaksana
pelayanan publik. Masyarakat masih merasakan bahwa, pelayanan publik masih sulit
untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit, biaya yang tidak jelas ketika harus
mengurus suatu perijinan tertentu serta terjadinya praktek pungutan liar (pungli), dan
lain sebagainya.
Di samping itu, masih terdapat kecenderungan pelayanan yang kurang merata
dan adanya ketidakadilan dalam pelayanan publik di mana masyarakat yang tergolong
miskin akan sulit mendapatkan pelayanan. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki
“uang”, dengan sangat mudah mendapatkan pelayanan (publik) yang diinginkan.
Apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus-menerus terjadi, maka pelayanan
yang berpihak ini akan memunculkan potensi yang bersifat berbahaya dalam
kehidupan berbangsa. Potensi ini antara lain terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan
yang lebar antara yang kaya dan miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan
ekonomi yang lamban, akan dapat menjadi pemicu ledakan ketidak puasan
masyarakat yang dapat merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Dengan munculnya berbagai permasalahan tersebut, seharusnya pemerintah
segera mengambil langkah-langkah penyelesaian masalah etika pelayanan publik.
Terlebih lagi, sesuai dengan kewenangannya, pemerintah memiliki tanggung jawab
yang besar untuk merealisasikan pelayanan publik dengan sebaik-baiknya dalam
rangka mendorong peningkatan ksejahteraan masyarakat. Melalui pelaksanaan etika
pelayanan publik yang berkualitas, akan dapat terwujud pelayanan prima yang
didambakan masyarakat.
Pelayanan public berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang
pelayanan public adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan public. Dalam hal ini pelayanan public
dapat diartikan sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah untuk
memenuhi hak-hak warga masyarakat, dalam berbagai bentuk pelayanan sector public
dalam bentuk barang dan atau jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam memberikan pelayanan public dari
pemberi layanan kepada masyarakat harus mengedepankan etika dan prinsip nilai
yang menjadi acuan perilaku.

12
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun
2003, pelayanan public adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan public sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentua peraturan perundang-undangan. Dalam
Undang-Undang No.25 Tahun 2009, pelayanan public adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administrative yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan public. Dari beberapa contoh pengertian mengenai pelayanan publiik
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelayanan public merupakan usaha pemenuhan
kebutuhan masyarakat dari penyelenggara pelayanan public.

13
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Sebuah negara yang mempunyai citacita besar harus bisa mewujudkan
kesejahteraan, keamanan, dan pelayanan kepada semua warga negara. Seringkali
masyarakat sebagai yang membutuhkan pelayanan dari aparatur pemerintahan tidak
mendapatkan apa yang diharapkan. Lemahnya tindakan bagi aparatur yang melakukan
perbuatan tidak terpuji dan mengindahkan nilai-nilai moral dalam memberikan
pelayanan membuat kewajiban dan tugas sebagai aparatur pemerintahan menjadi sia-
sia.

Untuk mencapai etika berbicara tentang apa yang “benar”, dan apa yang
“baik” serta apa yang “tepat” diperlukan suatu patokan untuk berpikir secara etis.
Menurut Dossy IP dan Bernard LT (2011:16-18) terdapat 3 (tiga) cara etika berfikir
secara etis untuk mencapai benar, baik, dan tepat yaitu deontologis, teleologis, dan
konstektual

Dengan adanya etika pemerintahan , para pejabat elit politik maupun staf
pemerinatahan di setiap organisasi pemerintahan yang ada akan dipersiapkan untuk
segala kondisi yang kemungkinan akan dating kepada mereka, mereka akan terus
dituntut untuk terus bersikap jujur, amanah, siap melayani, dan rendah hati. Hal ini
bertujuan agar pemerintahan dapat terus berjalan dengan lebih baik.

2. Saran
Setelah membaca dan mempelajari etika pemerintahan. Diharapkan
pemerintah mulai memperbaiki dan meningkatkan etika pemerintahan dalam
melaksanakan pelayanan public. Hal ini guna menunjang kepuasan masyarakat akan
pelayanan pemerintah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K, 2000. Etika. Seri Filsafat PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kumorotomo, Wahyudi, 1992. Etika Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Labolo muhadam, 2016. Modul Etika Pemerintahan. Institut Pemerintahan Dalam


Negeri.

Widodo, Joko, 2001. Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas, Kontrol
Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Insan Cendekia,
Surabaya.

Thoha Miftah, 2012. Birokrasi Pemerintah dan Kekuasaan di Indonesia, Thafa


Media. Yogyakarta

Septi Atik Winarsih & Ratmanto, 2010. Manajemen Pelayanan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai