Anda di halaman 1dari 12

REGULASI KEPEGAWAIAN

Makalah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Administrasi Kepegawaian Pemerintah pada
program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia
Dosen : Tatik Rohmawati S.IP.,M.Si

oleh :
Abdillah Thohir /41717810

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung,20 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1Latar Belakang Masalah...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah : Pentingnya regulasi kepegawaian di
terapkan pada Pegawai Negeri Sipil.............................................................................................4
1.3 Konsep Teori...............................................................................................................................4
 Pengertian regulasi dan tujuan regulasi......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISA...........................................................................................7
2.1 Pembahasan................................................................................................................................7
2.2 Analisa.......................................................................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berbicara tentang masalah kepegawaian berarti kita tidak akan terlepas dari pada
pembicaraan tentang ketenagakerjaan. Berhubung karna pegawai itu juga tenaga kerja.
Pengunaan istilah pegawai dan pekerja, kepegawaian dan ketenagakerjaan pada hakikatnya
secara yuridis tidak mempunyai perbedaan arti dalam kaitannya dengan kehadirannya
didalam suatu perusahaan atau instansi pemerintah.  Administrasi kepegawaian berkaitan
dengan penggunaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi.

Pentingnya administrasi kepegawaian yaitu karena administrator adalah Pegawai


Negeri Sipil selaku pelaksana tugas pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Selain itu hal tersebut tersebar di pusat dan daerah.  Sehingga administrasi sangat berperan
penting dalam hal pencapaian tujuan.

Sistem administrasi kepegawaian adalah bagian dari administrasi negara yang


kebijaksanaannya ditentukan dari tujuan yang ingin dicapai. Pola kebijaksanaannya
tergantung pada bentuk negara yang dianut suatu negara, apakah federal ataukah kesatuan.

1.2 Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah :


Bagaimana pentingnya regulasi kepegawaian di terapkan pada Pegawai Negeri Sipil ?

1.3 Konsep Teori


 Apa pengertian Regulasi ?
 Tujuan dibuatnya Regulasi ?

4
1.3.1 Definisi Regulasi
Regulasi adalah suatu peraturan yang dibuat untuk membantu mengendalikan suatu
kelompok, lembaga/ organisasi, dan masyarakat demi mencapai tujuan tertentu dalam
kehidupan bersama, bermasyarakat, dan bersosialisasi.

Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Sehingga untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi,
perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola
dan mengembangkan dirinya dan wajib memper-tanggungjawabkan kinerjanyanya maka
disusun beberapa regulasi kepegawaian yang mengatur pengelolaan kepegawaian secara
efektif dan efisien.

1.3.2 Tujuan dibuatnya Regulasi

Tujuan dibuatnya regulasi atau aturan adalah untuk mengendalikan manusia atau
masyarakat dengan batasan-batasan tertentu. Regulasi diberlakukan pada berbagai
lembaga masyarakat, baik untuk keperluan masyarakat umum maupun untuk bisnis.
Apabila regulasi dikaitkan dengan kepegawaian maka dapat dikatakan bahwa regulasi
kepegawaian sebegai peraturan yang mengatur seorang pegawai, mulai dari pekerjaan
hingga peraturan yang mengatur hak dan kewajiban seorang pegawai. Dengan adanya
regulasi kepegawaian yang jelas, maka pegawai dapat menunaikan kewajibannya
dengan maksimal karena pegawai tersebut mengetahui bahwa haknya akan dipenuhi.
Undang-undang ketenagakerjaan juga sudah jelas mengatur regulasi kepegawaian,
mulai dari hak hingga kewajiban untuk seorang pegawai dan hak kewajiban dari
perusahaan atau tempat bekerja dari pegawai tersebut. Undang-Undang Republik
Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa
ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pekerja/ karyawan/buruh
(yang biasa disebut pegawai) adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
5
atau imbalan dalam bentuk lain. Pelaksanaan manajemen ketegakerjaan
(kepegawaian) selama ini belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi
dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang
dimiliki calon dalam rekrutmen,
pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik. Untuk mewujudkan pegawai/keryawan sebagai bagian dari
reformasi birokrasi, perlu ditetapkan karyawan/pegawai sebagai profesi yang
memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib memper-
tanggungjawabkan kinerjanyanya maka disusun beberapa regulasi kepegawaian yang
mengatur pengelolaan kepegawaian secara efektif dan efisien.

6
BAB II

PEMBAHASAN DAN ANALISA

2.1

Aparatur sipil negara juga harus memiliki akuntabilitas dan penghormatan yang tinggi
terhadap tuntutan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Pemahaman
mengenai etika dan moralitas dalam pemerintahan merupakan kompetensi dasar yang penting
dan strategis yang harus dimiliki dan dipraktetkkan secara konsisten  oleh setiap individu
aparatur sipil negara sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, dalam praktek
penyelenggaraan pemerintah. ASN harus memiliki etika yang diterapkan dengan perilaku
yang baik diinstansinya, dan etika ini diatur dengan kode etik, sehingga setiap instansi
menetapkan kode etik yang dilihat berdasarkan karakteristik masing-masing instansi dan
organisasi profesi.

Selain itu, kita selaku aparatur sipil negara dalam menjalan tugas harus mengetahui Kode
Etik sebagai seorang PNS/ASN. Kode Etik sendiri merupakan nilai – nilai yang diyakini akan
kebaikan dan kebenarannya serta kebaikannya yang ditimbulkan apabila diwujudkan dalam
sikap dan perilaku seorang PNS, baik dalam kedinasan maupun dalam kesehariannya. Kode
Etik mencerminkan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan PNS didalam melaksanakan
tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari, dan Kode etik juga mencakup seluruh aspek
kehidupan kedinasan maupun dalam kehidupan kesehariannya, yaitu kode etik bernegara,
kode etik berorganisasi, kode etik bermasyarakat, kode etik sesama PNS, dan kode etik
terhadap diri sendiri. Butir-butir kode etik tersebut akan bermakna jika dapat teraplikasikan
dalam sikap dan perilaku dan menjadi internalisasi dalam diri seorang PNS.

Khusus untuk Kode Etik PNS/ASN di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung telah diatur didalam Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 01
Tahun 2013. Dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari, setiap PNS
wajib mempedomani kode etik yang diatur didalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan
hidup sehari-hari. Setiap PNS/ASN wajib juga bersikap dan berpedoman pada kode etik yang
terdiri dari Etika dalam bernegara, Etika dalam beragama, Etika dalam berorganisasi, Etika
dalam bermasyarakat, Etika terhadap diri sendiri, Etika terhadap sesama PNS.

Tujuan diaturnya kode etik ini, agar dapat meningkatkan disiplin pegawai, menjamin
terpeliharanya tata tertib, menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim yang kondusif
dan menciptakan kondisi kerja dengan perilaku yang professional serta meningkatkan citra
dan kinerja pegawai. Kode etik harus ditegakkan pada setiap instansi pemerintah dan apabila
ada PNS/ASN yang melakukan pelanggaran kode etik, maka harus diperiksa tim yang
dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan  Jabatan serta pangkat anggota tim tidak
boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat PNS/ASN yang diperiksa.

Penerapan kode etik dan disiplin PNS/ASN di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung sangat penting, agar setiap PNS/ASN tersebut dapat menjaga sikap, tingkah

7
laku dan perbuatan serta PNS/ASN diharapkan lebih meningkatkan disiplin didalam
melaksanakan tugasnya. Hal ini mencerminkan Ruh perilaku PNS/ASN yang berangkat dari
kesadaran moral PNS/ASN yang tinggi dan disuarakan dengan hati nurani yang tulus serta
diwujudkan dengan menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan. Oleh karenanya,
terhindar sanksi, sehingga terbentuk perilaku PNS/ASN yang baik.

Disiplin PNS/ASN

Disiplin PNS/ASN merupakan kesanggupan PNS/ASN untuk menaati kewajiban dan


menghindari larangan yang ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan dan/atau
peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Ada 17 Kewajiban  PNS yang harus ditaati dan 15 Larangan yang harus dihindari oleh PNS.
Pelanggaran disiplin ini, merupakan setiap ucapan, tulisan atau perbuatan PNS yang tidak
menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS baik yang dilakukan
di dalam maupun di luar jam kerja.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik

PNS yang melakukan pelanggaran kode etik akan dijatuhi hukuman disiplin. Hal ini
dilakukan, supaya adanya efek jera bagi setiap PNS untuk tidak melakukan perbuatan yang
melanggar kode etik. Tingkat dan jenis hukuman disiplin terdiri dari: 1) Jenis Hukuman
Disiplin Ringan (Teguran lisan, Teguran tertulis, Pernyataan tidak puas secara tertulis, Jenis
Hukuman Disiplin Sedang, Penundaan KGB selama 1 tahun, Penundaan Kenaikan Pangkat
selama 1 tahun, Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun); 2) Jenis
Hukuman Disiplin Berat (Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun,
Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, Pembebasan dari
jabatan, Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS,
Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS).

Status sebagai seorang pegawai negeri sipil atau aparatur sipil negara, jangan hanya menjadi
profesi tanpa makna bagi kita, akan tetapi harus benar-benar dapat kita
pertanggungjawabkan. Kita selaku aparatur sipil negara juga harus terus bersyukur atas
nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Karena masih banyak orang di luar sana yang
menginginkan profesi seperti kita. Maka dari itu, agar roda pemerintahan, khususnya
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat berjalan sebagaimana yang
diinginkan dan dicita-citakan oleh pendiri negeri ini, maka penerapan kode etik dan disiplin
PNS/ASN sangat penting

Dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa


tenaga kerja disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan yang antara lain meliputi: a.
Penduduk dan tenaga kerja; b. Kesempatan kerja; c. Pelatihan kerja termasuk kompetensi
kerja; d. Produktivitas tenaga kerja; e. Hubungan industrial; f. Kondisi linkungan kerja; g.
Pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja; dan h. Jaminan sosial tenaga kerja. Khusus
untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) disebutkan bahwa peraturan kepegawaian
mengatur tentang:

8
a. Penyusunan dan penetapan kebutuhan;
b. Pengadaan;
c. Pangkat dan Jabatan;
d. Pengembangan karier;
e. Pola karier;
f. Promosi;
g. Mutasi;
h. Penilaian kinerja;
i. Penggajian dan tunjangan;
j. Penghargaan;
k. Disiplin;
l. Pemberhentian;
m. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan
n. Perlindungan. Semua aspek pengelolaan Aparatur Sipil Negara (ASN) secara umum diatur
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).
Undang-undang tersebut merupakan perubahan atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang sebelumnya telah diubah dengan Undang Undang
No 43 Tahun 1999 dinilai sudah tidak sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global,
sehingga perlu diganti lagi dengan Undang Undang yang baru. Oleh karena itu pada tanggal
19 Desember 2013, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mengajukan Rancangan
Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang disetujui
oleh Presiden Republik Indonesia dan secara resmi mulai berlaku pada tanggal 15 Januari
2014. Adapun tujuan dari Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara ini adalah sebagai berikut:
a. Independensi dan Netralitas;
b. Kompetensi
c. Kinerja/ Produktivitas Kerja
d. Integritas
e. Kesejahteraan
f. Kualitas Pelayanan Publik
g. Pengawasan dan Akuntabilitas

9
2.2 Analisa

Administrasi kepegawaian di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Nomor 5


Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang merupakan perubahan atas Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Undang -Undang
Nomor 43 Tahun 1999 merupakan penyempurnaan/perubahan dari UndangUndang Nomor 8
Tahun 1974. Dalam undang-undang tersebut ditegaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan
cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil
negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Lebih lanjut ditegaskan bahwa pelaksanaan manajemen aparatur sipil
negara belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang
diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam
rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut, pembinaan ASN perlu dilakukan
dengan sebaikbaiknya berdasarkan perpaduan sistem prestasi kerja dan sistem karier. Namun,
lebih dititikberatkan pada sistem prestasi kerja dengan maksud memberi peluang bagi ASN
yang berprestasi tinggi untuk meningkatkan kemampuannya secara profesional dan
berkompetisi secara sehat serta akan diperoleh penilaian yang objektif terhadap kompetensi
pegawai. Sementara itu, sistem pembinaan karier dilaksanakan untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sistem pembinaan karier
tertutup dalam arti negara mengatur pengelolaan kepegawaian sehingga perpindahan ASN
dari suatu kementerian/lembaga/provinsi/kabupaten/kota yang satu ke kementerian/
lembaga/provinsi/kabupaten/kota yang lain atau sebaliknya, terutama untuk menduduki
jabatan yang bersifat manajerial, sangat dimungkinkan. Manajemen ASN adalah pengelolaan
ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.Pegawai ASN
berkedudukan sebagai unsur aparatur negara. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah. Selain itu pegawai ASN harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pelarangan pegawai ASN
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dimaksudkan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan, dan persatuan pegawai negeri serta dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan
tenaganya pada tugas yang dibebankan kepadanya. Pegawai ASN yang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik harus diberhentikan sebagai pegawai ASN, baik dilakukan
dengan hormat ataupun tidak dengan hormat

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perlindungan  hukum  bagi  aparatur   negara   dalam   penyelesaian   sengketa kepegawaian 


pasca  berlakunya   Undang-Undang  Nomor 5   Tahun  2014  tentang Aparatur Sipil Negara
belum dapat secara optimal  diberikan. Ini dikarenakan belum adanya  Peraturan 
Pemerintah  (PP)  atau  peraturan  yang secara teknis mengatur mengenai upaya 
administratif  dan Badan Pertimbangan  ASN  seperti   yang diamanatkan  oleh Pasal 129
ayat (5) Undang-Undang  Nomor 5Tahun 2014 tentang Aparatur  Sipil  Negara  yang 
menyatakan  bahwa,  ketentuan  lebih  lanjut  mengenai upaya administratif  dan badan
pertimbangan  ASN sebagaimana  dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) diatur dengan
Peraturan Pemerintah, maka dalam mekanisme penyelesaian  sengketa ASN dapat
mengalami  ketidakpastian  bagi  aparatur  negara. Adapun   perlindungan  hukum yang
dapat   dilakukan   Pemerintah   yaitu   segera menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) atau
peraturan  yang secara teknis mengenai upaya administratif  dan Badan Pertimbangan ASN.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah menyalahgunakan wewenang dapat diberi sanksi
administrasi yakni berupa;
1) Paksaan pemerintah agar dapat mengembalikan kepada keadaan semula.
2) Penarikan  kembali  keputusan  tata  usaha  negara  yaitu  dengan mengeluarkan keputusan
baru dan keputusan yang terdahulu tidak berlaku lagi.
3) Pengenaan uang paksa karena tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan peraturan
undang- undangan yang berlaku.
4) Pengenaan denda administrasi.

3.2 Saran

Melalui paparan di atas saya menyarankan kepada setiap Pns atau Aparatur Sipil Negara agar
melakukan segala kegiatan atau pekerjaannya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan.
Dan tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan tersebut, guna tercipta pegawai yang
Profesional.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://ayahsidik.blogspot.com/2018/10/regulasi-kepegawaian.htmlSeverin, Werner J.
http://bkpsdmd.jabar.go.id/content/pentingnya-penerapan-kode-etik-disiplin-pns-jabar
https://www.bkn.go.id/regulasi/peraturan-pemerintah

12

Anda mungkin juga menyukai