Anda di halaman 1dari 14

Nama Sekolah : SMK NEGERI 46 JAKARTA

Bidang keahlian : Bisnis dan Manajemen

Program keahlian : Administrasi Perkantoran

Kompetensi Keahlian : Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (C3)

Mata Pelajaran : Otomatisasi Tata Kelola Kepegawaian

Kelas / Semester : XI / I (Satu)

Materi Pokok : Regulasi Kepegawaian

Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti (KI) Indikator
(KD)
3. Memahami, menerapkan, 3.2. Memahami regulasi 3.2.1. Menjelaskan
menganalisis, dan kepegawaian regulasi kepegawaian
mengevaluasitentang 3.2.2. Mengidentifikasi
pengetahuan faktual, macam-macam regulasi
konseptual, operasional dasar, kepegawaian
dan metakognitif sesuai
dengan bidang dan lingkup
kerja Otomatisasi dan Tata
Kelola Perkantoran pada
tingkat teknis, spesifik, detil,
dan kompleks, berkenaan
dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga,
sekolah, dunia kerja, warga
masyarakat nasional,
regional, dan internasional.
4.  Melaksanakan tugas spesi- 4.2. Melakukan 4.2.1. Melakukan
fik dengan menggunakan alat, klasifikasi regulasi identifikasi regulasi
informasi dan prosedur kerja kepegawaian kepegawaian
yang lazim dilakukan serta 4.2.2. Melakukan
memecahkan masalah sesuai identifikasi macam-
dengan bidang kerja macam regulasi
Otomatisasi dan Tata Kelola kepegawaian
Perkantoran. Menunjukkan 4.2.3. Melakukan
ketrampilan menalar, pengelompokkan
mengolah, dan menyaji regulasi administrasi
secara efektif, kreatif, kepegawaian
produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif dan
solutif dalam ranah abstrak
terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di
sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik
di bawah pengawasan
langsung. Menunjukkan
keterampilan mempersepsi,
kesiapan, meniru,
membiasakan, gerak mahir,
serta mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar
Untuk keefektifan penggunaan bahan ajar ini, diharapkan siswa mempedomani
hal-hal berikut :

1. Bahan Ajar ini dikemas secara ringkas dan sederhana, untuk itu sebelum
mempelajarinya diharapkan untuk membacanya terlebih dahulu di rumah.
2. Kerjakan secara mandiri latihan yang disajikan dalam bahan ajar ini
dengan mempedomani materi ajar yang disajikan dalam bahan ajar ini atau
bahan bacaan yang berkaitan.
3. Untuk mempermudah pemahaman Anda, pelajari secara saksama
rangkuman yang disajikan pada bagian akhir bahan ajar ini.
4. Ukurlah kemampuan Anda dengan mengerjakan tes formatif yang
disediakan, untuk itu dalam bahan ajar ini disediakan kunci jawaban tes
formatif yang ditugaskan.
URAIAN MATERI BAHAN AJAR

A. Regulasi Kepegawaian
Regulasi dapat diartikan sebagai suatu peraturan yang mengikat dan
peraturan tersebut dijadikan standar perilaku atau sebagai pegangan dalam
bertindak maupun bekerja. Atau regulasi adalah suatu peraturan yang dibuat
untuk membantu mengendalikan suatu kelompok, lembaga/organisasi, dan
masyarakat demi mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan bersama,
bermasyarakat, dan bersosialisasi.
Istilah regulasi banyak digunakan dalam berbagai bidang, sehingga
definisinya memang cukup luas. Namun secara umum kata regulasi
digunakan untuk menggambarkan suatu peraturan yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat. Regulasi diterapkan pada peraturan hukum negara,
peraturan perusahaan, dan lainlain.
Tujuan dibuatnya regulasi atau aturan adalah untuk mengendalikan
manusia atau masyarakat dengan batasan-batasan tertentu. Regulasi
diberlakukan pada berbagai lembaga masyarakat, baik untuk keperluan
masyarakat umum maupun untuk bisnis.
Apabila regulasi dikaitkan dengan kepegawaian maka dapat dikatakan
bahwa regulasi kepegawaian sebegai peraturan yang mengatur seorang
pegawai, mulai dari pekerjaan hingga peraturan yang mengatur hak dan
kewajiban seorang pegawai. Dengan adanya regulasi kepegawaian yang jelas,
maka pegawai dapat menunaikan kewajibannya dengan maksimal karena
pegawai tersebut mengetahui bahwa haknya akan dipenuhi.
Undang-undang ketenagakerjaan juga sudah jelas mengatur regulasi
kepegawaian, mulai dari hak hingga kewajiban untuk seorang pegawai dan
hak kewajiban dari perusahaan atau tempat bekerja dari pegawai tersebut.
Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa ketenagakerjaan adalah segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah
masa kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pekerja/ karyawan/buruh (yang
biasa disebut pegawai) adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pelaksanaan manajemen ketegakerjaan (kepegawaian) selama ini belum
berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang
diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki
calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada
jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik.
Untuk mewujudkan pegawai/keryawan sebagai bagian dari reformasi
birokrasi, perlu ditetapkan karyawan/pegawai sebagai profesi yang memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib memper-
tanggungjawabkan kinerjanyanya maka disusun beberapa regulasi
kepegawaian yang mengatur pengelolaan kepegawaian secara efektif dan
efisien.
B. Macam-macam Regulasi Kepegawaian
1. UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesianal, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara
pemerintahan, dan pembangunan. Dalam tugas dan kedudukan,
pegawai  negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai
politik untuk, menjamin netralitas dimaksud, pegawai negeri dilarang
menjadi anggota dan atau pengurus partai politik.
Menurut Prof. Dr. Mr. Prajudi Admosidirjo tugas-tugas aparatur
Negara kita di Indonesia sekarang terdiri dari:
a. Perencanaan
b. Pengaturan
c. Tata Pemerintah
d. Kepolisian
e. Penyelesaian Perselisihan secara administrative
f. Tata Usaha Negara
g. Pembangunan
h. Penyelesaian Usaha -Usaha Negara 
2. UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
Menurut UU pokok kepegawaian no. 43 Tahun 1999 tentang
perubahan UU no.8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian yaitu:
a. Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi
masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila dan
UUD 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas
pemerintah dan pembangunan .
b. Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
di angkat oleh pejabat yang berwenang dan di sertai tugas dalam
sesuatu jabatan negeri atau disertai tugas negara lainnya yang
ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan
digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. PP No. 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji PNS


Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil ini sesuai ketentuan, diambil
oleh Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/ Tinggi
Negara, dan Pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden dalam lingkungan
kekuasaannya masing-masing.
Meski pada dasarnya. Seorang pejabat yang bertugas ini dapat
menunjuk Pejabat lain dalam lingkungan kekuasaannya untuk mengambil
Sumpah/ Janji Pegawai Negeri Sipil yang ada dalam lingkungan
kekuasaannya masing-masing.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 21 tahun 1975
tentang sumpah/janji pegawai negeri sipil:
a. Bahwa dalam rangka usaha membina Pegawai Negeri Sipil yang
bersih, jujur, dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur
Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat dipandang perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah yang mengatur pelaksanaan
Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil.
4. PP No. 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan cuti Pegawai
Negeri Sipil, selanjutnya disingkat dengan cuti adalah keadaan tidak
masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.
Pejabat yang berwenang memberikan cuti adalah :
a. Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara bagi Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara;
b. Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi
Negara dan pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden bagi Pegawai
Negeri Sipil dalam lingkungan kekuasaannya;
c. Kepala Perwakilan Republik Indonesia bagi Pegawai Negeri Sipil
yang ditugaskan pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
d. Pejabat sebagaimana dimaksud dapat mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada pejabat lain dalam lingkungan kekuasaannya
untuk memberikan cuti kecuali ditentukan lain dalam Peraturan
Pemerintah ini atau peraturan perundang-undangan lainnya.
Cuti terdiri dari :
a. cuti tahunan;
b. cuti besar;
c. cuti sakit;
d. cuti bersalin;
e. cuti karena alasan penting; dan
f. cuti di luar tanggungan Negara.
5. PP No. 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS
Dalam rangka usaha untuk lebih menjamin obyektifitas dalam
pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan sistem
prestasi kerja, maka telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri
Sipil.
Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut dituangkan dalam
satu daftar yang disebut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. Dalam
Peraturan Pemerintah ini ditentukan, bahwa yang berwenang membuat
penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat
Penilai, yaitu atasan langsung dari Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan dengan ketentuan serendah-rendahnya Kepala Urusan atau
Pejabat lain yang setingkat dengan itu.
Pejabat lain yang setingkat dengan Kepala Urusan, antara lain
adalah Penilik Sekolah Dasar, Penilik Pendidikan Agama, Kepala Sekolah
Dasar, dan pejabat lain yang ditentukan oleh Menteri, Jaksa Agung,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan
Lembaga Pemerintah Nondepartemen, dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I dalam lingkungannya masing-masing.
Dengan adanya ketentuan sebagaimana tersebut di atas, maka
Pejabat Penilai benar-benar mengenal secara pribadi Pegawai Negeri Sipil
yang dinilai, sehingga dengan demikian diharapkan penilaian dapat
dilakukan lebih obyektif.
TUJUAN DAFTAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Tujuan dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan adalah untuk
memperoleh bahanbahan pertimbangan yang obyektif dalam
pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan
sistem prestasi kerja.
b. Sesuai dengan tujuannya, maka Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan harus dibuat seobyektif dan seteliti mungkin berdasarkan
data yang tersedia. Untuk ini, maka setiap pejabat yang berwenang
membuat Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan berkewajiban
membuat dan memelihara catatan mengenai Pegawai Negeri Sipil
yang berada dalam lingkungannya masing-masing.
UNSUR-UNSUR YANG DINILAI.
a. UMUM
Unsur-unsur yang dinilai dalam Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
adalah : 1. kesetiaan; 2. prestasi kerja; 3. tanggung jawab; 4.
ketaatan; 5. kejujuran; 6. kerja sama; 7. prakarsa; dan 8.
kepemimpinan.
b. KESETIAAN
Yang dimaksud dengan kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, dan
pengabdian kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara,
dan Pemerintah.
Pada umumnya yang dimaksud dengan kesetiaan, adalah tekad dan
kesanggupan mentaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu
yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad
dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah
laku sehari-hari serta dalam perbuatan dalam melaksanakan tugas.
c. PRESTASI KERJA
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Pada umumnya, prestasi kerja seorang Pegawai Negeri Sipil antara
lain dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman, dan
kesungguhan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
d. TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-
sebaiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul resiko atas
keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
e. KETAATAN
Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil, untk
mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan
kedinasan yang berlaku, mentaati perintah kedinasan yang diberikan
oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak
melanggar larangan yang ditentukan.
f. KEJUJURAN
Pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran, adalah ketulusan
hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan
kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang
diberikan kepadanya.
g. KERJASAMA
Kerja sama, adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
bekerja bersamasama dengan orang lain dalam menyelesaikan
sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan
hasil guna yang sebesar-besarnya.
h. PRAKARSA
Prakarsa, adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
mengambil keputusan, langkah-langkah, atau melaksanakan sesuatu
tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa
menunggu perintah dari atasan.
i. KEPEMIMPINAN
j. Kepemimpinan, adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil
untuk menyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara
maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Penilaian unsur
kepemimpinan hanya dikenakan bagi Pegawai Negeri Sipil yang
berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a ke atas yang
memangku suatu jabatan.
6. PP No. 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS
Pemberhentian terdiri atas :
a. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan
b. pemberhentian dari jabatan negeri.
Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah
pemberhentian yang menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi
berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pemberhentian dari jabatan negeri adalah pemberhentian yang
menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi bekerja pada suatu satuan
organisasi Negara, tetapi masih berkedudukan sebagai Pegawai Negeri
Sipil.
Jenis-Jenis Pemberhentian Sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil terdiri atas
pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Pegawai Negeri Sipil dan
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil menerima hak-hak kepegawaiannya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain hak atas pensiun.
Pegwai Negeri Sipil yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil, kehilangan hak-hak kepegawaiannya antara lain
pensiun.
Pemberhentian Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil
Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil meliputi :
a. Meninggal Dunia
b. Atas Permintaan sendiri.
Pada prinsipnya Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan
permintaan berhenti, dapat diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Permintaan berhenti tersebut dapat ditunda untuk
paling lama 1 tahun, apabila kepentingan dinas yang mendesak.
Permintaan berhenti dapat ditolak apabila Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan masih terikat dalam keharusan bekerja pada Pemerintah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau masih ada
sesuatu hal yang harus dipertanggungjawabkan.
7. PP No. 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi
PNS
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 telah diatur ketentuan
tentang perkawinan yang berlaku bagi segenap warga negara dan
penduduk Indonesia, tentu termasuk didalamnya adalah warga negara
yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil wajib
memberikan contoh yang baik kepada bawahannya dan menjadi teladan
sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat, juga dalam
menyelenggarakan kehidupan berkeluarga.
Dalam Undang-Undang Perkawinan telah ditentukan bahwa:
"Perkawinan sah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa yang dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya/kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku."
Tentunya perkawinan yang kekal menjadi dambaan semua
keluarga, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya perceraian dalam
penyelenggaraan kehidupan berumah tangga. Oleh karenanya bagi PNS
telah diatur mengenai Ijin perkawinan dan perceraiannya.
DASAR HUKUM
a. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil.
b. Surat Edaran Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor
08/SE/1983 dan Nomor 48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil.
PERKAWINAN:
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang melangsungkan perkawinan
pertama wajib melaporkan kepada pejabat secara hirarkhis selambat-
lambatnya 1 tahun sejak tanggal perkawinan.Ketentuan ini juga berlaku
bagi PNS yang berstatus janda atau duda yang melangsungkan
perkawinannya kembali.
PERCERAIAN:
PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh ijin
secara tertulis atau surat keterangan terlebih dahulu dari pejabat. PNS
yang berkedudukan sebagai penggugat harus memperoleh ijin dari
Pejabat, sedangkan bagi PNS yang berkedudukan sebagai tergugat cukup
mendapat surat keterangan dari Pejabat.
8. PP No. 20 Tahun 1991 tentang Kenaikan Pangkat PNS
Pangkat adalah kedudukan yang M menunjukkan tingkatan
seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian
susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan
pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan
pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap Negara, serta sebagai
dorongan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi
kerja dan pengabdiannya. Agar kenaikan pangkat dapat dirasakan sebagai
penghargaan, maka kenaikan pangkat harus diberikan tepat pada
waktunya dan tepat kepada orangnya. Susunan Pangkat dan Golongan
Ruang Pegawai Negeri Sipil Susunan pangkat serta golongan ruang
Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut:
Pangkat PNS terdiri dari
a. Juru Muda, Ia
b. Juru Muda Tingkat 1, Ib
c. Juru, Ic
d. Juru Tingkat 1, Id
e. Pengatur Muda, IIa
f. Pengatur Muda Tingkat 1, IIb
g. Pengatur, IIc
h. Pengatur Tingkat 1, IId
i. Penata Muda, IIIa
j. Penata Muda Tingkat 1, IIIb
k. Penata, IIIc
l. Penata Tingkat 1, IIId
m. Pembina, IVa
n. Pembina Tingkat 1, IVb
o. Pembina Utama Muda, IVc
p. Pembina Utama Madya, IVd
q. Pembina Utama, IVe

Anda mungkin juga menyukai