Anda di halaman 1dari 3

Regulasi Kepegawaian

Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan


negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil
negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara selama ini belum
berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang
diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki
calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada
jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik.
Untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari
reformasi birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi
yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan
wajib memper-tanggungjawabkan kinerjanyanya maka disusun beberapa
regulasi kepegawaian yang mengatur pengelolaan kepegawaian secara
efektif dan efisien.
Dalam Pereturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) disebutkan bahwa peraturan
kepegawaian mengatur tentang:
a. Penyusunan dan penetapan kebutuhan;
b. Pengadaan;
c. Pangkat dan Jabatan;
d. Pengembangan karier;
e. Pola karier;
f. Promosi;
g. Mutasi;
h. Penilaian kinerja;
i. Penggajian dan tunjangan;
j. Penghargaan;
k. Disiplin;
l. Pemberhentian;
m. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan
n. Perlindungan.
Semua aspek pengelolaan Aparatur Sipil Negara (ASN) secara
umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN). Undang-undang tersebut merupakan
perubahan atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian yang sebelumnya telah diubah dengan Undang
Undang No 43 Tahun 1999 dinilai sudah tidak sesuai dengan tuntutan
nasional dan tantangan global, sehingga perlu diganti lagi dengan Undang
Undang yang baru.
Oleh karena itu pada tanggal 19 Desember 2013, Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia mengajukan Rancangan Undang Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang disetujui
oleh Presiden Republik Indonesia dan secara resmi mulai berlaku pada
tanggal 15 Januari 2014.
Adapun tujuan dari Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara ini adalah sebagai berikut:
a. Independensi dan Netralitas;
b. Kompetensi
c. Kinerja/ Produktivitas Kerja
d. Integritas
e. Kesejahteraan
f. Kualitas Pelayanan Publik
g. Pengawasan dan Akuntabilitas
Adapun Jenis, Status dan Kedudukan Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang diatur menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 adalah bahwa
pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) :
Yaitu Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai
secara nasional.
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) :
Yaitu Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan
perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
kebutuhan instansi pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ini.
Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu, pegawai ASN harus
memiliki profesi dan manajemen ASN yang berdasarkan pada sistem merit
atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang
dibutuhkan oleh jabatan dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang
dimiliki oleh calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan
promosi pada jabatan yang dilaksanakan secara terbuka dan kompetitif,
sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik.
Manajemen ASN terdiri atas Manajemen PNS dan Manajemen PPPK
yang perlu diatur secara menyeluruh dengan menerapkan norma, standar,
dan prosedur. Adapun manajemen PNS meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan
jaminan hari tua, dan perlindungan.
Sementara itu, untuk manajemen PPPK meliputi penetapan
kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji dan tunjangan,
pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan
hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.
Dalam upaya menjaga netralitas ASN dari pengaruh partai politik dan
untuk menjamin keutuhan, kekompakan, dan persatuan ASN, serta dapat
memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang
dibebankan, ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik. Untuk meningkatkan produktivitas dan menjamin kesejahteraan
ASN, dalam Undang-Undang ini ditegaskan bahwa ASN berhak
memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja, tanggung
jawab, dan resiko pekerjaannya. Selain itu, ASN berhak memperoleh
jaminan sosial.

Anda mungkin juga menyukai