Anda di halaman 1dari 6

Jalur Sutra

Jalur Sutra (Hanzi tradisional: 絲綢


之 路 ; Hanzi sederhana: 丝 绸 之 路 ;
pinyin: sī chóu zhī lù, bahasa Persia
‫ راه ابریشم‬Râh-e Abrisham) adalah
sebuah jalur perdagangan melalui
Asia yang menghubungkan antara
Timur dan Barat dengan
dihubungkan oleh pedagang,
pengelana, biarawan, prajurit,
nomaden dengan menggunakan
karavan dan kapal laut, dan
menghubungkan Chang'an, Republik
Rakyat Tiongkok, dengan Antiokhia,
Suriah, dan juga tempat lainnya pada
waktu yang bervariasi. Pengaruh
jalur ini terbawa sampai ke Korea dan Jepang.

Rute Jalur Sutra


Pertukaran ini sangat penting tak hanya untuk pengembangan kebudayaan Cina, India
dan Roma namun juga merupakan dasar dari dunia modern. Istilah 'jalur sutra' pertama kali
digunakan oleh geografer Jerman Ferdinand von Richthofen pada abad ke-19 karena
komoditas perdagangan dari Cina yang banyak berupa sutra.[1][2]
Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara dan selatan begitu dia meluas dari pusat
perdagangan Cina Utara dan Cina Selatan, rute utara melewati Bulgar-Kipchak ke Eropa
Timur dan Semenanjung Crimea, dan dari sana menuju ke Laut Hitam, Laut Marmara, dan
Balkan ke Venezia; rute selatan melewati Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia dan
Anatolia, dan kemudian ke Antiokia di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui
Levant ke Mesir dan Afrika Utara.
Hubungan jalan rel yang hilang dalam Jalur Sutra diselesaikan pada 1992, ketika jalan
rel internasional Almaty - Urumqi dibuka.
Orang orang lebih memilih untuk berjalan pada saat musim dingin karena faktor adanya
air dan juga barang yang dijual di musim panas jauh lebih mahal daripada musim dingin. Di
Jalur Sutra ini terdapat sebuah tempat peristirahatan berbentuk seperti benteng yang disebut
karavanserai. Di dalamnya banyak terdapat toko, penginapan, dan yang paling banyak ialah
tempat trade in hewan. Mereka menukar hewan mereka yang sudah digunakan selama
perjalanan dengan hewan baru (yang lebih bertenaga). Orang yang meninggal di Jalur Sutra
ini dilemparkan ke suatu tempat yang bernama pemakaman langit (alam terbuka), karena
mereka mempercayai bahwa kehidupan manusia selalu berbuat baik hingga akhir hayatnya,
oleh karena itu tubuh mereka dibiarkan di alam terbuka agar dapat dimakan oleh burung.
Sejarah – Lahirnya Kolonialisme dan Imperialisme Eropa
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya. Kaya akan budaya serta sumber
daya. Bentuk negara yang kepulauan membuat negara ini memiliki berbagai budaya yang
beraneka ragam. Budaya yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri tersebar di
berbagai daerah dan selalu dijaga secara turun temurun.
Tak heran apabila kamu berjalan-jalan ke sebuah daerah di Indonesia, pasti menemukan
hal yang unik. Bahkan terkadang dapat menjadi hiburan sekaligus menambah khazanah
budaya tersendiri bagi kita yang
berkunjung ke tempat tersebut.
Seperti halnya tarian khas Bali, tari
kecak yang bisa kamu saksikan ketika
kamu mengunjungi Uluwatu.
Sumber daya yang dimiliki
Indonesia pun sangat kaya. Mulai
dari hasil tambang sampai hasil rempah. Hasil tambang Indonesia beberapa dikenal sebagai
salah satu yang terbesar di dunia. Seperti contohnya di Martapura yang merupakan penghasil
Intan terbesar di dunia. 
Bahkan sejak jaman dahulu, hasil rempah Indonesia pun menjadi primadona di
kalangan dunia. Indonesia dikenal sepanjang sejarah karena kekayaan rempah-rempahnya,
mulai dari pala, cengkeh, jahe, lada, hingga kayu manis. Maka tak heran sejak zaman
penjajahan, bangsa Portugis tergugah untuk menjajah negara kita.
Siapa sangka, ternyata penjajahan pertama yang pernah terjadi di Indonesia niat
awalnya bukanlah karena semata-mata karena ingin menjajah saja. Bahkan, penjajahan bisa
dibilang adalah imbas dari tujuan utama datangnya beberapa negara Eropa ke Nusantara.

Tujuan mereka awalnya adalah aktivitas perdagangan


Kisah penjajahan Nusantara sejak abad ke 15 diawali dari ibu kota Byzantium, salah
satu bagian dari Kekaisaran Romawi yang bernama Konstantinopel. Kota ini merupakan
salah satu kota yang memiliki peranan penting dalam perdagangan dunia.
Konstantinopel juga menjadi pintu gerbang perdagangan Asia ke Eropa. Konstantinopel
adalah kota yang harus kamu kunjungi apabila kamu saat itu adalah salah satu rakyat eropa
dan menyukai rempah seperti daun teh yang asalnya dari India.
Suatu hari, Konstantinopel dikepung selama delapan pekan oleh pasukan Turki
Ottoman yang dipimpin oleh Muhammad Al-Fatih alias Mehmed II. Hingga akhirnya, kota
istimewa nan strategis yang menghubungkan Eropa dan Asia ini runtuh. Sehingga
menyebabkan distribusi perdagangan ke Eropa menjadi tertutup.
Tutupnya distribusi perdagangan tersebut membuat harga rempah-rempah melambung
tinggi. Tentu saja kenaikan harga ini disebabkan karena penduduk benua Eropa yang menjadi
kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah.
Keadaan ini tentunya tidak membuat bangsa-bangsa Eropa tinggal diam. Mereka ingin
mengembalikan kejayaan telah direnggut oleh pasukan Turki Ottoman. Mereka merasa
rempah mereka dirampas oleh Muhammad Al-Fatih dan para pasukannya. 
Usaha menuju kembalinya kemasyuran yang dulu pernah dirasakan bangsa-bangsa
Eropa harus ditempuh. Cara yang bisa dilakukan pada saat itu adalah melakukan penjelajahan
ke seluruh dunia untuk mencari rempah-rempah.Jalur darat yang ditutup membuat bangsa-
bangsa Eropa menempuh jalur laut untuk melakukan penjelajahan.
Penjelajahan samudra dilakukan berkali-kali oleh bangsa-bangsa Eropa. Dari
penjelajahan yang dilakukan bertahun-tahun lamanya, mereka menemukan banyak tempat
yang bisa dikunjungi. Ada yang ke Amerika, Australia, India, dan Nusantara pun menjadi
negara yang ikut disambangi.
Salah satu yang melakukan perjalanan tersebut adalah bangsa Portugis. Mereka menjelajahi
samudera dengan hanya menggunakan kapal layar. Sehingga mereka harus menempuh waktu
berlayar yang sangat lama, hingga berbulan-bulan. 

Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia


Hasil dari penjelajahan tersebut adalah ditemukannya Nusantara. Sehingga penemuan
ini menjadikan Portugis adalah bangsa pertama yang menemukan kawasan Nusantara yang
merupakan negara kita.
Penemuan Nusantara oleh bangsa Portugis diawali dari penemuan daratan India pada
Juli 1511. Sebulan setelah mendarat di India, mereka menepi dan menaklukkan masyarakat di
Malaka yang terletak di seberang pulau Sumatera. Mulai saat itu lah, mereka menguasai
rempah-rempah yang ada di Nusantara.
Setelah rempah-rempah pertama dari Nusantara dibawa kembali ke Eropa, banyak yang
terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Sehingga Nusantara menjadi tempat yang
recomended bagi orang-orang Eropa untuk membeli rempah-rempah dan memenuhi
kebutuhan mereka.
Penjajahan di Malaka dirasa kurang cukup bagi mereka, sehingga daerah Nusantara lainnya
mulai didatangi oleh Bangsa Eropa. Mereka berbondong-bondong untuk menjajah pulau-
pulau lain di Nusantara, satu per satu mereka datangi dan jajahi. Ini lah awal mula terjadinya
kolonialisme di Indonesia.
Kamu bisa belajar lebih lengkap lagi mengenai sejarah kolonialisme dan imperialisme Eropa
di Indonesia dengan menggunakan aplikasi belajar Pahamify. Di situ kamu bisa mendapatkan
penjelasan lebih lengkap tentang kolonialisme dan imperialisme secara umum yang tentunya
disampaikan dengan cara yang seru biar kamu lebih mudah paham.
Proses Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia

Peristiwa yang
melatar belakangi
datangnya bangsa eropa
khususnya portugis dan
spanyol ke dunia timur
adalah jatuhnya
Konstantinopel (pusat
pemerintahan Romawi
Timur) ke tangan Turki
Ottoman pada 1453.
Sebab, sejak saat itu
perdagangan di Laut
Tengah dikuasai oleh
pedagang Islam dan pedagang Eropa tidak bisa lagi membeli rempah-rempah dari Asia.
Peristiwa ini berujung pada kelangkaan rempah-rempah, yang menjadi komoditas
pedagangan yang sangat penting di Eropa. Oleh karena itu, bangsa Eropa mulai aktif
melakukan pelayaran dunia guna menemukan negeri penghasil rempah-rempah yang
diketahui berada di dunia Timur. Meski bangsa Eropa menempuh jalur berbeda, mereka
akhirnya sampai di daerah penghasil rempah-rempah, termasuk Indonesia. Bahkan pada
perkembangannya bangsa Eropa mampu menjadikan Indonesia sebagai koloninya. Berikut ini
proses kedatangan bangsa Barat ke Indonesia. Baca juga: Latar Belakang Kedatangan Bangsa
Barat ke Indonesia Bangsa Portugis Penjelajahan samudra bangsa Portugis untuk menemukan
kepulauan rempah-rempah diawali dengan ekspedisi Bartholomeus Diaz, yang menjadi orang
Eropa pertama yang berhasil mencapai Tanjung Harapan di Afrika Selatan pada 1488.
Setelah itu, Vasco da Gama mengikuti dan melanjutkan rute Bartholomeus Diaz, hingga
akhirnya sampai di Calicut, India, pada 1498. Keberhasilan Vasco da Gama mencapai Calicut
dan membawa pulang rempah-rempah membuat Portugal menempatkan Alfonso de
Albuquerque sebagai wakilnya di India.
Di bawah kepemimpinan Alfonso de Albuquerque, Portugis berhasil menguasai Goa
pada 1510 dan Malaka pada 1511. Keberhasilan itu mendorong Alfonso de Albuquerque
untuk mengirim tiga kapalnya ke kepulauan rempah-rempah di Indonesia Timur (Maluku).
Dua kapal dari armada utusan Alfonso de Albuquerque yang dipimpin oleh Antonio de
Abreau dan Francisco Serrao berhasil mencapai Ternate pada 1512. Dengan begitu, bangsa
barat yang pertama kali datang di nusantara dan kemudian memonopoli perdagangan rempah-
rempah di Maluku yaitu bangsa Portugis. Pada awalnya, kedatangan Portugis di Ternate
disambut baik oleh Sultan Ternate yang ingin melawan Tidore. Akan tetapi, dalam
perkembangannya kedatangan Portugis ke nusantara membuat kerajaan-kerajaan Islam
merasa terancam. Kerajaan Islam pertama di nusantara yang dikuasai Portugis adalah
Kerajaan Ternate. Baca juga: Kedatangan Portugis di Ternate Bangsa Spanyol Sesuai isi
Perjanjian Tordesillas yang disetujui bersama Portugal pada 1494, bangsa Spanyol mencari
daerah penghasil rempah-rempah dengan menuju ke arah barat, melalui Samudera Atlantik.
Pada 1519, Spanyol memberangkatkan ekspedisi yang terdiri dari lima kapal di bawah
pimpinan Fernando de Magelhaens atau Ferdinan Magellan. Rute pelayarannya adalah
Spanyol - Samudera Atlantik - pantai timur Benua Amerika - selat di ujung selatan Benua
Amerika - Samudera Pasifik - Filipina.
Rombongan Magellan sampai di Filipina pada April 1521, tetapi ia justru terbunuh
setelah terlibat konflik dengan Mactan. Setelah itu, ekspedisi dilanjutkan di bawah pimpinan
Kapten Sebastian del Cano, yang sampai di Maluku di tahun yang sama. Sebastian del Cano
mendarat di wilayah Tidore dan disambut baik oleh rajanya, yang bermusuhan dengan
Kerajaan Ternate yang lebih dulu menjalin kerjasama dengan Portugis. Namun, kedatangan
bangsa Spanyol ke Indonesia untuk pertama kalinya ini hanya berlangsung 40 hari (6
November - 18 Desember 1521). Pasalnya tujuan utama Sebastian del Cano singgah di
Tidore adalah untuk mengisi bahan makanan dan mengisi kapalnya dengan rempah-rempah,
terutama cengkih dan pala. Keberhasilan Sebastian del Cano dalam mendapatkan rempah-
rempah serta kepercayaan dari raja Tidore membuat raja Spanyol senang dan kembali
mengirimkan armadanya ke Indonesia. Akan tetapi, langkah tersebut oleh Portugis dianggap
sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas. Pada akhirnya pertempuran antara
Spanyol bersama Tidore dan Portugis yang bersekutu dengan Ternate pun tidak dapat
dihindarkan. Baca juga: Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia Bangsa Prancis
Keberhasilan bangsa Portugis mencapai dunia Timur mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk
berlayar ke Indonesia. Terlebih lagi, jasa pelaut asing dan peta navigasi dapat dibeli dengan
mudah di Lisabon.
Pada 1530, Jean Parmentier dari Prancis meninggalkan Pantai Normandia untuk
menjelajahi Indonesia. Dari sudut pandang pelayaran, ekspedisi ini sangat berhasil karena
dapat mencapai bagian barat Sumatera dalam waktu tujuh bulan. Kendati demikian, dari
sudut pandang perniagaan, Jean Parmentier dapat dikatakan gagal total. Akibat kegagalan ini,
bangsa Prancis enggan untuk mengulangi upayanya dalam waktu yang lama.

Bangsa Inggris
Ekspedisi penjelajahan samudra oleh bangsa Inggris yang pertama dipimpin oleh
Francis Drake dan Thomas Cavendish. Rombongan itu berangkat pada 1577 dengan
mengikuti rute penjelajahan bangsa Spanyol. Pada 1579, armada Francis Drake berhasil
mendarat di Ternate dan memborong rempah-rempah untuk dibawa kembali ke Inggris. Pada
abad ke-17, Inggris kembali melakukan penjelajahan samudra, tetapi dengan mengikuti rute
bangsa Portugis. Inggris kemudian berhasil menguasai India dan mendirikan kongsi dagang
EIC (East India Company). Dalam perkembangannya, EIC menjadi pesaing utama VOC dan
berusaha menguasai kepulauan nusantara.

Bangsa Belanda
Dalam melakukan penjelajahan samudra ke dunia Timur, bangsa Belanda mengacu
pada Pedoman Perjalanan ke Timur yang disusun oleh Jan Huygen van Lin Schoten pada
1595. Buku tersebut memuat peta dan deskripsi rinci mengenai penemuan-penemuan bangsa
Portugis. Pada 1595, Belanda mengirim sebuah ekspedisi ke dunia Timur yang dipimpin oleh
Cornelis de Houtman. Cornelis de Houtman menjadi rombongan Belanda pertama yang tiba
di nusantara pada 1596, tepatnya di Banten. Meski sempat disambut baik, Cornelis de
Houtman akhirnya diusir oleh masyarakat dan pedagang setempat karena sikap buruknya.
Pada 1598, Belanda kembali berusaha menembus Banten dengan mengirim ekspedisi di
bawah pimpinan Jacob van Neck. Proses masuknya bangsa Belanda ke nusantara yang kedua
ini cukup mulus, karena mereka pandai berdiplomasi dan telah belajar dari pengalaman
Cornelis de Houtman. Penerimaan Banten pun semakin terlihat ketika Belanda diizinkan
untuk mendirikan kantor dagang. Setelah Banten, bangsa Belanda kemudian melanjutkan
misinya ke Maluku untuk menggeser kedudukan bangsa Portugis. Referensi: Makfi,
Samsudar. (2019). Masa Penjajahan Kolonial. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.

Anda mungkin juga menyukai