Anda di halaman 1dari 9

S EJ ARAH

Lalu lintas
perdagangan
dunia sebelum
era
kolonialisme
imperialisme
XI F-2
NAMA
KELOMPOK
ANGGOTA:
Okta Ramadan
Azmy Rofiul W
Bill Christian Emanuel
S EJ AR AH

Sebelum era kolonialisme dan imperialisme Eropa, pergadangan antarbangsa di dunia yaitu
antara bangsa-bangsa Eropa dengan bangsa-bangsa di Asia Timur dan Tenggara, dan wilayah
Mediterania dilakukan dengan melintasi sebuah jalan yang disebut jalur sutra. Setelah
dikuasainya Konstatinopel oleh Turki Usmani, jalur sutra diblokade bagi bangsa Eropa. Hal
tersebut membuat bangsa Eropa mencari jalur baru untuk mendapatkan rempah-rempah.
Dengan pencarian jalur baru ini juga membuat bangsa-bangsa Eropa melakukan kegiatan
kolonialisme dan imperialisme. Sehingga jalur perdagangan dunia setelah adanya
imperialisme dan kolonialisme Eropa tidak lagi melalui jalur sutra, melainkan melalui rute lau
yang memungkinkan perdagangan langsung antara Eropa dengan Tiongkok.
S E JARAH

Sebelum era Kolonialisme dan Imperialisme Eropa perdagangan dunia dipusatkan pada Asia Timur
dan Asia Tengah. Lalu lintas perdagangan sering ramai di Jalur Sutra dan Jalur laut yang melewati
Samudra Hindia, laut Aceh, dan Selat Malaka. Banyak pelaut Eropa yang ingin menghemat waktu
dan pengeluaran untuk dapat sampai ke Cina, dengan demikian para pelaut tersebut memotong
jalan dengan cara menyusuri selat Malaka.Penting juga untuk menyebutkan bahwa ada
perdagangan maritim yang signifikan antara wilayah-wilayah Asia dan Afrika. Sistem perdagangan
di Laut Tengah dan Samudra Hindia telah berlangsung selama berabad-abad sebelum kedatangan
bangsa Eropa. Selama periode ini, banyak komoditas seperti rempah-rempah, sutra, keramik, dan
logam berharga diperdagangkan di antara berbagai budaya dan peradaban. Kekayaan budaya,
pengetahuan, dan teknologi juga terkait erat dengan perdagangan ini.
SEJARAH
Antara abad ke-1 dan abad ke-6 M, kapal-kapal dagang, termasuk kapal-kapal dagan arab, lalu-lalang melintasi laut
Merah dan India. Barang-barang yang diperdagangkan dikapalkan di Kota Berenike--nama sebuah kota kuno di
wilayah Epirus yaitu wilayah Yunani dan Albania sekarang di sepanjang Laut Merah dan diangkut menggunakan unta
ke daerah pedalaman sampai ke Sungai Nil. Dari situ, perahu-perahu sungai mengangkut barang-barang tersebut ke
Alexandria, dan dari Alexandria diperdagangkan ke seluruh wilayah kekaisaran Romawi.

Perdagangan melalui Jalan Sutra


Akan tetapi, jarang sekali para kafilah ini menempuh perjalanan yang sangat jauh. Di berbagai kota yang sudah
disinggahi, sudah banyak pedagang perantara (middlemen), yang siap menjual barang-barang ke kota-kota lainnya,
Jadi, sudah ada semacam sistem perdagangan berantai.

Komoditas yang diperdagangkan antara lain sutra, emas, batu giok (jade), teh, dan rempah-rempah. Hanya barang-
barang mewah semacam itu yang diperdagangkan oleh karena jarak yang jauh,biaya tinggi, dan seringkali tidak
aman. Cina, misalnya, menyuplai Asia Barat dan wilayah Mediterania dengan sutra, sementara rempah-rempah
didapatkan dari Asia Selatan.
Dalam perkembangannya, banyak juga komoditas lain
diperdagankan sepanjang rute itu, dengan sarana
pengangkut utama adalah unta.

Jalan Sutra dirintis di Cina sekitar tahun 139 SM ketika


Cina bersatu di bawah Dinasti Han. Sebagian ahli
berpendapat lalu lintas perdagangan itu bahkan telah
dimulai sejak 100 tahun sebelum itu. Jalan ini dikenal
sebagai rute perdagangan dengan kurun waktu paling lama
dan dengan jarak paling panjang dalam sejarah manusia,
yaitu digunakan selama sekitar 1500 tahun dengan panjang
6.400 km.
Rute ini digunakan juga oleh para diplomat dan penjelajah Inggris dan negara-
negara Eropa lain dalam perjalanannnya menuju Cina dan Jepang. Jalan Sutra
diramaikan tidak saja karena banyak saudagar Cina yang berdagang di sepanjang
jalain itu, melainkan karena dalam kurun waktu yang sama para pedagang dari
Seleukia, Antiokia, Alexandria, dan Persepolis semuanya wilayah taklukan
Romawi juga terlibat dalam kegiatan perdaganan di sepanjang rute jalan Sutra.
Perdagangan melalui Jalan Sutra dimulai di Changan (Xian) di Cina, melewati
kota-kota perdagangan di Asia Tengah seperti Samarkand (Uzbekistan) dan kota
"sumber air" Kashgar di Cina yang berbatas dengan Tajikistan Kyrgyzstan, dan
berakhir di Antiokia ataupun konstantinopel (istanbul). Antiokia dan
Konstantinopel sekarang menjadi bagian dari Turki. Pada saat ini, Kashgar
menjadi salah satu kota di Cina mayoritas penduduknya beragama Islam,
sebagaimana juga Ubekistan, Rajikistan, dan Kyrgyzstan. Perjalanan yang
panjang itu terkadang melawati padang rumput yang luas (steppa), yang diselingi
alam yang cukup ganas seperti padang gurun Gobi dan Takla Makan di Cina.
Kota-kota yang dilewati Jalan Sutra ini berubah dengan cepat menjadi kota perdagangan yang ramai. Kota-kota itu
juga menjadi pusat ilmu pengetahuan, budaya, dan seni. Orang-orang dari berbagai latar belakang suku dan budaya
dan berinteraksi, berbaur, bertukar gagasan, pandangan, dan bahkan agama awalnya agama Budhha dan kemudian
Islam. Kondisi seperti ini memungkinkan peradaban Eropa, Timur Tengah, dan Asia berinteraksi satu sama lain.

Dalam perkembangannya kemudian, para kafilah ini menggunakan jalur alternatif, yaitu jalur laut. Jalur laut pertama
kali digunakan ketika bangsa Romawi menguasai dunia termasuk Dunia Timur. Jalur laut ini menghubungkan wilayah
Mediterania dan India. Rute laut utama dimulai di Canton (Guangzhou), Cina, melintasi Asia tenggara, Samudera
Hindia, dan Laut Merah, kemudian mencapai Alexandria.

Lalu lintas perdagangan dunia sebelum era kolonialisme dan imperialisme


Sejak abad ke-9 M, ketika Kekaisaran Romawi runtuh, rute laut atau maritim dikendalikan oleh saudagar-saudagar
Arab. Perlahan-lahan, penggunaan Jalan Sutra ditinggalkan. Penggunaan rute laut lebih memungkinkan terjadinya
pengiriman dan perdagangan barang dalam jumlah besar dan beraneka ragam, sesuatu yang sulit dilakukan melalui
Jalan Sutra
Jalan Sutra kembali ramai selama kejayaan Kekaisaran Mongol pada abad ke-13
SEKIAN DARI KAMI

Terima Kasih
Sejarah XI-F2

Anda mungkin juga menyukai