Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SEJARAH

INDONESIA

NAMA : ANDIKA TIRTA DWI SAPUTRA


NIS : 0745
KELAS : XI TKJ 1
SMK YPT 2 PURBALINGGA
Perdagangan rempah

Jalur Sutra (merah) yang secara finansial penting dan rute perdagangan rempah-rempah (biru) diblokir
oleh Kesultanan Utsmaniyah sekitar 1453 dengan jatuhnya Kekaisaran Bizantium, memacu eksplorasi
yang awalnya termotivasi oleh temuan rute laut memutari Afrika dan memicu Zaman Penjelajahan.

Perdagangan rempah mengacu pada perdagangan antara peradaban-peradaban bersejarah


di Asia, Afrika Timur dan Eropa. Rempah-rempah seperti kayu manis, kayu manis
cina, kapulaga, jahe, dan kunyit secara luas dikenal, dan sangat dicari dalam perdagangan di Dunia
Timur zaman dahulu. Rempah-rempah tersebut menemukan jalan mereka ke Timur Tengah sebelum
awal era Kristen, di mana sumber-sumber sebenarnya dari rempah-rempah tersebut dirahasiakan oleh
para pedagang, yang mengkait-kaitkannya dengan cerita-cerita yang fantastis.
Dunia Yunani-Romawi mengikuti perdagangan ini dengan berdagang di sepanjang Jalur
Dupa dan jalur Romawi-Hindustan. Di tengah milenium pertama, rute pelayaran
ke Hindustan (sekarang India) dan Sri Lanka (Romawi - Taprobane) dikendalikan oleh Hindustan
dan Ethiopia yang menjadi kekuatan perdagangan maritim Laut Merah. Kekaisaran Aksum (sekitar
abad ke-5 SM- abad ke-11 M) telah merintis rute Laut Merah sebelum abad ke-1 Masehi. Pada
pertengahan abad ke-7 bangkitnya Islam berimbas pada ditutupnya rute darat kafilah yang melalui
Mesir dan Kanal para Firaun, dan memisahkan komunitas perdagangan Eropa dari Aksum dan
Hindustan.
Pedagang-pedagang Arab akhirnya mengambil alih pengiriman rempah-rempah melalui
pedagang Levant dan pedagang Venesia untuk Eropa, sampai bangkitnya Turki Utsmani yang
memotong rute lagi tahun 1453. Jalur darat pada awalnya membantu perdagangan rempah-rempah,
tapi rute perdagangan maritim menyebabkan pertumbuhan yang luar biasa dalam aktivitas
komersial. Selama periode Abad Pertengahan Tinggi dan Abad Pertengahan Akhir para pedagang
Muslim mendominasi rute perdagangan rempah-rempah maritim di seluruh Samudera Hindia,
mendapat keuntungan besar dari daerah sumber rempah-rempah di Timur Jauh (Asia Tenggara) dan
mengirimkan rempah-rempah dari emporium perdagangan di Hindustan ke arah barat ke Teluk
Persia dan Laut Merah, di mana rute darat menuju ke Eropa.
Perdagangan rempah-rempah kemudian diubah oleh Zaman Penjelajahan Eropa, di kala
perdagangan rempah-rempah, terutama lada hitam, menjadi sebuah kegiatan yang sangat penting bagi
para pedagang Eropa. Rute pelayaran dari Eropa ke Samudera Hindia melalui Tanjung Harapan yang
memutari Afrika dipelopori oleh penjelajah dan navigator Portugis Vasco da Gama pada tahun 1498,
sehingga terciptalah rute maritim baru untuk perdagangan rempah-rempah.
Perdagangan rempah-rempah ini kala itu mendorong ekonomi dunia dari akhir Abad
Pertengahan sampai ke zaman modern, dan akhirnya mengantarkan era dominasi bangsa Eropa
di Dunia Timur. Kanal-kanal seperti Teluk Benggala, digunakan sebagai jembatan untuk pertukaran
budaya dan komersial di antara beragam budaya kala negara-negara kala itu berjuang untuk
menguasai perdagangan di sepanjang banyak rute rempah-rempah. Dominasi Eropa berkembang
dengan lambat. Rute perdagangan Portugis umumnya dilarang dan dibatasi oleh penggunaan rute
kuno, pelabuhan, dan negara-negara yang sulit untuk didominasi. Kerajaan Belanda kemudian mampu
melewati banyak masalah ini dengan merintis rute laut langsung dari Tanjung Harapan ke Selat
Sunda di Nusantara (sekarang Indonesia).

Asal mula

Perdagangan rempah-rempah dari Hindustan menarik perhatian Dinasti Ptolemaik (Yunani), dan
selanjutnya Kekaisaran Romawi.

perdagangan Romawi dengan Hindustan sesuai dengan Periplus Maris Erythraei, ("Periplus Laut Erythra")
abad ke-1 Masehi.

Orang-orang Mesir telah berdagang di Laut Merah, mengimpor rempah-rempah dari "Negeri
Punt" dan dari Jazirah Arab. Barang mewahdiperdagangkan sepanjang Jalur Dupa termasuk rempah-
rempah Hindustan (sekarang India), kayu arang, sutra dan tekstil halus. Perdagangan rempah-rempah
awalnya dikaitkan dengan rute darat tapi rute maritim terbukti menjadi faktor yang membantu
perdagangan ini tumbuh. Dinasti Ptolemaik telah mengembangkan perdagangan dengan Hindustan
menggunakan pelabuhan Laut Merah.
Orang-orang dari periode Neolitik berdagang rempah-rempah, obsidian, kerang laut, batu
mulia dan bahan bernilai tinggi lainnya setidaknya sejak abad 10 milenium SM (sekitar 10000 SM).
Pihak yang pertama kali menyebutkan perdagangan ini dalam periode sejarah adalah bangsa Mesir
Kuno. Dalam milenium ke-3 SM (sekitar 3000 SM), mereka berdagang dengan Negeri Punt, yang
diyakini kala itu terletak di daerah yang meliputi Somalia utara, Djibouti, Eritrea, dan pesisir Laut
Merah Sudan.
Pada milenium pertama SM (sekitar 1000 SM) orang-
orang Arab, Fenisia, Israel dan Hindustan terlibat dalam perdagangan laut dan darat komoditas
barang-barang mewah seperti rempah-rempah, emas, batu mulia, kulit hewan langka, kayu arang,
dan mutiara. Perdagangan jalur laut ini terjadi di Laut Merah dan Samudra Hindia. Jalur laut di Laut
Merah adalah dari Bab-el-Mandeb ke Berenike dan dari sana menggunakan jalur darat ke Sungai
Nil dan kemudian dengan perahu ke Alexandria. Perdagangan darat berada di padang pasir Arabia
Barat menggunakan unta. Bangsa Nusantara berdagang rempah-rempah (terutama kayu manis
padang dan kayu manis cina dengan Afrika Timur menggunakan perahu katamaran dan berlayar
dengan bantuan angin-angin barat di Samudera Hindia.
Di paruh kedua milenium pertama SM suku-suku Arab Selatan dan Barat Arabia mengambil
kontrol atas perdagangan darat rempah-rempah dari Arab Selatan ke Laut Mediterania. Suku-suku
tersebut adalah M'ain, Qataban, Hadhramaut, Saba dan Himyarite. Di utara suku Nabathmenguasai
jalur perdagangan yang melintasi Negev dari Petra ke Gaza. Perdagangan ini membuat suku-suku
Arab tersebut menjadi sangat kaya. Wilayah Arabia Selatan disebut "Arabia Eudamon" (Arabia yang
gembira) oleh orang-orang Yunani dan ada dalam agenda penaklukan Alexander dari
Makedonia sebelum ia meninggal. Orang-orang India dan orang Arab memegang kontrol atas
perdagangan laut dengan Hindustan. Pada akhir abad kedua SM, orang Yunani dari Mesir
Kuno belajar dari negeri Hindustan bagaimana cara berlayar langsung dari Aden ke pantai Barat
Hindustan menggunakan angin muson (Hippalus) dan mengambil kontrol atas perdagangan laut.

Kekaisaran Romawi
Dengan berdirinya Mesir Romawi, Romawi Kuno mengembangkan lebih lanjut perdagangan
yang sudah ada. Rute Romawi-Hindustan sangat bergantung pada teknik yang dikembangkan oleh
kekuatan perdagangan maritim, Kerajaan Aksum (sekitar abad ke-5 SM - abad ke-11 M) yang telah
memelopori rute Laut Merah sebelum abad ke-1 M. Ketika mereka bertemu Roma (sekitar abad 30
SM - abad 10 M) mereka berbagi dengan pedagang Romawi pengetahuan tentang memanfaatkan
angin muson musiman Laut Arab, menjaga hubungan baik dengan satu sama lain sampai pertengahan
abad ke-7.
Bahkan pada awal abad 80 SM, Alexandria telah menjadi pusat perdagangan yang dominan
untuk masuknya rempah-rempah India ke dalam dunia Yunani-Romawi. Kapal-kapal dari Hindustan
(India) berlayar ke Mesir. Rute maritim yang berkembang di Asia Selatan ini tidak di bawah kendali
kekuatan tunggal, tetapi melalui berbagai sistem. Rempah-rempah dari timur ini dibawa ke pelabuhan
perdagangan rempah-rempah besar di Hindustan
seperti Barbaricum, Barygaza, Muziris, Korkai, Kaveripattinam, dan Arikamedu.
Menurut The Cambridge History of Africa ("Sejarah Afrika menurut Cambridge") (1975):


Perdagangan dengan Arabia dan Hindustan dalam dupa dan rempah-rempah
menjadi semakin penting, dan Yunani untuk pertama kalinya mulai berdagang
langsung dengan Hindustan. Penemuan, atau penemuan kembali, rute-laut ke
Hindustan dikaitkan dengan seorang Eudoxos, yang dikirim untuk tujuan ini
menjelang akhir masa pemerintahan Ptolemeus Euergetes II (meninggal 116 SM).
Eudoxos membuat dua perjalanan ke Hindustan, dan kemudian, setelah bertengkar
dengan majikan Ptolemeus nya, tewas dalam upaya gagal untuk membuka sebuah
rute laut alternatif ke Hindustan, yang bebas dari kontrol Ptolemaik, dengan
berlayar di sekitar Afrika. Pembentukan kontak langsung antara Mesir dan
Hindustan mungkin dimungkinkan oleh melemahnya kekuatan Arab di periode ini,
karena Kerajaan Kaum Saba' di Barat-daya Arabia runtuh dan digantikan
oleh Kerajaan Himyarite sekitar 115 SM. Impor ke Mesir yaitu kayu manis dan


rempah-rempah Timur lainnya, seperti lada, meningkat secara substansial,
meskipun perdagangan di Samudera Hindia untuk saat ini tetap di cukup kecil,
tidak lebih dari dua puluh kapal Mesir berada di luar Laut Merah setiap tahun.

Perdagangan antara Hindustan dan dunia Yunani-Romawi terus meningkat, dalam perdagangan ini,
rempah-rempah merupakan impor utama dari Hindustan ke dunia Barat, melebihi sutra dan komoditas
lainnya. Kutipan dari Strabo (sejarawan Yunani Kuno):

Bagaimanapun, ketika Gallus menjadi prefek Mesir, saya menemani dia dan
menyusuri Sungai Nil sejauh Syene dan perbatasan Ethiopia, dan saya belajar
bahwa sebanyak seratus dua puluh kapal berlayar dari Myos Hormos ke Hindustan,


sedangkan sebelumnya, di bawah Ptolemaik, hanya sedikit yang memberanikan diri
untuk melakukan perjalanan dan untuk melakukan lalu lintas barang dagangan
Hindustan. - Strabo (II.5.12.)

Di Pulau Jawa dan Kalimantan, lewat pengenalan budaya Hindustan menciptakan permintaan
untuk komoditas aromatik. Pos-pos perdagangan ini kemudian akan melayani pasar dari negeri
Tiongkok dan Arab. Dokumen Yunani "Periplus Maris Erythraei" menyebutkan nama-nama
beberapa pelabuhan Hindustan dari mana kapal-kapal besar berlayar arah timur ke Khruse.
Mekah pada zaman pra-Islam terus menggunakan rute Jalur Dupa kuno untuk mendapatkan
keuntungan dari permintaan besar Romawi untuk barang-barang mewah. Keterlibatan Mekah juga
dalam ekspor barang yang sama: kemenyan arab, gading dan emas Afrika Timur, rempah-rempah
Hindustan, sutra Tiongkok, dsb.

Perdagangan Arab dan Eropa abad


pertengahan

Rute perdagangan di Laut Merahmenghubungkan Italia ke barat-daya India

Roma berperan dalam perdagangan rempah-rempah selama abad ke-5, namun peran ini tidak
seperti Arab dan tidak berlangsung sampai melewati Abad Pertengahan. Bangkitnya Islam
menutup rute darat para kafilah melalui Mesir dan Suez, dan pedagang Arab terutama
dari Mesir akhirnya mengambil alih pengiriman barang melalui Levant ke Eropa.
Perdagangan rempah telah membawa kekayaan besar bagi kekhalifahan Abbasiyah, dan
bahkan menginspirasi legenda terkenal seperti Sinbad si Pelaut. Para pelaut dan pedagang awal
ini sering berlayar dari kota pelabuhan Basra dan akhirnya setelah banyak pelayaran mereka
akan kembali untuk menjual barang-barang mereka termasuk rempah-rempah di Baghdad.
Ketenaran banyak rempah-rempah seperti pala dan kayu manis dikaitkan dengan para
pedagang rempah awal ini.
Kepulauan Banda di Maluku, Nusantara (sekarang Indonesia), selama waktu yang lama adalah satu-
satunya sumber langka pala, memberikan kontribusi bagi reputasi Kepulauan Maluku sebagai "Spice
Islands" ("Kepulauan Rempah").

Koneksi komersial Hindustan dengan Asia Tenggara terbukti vital bagi pedagang Arab
dan Persia pada abad ke-7 dan ke-8. Pedagang-pedagang Arab, terutama keturunan pelaut
dari Yaman dan Oman mendominasi rute maritim di seluruh Samudera Hindia, mendapat keuntungan
besar dari daerah sumber di Timur Jauh - menghubungkan mereka dengan rahasia "kepulauan
rempah" (Kepulauan Malukudan Kepulauan Banda). Pulau-pulau di Maluku juga ditemukan telah
disebutkan dalam beberapa catatan: sebuah kronik Jawa (1365) menyebutkan "Maluku" dan
"Maloko",dan karya navigasi dari abad ke-14 dan ke-15 berisi referensi pelaut Arab yang pertama dan
tegas tentang Maluku. Sulaima al-Mahr menulis: "Timur dari Timor [di mana cendana ditemukan]
adalah kepulauan 'Bandam' dan mereka adalah pulau-pulau di mana pala dan fuli ditemukan.
Kepulauan cengkeh yang disebut 'Maluku' .....".
Produk Maluku kemudian dikirim ke emporium perdagangan di India, melewati pelabuhan
seperti Kozhikode, dan melalui Ceylon (sekarang Sri Lanka). Dari sana barang itu dikirim ke arah
barat melintasi pelabuhan Arabia di Timur Dekat, ke Ormus di Teluk Persia dan Jeddah di Laut
Merah dan kadang-kadang dikirim ke Afrika Timur, di mana mereka akan digunakan untuk berbagai
tujuan, termasuk upacara
pemakaman. Penduduk Abbasiyah menggunakan Alexandria, Damietta, Aden dan Siraf sebagai
pelabuhan pintu masuk ke India dan Tiongkok. Pedagang yang tiba dari India di kota pelabuhan Aden
membayar upeti dalam bentuk jebat, kapur barus, ambergris dan cendana pada Ibnu
Ziyad, Sultan Yaman.
Ekspor rempah-rempah India ditemukan disebutkan dalam karya-karya Ibnu
Khurdadhbeh (850), al-Ghafiqi (1150), Ishak bin Imaran (907) dan Al Kalkashandi (abad ke-14).
Peziarah Tiongkok Hsuan Tsang menyebutkan kota Puri, dimana "pedagang-pedagang berangkat ke
negara-negara yang jauh."
Dari sana, rute darat menuju pesisir Mediterania. Dari abad ke-8 sampai abad ke-15, Republik
Venesia dan republik maritim tetangganya memegang monopoli perdagangan Eropa dengan Timur
Tengah. Perdagangan sutra dan rempah-rempah, yang melibatkan rempah-
rempah, dupa, herbal, obat dan opium, membuat kota-negara di Mediterranean ini menjadi kaya
secara fenomenal. Rempah-rempah berada di antara produk yang paling mahal dan paling dicari dari
Abad Pertengahan, digunakan dalam pengobatan. Mereka semua diimpor dari Asia dan Afrika.
Pedagang Venesia kala itu mendistribusikan barang melalui Eropa sampai akhirnya
munculnya Kesultanan Utsmaniyah, yang akhirnya menyebabkan jatuhnya Konstantinopel pada
tahun 1453, memblokir orang Eropa dari kombinasi perdagangan jalur darat-laut yang penting.

Zaman Penjelajahan bangsa Eropa:


menemukan rute baru dan Dunia Baru

Rute perdagangan Armada HindiaPortugis (biru) sejak perjalanan 1498 Vasco da Gama dan perusahaan
saingannya Galiung Manila-Acapulcodan armada harta Spanyol (putih) yang didirikan pada tahun 1568.
Gambar Kalikut, India dari atlas Georg Braun dan Frans Hogenberg Civitates orbis terrarum, 1572.

Republik Venesia telah menjadi kekuatan yang tangguh, dan pemain kunci dalam
perdagangan rempah-rempah Timur. Kekuasaan lainnya, mulai membangun kemampuan maritim
dalam upaya untuk melepaskan genggaman Venesia pada perdagangan rempah-rempah. Salah satu
konsekuensi utama dari perdagangan rempah-rempah adalah penemuan benua Amerika oleh
penjelajah Eropa. Sampai pertengahan abad ke-15, perdagangan dengan timur dilakukan melalui Jalan
Sutra, dengan Kekaisaran Bizantium dan negara-kota ItaliaVenesia dan Genoa bertindak sebagai
orang tengah. Pada tahun 1453, bangsa Turki Utsmani merebut Konstantinopel sehingga Kekaisaran
Bizantium berakhir. Dengan posisinya yang mengendalikan rute perdagangan rempah-rempah satu-
satunya yang ada pada saat itu, Kesultanan Utsmaniyah berada di posisi yang menguntungkan untuk
menarik pajak sangat besar terhadap barang dagangan yang menuju Eropa Barat. Orang-orang Eropa
Barat, tidak ingin tergantung pada kekuatan ekspansionis non-Kristen dalam perdagangan yang
menguntungkan dengan timur, merencanakan untuk menemukan rute laut alternatif yang
memutari Afrika.
Negara pertama yang mencoba untuk mengelilingi Afrika adalah Portugal, yang sejak awal
abad ke-15 mulai menjelajahi Afrika utara di bawah Henry sang Navigator. Didorong oleh
keberhasilan awal ini dan mengincar monopoli menguntungkan pada rute laut yang mungkin
ke Hindia, Portugis pertama kali melintasi Tanjung Harapan pada tahun 1488 dalam sebuah ekspedisi
yang dipimpin oleh Bartolomeu Dias. Hanya sembilan tahun kemudian pada tahun 1497 atas
perintah Manuel I dari Portugal, empat kapal di bawah komando navigator Vasco da
Gama mengitari Tanjung Harapan, melanjutkan ke pantai timur Afrika ke Malindi untuk berlayar
menyeberangi Samudera Hindia menuju Kalikutdi selatan Hindustan - ibukota penguasa
lokal Zamorin. Kekayaan Hindia sekarang telah terbuka bagi orang Eropa untuk
dieksplorasi. Kerajaan Portugis adalah kerajaan Eropa awal yang berlayar di laut Eropa untuk
kemudian tumbuh besar dari perdagangan rempah-rempah.

Peta rute pelayaran yang dilalui ekspedisi Ferdinand Magellan untuk mencapai Hindia Timur, Kepulauan
Maluku, dan kembali ke Eropa mengitari bumi.

Selama era penemuan baru inilah para penjelajah yang bekerja untuk Kerajaan Spanyol dan
Portugis pertama kali menginjakkan kaki di Dunia Baru. Christopher Columbus adalah yang pertama
ketika pada tahun 1492, dalam upaya untuk mencapai Hindia dengan berlayar ke arah barat, ia
membuat pendaratan di sebuah di wilayah pulau yang sekarang dikenal sebagai Bahama. Percaya
bahwa dirinya telah mencapai Hindia, ia menyebut para penduduk asli pulau tersebut sebagai "
Indian".Hanya delapan tahun kemudian pada tahun 1500, navigator Portugis, Pedro lvares
Cabral ketika mencoba untuk mereproduksi rute Vasco da Gama ke Hindustan (sekarang India),
tertiup ke arah barat ke wilayah yang sekarang disebut Brasil. Setelah mengambil kepemilikan lahan
baru tersebut, Cabral melanjutkan perjalanannya ke Hindustan, akhirnya tiba di sana pada bulan
September 1500 dan kembali ke Portugal pada tahun 1501.
Saat itu Portugis telah memegang kontrol penuh dari rute laut Afrika. Dengan begitu Spanyol
jika ingin memiliki harapan untuk bersaing dengan Portugal untuk perdagangan yang
menguntungkan, harus menemukan rute alternatif. Upaya awal pertama mereka adalah
dengan Christopher Columbus, tapi ia malah menemukan sebuah benua tak dikenal di antara Eropa
dan Asia. Orang Spanyol akhirnya berhasil dengan perjalanan Ferdinand Magellan. Pada 21
Oktober 1520 ekspedisi Magellan melintasi apa yang sekarang dikenal sebagai Selat Magellan,
membuka pantai Pasifik Amerika untuk eksplorasi. Pada 16 Maret 1521 kapal-kapalnya sampai di
kepulauan yang sekarang disebut Filipina, dan kemudian segera mencapai Kepulauan Rempah-
Rempah, secara efektif mendirikan rute perdagangan rempah ke barat yang pertama ke Asia.
Magellan tewas di Filipina, namun setelah kapal anggota ekspedisi yang terakhir berhasil kembali ke
Spanyol pada tahun 1522, kru ekspedisi yang selamat menjadi manusia-manusia pertama yang telah
berhasil mengelilingi bumi.

Perdagangan rempah di bawah era kolonial

Lada, yang digambarkan di sini sedang dipanen di Kollam, India selatan, adalah salah satu komoditas
perdagangan paling menguntungkan yang dikirim ke Eropa. Namun, romansa perdagangan rempah-
rempah membuat orang kala itu mudah lupa tentang fakta bahwa sebenarnya sebagian besar pengiriman
di Samudra Hindia dikhususkan untuk kargo seperti beras, kayu keras, timah, bijih besi, kuda, tali, tekstil
dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Kapal Belanda di Teluk Table di dermaga Tanjung Koloni di Tanjung Harapan, 1762.

Menurut Encyclopdia Britannica 2002: "Ferdinand Magellan terjun dalam ekspedisi laut
untuk Spanyol pada tahun 1519. Dari lima kapal di bawah komandonya, hanya satu, Victoria, yang
kembali ke Spanyol, tapi penuh kemenangan, sarat dengan cengkeh (dari Maluku)."
Ekspedisi pertama Belanda berlayar dari Amsterdam (April 1595) ke Hindia
Timur (sekarang Indonesia). Konvoi lain Belanda berlayar pada tahun 1598 dan kembali satu tahun
kemudian dengan 600.000 pon rempah-rempah dan produk Hindia Timur lainnya. Kongsi
Perdagangan Hindia-Timur (VOC) menempa aliansi dengan produsen utama cengkeh dan pala.
Sementara Perusahaan Hindia Timur Britania (EIC) mengirimkan sejumlah besar rempah-rempah
selama awal abad ke-17.
Menurut Encyclopdia Britannica 2002:


Pada tahun 1602 Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) muncul dengan
kewenangan Jenderal Perkebunan Belanda. Pada 1664 Perusahaan Hindia Timur
Perancis didirikan oleh otorisasi negara di bawah Louis XIV. Negara-negara Eropa
lainnya memberikan piagam kepada perusahaan-perusahaan Hindia Timur dengan
berbagai keberhasilan. Hal ini diikuti perjuangan dan penaklukan untuk
mendapatkan keuntungan dan kontrol monopoli perdagangan rempah. Portugal,
selama lebih dari 100 tahun adalah kekuatan dominan, akhirnya menyerah terhadap
kongsi perusahaan dan penaklukan oleh Inggris dan Belanda, pada abad ke-19


kepentingan Inggris telah berakar kuat di India dan Ceylon (sekarang Sri Lanka),
dan Belanda memegang kendali atas sebagian besar Hindia Timur
(Nusantara atau Indonesia sekarang.

Memanasnya kompetisi perdagangan ini menyebabkan negara yang saling bersaing untuk
beralih ke cara-cara militer untuk menguasai perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1641, Maluku
Portugis ditangkap oleh Belanda. Setelah penangkapan Maluku ini Belanda melihat perkebunan
terkonsentrasi pada cengkeh dan pala, dan kemudian mnggunakan Perjanjian Batavia (1652) Belanda
berupaya untuk menghancurkan pohon cengkeh dan pala di semua pulau-pulau lain untuk menjaga
pasokan dan mengontrol pasar penting rempah-rempah. Upaya ini mengganggu pola kuno
perdagangan Nusantara dan bahkan menyebabkan depopulasi seluruh kepulauan, terutama Kepulauan
Banda.
Maluku di bawah Belanda pun menjadi pelabuhan masuk utama untuk perdagangan rempah-rempah,
dan menurut Robin A. Donkin (2003):


Perdagangan antara orang Eropa di bagian Asia Selatan dan Timur yang berbeda
sering kali lebih menguntungkan daripada memasok negara asal mereka. Pada
1530-an, Portugis mengirimkan lebih banyak cengkeh, pala, dan fuli ke India
dan Ormus daripada Portugal. Para pembeli di Ormus adalah para
"pedagang Moor yang meneruskannya, melewati Persia, Arabia dan seluruh Asia
sejauh Turki." Dari setidaknya abad ke-17, produk yang sama dibawa
ke Benggala oleh Portugis dan Belanda. Pedagang Inggris melihat bahwa mereka
hasil penjualan mereka "sangat baik melebihi perkiraan" di Surratt dan stasiun
dagang India dan Persia lainnya. Belanda antara 1620 dan 1740 memasarkan
sepertiga atau lebih dari rempah-rempah mereka, terutama cengkeh, di Asia: Persia,
Arabia, dan India. Permintaan rempah Jepang dilayani oleh Portugis


dari Makau dan kemudian oleh Belanda, tetapi permintaan untuk cengkeh dan
rempah-rempah umumnya di awal abad ke-17 dikatakan menjadi relatif kecil dan
akibatnya harga menjadi rendah.

Pemukiman Eropa di India.


Pulau Pinang (sekarang bagian Malaysia), wilayah milik Inggris, didirikan sebagai pelabuhan
lada pada tahun 1786. Selama abad ke-18, wilayah Perancis di India ditangkap oleh Inggris, yang
kemudian berpindah dengan agresif ke wilayah Belanda di Timur Jauh. Status Kongsi Perdagangan
Hindia-Timur (VOC) Belanda melemah sebagai akibat dari berkembangnya pengaruh Inggris.
Pada 1585, kapal-kapal dari Hindia Barat tiba di Eropa dengan muatan "jahe Jamaika", akar
yang berasal dari India dan Tiongkok Selatan, yang menjadi bumbu Asia pertama yang tumbuh
dengan sukses di Dunia Baru. Pemahaman kolot bahwa tanaman dan pohon tidak tumbuh dengan
bagus di luar tanah asal mereka ini tetap bertahan sampai pertengahan abad ke-18, karena perjuangan
ahli-ahli botani terkemuka kala itu, seperti Georg Eberhard Rumpf (1627-1702). Namun teori Rumpf
akhirnya didiskreditkan oleh serangkaian percobaan transplantasi sukses yang dilakukan di Eropa
dan Semenanjung Malaya pada awal abad ke-18.

Inggris membangun pemukiman militer yang dibentengi, seperti Fort Cornwallis, di Pulau Pinang, untuk
melindungi pelabuhan dagang mereka.

Pada tahun 1815, pengiriman pertama pala dari Sumatera telah tiba di Eropa. Selain itu,
pulau-pulau di Hindia Barat, seperti Grenada, juga terlibat dalam perdagangan rempah-rempah.
Cendana dari Timor dan dupa Tibet memperoleh status sebagai komoditas berharga di
Tiongkok selama awal abad ke-18. Asia Timurmenunjukkan ketertarikan dalam produk cendana, yang
digunakan untuk membuat gambar Buddha dan artefak berharga lainnya.
Pertengahan abad ke-19 lahirlah teknologi refrigerasi buatan. Rempah-rempah kala itu tidak
hanya digunakan untuk bumbu makanan, seperti tujuan utamanya saat ini. Tapi, sebelum munculnya
teknologi pendingin buatan, rempah-rempah juga digunakan untuk mengawetkan makanan serta
menutupi rasa makanan yang mulai busuk. Munculnya teknologi baru ini mengakibatkan penurunan
status keseluruhan konsumsi rempah-rempah, dan perdagangannya.

Pertukaran kebudayaan
Kuatnya agama Buddha dan agama Hindu dalam sejarah Asia Tenggara, termasuk Nusantara,
dihubungkan dengan kegiatan ekonomi dan perdagangan rempah yang kuat di wilayah ini, karena
pelanggan perdagangan rempah mempercayakan dana besar yang nantinya akan digunakan untuk
keuntungan ekonomi lokal dengan manajemen pemukiman, keahlian dan promosi kegiatan
perdagangan. Buddhisme khususnya, tumbuh bersama tumbuhnya perdagangan maritim, yang
mempromosikan mata uang, seni dan keaksaraan dalam sejarah Asia Tenggara. Kebesaran
kemaharajaan bahari Srivijaya yang kala itu berpusat di Sumatra juga karena pengaruh perdagangan
maritim, termasuk rute perdagangan rempah yang melewati Selat Sunda dan Selat Malaka.
Agama Islam juga menyebar ke seluruh Dunia Timur, mencapai Asia Tenggara maritim pada
abad ke-10 lewat perdagangan ini. Pedagang Muslim memainkan peran penting dalam perdagangan
rempah. Begitu pula misionaris Kristen, seperti Santo Fransiskus Xaverius, juga berperan penting
dalam penyebaran agama Kristen di Dunia Timur. Kristen kala itu bersaing dengan Islam untuk
menjadi agama dominan di Kepulauan Maluku. Namun, penduduk asli "Kepulauan Rempah" tersebut
menampung aspek dari kedua agama tersebut dengan mudah.
Permukiman kolonial Portugis melihat pedagang-pedagang
seperti Vanika dari Gujarat, Chetti dari India Selatan, Suriah Kristen, Tionghoa dari provinsi Fujian,
dan orang Arab dari Aden terlibat dalam perdagangan rempah-rempah. Cerita-cerita epos, bahasa, dan
adat budaya dipinjam oleh Asia Tenggara dari Hindustan, dan kemudian Tiongkok. Pengetahuan
tentang bahasa Portugis menjadi penting bagi pedagang yang terlibat dalam perdagangan ini.
Pedagang Hindustan yang terlibat dalam perdagangan rempah-rempah membawa masakan
India ke Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia masa kini, di mana campuran rempah-rempah
dan kari menjadi populer. Orang Eropa menikah dengan orang India, dan mempopulerkan
keterampilan kuliner yang berharga, seperti kue, di India. Orang Portugis juga
memperkenalkan cuka ke India, dan biarawan Fransiskan memproduksinya dari nira. Makanan India,
menyesuaikan dengan lidah Eropa, menjadi terlihat di Inggris pada tahun 1811 kala perusahaan-
perusahaan eksklusif mulai memenuhi permintaan untuk selera baik bagi orang-orang yang penasaran
maupun yang kembali dari India.

Anda mungkin juga menyukai