Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH PERDAGANGAN NUSANTARA DI INDONESIA

Apa yang menarik dari Nusantara?


Kekayaan hayati nusantara menjadi sumber komoditi perdagangan di masa lalu, menarik
minat para pedagang luar termasuk rempah-rempah yang berlimpah seperti cengkeh, pala,
kemiri dan lada.

Wilayah laut nusantara memiliki letak strategis sehingga menjadikannya sebagai jalur
perdagangan Internasional yang menghubungkan jalur perdagangan antara kawasan Asia
Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan dan Timur Tengah.
Wilayah penghasil rempah di nusantara dibagi menjadi dua daerah :
1. Timur : Kepulauan Maluku dan Banda sebagai penghasil cengkeh dan pala
2. Barat : Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan sebagai penghasil lada

Proses Masuknya Perdagangan ke Kawasan Nusantara

Berawal dari perdagangan Arab, India dan Cina yang datang ke Indonesia untuk menjual
komoditi dari wilayah mereka (tekstil dan porselen) sekaligus mencari rempah-rempah untuk
dijual kembali ke bangsa Eropa.

B
eras sebagai komoditi dagang antara kerajaan-kerajaan Nusantara, Asia, dan Eropa.
Tekstil-kain: sutra (hittou, legia, patten, selvetica, patholen, dan banyak lagi) yang diproduksi
di Tiongkok, bahan pakaian yang diproduksi di India dengan berbagai jenis (cambaay/kabaai,
sits/cita, mouri/mori dsb)
Dalam kebudayaan Eropa, rempah-rempah dari Timur yang dihadirkan oleh pedagang Arab
telah menjadi kebutuhan bangsa Eropa sebagai perpaduan jenis obat, pengawet makanan,
bumbu masakan, dan juga simbol status sosial. Makanan yang kaya rasa akan rempah-rempah
dari Timur menjadi salah satu indikator gengsi dan status sosial kaum nigrat Eropa.

29 Mei 1453 Kekhalifahan Utsmani berhasil


merebut kota Konstantinopel (Istanbul-
Turki) yang membuat jalur perdagangan
darat ditutup. Jalur perdagangan tersebut
merupakan pintu masuk pedagang timur
dalam menjual rempah-rempah kepada
bangsa Eropa.
Kebutuhan rempah-rempah di Eropa sangat tinggi. Supply yang menipis akibat ditutupnya
jalur perdagangan darat Arab-Eropa membuat bangsa Eropa memutuskan mencari sumber
rempah melalui ekspedisi jalur laut. Penjelajah Eropa menemukan jalur Nusantara dengan
memutari benua Afrika melalui Tanjung Harapan.

Bangsa Eropa pertama yang mendatangi Nusantara adalah bangsa Spanyol dan Portugis

Cristoforo Colombo dan Fernão de Magalhães dari Spanyol


Dom Vasco da Gama dan Bartolomeu Dias dari Portugis

Kota Malaka menjadi pusat perdagangan terbesar pada masa itu. Pelabuhan Malaka menjadi
pusat bertemunya pedagang Nusantara antara lain Banten, Makassar, Banda, dan Ternate.
Bangsa Portugis dibawa kepemimpinan Alfonso D’albequrque berhasil menaklukan Malaka
dan memonopoli perdagangan di sana.
Pada 27 Juni 1596, penjelajah Belanda Cornelis de
Houtman pertama kali menginjakkan kaki di Banten
dan membuka jalur perdaganan bagi penjelajah
Belanda di Kepulauan Nusantara.

Pada tahun 1602, Belanda mendirikan perusahaan dagang bernama VOC untuk menguasai
perdaganan regional di Hindia Timur. VOC bermarkas di Batavia, Banten sebagai pelabuhan
utama, Makassar dan sekitarnya untuk mengamankan jalur pengiriman rempah, dan Priangan
(Jawa Barat), sebagai tempat penanaman tanaman secara massal (Preanger stelsel).
Gubernur Jan Pieter Coen berusaha menguasai wilayah Jayakarta (Batavia) sebagai residensi
dan pusat administratif. Batavia juga menjadi titik temu berbagai jalur pelayaran kompeni di
wilayah Asia.

Pada tahun 1864, VOC berhasil memonopoli perdagangan lada dengan menundukkan
kesultanan Banten termasuk melalui peperangan.
Pada tahun 1667, VOC berhasil menaklukan kota Makassar dengan melakukan penyerangan
untuk menguasai perdagangan rempah di timur Nusantara.

Penguasaan kota-kota tersebut membawa era baru bagi perdagangan Nusantara. Pedagang
nusantara masih tetap melakukan perdagangan hanya saja melalui rute yang lebih beragam
Perjalanan rempah-rempah nusantara membawah kisah perjayaan maritim yang berkelindan
dengan kesuraman kolonialisme.

Anda mungkin juga menyukai