Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI HOTEL (D3)

BISNIS PARIWISATA ; SEBUAH TINJAUAN

Disusun Oleh:
Kelompok 9

Ferdinanda Constantia Latu ( 2007531051) (02)


Amelia Lensi Matei ( 2007531072) (03)
Arkan Pramana Putra ( 2007531199) (23)
Vanda Grace Novelia Ohee ( 2007531290) (35)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Dr. Anak Agung Gde Putu Widanaputra, S.E.,M.Si.,Ak.

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN PARIWISATA DAN WISATAWAN

PARIWISATA

Kata “Pariwisata” berasal dari bahasa Jawa Kuna. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata ”pari” berarti semua, segala, sekitar, sekeliling; kata ”wisata” berarti
bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang dan
sebagainya. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat,
dan pemerintah daerah (UU No. 9 tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU No. 10
tahun 2009 Tetang Kepariwisataan). Sehingga lingkup pariwisata meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman
rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni
budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah, seperti keindahan alam,
gunung berapi, danau, pantai dan lain-lain.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata seperti biro perjalanan wisata,


pramuwisata, pameran, angkutan wisata, akomodasi dan lain-lain

Menurut para ahli :

Pariwisata menurut Mc. Intosh dan Goeldner (1984:4) sebagai sekumpulan


fenomena dan hubungan yang tumbuh dari interaksi antara wisatawan (para
pelancong), para pengusaha dengan pemerintah dan masyarakat tuan rumah.

Murphy (1985:9) mengatakan pariwisata adalah gejala ekonomi karena adanya


permintaan dari pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi jasa pariwisata (biro
perjalanan, penginapan, rumah makan) atas produk dan berbagai fasilitas terkait

WISATAWAN

Wisatawan menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan kata nomina yang
berarti orang berwisata, pelancong, atau turis artinya oaring yang memasuki wilayah
atau Negara lain dengan tujuan apapun asal bukan untuk tinggal menetap atau
melakukan usaha teratur, dan mengeluarkan uangnya dinegara yang dikunjungi serta
tidak memperoleh uang dari Negara tersebut. Inpres No.9/1969 mendefinisikan
wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk
berkunjung ke temat lain dengan menikmati kunjungan tersebut.

Pendit (1991:10) mengatakan wisatawan adalah orang yang memasuki wilayah


negara asing dengan tujuan apapun asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan
usaha yang teratur, dan mengeluarkan uangnya di negara yang dikunjungi serta tidak
memperoleh uang dari negara tersebut. Wisatawan dibedakan menjadi wisatawan
mancanegara dan wisatawan domestik.

The Comittee of Statistical Experts of the League of Nations (1937) memberikan


beberapa definisi terkait dengan wisatawan sebagai berikut:

1. Wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara
dimana ia biasanya tinggal, dan dengan periode setidak-tidaknya selama 24 jam.

2. Yang biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:

a. Orang-orang yang bepergian untuk tujuan bersenangsenang, alasan keluarga,


untuk tujuan kesehatan dan lain sebagainya.

b. Orang-orang yang bepergian untuk mengadakan pertemuan atau mewakili


kedudukan sebagai diplomat, misi keagamaan, orang-orang yang bepergian dengan
alasan dagang.

c. Orang-orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila mereka


tinggal kurang dari 24 jam.

3. Yang tidak biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:

a. Orang-orang yang datang baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk
mencari kerja atau yang bekerja pada suatu aktivitas usaha di negara tersebut.

b. Orang-orang lain yang datang untuk menetap menjadi penduduk di negara


tersebut.

c. Pelajar dan orang-orang muda yang mondok di rumah pemondokan atau asrama.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang bisa disebut sebagai
wisatawan adalah yang memiliki ciri-ciri berikut:
1. Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam.

2. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu.

3. Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat di negara yang


dikunjungi.
Pemerintah Indonesia melalui UU No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan telah
mendefinisikan wisatawan, wisata, kepariwisataan, dan pariwisata sebagai berikut:
1. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
2. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat

1.2 JENIS – JENIS PARIWISATA

Definisi pariwisata dan wisatawan yang telah dijelaskan sebelumnya memberi


gambaran tentang tujuan seseorang melakukan perjalanan wisata. Defnisi tersebut akan
mempengaruhi dan menentukan jenis-jenis pariwisata yang dapat dikembangkan
didaerah tujuan wisata sehingga menarik wisatawan untuk mengunjunginya.
Menurut Spillane (1989) terdapat beberapa jenis pariwisata:

1. Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat


tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, mengendorkan
ketegangan sarafnya, menikmati keindahan alam, menikmati hikayat suatu
daerah, menikmati hiburan, dan sebagainya. Jenis pariwisata ini
menyangkut begitu banyak unsur yang sifatnya berbeda karena pengertian
utilitas pleasure yang berbeda sesuai dengan karakter, citarasa, latar
belakang kehidupan, dan temparemen individu.

2. Recreation tourism (pariwisata rekreasi)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan


hari-hari libur untuk istirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan
rohani yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahan.

3. Cultural tourism (pariwisata budaya)

Pariwisata jenis ini tidak kalah dengan pariwisata lainnya, bahkan sering
dijadikan agenda untuk kunjungan dari sekolah-sekolah. Wisata budaya
adalah perjalanan yang dilakukan karena keinginan untuk memperluas
pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan atau
peninjauan ketempat baru yang mengandung budayaJenis pariwisata ini
ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar
dipusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat istiadat, cara hidup
masyarakat suatu negara, mengunjungi peninggalan bersejarah,
mengunjungi peninggalan masa kini, pusat-pusat kesenian dan keagamaan,
mengikuti festival seni musik, film, teater, tari dan sebagainya. Dengan
agenda seperti itu, wisata ini akan mempunyai manfaat dan tujuan seperti
melestarikan alam, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa,
memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri, dan mempererat
persahabatan antar bangsa

4. Sport tourism (pariwisata olah raga), jenis pariwisata ini dibagi dalam dua
kategori:

a. Big sport event seperti: Olympiade games, tenis Wimbledon, balap


motor grand prix-GP, Formula-1, kejuaran sepak bola dunia, sepak
bola piala champions, dan sebagainya

b. Sporting tourism of practionaer. Yaitu pariwisata olah raga bagi


mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti
pendakian gunung,berburu, memancing, dan sebagainya yang
tentunya akan menarik wisatawan untuk mengunjungi negara yang
menyediakan fasilitas pariwisata untuk olah raga.

5. Business shoping tourism (pariwisata dagang besar-belanja)

Jenis perjalanan ini menurut banyak ahli tidak termasuk dalam kegiatan
pariwisata karena unsur voluntary tidak terlibat didalamnya. Dalam jenis
pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan
oleh pelaku perjalanan wisata menggunaan waktu-waktu bebasnya untuk
menjadikan dirinya sebagai wisatawan dengan mengunjungi dan menikmati
obyek wisata dan berbelanja.

6. Convention tourism (pariwisata konvensi)

Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan menjadi
penting dalam sumbangan terhadap devisa negara. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya negara yang mulai tertarik dan menggarap jenis pariwisata ini
dengan banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi
untuk menunjang convention tourism. Fasilitas konvensi ini digunakan
untuk melakukan pertemuan-pertemuan kepala negara ataupun organisasi-
organisasi dunia yang melibatkan bayak negara dan banyak peserta.Seperti
Philipina mempunyai PICC (Philippine Internasional Convention Center) di
Manila, atau Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di Jakarta untuk
tempat penyelenggaraan sidang pertemuan besar yang dilengkapi dengan
perlengkapan modern. Semakin banyak konvensi yangdiselenggarakan di
Indonesia, akan semakin banyak pula devisa negara yang diperoleh dari
kegiatan konvensi ini. Karena biasanya peserta konvensi akan menetap lebih
lama daripada wisatawan biasa, maka dengan sendirinya akan mengeluarkan
biaya yang lebih tinggi pula.

7. Pariwisata Buruh

8. Pariwisata pertanian

Jenis pariwisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang


dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan
sebagainya. Wisata ini memungkinkan wisatawan dapat mengadakan
kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi atau hanya melihat-lihat untuk
menikmati suasana. Potensi wisata pertanian sangat bagus jika dikelola,
karena Indonesia memiliki letak geografis dan iklim yang sangat
mendukung.

Konsep wisata pertanian menekankan pada kerja sama antara petani dan
pemerintah. Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting untuk dapat
mendukung program-program yang akan dijalankan dan memberikan
modal. Selain itu penyuluhan pertanian juga penting untuk memberikan
arahan bagaimana cara meningkatkan produktivitas dengan tetap
menjalankan program wisata dengan baik.
1.3 USAHA PARIWISATA

Industri pariwisata merupakan jenis industri yang mempunyai mata rantai kegiatan
yang sangat panjang. Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang
usaha yang menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang
melakukan perjalanan wisata. Banyak kegiatan yang terkait dengan indutri pariwisata,
hal ini berarti banyak industri lain yang dapat digerakan oleh industri pariwisata seperti
kegiatan biro perjalanan, transportasi, perhotelan, restoran, kesenian, dan budaya
daerah,kerajinan rakyat, guider, pameran dan olah raga internasional yang
diselenggarakan didaerah-daerah.

Menurut UNWTO (United Nations World Tourism Organiation) dalam the


International Recommendations for Tourism Statistics 2008, Industri Pariwisata
meliputi; Akomodasi untuk pengunjung, Kegiatan layanan makanan dan minuman,
Angkutan penumpang, Agen Perjalanan Wisata dan Kegiatan reservasi lainnya,
Kegiatan Budaya, Kegiatan olahraga dan hiburan. UNWTO merupakan Badan
Kepariwistaan Dunia dibawah naungan PBB. Menurut Undang-Undang Pariwisata no
10 tahun 2009, Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

Ciri-ciri Industri Pariwisata :

1. Tidak dapat disimpan

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan pariwisata pada umumnya bersifat
mudah rusak dan tidak dapat disimpan untuk kemudian dijual kembali keesokan hari.

2. Tidak dapat dipindahkan

Wisatawan atau pengguna barang dan jasa pariwisata tidak dapat membawa produk
wisata kepada pelanggan tetapi pelanggan itu sendiri yang harus mengunjungi atau
datang sendiri untuk dapat menikmati produk wisata itu. Contohnya untuk melihat
keindahan Candi Prambanan, pengunjung harus mengunjungi langsung objek wisata
tersebut.

3. Produksi dan proses konsumsi terjadi atau berlangsung bersamaan

Wisatawan maupun pengunjung yang akan menikmati produk wisata harus datang ke
tempat proses produksi sedang berlangsung tanpa keberadaan pembeli untuk
mempergunakan atau menikmati jasa-jasa tersebut tidak akan terjadi produksi.

4. Tidak ada standar ukuran yang pasti atau objektif


Karena dibuat untuk memenuhi dan keinginan pengunjung maupun wisatawan yang
beragam, umumnya produk wisata dibuat dan dijual dengan variasi yang beraneka.
Produk wisata memiliki keragaman jenis dan harga yang ditentukan oleh bermacam-
macam faktor seperti : musim, dan status sosial pembeli.

5. Pelanggan tidak dapat mencicipi produk itu sebelumnya

Pembeli harus datang sendiri ke tempat proses produksi barang dan jasa pariwisata
berlangsung sehingga mereka tidak akan dapat mengetahui kondisi produk tersebut
secara nyata karena hanya mengetahui melalui brosur dan media promosi lainnya.

6. Pengelolaan produk wisata mengandung resiko besar

Usaha pariwisata memerlukan investasi yang sangat besar sedangkan permintaan


sangat peka terhadap perubahan kondisi ekonomi, politik, keamanan dan sikap
masyarakat sehingga perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan pengurangan
permintaan apalagi hal ini terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan goyahnya
sendi-sendi investasi.

United Nations Conference on Trade and Development (1971) dalam Guidelines


for Tourism Statistics mengatakan bahwa industri pariwisata atau sektor pariwisata
bukan merupakan suatu sektor ekonomi tertentu atau bukan merupakan cabang
produksi tertentu. Adapun barang-barang dan jasa-jasa yang diperhitungkan dalam
pariwisata berasal dari beberapa sektor dan ini memenuhi permintaan wisatawan asing
maupun dalam negeri. Selama tidak ada konsep yang formal tentang sektor pariwisata
yang dapat dikembangkan lebih lanjut, maka istilah tersebut digunakan untuk
menyatakan secara luas terhadap kelompok industri dan aktivitas komersial yang
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumisi
oleh wisatawan asing maupun dalam negeri. Berdasarkan hal tersebut sektor-sektor
yang dianggap termasuk sektor pariwisata adalah:
 Akomodasi termasuk didalamnya hotel, villa, penginapan, dan pemondokan.
 Jasa boga termasuk didalamnya restoran, cafetaria, dan rumah makan
 Usaha wisata termasuk didalamya pengusahaan obyek wisata, usaha souvenir,
dan usaha hiburan
 Agen perjalanan wisata termasuk didalamnya travel agent.
 Covention organizer.
 Pelatihan dan pendidikan
UU No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan telah mendefinisikan Industri
Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata. Sedangkan Usaha pariwisata adalah usaha yang
menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata meliputi, antara lain:

1. Daya tarik wisata. Bidang usaha daya tarik wisata meliputi jenis usaha
pengelolaan daya tarik wisata dan subjenis usaha
meliputi:

a. Pengelolaan pemandian air panas alami;

b. Pengelolaan gua;

c. Pengelolaan peninggalan sejarah dan purbakala


berupa candi, keraton, prasasti, pertilasan, dan
bangunan kuno

d. Pengelolaan museum;

e. Pengelolaan permukiman dan/atau lingkungan


adat;

f. Pengelolaan objek ziarah; dan

g. Sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha


pengelolaan daya tarik wisata yang ditetapkan oleh
Bupati, Walikota dan/atau Gubernur.

2. Kawasan pariwisata. -

3. Jasa transportasi wisata. Bidang usaha jasa transportasi wisata meliputi jenis
usaha:

a. Angkutan jalan wisatab. Angkutan kereta api


wisata;

c. Angkutan sungai dan danau wisata;

d. Angkutan laut domestik wisata; dan


e. Angkutan laut internasional wisata.

4. Jasa perjalanan wisata. Bidang usaha jasa perjalanan wisata meliputi jenis
usaha:

a. Biro perjalanan wisata; dan

b. Agen perjalanan wisata.

5. Jasa makanan dan minuman. Bidang usaha jasa makanan dan minuman meliputi
jenis usaha:

a. Restoran;

b. Rumah makan;

c. Bar/rumah minum;

d. Kafe;

e. Jasa boga;

f. Pusat penjualan makanan; dan

g. Jenis usaha lain bidang usaha jasa makanan dan


minuman

yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau


Gubernur

6. Penyediaan akomodasi. Bidang usaha jasa penyediaan akomodasi meliputi


jenis usaha:

a. hotel meliputi subjenis:

1) hotel bintang;

2) hotel nonbintang.

b. Bumi perkemahan;

c. Persinggahan karavan;

d. Vila;

e. Pondok wisata;
f. Akomodasi lain meliputi:

1) motel; dan

2) jenis usaha lain bidang usaha jasa penyediaan

akomodasi yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota

dan/atau Gubernur.

7. Penyelenggaraan kegiatan Bidang usaha penyelenggara kegiatan hiburan dan


hiburan dan rekreasi. rekreasi meliputi jenis usaha:

a. Gelanggang olahraga, yang meliputi subjenis


usaha:

1) Lapangan golf;

2) Rumah bilyar;

3) Gelanggang renang;

4) Lapangan tenis;

5) Gelanggang bowling; dan

6) Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha


gelanggang olahraga yang ditetapkan oleh Bupati,
Walikota,dan/atau Gubernur.

b. Gelanggang seni, yang meliputi subjenis:

1) Sanggar seni;

2) Galeri seni;

3) Gedung pertunjukan seni; dan

4) Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha


gelanggang seni yang ditetapkan oleh Bupati,
Walikota, dan/atau Gubernur.

c. Arena permainan, yang meliputi subjenis usaha:

1) Arena permainan; dan


2) Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha arena

permainan yang ditetapkan oleh oleh Bupati,


Walikota,dan/atau Gubernur.

d. Hiburan malam, yang meliputi subjenis usaha:

1) Kelab malam;

2) Diskotek;

3) Pub; dan

4) Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha hiburan

malam yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota,


dan/atau Gubernur.

e. Panti pijat, yang meliputi subjenis usaha:

1) Panti pijat; dan

2) Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha panti pijat

yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota, dan/atau

Gubernur.

f. Taman rekreasi, yang meliputi subjenis usaha:

1) Taman rekreasi;

2) Taman bertema; dan

3) Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha taman


rekreasi yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota,
dan/atau Gubernur.

g. Karaoke, yang meliputi subjenis usaha karaoke.

8. Jasa impresariat/promotor yang meliputi subjenis usaha jasa


impresariat/promotor.

9. Penyelenggaraan pertemuan, Bidang usaha penyelenggaraan pertemuan,


perjalanan insentif, konferensi, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
dan pameran. meliputi jenis usaha penyelenggara pertemuan,
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran.

10. Jasa informasi pariwisata;

11. Jasa konsultan pariwisata;

12. Jasapramuwisata;

13. Wisata tirta. Bidang usaha wisata tirta, meliputi jenis usaha:

a. Wisata bahari, yang meliputi subjenis usaha:

1) Wisata selam;

2) Wisata perahu layar;

3) Wisata memancing;

4) Wisata selancar

5) Dermaga bahari; dan

6) Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha wisata


bahari yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota,
dan/atau Gubernur.

b. Wisata sungai, danau, dan waduk, yang


meliputi subjenis usaha:

1) Wisata arung jeram;

2) Wisata dayung; dan

3) Subjenis usaha lainnya dari jenis usaha wisata


sungai, danau, dan waduk yang ditetapkan oleh
Bupati, Walikota, dan/atau Gubernur.

14. SPA. Bidang usaha SPA belum memiliki jenis maupun


subjenis usaha.

Contoh Industri Pariwisata

 Agen travel : Usaha yang melakukan perencanaan kegiatan perjalanan dari


awal hingga pulang kembali.
 Agen tiket : Usaha yang melakukan penjualan tiket yang dilakukan secara
online.

 Sewa kendaraan : Usaha yang melakukan penyewaan terhadap penyewaan


kendaraan dalam rangka melakukan kegiatan pariwisata.

 Produksi kerajinan : Usaha yang membuat kerajinan tangan khas daerah


yang melakukan penjualan produknya pada lokasi pariwisata.

 Tour guide : Usaha yang menemani wisatawan untuk melakukan perjalanan


di wilayah wisata.

 Hotel : Usaha yang menawarkan lokasi untuk tinggal dalam waktu tertentu.
1.4 DAYA TARIK WISATA DAN MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Sedangkan, Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Jenis daya tarik wisata tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai
sub jenis atau kategori kegiatan wisata, antara lain:
1. Wisata petualangan (adventure 13. Wisata massal (mass tourism)
tourism)

2. Wisata bahari (marine tourism) 14. Wisata pertemuan, perjalanan


insentif, konferensi dan
pameran
(meeting, incentive,
convention, and exhibition
tourism)
3. Wisata agro (farm tourism) 15. Wisata kesehatan (medical
tourism/wellness tourism)
4. Wisata kreatif (creative 16. Wisata alam (nature-based
tourism) tourism)
5. Wisata kapal pesiar (cruise 17. Wisata religi (religious
tourism) tourism/pilgrimage tourism)
6. Wisata kuliner (culinary 18. Wisata budaya kekinian (pop
tourism) culture tourism)
7. Wisata budaya (cultural 19. Wisata desa (rural tourism)
tourism)
8. Wisata sejarah (heritage 20. Wisata luar angkasa (space
tourism) tourism)

9. Wisata memorial (dark 21. Wisata olahraga (sport tourism)


tourism), contoh: ground zero
World Trade Centre, ground
zero Legian Bali, Merapi pasca
letusan;

10. Wisata ekologi 22. Wisata kota (urban tourism);


(ecotourism/wild tourism) dan
11. Wisata pendidikan (educational 23. Wisata relawan (volunteer
tourism tourism).
12. Wisata ekstrim-menantang
bahaya (extreme tourism),
contoh: bercanda dengan hiu,
bercanda dengan buaya

H. Peter Gray (1970), mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan


untuk bersenang-senang (pleasure travel) adalah:
 Faktor haus akan sinar (sunlust), dimaksudkan sebagai sifat-sifatyang mendasar pada tabiat
manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi meninggalkan sesuatu yang sudah
biasa dilihat dan dirasakan, untuk melihat suatu daerah atau kebudayaan baru yang
berbeda. Jadi ini adalah funsi dari karakter manusia.
 Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung pada adanya hal-
hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan lebih baik untuk tujuan tertentu
dibandingkan dengan yang ada ditempat sendiri, seperti liburan musim dingin di Florida,
Hawaii atau Caribia oleh orang-orang Canada dan orang-orang yang berasal dari Amerika
Serikat sebelah Utara. Hal diatas sangat penting terutama bagi negara yang menerima
wisatawan tersebut, khususnya dalam pembuatan rencana yang sesuai bagi pembangunan
industri pariwisata, dimana kita harus mengetahui apa yang diharapkan oleh para
wisatawan potensial tersebut dan apa yang lebih disenanginya dan lain sebagainya.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005) mengemukakan bahwa hasrat ingin tahu dan
jiwa petualangan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia merupakan
dorongan terhadap kita untuk melakukan perjalanan kemana saja yang ingin kita lintasi
dan nikmati obyek wisatanya meskipun sampai ke negeri orang. Selain hal tersebut ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab untuk melakukan perjalanan wisata yaitu:
 Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/rusak, lingkungan tempat
tinggal yang bising dan kotor, ataupun pemandangan yang membosankan.
 Kondisi sosial budaya
Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan yang rutin dalam
masyarakat sekitar, terlalu banyak kerja, adanya perbedaan sosial antar
anggota masyarakat dan lain-lain yang sering menjadi alasan untuk pergi ke
tempat-tempat yang kondisinya lebih baik dan menyenangkan.
 Kondisi ekonomi
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari, tingkat daya
beli yang tinggi, banyaknya waktu luang serta relatif rendahnya ongkos
angkutan, juga akan mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan
wisata.
 Pengaruh kegiatan pariwisata
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandangan
tentang nilai lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial masyarakat
dapat mendorong kegiatan wisata.

1.5 PEMASARAN PARIWISATA

Pemasaran daerah tujuan wisata yaitu keseluruhan usaha untuk mengenali daerah
tujuan wisata dari segi produknya baik yang tagiable atau intangiable, mengenali identitas
wisatawan yang mempunyai waktu dan uang serta keinginan untuk berwisata, dan mencari
cara terbaik untuk menyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata
tersebut. Tujuan pemasaran pariwisata yaitu agar dapat menyakinkan wisatawan agar rata-
rata tinggal lebih lama, membuat jumlah pengeluaran perkapita wisatawan semakin besar,
dan quality tourism agar sasaran wisatawannya dengan belanja yang sangat besar dan repeat
guest. Cara untuk pemasaran daerah tujuan wisata memerlukan kerjasama dengan berbagai
pihak seperti: pemerintah (kementerian), travel, hotel, jasa transportasi, dll. Tujuan kerjasama
tersebut yaitu untuk memperoleh data-data statistik wisatawan seperti rata-rata lama tinggal,
rata-rata pengeluaran, jumlah kunjungan wisatawan, dan waktu-waktu tertentu wisatawan
dating ke daerah tujuan wisata (peak season dan off season). Realisasi kedatangan wisman ke
Indonesia menunjukan bahwa jumlah wisman yang datang paling banyak pada bulan Agustus
dan Desember (peak season) sedangkan bulan Maret, April, dan Mei merupakan bulan sepi
kunjungan (off season). Hal ini dapat dimengerti karena pada bulan Agustus dan Desember,
wisman memperoleh hak menikmati liburan atau hak cuti dari tempat kerjanya, dan
bersamaan liburan natal dan tahun baru. Cara lain pemasaran daerah tujuan wisata yaitu dapat
mengundang penulis atau wartawan pariwisata asing dengan tujuan agar penulis atau
wartawan tersebut menulis atau meliput hasil kunjunganya didaerah tujuan wisata. Penentuan
posisi pasar penting bagi wisatawan dalam memperoleh gambaran yang jelas tentang produk
wisata, kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tarif kamar hotel, dan kondisi
keamanan daerah tujuan wisata.
Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix masih
berlaku. marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya mempertemukan antara
penawaran dan permintaan pasar. Stanley dalam (Spillance, 1989), seorang konsultan Pasific
Asia Travel Association (PATA) membagi unsur marketing mix dalam pariwisata menjadi:

1. Product mix
Product mix sangat erat kaitannya dengan customer solution dan customer
cost.Customer solution mencakup produk wisata apa yang ditawarkan oleh destinasi
pariwisata. Atau dengan kata lain, produk wisata yang ditawarkan ini hendaknya merupakan
solusi yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan oleh target pelanggan. Contohnya
wisatawan yang memerlukan jasa objek wisata dan sarana wisata tertentu. Sarana wisata
yaitu sarana sosial ekonomi secara keseluruhan atau sebagian menghasilkan jasa atau
produk yang diperlukan oleh wisatawan seperti restoran, hotel, dll.
Lalu, dari sisi customer cost, yang mencakup segala sesuatu yang dikeluarkan atau
dibayarkan oleh pelanggan untuk mengkonsumsi suatu penawaran destinasi pariwisata
secara keseluruhan (total). Adapun dimensi dari korbanan menurut Kotler dan Keller
(2016) terdiri dari moneter, waktu, energi, dan psikis.
Prinsip yang perlu dipahami oleh pemasar destinasi pariwisata dalam mengelola
korbanan pelanggan adalah bagaimana korbanan yang diperoleh oleh pelanggan dapat
terasa lebih murah dibandingkan dengan keuntungan yang mereka dapatkan dari
mengkonsumsi produk wisata di destinasi itu sendiri atau biasa disebut dengan lower
relative cost.

2.Distribution mix
Distribution mix berperan penting dalam membawa wisatawan pada produk wisata
yang ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi darat, laut, udara yang
melibatkan perusahaan-perusahaan jasa transportasi tersebut, biro perjalanan, dan guide.
Kunci penting distribution mix yaitu bagaimana agar wisatawan memperoleh kepuasan saat
mengkonsumsi produk wisata.

3. Communication mix
Communication mix bertujuan mengenalkan, mendorong, dan menarik wisatawan
untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Ada beberapa pendekatan communication
mix, yaitu:
a) Sales promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada wisatawan
memalui media umum, e-commerce, biro perjalanan, dan hubungan langsung dengan
wisatawan.
b) Image promotion
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara halus untuk
memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui kunjungan perkenalan
juru foto spesialis, penulis atau wartawan pariwisata, melalui majalah, dll.
c) Pelatihan dan penyuluhan staf-staf organisasi yang terkait pada matarantai kegiatan
pariwisata
d) Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasa surat-menyurat, dan
hubungan korespondensi melalui alat komunikasi.

4.Service mix
Service mix berkaitan dengan convenience. Convenience yaitu cara destinasi
pariwisata memberikan kenyamanan kepada target pelanggan untuk melakukan pembelian
atau kunjungan ke destinasi pariwisata, atau dengan kata lain bagaimana cara destinasi
pariwisata memberikan pilihan yang terbaik kepada target pelanggan untuk melakukan
pembelian atau kunjungan ke destinasi pariwisata.Kegiatan dalam service mix merupakan
kebijakan pemerintah untuk memperlancar perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti
kebijakan visa dan ketentuan bea cukai.

1.6 ASPEK EKONOMI PARIWISATA

Berkembangnya industri pariwisata di suatu daerah akan membuat sektor-sektor


lainnya juga ikut berkembang seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dll karena
produk atau jasanya dibutuhkan untuk menunjang industri pariwisata.
Menurut Tambunan (1999), industri pariwisata dapat menjadi sumber Pendapatan
Asli Daerah (PAD), industri pariwisata yang menjadi sumber PAD adalah industri pariwisata
milik masyarakat daerah (community tourism development) atau CTD. Dengan
pengembangan CTD, pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan
beragam restribusi yang bersifat legal. Pilar ekonomi CTD dalam meningkatkan PAD dapat
dilihat dari usaha pemerintah daerah dalam melakukan pungutan dan restribusi resmi dari
kegiatan industri yang bersifat multisektoral, yang meliputi usaha perhotelan, restoran, usaha
wisata, usaha perjalanan wisata, professional convention organizer, pendidikan formal dan
informal, pelatihan dan transportasi.

Sebagai contoh, keberadaan sebuah hotel disuatu daerah kabupaten atau kota akan
menjadi sumber PAD bagi kabupaten atau kota dari penerimaan:
1. Pajak daerah (berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak
minuman berakhohol).
2. Restribusi daerah (berupa uang sepadan reklame, restribusi kebersihan, uang sewa
tanah/bangunan, restribusi izin mendirikan bangunan, dan restribusi parkir).
3. Laba BUMD (berupa penggunaan jasa bank pemerintah daerah, PD bank pasar, dan PD
air minum).
4. Bagi hasil pajak (berupa bagi hasil pajak bumi dan bangunan, bagi hasil bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pasal 25, 29, dan pph pasal
21).
5. Bukan pajak (berupa pemberian hak atas tanah pemerintah).

Bagi provinsi, keberadaan hotel yang ada didaerahnya akan menjadi sumber PAD dari
penerimaan:
1. Pajak provinsi (berupa pajak air bawah tanah, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan
pajak kendaraan bermotor).
2. Restribusi provinsi (berupa restribusi pemakaian tanah dan bangunan).
3. Laba BUMD provinsi (berupa penggunaan jasa bank BPD)
4. Bagi hasil pajak provinsi (berupa bagi hasil bumi dan bangunan, bagi hasil bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak pph pasal 25, 29 dan 21).

1.7 DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA


Menurut, Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005), manfaat dan keuntungan dalam
pembangunan dan pengembangan pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan
baik adalah:
1) Manfaat ekonomi (kesejahteraan)
Meningkatnya arus wisatawan baik nusantara atau mancanegara ke suatu daerah
menuntut macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan
ragamnya. Hal ini memberi manfaat ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun
pemerintah setempat, seperti:
a. Penerimaan devisa akan meningkat.
b. Kesempatan berusaha yang semakin lama.
c. Terbukanya lapangan kerja baru disekitar daerah wisata.
d. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah.
e. Mendorong perkembangan masyarakat dan pemerintah.

2) Manfaat sosial budaya


a. Adanya upaya pelestarian budaya dan adat istiadat dari masyarakat.
b. Meningkatkan kecerdasan masyarakat karena adanya persaingan.
c. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani.
d. Mengurangi konflik sosial karena meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

3) Manfaat dalam berbangsa dan bernegara


a. Mempererat persatuan dan kesatuan antar daerah.
b. Menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan mempertahankan
negara yang berujung pada tumbuh rasa cinta terhadap tanah air.
c. Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata.
4) Manfaat bagi lingkungan
Pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar dapat
memenuhikeinginan wisatawan, seperti hidup tenang, bersih, jauh dari polusi, santai,
dapat mengembalikan kesehatan fisik maupun mental. Dengan demikian
pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan
lingkungan, disamping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari
lingkungan yang ada.

Dampak-dampak yang tidak diinginkan (negatif) karena berkembangnya kepariwisataaan di


suatu daerah, dapat menyangkut segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun lingkungan,
seperti:
1. Harga-harga barang atau jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya pengunjung.
Wisatawan selalu dianggap membawa uang banyak sehingga harga tanah naik atau ikut
naik harganya akibat sarana dan fasilitas seperti pembangunan hotel dan lain-lain.
2. Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak sesuai
dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri.
3. Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk
melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti pemerasan, perjudian, pencurian, pengedaran
barang-barang terlarang dan lain-lain.
4. Terjadinya pengrusakan lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan sarana
pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Dodik. M.M Ratna Sari.,dan A.A.G.P. Widanaputra. (2018). AKUNTANSI


PERHOTELAN (Pendekatan Sistem Infomasi Berbasis Usali). PT. NASYA
EXPANDING MANAGEMENT Yogyakarta: Graha Ilmu.

Faizarteta. (2020). Pengertian Industri Pariwisata, Ciri-Ciri, Ruang Lingkup dan


Contohnya. Terdapat pada : https://www.infoteknikindustri.com/2020/11/pengertian-
industri-pariwisata.html?m=1 diakses pad a 13 September 2023

Rani P.Fitria, dkk. (2020). HUBUNGAN MOTIVASI, KEGIATAN DAN KARAKTER


TEMPAT WISATA PADA PUSAKA SAUJANA IMOGIRI YOGYAKARTA. UMPA
Volume 6, Nomor 2, Januari 2020. 56605-1153-137668-1-10-20200121.pdf diakses pada 13
September 2023.

Anda mungkin juga menyukai