Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK PEMBANGUNAN PESISIR PANTAI TERHADAP KONDISI SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN MUARAREJA


KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL

Muhamad Rijal Pamungkas


Fakultas Ekonomi Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap
mr.pamungkas84@gmail.com

Abstract
This research aims to find out the impact of coastal development on the socio-economic
conditions of fishing communities in Muarareja Village, West Tegal District, Tegal City. This
research produces findings that coastal development activities have an impact on changes in the
socio-economic conditions of fishing communities, including: Coastal development encourages
an increase in the income of the Muarareja fishing community, which is generally below the
poverty line. This condition has implications for socio-economic changes in fishing communities
for the better, improving housing conditions, improving public health conditions, environmental
cleanliness, marine product production and distribution network systems, opening up fishing
business opportunities, as well as modernization of the fishing system. Obstacles for fishermen in
improving their economic level are low levels of education and training, lack of production
equipment, profit sharing systems, as well as marketing factors and fish prices. Marketing
factors in this location can be relatively resolved with good transportation routes, many fish
drying businesses, and the use of small fish as shrimp feed.

Keywords: Development impacts, coastal areas, production and distribution, fisheries systems

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak pembangunan pesisir pantai
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kelurahan Muarareja Kecamatan
Tegal Barat Kota Tegal. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa kegiatan pembangunan
pesisir pantai berdampak pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan yang
meliputi: Pembangunan pesisir pantai mendorong terjadinya peningkatan pendapatan
masyarakat nelayan Muarareja yang pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Kondisi
ini berimplikasi pada terjadinya perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan ke arah yang
lebih baik, perbaikan kondisi perumahan, semakin membaiknya kondisi kesehatan
masyarakat, kebersihan lingkungan, sistem jaringan produksi dan distribusi hasil laut, terbuka
peluang usaha perikanan, serta terjadinya modernisasi pada sistem penangkapan ikan.
Hambatan nelayan dalam memperbaiki taraf ekonominya adalah tingkat pendidikan dan
pelatihan yang rendah, kurangnya alat produksi, sistem bagi hasil, serta faktor pemasaran dan
harga ikan. Faktor pemasaran di lokasi ini relatif dapat teratasi dengan baiknya jalur
transportasi, banyaknya usaha pengeringan ikan, dan dimanfaatkannya ikan kecil sebagai pakan
udang.

Kata Kunci: Dampak pembangunan, Pesisir Pantai, Produksi dan Distribusi, Sistem Perikanan
Pendahuluan secara permanen dengan segala
Secara etis-normatif cita-cita yang ingin infrastrukturnya untuk menunjang
dicapai oleh Negara Republik Indonesia kehidupan para nelayan. Berkaitan dengan
adalah mewujudkan suatu tatanan uraian tersebut di atas maka
masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pembangunan komunitas nelayan
upaya mencapai cita-cita tersebut diharapkan mampu memperbaiki kondisi
diperlukan pembangunan yang merata dan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya,
berkesinambungan. Pada dasarnya, utamanya nelayan.
pembangunan adalah proses inovasi yang
terus menerus dan berkesinambungan Paradigma Pembangunan
sebagai titik sentral menuju tujuan
Dalam berbagai literatur dikenal
pembangunan yang ingin dicapai. Proses
berbagai paradigma pembagunan, mulai
pembangunan yang sedang digalakkan
dari paradigma pembangunan yang
sifatnya dinamis yang seyogyanya
bersifat klasik sampai kepada paradigma
mengaktifkan masyarakat.
pembangunan yang bersifat modern.
Dalam GBHN, arah dan kebijakan Namun dalam tulisan ini ada 3
pembangunan nasional secara jelas paradigma pembangunan yang akan
merumuskan bahwa tujuan akhir dari dideskripsikan, yaitu; paradigma
serangkaian proses pembangunan yang pertumbuhan, paradigma pemerataan dan
dilakukan adalah untuk mencapai pemenuhan kebutuhasn pokok dan
kesejahteraan lahir dan batin, adil dan paradigma pembangunan yang berpusat
merata, termasuk terpenuhinya rasa aman, pada manusia.
tenteram dan terciptanya kebebasan
mengeluarkan pendapat. Oleh karena itu, 1. Paradigma Pertumbuhan
dalam pembangunan yang berkeadilan Sebagai bangsa yang sedang membangun,
setiap masyarakat berhak memperoleh Indonesia banyak memakai paradigma
kesempatan berpartisipasi dan menikmati pertumbuhan ini, karena didominasi oleh
hasil pembangunan serta prestasi setiap pemikiran pentingnya pertumbuhan
individu secara adil sesuai dengan nilai- ekonomi dalam mengejar ketertinggalan
nilai kemanusiaan. (Kartasasmita, 1996: 50). Paradigma
Untuk itu, pelaksanaan pembangunan pembangunan ini pada esensinya adalah
yang sedang berjalan diarahkan secara suatu konsep permbangunan yang banyak
langsung pada pemberdayaan dan bertumpu pada upaya penciptaan
peningkatan produktifitas masyarakat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
berpenghasilan rendah melalui penyediaan sebagai suatu indikator utama
infrastruktur pemenuhan kebutuhan keberhasilan pembangunnan tanpa melihat
dasar “basic need” berupa papan, apakah hasil pembangunan yang telah
sandang, dan pangan. Untuk kearah ini dicapai dinikmati oleh masyarakat secara
perlu disiapkan peluang yang sama bagi keseluruhan atau hanya golongan tertentu
setiap anggota masyarakat yang saja.
berpenghasilan rendah untuk melakukan
aktifitas sosial ekonomi guna 2. Paradigma Pembangunan
meningkatkan income perkapita mereka. Pemerataan dan Pemenuhan
Kebutuhan Pokok
Kelurahan Muarareja Kota Tegal
merupakan sebuah wilayah yang Menurut Adelman sebagaimana yang
mayoritas penduduknya berpencaharian dikutif oleh Kartasasmita, 1996:50)
nelayan. Oleh karena itu, dalam rangka bahwa, melihat kegagalan yang
mengangkat dan memperbaiki kondisi ditimbulkan oleh “growth paradigma”
sosial ekonomi masyarakatnya, maka muncullah gagasan bahwa
pemerintah Kota Tegal membuat pertumbuhan haruslah beriringan dengan
kebijakan pembangunan pesisir pantai pemerataan, kesempatan dan pembagian
hasil-hasil pembangunan. Hanya dengan adalah perubahan yang menimbulkan
demikian mereka yang miskin, tertinggal kerugian bagi kehidupan manusia.
dan tidak produktif akan menjadi
Selanjutnya, dampak primer mencakup
produktif. Strategi yang demikian dikenal
atau meliputi dampak terhadap pola
dengan “redistribution with growth”.
produksi, tingkat pendapatan,
Paradigma tersebut sesungguhnya adalah penguasaan alat produksi, penguasaan
suatu stratergi pembangunan yang lahan, tenaga kerja, teknologi, modal
senantiasa berorientasi pada pemerataan kegiatan perekonomian masyarakat,
dan pemenuhan kebutuhan pokok, sarana dan parasarana transportasi, pola
mengutamakan indikator sosial, misalnya; konsumsi barang dan jasa, perumahan,
pendidikan, kesehatan, perumahan dan kesehatan dan pendidikan. Dampak
pelayanan sosial, lingkungan dan lembaga sekunder diartikan sebagai dampak
masyarakat. Dari teori tersebut di atas, pembangunan terhadap sistem sosial
dapat dikemukakan variabel yang masyarakat sebagai akibat tindak lanjut
menjadi rujukan dalam mengukur dari adanya dampak primer. Dampak
tingkat pemerataan dan kebuituhan sekunder meliputi dampak terhadap
pokok dalam pembangunan, yaitu : organisasi tradisional, kelompok tani,
a. Variabel ketenagakerjaan dengan lembaga pendidikan, lembaga reboisasi,
indikatornya, luas lapangan kerja, kerja bakti dsb.
kesempatan kerja, tingkat pengangguran
Untuk mengetahui apakah suatu proyek
yang terjadi di daklam masyarakat.
pembangunan mempunyai dampak, maka
b. Variabel kemiskinan indikatornya, aset harus diadakan evaluasi, karena itu
dan akses produktif, tingkat pendapatan, Casley, DJ (1991: 45) menerangkan
pendidikan, kesehatan dan gizi, bahwa dalam rangka mengevaluasi
perumahan, air bersih, peningkatan pembangunan dari suatu proyek utama,
standar hidup, keterlibatan masyarakat proyek pertanian maka ada tiga tahap
dalam perencanaan pengambilan evaluasi yaitu eveluasi dampak
keputusan. pembangunan, evaluasi pertenganhan
dilihat untuk memperbaiki kekurangan
Dampak Pembangunan dan kelemahan yang terjadi, dan evaluasi
akhir dilakukan untuk menilai sejauh
Menurut Handoyo (1985), sebagaimana mana pencapaian sasaran dan pengruhnya
yang dikutif oleh Murtola bahwa bila kita secara langsung terhadap kehidupan
berbicara tentang dampak, maka tidak masyarakat, kemudian jenis evaluasi pasca
terlepas dari dampak yang bersifat primer evaluasi, hal ini dimaksudkan untuk
dan bersifat sekunder. Dampak yang menilai dampak dari proyek tersebut yang
bersifat primer adalah perubahan melipiuti peran serta masyarakat dalam
lingkungan yang disebabkan secara pembangunan, pendapatan dan standar
langsung oleh suatu kegiatan hidup, komsumsi gizi keluarga, status dan
pembangunan sedangkan dampak peran wanita, kondisi lingkungan hidup.
sekunder adalah sesuatu perubahan Oleh karena itu, yang menjadi indikator
lingkungan yang secara tidak langsung penilaian dampak pembangunan meliputi
dari suatu kegiatan pembangunan hal:
(Murtola, 1996:4).
a. Meliputi pendapatan keluarga.
Sebagai suatau dampak pembangunan, b. Kondisi mutu perumahan yang
baik yang bersifat primer maupun cukup luas, jenis konstruksi, jumlah
sekunder akan terjadi dampak positif kamar, fasilitas air minum.
maupun negetif. Dampak positif adalah c. Berat bayi waktu lahir, dan tingkat
suatu perubahan lingkungan yang moralitas anak baru lahir.
menimbulkan keuntungan, kesejahteraan d. Jumlah organisasi masyarakat yang
masyarakat, sedangkan yang negatif baru dibentuk.
e. Fasilitas masyarakat dalam organisasi b) Kebutuhan untuk mencapai
yang ada. kesejahteraan umum dan
f. Peran serta kaum wanita dalam memperbaiki kemampuan
menunjang pendapatan keluarga yang individu, untuk memproduksi dalam
meliputi, tidak bekerja, punya memenuhi kesejahteraan, misalnya,
pekerjaan tetap, bekerja sambilan kesehatan, pendidikan, transportasi,
dan wanita pengasuh. komunikasi, lembaga politik dan
g. Faktor kerusakan lingkungan hidup. lain-lain,
Dari ilustrasi tersebut di atas, aktifitas c) Kebutuhan untuk memperbaiki
pembangunan akan berdampak pada jalur kehidupan demi peningkatan
kondisi sosisla ekonomi masyarakat kesejahteraan seperti sumberdaya,
meliputi: modal, kesempatan kerja dan
1. Stratifikasi sosial pendapatan, dan
Bila kegiatan pembangunan d) Kebutuhan untuk memperoleh rasa
dilaksanakan dalam suatu komunitas, aman dan kebebasan untuk
cepat atau lambat akan berdampak mengambil keputusan, seperti hak
pada perubahan stratifikasi sosial asasi manusia, partisipasi politik
masyarakat itu sendiri sebagai suatu dan aturan hukum.
elemen sosial yang inheren dalam Selain kebutuhan primer berupa
masyarakat. sandang, pangan dan papan, manusia
Dalam mencermati kondisi sosial, juga memerlukan kebutuhan lain yang
khususnya di daerah pedesaan, maka dikenal dengan kebutuhan sekunder,
ada beberapa pendekatan yang dapat seperti pendidikan, kesehatan,
digunakan, yaitu pendekatan Marxis kebersihan, upacara adat dan hiburan.
Stratifikasi sosial ditentukan oleh faktor
kepemilikan dan non kepemilikan Karakteristik Masyarakat Nelayan
dalam proses produksi (dalam hal ini Masyarakat nelayan pada umumnya
modal), sehingga stratifikasi sosial tinggal di daerah pesisir, sedangkan
dipahami sebagai kelompok sosial yang masyarakat pesisir adalah kelompok
diorganisasikan oleh bentuk-bentuk manusia yang hidup, bekerjasama disuatu
kepemilikan modal. Ini berarti orang daerah tertentu yang disebut pantai. Selain
yang memiliki modal memiliki itu masyarakat nelauyan menjadikan laut
stratifikasi sosial “Atas” dan yang tidak sebagai tempat mata pencaharian pokok
memiliki modal berada pada stratifikasi sebagai penangkap ikan atau hasil laut
sosial bawah (Sauderson, 1995:267). lainnya disebut nelayan.
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Masyarakat nelayan dibedakan dalam dua
kelompok besar yang menghasilkan ikan,
Ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat
yaitu masyarakat yang membudidayakan
adalah sejauh mana mereka dapat
ikan, kedua masyarakat yang langsung
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
menangkap ikan. Namun kedua kelompok
hari. Dari ukuran terasebut diketahui
ini sama-sama menghasilkan ikan, tetapi
bahwa apakah masyarakat tertentu berada
pola kerja berbeda. Menurut Pollanc,
di bawah atau di atas garis kemiskinan.
sebagaimana yang dikutif oleh Cernea
Tingkat kesejahteraan masyarakat
(1988:24) bahwa pola kerja budidaya ikan
sejauhmana dapat memenuhi kebutuhan
lebih menyerupai pertanian atau
dasarnya. Kebutuhan dasar itu dapat
peternakan, sehingga system kerjanya
dikelompokkan ke dalam 4 kelompok;
lebih kompleks. Karena itu mereka harus
a) Kebutuhan dasar yang harus selalu dikontrol, pengaturan air yang baik,
dipenuhi oleh setiap orang atau pengelolaannya mengetahui dimana ikan
keluarga misalnya, sandang, pangan kapan ikan dipanen, hasilnya kurang lebih
dan papan, dapat diperkirakan (Cernea, 1988:24).
Kemudian penangkap ikan di laut, itu teknologi, modal dan kelembagaan
tergolong liar “bebas” dan berpindah- penunjang lainnya.
pindah dari suatu tempat ke tempat yang d. Peningkatan kelembagaan
lain, sesuai dengan kehendak dan agrobisnis termasuk pasca panen
kemampuannya masing-masing. dan pemasaran.
e. Pengadaan sarana dan prasarana
Kebijakan Pembangunan Masyarakat penunjang.
Pantai dan Nelayan f. Pertumbuhan dan pengembangan
kelembagaan kelompok usaha
Pada hakikatnya masyarakat yang tinggal bersama melalui koperasi dan
di pesisir pantai merupakan salah satu kemitraan dengan pihak swasta.
tulang punggung pembangunan nasional,
dan bahkan di pedesaan mempunyai aset
yang besar, mempunyai potensi ekonomi 2. Usaha Bantuan Langsung dan
yang banyak, baik dari segi penawaran Penyuluhan
produksi, terutama tenaga kerja, maupun a. Bantuan Pembinaan dan Penyuluhan
permintaan akan hasil di luar sektor Kebijakasanaan pemerintah untuk
perikanan atau pertanian (Katjono, mengembangkan perikanan laut melalui
1984:26). proyek-proyek APBN dan APBD telah
Namun demikian, walau mereka dilakukan melalui kegiatan pembinaan
mempunyai potensi yang sangat besar dan penyuluhan hukum.
bukan berarti rakyat dan masyarakatnya Ujung tombak bagi pembinaan dan
sudah mencapai taraf kemakmuran dan penyuluhan adalah PPL yang berada di
kesejahteraan seperti diinginkan. Kondisi Daerah TK II (Kota) untuk
realistis ini memaksa para pengambil meningkatkan kualitas. Para nelayan
kebijakan untuk mengambil langkah harus dibekali ilmu pengetahuan dan
strategis yang lebih progresip dan teknologi di bidang penangkapan ikan.
dinamis dalam mempercepat proses Bagi nelayan, upaya peningkatan
pembebasan masyarakat pedesaan atau kualitas terus dilakukan melalui
nelayan dari kungkungan, belenggu pelatihan penangkapan ikan, latihan juru
kemiskinan, kebodohan, dan mudi, magang pada beberapa
keterbelakangan. perusahaan. Kebijaksanaan pemerintah
Pemerintah dalam pembangunan terhadap upaya peningkatan kemampuan
masyarakat pantai atau nelayan tidak masyarakat nelayan dan masyarakat
pernah bersikap diam, berbagai upaya dan pesisir pantai terutama dalam
kebijaksanaan telah ditempuh dengan meningkatkan produktivitas nelayan
sungguh-sungguh hal itu dapat dilihat tertuang dalam beberapa peraturan atau
pada gerakan yang dilakukan oleh regulasi yaitu:
pemerintah, seperti: 1) Peraturan pemerintah RI No. 15
1. Gerakan Pembangunan Perikanan 1990 tentang usaha perikanan.
2) Petunjuk operasional (PO) proyek
Gerakan pembangunan perikanan ini peningkatan produksi perikanan dari
dilaksanakan dengan prinsip terfokus Direktur Jenderal Perikanan tanggal
terpadu dan berkelanjutan dengan 17 Maret 1993.
kegiatan antara lain: Dengan pandangan tersebut di atas dapat
a. Pengembangan komoditas melalui ditarik kesimpulan bahwa pembangunan
bantuan pengadaan paket teknologi masyarakat nelayan kita harus
dan jika perlu paket batuan sarana langsung menyentuh akar
produksi. permasalahannya dengan tetap
b. Pembangunan sumber daya memperhatikan kondisi dan karakternya,
manusia termasuk petani nelayan karena itu mereka harus bersifat praktis,
dan aparatur. masyarakat diberitahukan tentang cara
c. Peningkatan aksebilitas terhadap yang benar dan dekat dengan
pengalamannya serta pengertian mereka menjadi indikator pelapisan sosial di
tentang sesuatu hal. kalangan masyarakat nelayan.
Meskipun sudah ditempuh berbagai
Dalam kenyataannya, punggawa
macam kebijakan dan berbagai bantuan
adalah pemilik sepenuhnya dari
yang disumbangkan pemerintah, namun
perahu dan peralatan tangkap yang
kondisi sosial-ekonomi masyarakat
digunakan dalam kelompok nelayan
nelayan tetap tidak mengalami
modern, mereka yang memiliki
perubahan dan kemajuan yang berarti.
perahu (motor, layar, dayung)
Kondisi ini disebabkan oleh faktor
purse-saine sedangkan nelayan hanya
internal dan eksternal dari nelayan itu
mengandalkan, menyumbangkan
sendiri yang meliputi:
tenaganya dalam kegiatan produksi
a) Rendahnya tingkat pendidikan
sehingga ia mendapatkan bagian
Pendidikan merupakan cara untuk
yang kecil. Nelayan ada yang
menyelamatkan diri dari kemiskinan.
memiliki peralatan, tetapi itu, berupa
Dalam banyak kenyataan pendidikan
pancing yang dipakai pada saat
mampu meningkatkan tarap hidup
perahu tidak beroperasi.
seseorang. Titik singgung antara
pendidikan dengan pertumbuhan Kesederhanaan pemilik dan
ekonomi ialah produktivitas kerja, penggunaan alat tangkap ikan oleh
dengan suatu asumsi, semakin tinggi nelayan ini merupakan kendala
tingkat pendidikan, semakin tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan
produktivitas kerja dan berpengaruh mereka, khususnya bilamana
pada pendapatan serta pertumbuhan berhadapan dengan nelayan besar
ekonomi suatu masyarakat. yang mempunyai alat tangkap dan
Kerangka pemikiran tersebut perakitan yang lebih canggih dan
mendasarkan diri pada teori “Human modern (Mubyarto, 1988:37).
Capital”, teori ini menjelaskan c) Sistem Bagi Hasil
bahwa pendidikan memiliki Kemiskinan pada masyarakat
pengaruh terhadap pendapatan dan nelayan cenderung lebih struktur
pertumbuhan ekonomi, karena dari masyarakat lainnuya. Kondisi
pendidikan berperan dalam struktur ini dicirikan oleh
meningkatkan produktivitas ketidakmampuan nelayan untuk
perorangan. Jadi setiap orang meraih peluang sosial-ekonomi yang
memiliki penghasilan yang lebih ada di masyarakat secara lebih baik
tinggi karena ditunjang oleh di mana mereka hidup berkelompok.
pendidikan yang baik (tinggi), maka
Sistem pembagian hasil merupakan
dengan pendidikan yang baik
salah satu elemen struktur
pendapatan masyarakat dapat
masyarakat, yang menekan
ditingkatkan.
masyarakat nelayan. System bagi
b) Penguasaan Perahu dan Alat hasil yang ada, baik di bidang
Tangkap. perikanan lebih banyak merugikan
Bagi masyarakat nelayan, perahu pihak pekerja yang tidak memiliki
atau alat tangkap ikan merupakan modal atau alat penangkap ikan,
suatu indikator produksi dan selain itu mereka cenderung
pendapatan mereka, kedudukan dan mengikat buruh “sawi” secara turun
keberadaannya sama dengan tanah temurun. Dengan berbagai macam
pada masyarakat petani. Semakin pembagian yang diterapkan oleh
kompleks dan banyak alat produksi punggawa seperti, bagian alat, bagian
yang dikuasai, maka semakin tinggi biaya produksi (operasional), bagian
tingkat produksi dan pendapatan pemilik perahu, bagian untuk mesin,
yang akan diperoleh, sekaligus bagian untuk lampu dan sebagainya
(Abustam, 1994:10). untuk senantiasa bergerak lebih dinamis
d) Pasar dan keluar dari segala keadaan yang
bersifat tradisional dan terbelakang, maka
Persoalan pasar merupakan salah
dalam kondisi seperti ini masyarakat akan
satu elemen yang sangat mendasar
mengalami perubahan sosial yang meliputi,
dalam hal produksi bagi masyarakat
stratifikasi sosial akan bergeser, organisasi
nelayan. Faktor pemasaran sangat
sosial akan berubah, kesempatan kerja
penting keberadaannya, mengingat
akan tercipta, yang pada akhirnya akan
daya tahan ikan hasil tangkapan
menimbulkan jarak sosial dan pola
nelayan sebagai barang dagangan
hubungan kerja yang efisien. Pelaksanaan
yang “hidup”. Ikan biasanya tidak
program pembangunan masyarakat di
bisa disimpan lama sebagaimana
pesisir pantai, memang diharapkan dapat
barang dagangan lainnya. Kondisi
menjangkau masyarakat yang kondisi
ikan mirip dengan kondisi buah, ikan
sosial- ekonominya masih dalam keadaan
rentang daya tahannya, begitu
relatif rendah dan sulit untuk memenuhi
pendek dan bila tidak segera
syarat kelayakan dan kesejahteraan hidup.
dijual, maka ikan akan menjadi
Suatu kegiatan pembangunan yang
busuk dan karenanya harga ikan
berdampak positif ialah yang dapat
akan turun secara drastis. Kondisi meningkatkan taraf hidup masyarakat atau
pasar yang berbentuk “oliposoni” memajukan masyarakat yang meliputi
dimana jumlah penjual lebih banyak
tingkat pendapatan meningkat, derajat
dari pada jumlah pembeli. Posisi
kesehatan semakin membaik, lingkungan
pedagang ikan pada umumnya jauh
hidup lebih bersih, kondisi perumahan
di atas angin, karenanya mampu sudah layak huni dan sebagainya.
mempermainkan harga yang Dengan terpenuhinya variabel sosial-
menguntungkan dirinya sendiri. ekonomi tersebut, maka masyarakat akan
mengalami kestabilan hidup dan merasa
aman sehingga sasaran dan tujuan dari
Kerangka Pemikiran
suatu aktivitas pembangunan dapat
Pembangunan merupakan salah satu tercapai yaitu kesejahteraan masyarakat.
aktivitas kemanusiaan, serta memuat Bagan kerangka pemikiran yang dibangun
proses perubahan secara bertahap dan adalah:
berkesinambungan. Ini berarti ada
dinamisdasi dalam penerapannya, tetapi Kondisi masyarakat
bukan berarti tanpa arah dan tujuan yang SEBELUM pembangunan
jelas, oleh sebab itu kegiatan
pembangunan harus membawa perubahan
yang positif bagi kehidupan sosial
PEMBANGUNAN
ekonomi masyarakat setempat dimana PESISIR PANTAI
pembangunan itu dilaksanakan.
Pembangunan sebagai kegiatan untuk
mengubah kondisi yang lebih baik yang
menyangkut sikap, pola pikir, perilaku Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan
dari kehidupan sosial ekonomi suatu
masyarakat melalui reformasi,  Tingkat Pendapatan
rekonstruksi tatanan social atau dengan  Kondisi Perumahan
kata lain pembangunan adalah perubahan  Kondisi Kesehatan
dari tradisional ke arah kemajuan.  Kondisi Lingkungan
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka  Jaringan Produksi & Distribusi
dengan melalui pembangunan yang sedang  Kesempatan Kerja
digalakkan, masyarakat akan mengalami  Jarak Sosial dan Pola
kemajuan dan mampu memberdayakan diri Hubungan Kerja
 Sistem Penangkapan

Kondisi masyarakat
SESUDAH pembangunan
Hipotesis kondisi sosial ekonomi masyarakat
1. Pembangunan pesisir pantai nelayan yang meliputi:
berdampak pada perubahan sosial- a. Pembangunan pesisir pantai
ekonomi masyarakat nelayan mendorong terjadinya
2. Hambatan yang dialami nelayan dalam peningkatan pendapatan
meningkatkan kondisi social- masyarakat nelayan punggawa-
ekonominya yaitu tingkat pendidikan sawi yang pada umumnya berada
yang rendah, kurangnya alat produksi, di atas kategori tinggi.
system pembagian hasil, faktor b. Seiring dengan membaiknya
pemasaran/harga ikan. pendapatan nelayan akibat
adanya pembangunan di pesisir,
Penelitian ini adalah survey yang ternyata mendorong terjadinya
dilakukan pada masyarakat nelayan untuk perubahan. Kondisi perumahan
melihat dampak pembangunan pesisir nelayan yang pada umumnya
pantai terhadap kondisi sosial ekonomi rumah permanen.
masyarakat serta perubahan yang terjadi c. Dengan adanya pembangunan
di dalamnya. fasilitas kesehatan berupa
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Puskesmas di lokasi ini,
Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota berdampak pada semakin
Tegal dengan pertimbangan, bahwa lokasi membaiknya kondisi kesehatan
ini merupakan kawasan pantai yang masyarakat.
masyarakatnya dominan berpencaharian d. Kondisi lingkungan nelayan
nelayan. Selain itu masyarakat nelayan di setelah adanya pembangunan di
daerah ini kerap menerima bantuan pesisir ini semakin membaik,
pemberdayaan masyarakat nelayan. mereka tidak membuang lagi
Masyarakat nelayan di wilayah ini kotoran di sembarang tempat,
memiliki kelengkapan infrastruktur yang Membaiknya kondisi ini akibat
mendukung produktifitas mereka. adanya perhatian pemerintah
yang cukup besar terhadap lokasi
ini.
Kesimpulan Dan Implikasi Penelitian e. Kegiatan pembangunan di daerah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedesaan pesisir pantai
pembangunan pesisir pantai berdampak membawa perubahan pada
pada terjadinya perubahan sosial-ekonomi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat nelayan yang meliputi nelayan; di mana punggawa darat
stratifikasi sosial nelayan, organisasi menguasai alat-alat produksi
nelayan, terbukanya kesempatan kerja dan dalam sektor perikanan sekaligus
berusaha, jarak sosial dan pola hubungan menempati posisi sosial yang
kerja, sistem penangkapan ikan, begitu terhormat. Meskipun jumlahnya
pula halnya dengan kondisi rumah tangga cenderung berkurang. Lain
nelayan cenderung semakin membaik halnya dengan punggawa darat,
tingkat pendapatan yang meningkat. berkat adanya pembangunan
Kondisi perumahan, kesehatan, dan jumlahnya justru mengalami
lingkungan mengalami perbaikan, peningkatan, ini berarti banyak
peningkatan bila dibandingkan dengan nelayan yang meningkat strata
sebelum adanya pembangunan pesisir keposisi punggawa laut dan
pantai. tentunya pendapatan dan
kehidupan mereka semakin baik.
Kesimpulan Selanjutnya sawi semakin
1. Kegiatan pembangunan pesisir menggantungkan diri pada
pantai berdampak pada perubahan punggawa darat, hal ini
disebabkan banyak nelayan c. Sistem bagi hasil; merupakan
pancing (tradisional) beralih salah satu hambatan yang
masuk bergabung keikatan membuat nelayan sawi
punggawa sawi. mengalami kesulitan dalam
f. Aktivitas pembangunan di meningkatkan taraf kehidupan
daerah pesisir pantai yang sosial ekonominya.
diiringi dengan motivasi d. Faktor pemasaran dan harga
perikanan yang berskala besar ikan, faktor pemasaran di lokasi
membawa perubahan pada sistem ini relatif dapat teratasi dengan
jaringan produksi dan distribusi baiknya jalur transportasi,
nelayan. banyaknya usaha pengeringan
g. Dengan adanya pembangunan di ikan, dan dimanfaatkannya ikan
pesisir pantai membuka peluang kecil sebagai pakan udang.
terjadinya usaha lain di luar
sektor perikanan. Namun Implikasi Penelitian
kenyataannya, ini belum banyak 1. Pemerintah perlu memperhatikan dan
dimanfaatkan oleh nelayan mengatur serta memperbaiki
khususnya para nelayan. hubungan kerja antara punggawa
h. Terjadinya perbedaan dalam darat, punggawa laut dan sawi agar
penguasan alat produksi, tingkat tidak terjadi kesenjangan sosial
pendapatan dan fungsi yang ekonomi yang jauh, misalnya
diembangnya antara strata yang memperbaiki sistem bagi hasil, sistem
satu dengan yang lainnya telah distribusi, sistem pamasaran sehingga
menimbulkan perbedaan sosial. tidak terjadi sikap monopoli oleh
i. Sebelum adanya sekelompok orang.
pembangunan di pesisir ini 2. Para LSM perlu membina keluarga
sistem penangkapan nelayan nelayan agar dapat mengelola ikan
masih sederhana (tradisional) dalam bentuk kemasan sehingga dapat
dengan kapal yang berkala kecil, menambah pendapatan mereka.
serta banyak nelayan 3. Pemerintah perlu mengadakan
mengandalkan pancing sebagai pelatihan pada masyarakat nelayan
alat utama menangkap ikan; agar memiliki keterampilan dan
namun setelah adanya teknologi perikanan yang dapat
pembangunan tersebut maka meningkatkan produksi mereka serta
terjadilah proses modernisasi memberikan modal khususnya kepada
yang juga berakibat terjadinya para sawi agar tidak terlalu
perubahan sistem penangkapan, menggantungkan diri kepada
dimana nelayan pada umumnya punggawa darat.
tinggal di laut dalam waktu yang
relatif lama (1-3 bulan) baru Daftar Pustaka
kembali ke darat; dengan adanya Abustam, M. Idrus, 1991, Perubahan
motorisasi ini banyak nelayan Sosial Budaya Masyarakat
tradisional yang bergabung Pedesaaan di Sulawesi Selatan,
dengan kelompok punggawa Ujungpandang: The Toyota
sawi ini. Pondation, Tokyo.
2. Hambatan nelayan dalam ------------, 1994, Kajian Tindak Dalam
memperbaiki taraf ekonominya Upaya Pengembangan Sumber
adalah: Daya Manusia Miskin di Daerah
a. Tingkat pendidikan dan pelatihan Pedesaan, Ujungpandang: FIP
yang rendah. IKIP Ujungpandang.
b. Kurangnya alat produksi. Cernea. 1988. Mengutamakan Manusia
dalam Pembangunan, Variabel-
variabel Sosiologi, Jakarta: UI
Press
Handoyo, A. 1985, Dampak Kegiatan
Ekonomi Rakyat Dalam Murtola
1996. Dampak pembangunan
Ekonomi Pasar Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya
Yogyakarta, Jakarta: Depdikbud.
Kartasasmita, Ginanjar. 1996,
Pembangunan Untuk Rakyat,
Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta: Cides.
Katjono, Tri Alex. 1993. Bumi Wahana
Strategis Menuju Kehidupan
Yang Berkelanjutan. Jakarta:
Gramediaq.
Kumar, DJ. Casley. 1991. Pemantauan dan
Evaluasi Proyek Pertanian.
Jakarta: UI. Press.
Mubyarto, 1988. Nelayan dan Kemiskinan,
Studi Ekonomi Antropologi Dua
Desa Pantai. Jakarta: Rajawali.
--------------, 1988, Studi Pengembangan
Desa Pantai di Propinsi Riau,
Yogyakarta: Tim P3PK. UGM.
Murtola SA. Dkk. 1986. Dampak
Pembangunan Ekonomi Pasar
Terhadap Pantai Salak Pondok
Desa Bangunkerto.
Samsu, 2015, Dampak Pembangunan Peisisr
Pantai Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Nelayan Di
Kelurahan Muarareja Kota Tegal.
Al-Izzah, 10(2), 114-129.
Sauderson K. Stephen, 1995. Sosiologi
Makro, Sebuah Pendekatan
Terhadap Realitas Sosial.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai