PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai sumber penghasil minyak nabati memegang peranan penting
bagi perekonomian negara. Salah satu sumber bahan baku minyak nabati yang
memiliki peran dalam peningkatan ekonomi negara adalah kelapa sawit.
Penanaman kelapa sawit umumnya dilakukan di negara dengan beriklim tropis
yang memiliki curah hujan tinggi. Perkembangan industri kelapa sawit di negara
beriklim tropis telah didorong oleh potensi produktivitas yang sangat tinggi.
Pasalnya, kelapa sawit memberikan hasil tertinggi minyak per satuan luas
dibandingkan dengan tanaman lainnya. Selain itu, hasil panen kelapa sawit
ternyata menghasilkan dua jenis minyak, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak
sawit kernel (inti) (Siregar, Santosa & Suswatiningsih, 2016).
1
tahun 2000 hanya seluas 64.210 hektar kemudian meningkat sebesar 237%
ditahun 2019 menjadi 152.184 hektar.
2
mengalami penurunan seiring berjalannya waktu hingga pada tahun 2021 terdata
sebesar 382.711 Ton, yang artinya terjadi penurunan produksi sebesar -0,51%.
Teknik budidaya yang diterapkan di perkebunan kelapa sawit terdiri dari kegiatan
pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit, pemeliharaan tanaman dan
pemanenan kelapa sawit. Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan
tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin menganalisis dampak apa saja yang
ditimbulkan dengan adanya perusahaan kelapa sawit dengan judul “Analisis
3
Dampak Perkembunan Kelapa Sawit PT. Hardaya Inti plantations Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Karyawan atau Masyarakat di Kec. Bukal.”
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak perkebunan
kelapa sawit PT. HIP terhadap kondisi sosial ekonomi karyawan atau masyarakat
di Kec. Bukal.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak perusahaan kelapa sawit dan masyarakat
dengan adanya Perusahaan Kelapa Sawit yang mempengaruhi kondisi sosial
ekonomi karyawan atau masyarakat di Kec. Bukal
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis kemitraan yang ada akan mempengaruhi tingkat profitabilitas, kondisi sosial
petani, dan bagaimana pengelolaan tabungan peremajaan kebun dari petani.
Begitu pula sebaliknya, setiap kriteria yang ada akan mempengaruhi jenis
kemitraan yang akan menjadi prioritas petani.
Kemitraan individu berarti bahwa tiap individu mengelola secara mandiri kebun
miliknya yang kemudian mendapat bantuan dari perusahaan mitra. Kemitraan
koperasi berarti bahwa pengelolaan kebun dilakukan di bawah manajerial koperasi
yang bekerjasama dengan perusahaan mitra. Terakhir, kemitraan perusahaan
berarti bahwa perkebunan dikelola di bawah manajerial perusahaan, dimana
pendapatan petani dikelola langsung oleh perusahaan. Tiga jenis kemitraan
tersebut kemudian menjadi alternatif dalam penentuan prioritas model kemitraan.
Jenis-jenis Kemitraan
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy yang dikutip dari buku Pengembangan
Ekonomi Masyarakat Melalui Penguatan Kemitraan Usaha UMKM, Koperasi dan
5
Korporasi oleh Tri Weda Raharjo, terdapat empat jenis atau tipe kemitraan yakni
sebagai berikut:
1. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku yang menjalin kerja sama saling peduli antara satu
sama lain. Namun kedua belah pihak belum bekerja sama secara lebih dekat, baru
sebatas hubungan kemitraan saja.
2. Nascent Partnership
Dalam jenis kemitraan yang satu ini, para pelaku kemitraan adalah partner
(pasangan) akan tetapi efisiensi kerja sama menjadi kurang maksimal.
3. Complementary Partnership
4. Synergistic Partnership
6
Menurut BPS (2015) dalam penelitian Eko Sugiharto (2007) indikator yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan,
konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat
tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan
kesehatan, kemudahan memasukkan anak kejenjang pendidikan, dan kemudahan
mendapatkan fasilitas transportasi