Anda di halaman 1dari 5

1.1.

Latar Belakang

kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang sangat strategis karena
berorientasi ekspor dan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga menjadi
komoditas yang sangat strategis yang dapat meningkatkan perekonomian lokal
dan mengurangi kemiskinan. Selain manfaat ekonomi, manfaat lain dari kelapa
sawit adalah menyediakan banyak lapangan kerja. Misalnya, perkebunan kelapa
sawit seluas 5 juta hektar membutuhkan 2 juta tenaga kerja (Sari, 2009).

Provinsi Sumatera Utara termasuk empat besar provinsi produsen kelapa


sawit Indonesia ditinjau dari luas dan produksinya. Perkebunan kelapa sawit
berkembang pesat era 1980-1990 dimana terjadi fenomena transmigrasi dari Pulau
Jawa ke Pulau Sumatera yang sebagian besar penduduk mengusahakan
perkebunan kelapa sawit sebagai komoditas penopang perekonomian keluarga.
Perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara diusahakan secara mandiri
maupun bermitra keperusahan. Supriadi (2013) menyatakan bahwa pembangunan
perkebunan kelapa sawit telah menimbulkan mobilitas penduduk yang tinggi
sehingga daerah-daerah sekitar pembangunan perkebunan muncul pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi di pedesaan kondisi ini menyebabkan meningkatnya daya
beli masyarakat pedesaan terutama terhadap kebutuhan rutin rumah tangga dan
kebutuhan sarana produksi perkebunan kelapa sawit.

Perkebunan kelapa sawit rakyat di Provinsi Sumatera Utara secara ekonomi


mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dilihat dari pertumbuhan sebelum
dan sesudah perkebunan kelapa sawit berkembang. Luas perkebunan kelapa sawit
Provinsi Sumatera Utara berdasarkan kepimilikan didominasi perkebunan rakyat
sementara perkembangan perkebunan negara cenderung stabil namun perkebunan
rakyat cenderung meningkat. Berdasarkan data (BPS, 2018) sekitar 75 persen
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan penguasaan
adalah perkebunan kelapa sawit rakyat. Luas lahan perkebunan kelapa sawit
rakyat pada Tahun 2021 lebih dari 442 072,76 hektar jumlah ini akan semakin
bertambah dengan melihat antusias masyarakat terhadap bisnis perkebunan kelapa
sawit.

Perkebunan kelapa sawit rakyat merupakan bagian dari rantai pasok


agribisnis kelapa sawit dan secara bertahap berupaya menerapkan aspek
keberlanjutan. Perkebunan kelapa sawit berkelanjutan merupakan penerapan
konsep pertanian berkelanjutan, yaitu sistem pertanian yang berorientasi
kelembagaan, ekonomi, sosial dan ekologi. Namun masih banyak perkebunan
yang belum berkelanjutan dan dampak negatif perkebunan kelapa sawit masih
terasa di berbagai daerah. Bahaya asap akibat kebakaran lahan di perkebunan
kelapa sawit, penggunaan pekerja anak, konflik lahan, dan buruknya
kesejahteraan pekerja merupakan konsekuensi dari perkebunan yang tidak
berkelanjutan (Ngadi, 2015).

Pembangunan berkelanjutan melakukan pembangunan yang memenuhi


kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Secara
umum pemanfaatan barang dan jasa lingkungan secara berkelanjutan tidak dapat
dipisahkan dari aspek keberlanjutan sosial dan ekonomi. Sedangkan pada
perkebunan kelapa sawit, aspek keberlanjutan dikembangkan lebih lanjut menjadi
lima dimensi: ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan (Aziz, 2011).

Pembangunan berkelanjutan mengacu pada interaksi tiga dimensi: ekologi,


sosial dan ekonomi. Inti gagasan keberlanjutan adalah tujuan ekonomi, sosial, dan
ekologi saling terkait dan harus saling mendukung dalam proses pembangunan.
Key dan Alder (2000) mengemukakan beberapa kriteria yang dapat dijadikan
acuan pembangunan berkelanjutan adalah yang berkaitan dengan aspek
lingkungan, ekonomi, sosial dan kelembagaan. Perkebunan kelapa sawit
mempunyai fungsi ganda: fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan. dengan multi
fungsi tersebut dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian sustainability
development goals (SDGs). multifungsi perkebunan Indonesia juga diatur dalam
Pasal 4 UU No.18 Tahun 2004 (sebagaimana diubah dengan UU No.39 Tahun
2014) yang berlaku bagi perkebunan. Bahwa perkebunan mempunyai tiga fungsi
yaitu: (1) fungsi ekonomi (meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat,
memperkuat struktur ekonomi regional dan nasional), (2) fungsi ekologi
(peningkatan konservasi tanah dan air, meningkatkan serapan karbon, penyediaan
oksigen, dan penyangga kawasan lindung), (3) fungsi sosial (sebagai perekat dan
pemesatu bangsa).

Dengan demikian, perkebunan kelapa sawit (industri hilir) merupakan salah


satu bentuk dan metode pemanfaatan dan pelestarian multifungsi yang melekat
pada perkebunan kelapa sawit secara turun-temurun. Dengan membudidayakan
tanaman kelapa sawit (perkebunan kelapa sawit). Fungsi-fungsi ekonomi, sosial
dan ekologi ini tidak hanya dinikmati oleh generasi sekarang tetapi juga oleh
generasi mendatang.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan wilayah yang kaya akan potensi


sumber daya alam khususnya di sektor pertanian dan perkebunan. Luas areal
budidaya kelapa sawit di Provinsi Serdang Bedagai bertambah setiap tahunnya.
Peningkatan ini disebabkan semakin banyaknya lahan yang dialih fungsikan
menjadi perkebunan kelapa sawit (BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2015).

Tabel 1.1. Luas Lahan (Ha) Dan Produksi (Ton) Tanaman Kelapa Sawit Di
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019-2021
Kabupate Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)
n 2019 2020 2021 2019 2020 2021
Serdang 12.882,0 13.821,0 13.8882,0 219.340,9 227.845,4 232.468,1
1 5 8
Bedagai 0 0 0
Sumber: BPS Sumatera Utara

Dari Tabel 1.1. Dapat di lihat peningkatan luas lahan di Kabupaten Serdang
Bedagai setiap tahunnya meningkat. pada tahun 2019 luas lahan kelapa sawit di
Kabupaten Serdang Bedagai 12.882,00, pada tahun 2020 luas lahan kelapa sawit
di Kabupaten Serdang Bedagai 13.821,00, Dan pada tahun 2021 luas lahan kelapa
sawit di Kabupaten Serdang Bedagai 13.8882,00. Sedangkan produksi kelapa
sawit di Kabupaten Serdang Bedagai setiap tahun nya meningkat juga pada tahun
2019 produksi kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai 219.340,91, pada
tahun 2020 produksi kelapa sawit 227.845,45, pada tahun 2021 produksi kelapa
sawit 232.468,18.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keberlanjutan berdasarkan lima


dimensi yakni, ekonomi, ekologi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Dimensi
tersebut digunakan untuk melihat kondisi keberlanjutan perkebunan kelapa sawit
sebagai mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten
Serdang Bedagai.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana status keberlanjutan usahatani kelapa sawit di


Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai ditinjau
dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan
kelembagaan?

2. Atribut apa saja yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan


usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan menganalisis status keberlanjutan
usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten
Serdang Bedagai ditinjau dari dimensi ekologi, ekonomi,
sosial, teknologi serta kelembagaan
2. Mengetahui atribut apa saja yang sensitif mempengaruhi
keberlanjutan usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sei
Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.
1.4.Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan
dapat memberi manfaat.

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah


daerah dan instansi terkait di Kecamatan Sei Rampah
Kabupaten Serdang Bedagai dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan dalam pengembangan kegiatan
usahatani kelapa sawit.
2. Sebagai bahan pembanding, pelengkap, dan refrensi bagi
penelitian lainnya.

Anda mungkin juga menyukai