Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irene Issabella Maharani Panjaitan

NIM : 211201188
Kelas : HUT 4D
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Bejo Slamet S.Hut, M.Si, IPM

Pendahuluan
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) merupakan komoditi utama perkebunan
di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis
dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak sawit merupakan bahan utama
minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga
minyak goreng. Sebab minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan
pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat. Kedua, sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non
migas, komoditas ini memiliki prospek yang baik sebagai sumber perolehan devisa
maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu
menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (Pulungan et al. 2020).
Pemanfaatan minyak kelapa sawit telah meluas ke berbagai kegunaan, di
antaranya minyak masak, minyak industri, dan bahan bakar/biodiesel. Hal tersebut
disebabkan oleh sifatnya yang tahan oksidasi bertekanan tinggi, dapat melarutkan
bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, dan daya melapis yang tinggi.
Berdasarkan data BPS tahun 2018, Indonesia merupakan negara penghasil produk
kelapa sawit terbesar di dunia. Minyak kelapa sawit Indonesia sebagian besar diekspor
ke mancanegara dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Namun, hal tersebut
diprediksi akan mengalami perubahan seiring dengan diterapkannya program biodiesel
B30 mulai tahun 2020 dengan mengacu berdasarkan Keputusan Menteri ESDM
Republik Indonesia (RI) No. 199K/20/MEM/2019 (Nurkholis dan Sitanggang 2020).
Besarnya angka produktivitas serta angka nilai ekspor dari komoditas kelapa
sawit di Indonesia diiringi dengan adanya kendala dari pasar dunia yang menuntut
produk hasil pengolahan perkebunan kelapa sawit agar mengacu kepada pengelolaan
kelapa sawit dengan standar berkelanjutan dan ramah lingkungan, mengingat
banyaknya limbah yang dihasilkan melalui proses pengolahan TBS menjadi CPO dan
PKO. Salah satu langkah pemerintah Indonesia dalam menghadapi kendala ini adalah
dengan menetapkan peraturan perundangan bagi seluruh pengusaha kelapa sawit untuk
menerapkan prinsip keberlanjutan di dalam kegiatan usaha kelapa sawit melalui
ditetapkannya kebijakan Indonesian Sustainability Palm Oil. Indonesian Sustainability
Palm Oil / ISPO itu sendiri adalah sistem usaha perkebunan kelapa sawit
yang layak ekonomi, sosial budaya, dan ramah lingkungan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan (Arifandy et al. 2021).
Dari segi pertumbuhan ekonomi, perkebunan kelapa sawit telah berperan
meningkatkan pendapatan bagi masyarakat desa terutama di luar Jawa, pendapatan
mereka dari kelapa sawit lebih besar daripada komodit lain. GDP di daerah yang areal
perkebunannya dominan kelapa sawit lebih tinggi daripada provinsi lain Sumatera
Utara dan Riau merupakan produsen utama kelapa sawit. Kelapa sawit telah berperan
menurunkan angka kemiskinan di daerah yang areal kelapa sawitnya luas, sebagai
contoh di Provinsi Riau dalam periode 5 tahun (2009-2013) pembangunan kelapa sawit
telah menurunkan angka kemiskinan dari 21% menjadi 10%. Namun sayangnya dari
segi lingkungan hidup beberapa peneliti mencatat pembangunan kelapa sawit juga
meningkatkan laju kerusakan hutan dan lahan gambut akaibat pembangunan sawit
yang tidak berkelanjutan (Zen et al. 2021).
Menurut data Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan)
menyebutkan, luas areal lahan kelapa sawit di Indonesia tahun 2018 mencapai
14.326.350 hektar, sementara di tahun 2020 angka estimasi mencapai 14.996.010
hektar, padahal target Renstra Kementan hanya 14.724.420 hektar. Itu berarti,
luas lahan sawit di Indonesia saat ini telah meningkat dibanding tahun 2018 dan
melebihi target Renstra Kementan. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
merupakan limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang jumlahnya sangat banyak,
yaitu 1,9 juta ton berat kering atau setara dengan 4 juta ton berat basah
pertahun. PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II) menghasilkan limbah TKKS
sebanyak 1350 ton pertahun (Siahaan et al. 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Arifandy MI, Cynthia EP, Muttakin F, Nazaruddin N. 2021. Potensi Limbah Padat
Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Terbarukan Dalam Implementasi
Indonesian Sustainability Palm Oil. SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi Dan
Industri. 19(1): 116-122.
Nurkholis A, Sitanggang IS. 2020. Optimalisasi model prediksi kesesuaian lahan
kelapa sawit menggunakan algoritme pohon keputusan spasial. Jurnal
Teknologi Dan Sistem Komputer. 8(3): 192-200.
Pulungan RA, Lubis MM, Harahap G. 2020. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran
Konsumsi Petani Kelapa Sawit Desa Lubuk Bunut Kecamatan Hutaraja Tinggi
Kabupaten Padang Lawas. Jurnal Agriuma. 2(2): 108-121.
Siahaan MYR, Darianto D, energy. 2020. Karakteristik Koefisien Serap Suara
Material Concrete Foam Dicampur Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) dengan Metode Impedance Tube. Journal of mechanical engineering
manufactures materials. 4(1): 85-93.
Zen Z, Kuswardani RA, Lubis Y. 2021. Kajian Strategi Integrasi Nilai-Nilai
Keberlanjutan Kedalam Proses Pembangunan Kelapa Sawit Rakyat Di
Tapanuli Selatan. Jurnal Agrica. 14(1): 33-47.

Anda mungkin juga menyukai