Anda di halaman 1dari 8

Agriprimatech

Vol. 2 No. 1, Oktober 2018

e-ISSN : 2621-6566

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jacq) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT
KEBUN ADOLINA BERDASARKAN DATA TAHUN 2008 – 2017

MYRNA PRATIWI NASUTION1, SULISTYANINGSIH ATMAJA2


1,2
Program Studi Agribisnis, Fakultas Agroteknologi Universitas Prima Indonesia
Email : myrnapratiwi88@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor produksi
dari curah hujan, pupuk,dan tenaga kerja terhadap produksi kelapa sawit di PTPN IV Unit
Kebun Adolina. Data yang diperoleh adalah data sekunder yang terdiri dari 10 tahun
(2008-2017) dengan cara wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan analisis regresi linier
berganda. Berdasarkan hasil regresi dan analisis data menggunakan uji t, nilai variabel
curah hujan sebesar 0,045 dan variabel pupuk sebesar 0,013 berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produksi kelapa sawit, sedangkan nilai variabel tenaga kerja sebesar
0,874 berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produksi kelapa sawit. Hasil uji
koefisien determinasi (R2) menunjukan bahwa variabel hasil produksi kelapa sawit
sebagai variabel dependent mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independent yaitu
curah hujan, pupuk, tenaga kerja sebesar 63,1% dan sisanya 36,9% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain di luar model. Pengujian secara simultan menggunakan uji f dimana
nilai signifikansi uji f sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan
yaitu sebesar α = 0,05. Artinya secara simultan variabel curah hujan, pupuk, tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan
Nusantara IV Unit Kebun Adolina Berdasarkan Data Tahun 2008-2017.

Kata Kunci : Produksi Kelapa Sawit, Curah Hujan, Pupuk, Tenaga Kerja, Cobb-Douglas,
Analisis Regresi Linier Berganda.

PENDAHULUAN untuk mengentaskan kemiskinan di


Sebagai negara pertanian, Indonesia. Hal ini dikarenakan industri
Indonesia berpeluang untuk menjadi kelapa sawit merupakan sumber daya
market leader pada berbagai komoditi alam yang dapat diperbaharui, berupa
pertanian. Peluang dan prospek pasar lahan yang subur, tenaga kerja yang
agroindustri cukup terbuka lebar, produktif, dan sinar matahari yang
tergantung bagaimana cara menggarap melimpah sepanjang tahun (Iyung Pahan,
dan memanfaatkan yang ada. Sangat 2006).
dipahami bahwa pembangunan agribisnis Berdasarkan Tabel 1, produksi komoditi
kelapa sawit merupakan industri yang kelapa sawit memiliki nilai paling besar bila
bisa diyakini bisa membantu pemerintah dibandingkan dengan komoditi lain.
1
Agriprimatech
Vol. 2 No. 1, Oktober 2018 e-ISSN : 2621-6566

Tingginya produksi komoditi kelapa sawit otoritas Indonesia untuk terus


Indonesia ini dapat menjadi salah satu mengembangkan kelapa sawit sebagai
pemicu pertumbuhan perekonomian salah satu komoditi unggulan nasional.
nasional. Oleh karena itu, penting bagi

Tabel 1. Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan Indonesia Dalam Ribu Ton


2014-2016
Tahun Pertumbuhan
Tanaman
2014 2015 2016 (%)
Kelapa Sawit 29.278.20 31.070.00 33.229.40 6.95
Karet 3.153.20 3.145.40 3.157.80 2.42
Kopi 643.90 639.40 639.30 -0.42
kakao 728.40 593.30 656.80 -2.13
Teh 154.40 132.60 144.00 -0.22
Tebu 2.579.20 2.498.00 2.223.00 -0.32
Tembakau 198.30 196.20 197.26 -0.17
Sumber: BPS (2016)

Perkebunan kelapa sawit di Pulau perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan


Sumatera dikuasai oleh tiga pihak yakni mencakup usaha budidaya dan
inti rakyat, perusahaan swasta, dan juga pengolahan tanaman kelapa sawit, kakao
perusahaan negara (BUMN). Dengan dan teh. Produk utama Perseroan adalah
rata-rata produksi PTPN sebesar 941 Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit
ribu ton. PT Perkebunan Nusantara yang (Kernel) serta produk hilir teh dan kakao.
selanjutnya disebut sebagai PTPN Kebun Adolina adalah salah satu
merupakan satu-satunya perusahaan dari 27 Unit Kebun yang dikelola oleh
negara yang memiliki otoritas untuk PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
mengelola perkebunan kelapa sawit di dibawah kementerian badan usaha milik
Pulau Sumatera. Produksi total kelapa negara yang terletak di Sumatera Utara.
sawit yang dihasilkan oleh perusahaan Menurut Heri Hartanto (2011) : Budidaya
negara tersebut melalui PTPN I-VII kelapa sawit memerlukan perencanaan
adalah sebesar 6,59 juta ton pada tahun yang baik karena merupakan investasi
2012 denganproduktivitas rata-rata jangka panjang. Untuk mendapatkan
keseluruhan PTPN di Pulau Sumatera hasil yang tinggi, budidaya kelapa sawit
yaitu sebanyak 18,04 ton/ha memerlukan pemeliharaan yang intensif,
(Kementerian BUMN, 2013). baik ketika Tanaman Belum
Cerahnya prospek komoditi minyak Menghasilkan (TBM) maupun ketika
kelapa sawit dalam perdagangan minyak sudah menghasilkan (Tanaman
nabati dunia telah mendorong Menghasilkan atau TM).
pemerintah Indonesia untuk memacu Produksi perkebunan dapat
pengembangan areal perkebunan kelapa dikatakan baik jika suatu perusahaan
sawit. Salah satunya ialah PT. perkebunan sudah menggunakan faktor
Perkebunan Nusantara IV disingkat produksi yang baik serta efesien untuk
PTPN IV (Persero), merupakan salah mendapatkan produksi yang tinggi. Dari
satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara data di dapat bahwa PTPN IV
(BUMN) Perkebunan yang bergerak merupakan perusahaan yang memiliki
dalam bidang usaha perkebunan, produktivitas paling tinggi. Unit kebun
pengolahan dan pemasaran hasil yang memiliki produksi kelapa sawit yang
2
Agriprimatech
Vol. 2 No. 1, Oktober 2018 e-ISSN : 2621-6566

paling tinggi adalah unit kebun Pasir Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara
Mandoge dengan produksi kelapa sawit sengaja (purposive) dengan
sebesar 171,934,950 ton/thn, posisi pertimbangan bahwa PTPN IV adalah
kedua adalah unit kebun Adolina dengan perusahaan BUMN yang memiliki skala
produksi sebesar 130,160,980 ton/thn, besar dibidang perkebunan kelapa sawit.
posisi ketiga adalah unit kebun Bah Jenis data yang digunakan dalam
Jambi dengan produksi sebesar penelitian ini adalah data sekunder. Data
123,000,750 ton/thn, posisi keempat sekunder diperoleh dari Badan Pusat
adalah unit kebun Air Batu dengan Statisti (BPS), dan Kementerian BUMN
produksi sebesar 121,378,400 ton/thn dari Unit Kebun Adolina. Data tersebut
dan posisi kelima adalah unit kebun digunakan sebagai salah satu sumber
Gunung Bayu dengan produksi sebesar untuk penentuan lokasi penelitian dan
105,133,540 ton/thn. menjawab penelitian. Data time series
Unit kebun Adolina merupakan yang digunakan pada penelitian ini
posisi urutan kedua yang memiliki adalah data produksi,curah hujan, pupuk,
produksi paling tinggi dari seluruh unit tenaga kerja.
PTPN IV. Kebun Adolina memiliki kelas Penelitian dilakukan dengan
kesesuaian lahan S3. Permasalahan purposive sampling dengan besarnya
yang sering hadir terletak pada sampel (size of sample) (n) sebesar 20
penggunaan faktor produksi yang tidak sampel menggunakan data sekunder
efisien. Persoalan yang ditemukan di time series setiap semester selama dari
lapangan juga mendukung belum tahun 2008 hingga tahun 2017. Data time
maksimalnya hasil yang diperoleh oleh series yang digunakan pada penelitian ini
PTPN IV unit kebun Adolina. Pemupukan adalah data produksi,curah hujan, pupuk,
yang dilakukan juga belum mengikuti tenaga kerja.
prinsip 4T (tepat waktu, tepat dosis, tepat Metode analisis yang digunakan
sasaran, dan tepat jenis) dan tidak untuk menguji hipotesis adalah regresi
terealisasinya pemupukan sesuai linier berganda. Perhitungan analisis ini
rekomendasi. Sementara, curah hujan akan menggunakan bantuan software
yang tidak merata dan kurang juga Microsoft Excel dan SPSS versi 22. Agar
menyebabkan ketidakoptimalan hasil data yang diperoleh dapat dianalisis
yang diperoleh. Manajemen tenaga kerja menggunakan fungsi Coob-Douglas dan
yang tidak optimal dan kurang sesusai sebelum data diolah menggunakan
dengan keterampilan serta norma yang regresi linier berganda, maka data
ditetapkan oleh perusahaan variabel Independent dan data variabel
menyebabkan pengaruhnya terhadap Dependent tersebut harus diubah
jumlah kelapa sawit yang dihasilkan. kedalam bentuk logaritma natural (Ln)
Sejalan dengan meningkatnya agar bisa dianalisis dengan regresi linier
kebutuhan serta peranan kelapa sawit berganda.
dapat dilihat bahwa masih ditemukan Analisis ini dilakukan melalui
beberapa permasalahan di lapangan, pendekatan fungsi produksi bertipe
maka dilakukanlah usaha-usaha untuk Cobb-Douglas yaitu suatu fungsi atau
peningkatan produksi kelapa sawit. persamaan yang melibatkan dua variabel
atau lebih, variabel yang satu disebut
METODE PENELITIAN variabel independent (Y) dan yang lain
Penelitian dilakukan di PTPN IV disebut variabel dependent (X) yang
Unit Kebun Adolina yang terletak di secara matematis formulasinya dapat
Kecamatan Perbaungan, Kabupaten dituliskan sebagai berikut :
Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Y = β0 + β 1 X1 + β 2 X 2 + β 3 X3 +
3
Agriprimatech
Vol. 2 No. 1, Oktober 2018 e-ISSN : 2621-6566

Dimana: Y = Produksi Kelapa Sawit (Ghozali, 2011). Uji K-S dilakukan


(ton), β0 = intersep, β1,β2,β3 = koefesien dengan membuat hipotesis:
parameter variabel independen, X1 = H0 : Data residual berdistribusi
Curah Hujan (mm), X2 = Pupuk (ton), X3 normal
= Tenaga kerja (hk), e = error H1 : Data residual tidak
sampling. berdistribusi normal
Hasil persamaan tersebut kemudian Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5 %
ditransformasikan kedalam persamaan berarti data normal dan H0 diterima,
ln (logaritma natural), bentuk sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05
transformasi Cobb-Douglas sehingga berarti data tidak normal dan H0 ditolak.
persamaannya menjadi: Untuk menguji atau mendeteksi
ada tidaknya multikolinieritas pada model
Ln Y = ln β0 + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 diuji dengan melihat nilai Variance
lnX3 + Inflation Factor (VIF) dimana apabila nilai
Dimana: VIF lebih besar dari 10 maka
Ln Y = Produksi kelapa sawit (ton), diindikasikan model tersebut memiliki
β0 = intersep, gejala multikolinieritas (Ghozali, 2005).
β1,β2,β3, = koefesien parameter variabel Untuk menguji atau mendeteksi ada
independen, tidaknya autokorelasi digunakan uji Run
Ln X1 = Curah Hujan (mm), Test. Uji ini merupakan bagian dari
Ln X2 = Pupuk (ton), statistik non-parametrik yang dapat
Ln X3 = Tenaga Kerja (hk), digunakan untuk menguji apakah antar
e = error sampling. residual terdapat korelasi yang tinggi.
Untuk mengetahui goodness of Pengambilan keputusan dilakukan
fit dari model dilihat dari nilai R2. Model dengan melihat nilai Asymp. Sig (2-
dikatakan baik apabila nilai R2 tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp.
mendekati 1. Untuk mengetahui Sig (2-tailed) lebih besar dari tingkat
pengaruh dari variabel bebas terhadap signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan
variabel terikat secara simultan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali,
dilakukan dengan pengu-jian uji F. 2011). Untuk menguji dan mendeteksi
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh ada tidaknya heteroskedastisitas
dari masing-masing variabel bebas digunakan uji Gletjer dimana Uji Glejser
secara individu/parsial digunakan uji t. dilakukan dengan meregresikan nilai
Model regresi linier berganda dapat absolut residual terhadap variabel
disebut sebagai model yang baik jika independen. Jika variabel independen
model tersebut memenuhi kriteria BLUE signifikan (< 0,05) secara statistik
(Best Linier Unbiased Estimator). BLUE mempengaruhi variabel dependen, maka
dapat dicapai bila memenuhi asumsi ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas.
klasik diantaranya uji normalitas, uji Jika signifikansi terjadi sebaliknya (>
multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji 0,05), maka dapat disimpulkan model
heteroskedastisitas. regresi tidak mengandung adanya
Uji normalitas bertujuan untuk menguji Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
apakah dalam model regresi, variable
pengganggu atau residual tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
mengikuti distribusi normal atau tidak. Unit Adolina merupakan pintu
Uji statistik yang dapat digunakan untuk gerbang PT. Perkebunan Nusantara IV,
menguji normalitas residual adalah uji berada di daerah Kelurahan Batang
statistik Kolmogorov- Smirnov (K-S) Terap Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
4
Agriprimatech
Vol. 2 No. 1, Oktober 2018 e-ISSN : 2621-6566

Sumatera Utara tepatnya di pinggir jalan 0,05 yaitu 0,200 maka dapat disimpulkan
raya Medan-Pematang Siantar dengan distribusi data adalah normal (Ghozali,
koordinator LU: 0478633° dan LS: 2013). Selanjutnya untuk uji autokorelasi
0370526° berjarak ± 38 Km dari Kota menggunakan uji statistik run tes
Medan. Total areal kebun kelapa sawit menunjukkan nilai asymp.sig (2-tailed)
unit Adolina seluas 8.961.08 ha terbagi lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05
menjadi 9 bagian afdeling dan 1 Benih. yaitu 0,251 maka dapat disimpulkan tidak
Daerah kerja kebun kelapa sawit unit terdapat autokorelasi (Duwi Priyatno,
Adolina berada di 2 kabupaten, 2014). Uji multikolinearitas dengan
8 Kecamatan dan dikelilingin oleh 27 menggunakan Variance Inflation Factor
Desa. (VIF) Diketahui nilai VIF dari curah hujan
Analisis dilakukan terhadap satu adalah 1,377, nilai VIF dari pupuk adalah
variabel terikat yaitu produksi kelapa sawit 1,601, dan nilai VIF dari tenaga kerja
dan tiga variabel bebas yaitu pupuk, curah adalah 1,213. Menunjukkan bahwa
hujan, dan tenaga kerja. Pemilihan faktor- masing-masing veriabel independen
faktor produksi tersebut didasarkan pada mempunyai nilai VIF < 10, ini berarti
asumsi bahwa Perkebunan kelapa sawit bahwa tidak terdapat multikolinieritas
PTPN IV Unit Kebun Adolina adalah yang dalam model. Untuk uji heteroskedatisitas
diteliti pada penelitian dengan produksi dilakukan dengan Uji Glejser dengan hasil
kedua terbesar di semua kebun PTPN IV pengujian diperoleh nilai variabel curah
dengan jumlah produksi sebesar hujan, pupuk, dan tenaga kerja memiliki
130,160,980 Ton/thn dan produktivitas nilai sig 0,915, 0,367, 0,803 > 5%. Hal ini
sebesar 17135.463 kg/thn dan kelengkapan membuktikan bahwa tidak terjadi
data yang tersedia di kebun. heteroskedastisitas pada model yang
Model yang dihasilkan cukup baik digunakan.
dibuktikan dengan model yang terbebas Hasil analisis faktor-faktor yang
dari asumsi klasik yaitu normalitas, mempengaruhi produksi kelapa sawit di
autokorelasi, multikolinieritas dan PTPN IV unit kebun Adolina berdasarkan
heteroskedastisitas. Uji normalitas dengan data tahun 2008-2017 dapat dilihat pada
uji statistik Kolmogorov-Smirnov(K-S) Tabel 2.
menunjukkan bahwa nilai signifikansi >

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std.Error Beta T Sig. Tolerance VIF


1 (Constant) 6.643 2.376 2.796 .013
Curah Hujan .197 .091 .388 2.179 .045 .726 1.377
(X1)
Pupuk (X2) .187 .067 .535 2.782 .013 .624 1.601
Tenaga Kerja .048 .299 .027 .161 .874 .825 1.213
(X3)
R2 0.631
Sig. Uji-F 0.001
Sumber : hasil penelitian 2018, (data diolah
5
Agriprimatech
Vol. 2 No. 1, Oktober 2018 e-ISSN : 2621-6566

Berdasarkan output SPSS pada Tabel sawit dan penting bagi pertumbuhan
di atas, maka secara matematis dapat bunga betina menjadi buah, Menurut
ditulis model regresi antara variabel Mangoensoekarjo (2007), jumlah curah
produksi dengan variabel yang hujan yang baik bagi tanaman kelapa
mempengaruhinya dalam persamaan sawit adalah 1250 – 2500 mm/tahun; tidak
berikut: mempunyai defisit air dan hujan relatif
Ln Y = 6.643 + 0,197 lnX1 + 0,187 lnX2 + merata sepanjang tahun.
0,048 lnX3 + . Pupuk berpengaruh positif dan
Hasil analisis regresi model signifikan terhadap produksi kelapa sawit
menunjukkan bahwa nilai koefisien dengan tingkat signifikansi sebesar 0,013
determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,631 < 0,05 dan nilai koefisien pupuk sebesar
artinya secara bersama-sama variabel 0,187 sekaligus menunjukkan besarnya
curah hujan, pupuk, dan tenaga kerja elastisitas input pupuk terhadap produksi
mempengaruhi produksi kelapa sawit kelapa sawit pada PT. Perkebunan
sebesar atau 60,1% sedangkan sisanya Nusantara IV Unit Adolina yang artinya
dipengaruhi oleh faktor lain yang belum jika kenaikan pupuk setiap satu persen
dimasukkan dalam model. Berdasarkan maka produksi kelapa sawit akan naik
hasil analisis data diperoleh signifikansi uji sebesar 0,187 persen dengan asumsi
F sebesar 0,001 atau lebih kecil dari bahwa variabel bebas yang lain dari
kriteria signifikansi yang telah ditetapkan model regresi adalah tetap. Dimana
yaitu sebesar α = 0,05. Dengan demikian pupuk merupakan kegiatan yang sangat
dapat diambil keputusan tolak H0, yang penting di dalam perkebunan kelapa sawit
artinya secara bersama-sama variabel karena mengingat biaya pemupukan ±
bebas (curah hujan, pupuk, dan tenaga 50% dari total pembiayaan pemeliharaan
kerja) berpengaruh signifikan terhadap maka efektivitas pemupukan harus
variabel terikat (produksi kelapa sawit). dijamin dilaksanakan dengan baik. Oleh
Secara parsial analisis terhadap karena itu aplikasi pemupukan yang tidak
variabel bebas yang mempengaruhi dilakukan dengan benar (4 tepat = 4 T
produksi menunjukkan bahwa variabel yaitu tepat dosis, tepat waktu, tepat
curah hujan dan pupuk berpengaruh sasaran, tepat jenis), maka pemupukan
signifikan terhadap jumlah produksi kelapa menjadi tidak efektif dan hal ini berarti
sawit. Sedangkan variabel tenaga kerja biaya besar yang telah dikeluarkan
tidak berpengaruh signifikan terhadap menjadi sia-sia dan berdampak pada
produksi kelapa sawit. produksi dan produktivitas yang rendah
Curah hujan berpengaruh positif (SPO, PTPN IV 2007).
dan signifikan terhadap produksi kelapa Tenaga kerja berpengaruh positif
sawit dengan tingkat signifikansi sebesar tetapi tidak signifikan terhadap produksi
0,045 < 0,05 dan nilai koefisien curah kelapa sawit dengan tingkat signifikan
hujan sebesar 0,197 sekaligus 0,874 > 0,05 dan nilai koefisien tenaga
menunjukkan besarnya elastisitas input kerja sebesar 0,048 artinya jika kenaikan
curah hujan terhadap produksi kelapa jumlah tenaga kerja setiap satu persen
sawit pada PT. Perkebunan Nusantara IV maka produksi kelapa sawit akan naik
Unit Adolina yang artinya jika kenaikan sebesar 0,048 persen dengan asumsi
jumlah curah hujan setiap satu persen bahwa variabel bebas yang lain dari
maka produksi kelapa sawit akan naik model regresi adalah tetap, dan nilai
sebesar 0,197 persen dengan asumsi signifikan untuk faktor tenaga kerja adalah
bahwa variabel bebas yang lain dari 0,874. Nilai signifikan ini membuktikan
model regresi adalah tetap. Dimana curah faktor tenaga kerja tidak mempunyai
hujan merupakan syarat tumbuh kelapa pengaruh yang nyata terhadap produksi
6
Agriprimatech
Vol. 2 No. 1, Oktober 2018 e-ISSN : 2621-6566

kelapa sawit pada PT. Perkebunan produksi yang berpengaruh nyata


Nusantara IV Unit Adolina. Dimana jumlah terhadap produksi kelapa sawit.
tenaga kerja yang kebanyakan juga akan Rekomendasi faktor –faktor produksi
menyebabkan kejenuhan dalam (input) yang perlu di pertimbangkan
melakukan pemanenan TBS dan adalah pengawasan dan peningkatan
menyebabkan pemborosan dalam biaya. pada pemberian pupuk, lebih
Dengan demikian harus diatur memperhatikan jumlah curah hujan yang
perbandingan luas dan jumlah tenaga terjadi, serta mempertimbangkan
kerja yang digunakan (jumlah tenaga kesejahteraan dan keterampilan tenaga
kerja per Ha) sehingga hasil produksi kerja.
maksimal dan biaya paling efisien. 2. Perusahaan juga harus memperhatikan
Keterampilan dan skill pemanen dalam beberapa faktor lain yang
memotong buah, mengutip brondolan dan memepengaruhi produksi sawit, baik itu
mengangkut buah ke TPH juga sangat faktor internal maupun faktor eksternal.
mempengaruhi hancak dapat diselesaikan Contohnya hama penyakit tanaman
atau tidak dan berdampak pada jumlah pada sawit dan keamanan pencurian
produksi yang dihasilkan, persoalan ini produksi sawit di lapangan.
yang membuat tenga kerja cenderung 3. Dalam meningkatkan produksi sawit
tidak berpengaruh terhadap produksi bukan hanya dipengaruhi oleh tiga
kelapa sawit. faktor, melainkan ada banyak faktor
pendukung lainnya. Untuk itu ada
KESIMPULAN DAN SARAN baiknya peneliti selanjutnya menambah
Kesimpulan variabel bebas lain untuk memperoleh
Dari hasil penelitian dan pembahasan, hasil yg lebih akurat, seperti variabel:
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai luas lahan, penggunaan pestisida,
berikut : satuan pokok per hektar, serangan
1. Curah Hujan menunjukkan ganoderma, jumlah hari panen, serta
berpengaruh positif dan signifikan serangan hama pada tanaman.
terhadap produksi kelapa sawit di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit DAFTAR PUSTAKA
Adolina. Badan Pusat Statistik. 2016. Jumlah
2. Pupuk menunjukkan berpengaruh produksi tanaman perkebunan
positif dan signifikan terhadap Indonesia: Badan Pusat Statistik.
produksi kelapa sawit di PT. (http://www.bps.go.id).
Perkebunan Nusantara IV Unit
Adolina. Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap
3. Tenaga Kerja menunjukkan Kelapa Sawit:Manajemen Agribisnis
berpengaruh positif dan tidak dari Hulu hingga Hilir. Cetakan I.
signifikan terhadap produksi kelapa Jakarta : Penebar Swadaya.
sawit di PT. Perkebunan Nusantara
IV Unit Adolina [Kemen BUMN] Kementerian BUMN. 2013.
Produksi dan Produktivitas Kelapa
Saran Sawit PTPN Tahun 2012. Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian yang telah (ID): Kementerian BUMN.
dilakukan, saran yang dapat diberikan
adalah : Hartanto , Heri. (2011). Sukses Besar
1. Apabila Unit Adolina menginginkan Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit
peningkatan produksi kelapa sawit maka Citra Media Publishing, Yogyakarta.
perlu memperhatikan faktor - faktor
7
Agriprimatech
Vol. 2 No. 1, Oktober 2018 e-ISSN : 2621-6566

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi analisis


Multivariate dengan Progrsm
SPSS. Semarang: Universitas
Deponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
SPSS”. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
SPSS”. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah
Data Terpraktis. Yogyakarta : Andi
Offset.

PTPN IV. 2007. Standar Prosedur Operasi


(SPO). Medan.

Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen


Tanah dan Pemupukan Budidaya
Perkebunan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai