1, APRIL 2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis apa saja alat angkut TBS dari piringan ke
TPH dan produktivitasnya, mengetahui produktivitas tenaga kerja muat dan bongkar, mengetahui
produktivitas muat, angkut dan bongkar dari TPH ke PKS, dan kendala – kendala yang dihadapi
dalam pengangkutan dari kebun ke PKS.Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif
analisis, pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu mengambil semua populasi
pemanen 15 orang dan 2 orang tenaga kerja muat di Afdeling I yang terkait dalam
penelitian.Terdapat beberapa jenis alat angkut TBS dari piringan ke TPH yaitu angkong, sepeda
angkut dan becak motor. Tenaga kerja angkut TBS dari piringan ke TPH yang dilakukan oleh
pemanen menunjukkan alat angkut becak motor memiliki rata-rata produktivitas paling tinggi yaitu
5.033 kg/jam dibandingkan pemanen yang menggunakan alat angkut angkong dan sepeda angkut.
Alat angkut sepeda angkut memiliki rata-rata produktivitas 4.065 kg/jam sedangkan alat angkut
angkong memiliki rata-rata produktivitas 3.256 kg/jam. Hasil produktivitas tenaga kerja muat dan
bongkar pada kebun Bangun dapat diketahui rata – rata TBS sekali muat yaitu 6.775 kg dengan rata
– rata waktu muat 52,50 menit (3.150 kg/jam). Sedangkan rata – rata TBS sekali bongkar yaitu
6.775 kg dengan rata – rata waktu bongkar 27,50 menit (1.650 kg/jam). Hasil produktivitas muat,
angkut dan bongkar dari TPH ke PKS pada kebun Bangun dapat diketahui total waktu rata-rata
sekali pengangkutan yaitu 175 menit dengan jarak tempuh 35.000 meter (35 km). Rata-rata TBS
sekali angkut yaitu 6.775 kg dan rata-rata kapasitas angkut sekali angkut 40,05 kg/menit (2.403
kg/jam) dengan rata-rata kecepatan kerja 208,33 m/menit (12.499 kg/jam).Terdapat kendala-
kendala dalam pengangkutan TBS dari kebun ke PKS yaitu buah restan dan pencurian buah,
kecelakaan/kerusakan mesin truk pengangkut buah, penerimaan buah (kualitas buah), keterlambatan
pengiriman buah dan adanya mesin PKS yang rusak.
Industri yang banyak menggunakan minyak Perebutan pasar semakin gencar dalam
sawit sebagai bahan baku adalah industri menyediakan barang dan jasa sesuai
pangan, industri kosmetik, dan farmasi, kebutuhan konsumen. Peningkatan mutu,
bahkan minyak kelapa sawit telah produktivitas dan efisiensi merupakan
dikembangkan sebagai salah satu bahan prasyarat dalam meningkatkan daya saing
bakar. (Semangun,1999).
Produksi minyak sawit CPO didalam Hasil utama pohon kelapa sawit adalah
negeri diserap oleh industri pangan terutama buah sawit, yang tersusun dalam tandan buah
industri minyak goreng dan industri non segar (TBS). TBS kelapa sawit dipanen
pangan seperti kosmetik dan farmasi. Namun, dengan cara potong buah. Pada tanaman
potensi pasar paling besar adalah industri berumur kurang dari 7 tahun, digunakan
minyak goreng. Potensi tersebut terlihat dari dodos, sedang pada tanaman berumur lebih
semakin bertambahnya jumlah penduduk dari 7 tahun, atau dengan ketinggian lebih
yang berimplikasi pada pertambahan dari 4 m digunakan egrek. Metode panen
kebutuhan pangan terutama minyak goreng. yang tepat ikut menentukan kuantitas
Perkembangan perkebunan kelapa sawit produksi (rendemen), sedangkan lama
saat ini sudah berjalan berlandaskan ketentuan pengangkutan terkait dengan kualitas TBS
perundangan yang berlaku dan juga tuntutan (kandungan asam lemak bebas) (Pahan,
global yang berkembang dikalangan 2011). Oleh sebab itu pemanenan,
masyarakat Internasional. Sejak awal pengangkutan, dan pengolahan menjadi
perkembangannya telah berorientasi pada minyak menjadi rangkaian kegiatan yang
kelayakan ekonomi, kelayakan sosial, dan saling mempengaruhi. Perlu koordinasi yang
ramah lingkungan, sebagai komponen pokok baik antara pemanen dengan pengangkutan
dari prinsip pembangunan berkelanjutan. karenasangat berpengaruh kepada penyediaan
Sangat dipahami bahwa pembangunan bahan baku pabrik minyak kelapa sawit.
agribisnis kelapa sawit merupakan industri Dalam setiap perusahaan baik yang
yang diyakini bisa membantu pemerintah berupa perusahaan industri maupun
untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. perusahaan perkebunan, tenaga kerja
Hal ini dikarenakan industri kelapa sawit merupakan faktor yang paling penting untuk
merupakan sumber daya alam yang dapat menghasilkan barang dan jasa yang paling
dipengaruhi, berupa lahan yang subur, tenaga dibutuhkan manusia. Pada saat ini kemajuan
kerja yang produktif, dan sinar matahri yang teknologi yang semakin pesat dapat
melimpah sepanjang tahun. Kelapa sawit membantu untuk meningkatkan hasil
merupakan tanaman yang paling produktif produksi, tetapi peranan tenaga kerja sangat
dengan produksi minyak per ha yang paling mutlak dan merupakan faktor penentu bagi
tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak keberhasilan perusahaan mencapai tujuan. Hal
nabati lainnya. Agribisnis kelapa sawit adalah ini dimaksudkan karena hampir setiap
salah satu dari sedikit industri yang pekerjaan atau kegiatan memerlukan tenaga
merupakan keunggulan kompetitif Indonesia manusia untuk menggerakkan faktor-faktor
untuk bersaing di tingkat global (Pahan,2011). ini.
Dalam era globalisasi khusnya dalam Peningkatan ataupun penurunan
menghadapi era pasar bebas, tantangan dan produksi dan produktivitas suatu perusahaan
persaingan antara sesama negara produsen dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan
komoditas perkebunan semakin keras. produksi dan produktivitas tenaga kerja yang
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016
tercakup didalamnya. Tenaga kerja pada dikirim ke PKS akan menyebabkan Asam
perusahaan-perusahaan seperti perkebunan Lemak Bebas (ALB) yang tinggi, sehingga
umumnya adalah karyawan. Salah satu cara mutu CPO akan berkurang. Salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi kelapa sawit untuk menghindarkan terbentuknya asam
adalah dengan meningkatkan kualitas sumber lemak bebas adalah pengangkutan dari kebun
daya manusianya (SDM), yaitu dengan ke pabrik harus dilakukan dengan secepatnya.
menciptakan SDM yang memiliki Salah satu bagian terpenting dari mata
kemampuan memadai dan menguasai rantai industri kelapa sawit yang turut
pekerjaan dibidangnya. Selain peningkatan berperan dalam optimasi produksi minyak
produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan sawit adalah transportasi pengangkutan
kualitas minyak kelapa sawit dan ketepatan Tandan Buah Segar (TBS). Transportasi
waktu dalam transportasi pengangkutan TBS. adalah sarana dan prasarana alat angkut buah
Salah satu penilaian kualitas minyak kelapa dari block sampai ke pabrik yang harus di
sawit adalah kandungan Asam Lemak Bebas terima di PKS 24 jam setelah buah di panen,
(ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar agar buah dapat diterima di pabrik tepat
air minyak. Menurut Badan Standardisasi waktu, maka sarana prasarana transportasi
Nasional (1992), kandungan ALB (sebagai harus dirawat dengan baik sehingga tidak
asam palmitat) dalam minyak kelapa sawit terjadi kendala dalam pengiriman buah dari
yang memenuhi syarat Standar Nasional block afdeling ke PKS.
Indonesia (SNI) maksimum 5.00 % Koordinasi tenaga kerja panen dan
(bobot/bobot). Indikator ketepatan waktu tenagakerjamuat, sangat berpengaruh kepada
dalam transportasi pengangkutan TBS penyediaan bahan baku pabrik minyak kelapa
meliputi berapa lama waktu dan jarak yang sawit. Setelah panen, pengangkutan menjadi
dibutuhkan seorang tenaga kerja muat yaitu kegiatan yang penting mendapatkan
yang bertugas untuk memasukkan (memuat) perhatian, karena sebagai bahan pertanian,
TBS ke dalam truk, berapa lama waktu dan TBS harus masuk ke pabrik pada hari itu juga
jarak yang dibutuhkan untuk kegiatan untuk menjaga kondisi kualitasnya. Pada
pengangkutan truk (dump truk/truk bak kayu) umumnya sistem angkutan panen
dari afdeling sampai dengan pabrik kelapa dikoordinasikan oleh asisten afdeling bersama
sawit, dan berapa waktu yang dibutuhkan bagian transportasi. Dalam hal ini terdapat
untuk kegiatan bongkar TBS dari dalam bak paling tidak dua bentuk pengelolaan. Pertama,
truk ke loading ramp oleh tenaga manusia sistem angkutan dikelola oleh perusahaan
(Truk bak kayu) dan dengan sistem hidrolik perkebunan, baik dengan alat angkut (truk)
(Dump truk). milik sendiri ataupun kontraktor yang disewa
Tandan Buah Segar (TBS) harus segera perusahaan. Kedua, adalah yang dilakukan
diangkut ke pabrik pengolahan untuk dalam kelompok tani (petani mandiri), truk
mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang dikelola oleh koperasi atau kelompok tani.
berkualitas dan bermutu tinggi. TBS yang Pengangkutan TBS terdiri atas dua
sudah dipanen harus segera dikirim ke Pabrik tahap, yaitu pengangkutan dari piringan
Kelapa Sawit (PKS) menggunakan truk besar dipanen ke tempat pengumpulan hasil (TPH)
untuk kemudian dilakukan pengolahan. Hasil dan dari TPH ke loading ramp pabrik kelapa
panen harus dikirim ke PKS dalam jangka sawit. Pengangkutan tahap pertama menjadi
waktu (kurang dari 24 jam) untuk tanggung jawab tim pemanen, sedang tahap
menghindari buah restan, buah restan yang kedua menjadi tanggung jawab petugas
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016
tenaga kerja muat yang mengangkut TBS lembaga atau dinas yang berkaitan dengan
dari TPH ke PKS serta apa saja yang tujuan penelitian.
menjadi kendala selama pengangkutan ke Metode Analisis Data
PKS. Analisis data dilakukan dengan cara
c. Pencatatan atau pendataan, yaitu mencatat deskriptif, dengan tabel-tabel yang dianalisis
semua data yang diperoleh dari data dan dibahas lebih lanjut, serta menghitung
sekunder yang berasal dari instansi, produktivitas tenaga kerja dan tenaga kerja
muat pengangkut TBS ke PKS.
1. Produktivitas tenaga kerja angkut ke TPH :
output = Jumlah TBS (kg)
input Waktu (jam)
Keterangan :
Kg = jumlah TBS yang diangkut
Jam = Waktu angkut
2. Produktivitas tenaga kerja muat :
a) Kinerja tenaga kerja muat = Jumlah TBS (kg)
Waktu (jam)
b) Kecepatan yang dibutuhkan dalam perjalanan dari TPH ke PKS =
Jarak yang ditempuh
Waktu
15
10
0
Pemanen Tenaga kerja muat Laki-Laki
Perempuan
Grafik identitas responden menurut jabatan dan jenis kelamin menunjukkan bahwa
secara jenis kelamin, seluruh pemanen dan tenaga kerja muat berjenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan tabel identitas responden jabatan tenaga kerja muat, berusia 30 tahun
menurut jabatan dan usia, dapat diperoleh yaitu sebanyak 50,0% dan berusia 31 tahun
pada jabatan pemanen, mayoritas berusia 31- yaitu sebanyak 50,0%. Hasil perhitungan
35 tahun yaitu sebanyak 40% dari total identitas responden menurut jabatan dan umur
pemanen. Hal ini menunjukkan usia sebagai disajikan pada grafik sebagai berikut.
pemanen pada usia yang produktif. Pada
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016
7
6
5
4 20-25 tahun
3 26-30 tahun
2 31-35 tahun
1
0
Pemanen Tenaga kerja muat
Gambar 4. Grafik identitas responden menurut jabatan dan usia
8
7
6
Tidak Sekolah
5
4 SD
3 SMP
2
SMA
1
0
Pemanen Tenaga kerja muat
Gambar 5. Grafik identitas responden menurut jabatan dan pendidikan
Tabel 11. Produktivitas Muat, Angkut dan Bongkar dari TPH ke PKS
Tot Kapasitas
Waktu (menit) Jlh Jarak Kec Kerja
NO Waktu Angkut
Muat Angkut Bongkar (menit) (kg) (m) (kg/menit) (m/menit)
1 60 90 30 210 7000 35000 33,33 166,67
2 45 70 25 140 6550 35000 46,78 250,00
Jlh 105 160 55 350 13550 70000 80,11 416,67
Rt² 52,50 80 27,50 175 6775 35000 40,05 208,33
Sumber : Analisis data primer (2015)
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan sering dijumpai tentang kualitas buah
hal-hal sebagai berikut : yang diterima, misalnya terdapat buah
1. Di areal kebun mentah. Seperti yang kita ketahui buah
Adanya buah restan di areal kebun mentah kategorinya beda-beda. Ada
dan menghindari pencurian buah. Truk perusahaan yang menentukan kategori
siap mengirim TBS ke PKS sesegera buah mentanya dihitung dari buah
mungkin atau setelah TBS keluar dari mentah yang memiliki kurang dari10
blok dan sudah tersusun di TPH. brondolan membrondol, ada juga
Dengan tujuan untuk mengurangi perusahaan lain yang memakai %
jumlah restan dan meningkatnya ALB untuk mengkategorikan brondol. Di
semakin tinggi. Apabila terjadi buah PKS sendiri ada yang dinamakan
restan di lapangan yang belum proses gradding buah yaitu
diangkut oleh truk maka sepulangnya memisahkan buah yang sudah pantas
truk dari PKS langsung mengangkut untuk diolah (buah matang) dan buah
buah yang belum diangkut yang yang masih mentah. Karena biasanya
berada di lapangan tersebut kemudian pada saat gradding ditemukan buah
truk berkumpul di pos satpam yang mentah, maka akan dikembalikan ke
ada di kantor kebun agar dapat pihak kebun. Tidak jarang dalam
menghindari semacam pencurian mengkategorikan hal tersebut ada
buah. masalah, perbedaan paham kadang
2. Dari Kebun menuju PKS membuat transportir tidak terima.
Terjadi kecelakaan/kerusakan Kotinyutas penerimaan buah.
pada mesin truk pengangkut TBS. Dalam PKS memiliki beberapa target
Jarang sekali ditemukan jalanan yang produksi yang harus dicapai setiap
kondisinya rusak sehingga harinya. Salah satunya troughput atau
pengangkutan TBS ke PKS dapat biasa disebut TPH. Troughput adalah
berjalan lancar. Namun tidak menutup target tonase yang diolah per jam nya
kemungkinan terjadi kecelakaan pada (kapasitas pengolahan). Tiap pabrik
truk pengangkut TBS sehingga kapasitas pengolahannya berbeda-beda
tindakan yang dilakukan adalah tergantung besarnya. Umumnya ada
meminta pihak kebun untuk mengirim 30 TPH, 60 TPH atau 80 TPH. Untuk
truk untuk melakukan mencapai target tersebut kontinyutas
passing/memindahkan TBS dari truk pasokan buah juga mempengaruhi.
satu ke truk yang lain. Jika pihak kebun tidak konsisten
3. Di PKS dalam pengiriman ke PKS terkadang
Kendala pada penerimaan buah terlambat bisa membuat stagnasi
dari Kebun ke PKS. Awalnya dalam pengolahan sehingga target
Perusahaan mempunyai kesepakatan tidak tercapai. Namun kendala tersebut
masing-masing mengenai kualitas dapat diatasi dengan adanya
buah. Di pabrik masalah yang paling koordinasi yang baik antara tenaga
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016
kerja panen dan angkut serta alat angkut yaitu 4.065 kg/jam sedangkan alat
angkut yang berpengaruh kepada angkong memiliki produktivitas terendah
penyediaan bahan baku pabrik minyak yaitu 3.256 kg/jam.
kelapa sawit. 2. Hasil produktivitas tenaga kerja muat dan
Adanya mesin PKS yang rusak. bongkar pada kebun Bangun dapat
PKS umumnya beroperasi 24 jam, diketahui rata – rata TBS sekali muat
terkadang ada salah satu mesin yang yaitu 6.775 kg dengan rata – rata waktu
rusak sehingga pabrik tidak dapat muat 52,50 menit (3.150 kg/jam).
berjalan dengan lancar. Buah yang Sedangkan rata – rata TBS sekali bongkar
datang ke pabrik tetap dibongkar yaitu 6.775 kg dengan rata – rata waktu
semua dan ditimbun di loading ramp bongkar 27,50 menit (1.650 kg/jam).
dan akan diolah pada hari berikutnya 3. Hasil produktivitas muat, angkut dan
setelah diperbaiki, karena masa bongkar dari TPH ke PKS pada kebun
perbaikan biasanya memakan waktu Bangun dapat diketahui total waktu rata-
1x24 jam. Kejadian tersebut tidak rata sekali pengangkutan yaitu 175 menit
terlalu menjadi masalah karena pabrik dengan jarak tempuh 35.000 meter (35
memiliki kapasitas ramp yang besar km). Rata-rata TBS sekali angkut yaitu
6.775 kg dan rata-rata kapasitas angkut
KESIMPULAN DAN SARAN sekali angkut 40,05 kg/menit (2.403
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kg/jam) dengan rata-rata kecepatan kerja
dilakukan di PTPN III Kebun Bangun, dapat 208,33 m/menit (12.499 km/jam).
diberikan beberapa kesimpulan sebagai 4. Terdapat kendala-kendala dalam
berikut : pengangkutan TBS dari kebun ke PKS
1. Hasil perhitungan rata-rata produktivitas yaitu buah restan dan pencurian buah,
alat angkut dari piringan ke TPH bahwa kecelakaan/kerusakan mesin truk
produktivitas tertinggi pemanen yang pengangkut buah, penerimaan buah
menggunakan alat becak motor yaitu (kualitas buah), keterlambatan pengiriman
5.033 kg/jam, rata-rata produktivitas buah dan adanya mesin PKS yang rusak.
pemanen yang menggunakan alat sepeda
DAFTAR PUSTAKA
Anonim𝑎 , 2012. Tahapan Pengembangan Anonim, 2013. Makalah tentang Efisiensi
Perkebunan Kelapa Sawit. Alokasi dan Efisiensi Ekonomi
http://www.ditjenbun.deptan.go.id.17d Komoditi Jagung.
iakses pada tanggal 9 Maret 2014. http://ekofendy.blogspot.com/2013/05/
Anonim𝑏 , 2012. Teoritis makalah-tentang-efisiensi-alokasi-
Kemitraan.Boggor:http://www.reposit dan.html. diakses pada tanggal 29
ory.ipb.ac.id.17diakses pada tanggal 9 April 2015.
Maret 2014. Diana, 2015. Skripsi. Kajian Kinerja
Anonim, 2012. Ekonomi, Efektif&Efisien Transportasi Pengangkutan TBS
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis (Tandan Buah Segar) di Kebun
/2012/03/17/ekonomis-efektif-efisien- Koperasi Unit Desa Tunas Harapan,
442962.html. diakses pada tanggal 29 Mitra Plasma Kelapa Sawit PT.
April 2015. Katingan Indah Utama (Kaliman
Estate) Makin Group. INSTIPER
Yogyakarta. Yogyakarta.
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016