Anda di halaman 1dari 14

JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.

1, APRIL 2016

KAJIAN TRANSPORTASI PENGANGKUTAN TBS KELAPA SAWIT


DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DESA BANGUN, KECAMATAN GUNUNG
MALELA, KABUAPATEN SIMALUNGUN, PROVINSI SUMATERA UTARA

Siska Amalia Iradati¹, A. Ayiek Sih Sayekti², Listiyani²


¹Mahasiswa Fakultas Pertanian INSTIPER
²Dosen Fakultas Pertanian INSTIPER

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis apa saja alat angkut TBS dari piringan ke
TPH dan produktivitasnya, mengetahui produktivitas tenaga kerja muat dan bongkar, mengetahui
produktivitas muat, angkut dan bongkar dari TPH ke PKS, dan kendala – kendala yang dihadapi
dalam pengangkutan dari kebun ke PKS.Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif
analisis, pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu mengambil semua populasi
pemanen 15 orang dan 2 orang tenaga kerja muat di Afdeling I yang terkait dalam
penelitian.Terdapat beberapa jenis alat angkut TBS dari piringan ke TPH yaitu angkong, sepeda
angkut dan becak motor. Tenaga kerja angkut TBS dari piringan ke TPH yang dilakukan oleh
pemanen menunjukkan alat angkut becak motor memiliki rata-rata produktivitas paling tinggi yaitu
5.033 kg/jam dibandingkan pemanen yang menggunakan alat angkut angkong dan sepeda angkut.
Alat angkut sepeda angkut memiliki rata-rata produktivitas 4.065 kg/jam sedangkan alat angkut
angkong memiliki rata-rata produktivitas 3.256 kg/jam. Hasil produktivitas tenaga kerja muat dan
bongkar pada kebun Bangun dapat diketahui rata – rata TBS sekali muat yaitu 6.775 kg dengan rata
– rata waktu muat 52,50 menit (3.150 kg/jam). Sedangkan rata – rata TBS sekali bongkar yaitu
6.775 kg dengan rata – rata waktu bongkar 27,50 menit (1.650 kg/jam). Hasil produktivitas muat,
angkut dan bongkar dari TPH ke PKS pada kebun Bangun dapat diketahui total waktu rata-rata
sekali pengangkutan yaitu 175 menit dengan jarak tempuh 35.000 meter (35 km). Rata-rata TBS
sekali angkut yaitu 6.775 kg dan rata-rata kapasitas angkut sekali angkut 40,05 kg/menit (2.403
kg/jam) dengan rata-rata kecepatan kerja 208,33 m/menit (12.499 kg/jam).Terdapat kendala-
kendala dalam pengangkutan TBS dari kebun ke PKS yaitu buah restan dan pencurian buah,
kecelakaan/kerusakan mesin truk pengangkut buah, penerimaan buah (kualitas buah), keterlambatan
pengiriman buah dan adanya mesin PKS yang rusak.

Kata Kunci : ProduktivitasTenagaKerja, AlatAngkut.

PENDAHULUAN sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat


Tanaman Kelapa Sawit merupakan tinggi dan merupakan penghasil minyak
tanaman yang banyak dibudidayakan nabati yang paling banyak digunakan oleh
diIndonesia dengan sistem perkebunan oleh masyarakat luas di Indonesia. Hasil utama
perusahaan-perusahaan besar baik oleh tanaman Kelapa Sawit adalah minyak sawit
perusahaan Pemerintah yang berbentuk Badan atau yang sering disebut dengan istilah Crude
Usaha Milik Negara maupun Perusahaan Palm Oil (CPO) dan inti sawit (palm karnel
Milik Swasta. Bahkan masyarakat pun banyak oil/PKO). Minyak sawit dapat dimanfaatkan
bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. di berbagai industri karena memiliki susunan
Hal ini disebabkan karena tanaman kelapa dan kandungan gizi yangcukup lengkap.
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

Industri yang banyak menggunakan minyak Perebutan pasar semakin gencar dalam
sawit sebagai bahan baku adalah industri menyediakan barang dan jasa sesuai
pangan, industri kosmetik, dan farmasi, kebutuhan konsumen. Peningkatan mutu,
bahkan minyak kelapa sawit telah produktivitas dan efisiensi merupakan
dikembangkan sebagai salah satu bahan prasyarat dalam meningkatkan daya saing
bakar. (Semangun,1999).
Produksi minyak sawit CPO didalam Hasil utama pohon kelapa sawit adalah
negeri diserap oleh industri pangan terutama buah sawit, yang tersusun dalam tandan buah
industri minyak goreng dan industri non segar (TBS). TBS kelapa sawit dipanen
pangan seperti kosmetik dan farmasi. Namun, dengan cara potong buah. Pada tanaman
potensi pasar paling besar adalah industri berumur kurang dari 7 tahun, digunakan
minyak goreng. Potensi tersebut terlihat dari dodos, sedang pada tanaman berumur lebih
semakin bertambahnya jumlah penduduk dari 7 tahun, atau dengan ketinggian lebih
yang berimplikasi pada pertambahan dari 4 m digunakan egrek. Metode panen
kebutuhan pangan terutama minyak goreng. yang tepat ikut menentukan kuantitas
Perkembangan perkebunan kelapa sawit produksi (rendemen), sedangkan lama
saat ini sudah berjalan berlandaskan ketentuan pengangkutan terkait dengan kualitas TBS
perundangan yang berlaku dan juga tuntutan (kandungan asam lemak bebas) (Pahan,
global yang berkembang dikalangan 2011). Oleh sebab itu pemanenan,
masyarakat Internasional. Sejak awal pengangkutan, dan pengolahan menjadi
perkembangannya telah berorientasi pada minyak menjadi rangkaian kegiatan yang
kelayakan ekonomi, kelayakan sosial, dan saling mempengaruhi. Perlu koordinasi yang
ramah lingkungan, sebagai komponen pokok baik antara pemanen dengan pengangkutan
dari prinsip pembangunan berkelanjutan. karenasangat berpengaruh kepada penyediaan
Sangat dipahami bahwa pembangunan bahan baku pabrik minyak kelapa sawit.
agribisnis kelapa sawit merupakan industri Dalam setiap perusahaan baik yang
yang diyakini bisa membantu pemerintah berupa perusahaan industri maupun
untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. perusahaan perkebunan, tenaga kerja
Hal ini dikarenakan industri kelapa sawit merupakan faktor yang paling penting untuk
merupakan sumber daya alam yang dapat menghasilkan barang dan jasa yang paling
dipengaruhi, berupa lahan yang subur, tenaga dibutuhkan manusia. Pada saat ini kemajuan
kerja yang produktif, dan sinar matahri yang teknologi yang semakin pesat dapat
melimpah sepanjang tahun. Kelapa sawit membantu untuk meningkatkan hasil
merupakan tanaman yang paling produktif produksi, tetapi peranan tenaga kerja sangat
dengan produksi minyak per ha yang paling mutlak dan merupakan faktor penentu bagi
tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak keberhasilan perusahaan mencapai tujuan. Hal
nabati lainnya. Agribisnis kelapa sawit adalah ini dimaksudkan karena hampir setiap
salah satu dari sedikit industri yang pekerjaan atau kegiatan memerlukan tenaga
merupakan keunggulan kompetitif Indonesia manusia untuk menggerakkan faktor-faktor
untuk bersaing di tingkat global (Pahan,2011). ini.
Dalam era globalisasi khusnya dalam Peningkatan ataupun penurunan
menghadapi era pasar bebas, tantangan dan produksi dan produktivitas suatu perusahaan
persaingan antara sesama negara produsen dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan
komoditas perkebunan semakin keras. produksi dan produktivitas tenaga kerja yang
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

tercakup didalamnya. Tenaga kerja pada dikirim ke PKS akan menyebabkan Asam
perusahaan-perusahaan seperti perkebunan Lemak Bebas (ALB) yang tinggi, sehingga
umumnya adalah karyawan. Salah satu cara mutu CPO akan berkurang. Salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi kelapa sawit untuk menghindarkan terbentuknya asam
adalah dengan meningkatkan kualitas sumber lemak bebas adalah pengangkutan dari kebun
daya manusianya (SDM), yaitu dengan ke pabrik harus dilakukan dengan secepatnya.
menciptakan SDM yang memiliki Salah satu bagian terpenting dari mata
kemampuan memadai dan menguasai rantai industri kelapa sawit yang turut
pekerjaan dibidangnya. Selain peningkatan berperan dalam optimasi produksi minyak
produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan sawit adalah transportasi pengangkutan
kualitas minyak kelapa sawit dan ketepatan Tandan Buah Segar (TBS). Transportasi
waktu dalam transportasi pengangkutan TBS. adalah sarana dan prasarana alat angkut buah
Salah satu penilaian kualitas minyak kelapa dari block sampai ke pabrik yang harus di
sawit adalah kandungan Asam Lemak Bebas terima di PKS 24 jam setelah buah di panen,
(ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar agar buah dapat diterima di pabrik tepat
air minyak. Menurut Badan Standardisasi waktu, maka sarana prasarana transportasi
Nasional (1992), kandungan ALB (sebagai harus dirawat dengan baik sehingga tidak
asam palmitat) dalam minyak kelapa sawit terjadi kendala dalam pengiriman buah dari
yang memenuhi syarat Standar Nasional block afdeling ke PKS.
Indonesia (SNI) maksimum 5.00 % Koordinasi tenaga kerja panen dan
(bobot/bobot). Indikator ketepatan waktu tenagakerjamuat, sangat berpengaruh kepada
dalam transportasi pengangkutan TBS penyediaan bahan baku pabrik minyak kelapa
meliputi berapa lama waktu dan jarak yang sawit. Setelah panen, pengangkutan menjadi
dibutuhkan seorang tenaga kerja muat yaitu kegiatan yang penting mendapatkan
yang bertugas untuk memasukkan (memuat) perhatian, karena sebagai bahan pertanian,
TBS ke dalam truk, berapa lama waktu dan TBS harus masuk ke pabrik pada hari itu juga
jarak yang dibutuhkan untuk kegiatan untuk menjaga kondisi kualitasnya. Pada
pengangkutan truk (dump truk/truk bak kayu) umumnya sistem angkutan panen
dari afdeling sampai dengan pabrik kelapa dikoordinasikan oleh asisten afdeling bersama
sawit, dan berapa waktu yang dibutuhkan bagian transportasi. Dalam hal ini terdapat
untuk kegiatan bongkar TBS dari dalam bak paling tidak dua bentuk pengelolaan. Pertama,
truk ke loading ramp oleh tenaga manusia sistem angkutan dikelola oleh perusahaan
(Truk bak kayu) dan dengan sistem hidrolik perkebunan, baik dengan alat angkut (truk)
(Dump truk). milik sendiri ataupun kontraktor yang disewa
Tandan Buah Segar (TBS) harus segera perusahaan. Kedua, adalah yang dilakukan
diangkut ke pabrik pengolahan untuk dalam kelompok tani (petani mandiri), truk
mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang dikelola oleh koperasi atau kelompok tani.
berkualitas dan bermutu tinggi. TBS yang Pengangkutan TBS terdiri atas dua
sudah dipanen harus segera dikirim ke Pabrik tahap, yaitu pengangkutan dari piringan
Kelapa Sawit (PKS) menggunakan truk besar dipanen ke tempat pengumpulan hasil (TPH)
untuk kemudian dilakukan pengolahan. Hasil dan dari TPH ke loading ramp pabrik kelapa
panen harus dikirim ke PKS dalam jangka sawit. Pengangkutan tahap pertama menjadi
waktu (kurang dari 24 jam) untuk tanggung jawab tim pemanen, sedang tahap
menghindari buah restan, buah restan yang kedua menjadi tanggung jawab petugas
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

angkutan (Semangun, 2005). Alat angkut sistem pengangkutan dan kendala


yang dipergunakan dari pokok ke TPH pengangkutan dari kebun ke PKS.
biasanya kereta sorong (angkong), atau di 2. Data Sekunder
beberapa lokasi menggunakan gerobak yang Yaitu data yang diperoleh
ditarik kerbau. Alat angkut dari TPH ke dengan mencatat dari instansi atau
pabrik pada umumnya menggunakan truk, lembaga yang berhubungan dengan
baik bak kayu maupun bak besi (dump truck). penelitian, data sekunder ini diambil
Atau dibeberapa perusahaan yang maju dalam rentang waktu tertentu. Data
menggunakan sistem bin dan sistem jaring diperoleh dari pencatatan dokumen-
(net). Kapasitas truk yang digunakan adalah dokumen perusahaan. Data sekunder
6-10 ton. Menurut Joni, (2013) Pengangkutan yang diperoleh berupa peta afdeling
TBS dari pasar pikul ke TPH tergantung dari kebun, form surat pengantar TBS,
jalan dan alat angkut yang digunakan. form daftar pengumpulan buah dan
form daftar pengangkutan buah.
METODE PENELITIAN Definisi Operasional
Metode Dasar Penelitian 1. Produktivitas tenaga kerja angkut ke TPH
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah jumlah TBS yang dapat diangkut
yaitu metode deskriptif analisis, yaitu metode dalam satuan waktu tertentu : jumlah
yang memusatkan pada pemecahan masalah- tandan (kg)/waktu (jam)
masalah yang ada pada masa sekarang dimana 2. Kinerja dalam pengangkutan Kapasitas
data yang dikumpulkan mula-mula disusun angkut, merupakan kemampuan alat
dan kemudian dijelaskan selanjutnya dianalisa angkut (truk) mengangkut TBS setiap rit
(Soeratno,1999). (ton/rit). Kapasitas angkut diukur dengan
Metode Pengambilan Sampel mencatat berat TBS yang diangkut dan
Metode pengambilan sampel dilakukan masuk loading ramp.
dengan cara sensus yaitu mengambil semua Metode Pengumpulan Data
populasi pemanen 15 orang dan 2 orang Metode yang digunakan dalam memperoleh
tenaga kerja muat di Afdeling I yang terkait data adalah :
dalam penelitian. a. Observasi, yaitu pengumpulan data
Jenis Data Yang Diambil dengan cara mengadakan pengamatan
Dalam penelitian ini menggunakan dua secara langsung terhadap objek penelitian.
jenis data sebagai berikut : Cara ini digunakan untuk melengkapi data
1. Data Primer yang telah diperoleh melalui metode
Yaitu data yang diperoleh dan wawancara dan metode pencatatan data.
dikumpulkan secara langsung objek b. Kuesioner adalah metode pengumpulan
yang diteliti, yang berupa wawancara data dengan cara memberikan kuesioner
dan observasi langsung. Data primer (daftar pertanyaan) secara logis, terperinci
yang diperoleh berupa jumlah dan lengkap yang berhubungan dengan
janjang yang dipanen, waktu masalah yang diteliti kepada
pengangkutan pemanen mengangkut responden.Teknik pengumpulan data yang
TBS dari piringan ke TPH, kapasitas berupa kuesioner dimaksudkan untuk
truk, waktu tenaga kerja muat, jarak memperoleh datamengenai produktivitas
ke PKS, waktu perjalanan ke PKS, tenaga kerja yang mengangkut TBS dari
piringan ke TPH serta produktivitas
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

tenaga kerja muat yang mengangkut TBS lembaga atau dinas yang berkaitan dengan
dari TPH ke PKS serta apa saja yang tujuan penelitian.
menjadi kendala selama pengangkutan ke Metode Analisis Data
PKS. Analisis data dilakukan dengan cara
c. Pencatatan atau pendataan, yaitu mencatat deskriptif, dengan tabel-tabel yang dianalisis
semua data yang diperoleh dari data dan dibahas lebih lanjut, serta menghitung
sekunder yang berasal dari instansi, produktivitas tenaga kerja dan tenaga kerja
muat pengangkut TBS ke PKS.
1. Produktivitas tenaga kerja angkut ke TPH :
output = Jumlah TBS (kg)
input Waktu (jam)
Keterangan :
Kg = jumlah TBS yang diangkut
Jam = Waktu angkut
2. Produktivitas tenaga kerja muat :
a) Kinerja tenaga kerja muat = Jumlah TBS (kg)
Waktu (jam)
b) Kecepatan yang dibutuhkan dalam perjalanan dari TPH ke PKS =
Jarak yang ditempuh
Waktu

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Identitas Responden jabatan. Untuk hasil kuisioner dapat disajikan
Hasil dari kuisioner yaitu dapat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang
diperoleh informasi tentang nama responden, kemudian dilakukan ditabulasi jawaban.
jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan

Tabel 2. Identitas Pemanen Menurut Jenis Kelamin


Pemanen
Jenis Kelamin
Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki-Laki 15 100
Perempuan 0 0
Total 15 100
Sumber : Analisis data primer (2015)

Tabel 3. Identitas Tenaga Kerja Muat Menurut Jenis Kelamin


Tenaga Kerja Muat
Jenis Kelamin
Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki-Laki 2 100
Perempuan 0 0
Total 2 100
Sumber : Analisis data primer (2015)

Berdasarkan hasil tabel identitas berjumlah 15 orang atau sebesar 100


responden menurut jabatan, diperoleh % dari total pemanen. Pada jabatan
seluruh responden berjenis kelamin tenaga kerja muat, berjumlah 2 oang
laki-laki. Pada jabatan pemanen, atau sebesar 100 % dari total tenaga
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

kerja muat.Hasil perhitungan identitas kelamin disajikan pada grafik sebagai


responden menurut jabatan dan jenis berikut.
20

15

10

0
Pemanen Tenaga kerja muat Laki-Laki
Perempuan

Gambar 3. Grafik identitas responden menurut jabatan dan jenis kelamin

Grafik identitas responden menurut jabatan dan jenis kelamin menunjukkan bahwa
secara jenis kelamin, seluruh pemanen dan tenaga kerja muat berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4. Identitas Pemanen Menurut Usia


Pemanen
Umur
Jumlah (orang) Persentase (%)
20-25 tahun 5 33,3
26-30 tahun 4 26,7
31-35 tahun 6 40,0
Total 15 100
Sumber : Analisis data primer (2015)

Tabel 5. Identitas Tenaga kerja muat menurut usia


Tenaga kerja muat
Umur
Jumlah (orang) Persentase (%)
30 tahun 1 50,0
31 tahun 1 50,0
Total 2 100
Sumber : Analisis data primer (2015)

Berdasarkan tabel identitas responden jabatan tenaga kerja muat, berusia 30 tahun
menurut jabatan dan usia, dapat diperoleh yaitu sebanyak 50,0% dan berusia 31 tahun
pada jabatan pemanen, mayoritas berusia 31- yaitu sebanyak 50,0%. Hasil perhitungan
35 tahun yaitu sebanyak 40% dari total identitas responden menurut jabatan dan umur
pemanen. Hal ini menunjukkan usia sebagai disajikan pada grafik sebagai berikut.
pemanen pada usia yang produktif. Pada
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

7
6
5
4 20-25 tahun
3 26-30 tahun
2 31-35 tahun
1
0
Pemanen Tenaga kerja muat
Gambar 4. Grafik identitas responden menurut jabatan dan usia

Grafik identitas responden memiliki umur yang beragam yaitu


menurut jabatan dan umur dari umur paling muda yaitu 20 tahun
menunjukkan bahwa secara umur, dan paling tinggi 35 tahun.
pemanen, dan tenaga kerja muat

Tabel 6. Identitas Pemanen Menurut Pendidikan


Pemanen
Pendidikan
Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak Sekolah 1 6,7
SD 7 46,7
SMP 4 26,7
SMA 3 20,0
Total 15 100
Sumber : Analisis data primer (2015)

Tabel 7. Identitas Tenaga Kerja Muat Menurut Pendidikan


Tenaga kerja muat
Pendidikan
Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak Sekolah 1 50,0
SD 0 0,0
SMP 1 50,0
SMA 0 0,0
Total 2 100
Sumber : Analisis data primer (2015)

Berdasarkan tabel identitas sekolah sebanyak 50% dan pendidikan


responden menurut jabatan dan SMP sebanyak 50 %. Hasil
pendidikan, menunjukkan pada perhitungan identitas responden
jabatan pemanen, mayoritas memiliki menurut jabatan dan pendidikan
pendidikan SD sebanyak 46,7%. Pada disajikan pada grafik sebagai berikut.
jabatan tenaga kerja muat, tidak
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

8
7
6
Tidak Sekolah
5
4 SD
3 SMP
2
SMA
1
0
Pemanen Tenaga kerja muat
Gambar 5. Grafik identitas responden menurut jabatan dan pendidikan

Grafik identitas responden tinggi yaitu SMA yang hanya terdapat


menurut jabatan dan pendidikan pada jabatan pemanen.
menunjukkan bahwa secara Produktivitas Tenaga Kerja
pendidikan, pemanen memiliki Pengangkutan TBS dari Piringan ke
pendidikan yang lebih beragam dari TPH
tenaga kerja muat. Pendidikan paling

Tabel 8. Tabel Alat Angkut dari Piringan ke TPH


Jenis Alat Jumlah (orang) Persentase (%)
Angkong 9 60,0
Sepeda Angkut 3 20,0
Becak Motor 3 20,0
Total 15 100
Sumber : Analisis data primer (2015)

Berdasarkan tabel responden dikarenakan angkong sudah


tenaga kerja angkut TBS dari piringan disediakan oleh perusahaan. Namun
ke TPH oleh pemanen, diperoleh ada juga pemanen yang menggunakan
jumlah tenaga kerja ada 15 orang. sepeda angkut sebanyak 20% dan
Jenis alat yang digunakan oleh becak motor sebanyak 20% karena
pemanen untuk mengangkut TBS ada menurut mereka menggunakan alat
3 jenis yaitu angkong, sepeda angkut tesebut lebih mengefesiensikan waktu
dan becak motor. Tenaga kerja dan kapasitas yang diangkut sedikit
pemanen mayoritas menggunakan lebih besar daripada menggunakan
angkong yaitu sebanyak 60%. Hal ini angkong.

Tabel 9. Tabel Produktivitas Alat Angkut dari Piringan ke TPH


Jenis Alat Produktivitas (kg/jam)
Angkong 3256
Sepeda Angkut 4065
Becak Motor 5033
Sumber : Analisis data primer (2015)

Berdasarkan hasil perhitungan ke TPH yang dipakai oleh pemanen,


produktivitas alat angkut dari piringan diperoleh rata-rata produktivitas
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

pemanen yang menggunakan alat berbukit. Berbeda dengan pemanen


angkong yaitu 3.256 kg/jam, yang menggunakan sepeda angkut dan
produktivitas pemanen yang becak motor yang tidak dapat
menggunakan alat sepeda angkut yaitu mengangkut buah di areal berbukit
4.065kg/jam sedangkan produktivitas karena sangat sulit jika mengangkut
pemanen yang menggunakan alat dengan sepeda angkut dan becak
becak motor yaitu 5.033 kg/jam. motor yang memiliki kapasitas alat
Dilihat dari perhitungan rata-rata angkut lebih banyak. Pada kebun yang
produktivitas alat angkut dari piringan diteliti mempunyai areal datar
ke TPH bahwa produktivitas tertinggi sehingga becak motor merupakan alat
yaitu pemanen yang menggunakan alat yang efektif, efisien dan memiliki
becak motor. produktivitas yang tinggi dalam
Pemanen yang menggunakan mengangkut TBS ke TPH.
angkong dapat mengangkut buah Produktivitas Tenaga Kerja Muat
dengan mudah di areal datar dan dan Bongkar dari TPH ke PKS

Tabel 10. Produktivitas Tenaga Kerja Muat dan Bongkar

Waktu (menit) Tot Waktu Jumlah


No
Muat Bongkar (menit) (kg)
1 60 30 90 7000
2 45 25 70 6550
Jlh 105 55 160 13550
Rt² 52,50 27,50 80 6775

Sumber : Analisis data primer (2015)

Transportasi pengangkutan TBS dengan rata – rata waktu muat 52,50


dilakukan dua kali dengan menit (3.150 kg/jam). Sedangkan rata
menggunakan truk colt diesel (truk – rata TBS sekali bongkar yaitu 6.775
bak kayu). Dari hasil produktivitas kg dengan rata – rata waktu bongkar
tenaga kerja muat dan bongkar pada 27,50 menit (1.650 kg/jam).
kebun Bangun dapat diketahui rata – Produktivitas Muat, Angkut dan
rata TBS sekali muat yaitu 6.775 kg Bongkar dari TPH ke PKS

Tabel 11. Produktivitas Muat, Angkut dan Bongkar dari TPH ke PKS
Tot Kapasitas
Waktu (menit) Jlh Jarak Kec Kerja
NO Waktu Angkut
Muat Angkut Bongkar (menit) (kg) (m) (kg/menit) (m/menit)
1 60 90 30 210 7000 35000 33,33 166,67
2 45 70 25 140 6550 35000 46,78 250,00
Jlh 105 160 55 350 13550 70000 80,11 416,67
Rt² 52,50 80 27,50 175 6775 35000 40,05 208,33
Sumber : Analisis data primer (2015)
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

Dari hasil produktivitas muat, Apabila ada yang tidak terangkut,


angkut dan bongkar dari TPH ke PKS maka pemborong dikenakan denda.
pada kebun Bangun dapat diketahui Karena sebelumnya antara perusahaan
total waktu rata-rata sekali dengan pihak pemborong sudah
pengangkutan yaitu 175 menit dengan membuat perjanjian terlebih dahulu.
jarak tempuh 35.000 meter (35 km). Proses pembayaran yang
Rata-rata TBS sekali angkut yaitu dilakukan pihak Perusahaan PTPN III
6.775 kg dan rata-rata kapasitas Kebun Bangun yaitu awalnya
angkut sekali angkut 40,05 kg/menit perusahaan membuat Permintaan
(2.403 kg/jam) dengan rata-rata Pemakaian Anggaran Belanja (PPAB)
kecepatan kerja 208,33 m/menit yang diajukan ke Distrik Manajer
(12.499 km/jam). kemudian dikirimkan ke kantor besar
Pengangkutan TBS di PTPN III yang berada di Medan
Perusahaan PTPN III kebun inti kemudian disetujui oleh Kandir.
Bangun ini menggunakan truk sewa Setelah mendapat persetujuan dari
yang terdiri dari satu orang supir dan pihak Kandir, kemudian terjadilah
dua orang kernet (tenaga kerja muat) kesepakatan kontrak kerja antar
milik kontraktor. Alasan perusahaan perusahaan PTPN III Kebun Bangun
memilih tidak menggunakan truk sewa dengan pihak pemborong.
karena biaya yang dikeluarkan lebih Sistem pembayaran yang
mahal, belum lagi biaya perawatan dilakukan Perusahaan PTPN III Kebun
dan pemeliharaan truk, upah supir dan Bangun kepada pihak pemborong
kernet, biaya bahan bakar, dan lain- adalah dihitung dari jumlah tandan
lain. dikali harga per kilogram TBS dibagi
Pemborong mempunyai dengan jumlah hari kerja/bulan.
tanggungjawab ke perusahaan untuk Hasilnya tersebut merupakan jumlah
mengangkut semua TBS yang ada. biaya yang dibayarkan ke pemborong.
Misalnya :
Up pemborong=Jml tandan xRp 93,20/kg
Jml hari kerja/bln
= 415.480xRp 93,20/kg
25 hari /bln
=Rp 38.722.736/ bln
25 hari/bln
= Rp 1.548.909,44/bln

Kendala Pengangkutan TBS dari Pengangkutan TBS dari TPH ke


Kebun ke PKS PKS diangkut dengan truk
Pengangkutan TBS merupakan memerlukan waktu 1,5-2 jam dengan
rangkaian dari aktifitas panen,angkut jarak ± 35 km.Waktu yang dibutuhkan
dan olah (PAO). Tujuan dari untuk berpindah dari TPH satu dengan
pengangkutan TBS yaitu mengangkut TPH lainya membutuhkan waktu ± 1
semua buah yang sudah dikeluarkan menit. Setelah bak truk penuh, truk
dari blok dan sudah disusun di TPH. siap mengirim TBS ke PKS sesegera
mungkin atau setelah TBS keluar dari
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

blok dan sudah tersusun di TPH. di kebun atau di lapangan bisa


Dengan tujuan untuk mengurangi diangkut semua tanpa restan pada hari
jumlah restan dan meningkatnya ALB itu juga.Sistem pengamanan
semakin tinggi. pengangkutan TBS selama di jalan
Untuk pengangkutan TBS pada ialah menggunakan jaring/net yang
kebun inti pengangkutan diawasi oleh dipasangkan di truk yang sudah
mandor dan Kerani Cek Sawit (KCS). tersusun TBS agar buah tidak jatuh
Sebelum TBS diangkut ke PKS dan dikunci dengan menggunakan alat
terlebih dahulu membuat surat yang bernama locis berupa segel untuk
pengantar buah yang ditanda tangani mengunci jaring tersebut.
oleh krani, asisten afdeling dan supir Menurut informasi yang didapat
truk. Pengangkutan TBS bisa terdapat berbagai kendala diantaranya
dikatakan berhasil yaitu apabila buah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Kendala Pengangkutan dari Kebun ke PKS


NO Lokasi Kendala Solusi
1 Areal kebun Adanya buah restan Apabila terjadi buah restan di
yang belum sempat lapangan yang belum diangkut
diangkut ke PKS oleh oleh truk maka sepulangnya truk
truk dan menghindari dari PKS langsung mengangkut
pencurian buah buah yang belum diangkut yang
berada di lapangan tersebut
kemudian truk berkumpul di pos
satpam yang ada di kantor kebun
dan menginapkan truk yang berisi
buah di pos satpam tersebut agar
dapat menghindari semacam
pencurian buah
2 Dari kebun – Kecelakaan/kerusakan Meminta pihak kebun untuk
PKS pada mesin truk mengirim truk untuk melakukan
pengangkut TBS passing/memindahkan TBS dari
truk satu ke truk yang lain
3 PKS • Penerimaan buah Pihak kebun lebih memastikan
(kualitas buah) yang kembali kriteria buah yang akan
diterima dari kebun dikirim ke PKS karena pihak
terdapatbuah PKS tidak menerima buah
mentah sehingga mentah
dikembalikan ke
pihak kebun
• Kontinyutas Adanya koordinasi tenaga kerja
penerimaan buah panen dan petugas angkutan,
(keterlambatan sangat berpengaruh kepada
pengiriman buah) penyediaan bahan baku pabrik
minyak kelapa sawit
• Salah satu mesin Buah yang datang ke pabrik tetap
PKS yang rusak dibongkar semua dan ditimbun di
loading ramp dan akan diolah
pada hari berikutnya setelah
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

diperbaiki, karena masa


perbaikan biasanya memakan
waktu 1x24 jam

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan sering dijumpai tentang kualitas buah
hal-hal sebagai berikut : yang diterima, misalnya terdapat buah
1. Di areal kebun mentah. Seperti yang kita ketahui buah
Adanya buah restan di areal kebun mentah kategorinya beda-beda. Ada
dan menghindari pencurian buah. Truk perusahaan yang menentukan kategori
siap mengirim TBS ke PKS sesegera buah mentanya dihitung dari buah
mungkin atau setelah TBS keluar dari mentah yang memiliki kurang dari10
blok dan sudah tersusun di TPH. brondolan membrondol, ada juga
Dengan tujuan untuk mengurangi perusahaan lain yang memakai %
jumlah restan dan meningkatnya ALB untuk mengkategorikan brondol. Di
semakin tinggi. Apabila terjadi buah PKS sendiri ada yang dinamakan
restan di lapangan yang belum proses gradding buah yaitu
diangkut oleh truk maka sepulangnya memisahkan buah yang sudah pantas
truk dari PKS langsung mengangkut untuk diolah (buah matang) dan buah
buah yang belum diangkut yang yang masih mentah. Karena biasanya
berada di lapangan tersebut kemudian pada saat gradding ditemukan buah
truk berkumpul di pos satpam yang mentah, maka akan dikembalikan ke
ada di kantor kebun agar dapat pihak kebun. Tidak jarang dalam
menghindari semacam pencurian mengkategorikan hal tersebut ada
buah. masalah, perbedaan paham kadang
2. Dari Kebun menuju PKS membuat transportir tidak terima.
Terjadi kecelakaan/kerusakan Kotinyutas penerimaan buah.
pada mesin truk pengangkut TBS. Dalam PKS memiliki beberapa target
Jarang sekali ditemukan jalanan yang produksi yang harus dicapai setiap
kondisinya rusak sehingga harinya. Salah satunya troughput atau
pengangkutan TBS ke PKS dapat biasa disebut TPH. Troughput adalah
berjalan lancar. Namun tidak menutup target tonase yang diolah per jam nya
kemungkinan terjadi kecelakaan pada (kapasitas pengolahan). Tiap pabrik
truk pengangkut TBS sehingga kapasitas pengolahannya berbeda-beda
tindakan yang dilakukan adalah tergantung besarnya. Umumnya ada
meminta pihak kebun untuk mengirim 30 TPH, 60 TPH atau 80 TPH. Untuk
truk untuk melakukan mencapai target tersebut kontinyutas
passing/memindahkan TBS dari truk pasokan buah juga mempengaruhi.
satu ke truk yang lain. Jika pihak kebun tidak konsisten
3. Di PKS dalam pengiriman ke PKS terkadang
Kendala pada penerimaan buah terlambat bisa membuat stagnasi
dari Kebun ke PKS. Awalnya dalam pengolahan sehingga target
Perusahaan mempunyai kesepakatan tidak tercapai. Namun kendala tersebut
masing-masing mengenai kualitas dapat diatasi dengan adanya
buah. Di pabrik masalah yang paling koordinasi yang baik antara tenaga
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

kerja panen dan angkut serta alat angkut yaitu 4.065 kg/jam sedangkan alat
angkut yang berpengaruh kepada angkong memiliki produktivitas terendah
penyediaan bahan baku pabrik minyak yaitu 3.256 kg/jam.
kelapa sawit. 2. Hasil produktivitas tenaga kerja muat dan
Adanya mesin PKS yang rusak. bongkar pada kebun Bangun dapat
PKS umumnya beroperasi 24 jam, diketahui rata – rata TBS sekali muat
terkadang ada salah satu mesin yang yaitu 6.775 kg dengan rata – rata waktu
rusak sehingga pabrik tidak dapat muat 52,50 menit (3.150 kg/jam).
berjalan dengan lancar. Buah yang Sedangkan rata – rata TBS sekali bongkar
datang ke pabrik tetap dibongkar yaitu 6.775 kg dengan rata – rata waktu
semua dan ditimbun di loading ramp bongkar 27,50 menit (1.650 kg/jam).
dan akan diolah pada hari berikutnya 3. Hasil produktivitas muat, angkut dan
setelah diperbaiki, karena masa bongkar dari TPH ke PKS pada kebun
perbaikan biasanya memakan waktu Bangun dapat diketahui total waktu rata-
1x24 jam. Kejadian tersebut tidak rata sekali pengangkutan yaitu 175 menit
terlalu menjadi masalah karena pabrik dengan jarak tempuh 35.000 meter (35
memiliki kapasitas ramp yang besar km). Rata-rata TBS sekali angkut yaitu
6.775 kg dan rata-rata kapasitas angkut
KESIMPULAN DAN SARAN sekali angkut 40,05 kg/menit (2.403
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kg/jam) dengan rata-rata kecepatan kerja
dilakukan di PTPN III Kebun Bangun, dapat 208,33 m/menit (12.499 km/jam).
diberikan beberapa kesimpulan sebagai 4. Terdapat kendala-kendala dalam
berikut : pengangkutan TBS dari kebun ke PKS
1. Hasil perhitungan rata-rata produktivitas yaitu buah restan dan pencurian buah,
alat angkut dari piringan ke TPH bahwa kecelakaan/kerusakan mesin truk
produktivitas tertinggi pemanen yang pengangkut buah, penerimaan buah
menggunakan alat becak motor yaitu (kualitas buah), keterlambatan pengiriman
5.033 kg/jam, rata-rata produktivitas buah dan adanya mesin PKS yang rusak.
pemanen yang menggunakan alat sepeda

DAFTAR PUSTAKA
Anonim𝑎 , 2012. Tahapan Pengembangan Anonim, 2013. Makalah tentang Efisiensi
Perkebunan Kelapa Sawit. Alokasi dan Efisiensi Ekonomi
http://www.ditjenbun.deptan.go.id.17d Komoditi Jagung.
iakses pada tanggal 9 Maret 2014. http://ekofendy.blogspot.com/2013/05/
Anonim𝑏 , 2012. Teoritis makalah-tentang-efisiensi-alokasi-
Kemitraan.Boggor:http://www.reposit dan.html. diakses pada tanggal 29
ory.ipb.ac.id.17diakses pada tanggal 9 April 2015.
Maret 2014. Diana, 2015. Skripsi. Kajian Kinerja
Anonim, 2012. Ekonomi, Efektif&Efisien Transportasi Pengangkutan TBS
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis (Tandan Buah Segar) di Kebun
/2012/03/17/ekonomis-efektif-efisien- Koperasi Unit Desa Tunas Harapan,
442962.html. diakses pada tanggal 29 Mitra Plasma Kelapa Sawit PT.
April 2015. Katingan Indah Utama (Kaliman
Estate) Makin Group. INSTIPER
Yogyakarta. Yogyakarta.
JURNAL MASEPI, VOL.1, NO.1, APRIL 2016

Feriyanti, 2015. Skripsi. “Studi Komparatif Pangaribuan, Bastian, 2012. “Ekonomi,


Pengangkutan Tandan Buah Segar Efektivitas&Efisiensi”. Andi Offset,
(TBS) pada Kebun Inti dan Kebun Yogyakarta
Kemitraan di Perkebunan Kelapa PTPN III, 2014. Social Impact Assessment.
Sawit”. INSTIPER Yogyakarta. Medan
Yogyakarta. Ravianto, J,1990. Produktivitas Dan Tenaga
Hadi, Mustafa. 2004. Teknik Berkebun Kerja Indonesia, Sarana Informasi
Kelapa Sawit. Adi Cita. Jakarta. dan Prouktivitas, Jakarta.
Joni,2013.Skripsi.”KajianTeknikPengangkuta Rayendra, Lubis, Wachjar, 2009. Makalah
n&EkonomiPengangkutanBuah Seminar.”Penanganan TBS (Elaeis
KelapaSawit Dari PasarPikulKe Guineensis Jacq) PRA Pengolahan
TPH DenganGerobakSapi Dan di PT. CIPTA FUTURA, Sumatera
Angkong.INSTIPERYogyakarta.Yogy Selatan. Fakultas Pertanian Institut
akarta. Pertanian Bogor.
Lubis, Rustam Effendi dan Agus Widanarko, Semangun, H., S., Mangunsukarno, M., 2005.
2011.Buku pintar kelapa sawit.PT Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Agromedia pustaka, Jakarta Fakultas Pertanian Universitas Gajah
Mali, Paul. 1978.Improving Total Mada Yogyakarta, Yogykarta.
Produktivity, MBO Strategiesfor Semangun, H., Widodo, S., Soedjono, M.,
Bussines Government, and Not for Hardiman dan Muljanto, D., 1999.
Profile Organizations, John Wiley & Kemitraan Usaha Perkebunan.
Sons, New York, Chuchester, Fakultas Pertanian Universitas Gajah
Brisbane, Toronto. Mada Yogyakarta, Yogykarta.
Kadariah, 1994. Teori Ekonomi Mikro. Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas
Fakultas Ekonomi Universitas Apa dan Bagaimana. Aksara Persada
Indonesia, Jakarta. Perss. Jakarta.
Kamaludin, Rustian, 2003. Ekonomi Simanjuntak, J, P . 1983. Perkebunan
Transportasi. Ghalia Indonesia, Indonesia di Masa Depan. Yayasan
Jakarta. Agro Ekonomi Jakarta.
Nasution, 1996. Manajemen Transportasi. Soeratno, L, S., dan Arsyad., 1999. Metode
Ghalia Indonesia, Jakarta. Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
Pahan, Iyung, 2011. Panduan Lengkap UPPAMP YKPN Yogyakarta,
Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Yogykarta.
Dari Hulu Kehilir. Penebar Swadaya, Syamsi, Ibnu. 2004. Efisiensi, Sistem, dan
Jakarta. Prosedur Kerja. Bumi Aksara,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai