Anda di halaman 1dari 45

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Magang
Praktek Lapangan (Magang) yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Strata Satu (S1) mempunyai manfaat yang sangat besar yaitu untuk
memenuhi salah satu syarat guna mendapat gelar kesarjanaan. Seperti yang
dilakukan oleh mahasiswa pada program studi agribisnis fakultas pertanian
INSTIPER. Praktek Lapangan sangat bermanfaat dan dapat memberikan
pengetahuan lebih kepada setiap mahasiswa karena mahasiswa terjun secara
langsung ke lapangan untuk mengetahui dan menerapkan teori yang telah
diterima selama kuliah dengan praktik teknis di lapangan.
B. Tujuan Praktek Lapangan
Praktek Lapangan merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa
program Sarjana Ekonomi Pertanian Perguruan Tinggi Intitut Pertanian
Stiper. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam Praktek
Lapangan/Magang ini adalah sebagai berikut :
1. Melengkapi SKS sesuai dengan yang diterapkan sebagai syarat
kelulusan Program Sarjana Sosal Ekonomi Pertanian Institut Pertanian
Stiper.
2. Untuk mempraktekkan ilmu teori yang didapat dari perkulihan ke
lapangan.
3. Untuk mengetahui dan mengenal secara langsung dunia kerja yang
nyata pada masa sekarang ini.
4. Membina hubungan yang baik antara dunia kerja dengan dunia
pendidikan.
5. Agar menguasai mekanisme Taksasi dan Panen.
6. Untuk mengetahui masalah yang mungkin akan muncul dalam proses
pelaksanaan Taksasi dan Panen.
7. Menjalin hubungan kerjasama yang erat dan harmonis antara Instiper
dengan perusahaan atau instansi.
C. Deskripsi Sigkat PT. Gendhis Multi Manis
Pabrik Gula Blora (PG Blora) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah bisa
jadi sebagai satu-satunya PG yang dibangun di tengah hutan jati atau di luar
kebiasaan yang pada umumnya PG berada di tengah-tengah hamparan
kebun tebu. Berada di ketinggian 270 meter di atas permukaan laut.
Didirikan pada tahun 2012, dan di resmikan giling pada tahun 2014 PG.
GMM-BULOG di targetkan untuk bisa memenuhi produksi gula di
Indonesia. PG. GMM-BULOG merupakan pabrik gula modern berbasis
tebu pertama yang di dirikan setelah 32 tahun sejak tahun 1978. Saat
pertama berdiri PG. GMM-BULOG mengangkat tenaga kerja langsung
hingga 70.000 karyawan dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1.000
orang. Sebelum di akuisisi, PG Blora ini mempunyai nama PG. GMM
(Gendhis Multi Manis ), namun pada tanggal 18 November 2016, PG.
Gendhis Multi Manis telah resmi di akuisisi oleh perum BULOG. Sehingga
setelah resmi diakusisi oleh BULOG, PG ini mempunyai nama PG. GMM-
BULOG dan otomatis menjadi anak perusahaan BULOG.
Dengan kapasitas giling tebu mencapai 4.000 TCD (Ton Cane Day)
hingga 6.000 TCD (Ton Cane Day) menjadikan PG. GMM-BULOG di
targetkan dapat menyerap (menggiling) hasil panen tebu di seluruh wilayah
Blora dan sekitarnya. Selain itu, PG. GMM-BULOG juga mempunyai
design proses menggunakan pemurnian Defaksi Remelt Karbonatasi, yang
dapat memproduksi satu macam gula produksi yaitu GKP (Gula Kristal
Putih). Selain tebu, PG. GMM-BULOG juga dapat menglah Raw Sugar
(Gula Afinasi) sehingga PG dapat memproduksi GKP : 186.225 ton/tahun.
Visi dan Misi PG. GMM – BULOG
Visi : Menjadikan PG Blora sebagai perusahaan pengolahan tebu
terintegrasi yang efisien, menguntungkan, dan mensejahterakan
petani serta masyarakat sekitar.
Misi :
1. Mengelola usaha secara terintegrasi dan meningkatkan kesejahteraan
petani.
2. Menjalankan perusahaan secara professional dengan layanan prima
3. Mewujudkan ketahanan pangan
4. Mengembangkan budaya perusahaan dan sumber daya manusia yang
handal
5. Menerapkan strategi nilai tambah yang optimal.
6. Menjalankan kegiatan usaha secara berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan tahapan awal usaha pertanian dan
perkebunan yang meliputi penilaian kesesuaian lahan, land clearing
(pembukaan lahan) sampai pengolahan lahan sehingga lahan siap digunakan
dan mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Semua tanaman untuk
dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Persyartan tersebut terutama sinar
matahari, suhu, kelembaban, oksigen dan unsur hara (FAO,1983).
Disamping itu, terdapat juga persyaratan lainnya yaitu kualitas lahan
sebagai media perakaran. Syarat media perakaran yang perlu mendapat
perhatian meliputi drainase, tekstur, struktur, dan konsistensi tanah serta
kedalaman efektif. Persyaratan tumbuh yang diperlukan masing – masing
tanaman yang mempunyai batas optimum dan maksimumnya. Untuk
menentukan kelas kesesuaian lahan, maka persyaratan tumbuh ini dijadikan
dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan. (Buku panduan
PL,2016).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada persiapan lahan di
budidaya tanaman tebu adaalah sebagai berikut:
1. Peninjauan dan Pengukuran lahan
Peninjauan lahan dan pengukuran merupakan kegiatan sebelum
pembukaan lahan. Beberapa tujuan diantaranya adalah mengetahui
jumlah luasan yang akan ditanam, pembuatan jalan tebang,
pengaturan sistem irigasi, dan menentukan biaya sewa dengan petani
berdasarkan luasan yang didapat pada saat pengukuran.
Pengukuran lahan dilakukan menggunakan sistem Global
Positioning System (GPS). Kegiatan ini menggunakan alat GPS yang
dapat menentukan koordinat suatu lokasi berdasarkan garis lintang dan
bujurnya. Selain alat GPS, dibutuhkan program komputer yang dapat
menghitung luasan kebun berdasarkan koordinat yang didapatkan dari
GPS. Program komputer tersebut juga dapat digunakan untuk
menampilkan peta kebun yang diukur serta denahnya.
2. Jugar
Putus akar atau jugar adalah tindakan memotong akar tebu lama
dengan menggunakan traktor. Disamping tujuan tersebut diatas.
pekerjaan putus akar Juga bermanfaat untuk menggemburkan tanah
di barisan tebu. meluruskan arah rumpun keprasan. dan membuat
pallran untuk pemupukan. Putus akar dilaksanakan segera setelah
pekerjaan kepras selesai

3. Pembuatan Got
Got merupakan sistem pengaturan air di lahan tebu. Got diperlukan
dalam upaya penambahan air ketika musim kemarau dan upaya
drainase air ketika musim penghujan. Terdapat beberapa macam got,
yaitu got keliling, got mujur, got malang, serta afur.
Got keliling adalah got yang mengelilingi petakan lahan. Jika kebun
memiliki luasan yang besar, biasanya got keliling akan mengelilingi
petakan seluas 1 ha, atau biasa disebut geblekan. Nama lain got
keliling ini adalah got besar I atau grondang. Kedalaman got ini yaitu
70 cm dan lebarnya 60 cm. Got keliling berfungsi sebagai pemasukan
(inlet) dari sumber air, serta penampung dari got yang lain pada
pengeluaran (outlet).
Got mujur adalah got yang searah dengan barisan tanam tebu. Got
mujur dibuat bersamaan dengan pembutan got keliling. Got ini
terletak di dalam geblekan. Nama lain dari got mujur adalah got besar
II atau Wengku. Kedalaman got ini yaitu 60 cm dan lebarnya 50 cm.
Fungsi dari got mujur adalah menampung air dari got malang dan
mengalirkannya ke saluran outlet got keliling.
Got malang adalah got yang tegak lurus dengan barisan tanam tebu.
Got malang dibuat setelah pembuatan got keliling dan got mujur
selesai. Jarak antara got malang sama dengan panjang juringan yaitu
8 m, menggunakan pola bukaan lahan faktor 1200. Nama lain dari
got malang adalah got kecil, karena merupakan got dengan ukuran
yang paling kecil. Kedalaman got malang yaitu 50 cm dan lebar 50
cm (Anonim, 2018).

3. Pembuatan juringan
Juringan adalah jalur penanaman bibit tebu yang berupa bibit bagal.
Juringan berbentuk seperti got dengan kedalaman 20 cm yang
terdapat diantara got malang.

4. Pembuatan Kasuran
Pembuatan kasuran dapat dilakukan bersamaan dengan klentek bibit
atau sebelumnya. Pembuatan kasuran dapat dilaksanakan secara manual
dengan menggunakan cangkul. Tujuan dari kegiatn ini adalah untuk
merangsang pertumbuhan akar muda.

B. Pembibitan
Bibit merupakan modal dasar dalam budidaya tebu, sehingga
dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas gula, penggunaan
bibit unggul tebu mutlak dilakukan. Bibit tebu adalah bagian dari
tanaman tebu yang merupakan bahan tanaman yang dapat dikembangkan
untuk pertanaman baru. Bibit unggul tebu berkualitas memiliki potensi
produksi tinggi, bebas hama penyakit, mempunyai tingkat kemurnian
lebih dari 95%, umur sekitar 6 -7 bulan. Bibit unggul dapat diperoleh di
Kebun Bibit. Kebun Bibit adalah kebun untuk penyelenggaraan
pembibitan, guna memperoleh bibit yang memenuhi persyaratan mutu
dan jumlah yang cukup.
Jenis tebu yang ditanam agar menggunakan varietas unggul yang
sesuai dengan ekologis, tipe iklim dan jenis tanah. Bibit yang akan
ditanam berupa bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan dan bibit
siwilan.
1) Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling
berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3
sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang
agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih murah karena tidak
memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah
rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air.
Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah
berproduksi.
2) Bibit batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit
krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu
dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata
tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus
batang tidak dibuang.1 hektar tanaman kebun bibit bagal dapat
menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.
3) Bibit rayungan (1 atau 2 tunas) Bibit diambil dari tanaman tebu khusus
untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum
keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:
a. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.
b. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan
dipakai.
c. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan
banyak air dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1
hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit
untuk 10 hektar areal tebu. Kelemahan bibit rayungan adalah tunas
sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat disimpan
lama seperti halnya bibit bagal.
d. Bibit siwilan, Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman
yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan
bibit rayungan.

C. Penanaman
Tebu adalah salah satu tanaman yang pertumbuhannya sangat
dipengaruhi dengan keadaan alam, khususnya iklim dan cuaca. Untuk tebu
sendiri, tanaman ini akan memiliki pertumbuhan terbaiknya apabila berada
di daerah yang memiliki suhu udara yang terbilang panas yaitu dengan
kebutuhan suhu udara untuk pertumbuhan sekitar 25- 28 derajat celcius.
Selain itu cara menanam tebu yang pa;ing penting adalah memperhatikan
curah hujan. Curah hujan yang diperlukan adalah sekitar 100 mm/tahun
adalah salah satu tambahan untuk membuat tanaman tebu berada
pertumbuhan terbaiknya.
1. Keadaan Tanah
Setelah memperhatikan kondisi dari iklim yang dibutuhkan serta cuaca
yang dibutuhkan untuk menanam tanaman tebu, maka langkah
selanjutnya adalah dengan menentukan areal yang akan ditetukan.
Untuk menumbuhkan tanaman tebu, tanah yang paling
direkomendasikan untuk digunakan dalam menanam tebu adalah
dengan menggunakan jenis tanah mediteran, regosol, alivial dan
podsolik. Serta kandungan dari pH tanah (satuan tingkat keasaman
tanah) yang paling baik untuk digunakan untuk menanam tebu adalah
6,4 – 7,7 atau keasaman tanah pada kondisi sedang netral. Penentuan
jenis dan kadar tanah yang akan digunakan sangat penting karena akan
memperngaruhi kondisi pertumbuhan tanaman tebu itu sendiri.
2. Seleksi Bibit
Dalam memilih bibit tebu, terdapat empat buah macam bibit tebu yang
dapat digunakan, yaitu bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan
serta bibit siwilan. Pada bibit pertama atau bibit pucuk, kita dapat
mengambilnya pada tanaman tebu yang biasanya telah memasuki umur
12 bulan. Kemudian kita akan mengambil tunas muda yang tumbuh
pada bagian tanaman tebu yang telah berumur 12 bulan tersebut
sebanyak 2 – 3 buah tunas muda yang memiliki panjang sekitar 20 cm.
Apabila ingin menggunakan bibit muda yang berasal dari tanaman tebu
yang serupa, kita dapat mengambilnya pada bagian batang tebu yang
telah berumur 5 – 7 bulan. Kemudian, batang tanaman tebu yang telah
dipilih tersebut kemudian akan dipotong hingga menjadi 2 – 3 bagian
yang kemudian akan dijadikan stek. Selain itu terdapat bibit rayungan,
bibit ini adalah bibit yang sebelumnya memang telah sering digunakan
untuk melakukan pembibitan, untuk bibit ini biasanya bibit yang
diambil berasal pada pucuk tanaman tebu yang sudah mati.

D. Pemeliharaan
1. Pengendalian Gulma
Kegiatan pemeliharaan dan perlindungan tanaman dari gulma, hama dan
penyakit dilakukan secara menyeluruh sejak penanaman sampai
pemungutan bibit. Pembumbunan dilakukan 3 kali, pertama pada waktu
berumur 35-40 hari dengan sekedar menutup bibit; kedua pada waktu
berumur 60 hari setinggi ¾ dalamnya jeringan; ketiga pada waktu
berumur 90 hari sehingga tanah yang berasal dari juringan telah
dikembalikan ke dalam juringan. Sejak penanaman sampai berumur 4
bulan tanaman harus bebas dari gulma. Pemberantasan gulma secara
manual dengan cara menyiang sebanyak 3-4 kali dengan selang waktu
3 minggu. Pemberantasan gulma secara kimiawi yaitu menggunakan
herbisida. Penyemprotan dilakukan satu kali yaitu 3-7 hari setelah
penanaman, dengan jenis dan dosis herbisida sesuai anjuran. Jika sampai
tanaman berumur 4 bulan masih ada gulma tumbuh, maka perlu
dilakukan penyiangan (Anonim, 2018).

2. Pemupukan
Penentuan Dosis Pemupukan (anorganik ataupun organic) idealnya
ditentukan atas dasar hasil analisa tanah, plus diikuti analisa daun untuk
mengetahui seberapa efektifkah aplikasi pemupukan yang dilakukan.
Pemahaman pupuk berimbang bagi tanaman tebupun harus dipahami,
mengingat hal tersebut ada kaitan bagi tanaman dalam proses
fisiologisnya untuk memproduksi gula dalam batang tebunya, bukan
hanya sekedar produksi biomas tebu semata Bicara kuantitas adalah
bobot, bicara kualitas adalah kandungan gula. Kenapa perlu digaris
bawahi, karena prinsip pemupukan adalah 6 tepat (Dosis, jenis, waktu,
cara, tempat dan harga), selalu dinyatakan pada setiap diskusi bahwa
kami sudah melakukan sesuai SOP nya. Pencatatan aplikasi pemupukan
ini harus terekam secara akurat, sebagai bentuk pertanggung jawaban
pengelola kebun kepada tanamannya.

3. Penyiraman dan Pengarian


Setelah melakukan penanaman, langka selanjutnya adalah dengan
cara melakukan penyiraman pada tanaman yang baru saja ditanamkan.
Penyiramaan, seperti tanaman pada umumnya, dilakukan dengan cara
melihat dari kondisi tanaman itu sendiri serta dengan memperhatikan
tanah dan cuaca. Dalam menanam tanaman tebu, penyiraman biasanya
dilakukan ketika telah dilakukan proses pemupukan atau paling lama
sekitar 3 hari setelah proses pemupukan.
Pemberian air bertujuan untuk mencukupi kebutuhan tanaman tebu
akan air, melarutkan pupuk agar mudah diserap tanaman, memudahkan
pembumbunan, dan pembentukan rendemen dan jumlah kristal.
Pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, pemberian air
pertama dilaksanakan setelah Sulam dan Pupuk l, dilanjutkan
pelaksanaan Bumbun l (maksimal umur 1 bulan). Pemberian air kedua
diberikan setelah pekerjaan Pupuk ll dan dilanjutkan dengan Bumbun ll
(maksimal umur 2 bulan). Pemberian air ke tiga dilakukan sebelum
pekerjaan Tamping m (umur tiga bulan)

4. Penyulaman
Proses penyulaman ini dapat dilakukan untuk mengganti bibit dari
tanaman tebu apabila tebu yang ingin ditanami tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Proses ini dapat dilakukan apabila tebu yang ditanam
telah berumur 2 – 4 minggu. Hal ini harus dikerjakan apabila kita
melihat tanaman tebu yang ditanam tumbuh dengan abnormal, maka,
sesegeralah melakukan penyulaman agar tidak mengganggu produksi
dari tebu yang sedang kita tanam.

5. Kepras
Tindakan Kepras diperlukan bila tebang di atas permukaan tanah dengan
waktu pelaksanaan paling lambat 1 minggu setelah tebang,
menggunakan alat berupa cangkul yang tajam (minimal guludan habis)
atau stubble shaver. Dimaksudkan untuk memacu keluarnya tunas
keprasan dari dongkelan bagian bawah. Apabila hasil tebangan
menghasilkan batang tebu sisa yang tidak tertebang telah didesain
memang tipis dipermukaan tanah akibat dari cara tebang cut and go,
maka tidak lagi dilakukan tindakan pengeprasan.
6. Pembumbunan
Tujuan Pembumbunan. pada tanaman tebu adalah memberikan
makanan pada tanaman, menekan per-tumbuhan anakan perbaikan
dfainase, memperkokoh tegakan batang dan. menekan pertumbuhan
rumput. Pada umumnya pembumbunan tanaman dilakukan beberapa
tahap sesuai dengan umur tebu:
a. Bumbun I
Dilaksanakan selambat-lambatnya 4 -5 minggu setelah kepras, dapat
diiakukan dengan cara, Manual (tenaga manusia) alat yang
digunakan cangkul dengan mengambil tanah di antara barisan tebu
(inter row) dan pemberiannya tidak tedalu rapat. jumlahnya sedikit
dengan ketebalan 2 cm. sehingga tidak mengganggu pertumbuhan
anakan. Serta mekanisasi (menggunakan traktor) Dilaksanakan
setelah pekerjaan pupuk selesai (pupuk I dan II sekaligus).
menggunakan alat furrower dengan wing kecil).
b. Bumbun II
Dilaksanakan pada tebu umur 6-7 minggu. dapat dilakukan dengan
cara Manual (tenaga manusia) Alat yang digunakan cangkul untuk
meng-gembu_rkan tanah diantara barisan tebu (inter row).
Mekanisasi (menggunakan traktor) Dilaksanakan dengan
menggunakan alat subsoiler.
c. Bumbun III
Dilaksanakan pada tebu umur 11-12 minggu, dapat dilakukan secara
Manual yaitu memberikan tanah tebih banyak dan tinggi/Iebih rapat
sedangkan secara Mekanisasi menggunakan disc bedderl furrower
dan sudah merupakan pekerjaan terakhir.

E. Tebang Muat Angkut


Panen merupakan kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya tanaman
tebu. Waktu panen ditentukan oleh pihak PG. Faktor utama yang
menentukan waktu panen adalah analisis kemasakan dan jadwal giling PG.
Tahapan kegiatan yang dilaksanakan PG..
Kegiatan tebang dan angkut merupakan kegiatan terakhir yang
dilakukan pada budidaya tebu selama satu musim. Cara penebangan ada dua
cara yaitu penebangan untuk tebu yang akan dikepras dan untuk tebu yang
tidak untuk dikepras. Untuk tebu yang akan dikepras, batang tebu yang
ditebang sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang 15 –
20 cm , sedangkan untuk tebu yang tidak untuk dikepras seluruh batang
dicabut. Batang yang telah ditebang dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan
daun kering. Hasil tebangan harus bersih dari akar, tanah, sogolan dan
brondolan untuk memenuhi syarat mutu tebu. Batang yang telah bersih
kemudian diikat setiap 20 – 30 batang untuk memudahkan pengangkutan.
Batang yang selesai diikat kemudian diangkut dengan menggunakan truk.
Pengangkutan tebu juga dapat menggunakan lori selama lahan
tebangan masih terjangkau oleh lori. Truk atau lori yang akan memasuki
implasemen akan diperiksa terlebih dahulu di pos I (pos gawang). Hanya
tebu yang memenuhi syarat yang diijinkan masuk ke implasemen. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi yaitu brix batang atas tebu > 14, batang tebu
bersih dari akar, daun, pucuk, tanah, sogolan dan brondolan (tebu
potongan). Truk atau lori yang memenuhi syarat kemudian mengantri di
implasemen menunggu giliran. Selanjutnya truk dan lori ditimbang di
Timbangan Bruto untuk menghitung berat bruto tebu yang diangkut. Setelah
itu truk dan lori akan menuju meja tebu, disinilah berakhirnya proses
pengangkutan tebu. Pemindahan tebu dari truk atau lori ke meja tebu dengan
menggunakan crane scale. harus bersih dari akar, tanah, sogolan dan
brondolan untuk memenuhi syarat mutu tebu. Batang yang telah bersih
kemudian diikat setiap 20 – 30 batang untuk memudahkan pengangkutan.
Batang yang selesai diikat kemudian diangkut dengan menggunakan truk.
Pengangkutan tebu juga dapat menggunakan lori selama lahan
tebangan masih terjangkau oleh lori. Truk atau lori yang akan memasuki
implasemen akan diperiksa terlebih dahulu di pos I (pos gawang). Hanya
tebu yang memenuhi syarat yang diijinkan masuk ke implasemen. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi yaitu brix batang atas tebu > 14, batang tebu
bersih dari akar, daun, pucuk, tanah, sogolan dan brondolan (tebu
potongan). Truk atau lori yang memenuhi syarat kemudian mengantri di
implasemen menunggu giliran. Selanjutnya truk dan lori ditimbang di
Timbangan Bruto untuk menghitung berat bruto tebu yang diangkut. Setelah
itu truk dan lori akan menuju meja tebu, disinilah berakhirnya proses
pengangkutan tebu. Pemindahan tebu dari truk atau lori ke meja tebu dengan
menggunakan crane scale.

F. Taksasi Produksi
Taksasi produksi di perkebunan tebu adalah menduga potensi
perkebunan tebu (bobot tebu)yang bakal diperoleh pada saat kebun tersebut
di tebang sedangkan kebun yang bersangktan baru akan ditebang beberapa
bulan lagi pada saat ditaksasi. Oleh karena itu pada saat melakukan taksasi
harus mempertimbangkan beberapa hal.
1) Masa tanam
2) Perkiraan iklim pada tahun tersebut apakah menunjang atau tidak
3) Pertambahan tinggi batang sampai saat tebang
4) Jenis tanah
5) Jarak lokasi kebun dengan pabrik
6) Serangan hama atau penyakit
7) Faktor keamanan
Didalam prakteknya taksasi prouksi diperkebunan tebu dilakksanakan
sebanyak 3 macam yaitu:
1) Taksasi desember
2) Taksasi maret
3) Taksasi ulang

III. TATA LAKSANA MAGANG


A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tabel III.1. Jadwal kegiatan Praktek magang di PG GMM – Bulog
Agustus September Oktober
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Administrasi Tanaman
2 Administrasi Panen
3 Administrasi Transportasi
4 Administrasi Gudang
5 Administrasi Produksi
6 Administrasi Timbang
7 Administrasi Lab.
8 Administrasi SDM
9 Panen
10 Pembakaran Lahan
11 Kepras
12 Jugar (Pedot Oyot)
13 Engineering
14 Proses
15 Pemberdayaan Masyarakat
16 Presentasi Hasil Magang

B. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Lahan
1. Pengolahan tanah sistem mekanisasi
Alat dan Bahan :
a. Traktor
b. Rome harrowe
c. Kair
Prosedur Pelaksanaan :
a. Memasang alat sesaui kebutuhan pengolahan lahan
b. Mengukur lebar mata alat sesuai kebutuhan
c. Kemudian lakukan pembajakan
2. Bajak 1
Alat dan bahan :
a. Traktor
b. Memasang alat bajak (rome harrow)
Prosedur Pelaksanaan :
a. Memasang alat bajak (rome harrow)
b. Kemudian lakukan pembajakan sesuai sop
3. Bajak 2
Alat dan bahan :
a. Traktor
b. Memasang alat bajak (rome harrow)
Prosedur Pelaksanaan :
a. Memasang alat bajak (rome harrowe)
b. Kemudian lakukan pembajakan sesuai sop
4. Kair
Alat dan bahan :
a. Alat kair
Prosedur Pelaksanaan :
a. Memasang alat kair
b. Kemudian pembuatan kair sesuai sop

2. Pemeliharaan
Alat dan Bahan serta Prosedur Kegiatan
a. Pemupukan
Alat :
1) Sekop
2) Ember
Bahan :
1) 50 kg ZA/ha
2) 50 kg Phonska/ha
3) 50 kg KCl/ha
Prosedur Pelaksanaan:
1) Mencampur pupuk yang dibutuhkan secara merata
2) Mengaplikasikan pupuk yang telah tercampur dengan cara sebar.
3) Penutupan pupuk (bumbun)
b. Pengendalian Hama Terpadu
Alat :
1) Sprayer
2) Ember
3) Gelas takar
Bahan :
1) Air
2) Herbisida
3) Pestisida
Prosedur Pelaksanaan :
1) Menyiapkan air dalam sprayer
2) Mencampur air dengan herbisida
3) Mencampur air dengan pestisida
4) Penyemprotan dilakukan searah dengan angin
5) Aplikasikan pada bagian hama, gulma yang tertera pada wilayah
tanaman tebu.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tebu atau yang bisa disebut sugar cane adalah tanaman yang ditanam
untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah
beriklim tropis. Tebu termasuk ke dalam tumbuhan berjenis rumput-
rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai
kurang lebih 1 tahun. Cara budidaya tebu dikenal dengan Plant Cane dan
Ratoon Cane.
Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan
mesin pemeras. Sesudah itu, nira hasil dari perasan tebu disulap menjadi gula
kristal putih. Hasil dari perasan tebu dapat berupa nira, baggase dan molasses.
Analisis Usaha Tani Tanaman Tebu.
Tabel IV.1 .Tabel Analisis Perbandingan Biaya Pengeluaran Antara
Padi,Jagung dan Tebu.
TAHUN TANAM

1 2

URAIA Padi Jagung Tebu Padi Jagung Tebu


N (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Sewa
5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
Lahan
680.000 420.000 7.000.000 680.000 420.000 -
Bibit

Biaya
18.000.00 5.000.000 10.000.00 18.000.00 5.000.000 5.000.000
Garap
0 0 0
4.000.000 3.000.000 2.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000
Pupuk
3.000.000 2.000.000 13.721.40 3.000.000 2.000.000 13.305.60
Panen
0 0

30.680.00 15.420.00 37.721.40 30.680.00 15.420.00 25.305.60


TOTAL
0 0 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel IV.1, menyatakan bahwa ada perbandingan biaya


yang dikeluarkan tiap jenis tanaman palawija sesuai dengan sewa lahan, bibit,
biaya garap, pupuk dan panen, sehingga total didapat. Menurut tabel diatas,
pada tahun tanam 1 tanaman padi mendapatkan total pengeluaran sebesar
Rp30.680.000, tanaman jagung mendapatkan total pengeluaran sebesar
Rp15.420.000, sedangkan tanaman tebu mendapat total pengeluaran sebesar
Rp37.721.400. Pada tahun tanam 2 tanaman padi mendapat total pengeluaran
sebesar Rp30.680.000, tanaman jagung mendapat total pengeluaran sebesar
Rp15.420.000, sedangkan tanaman tebu mendapat total pengeluaran sebesar
Rp25.305.600.
Perbandingan diatas bertujuan untuk mengetahui biaya pengeluaran
yang dikeluarkan oleh tanaman padi, jagung dan tebu dari tahun awal tanam
hingga tahun kedua tanam. Dapat diketahui bahwasanya tanaman yang
memiliki biaya pengeluaran yang paling banyak pada tahun tanam pertama
ialah tanaman tebu, sedangkan pada tahun kedua tebu memiliki biaya
pengeluaran yang lebih rendah dari tahun 1, itu dikarenakan tebu memeiliki
cara budidaya yang dikenal dengan Plant Cane dan Ratoon Cane.
Tabel IV.2. Analisis Perbandingan Biaya Pendapatan Antara Padi,
Jagung dan Tebu
TAHUN TANAM

1 2

URAIAN
Padi Jagung Tebu Padi Jagung Tebu

Kuantum
12.000 8.000 72.000 12.000 8.000 75.600
(ton)

Harga/kg
3.500 2.400 600 3.500 2.400 6.00
(Rp)

Nilai
42.000.00 19.200.00 43.200.00 42.000.00 19.200.00 45.360.00
Penjualan
0 0 0 0 0 0
(Rp)

11.320.00 11.320.00 20.054.40


RUGI/LAB 3.780.000 5.478.600 3.780.000
0 0 0
A

Berdasarkan Tabel IV.2 menyatakan bahwa hasil analisis biaya


pendapatan yang didapat ketika panen tanaman padi, jagung dan tebu pada
kuantum, harga/kg, nilai penjualan dan rugi/laba. Dapat diketahui
bahwasannya tanaman tebu mendapat laba pada tahun 1 sebesar Rp5.478.600
paling kecil diantara tanaman padi da jagung. Sedangkan pada tahun ke 2
tanaman tebu mendapat hasil laba yang paling signifikan sebesar Rp
20.054.400. Pada tanaman padi dan jagung mendapat laba konsisten berturut-
turut sebesar Rp11.320.000 dan Rp3.780.000.
A. Persiapan Lahan
Maping atau pengukuran merupakan kegiatan sebelum pembukaan
lahan. Beberapa tujuan diantaranya adalah mengetahui jumlah luasan
yang akan ditanam, pembuatan jalan tebang, pengaturan sistem irigasi,
dan menentukan biaya sewa dengan petani berdasarkan luasan yang
didapat pada saat pengukuran. Sebelum dilakukannya cara-cara persiapan
lahan dilakukan terlebih dahulu maping.
Pengukuran lahan dilakukan menggunakan sistem Global
Positioning System (GPS). Kegiatan ini menggunakan alat GPS yang
dapat menentukan koordinat suatu lokasi berdasarkan garis lintang dan
bujurnya. Selain alat GPS, dibutuhkan program komputer yang dapat
menghitung luasan kebun berdasarkan koordinat yang didapatkan dari
GPS. Program komputer tersebut juga dapat digunakan untuk
menampilkan peta kebun yang diukur serta denahnya.
Pada persiapan lahan tebu di kawasan Blora terkhususnya di Kebun
Tebu Sendiri PT.GMM yang berlokasikan di Ngapus dengan luas lahan
16 ha. Pada dasarnya berdasarkan jenis tanah yang ada di Blora
menggunakan sistem budidaya tebu berupa tegalan. Tegalan adalah sistem
budidaya yang tidak menggunakan sistem irigrasi tetapi hanya
mengandalkan pada hujan. Dengan jenis tanah yang kering, tahapan dari
persiapan lahan di Kebun Tebu Sendiri sebagai berikut dengan dibedakan
2 perlakuan, yaitu pada lahan Plant Cane (PC) dan Ratoon Cane (RC):
- Plant Cane
1. Land Clearing, yaitu proses pembersihan lahan sebelum aktivitas
penanaman dimulai. Land Clearing ini hanya berlaku untuk awal
tanaman PC yang berupa pemotongan dan pembabatan hingga
bersih.
2. Pembajakan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
untuk membalik dan menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi
dan drainase tanah. Selain itu, pembajakan berguna untuk
memutus perakaran tumbuhan pengganggu serta mencacah
tunggul atau tonggak pertanaman tebu sebelumnya. Sistem
pembajakan dilakukan 2 kali:
 Pembajakan 1, yaitu bertujuan untuk menggemburkan tanah,
tetapi tekstur tanah masih bergumpal yang agak besar.
Peralatan yang digunakan adalah Rome Harrow dan
Bulldozer.
 Pembajakan 2, yaitu bertujuan untuk menggemburkan tanah
dan lebih memperhalus lagi tekstur tanah sehingga tidak ada
gembulan tanah yang besar. Bajak 1 dan bajak 2 dilakukan
berlawanan arah agar tekstur tanah lebih halus dan tidak ada
yang terlewat. Pembajakan 2 dilakukan setelah 3 minggu
pembajakan pertama.
3. Kair, yaitu pembuatan jarak tanam antar tanaman tebu, pembuatan
bedengan dan juringan pada lahan. Jarak antar Pusat Ke Pusat
(PKP) sebesar 1 m eter.
4. Pembuatan Got Mujur dan Got Malang, yaitu berfungsi
menampung kelebihan air hujan dan mengalirkan air hujan
sehingga setiap kair mendapat pasokan air yang secukupnya. Pada
dasarnya fungsi got mujur adalah menampung kelebihan air dari
got malang, karena di Blora termasuk ke dalam jenis tanah yang
kering, untuk sistem pengairannya hanya menggunakan got mujur
dan got malang yang berjarak masing-masing 16 meter dan 8
meter. Got Mujur dibuat sejajar dengan juringan, sedangkan got
malang memotong juringan.
Got
Keliling

8 meter

16 meter
Gambar 01. Gambar Got Lahan
- Ratoon Cane
1. Pembakaran, yaitu pembakaran sisa-sisa daun atau klaras yang
diakibatkan oleh panen ataupun kletek. Abu sisa dari pembakaran
bisa dijadikan sebagai tambahan pupuk untuk lahan. Pembakaran
juga dapat menghemat dari segi biaya hingga tenaga.

Gambar 02. Gambar Pembakaran


2. Kepras, yaitu pemotongan batangan sisa tebu panen yang
bertujuan agar tanaman bisa kuat karena menghambat akar tebu
tumbuh di atas tanah dan akar tetap berada di bawah tanah. Kepras
menggunakan mesin babat.
Gambar 03. Gambar Kepras
3. Jugar, yaitu putus akar atau pedot oyot yang bertujuan agar
pertumbuhan akar lebih bagus, mengganti akar yang baru dan
mengurangi tumbuhan anakan tebu.

B. Penanaman
Kebutuhan bibit tebu/ha antara 60-80 kwintal atau sekitar 10 mata
tumbuh/meter kairan. Sebelum ditanam bibit perlu diberi perlakuan
sebagai berikut:
1. Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak
dikehendaki.
2. Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benar-benar akan
tumbuh serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas,
tengah dan bawah.
3. Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap 3-
4 kali pemotongan pisau dicelupkan ke dalam lisol dengan kepekatan
20%
4. Memberi perlakuan air panas (hot water treatment) pada bibit dengan
merendam bibit dalam air panas (50° C) selama 7 jam kemudian
merendam dalam air dingin selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga bibit bebas dari hama dan penyakit.

Waktu penanaman tebu yang terbaik melakukan pada tebu yang


akan ditanam adalah ketika cuaca cerah, biasanya penanaman tebu
dilakukan ketika memasuki bulan Oktober-Desember . Tetapi pada
kenyataannya di Blora penanaman dilakukan pada waktu hujan turun.
Pada daerah yang tergolong kering biasanya Teknik yang dlakukan untuk
penanaman tebu yang masuk dalam rekomendasi adalah dengan cara
menggunakan bibit yang berasal dari stek yang telah mempunya 8-9 mata
tunas, tetapi pada kenyataannya para petani di daerah Blora menggunakan
mata 2 karena meminimalisrikan kompetitif antara mata tunas 1 dengan
yang lain.
Untuk cara penanaman tebu pertama kali adalah menggunakan bibit
yang masih muda dan memiliki mata tunas yang bagus. Biasanya petani
menggunakan sogolan untuk bibit awal mereka. Pada penanaman tebu
harus diperhatikan genangan air agar mata tunas bibit tidak membusuk. 1
ha menghabiskan 8 ton bibit dalam PKP 110cm dengan menggunakan
system penanaman single row agar saat ratoon 2 dan 3 tidak banyak
anakan, agar pertumbuhan tebu akan bagus karena matahari lebih leluasa
masuk dan juga udara. Setelah melakukan penanaman selanjutnya adalah
pemupukan.
a. Plant Cane (PC)
Tanaman plant cane adalah tanaman tebu yang pertama kali ditanam
pada lahan yang belum pernah ditanam tebu sebelumnya. Misalnya
dari bukaan hutan yang sudah di land clearing atau lahan ex komuditi
lain. Teknik budidaya tanaman pertama (plant cane) dilahan kering
antara lain dengan penetapan masa tanam, pembukaan lahan,
penanaman, pemupukan, pembumbunan dan kletek.
Bibit yang digunakan dalam penanaman pertama atau plant cane ada
2 yaitu:
1. Bibit Bagal
Umumnya bibit bagal yang ditanam bermata tunas 2 atau bermata
tunas 3. Untuk penanamannya mata tunas menghadap ke samping
agar pertumbuhan mata tunas maksimal.
2. Bibit Rayungan
Bibit yang telah tumbuh di kebun bibit dan seumumnya digunakan
untuk lahan yang berpengairan cukup. Namun penggunaan bibit
rayungan ini sangat sedikit sekali karena pertumbuhannya tidak
seoptimal bibit bagal. Jika bermata tunas 1 maka batang bibit
terpendam dengan tunas menghadap ke samping dan sedikit
miring lebih kurang 45°. Jika bibit rayungan bermata 2 maka
batang bibit terpendam dengan tunas menghadap ke samping.
Produktivitas PC untuk lahan tegalan yang 100% mengandalkan air
hujan pada umumnya dipengaruhi oleh masa tanam. Penentapan masa
tanam yang tepat adalah berdasarkan kebutuhan air dalam masa
pertumbuhan. Sulam rayungan dilakukan saat musim penghujan ini
dilakukan oleh PT.GMM di Kebun Tebu Sendiri Ngapus.
Penanaman bibit tebu dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan
menyusun bibit secara double row, over lapping, dan single row.
Penanaman secara double row adalah penanaman bibit tebu dimana
dalam 1 juring (row) terdiri dari 2 baris bibit yang saling sejajar
dengan mata tunas menghadap ke permukaan tanah. Biasanya jarak
tanam sebesar 130-50 cm. Penanaman secara single row adalah
penanaman bibit tebu dimana dalam 1 juring teridiri dari 1 baris bibit
saling sejajar. Biasanya jarak tanam sebesar 100 cm. Penanaman
secara over lapping adalah penanaman bibit tebu dimana dalam 1
juring terdiri dari 1 baring bibit tebu yang ditanami zig-zag.
Gambar 04. Gambar Bibit Double Row dan Over Lapping

b. Ratoon Cane
Tanaman tebu yang berasal dari tanaman yang telah dipanen
sebelumnya, lalu tunggul-tunggulnya dipelihara kembali hingga
menghasilkan tunas-tunas baru yang akan tumbuh menjadi tanaman
baru pada musim tanam selanjutnya. Terkhususnya petani di daerah
Blora kebanyakan memakai ratoon sampai semau mereka tergantung
dengan pemeliharaan dari petani sehingga tebu masih berkualitas
baik. Sedangkan untuk Kebun Tebu Sendiri PT. GMM memakai
sampai ratoon 4 dan pembongkaran lahan dilakukan 5 tahun sekali.
Syarat tumbuh tebu adalah sebagai berikut:
1. Tanaman tebu ditanam di dataran 100 – 1.000 mdpl, maksimal di
dataran 600 – 700 mdpl.
2. Curah hujannya 1.700 – 2.500 mm/tahun.
3. Suhu 26° - 30° C.
4. Ph tanahnya 5 – 8
5. Tanah yang cocok untuk menanam tebu adalah tanah lempung,
tanah liat dengan solum, tanah lempung berpasir dan tanah
lempung berdebu.
Penjenjangan bibit merupakan tubu bibit yang dibudidayakan
melalui beberapa tingkat kebun bibit yaitu berturut-turut dari Kebun Bibit
Pokok Utama (KBPU), Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek
(KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), Kebun Bibit Datar (KBD) dan Kebun
Tebu Giling (KTG).

KEBUN KEBUN KEBUN


BIBIT BIBIT BIBIT
POKOK POKOK NENEK
UTAMA

KEBUN KEBUN KEBUN


TEBU BIBIT BIBIT
GILING DATAR INDUK

Gambar 05. Gambar Penjenjangan Bibit

KBPU merupakan penangkaran bibit penjenis dengan tingkat


kemurnian 100%. KBP merupakan kebun bibit tingkat 1 menyediakan
bibit bagi KBN. Bahan tanam untuk KBP merupakan varietas introduksi
yang sudah lulus seleksi, atau varietas unggul yang dilepas oleh P3GI.
Penanaman KBP disentralisasi di suatu tempat agar dapat dijaga
kemurniannya.
KBN merupakan kebun bibit tingkat 2 yang menyediakan bahan
tanam bagi KBI. Kebun bibit ini diusahakan oleh institusi penelitian
secara tersentralisir untuk menjaga kemurnian dan kesehatannya. KBI
merupakan kebun bibit tingkat 3 yang menyediakan bahan tanam bagi
KBD. Varietas yang ditanam pada KBI harus sudah mencerminkan
komposisi jenis pada tanaman tebu giling yang akan datang. Tingkat
kemurniannya 98% dilaksanakan oleh PG atau Pabrik Gula.
KBD merupakan kebun bibit tingkat 4 yang menyediakan bahan
tanaman bagi kebun tebu giling atau KTG. Lokasi KBD hendaknya
sedekat mungkin dengan lokasi yang akan dijadikan KTG. Varietas yang
ditanam di KBD hendaknya antara 1 – 3 jenis, untuk mempermudah
menjaga kesehatan kemurnian jenisnya. KTG merupakan kebun produksi
bahan tanam dari KBD. Bibit yang akan ditanam di KTG harus memiliki
kualitas yang baik bibit tebu yang baik adalah bibit yang berumur 6 – 7
bulan, tidak tercampur varietas lain, bebas dari hama penyakit dan tidak
mengalami kerusakan fisik.
Bulan tanam di KBPU, KBP, KBN, KBI, KBD dan KTG haruslah
disesuaikan dengan sifat kemasakan varietas tebu yang ditanam.Bulan dan
waktu tanaman berdasarkan sifat kemasakan varietas tebu yang ditanam
di masing-masing kebun dapat dilihat di Tabel IV.3. Tabel Waktu
Penjenjangan Bibit.
Sifat Kebun Bibit
Uraian 0KTG
Masak KBP KBN KBI KBD
Mei – Mei –
Bulan Nov – Des Nov – Des
Juni Juni
Masak tanam 1,5 tahun 6 bulan
2 tahun 1 tahun Mei – Juni
awal Waktu sebelum sebelum
sebelum sebelum
tanam KTG KTG
KTG KTG
Juli – Januari – Juli – Januari –
Bulan
Sept Maret Sept Maret
Masak tanam Juli –
2 tahun 1,5 tahun 1 tahun 6 bulan
Tengah Waktu September
sebelum sebelum sebelum sebelum
tanam
KTG KTG KTG KTG
Bulan Oktober April Oktober April
Masak tanam 2 tahun 1,5 tahun 1 tahun 6 bulan
Oktober
Lambat Waktu sebelum sebelum sebelum sebelum
tanam KTG KTG KTG KTG
Standar Kebun Bibit yang harus dipenuhi untuk Kebun Bibit Pokok
(KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun
Bibit Datar (KBD) adalah:
- Tingkat kemurnian varietas untuk KBP dan KBN harus 100%,
sedangkan untuk KBI > 98% dan KBD > 95%
- Bebas dari luka api, penyakit belendok, pokkah bung, mozaik dll.
Toleransi gejala serangan < 5%
- Gejala serangan penggerek batang < 2% dan gejala serangan hama
lainnya < 5%
- Lokasi Kebun Bibit di pinggir jalan, lahan subur, pengarian terjamin
dan bebes dari genangan.
Walaupun Indonesia mempunyai penjenjangan bibit tebu atau yang
dikenal dengan P3GI, petani tebu terkhususnya di daerah Blora
menggunakan bibit sendiri tidak membeli di P3GI. Alasannya karena
petani melihat lebih menguntungkan jika bibit dibuat sendiri dari tebu
muda mereka ketimbang membeli di P3GI dengan tidak
mempertimbangkan kualitas tebu yang sempurna.
Jenis – jenis varietas tebu berdasarkan tingkat kematangannya:
 Verietas masak awal : PS 881, PS 862, BZ 132
 Varietas masak tengah : PS 882, VMC 7616, Kijang
Kencana, pppppppppppppppppppppppppppPSJK 922, PSMBM .901,
BM 906.
 Varietas masak akhir/lambat : Bulu Lawang, PS 864.
Berdasarkan iklim dan jenis tanah di daerah Blora, para petani di daerah
ini menggunakan varietas BL atau Bulu Lawang. Karena verietas BL lebih
menguntungkan bagi petani tebu di sini, yang perawatan dan
pemeliharaannya lebih mudah ketimbang tebu lainnya dan hasil niranya
pun juga manis serta bobot tebu yang lumayan berat.
Gambar 06. Gambar Varietas Tebu

C. Pemeliharaan Tanaman
Dibalik usaha yang maksimal untuk menghasilkan tebu yang
berkualitas, para petani tebu juga dihadapkan dengan masalah ancaman
yang akan menyerang tanaman tebu mereka. Diantara ancaman tersebut
berupa masalah hama ataupun penyakit tanaman lainnya, maka dari itu
pemeliharaan tanaman sangat penting untuk tanaman budidaya.
Pemeliharaan tanaman tebu dapat berupa penyulaman, pembumbunan,
pemupukan, pengendalian gulma dan kletek:
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak
tumbuh, baik pada tanamAn baru maupun tanaman keprasan, sehingga
nantinya diperoleh populasi tanaman tebu yang optimal. Untuk
pemeliharaan oleh petani tebu di daerah ini, bibit penyulaman
dilakukan 2 minggu dan 4 minggu setelah penanaman. Penyulaman
dilaksanakan pada baris bagal 2 – 3 mata sebanyak 2 potong dan
diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi sebelumnya.
Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman ulang harus segera
dilaksanakan. Untuk tanaman PC ataupun RC penyulaman tetap
dilakukan sama, tidak ada pembeda antara PC dan RC.
Untuk cara penyulaman pada tanaman tebu, sistem
penyulamannya itu jika dalam suatu juring terdapat bibit tebu yang
tidak tumbuh, tetapi pada juring lainnya terdapat bibit tebu yang
tumbuh lebih dari 1 tunas, maka bibit tebu itu akan dipindah ke juring
bibit tebu yang mati.
2. Pembumbunan
Perawatan yang dilakukan selanjutnya adalah pembumbunan dan
penyiraman tanaman. Seperti yang kita ketahui pembumbunan
berfungsi untuk menegakkan tanaman. Tanah di sekitar tanaman
seringkali terkikis oleh erosi air terutama air irigasi maupun air hujan
sehingga tanah yang ada di sekitar tanaman tidak mampu lagi
menopang tegaknya tanaman. Selain itu, pembumbunan juga
diperlukan karena volume dan ukuran tanaman akan bertambah
seiring dengan pertumbuhannya. Misalnya pertambahan tinggi
tanaman, diameter batang, dan pertambahan daun. Apabila
pertambahan tersebut tidak diiringi dengan perakaran yang kuat maka
tanaman akan mudah roboh, maka perlu dilakukan pembumbunan
untuk menghindari hal tersebut. Untuk pembumbunan pada tanaman
PC dilakukan pada saat pemupukan dasar kemudian pemupukan ke 2
setelah berumur 3 – 3,5 bulan. Sedangkan pada tanaman RC
pembumbunan dilakukan pada saat pemupukan ke 2, pembumbunan
hanya dilakukan 1 kali saja mengikuti pemupukan yang juga hanya 1
kali.
3. Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan haruslah disesuaikan dengan keadaan
lahan, untuk itu perlu dilakukan Analisa tanah dan daun secara
bertahap. Secara garis besar dosis pupuk untuk tanaman baru maupun
keprasan atau RC pada beberapa tipe tanah. Pada tanaman baru
pemupukan yang dilakukan pada awalnya adalah pupuk dasar. Pupuk
Dasar, yaitu pemupukan yang dilakukan pertama kali sebelum
penanaman tanaman tebu. Pupuk dasar sebelum awal tanam
menggunakan jenis ZA dengan dosis pupuk 500 kg/ha dan Phonska
dengan dosis pupuk 500 kg/ha . Bisa juga digunakan blotong pada
tahap pemupukan dasar, karena blotong dapat pupuk organik.
Pada umunya pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali untuk tanaman
PC atau tanaman baru, tetapi pada kenyataannya petani hanya
menggunakan 2 kali pemupukan, yaitu pupuk dasar dan pupuk 2.
Untuk pupuk 1 diberikan 1 – 1,5 bulan setelah pemupukan dasar
dengan sesuai dosis yang ada dan dibutuhkan dengan jenis pupuk ZA
dosis 500 kg/ha, Phonska dosis 500 kg/ha dan KCl 150 – 200 kg/ha.
Kemudian pupuk 2 diaplikasikan pada umur tanaman 2 – 3 bulan
dengan jenis pupuk sama seperti pupuk 1. Cara pengaplikasian pupuk
dengan cara sebar lalu dibumbun.Pada tanaman RC pemupukan
diharapkan dilakukan dengan baik yaitu 2 kali pemupukan, yaitu
pupuk 1 dan 2.Pada tanaman RC pupuk dasar tidak dibutuhkan karena
pada saat RC tenaman tebu sudah mendapat dari tanah sebelumnya.
Tetapi pada kenyataannya petani di sini hanya memupuk tanaman RC
nya sebanyak 1 kali yaitu di pemupukan 2 ataupun dilakukan saat
bersamaan dengan kletek. Cara pengaplikasian pupuk dengan cara
disebar.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat mencegah meluasnya
serangan hama dan penyakit pada areal pertanaman tebu. Pencegahan
meluasnya hama dan penyakit dapat meningkatkan produktivitas.
Beberapa hama dan penyakit utama tanaman tebu pada umumnya
yaitu:
- Hama Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F)
Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu umu 2 minggu sampai
umur tebang. Gejala serangan ini berupa lubang – lubang
melintang pada helai daun yang sudah mengembang. Hama ini
dapat menyebabkan rendemen menurun sehingga kematian pada
tebu.
- Uret (Lepidieta stigma F)
Hama uret berupa larva kumbang yang bentuk tubuhnya
membengkok menyerupai huruf U. Uret menyerang perakaran
dengan memakan akar sehingga tanaman tebu menunjukan gejala
kekeringan.
- Penggerek batang
Penggerek batang yang menyerang tanaman tebu antara lain
penggerek batang bergaris, penggerek batang berkilat, penggerek
batang abu-abu, penggerek batang kuning dan penggerek batang
jambon. Penggerek batang ini menyebabkan kerusakan pada
batang dan rendemen gula menjadi turun.
Untuk kasus tanaman tebu di daerah Blora, hama yang sering
dihadapkan oleh petani adalah hama penggerek batang dan rumput
ilalang. Sedangkan beberapa penyakit yang terserang tanaman tebu
secara umum adalah:
- Penyakit mosaik
Disebabkan oleh virus dengan gejala serangan pada daun terdapat
noda-noda atau garis-garis berwarna hijau pada helaian daun
muda.
- Penyakit busuk akar
Disebebkan oleh cendawan Pythium sp. Penyakit ini banyak
terjadi pada lahan yang drainasenya kurnag sempurna.
Mengakibatkan akar tebu menajdi busuk sehingga tanaman
menjadi mati dan tampak layu.
- Penyakit blendok
Disebabkan oleh bakteri Xanthomonas albilineans dengan gejala
serangan timbulnya klorosis pada daun yang mengikuti alur
pembuluh. Jalur klorosis ini lama-lama menjadi kering. Penyakit
blendok terlihat kira-kira 6 minggu hingga 2 bulan setelah tanam
di seluruh daun bergaris hijau dan putih.
- Penyakit pokkahbung
Disebebkan oleh cendawan Gibberella moniliformis. Gejala
serangan berupa bitnik-bintik klorosis pada daun terutama pangkal
daun sengingga daun-daun tidak dapat membuka sempurna, ruas-
ruas bengkok dan sedikit gepeng.
Untuk kasus di daerah Blora, petani banyak mendapatkan kasus
penyakit pada tanaman tebunya berupa penyakit lidah api, penyakit
yang berupa bitnik-bintik hitam pada pangkal daun dan dapat
menyebar luas dengan mudah jika tidak langsung ditebas.
Penyebarannya dilakukan oleh angin.
5. Kletek
Kletek ditujukan untuk membersihkan daun-daun kering dari tanaman
tebu, kletek dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada umur 3 bulan dan
pada saat sebelum panen. Akan tetapi pada kenyataannya petani di
daerah tersebut hanya mengkletek tebu mereka 1 kali bahkan ada yang
tidak ada, dikarenakan sesuai dengan budgeting dari mereka sendiri.

D. Panen
Pengaturan panen dimaksudkan agar tebu dapat dipungut secara
efisien dan dapat diolah dalam keadaan optimum. Melalui pengaturan
panen, penyediaan tebu di pabrik akan dapat berkesinambungan dan
dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas pabrik sehingga pengolahan
menjadi efisien. Kegiatan panen termasuk dalam tanggung jawab petani,
karena setelah itu petani akan menjual tebunya ke pabrik, bisa juga
melalui KPTR atau Koperasi Petani Tebu Rakyat. Fungsi KPTR sendiri
adalah sebagai wadah petani tebu khususnya Blora untuk menyalurkan
tebu ke pabrik gula. Beberapa KPTR yang ada di Blora adalah Koprasi
Tunas Harapan Sejati, Koprasi Mustika Manis, Koprasi Mandiri Tebu
Blora dan Koprasi Mandiri Sejahtera Bersama.
Sistem pengelolaan tanaman tebu dari petani sampai ke pabrik,
khususnya di Kabupaten Blora petani di daerah ini terbagi atas petani
penyangga dan petani kecil atau petani binaan. Dimana petani penyangga
merupakan petani yang siap mengirimkan hasil produksinya setiap hari
dalam skala besar. Petani penyangga ini dapat tergambung dalam KPTR
dan bisa berdiri sendiri. Untuk petani kecil atau petani binaan, petani ini
memiliki hasil produksi dengan skala kecil. Petani kecil biasanya
tergabung dengan KPTR atau petani binaan tergabung dalam petani
penyangga. Hal ini dikarenakan kebijakan dari Pabrik Gula sendiri
membagi Surat Perintah Tebang Angkut hanya kepada petani yang
memiliki minimal lahan. SPTA pada koprasi THS minimal +-10 ha, pada
koperasi MM dan Manteb 3 -5 Ha sudah punya SPTA.
Pelaksanaan panen atau yang biasa disebut musim giling di Pabrik
Gula GM dilaksanakan pada bulan Mei 2019 – September 2019.
Penggiliran panen tebu mempertimbangkan tingkat kemasakan tebu dan
kemudahan transportasi dari arel tebu ke pabrik. Kegiatan pemanenan
meliputi estimasi produksi tebu, analisis tingkat kemasakan dan tebang
angkut.
 Taksasi Produksi Tebu
Taksasi bertujuan untuk menafsirkan berapa produksi tebu yang
akan dihasilkan. Dibawah ini merupakan contoh dari taksasi
produksi tebu yang diambil sampel dari Kebun Ngapus:

Karena Ngapus menggunakan system penanaman double row


sehingga perhitungannya sebagai berikut :

1 ha ada juringan 920 juringan, dalam 8m dihitung jumlah


batang dan hitung berat batang/m.
Jumlah batang dalam 8m = 92, tinggi = 155, berat = 1,3 kg
(sampel 1 tebu)
Berat batang/m = 1,3
1,55
= 0, 838
Taksasi = jmlh btg/m x tinggi btg x brt btg/m x
juringan
= 92 x 1,55 x 0,838 x 920
= 109.938,896 kg
= 109 ton
 Analisis Tingkat Kemasakan
Analisis kemasakan tebu dilakukan untuk memperkirakan waktu
yang tepat kapan tebu akan dipanen dalam keadaan optimum.
Analisis ini dilakukan dengan cara menggiling sampel tebu
digilingan kecil di laboratorium. Sampel tebu diambil sebanyak
3 batang tebu dari rumpun tebu acak. Nira tebu yang didapat dari
sampel tebu yang digiling di laboratorium diukur persen brix dan
pol. Metode analisis kemasakan tebu adalah sebagai berikut:
1) Setiap batang dipotong menjadi 3 sama besar sehingga
didapat bagian batang bawah, tengah dan atas. Setiap bagian
batang ditimbang dan dihitung perbandingan beratnya.
2) Timbang berat botol masing-masing 6 botol untuk 3 batang.
3) Mengisi form uji sampel pol dan kemasakan.
4) Menimbang berat dan panjang ruas tebu yang akan disampel,
lalu merata-ratakan setiap berat batang tebu, panjang ruas
tebu dan diameter batang tebu setiap bagian atas, tengah dan
bawah.
5) Setiap bagian batang tebu digiling untuk mengetahui hasil
nira dari bagian batang atas hingga ke bawah karena pada
bagian batang tebu atas memiliki kadar nira yang rendah dari
pada bagian batang tebu bawah.
6) Hasil perahan nira dimasukan ke dalam botol yang telah
ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan bagian-bagian nya.
Lalu botol yang telah dimasukan nira ditimbang dan hasilnya
adalah selisih dari berat botol bercampur nira dengan berat
botol sebelum bercampur nira.
7) Perhitungan brix setiap bagian batang dengan alat pengukur
brix digital.
8) Pencampuran nira
- Ambil masing-masing sampel setiap batang 100 ml dan
ambil masing-masing 50 ml dicampurkan jadi 1 menjadi
150 ml dan ambil 100 ml, ukur nilai brix dari nira
campuran.
- Beri khiselghur 1 sendok untuk mengikat kotoran dan
mempercepat penyaringan dan pol 1 2 1 takatan koran
untuk menjernihkan
- Aduk sampai rata.
- Masukan nira yang telah tercampur oleh khiselghur dan
pol 1 2 ke dalam gelas ukur yang telah diberi kertas
penyaring.
- Penyaringan nira
9) Mengukur kadar pol dengan cara masukan nira yang telah
tersaring sesuai bagian nira atas, tengah, bawah dan mix ke
dalam tabung pol.
10)Menghitung Mois yang merupakan mencari kadar
air/kelembapan di dalam ampas tebu menggunakan alat
mettler Toledo. Dimana ampas tebu dikeringkan terlebih
dahulu dengan mengambil sampel ampas sebesar 2,67 gr dan
dipanaskan sampai pemanas mati kisaran >230° C.
11) Perhitungan FK atau Faktor Kemasakan
FK = potensi RB - potensi RA x 100
Potensi RB
12) Pembuatan pol bagas
- Masukan ampas tebu sebesar 200 gr ditambah air 200 ml
lalu digiling p di mesin bagas.
- Hasil bagas berupa larutan >400 ml dan diambil 100 ml
- Campur 100 ml larutan bagas dengan khiselghur dan pol 1
2

Gambar 07. Gambar Sampel Tebu

E. Tebang Muat Angkut


Penebangan tebu haruslah memenuhi standar SOP yang telah
diberikan oleh perusahaan. PT GMM memiliki standar penebangan yang
harus diperhatikan oleh para petani dan terkhususnya penebang, yaitu
standar manis, bersih, segar. Manis dalam arti pabrik gula sendiri
mempunyai beberapa kualifikasi untuk tebu yang akan masuk ke pabrik
dengan minimal brix tebu 18, jika dibawah itu pabrik tidak menerima tebu
yang dikirim petani. Bersih dalam arti tidak ada kotoran seperti daun
kering, klaras dan sogolan atau tebu muda, karena kotoran-kotoran ini
dapat menyebabkan turunnya rendemen dari tebu itu sendiri dan membuat
perusahaan rugi. Alhasil bagi petani yang memiliki tebu kotor akan
diberikan denda sebesar 40%. Segar dalam arti tebu yang dikirim tidak
melebihi 24 jam berada di pabrik, sehingga tebu yang memiliki brix 18
tidak akan turun brixnya.
Dalam hal ini PG Blora membeli tebu dari petani dengan system beli
putus, yang artinya PG membeli berdasarkan tonnase tebu petani itu. Alur
manajemen TMA atau Tebang Muat Angkut di Pabrik Gula Blora untuk
semua lahan dari petani atau kebun tebu sendiri :
1. FIVE SCORE
FIVE SCORE ini bertujuan untuk melihat rangking dari setiap lahan
tebu milik petani, sehingga dalam rangking ini dapat dilihat mana
yang harus ditebang terlebih dahulu hingga yang belum. FIVE
SCORE dibuat oleh PLPG atau disebut Petugas Lapangan Pabrik
Gula. Berikut adalah Tabel IV.4. Tabel Five Score oleh PLPG.
No Uraian Kriteria Bobot Nama Daerah
1 Brix Tebu >18 50
2 Masa Tanam 12 bulan 20
3 PC/RC PC/RC 15
4 Varietas A/T/AK 10
5 Lokasi Jauh/Dekat 5

2. SPTA (Surat Perintah Tebang Muat)


Setelah selesai melakukan penilaian pada lahan petani, Five Score
kemudian dikumpulkan kepada administrasi tanaman untuk mendapat
barcode SPTA. Dari kode yang ada didalam barcode ini merupakan
kontrak dari petani ke pabrik hingga ke pembayaranpun menggunakan
barcode ini.
Untuk harga tebu sendiri/ton diberikan kisaran dari Rp560.000 –
Rp620.000. Untuk tebu yang dari luar kota, mendapat subsidi dari
pabrik sendiri Rp56.000-Rp59.000/kuintal. Sistem pembelian tebu di
PT. GMM menggunakan system beli putus.
Gambar 08. Gambar SPTA

3. Penentuan Kapasitas Giling


Penentuan kapasitas giling pabrik ditentukan oleh manager proses
pengolahan. Kapasitas giling berguna untuk memberi info ke tanaman
berapa banyak tebu yang harus dikirimkan dari petani ke
pabrik/harinya. Contoh :
Hari ini kapasitas giling 3000 tcd. Berat truck rata-rata 7,5 ton.
= 3000 tcd : 7,5 ton  400 rid
Ditambahkan 30% untuk sisa pagi ( 400 + 120 ) = 520 rid/hari.
Setelah dihitung, disebar ke PLPG petani mana yang lahannya akan
ditebang hari ini sesuai five score yang telah didapat.
4. Tebang Muat Angkut
- Supir mengangkut tebu yang telah ditebang membawa
barcode/SPTA. Masuk ke pabrik melalui pos brix dan diimput
barcodennya. Untuk tebu yang dari luar terlebih dahulu sudah
dicek di 9 pos pantau yang tersebar di Blora dan sekitarnya.
- Supir truck ikut antrian di stasiun penimbangan.
- Truck ditimbang kotor lalu turun mengantri untuk dibongkar.
- Pembongkaran dilakukan dan barcode diberikan kepada
administrasi bongkaran. Disini lah terjadi penentuan mutu tebu
MBS dan potongan harga atau tidak. Untuk tebu yang terbakar
mendapat denda sebesar 25%.
- Supir mengambil barcode lalu ke pos timban melakukan
penimbangan bersih.
- Supir keluar membawa struck timbang untuk pembayaran tebu.

Gambar 09. Gambar Proses TMA

F. Analisis Rendemen
Hasil perhitungan rendemen dengan sampel tebu untuk analisis
tingkat kemasakan disebut sebagai rendemen sampel. Untuk taksasi
rendemen dilakukan setiap pagi saat musim giling. Taksasi rendemen
menggunakan 2 rumus, yang pertama menggunakan rumus yang sudah
ditetapkan pemerintah Indonesia
 Faktor Rendemen x nilai nira

Rumus yang kedua adalah rumus internasional



Kadar Pol tebu x BHR x ME x 100
1.000.000

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam hal ini kesimpulan dan uraian mengenai keadaan PG. Gendhis
Multi Manis – Bulog dalam pelaksanaan Budidaya Tanaman Tebu yakni
sebagai berikut :
1. Kondisi wilayah di Kabupaten Blora memiliki system lahan berupa
tegalan. Yang pengairan lahannya mengandalkan tadah hujan.
2. Land Clearing hanya berlaku untuk tanaman Plant Cane saja, sedangkan
Ratoon Cane tidak lagi memerlukan land clearing.
3. Sistem penanaman tebu di wilayah Blora rata-rata petani menggunakan
metode penanaman over lapping dan double row.
4. Bibit yang digunakan para petani hampir semuanya tidak menggunakan
penjenjengan bibit melainkan mengambil dari batang tebu muda milik
sendiri. Jenis tebu yang paling sering digunakan di lingkungan petani
adalah jenis tebu Bulu Lawang.
5. Pemupukan pada masa Plant Cane dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1
musim tanam, sedangkan pada masa Ratoon Cane pemupukan dilakukan
sebanyak 1 kali dalam 1 musim tanam. Pupuk yang digunakan para petani
adalah KCl, Phonska dan ZA.
6. Kegiatan kletek dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 musim tanam oleh
para petani yang bertujuan agar tebu masak secara maksimal dikarenakan
sinar matahari dapat masuk sampai ke batang bawah.
7. Tebu dikatakan matang dan siap dipanen apabila PLPG sudah menilai
dengan metode FIVE SCORE dan disetujui oleh pihak tanaman GMM,
sehingga proses panen dan tebang dapat berjalan secara teratur.
8. Standar yang digunakan oleh PT. GMM dalam menerima tebu dari petani
dikenal dengan istilah MBS (manis, bersih, segar).
9. Pemotongan harga dilakukan apabila tebu kotor sebesar 40% dan tebu
yang terbakar sebesar 25%.
10. Pabrik Gula GMM tidak memiliki bentuk keterikatan mitra kepada petani,
sehingga dalam hal ini tebu di beli dengan cara jual putus.
11. Analisis rendemen tebu yang didapat pada saat penutupan musim giling
mencapai 8,7%.
Dalam hal ini saran dan uraian mengenai keadaan PG. Gendhis Multi
Manis – Bulog dalam pelaksanaan Budidaya Tanaman Tebu yakni sebagai
berikut :
1. Pabrik lebih mendisiplinkan lagi para petani tebu dalam hal
pemeliharaan tanaman dan pengangkutan tebu yang bersih ke dalam
pabrik. Terkhususnya pemupukan dan kletek yang seharusnya
sesuai standard pemeliharaan tebu yang baik dan benar, sehingga
tebu dapat memiliki kualitas yang baik dan menghasilkan rendemen
yang tinggi untuk pabrik.
2. Perusahaan sudah semestinya melakukan ekspansi lahan tebu milik
sendiri agar ketersediaan tebu tetap terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Institut Pertanian STIPER.
Yogyakarta.
Anonim. 2019. Buku Panduan Pelaksanaan Magang Tebu. Institut Pertanian
STIPER. Yogyakarta.
Sugan. 2013. Dosis Pemupukan dan Penanaman. http://LPP.ac.id. Diakses pada
tanggal 23 Oktober 2019 pukul 10.00 WIB.
Ulum, Fauziah. 2018. Pengolahan Lahan Tebu. http://respository.ipb.ac.id.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB.
Zahwa, Siti. 2016. Panen Tanaman Tebu. http://widyatama.ac.id. Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2019 pukul 09.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai