Anda di halaman 1dari 52

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI PT SINAR GUNUNG SAWIT RAYA (SGSR)

LAPORAN
Oleh :

JOSUA JANRI SINUHAJI 170301131


KRISTINA PASARIBU 170301141
PATAR ERICSON SIMBOLON 170301153
ALFEDRO Y L SIAHAAN 170301168
TETTY JULIANTY NAIBAHO 170301173

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Praktek Kerja Lapangan di
PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR)” yang merupakan salah satu syarat untuk
melengkapi komponen nilai praktek kerja lapangan di Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak BT Sihotang selaku Manager Umum, Bapak Parulian Hutagalung, SP selaku
Manager Rayon I, Bapak I. Saragih, SP selaku Manager Rayon II, dan seluruh Asisten
Divisi satu sampai Divisi sebelas beserta karyawan pimpinan dan para staf kebun SGSR
lainnya serta dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu
Dr. Ir. Khairunnisa Lubis, MP yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulis
selanjutnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Manduamas, Agustus 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan 1
1.3. Profil Singkat Instansi 2
1.4. Luas Areal dan Letak Geografis 2
1.5. Struktur Organisasi 4
1.6. Tempat dan Jadwal Pelaksanaan 5
1.7. Fasilitas Lokasi Praktek Kerja Lapangan 5
BAB II METODOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2.1 Kerangka Acuan Kerja 6
2.2 Jadwal PKL 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAAN
3.1. Pembibitan (Nursery) 8
3.2. Replanting 13
3.3. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 14
3.4. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) 17
3.4.1 Pemupukan 17
3.4.2 Pengendalian HPT 18
3.4.3 Penunasan 18
3.4.4 Pengendalian Gulma 21
3.5. Pemanenan 24
3.5.1 Kriteria Matang Panen 24
3.5.2 Perhitungan Panen 24
3.5.3 Panen 25
3.5.3.1 Cara Panen 25
3.5.3.2 Alat yang Digunakan 27
3.5.3.3 Sortasi Panen 27
3.5.3.4 Rotasi Panen 27

2
3.5.4 Struktur Organisasi Panen 28
3.6 Pengangkutan Buah ke PKS 28
3.7 Premi Panen 29
3.8 Pengolahan Kelapa Sawit 29
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan 33
4.2 Saran 34
BAB V DAFTAR PUSTAKA
BAB VI LAMPIRAN

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pelaksanaan Apel Pagi 8
Gambar 2. Areal Pembibitan 9
Gambar 3. Areal Pre Nursery 10
Gambar 4. Penyiraman Bibit Main Nursery 10
Gambar 5. Pembuatan Parit 13
Gambar 6. Penimbunan Bagian-bagian Kelapa Sawit 14
Gambar 7. Pengaplikasiaan Pupuk NPK-18 di TBM 1 16
Gambar 8. Kastrasi di TBM 2 16
Gambar 9. Pengendalian Hama Oryctes sp 17
Gambar 10. Penyemprotan Herbisida Gawangan 17
Gambar 11. Pengaplikasian Pupuk NPK-14 di TM 2 dengan Spreader 18
Gambar 12. Serangan Hama Oryctes sp 19
Gambar 13. Kubangan Hama Kerbau yang Merusak Lahan 19
Gambar 14. Pembabatan Piringan Menggunakan Mesin Babat 21
Gambar 15. Pembabatan Piringan Manual 22
Gambar 16. Pendongkelan Anak Sawit 22
Gambar 17. Pengendalian Epifit 23
Gambar.18. Panen 25
Gambar 19. Pemotongan Pelepah 25
Gambar 20. Penyusunan Pelepah 26
Gambar 21. Pengangkutan TBS ke TPH 26
Gambar 22. Pengutipan Brondolan 26
Gambar 23. Pemotongan Pangkal Tandan dan Penomoran Pemanen 27
Gambar 24. Pengumpulan TBS di TPH 27
Gambar 26. Pengangkutan TBS dari TPH ke Jhonder 28
Gambar 27. Timbangan 30
Gambar 28. Sortasi TBS 30
Gambar 29. Lori Rebusan Berisi TBS 31
Gambar 30. Sterilizer 31
Gambar 31. Balk Silo 32

4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Struktur Organisasi Kebun 4
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) 2020 4
Tabel 3. Pedoman Seleksi Bibit di Main Nursery 9
Tabel 4. Dosis Pemberian Pupuk di Main Nursery 10

5
6
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keterbatasan mahasiswa pertanian dalam mengembangkan potensi dalam hal
perkebunan budidaya kelapa sawit memerlukan adanya suatu tindakan yang konkrit untuk
menggali lebih dalam tentang budidaya kelapa sawit di lapangan. Kegiatan tersebut akan
dapat tersalurkan melalui suatu kegiatan yaitu PKL (Praktek Kerja Lapangan) sehingga
dapat mengetahui masalah dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi problema dalam hal
budidaya kelapa sawit.
Praktek kerja lapangan merupakan suatu kegiatan akademik terjadwal dilakukan
secara mandiri berupa observasi dan orientasi praktek yang dilakukan oleh seorang
mahasiswa pada suatu perusahan perkebunan, instansi atau balai penelitian, baik milik
pemerintah atau swasta. Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan seorang mahasiswa
terikat pada peraturan dan hukum yang dikeluarkan oleh Negara, perusahaan atau instansi
dan peraturan mengenai tata tertib selama praktek kerja lapangan yang dikeluarkan oleh
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan kesertaan mahasiswa secara
nyata dan langsung dalam kegiatan kerja profesi pada suatu lembaga atau instansi hukum,
dimana pemilihan tempat dilakukan secara mandiri sehingga mahasiswa dibebaskan untuk
memilih ditempat mana akan melaksanakan PKL tersebut.
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan tahun ini, penulis memilih
PT. Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR), Kecamatan Sirandorung Kabupaten Tapanuli
Tengah Sumatera Utara.
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan instruksional dilakukan praktek kerja lapangan adalah untuk memberikan
kesempatana pada mahasiswa agar:
1. Belajar mempersiapkan diri turun ke masyarakat dengan bekal ilmu yang sudah didapat
dan mampu membandingkan antara ilmu yang didapatkan selama dibangku perkuliahan
dengan kenyataan yang ada di dunia kerja nyata. Lebih dapat memahami konsep-konsep
nonakademis dan nonteknis di dunia kerja nyata.
2. Mampu menganalisa dan memahami permasalahan dalam sistem yang lebih kompleks
dan luas.
2

3. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dengan memberikan sedikit
kontribusi pengetahuan pada perusahaan perkebunan dan instansi, secara jelas dan
konsisten serta komitmen yang tinggi.
1.3. Profil Singkat Instansi
PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) merupakan cabang dari Perusahaan Mujur
Timber Grup yang beroperasional sebagai perkebunan kelapa sawit pada tahun 1991.
Perusaahaan ini sebelumnya mengembangkan usaha Logging kayu di Kecamatan
Sirandorung Tapanuli Tengah kemudian dikembangkan menjadi perkebunan kelapa sawit
karena lahan ini dinilai mampu menghasilkan produksi kelapa sawit walaupun dengan
kondisi lahan yang dominan gambut muda.
3

1.4. Luas Areal dan Letak Geografis


Adapun areal dari PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) terletak di Kecamatan
Sirandorung, Kabupaten Tapanuli Tengah dengan luasan areal Konsesi yaitu 7079,89 Ha
dengan rincian Afdeling I 695,85 Ha yang terdiri dari 32 Blok, Afdeling II 515,73 Ha
yang terdiri dari 18 Blok, Afdeling III 704,16 Ha yang terdiri dari 25 Blok, Afdeling IV
615,49 Ha yang terdiri dari 22 Blok, Afdeling V 707,30 Ha yang terdiri dari 21 Blok,
Afdeling VI 685,28 Ha yang terdiri dari 21 Blok, Afdeling VII 729,91 Ha yang terdiri dari
22 Blok, Afdeling VIII 585,69 Ha yang terdiri dari 26 Blok, Afdeling IX 710,44 Ha yang
terdiri dari 26 Blok, Afdeling X 524,70 Ha yang terdiri dari 19 Blok dan Afdeling XI
606,34 Ha yang terdiri dari 23 Blok.
PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) terletak di Kecamatan Sirandorung
Kabupaten Tapanuli Tengah
Ketinggian : ± 1,266 mtr dari permukaan laut (DPL )
Topografi : Pantai dan Perbukitan
Jenis Tanah : Semi Gambut PH 4-5
Koordinat : Lintang Utara = 1011’00- 2022’ 00”
Bujur Timur = 98007’ – 98012’
Type Iklim : Sehmidt & Fergusson
Curah Hujan : 2.916 - 3.304,8 mm per tahun
Jlh. Hari hujan : 200 hari pertahun
Suhu : 25 – 26, 20°C
Jarak tempuh : ± 108 km dari ke Ibu kota Kabupaten dan 306,8 km ke Ibukota
Propinsi Medan
Barbatasan : Sebelah timur Humbang Hasundutan,Kabupaten Tapanuli Utara
Sebelah Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan
Sebelah Barat Samudera Hindia
Sebelah Utara Kabupaten Aceh Singkil (Prov NAD)
4

1.5 Struktur Organisasi

Tabel 1. Struktur Organisasi Kebun


5

1.6 Tempat dan Jadwal Pelaksanaan


Adapun durasi dari kerja praktek lapangan ini adalah dimulai dari tanggal 13 Juli
sampai dengan 15 Agustus 2020 dengan 30 hari kerja efektif yang bertempat di PT Sinar
Gunung Sawit Raya Kecamatan Sirandorung Kabupaten Tapanuli Tengah.
1.6. Fasilitas Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Fasilitas yang didapatkan selama praktek kerja lapangan di PT Sinar Gunung Sawit
Raya ini adalah tempat tinggal berupa mess, air bersih, listrik, dan alat pelindung diri
seperti helm yang disediakan oleh kantor PT Sinar Gunung Sawit Raya.
Selain itu, fasilitas untuk sarana ibadah juga tersedia masjid dan gereja yang
berdekatan dengan rumah karyawan.
6

BAB II
METODOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2.1. Kerangka Acuan Kerja
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan pada 13 Juli 2020 hingga
15 Agustus 2020 dengan durasi kerja di PT Sinar Gunung Sawit Raya Kecamatan
Sirandorung Kabupaten Tapanuli Tengah. Kerangka Acuan kerja dibuat berdasarkan hal-
hal yang akan dikerjakan pada PT Sinar Gunung Sawit Raya, yaitu :
1. Pembibitan (Nursery)
2. Replanting
3. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
4. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
5. Produksi dan Panen
6. Pengolahan Kelapa Sawit
2.2. Jadwal PKL
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) 2020
No Tanggal Kegiatan Lokasi

1 13 Juli 2020 Pengenalan mengenai PT Sinar Kantor Sentral PT Sinar


Gunung Sawit Raya oleh Personalia Gunung Sawit Raya

2 14-16 Juli 2020 Pembibitan (Nursery) Afdeling I area


pembibitan

3 17 Juli 2020 Chemis/Penyemprotan Afdeling III

4 18 Juli 2020 Melihat gejala serangan hama dan Afdeling III

pengendaliannya

5 20 Juli 2020 Perawatan TBM Afdeling III

- Kastrasi dan Ablasi


- Pemupukan

6 21 Juli 2020 Pengaplikasian pestisida Capture Afdeling I


pada TBM

7 22 Juli 2020 Mempelajari Peralihan TBM ke TM Afdeling I

8 23 Juli 2020 Perawatan TM

- Pembabatan pada gawangan


7

mati
- Mengamati TM yang
Afdeling IV
terserang Ganoderma

9 24 Juli 2020 Perawatan TM

- Perawatan Piringan Afdeling V


menggunakan mesin babat

10 25 Juli 2020 1. Panen Afdeling VI

2. Pengendalian Epifit

11 27 Juli 2020 Panen dan Bongkar muat Afdeling VII

12 28 Juli 2020 Pengenalan PMKS PMKS PT SGSR

13 29 Juli 2020 Mengamati Alur/Flow Process PMKS PT SGSR

14 30 Juli 2020 Mengamati Alur/Flow Process PMKS PT SGSR

15 01 Agustus 2020 1. Mempelajari Prinsip Kerja


2. Mempelajari Flow Water
PMKS PT SGSR
Treatment

16 03 Agustus 2020 Mempelajari Prinsip Kerja PMKS PT SGSR

17 04 Agustus 2020 Membantu masyarakat yang sedang Afdeling IV


berduka

18 05 Agustus 2020 Replanting Afdeling IV

19 06 Agustus 2020 Panen dan muat di TM 1 dan TM 5 Afdeling I

20 07 Agustus 2020 Membuat Marka jalan (Penunjuk Mess Kebun SGSR


arah)

21 08 Agustus 2020 Pemupukan Mekanis Afdeling II

22 10 Agustus 2020 1. Replanting


2. Pemancangan
Afdeling IV
3. Perumpukan
4. Pembuatan Parit

23 11 Agustus 2020 Mengerjakan laporan Mess Kebun SGSR

24 12 Agustus 2020 Mengerjakan laporan Mess Kebun SGSR

25 13 Agustus 2020 Peletakan Marka Jalan Setiap Afdeling


8

26 14 Agustus 2020 Mengerjakan laporan Mess Kebun SGSR

27 15 Agustus 2020 ACC Laporan dan Perpisahan Kantor Sentral Kebun


SGSR

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pembibitan (Nursery)
Pembibitan adalah proses dimana dilakukannya budidaya untuk menumbuh
kembangkan tanaman kelapa sawit mulai dari kecambah hingga tanaman dapat
dipindahkan ke lahan perkebunan. Kualitas bibit (jenis dan pertumbuhannya) merupakan
faktor penting dalam rangka mendapatkan produksi CPO dan dapat dipanen pada umur 30
bulan. Kualitas bibit dipengaruhi antara lain oleh : sumber dan genetik bibit, kultur teknis
dalam pemeliharaan bibit, seleksi bibit dan umur bibit pada waktu ditanam di lapangan..
PT. Sinar Gunung Sawit Raya memiliki lahan pembibitan seluas 4,97 ha yang
berada di Afdeling 1, dibawah kepemimpinan Asisten Kepala Bapak H.P Manullang.
Pembibitan dilakukan dengan tahapan 2 stage, yaitu Pre Nursery dan Main Nursery.
Varietas yang sedang dibibitkan yaitu varietas DxP SK 1 dan DxP ASD-Bakrie.
Pembibitan telah memasuki tahap Main Nursery dengan umur bibit 14 bulan dan
berjumlah kurang lebih 41.000 bibit. Jarak tanam yang digunakan di pembibitan yaitu 90 x
100 cm. Persentase keberhasilan pembibitan di PT.SGSR dapat mencapai 92%.

Gambar 1. Pelaksanaan apel pagi di bibitan PT. Sinar Gunung Sawit Raya

Untuk areal pembibitan dipilih lokasi pembibitan kelapa sawit pada tempat yang
terletak di pusat areal (strategis). Areal harus rata, terbuka namun tidak akan terkena banjir
9

dan erosi. Untuk menghindari banjir tersebut maka dibuat bedengan pada areal pembibitan.
Lokasi pembibitan diupayakan dekat dengan sumber air yang permanen untuk penyiraman
dan aman dari gangguan bintang liar.

Gambar 2. Areal bibitan PT.SGSR

a.mPre Nursery
Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas baik dan mempunyai potensi produksi
tinggi, perlu dilaksanakan pembibitan yang benar, yaitu dengan pemilihan tempat yang
rata, dekat dengan sumber air, dekat dengan tenaga kerja, dan drainase yang baik.
Pembuatan bedengan dari kayu/papan dengan lebar ± 20 cm. Ukuran bedengan 10 m x 1,2
m dan jarak antar bedengan 80 cm, dalam 1 bedengan terdapat 1700 polybag. Antar
bedengan disediakan jalan control ±50 cm. Naungan permanen terbuat dari paranet
setinggi 1,5-2 meter dari tanah dan bambu ditancapkan ke tanah sedalam 30 cm dengan
intensitas cahaya 30 %.
Polybag yang digunakan di pembibitan pre nursery adalah polybag kecil dengan
ukuran 15 cm x 20 cm dengan ketebalan 0,10 mm, lubang perforasi sebanyak 18 buah
untuk mengatur drainase, diameter lubang ± 0,4 cm dan jarak antar lubang 7 cm. Pengisian
tanah dicampur dengan pupuk RP sebanyak 5-10 gram/baby bag. Pada pembibitan pre
nursery, media tanam yang digunakan yaitu solid, top soil gambut dan top soil tanah merah
dengan perbandingan 1: 3: 2. Untuk top soil gambut dan tanah merah dilakukan
pengayakan terlebih dahulu untuk dihasilkan media tanam yang halus sehingga perakaran
bibit tidak terganggu. Penanaman kecambah dilakukan dengan radikula ke bawah dan
plumula ke atas.
10

Gambar 3. Areal persemaian (pre-nursery) PT.SGSR

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yakni pada pagi hari pukul 07.00-10.00 WIB dan
sore hari pukul 16.00-18.00 WIB terkecuali jika hari hujan dengan curahan minimal 10
mm/hari. Pemupukan dilakukan di Pre Nursery dengan menyemprotkan pupuk cair merk
dagang Bayfolan dengan dosis 30 cc/kep dan rotasi 1 x sebulan. Bibit di Pre nursery
pindah ke lapangan setelah bibit berumur 3 bulan atau sekitar 100 hari (SOP, 2007).
b. Main Nursery
Pada pembibitan main nursery, media tanam yang digunakan yaitu solid, top soil
gambut dan top soil tanah merah dengan perbandingan 1: 3: 2 dan diberi pupuk RP
sebanyak 5-10 gram/poybag. Polybag yang digunakan dengan ukuran panjang 50 cm,
lebar 42,5 cm dan tebal 0,20 mm, dengan lubang drainase berdiameter 0,4 cm sebanyak 80
lubang dengan jarak antar lubang 7 cm. Kebutuhan air pada pembibitan di main nursery
yaitu 10 mm/hari/pokok. Jika curah hujan > 10 mm/hari maka penyiraman pada hari
tersebut ditiadakan dan bila < 10 mm/hari maka perlu ada penyesuaian penyiraman agar
kebutuhan air/bibit atau polybag setara 10 mm hujan terpenuhi.

Gambar 4. Penyiraman bibit main nursery PT.SGSR


11

Bibit babybag yang dipindahkan ke polybag adalah bibit-bibit sehat dan normal
(setelah melalui proses seleksi). Pemindahan bibit dilakukan sewaktu berumur ± 3 bulan.
Bibit dikeluarkan dari plastik babybag beserta tanahnya tanpa menghancurkan tanah pada
bibit tersebut. Setiap permukaan tanah pada polybag di Main Nursery diberi mulsa berupa
cangkang. Untuk cangkang diberikan sebanyak 0,5 kg/polybag. Fungsi mulsa adalah untuk
menekan penguapan air,menekan pertumbuhan gulma, mengurangi erosi dan mengatur
suhu tanah.
Tabel 3. Pedoman Seleksi Bibit di Main Nursery
No
Abnormalitas Uraian
.
Bibit Kerdil Mempunyai morfologi yang sama dengan bibit lain yang
1
(Runt) berumur sama hanya tumbuh lebih pendek
Permukaan
Pelepah daun yang baru, tumbuh dengan lambat sehingga
2 Tajuk rata (Flat
lebih pendek dari pelepah daun yang tua
Top)
Daun
3 Lemas(Limp or Pelepah dan daun nampak sangat lembek
Flaccid)
Anak daun tidak terpisah, menjadi satu atau hanya
4 Juvenile
sebagian yang terpisah Anak Daun Tersusun Rapat
(Short Anak daun tersusun dengan jarak sangat rapat di pelepah
5
Internodes) Anak Daun Tersusun Lebar
(Wide Anak daun pada pelepah daun tersusun dengan jarak
6
Internodes) sangat lebar di pelepah
Anak Daun Anak daun yang tumbuh biasanya membentuk sudut
7 Sempit (Narrow lancip, sempit dan tergulung sehingga tampak seperti
Pinnae) jarum
Acute Pinnae Anak daun tumbuh dengan sudut sangat tegak terhadap
8
Insertion pelepah daun
Anak daun tumbuh dengan pendek, lebar dan ujungnya
Short Broad
9 biasanya tumpul. Sering kali anak daun juga tersusun
Pinnae
rapat.
10 Chimaera Pada daun terdapat strip kuning atau keputih-putihan
Pokok Mempunyai bonggol dan batang yang sangat besar, serta
11 Raksasa(Giant pelepah yang lebar dengan pangkal petiole berwarna
Palm) putih
Daun muda berputar (terpelintir) dan membengkok,
12 Crown Disease
kadang disertai dengan gejala infeksi (busuk pucuk).
12

Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bibit di Main Nursery maka


harus diberikan pupuk sesuai dengan rekomendasi PT. Socfindo yaitu :
Tabel 4. Dosis Pemberian Pupuk di Main Nursery (gram/polybag)
Umur
Urea NPK
(Bulan)
1 - 20
2 - 20
3 20 20
4 - 20
5 - 20
6 20 20
7 - 20
8 - 20
9 20 20
10 - 20
11 - 20
12 20 20

3.1.1. Perawatan Pembibitan Kelapa Sawit


a. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Pengendalian gulma pada Main Nursery dilakukan secara manual dengan
menggunakan tangan dan cangkul. Gulma di sekitar pembibitan kelapa sawit dicabut dan
dibuang.
Pengendalian hama dan penyakit di pembibitan dengan menggunakan Dithane M-
45 80 WP, Benlox 50 WP untuk mengendalikan jamur. Untuk mengendalikan serangga
digunakan Starelle 660 EC, Capture 50 EC dan Sevin 85 SP dan untuk mengendalikan
tikus digunakan Klerat 0,005 BB.
b. Penyiangan Gulma
Secara garis besar penyiangan dipembibitan dibagi dua bagian yaitu:
● Penyiangan dalam polybag (penyiangan dalam)
Penyiangan dalam polybag meliputi pekerjaan mencabut gulma, menambah tanah,
menggemburkan tanah dengan kayu (akar bibit jangan rusak). Kebutuhan tenaga
disesuaikan dengan norma dan standart fisik
● Penyiangan antar polybag ( penyiangan luar)
13

Dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dilakukan dengan membersihkan gulma
yang tumbuh diantara polybag dengan memakai garuk atau cangkul.
3.2 Replanting
Replanting merupakan peremajaan atau tanam ulang kelapa sawit ditempat areal
atau kebun yang sama. Tujuan replanting diantaranya adalah mengganti tanaman yang
sudah tua atau tidak produktif, melakukan penanaman ulang kembali dengan tanaman yang
sama, untuk kontinuitas/kesinambungan budidaya kelapa sawit dan untuk meningkatkan
produksi dan kualitas hasil produksi.
Pertimbangan suatu kebun saat akan melakukan peremajaan adalah melihat
produktivitas tanaman dalam kebun tersebut terlebih dahulu, meliputi kerapatan tanaman
per hektar dan serangan hama penyakit. Apabila produktivitas tanaman di bawah standar
yang telah ditetapkan perusahaan, maka perlu diadakan peremajaan. Selain itu, peremajaan
juga dapat dipertimbangkan apabila panen sulit dilakukan akibat tanaman yang sudah
terlalu tinggi.
Kegiatan Replanting di PT. Sinar Gunung Sawit Raya ini dilakukan di bulan
Agustus di Afdeling IV dengan tahun tanam 1994. Kegiatan replanting ini dimulai dari
proses penumbangan, chipping (cincang), dongkel akar, merumpuk dan pembuatan parit
lidah. Untuk proses penumbangan dilakukan selama 30 detik, chipping (cincang) batang
dan akar dilakukan dengan ketebalan maksimal 10 cm selama 3 menit, perumpukan
dilakukan dengan ketinggian maksimal 1,5 meter dan lebar 2 meter selama 1 menit. Basis
replanting ini disesuaikan dengan SOP yang telah disepakati perusahaan dengan pihak
kontraktor.
Kegiatan perumpukan dilakukan dengan jarak antar barisan 7,6 meter, antar
rumpukan 15,2 meter dan pembuatan parit 8 x 1 artinya dalam 8 baris terdapat 1 parit.
Pembuatan parit ini disesuaikan dengan keadaan lahan yang akan di replanting.

Gambar 5. Pembuatan Parit


14

Pada kegiatan proses replanting pada blok D2 dimulai dengan penumbangan dan
dilanjut dengan chipping (cincang) menjadi 3 bagian kemudian excavator menggali tanah
untuk membuat lubang yang nantinya setiap bagian kelapa sawit yaitu akar, batang dan
pelepah akan dimasukkan ke dalam lubang dan ditimbun kembali dengan tanah. Sistem
replanting ini ditujukan untuk penanaman jagung.

Gambar 6. Penimbunan bagian-bagian kelapa sawit

3.3 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


Pemeliharaan TBM adalah salah satu indikator yang sangat penting untuk
mendapatkan produktivitas yang tinggi pada saat TM. Oleh sebab itu, perawatan atau
pemeliharaan dalam TBM sangat perlu untuk diperhatikan. Adapun perawatan atau
pemeliharaan yang dilakukan di Kebun PT SGSR adalah sebagai berikut:
1. Konsolidasi, yaitu tindakan yang dilakukan untuk memeriksa dan langsung
memperbaiki keadaan tanaman yang baru ditanam, seperti menegakkan pokok yang
miring, afkir dan lain-lain. Konsolidasi tanaman dilakukan dengan cara sensus tanaman.
Sensus tanaman dilakukan 2 x setahun.
2. Penyisipan, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati. Data
tanaman yang mati diperoleh dari sensus tanaman pada kegiatan konsolidasi. Tanaman
hasil sisipan yang pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan tanaman lain diberikan
beberapa perlakuan khusus seperti memberi pupuk tambahan, menggemburkan tanah
yang keras atau menambahkan bahan organik bila tanah berpasir. Kegiatan ini
dilakukan selama satu bulan untuk menggantikan tanaman yang tumbuh abnormal.
Untuk melakukan penyisipan dilakukan :
● Dihitung jumlah pokok yang mati
15

● Dibuat lubang tanam kembali pada asal pohon mati dengan ukuran lubang
atas 60 cm x 60 cm, dalam 50 cm dan ukuran bawah
40 cm x 40 cm
● Sebelum dikirim ke lapangan harus disiram terlebih dahulu
3. Pemeliharaan piringan, yaitu tindakan perawatan yang bertujuan untuk mengurangi
persaingan gulma dan tanaman dalam menyerap unsur hara, air dan sinar matahari.
Tujuan lain adalah untuk mempermudah pekerja dalam melakukan pemupukan dan
pengontrolan. Area piringan bebas gulma biasanya maksimum 2 meter dari pokok.
Sementara itu, gawangan harus bebas dari gulma atau sisa anak kayu. Pembersihan
piringan ini dilakukan 1 kali sebulan dengan cara garuk piringan dan pembersihan
gawangan dengan babat manual.
4. Pemupukan pada periode TBM bertujuan untuk menambah kebutuhan unsur hara pada
tanah dan untuk menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit. Pemupukan
yang baik untuk dilakukan adalah dengan memenuhi syarat 5T yaitu tepat dosis , tepat
jenis, tepat cara , tepat tempat, tepat waktu, tepat biaya. Dosis yang diberikan
disesuaikan dengan umur tanaman. Pemupukan pada tanaman TBM kebun PT SGSR
dilakukan 3 kali dalam setahun, pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK-18 dan
pengapuran atau pembenah tanah yang diberikan yaitu Dolomit dilakukan 3 kali dalam
setahun dengan dosis sesuai tahun tanam.
Adapun alat yang digunakan dalam proses pemupukan adalah goni berukuran 25
kg untuk tempat pupuk, mangkuk untuk takaran pupuk, paku untuk membuka karung
pupuk, alat pelindung diri seperti : topi, sarung tangan, sepatu boot, jonder sebagai
angkutan untuk membawa pupuk dari gudang pupuk ke setiap blok yang akan dipupuk,
bontot sebagai sumber energi untuk para karyawan.
Pengaplikasian Pupuk NPK-18 di TBM 1 dengan dosis yang ditentukan yaitu 1
Kg/pokok sesuai dengan rekomendasi yang berlakukan oleh perusahaan. Aplikasi
pemupukan Dolomit dilakukan dengan sistem tabur melingkar dengan jarak dari pokok
± 2 m, dengan tujuan agar rambut akar muda dapat menyerap langsung unsur hara yang
berasal dari pupuk Dolomit.
16

Gambar 7. Pengaplikasian Pupuk NPK-18 di TBM 1


5. Kastrasi/sanitasi yang dilakukan tergantung pada kondisi lapangan tetapi pada
umunya kastrasi dimulai pada TBM 2 dan berakhir pada umur 24- 30 bulan dengan
rotasi 1x sebulan. Bagian tanaman yang dikastrasi adalah bunga jantan dan bunga
betina dengan menggunakan dodos. Tujuan dilakukannya kastrasi adalah untuk
memfokuskan pertumbuhan tanaman ke fase vegetatif. Pelepah yang masih
menempel di pasir, pelepah kering atau pelepah yang terbawa dari pembibitan juga
dipangkas khususnya pelepah daun yang berada dibagian bawah hingga batas
maksimum 15 cm dari permukaan tanah.

Gambar 8. Kastrasi di TBM 2


6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) penting dilakukan secara rutin
untuk menekan serangan hama atau penyakit yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan vegetatif dari kelapa sawit itu sendiri. Hama Oryctes sp dikendalikan
dengan penyemprotan Capture yang diaplikasikan ke pupus kelapa sawit selama 15
detik dengan konsentrasi 4 %. Untuk pengendalian Oryctes sp ini juga
menggunakan perangkap feromon yaitu 2 Ha untuk 1 perangkap feromon dan
pengutipan larva dibantu dengan excavator mini.
17

Gambar 9. Pengendalian Hama Oryctes sp


7. Persiapan sarana panen adalah kegiatan untuk mempersiapkan Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH) pada akhir TBM 3, pasar pikul sebelum melakukan
panen pada tanaman menghasilkan dan pengeluaran buah dari dalam kebun ke
TPH.
8. Penyemprotan yang dilakukan harus dipastikan aman terhadap tanaman.
Penyemprotan gawangan dilakukan dengan chemis berbahan glifosat dengan dosis
8 %.

Gambar 10. Penyemprotan herbisida di gawangan


3.4. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
3.4.1. Pemupukan
Pupuk yang digunakan Kebun SGSR pada setiap TM adalah pupuk NPK-14.
Adapun alat yang digunakan dalam proses pemupukan di TM adalah mesin pemupukan
yaitu spreader dengan kapasitas 350 Kg dengan dosis 3 Kg/pokok dan untuk
mengaplikasikan pupuk tersebut dibutuhkan waktu 3 menit untuk 92 pokok.
Pengaplikasian Pupuk NPK-14 di TM 2 secara manual dengan dosis yang ditentukan yaitu
3 Kg/ pokok sesuai dengan rekomendasi yang berlakukan oleh perusahaan. Aplikasi
pemupukan Dolomit dilakukan dengan sistem tabur melingkar dengan jarak dari pokok ± 2
m dengan dosis pupuk 1,25 Kg/pokok dengan tujuan agar rambut akar muda dapat
menyerap langsung unsur hara yang berasal dari pupuk Dolomit.
18

Gambar 11. Pengaplikasian Pupuk NPK-14 dengan spreader

3.4.2. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)


Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) merupakan salah satu
kegiatan untuk mengendalikan hama, penyakit dan gulma pada tanaman untuk
mempertahankan produksi tanaman. Proteksi tanaman perkebunan adalah upaya
perlindungan tanaman terhadap organisme pengganggu tanaman (hama, penyakit, dan
gulma) demi terwujudnya kelangsungan hidup tanaman dan pencapaian sasaran produksi,
serta terciptanya kelestarian lingkungan.
Hama
Pada tanaman menghasilkan, hama yang biasanya menyerang yaitu UPDKS (ulat
pemakan daun kelapa sawit), diantaranya famili ulat api (limacodidae) dan ulat kantong
(psychidae). Beberapa jenis ulat api yang biasa menyerang tanaman menghasilkan yaitu
Setothosea asigna van Eecke dan Setora nitens Walker, sedangkan untuk ulat kantong
yaitu Mahasena corbetti Tams dan Metisa plana Walker. Hama ini aktif menyerang
tanaman pada saat stadia larva. Serangan terberat yaitu pada larva instar 3. Serangan berat
akan menyebabkan kehilangan indeks luas daun yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan kelapa sawit sehingga produksi kelapa sawit akan mengalami penurunan.
Kerusakan pada tanaman kelapa sawit akan terlihat secara jelas ketika sudah terjadi
defoliasi sebesar 50%. Kerusakan pada tingkat ini akan mengurangi hasil hingga 10 ton
TBS/ha.
Hama yang menyerang tanaman menghasilkan di PT SGSR yaitu
Oryctes sp, ulat api, semut, rayap dan kerbau. Untuk pengendalian Oryctes sp dapat
dilakukan secara fisik atau mekanis yaitu dikendalikan dengan penyemprotan Capture yang
diaplikasikan ke pupus kelapa sawit selama 15 detik dengan konsentrasi 4 %.
19

Gambar 12. Serangan Hama Oryctes sp

Gambar 13. Kubangan Hama Kerbau yang Merusak Lahan

Penyakit
Pada pengamatan dilapangan, penyakit yang banyak menyerang tanaman
menghasilkan yaitu penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma). Umumnya menyerang
pada tanaman dewasa diatas umur 10 tahun. Akibat serangan ganoderma adalah
menurunkan jumlah tegakan secara drastic dan hal ini sangat berpengaruh terhadap
produksi. Pada tingkat serangan rendah (<20%) kerugian tidak terlalu terlihat, karena
kematian akibat ganoderma masih berfungsi sebagai penjarangan tanaman. Penyebab
penyakit ini adalah cendawan Ganoderma.
Gejala serangan awal pada tanaman dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan
tanaman kelapa sawit. Daun berwarna hijau pucat, lilit batang pada pangkal daun tampak
mengecil, jumlah buah semakin sedikit, dan ukuran tanaman yang semakin kecil. Gejala
yang khas yaitu terbentuknya badan buah cendawan berupa lempengan cokelat yang
dipinggirnya berwarna putih disekitar pangkal batang.
Penyakit akibat cendawan Ganoderma di PT SGSR sangat cepat menyebar karena
adanya hama kerbau yang membawa spora cendawan Ganoderma ke tanaman yang belum
20

terinfeksi. Tanaman yang terserang cendawan ini mudah sekali tumbang dikarenakan
sebagian besar tanah di kebun SGSR adalah tanah gambut muda.
Pengendalian tahap awal bila sudah ada serangan pada lahan konversi atau lahan
baru, harus segera dilakukan isolasi terhadap pokok terinfeksi, karena laju/ekspansi
penularan akan cepat meluas. Di kebun SGSR sendiri belum melakukan pengendalian
terhadap serangan cendawan ini dengan melakukan isolasi terhadap tanaman yang
terinfeksi. Biasanya kebun menunggu sampai tanaman tersebut tumbang dengan sendirinya
dan pengendalian hama kerbau di kebun belum dilakukan penanganan karena pihak
perusahaan tidak memberikan sanksi tegas kepada masyarakat yang membiarkan kerbau
mereka masuk ke kebun.
3.4.3. Penunasan
Penunasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan memotong pelepah yang
sudah tidak berfungsi agar tidak terjadi kelebihan (overleaf) jumlah pelepah yang
disesuaikan dengan umur tanaman yang diakukan setahun sekali.
Kegiatan penunasan ini sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit, karena
apabila jumlah tunas berlebihan, hasil fotosintesis tidak akan terfokus pada pertumbuhan
dan perkembangan buah. Dilakukannya penunasan juga sangat membantu pemanen dalam
melakukan kegiatan panen, karena hal ini dapat memperudah pemanen untuk melihat dan
mengambil buah yang sesuai dengan kriteria matang panen.
Pemangkasan juga dapat memudahkan pemanen memotong buah agar tidak banyak
waktu terbuang untuk memotong pelepah,memberikan ruang pada pertumbuhan tandan
agar tidak terjepit pelepah,mengurangi kehilangan brondolan yang menyangkut pada
pelepah daun,dan mengurangi kelembapan serta mencegah timbulnya pemicu serangan
hama dan penyakit.
Berdasarkan kegiatan dilapangan ada dua macam batas tunas yaitu songgo 2 dan
songgo 1. Songgo 2 ialah batas tunas yang meninggalkan dua pelepah di bawah buah,
sedangkan songgo 1 ialah batas tunas yang meninggalkan 1 pelepah dibawah buah.
Penunasan dilakukan dengan cara sebagai berikut
● Dipersiapkan alat untuk melakukan tunasan, seperti: egrek (tanaman tinggi), dodos
(tanaman rendah), kampak (untuk merencek), batu asah (untuk mengasah
egrek/dodos maupun kampak), Alat Pelindung diri (Sepatu boot, helm, sarung
tangan).
21

● Dipotong pelepah yang akan ditunas dengan syarat potongan pelepah mepet ke
batang. Pelepah dipotong di pangkal dengan potongan miring keluar(kebawah)
berbentuk tapak kuda dengan membentuk sudut horizontal 300
● Setelah pelepah jatuh maka dilanjutkan ke proses perencekan pelepah.
● Pelepah direncek dengan tiga potongan.
● Setelah di rencek maka pelepah dirumpuk di gawangan mati dalam barisan
tanaman, cara penyusunan rumpukan pelepah dimulai dari ujung,tengah dan
pangkal pelepah.
3.4.4. Pengendalian Gulma
a. Babat Piringan
Piringan merupakan areal berbentuk lingkaran dibawah pokok kelapa sawit dengan
diameter ± 2 m berdasarkan SPO, diistilahkan piringan karena berbentuk lingkaran.
Piringan yang baik yaitu terkendalinya gulma dan bebas sampah. Banyaknya gulma yang
terdapat dalam piringan dapat mempersulit kegiatan pemupukan, pengutipan berondolan,
dan menjadikan penurunan kualitas panen. Banyaknya sampah dipiringan selain untuk
memudahkan pengutipan berondolan, juga dapat menjadikan lingkungan pokok kelapa
sawit terlalu lembab sehingga beresiko tumbuhnya jamur pengganggu tanaman itulah
sebabnya pemeliharaan piringan sangat dibutuhkan.

Gambar 14. Babat Piringan menggunakan mesin babat


22

Gambar 15. Babat Piringan manual

Perawatan untuk gawangan/piringan dilakukan dengan rotasi 2x setahun yaitu


menggunakan mesin babat dengan basis 5 Liter/HK, menggunakan alat babat manual
dengan basis 60-70 pokok/HK dengan jarak 2-4 meter dari pokok.
Gulma yang biasanya terdapat dalam piringan adalah
teki (Cyperus rotundus L.), rumput haredong (Melastoma malabaticcum L.), dan rumput
pahitan (Paspalum conjugatum L.).
b. Dongkel
Dongkel adalah suatu kegiatan mengendalikan gulma berkayu dan anak kelapa
sawit yang sulit dikendalikan dengan herbisida yang berada di sekitar piringan dan
gawangan sampai ke perakarannya dengan menggunakan alat dongkel. Tujuan dari
pendongkelan adalah agar gulma berkayu dan anak kelapa sawit tersebut tidak
mengganggu serapan hara kelapa sawit utama. Dongkel dilakukan 6 bulan sekali secara
berotasi dari satu blok ke blok lainnya. Pendongkelan anak kayu menggunakan dongkel
dodos yang lebar mata dodosnya 3 inchi. Untuk perawatan dongkel dilakukan dengan
rotasi 1x setahun.

Gambar 16. Pendongkelan anak sawit


23

Untuk pengendalian epifit yang ada menempel di batang kelapa sawit dilakukan
menggunakan pestisida sistemik merk dagang ELANG 480 SL dengan konsentrasi 4 %
dengan basis 1,5-3 Ha/HK.

Gambar 17. Pengendalian Epifit

c. Chemis Weed Control


Chemis adalah suatu kegiatan penyemprotan menggunakan bahan kimiawi untuk
mengendalikan OPT. Adapun vegetasi gulma yang terdapat diperkebunan kelapa sawit
antara lain gulma berdaun sempit yaitu, Imperata cylindrica, Axonophus compressus,
Brachiaria distachya, Centhotheca lappacea, Paspalum conjugatum; berdaun lebar yaitu
Cleome rutidosperma, Ageratum conyzoides L., Euphorbia hirta L., Asystasia intrusa, dan
Pakis-pakisan yaitu Nephrolepis bisserata, Stenochlaena palustri. Teki : Cyperus rotundus
L., Scleria sumatrensis; Gulma berkayu : Chromolaena odorata, Clidemia hir, Melastoma
malabathricum.
Pengendalian gulma dengan herbisida dilakukan pada CPT (Circle, Pasar pikul,
TPH) dan gawangan. Penyemprotan pada CPT (Circle, Pasar pikul, TPH) menggunakan
pestisida sistemik merk dagang ELANG 480 SL.
Untuk APD pengendalian secara kimia digunakan sarung tangan untuk melindungi
tangan agar tidak terkena cairan semprot, sepatu boot untuk menghindari kaki dari benda-
benda berbahaya diatas permukaan tanah dan topi untuk menghindari cairan semprot
mengenai bagian kepala atau rambut. Pengendalian gulma secara kimia biasa
menggunakan knap sack spraye.
Kebutuhan herbisida yang diaplikasikan disesuaikan dengan jumlah vegetasi gulma
dilapangan. Semakin tinggi vegetasi gulma dilapangan maka kebutuhan larutan yang
digunakan juga semakin tinggi. Selain itu jenis gulma yang tumbuh di lapangan akan
mempengaruhi jenis gulma yang akan diaplikasikan di lapangan.
24

Cara kerja penyemprotan dilakukan dengan tidak melawan arah angin agar hasil
semprotan tidak mengenai seluruh bagian badan serta tidak dilakukan pada area sempadan
sungai atau minimal 50 meter dari pinggiran badan air. Apabila turun hujan maka
penyemprotan dihentikan agar aplikasi semprotan yang akan dikeluarkan tidak teraplikasi
secara sia-sia karena akan terbawa oleh arus air hujan yang mengenai bagian gulma karena
jika tetap dilakukan maka hasil semprotan tidak efektif. Sebelum melakukan kegiatan
pekerja menyiapkan knapsack sprayer. Lebar penyemprotan di piringan yaitu 2 meter dan
tinggi penyemprotan 40 cm-80 cm tinggi penyemprotan tergantung tinggi dan jumlah
gulma yang di lapangan.
3.5. Pemanenan
Pemanenan adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang
panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta
menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolonnya.
Tujuan pemanenan adalah untuk memanen seluruh buah matang yang sudah panen
dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit
maksimal dapat dicapai. Apabila pemanen menurunkan buah mentah maka perusahaan
akan memberi sanksi/denda kepada pemanen sebesar Rp 50.000, 00/janjangan.
3.5.1. Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk
dapat dipanen. Dari berbagai hasil pengamatan dan pengujian di lapangan, kriteria matang
panen yang diberlakukan di PT SGSR adalah apabila sudah ada berondolan di piringan
minimal 1 dan dilanjut dengan pengamatan ke arah pokok kelapa sawit. Brondolon yang
dimaksudkan sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar, brondolan
dipiringan yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit tidak bisa
dijadikan dasar sebegai kriteria matang panen.
Dengan kriteria matang panen yang benar yakni brondolan normal dan segar per-
tandan di piringan maka pelaksanaan panen menjadi lebih mudah, baik bagi pemanenan
maupun pelaksana sortasi/pengawas. Jumlah pelepah di pokok harus di pertahankan 48-56
helai karena pelepah baru diturunkan setelah tandan matang. Kondisi seperti ini dalam
jangka panjang sangat berpengaruh terhadap produksi.
3.5.2. Perhitungan Panen
Sensus Angka Kerapatan Panen (AKP)
Sensus Angka Kerapatan Panen (AKP) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
estimasi produksi besok, kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan transportasi angkutan
25

untuk kegiatan pemanenan keesokan harinya. Kegiatan AKP dilakukan oleh mandor
panen, paling lama satu hari sebelum panen. Sensus AKP dilakukan dengan melihat buah
pada sample-sample individu kelapa sawit yang telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah
sampel 10% dari jumlah seluruh tanaman. Di kebun SGSR ini tidak dilakukan sensus
Angka Kerapatan Panen untuk kegiatan pemanenan keesokan harinya.
3.5.3.Panen
3.5.3.1 Cara Panen
● Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen akan diturunkan
mengguanakan eggrek dan dodos.

Gambar 18. Pemanenan buah matang


● Pelepah dibawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa)
sedangkan pada tanaman muda (3-5 tahun) pelepah daun tidak dipotong karena
yang dipotong hanya buahnya saja.

Gambar 19. Pemotongan Pelepah


26

● Pelepah disusun rapi di gawangan mati

Gambar 20. Penyusunan pelepah kelapa sawit


● TBS diangkut menuju TPH menggunakan angkong dan disusun dengan sistem
tumpuk 5 ditempat pengumpulan hasil (TPH) sedangkan brondolan yang
dipiringan/gawangan dikutip bersih dan dimasukkan tersendiri dalam karung untuk
dibawa ke tempat pengumpulan brondolan.

Gambar 21. Pengangkutan TBS ke TPH

Gambar 22. Pengutipan Brondolan

● Gagang TBS dibentuk “V” (cangkem kodok) dan diberi nomor pemanen.
27

Gambar 23. Pemotongan pangkal tandan dan penomoran pemanen


● TBS disusun di TPH

Gambar 24. Pengumpulan TBS di TPH


3.5.3.2 Alat yang digunakan
Semua kebutuhan alat panen disediakan perusahaan tetapi lima tahun terakhir
perusahaan tidak menyediakan alat pemanenan. Untuk panen diareal tanaman muda (3-5
tahun) diperlukan alat chisel (dodos dengan lebar 8 cm), kampak, kereta sorong atau
angkong, gancu dan goni. Sedangkan untuk panen diareal tanaman dewasa dan tua (>5
tahun) diperlukan egrek, kampak, kereta sorong atau angkong, gancu dan goni.
3.5.3.3 Sortasi panen
Pada prinsipnya manajemen panen adalah tanggungjawab Manajer dan Manajer
mendelegasikan pelaksanaaannya kepada bawahannya mulai dari Petugas Pemeriksa Buah
(P2B) sampai Kepala Dinas Tanaman (KD Tanaman). Dalam upaya mendapatkan mutu
panen yang baik secara konsisten sortasi panen dilakukan terhadap seluruh tandan yang
dipanen di TPH oleh petugas panen afdeling, Asisten wewenang secara berjenjang
diharapkan mutu panen yang baik dapat dilakukan dengan konsisten. Namun apabila masih
juga dijumpai fraksi afkir/mentah, maka Manajer harus ikut melakukan sortasi dengan
konsekuensi petugas yang berkaitan dengan panen di kenakan pinalti/denda sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
28

3.5.3.4 Rotasi Panen


Rotasi panen adalah jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara
panen pertama di satu blok sampai panen berikutnya di blok yang sama. Rotasi panen di
kebun SGSR 8-11 hari tergantung kebijakan setiap afdeling dengan memperhatikan
kemampuan produksi setiap afdeling.
3.5.4. Struktur Organisasi Panen
Personil yang terlibat dalam struktur organisai panen yaitu Mandor panen, Mandor 1,
Asisten tanaman, KD tanaman dan Manager. Namun untuk lebih mengefektifkan
managemen panen, perlu ditambah petugas pemeriksa buah (P2B) yang bertugas
mengawasi (melakukan sortasi) buah di tempat pengumpulan hasil (TPH).
3.6. Pengangkutan Buah ke PKS
Kebutuhan kendaraan angkut buah setiap hari dihitung berdasarkan estimasi produksi
yang sudah dietahui pada sore hari (sehari sebelum panen) dan realisasi pengangkutan pada
hari sebelumnya. Fluktuasi produksi harian biasanya tidak jauh berbeda. Oleh karena itu
pengalaman menggunakan jumlah kendaraan pada hari berikutnya.
Alat angkut yang digunakan berupa truk, jhonder, container dan fuso. Di kebun
SGSR, setiap afdeling memiliki alat angkut buah masing-masing. Jika kebutuhan truk tidak
mencukupi untuk mengangkut seluruh buah, maka transportasi dari afdeling lain akan
diminta untuk membantu afdeling yang kekurangan transportasi dan transportasi yang
sudah sampai di PKS akan kembali lagi untuk mengangkut produksi.

Gambar 26. Pengangkutan TBS dari TPH ke Jhonder

3.7...Premi Panen
29

Premi panen didapat dari hasil produksi buah panen. Premi disesuaikan dengan
prestasi pemanen per hari oleh karyawan dan mandor. Semakin banyak buah yang dipanen
maka semakin tinggi premi yang diperoleh. Premi panen dan premi brondolan diberikan
terpisah dengan nilai premi per-Kg yang berbeda. Kebijakan pemberian premi panen
diberikan untuk meningkatkan pendapatan karyawan dan lebih memotivasi pemanen/
petugas yang terkait dengan panen agar seluruh buah matang dilapangan terpanen.
Sedangkan brondolan diberikan premi khusus dimaksudkan untuk lebih memotivasi
pengutipan brondolan dan meminimalisasi kehilangan brondolan dilapangan.
Premi panen (premi TBS) diberikan secara perorangan dan ditentukan berdasarkan
kapasitas, tahun tanam yang berkaitan dengan produktivitas dan topografi. Semakin rendah
produktivitas, semakin rendah basis borong dan semakin berbukit/ curam topografinya
semakin mahal premi panennya.

Rumus premi panen TBS : P = [(K – BB) NP] - D


Ket : P : Premi (Rp)
K : Kapasitas panen (Kg)
BB : Basis Borong (Kg)
NP : Nilai Premi (Rp/Kg TBS)
D : Denda
Rumus premi Brondolan : Pb = Kb x NPb
Ket : Pb : Premi Brondolan (Rp)
Kb : Kapasitas (Jumlah brondolan yang dikumpulkan dalam Kg)
Npb : Nilai Premi brondolan (Rp/ Kg brondolan)
3.8. Pengolahan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Tujuan pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) tidak terbatas hanya untuk mengutip
jumlah hasil produksi, tetapi juga untuk menghasilkan minyak yang bermutu tinggi. Salah
satu tujuan dari pengolahan TBS adalah untuk memperoleh minyak sawit (CPO) dari
daging buah dan inti sawit (kernel) dari biji. Pabrik tidak dapat memproduksi minyak lebih
dari yang terkandung dalam TBS, yang dapat dilakukan dipabrik adalah
meminimalisasikan lossis selama proses dan kemungkinan perubahan kualitas. Maka hal
utama dalam pengolahan adalah efesiensi ektraksi dan kualitas produksi (mutu).
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Sirandorung PT. Sinar Gunung Sawit Raya
didirikan pada tahun 2005 dengan menggunakan Sterilizer Horizontal dengan kapasitas
pabrik 45 ton/jam. Pabrik ini menghasilkan CPO, cangkang yang digunakan sebagai bahan
30

bakar boiler, janjangan kosong diolah menjadi abu janjangan yang digunakan oleh PKS
dan kebun, solid digunakan oleh kebun. Sedangkan Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS)
Sirandorung PT. Sinar Gunung Sawit Raya tidak mengolah kernel menjadi PKO sehingga
kernel yang dihasilkan akan dijual.
Flow process pada pabrik ini dimulai dari;
1. Tandan Buah Segar (TBS) ditimbang terlebih dahulu di timbangan

Gambar 27. Timbangan

2. TBS yang sudah ditimbang akan di bongkar di sortasi dan akan dilakukan
pemisahan TBS yang mentah dan yang sudah matang sesuai fraksi. Kapasitas
tempat sortasi di pabrik ini yaitu 450-1.000 Ton

Gambar 28. Sortasi TBS

3. TBS yang sudah disortasi akan dimasukkan ke dalam Lori rebusan berkapasitas
7,5-8 ton melalui peron/ramp dengan system kerja hidrolik. Lori rebusan akan
masuk ke dalam sterilizer dengan kapasitas 6 Lori dengan 3 tahap yaitu tahap
pertama dearasi selama 5 menit. Tahap kedua adalah pembuangan condesat dan
31

exhaust selama 20 menit. Dan tahap ketiga adalah proses perebusan selama 40
menit.

Gambar 29. Lori rebusan berisi TBS

Gambar 30. Sterilizer

4. Buah yang sudah direbus akan menuju Drum Tippler dengan ditarik oleh Capstand
dan dituang ke dalam Hopper dan diteruskan ke Threser melalui Sterilizer Fruit
Bunch Scrapper
5. Janjangan dan brondolan akan dipisah oleh Threser
6. Janjangan akan masuk ke Horizontal Empty Bunch Scrapper menuju Bunch
Crusher dan dilanjutkan ke Hard Bunch Scrapper dan kembali ke di Rethreser agar
berondolan semua terlepas dari janjangan, kemudian menuju ke Incenerator melalui
EB Scrapper dan conveyor.
7. Berondolan akan jatuh ke Under Threser Conveyor menuju Bottom Cross
Conveyor dan melalui Fruit Elevator lalu masuk ke Top Cross Conveyor
8. Berondolan akan masuk ke dalam Digester melalui Distributing conveyor. Digester
di pabrik ini berjumlah 4 dengan masing-masing berkapasitas 10 ton/jam
32

9. Brondolan akan dilumatkan di digester dan masuk ke Pressan yang menghasilkan 3


produk yaitu Nut, Fibre dan Crude Oil
10. Nut dan Fibre akan dibawa ke CBC (Cake Breaker Conveyor) dan diteruskan ke
depericarper
11. Depericarper akan menghasilkan 2 produk yaitu Fibre dan Nut, fibre akan masuk
ke boiler sedangkan Nut akan jatuh ke polishing drum dan melalui Wet Nut
Conveyor menuju Distoner
12. Distoner akan menghasilkan 2 produk yaitu dush yang akan masuk ke boiler dan
Nut akan masuk ke nut silo
13. Nut dari nut silo akan menuju ke ripple mill untuk dipisahkan antara kernel dan
dush/shell
14. Kernel akan dibawa ke bak silo sedangkan shell akan masuk ke shell hopper

Gambar 31. Balk Silo

15. Hasil pressan berupa Crude Oil akan masuk ke Sand Trap Tank melalui Oil Gutter
kemudian ke Vibrating Screen dengan ukuran 20 dan 40 mesh
16. Minyak mentah dari Vibrating Screen akan turun ke Crude Oil Tank dan
dipompakan menuju CST (Continuos Setling Tank) oleh COT Pump
17. CST akan Menghasilkan 2 produk yaitu Oil dan Sludge. Oil akan masuk ke Oil
tank dan dipompakan ke Feed Regulator kemudian ke Vacum Drier dan selanjutnya
dipompakan ke Storage Tank
18. Sludge akan dipompakan ke Sand cyclone. Sand Cyclone akan memisahkan pasir
dan sludge. Pasir akan dibuang ke bak pasir sedangkan sludge akan masuk ke
buffer tank dan turun ke decanter
33

19. Decanter akan menghasilkan 3 produk yaitu solid, oil dan air. Oil akan masuk ke
Reclaimed Tank dan dipompakan ke CST. Solid akan masuk ke Solid bin melalui
Solid Conveyor dan Incleneed Solid Conveyor sedangkan air akan masuk ke parit
menuju bak Fit Clarifikasi dan dipompakan ke FAT-FIT (Recovery) dan
diteruskan ke Bak Pengutipan minyak kemudian ke parit yang selanjutnya masuk
ke kolam.
34

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Mahasiswa praktek kerja lapangan sudah dibekali dan mampu untuk terjun ke
masyarakat untuk mengabdi sebagai salah satu wujud dari isi Tri Dharma
perguruan tinggi yaitu dari segi pendidikan, penelitian dan pengabdian serta dapat
memahami perbandingan antara konsep-konsep yang ada di dunia kerja dan ilmu
yang didapat di bangku perkuliahan.
2. Mahasiswa dilatih dan telah mampu untuk menganalisa permasalahan-
permasalahan yang ada di lapangan yang ditemui melalui pengetahuan yang
diberikan selama praktek kerja lapangan seperti penguasaan standard kerja yang
ada.
3. Mahasiswa mampu memberi solusi yang baik untuk perbaikan kearah yang lebih
baik.
4. Mahasiswa menjalankan sistem manajemen yang sudah ada di
PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) dengan menerapkan ilmu pengetahuan yang
dipahami.
5. Materi yang didapatkan dikampus sudah baik, akan tetapi ada kalanya kenyataan
dilapangan berbeda sehingga perlu kebijakan.
4.2. Saran
Pada dasarnya manajemen di PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) sudah cukup
baik, tetapi masih diperlukan pengawasan lebih terhadap para pekerja dalam melakukan
pemanenan, pemupukan maupun pemeliharaan tanaman kelapa sawit agar tercapai hasil
yang maksimal dan sebaiknya kebun SGSR menyediakan Leaf Sampling Unit agar
pengaplikasian pupuk dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan tanaman
sehingga pemupukan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
35

DAFTAR PUSTAKA
PTPN IV. 2007. Standar Operasi Prosedur (SOP) Bidang Tanaman/ Pabrik Kelapa Sawit,
Tanaman/ Pabrik The, PPIS dan Pabrik Kompos Organik RKAP. PTP Nusantara
IV (PERSERO).

Siregar, L dan Sabrina T. 2017. Pedoman Praktek Kerja Lapangan. Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
36

LAMPIRAN

Surat Izin Praktik Kerja Lapangan


37

Jurnal Harian
38
39
40
41

Supervisi Dosen Pembimbing PKL (Daring)


42

Perpisahan Dengan Pihak Kebun PT.SGSR


43

Anda mungkin juga menyukai