Disusun oleh:
Iman Diharjo
NPM: 14 06 07890
YOGYAKARTA
2018
i
ii
SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
(Terlampir)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaannya
serta berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek di PT.
Pupuk Kalimantan Timur dengan baik dan lancar. Laporan kerja praktek ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan teori
yang diperoleh pada saat perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu
selama kerja praktek berlangsung, antara lain:
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan karunia-Nya yang diberikan
selama kerja praktek dan penyusunan laporan kerja praktek
2. Bapak Sri Koestanto selalu Manajer Penerimaan dan Pergudangan yang telah
mengizinkan penulis melaksanakan kerja praktek di Departement Penerimaan
dan Pergudangan
3. Bapak Nailul Abrari selaku Superintendant Pergudangan Bahan Baku NPK
dan Batu Bara PT. Pupuk Kalimantan Timur sekaligus sebagai pembimbing
lapangan yang telah banyak membantu selama pelaksanaan kerja praktek.
4. Bapak The Jin Ai, S.T., M.T., D.Eng. selaku dosen pembimbing kerja praktek
atas bimbingannya selama pelaksanaan dan penyusunan laporan kerja
praktek.
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberi motivasi dan semangat kepada
penulis.
5. Semua karyawan gudang chemical PT. Pupuk Kalimantan Timur, terutama
Mas Rizal dan Pak Ghozali
6. Ikatan Riders Atma Jaya Yogyakarta yang selalu memberikan semangat
kepada penulis selama kerja praktek berlangsung
7. Bapak Martowiyono dan Bapak K.R.AT. “AL. Hudiyono” Somohadinagoro
yang selalu memberikan motivasi setiap saat
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
iv
pembaca. Penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi penulis dan
semua pihak yang terkait. Terima Kasih.
Iman Diharjo
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL x
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan 116
5.2. Saran 116
vi
DAFTAR PUSTAKA
117
LAMPIRAN
118
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 2 Lanjutan 6
Tabel 4. 8 Lanjutan 46
Tabel 4. 11 Lanjutan 49
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 18 Maret 2018 sampai
dengan 23 Februari 2018 di PT. Pupuk Kalimantan Timur, Jl. James
Simandjuntak No. 1 Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia. Dalam hal ini
kegiatan kerja praktek dilaksanakan di bagian Departemen Penerimaan dan
Pergudangan
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM
PT Pupuk Kalimantan Timur saat ini memiliki kapasitas produksi urea 2,98 juta
ton per tahun, amoniak sebanyak 1,85 juta ton per tahun dan NPK 350 ribu ton
per tahun. Pupuk Kaltim juga memproduksi pupuk organik dengan kapasitas
45.000 ton per tahun. Saat ini Pupuk Kaltim mengoperasikan 8 Unit pabrik yaitu
Pabrik-1, Pabrik-2, Pabrik-3, Pabrik 1A, Pabrik 5, Pabrik NPK dan Boiler Batu
bara. Pabrik-2 s.d Pabrik-5 terdiri dari tiga Unit utility, Unit Amoniak dan Unit
Urea, sedangkan Pabrik 1A memiliki dua Unit yaitu Unit Amoniak dan Unit Urea.
Setelah diresmikannya Pabrik-5, Unit amoniak dan Unit urea Pabrik-1 dihentikan
operasinya sehingga hanya Unit utility yang masih beroperasi.
3
a. Pabrik Pupuk NPK Blending, yaitu NPK yang diproduksi dengan proses Bulk
Blending, dengan produk berwarna merah, putih, hitam, dan keabu-abuan.
NPK jenis ini dialokasikan untuk Pupuk Non-subsidi.
b. Pabrik Pupuk NPK Compound (Fuse), yaitu diproduksi dengan proses Steam
Fusion Granulation, dengan produk berwarna cokelat keabu-abuan. Pupuk
jenis ini dialokasikan untuk Pupuk Bersubsidi, tetapi tidak menutup
kemungkinan dijual untuk pupuk nonsubsidi. PT Pupuk Kalimantan Timur
juga memproduksi pupuk organik yang resmi beroperasi sejak tahun 2010
dan berlokasi di Pare-pare, Sulawesi Selatan.
Pabrik-1 merupakan pabrik yang mulai dibangun pada tahun 1979, sedangkan
Pabrik-2 mulai dibangun pada tahun 1982. Walaupun pembangunan dimulai
pada tahun yang berbeda, namun kedua pabrik tersebut diresmikan secara
bersamaan pada tanggal 28 Oktober 1984. Pabrik-3 mulai dibangun dua tahun
setelah peresmian Accelerating Potency dan Maximizing Performance Pabrik-1
dan 2. Pabrik-3 diresmikan pada tanggal 4 April 1989. Unit 4 yaitu pabrik urea
mulai dibangun pada 20 November 1996 dan disebut juga dengan Proyek
Optimasi Kaltim (POPKA). Pabrik ini adalah pabrik urea granul pertama di
Indonesia yang diresmikan pada tanggal 6 Juli 2000 bersamaan dengan
pemancangan tiang pertama Pabrik-4 yang juga memproduksi urea granul dan
diresmikan pada 3 Juli 2002, sedangkan Unit amoniaknya diresmikan pada 28
Juni 2004 oleh Presiden RI. Sementara itu Pabrik-5 diresmikan pada 19
November 2015 oleh Presiden RI.
4
Tabel 2. 1. Sejarah PT. Pupuk Kalimantan Timur
5
Tabel 2. 2 Lanjutan
2.1.1. Pabrik 2
Pabrik-2 dibangun karena kebutuhan pupuk nasional belum tercukupi dan juga
dibangun untuk membantu dan menyangga keberadaan Pabrik-1.
Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik-2 dilakukan pada tanggal 23
Maret 1982 yang diwakili Ir. Nanang S. Soetadji dan Drs. Nurdin Nawas. Sebagai
kontraktor utama adalah MW Kellogg dengan sub kontraktornya adalah Toyo
Menka Keisha dari Jepang. Pabrik amoniak memakai proses Kellog, sedangkan
ureanya menggunakan proses Stamicarbon. Pemancangan tiang yang pertama
dilakukan oleh Menteri Perindustrian, Ir. A. R. Soehoed, pada tanggal 24 April
1982. Produksi perdana amoniak dilakukan pada tanggal 6 September 1984
sedangkan produksi perdana urea prill tanggal 15 September 1984. Peresmian
Pabrik-1 dan Pabrik-2 dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1984.
Pabrik-2 saat ini telah memiliki kapasitas produksi untuk pabrik urea sebesar
1.725 ton per hari dan untuk pabrik amoniak sebesar 1.500 ton per hari.
6
Gambar 2. 1. Pabrik 2 PT. Pupuk KalTim
2.1.2 Pabrik 3
Pabrik-3 merupakan pabrik di PT Pupuk Kalimantan Timur yang telah
menerapkan teknologi modern dan heat energy. Interkoneksi antar alat penukar
panas sudah diterapkan dengan baik, sehingga lebih hemat dalam pemakaian
sumber energi. Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik-3 dilakukan
pada tanggal 28 November 1985 antara PT Pupuk Kalimantan Timur dengan
konsorsium PT Rekayasa Industri (Persero), Chiyoda Engineering &
Construction Co. Serta Mitsubishi Corp. Pabrik amoniak memakai proses Haldor
Topsoe sedangkan ureanya menggunakan proses Stamicarbon. Pemancangan
tiang yang pertama dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 1986 dan peresmian
pabrik pada tanggal 4 April 1989 dilakukan oleh Presiden Soeharto. Pabrik
amoniak berproduksi pertama kali pada tanggal 8 Desember 1988 dan pabrik
urea pada tanggal 14 Desember 1988. Saat ini produksi pabrik urea prill telah
memiliki kapasitas sebesar 1.725 ton per hari dan pabrik amoniak memiliki
kapasitas sebesar 1.000 ton per hari.
2.1.4. Pabrik 1A
Setelah ditandatangani “Transfer Asset Agreement” pada tanggal 13 Maret 2014
di Kantor Pupuk Indonesia (Persero) Jakarta, PT Pupuk Kalimantan Timur
secara resmi mengambil alih pengoperasian PT Kaltim Pasifik Amoniak (KPA)
berupa pabrik amoniak yang memiliki kapasitas 2.000 ton/hari dan fasilitas
pendukung lainnyanya. Nilai aset pabrik amoniak beserta fasilitas pendukungnya
itu adalah sebesar USD 109 juta. Melalui pengambilalihan aset ini, maka
kapasitas produksi di PT Pupuk Kalimantan Timur menjadi bertambah sebanyak
660 ribu ton/tahun, sehingga total kapasitas produksi amoniaknya menjadi 2,51
juta ton/tahun.
8
Gambar 2. 4. Pabrik 1A PT. Pupuk KalTim
2.1.5. Pabrik 5
Untuk mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional serta menunjang sektor
perkebunan dan industri di dalam negeri, Pemerintah melalui Inpres RI Nomor 2
Tahun 2010 memutuskan untuk merevitalisasi industri pupuk nasional melalui
replacement pabrik pupuk yang memiliki konsumsi gas di atas 34 MMBTU per
ton Urea, digantikan dengan pabrik berteknologi baru yang lebih hemat energi
dan konsumsi bahan bakunya. Revitalisasi itu kemudian diwujudkan melalui
pembangunan Pabrik-5 yang mulai dibangun pada tanggal 14 September 2011
dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 25 Oktober 2012. Selanjutnya pada tanggal 9 November 2015
Pabrik-5 diserah terimakan dari kontraktor ke PT Pupuk Kalimantan Timur
setelah melewati Performance Test pada 19 Oktober 2015. Pabrik-5 kemudian
diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo pada tanggal 19
November 2015. Pabrik-5 memiliki kapasitas produksi yaitu sebesar 1.150.000
ton Urea per tahun dan 825.000 ton Amoniak per tahun.
9
Gambar 2. 5. Pabrik 5 PT. Pupuk KalTim
Selain menghasilkan produk berupa urea dan amonia, PT. Pupuk Kalimantan
Timur juga menghasilkan produk-produk lainnya berupa nitrogen, oksigen, dan
karbondioksida. Dalam rangka mengembangkan perusahaan maka PT. Pupuk
Kalimantan Timur mendirikan beberapa anak perusahaan, yaitu sebagai berikut:
10
e. PT. Kaltim Lemindo Kimiatama (KLK), yaitu perusahaan yang menghasilkan
produk lem
f. PT. Kaltim Ambika Wiratama (KAW), yaitu perusahaan yang menghasilkan
produk amonia bikarbonat
g. PT. Kaltim Hexamindo Wiratama (KHW), yaitu perusahaan yang
menghasilkan produk heksamin
h. PT. Kaltim Sahid Baritosodakimia (KSB), yaitu perusahaan yang
menghasilkan produk soda abu
2.1.7. Pabrik 6
Pabrik-6 adalah pabrik yang digunakan sebagai lokasi penyimpanan amoniak
cair hasil produksi setiap pabrik yang dinamakan ammonia storage. Berbeda dari
pabrik-pabrik lainnya, Pabrik-6 merupakan sebuah boiler sebagai fasilitas untuk
memproduksi steam yang digunakan sebagai energi untuk menjalankan pabrik
produksi lainnya khususnya untuk menjalankan produksi di Pabrik-5. Steam yang
dihasilkan tersebut disalurkan melalui pipe lane.
2.1.8. Pabrik 7
Pabrik ini merupakan lokasi pabrik pupuk majemuk (NPK), yaitu pupuk buatan
yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen,
fosfor, dan kalium. Jenis pupuk ini adalah pupuk yang paling umum digunakan.
11
b. Direktur Teknik dan Pengembangan, memimpin dibidang pengembangan dan
peneltian serta rancang bangun, perekayasa dan pengadaan dan
bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
c. Direktur Produksi, bertanggung jawab atas kelancaran produksi dan
bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
d. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum, memimpin dibidang
pengembangan sumber daya karyawan dan dibidang umum dan
bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
e. Direktur Komersiil, memimpin di bidang keuangan dan pemasaran produk
yang dihasilkan perusahaan serta bertanggungjawab kepada Direktur Utama.
Selain itu terdapat juga unsur bantuan yang terdiri dari beberapa Kompartemen
dan Departemen yang masing-masing dipimpin oleh Kakom untuk masing-
masing kompartemen dan Kadep untuk masing-masing Departemen.
12
Gambar 2. 6. Struktur Organisasi Departemen Penerimaan dan Pergudangan
14
2.3. Manajemen Perusahaan
15
Untuk mencapai Visi dan Misi, maka perusahaan membangun budaya
perusahaan yang secara terus menerus disosialisasikan kepada pegawainya.
Budaya kerja tersebut meliputi:
a. Unggul
Insan Pupuk Kaltim selalu berusaha mencapai keunggulan dalam berbagai
aspek kinerja perusahaan dengan menegakkan nilai-nilai:
i. Profesional
ii. Tangguh
iii. Visioner
b. Integritas
Insan Pupuk Kaltim harus dapat dipercaya, sehingga selalu bersifat terbuka dan
menjunjung nilai-nilai:
i. Jujur
ii. Adil
iii. Bertanggung jawab
iv. Disiplin
c. Kebersamaan
Insan Pupuk Kaltim merupakan satu kesatuan tim kerja untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan mengutamakan nilai-nilai:
i. Sinergi
ii. Bersatu
d. Kepuasan Pelanggan
Insan Pupuk Kaltim selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
memperhatikan nilai-nilai:
i. Perhatian
ii. Komitmen
iii. Mutu
e. Tanggap
Insan Pupuk Kaltim dalam mengantisipasi perubahan dinamika usaha selalu
memperhatikan nilai-nilai:
i. Inisiatif
ii. Cepat
iii. Peduli Lingkungan
16
2.3.2. Pemasaran Hasil Produksi
a. Pemasaran Pupuk Urea
Produk pupuk urea PT Pupuk Kalimantan Timur didistribusikan untuk memenuhi
kebutuhan di Indonesia bagian timur dan tengah yang meliputi daerah:
i. Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah
ii. Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Utara
iii. Jawa Timur
iv. Bali
v. NTB dan NTT
vi. Jawa Tengah
vii. Maluku dan Iran Jaya
Untuk pemasaran pupuk urea ke luar negeri yang dilayani oleh PT. Pupuk
Kalimantan Timur di bawah izin kementrian perdagangan Republik Indonesia
meliputi:
i. Malaysia
ii. Korea Selatan
iii. India
iv. Nigeria
v. Australia
vi. Irlandia
vii. Prancis
17
viii. Jerman
ix. Amerika Serikat
x. Amerika Latin
b. Pemasaran Ammonia
Produk ammonia sebagian besar diekspor ke luar negeri, antara lain:
i. Korea Selatan
ii. China
iii. India
iv. Filipina
v. Vietnam
vi. Singapore
vii. Malaysia
viii. Jepang
ix. Taiwan
18
Gambar 2. 10 Wilayah Pemasaran Ekspor Amoniak
c. Area Pemasaran
Untuk memenuhi penugasan Pemerintah mengenai pemenuhan suplai pupuk
urea, PT Pupuk Kalimantan Timur memprioritaskan kebutuhan dalam negeri atau
yang disebut dengan Urea Bersubsidi sesuai alokasi yang diberikan oleh
Pemerintah. PT Pupuk Kalimantan Timur meresponnya dengan menyiapkan stok
yang cukup untuk kebutuhan di masing-masing wilayah pemasaran, sehingga
kelangkaan pupuk dapat diminimalisir.
19
Gambar 2. 11 Skema Distribusi
Semua karyawan mempunyai 20 hari kerja sebulan dengan 10 hari off, untuk hari
off, karyawan harus berdiskusi dan bekerjasama agar shift nya tetap terpenuhi.
Sedangkan pembagian kerja untuk karyawan non-shift adalah:
a. Senin – Kamis : 07.00-16.00 WITA
Jam istirahat : 12.00-13.00 WITA
b. Jum'at : 07.00-17.00 WITA
Jam istirahat : 11.30-13.30 WITA
20
e. Fasilitas Perbelanjaan
f. Fasilitas Pendidikan : PAUD, TK, SD, SMP, SMA
g. Jaminan Kecelakaan (JK)
h. Jaminan Keselamatan Kerja (JKK)
i. Jaminan Hari Tua (JHT)
j. Jaminan Pensiun (JP)
21
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
3.2.1. Urea
PT Pupuk Kalimantan Timur memproduksi dua jenis produk pupuk urea, yaitu
urea prill dan urea granul. Spesifikasi teknis kedua jenis pupuk tersebut memiliki
kesamaan dan hanya berbeda dalam hal ukuran butiran. Ukuran pupuk urea
granul lebih besar dan mengandung lebih banyak anti cacking. Untuk lebih
jelasnya maka berikut ini adalah tabel spesifikasi produk dari PT Pupuk Kaltim.
Tabel 3. 1 Spesifikasi Produk
22
Mandau. Produk Urea Pupuk Kaltim dalam perdagangan telah sesuai standar
SNI 02-2801-1998 (HS: 3102.10.00.00). Berikut ini adalah gambar produk pupuk
urea:
3.2.2. Amoniak
Pupuk Kaltim memiliki empat pabrik amoniak dengan kapasitas yang terpasang
mencapai total 5.600 ton per hari. Amoniak produksi Pupuk Kaltim dipasarkan
dalam bentuk cair dengan kemurnian minimal 99,5 % dan campuran berupa air
maksimal 0,5 % dan minyak maksimal 10 ppm. Amoniak dibuat dari bahan baku
gas alam yang direaksikan dengan udara dan steam yang diproses pada suhu
dan tekanan tinggi melalui beberapa katalisator di dalam pabrik. Produk amoniak
PT Pupuk Kaltim menurut World Custom Organization dikelompokkan dalam
Harmonized System Code, HS: 2814.10.00.00.
23
pertanian. Hasil demonstration plot yang telah dilaksanakan tersebut kemudian
menunjukkan bahwa NPK Pelangi dapat meningkatkan produktivitas pertanian
hingga rata-rata 30 % per hektarnya. Produk NPK PT Pupuk Kaltim terdiri dari 4
jenis merek yaitu Super, Maxi, Prima, dan Unggul. Untuk produk NPK blending,
perusahaan menggunakan merek Prima yaitu pupuk bersubsidi dan merek
Unggul yiatu pupuk non subsidi untuk perkebunan. Sedangkan NPK fusion
mengunakan Maxi (untuk perkebunan) dan Super (subsidi).
24
Gambar 3. 3 Produk Pupuk Organik
Selain menghasilkan Urea dan Amonia, Pupuk Kaltim juga menghasilkan produk-
produk sampingan berupa nitrogen, Oksigen, dan Karbondioksida. Untuk produk
sampingan tersebut dalam rangka perkembangan perusahaan maka di dirikanlah
beberapa anak perusahaan di antaranya adalaha sebagai berikut:
25
3.3. Proses Produksi
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai proses pembuatan produk pupuk
yang dihasilkan oleh PT Pupuk Kaltim.
26
Gambar 3. 4 Urutan Proses Pembuatan Pupuk Urea
c. Sistem Refrigerasi
Sistem refrigerasi bertujuan untuk mengkondensasikan ammonia di “Sintesis
Loop” serta pemanfaatan kembali ammonia dari gas yang di buang dari gas
sintesis. Pendinginan bertingkat berlangsung sampai dengan suhu -33,3°C dan
tekanan 15,8 kg/cm². Lebih kurang 500 MTPD ammonia dingin (-33,3°C) di kirim
ke tanki ammonia storage dan 1000 MTPD ammonia panas (30°C) di kirim ke
pabrik Urea. Sedangkan gas sisa inert dan lainnya yang tidak terkondensasi
27
dikirim ke Fuel Gas System. Berikut ini adalah bagan pembuatan amoniak di PT
Pupuk Kaltim.
NPK granul yang keluar dari produk screen dengan ukuran 2,5 – 4,5 mm
merupakan produk jadi. Produk tersebut mengalir ke coating drum untuk dilapisi
dengan anti caking. Produk NPK granul yang telah keluar dari coating drum
dikirim menuju hopper untuk ditimbang dan dibungkus menggunakan alat
automatic packing machine. Selanjutnya produk kemudian dikirim ke dalam
gudang. Urutan proses pembuatan pupuk NPK di PT Pupuk Kalimantan Timur
bisa dilihat pada Gambar 3.5 berikut ini:
28
Gambar 3. 5 Urutan Proses Pembuatan Pupuk NPK
3.4.1. Pelabuhan
Pelabuhan di PT Pupuk Kalimantan Timur memiliki empat buah dermaga yaitu
Dermaga I (Construction Jetty), Dermaga II (BSL Ext. Ammonia Jetty), Dermaga
III (Tursina Jetty) dan Dermaga IV (Quadrant Arm Loader) yang memiliki
kapasitas dan beban pelabuhan yang berbeda-beda tiap dermaga. Keempat
dermaga tersebut dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung dalam
pengoperasiannya, seperti Urea Bulk Loading Arm, Ammonia Loading Arm,
Bunker PIT, Fire Hydrant dan tiga buah kapal tunda dengan total kekuatan
sampai dengan 3700 HP dan memiliki infrastruktur antara lain 3 set Leading
Tower, 1 Unit Pilot Buoy, 15 Unit Channel Buoy, 8 Unit Spare Buoy dan 2 Unit
Beacon.
29
Gambar 3. 6 Pelabuhan PT. Pupuk KalTim
Berikut ini adalah jumlah dermaga beserta beban pelabuhan yang digunakan di
PT Pupuk Kalimantan Timur sebagai pusat transportasi masuk dan keluarnya
bahan baku maupun bahan bahan pendukung lainnya.
30
3.4.2. Gudang Penyimpanan
PT Pupuk Kalimantan Timur memiliki 3 buah fasilitas penyimpanan yaitu dua
gudang penyimpanan Urea berdasarkan tipenya dan satu fasilitas penyimpanan
Amoniak. Kapasitas dari masing-masing fasilitas penyimpanan tersebut adalah
sebagai berikut:
3.4.3. Laboratorium
PT Pupuk Kaltim memiliki Laboratorium Pusat dan Laboratorium Kontrol yang
dapat mengoperasikan alat-alat antara lain Gas Chromatography Unit, High
Pressure Liquid Chromatography Unit, Atomic Absorption Spectrophotometer,
Inductive Couple Plasma Spectrometer, Ultraviolet & Visible Spectrophotometer,
dan lain-lain.
31
Gambar 3. 8 Laboratorium PT. Pupuk KalTim
32
k. Pengujian dan analisis laboratorium
l. Inspeksi teknis untuk static equipment maupun rotating equipment
m. Jasa pemeliharaan di luar Pupuk Kaltim (JVC, Project, dan sebagainya.
33
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
34
JPP dan departemen PPBJ dan Maintenance. Selain itu, jika penulis dan peserta
kerja praktek lainnya ingin mengambil dokumentasi berupa foto, maka harus
mengurus izin di departemen K3LH. Izin tersebut harus diketahui oleh
pembimbing atau kepala bagian dan manajer di departemen peserta kerja
praktek ditempatkan. Proses pengambilan foto dilakukan oleh staff yang disetujui
oleh pembimbing, manajer dan departemen K3LH. Proses pengambilan gambar
menggunakan kamera digital dan tanpa menggunakan flash. Penulis juga
diberikan izin untuk mengakses perpustakaan yang berada di area kantor pusat
PT. Pupuk Kalimantan Timur. Penulis diberikan tugas untuk membandingkan
metode pengendalian bahan baku pupuk NPK. Data yang digunakan dalam
tugas ini adalah data permintaan 6 jenis bahan baku pupuk yang berasal dari
tahun 2016 yang diberikan oleh pembimbing melalui program SAP. Data yang
diberikan kepada penulis tidak boleh ditunjukkan kepada orang yang tidak
berkepentingan.
Metode kedua adalah metode ReOrder Quantity (ROQ). Metode ini merupakan
metode pemesanan kembali dengan kuantitas pemesanan dipengaruhi oleh k-
faktor atau faktor pengaman.
35
Metode ketiga adalah Blanket Order. Metode in merupakan metode pemesanan
melalui kontrak dengan vendor untuk satu tahun namun material dikirim secara
bertahap.
Metode keempat adalah Konsinyasi. Metode ini merupakan salah satu metode
penentuan jumlah permintaan (order) berdasarkan kontrak selama satu tahun
dengan pihak vendor. Kelebihan metode ini adalah biaya order setara dengan
ongkos sekali pesan sehingga mampu menekan baiaya pesan menjadi lebih
kecil.
Metode kelima adalah metode Lot For Lot (LFL). Metode ini merupakan metode
lot sizing yang cukup sederhana. Metode ini bertujuan untuk meminimumkan
ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol.
Metode keenam adalah Least Total Cost (LTC). Metode ini didasarkan pada
pemikiran bahwa jumlah ongkos pengadaan dan ongkos simpan setiap ukuran
kuantitas pemesanan yang ada pada suatu perencanaan dapat diminamasi jika
besar ongkos tersebut sama atau hampir sama.
Metode kedelapan adalah metode Part Period Balancing (PPB). Metode ini
merupakan suatu pendekatan jumlah lot untuk menentukan jumlah pemesanan
berdasarkan keseimbangan antara biaya pesan dan biaya simpan.
Metode kesembilan adalah Silver Meal Algorit (SMA). Metode ini dikembangkan
oleh Edward Silver dan Harlan Meal berdasarkan pada periode biaya. Penentuan
rata – rata biaya perperiode adalah jumlah periode dalam penambahan pesanan
yang meningkat.
36
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Diagram alir penelitian kerja praktik lapangan yang dilakukan dapat dilihat pada
Gambar 4.1 berikut ini:
37
Dari diagram tersebut dapat dilihat proses yang dilakukan pada tahap awal
adalah mengidentifikasi masalah, kemudian pengumpulan data. Setelah data
terkumpul, tahap berikutnya adalah melakukan pencarian metode yang cocok
untuk mengerjakan pengendalian bahan baku berdasarkan data yang sudah
dikumpulkan. Selanjutnya adalah penghitungan pengendalian persediaan bahan
baku dengan metode yang sudah ditentukan, melakukan evaluasi, menganalisis
hasil perhitungan dan yang terakhir adalah memberikan kesimpulan atas hasil
analisis. Dalam hal ini, peneliti hanya memberikan usulan untuk evaluasi
berdasarkan hasil analisis data rutin tersebut.
KCL KCL
Bulan DAP CLAY ZA Mgo 20%
Powder Flake
Januari 5856,64 2257,89 3355,77 0 0 0
Februari 6490,4 2625,96 4278,92 16333,2 0 0
Maret 6456,46 2778,91 3940,71 0 118,55 109,58
April 6053,45 3158,58 3166,71 3601,54 118,24 22,17
Mei 4101,32 2732,92 1944,56 6503,34 591,88 21,9
Juni 5696,85 2591,93 2389,5 8448,82 800,47 44,14
Juli 4775,87 2531,31 2367,64 0 0 21,9
Agustus 4142,95 2489,18 2419,74 4162,04 107,35 41,91
September 189,42 231,38 1165,67 0 80,34 8,4
Oktober 3245,32 1519,9 1190,85 7543,08 308,88 48,01
November 3437,8 1164,98 1862,59 0 72,63 66,3
Desember 3298,24 1517,69 2605,79 558,04 151,24 66,3
38
4.4.2. Data Asumsi
Bagian ini berisikan data – data pendukung seperti biaya pembelian bahan baku
per ton dan biaya simpan. Data – data ini adalah data yang diasumsikan, karena
terdapat perbedaan harga pada tiap – tiap vendor. Maka dari itu, pembimbing
dan penulis sepakat untuk menggunakan harga beli yang paling tinggi. Untuk
biaya simpan, dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Nilai BI Rate yang digunakan pada tahun 2016 per bulan Oktober sebesar 4,75%
atau 0,0475 (https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1061).
Berikut ini merupakan data biaya beli dan biaya simpan masing – masing jenis
bahan baku :
Biaya pesan yang digunakan merupakan asumsi dari perusahaan yang berupa
biaya yang dikeluarkan untuk memesan bahan baku seperti biaya telepon,
administrasi dan tenaga kerja dan biaya tender negosiasi. Biaya Pesan adalah
sebesar Rp 476.150
39
i. Diammonium Phospate (DAP)
Pada bagian ini akan menghitung mengenai pengendalian persediaan untuk bahan baku jenis DAP. Untuk item DAP ini, Total
Cost yang paling kecil menggunakan metode Lot For Lot . Berikut perhitungan Lot For Lot untuk item DAP
40
ii. Clay
Pada bagian ini akan menghitung mengenai pengendalian persediaan
untuk bahan baku jenis Clay. Berdasarkan tabel 4.1 Data Permintaan
Bahan Baku Tahun 2016, maka perhitungan yang digunakan untuk
mencari total cost paling rendah adalah dengan metode Part Period
Balancing. Tabel yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 4 Part Period Balancing
Biaya Periode
Demand Order Biaya Biaya Unit Biaya
Periode Setup Simpan Jumlah Kumulatif Simpan Total Cost Beli
Simpan Simpan (HC) (TC) (U) (B)
(D) (Y) (S) (T) (J) (K)
(Y x
1 J+K KxH HC + S TC/Y Harga
TxD periode
sebelumnya Beli)+S
1-2
EPP =
dimana:
Demand : Jumlah yang dibutuhkan dalam 1
periode
Order : Jumlah yang dibeli pada periode
tersebut
Biaya Setup : biaya yang ditimbulkan oleh adanya
kegiatan pemesanan persediaan
dalam sekali pesan
Periode Simpan : Lama barang disimpan
Jumlah Simpan : Jumlah barang yang disimpan pada
periode itu
Kumulatif Simpan : Jumlah total barang yang akan
disimpan/masuk
Holding Cost (H) : Biaya simpan per ton/tahun
Total Cost (TC) : Biaya total
41
Order Cost (S) : Biaya pesan
Harga beli : Rp 409.000/ton
Biaya simpan : Rp 53,22/bulan/ton
Lead time : 3 bulan
Berdasarkan Tabel 4.4 Part Period Balancing, maka diperoleh frekuensi
beli yang digunakan sebagai acuan dalam pembelian bahan baku dalam
tabel simulasi pembelian bahan baku dibawah ini. Perhitungan Simulasi
Part Period Balancing untuk item Clay adalah sebagai berikut:
42
Tabel 4. 5 Simulasi Part Period Balancing Item Clay
Periode Permintaan Jumlah Beli POH Kuantitas Biaya Simpan
1 0,000 0
1-2 0,000 0
Rp
1-3 7.663 8000 337,000 1
17.937,171
4 337,000 0
4-5 337,000 0
Rp
4-6 8.483 16000 7.854,000 2
418.037,219
7 7.854,000 0
7-8 7.854,000 0
7-9 7.854,000 0
7-10 6.772 1.082,000 0
11 1.082,000 0
Rp
11-12 2.683 8000 6.399,000 1
340.593,349
43
Berdasarkan tabel 4.5 Simulasi Part Period Balancing Item Clay, didapatkan
frekuensi pembelian sebanyak 4 kali dan biaya simpan total sebesar Rp
13.088.776.568
Total Cost
Perhitungan total biaya untuk item Clay dengan metode Part Period Balancing
adalah sebagai berikut:
TC = Biaya Simpan + Biaya Pesan + Biaya Pembelian
TC = (D x harga produk) + Rp. 476.150
TC = Rp13.090.205.018
di mana :
Demand = Jumlah yang dibutuhkan dalam 1 periode
Order = Yang dibeli pada periode tersebut
Biaya Setup = Biaya pemesanan
Periode Simpan = Berapa lama barang disimpan
Kumulatif Simpan = Jumlah item yang akan masuk
H = Biaya penyimpanan per unit/tahun
TC = Biaya total persediaan
S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
44
Berdasarkan tabel 4.6 Least Total Cost, maka didapatkan frekuensi pembelian sebanyak 8 kali pada periode 1-2, 3, 4, 5-6, 7, 8-9,
10-11, dan 12. Frekuensi pembelian ini akan dijadikan acuan untuk melakukan simulasi pembelian bahan baku. Simulasi
pembelian bahan baku ZA dilakukan menggunakan tabel berikut:
Tabel 4. 7 Simulasi Least Total Cost Item ZA
45
Tabel 4. 8 Lanjutan
8-10 6.970,780 0
10 6.970,780 0
10-11 3.053,440 3.917,340 0
10-12 3.917,340 0
12 2605,79 1.311,550 0
Berdasarkan tabel 4.7 Simulasi Least Total Cost Item ZA, didapatkan frekuensi pembelian sebanyak 4 kali dan biaya simpan total
sebesar Rp 76.967.308.990
Total Cost
Perhitungan total biaya untuk item ZA dengan metode LTC adalah sebagai berikut:
TC = Biaya Beli + Biaya Simpan
TC = Rp 76.961.904.60
46
iv. Kalium Chloride Powder (KCL Powder)
Pada bagian ini akan menghitung mengenai pengendalian persediaan
untuk bahan baku jenis KCL Powder. Berdasarkan tabel 4.1 Data
Permintaan Bahan Baku Tahun 2016, maka perhitungan untuk mencari
total cost yang paling rendah adalah menggunakan metode Least Unit
Cost.
Tabel 4. 9 Least Unit Cost
Biaya Periode
Demand Order Biaya Biaya Unit Biaya
Periode Setup Simpan Jumlah Kumulatif Simpan Total Cost Beli
Simpan Simpan (HC) (TC) (U) (B)
(D) (Y) (S) (T) (J) (K)
(Y x
1 J+K KxH HC + S TC/Y Harga
TxD periode
sebelumnya Beli)+S
1-2
dimana:
Demand : Jumlah yang dibutuhkan dalam 1
periode
Order : Jumlah yang dibeli pada periode
tersebut
Biaya Setup : biaya yang ditimbulkan oleh adanya
kegiatan pemesanan persediaan
dalam sekali pesan
Periode Simpan : Lama barang disimpan
Jumlah Simpan : Jumlah barang yang disimpan pada
periode itu
Kumulatif Simpan : Jumlah total barang yang akan
disimpan/masuk
Holding Cost (H) : Biaya simpan per ton/tahun
Unit Cost : Biaya per periode
Total Cost (TC) : Biaya total
Order Cost (B) : Biaya pesan
47
Berdasarkan Tabel 4.9 Least Unit Cost, didapatkan frekuensi pembelian sebanyak 7 kali. Frekuensi pembelian ini akan digunakan
sebagai acuan dalam pembelian bahan baku KCL Powder melalui simulasi. Simulasi pembelian KCL Powder adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 10 Simulasi Least Unit Cost Item KCL Powder
48
Tabel 4. 11 Lanjutan
10-12 1.407,980 0
12 558,04 849,940 0
Berdasarkan tabel 4.10 Simulasi Least Unit Cost Item KCL Powder, didapatkan frekuensi pembelian sebanyak 5 kali dan biaya
simpan total sebesar Rp 178.962.345.081
Harga beli : Rp 3.728.158
Lead time :4. bulan
49
Total Cost
Perhitungan total biaya untuk item KCL Powder dengan metode
Least Unit Cost adalah sebagai berikut:
TC = Biaya Simpan + Biaya Beli
TC = Rp178.963.773.531,167
v. KCL Flake
Pada bagian ini akan menghitung mengenai pengendalian persediaan untuk
bahan baku jenis KCL Flake. Berdasarkan tabel 4.9 Least Unit Cost, maka
didapatkan frekuensi pembelian sebanyak 5 kali pada periode 1-5, 6, 7, 8-10 dan
11-12. Frekuensi ini akan dijadikan acuan dalam pembelian bahan baku
menggunakan simulasi sebagai berikut:
50
Tabel 4. 12 Simulasi Least Unit Cost Item KCL Flake
51
Total Cost
Perhitungan total biaya untuk item KCL Flake dengan metode LUC
adalah sebagai berikut:
TC = Biaya Simpan + Biaya Beli
TC = Rp 26.898.448.843,632
52
Tabel 4. 13 Simulasi Least Unit Cost Item MgO 20%
53
Berdasarkan tabel 4.13 Simulasi Least Unit Cost Item MgO 20%.
didapatkan frekuensi pembelian sebanyak 1 kali dan biaya simpan total
sebesar Rp 5.610.000.000
Harga beli :Rp 1.020.000
Lead time : 3 bulan
Total Cost
Perhitungan total biaya untuk item MgO 20% dengan metode LUC
adalah sebagai berikut:
TC = Biaya Simpan + Biaya Beli
TC = Rp 5.610.476.150
Setelah mengetahui hasil dari perhitungan tiap-tiap metode untuk enam jenis
bahan baku yang menjadi objek perhitungan, maka didapatkan data berupabiaya
total yang dikeluarkan untuk memenuhi permintaan selama 1 tahun. Biaya total
yang paling rendah tersebut didapatkan dari metode yang sudah disimulasikan
dengan ukuran lot sebenarnya. Jadi, metodeyang digunakan oleh penulis dapat
diterapkan pada sistem yang berjalan di PT.Pupuk Kalimantan Timur karena
ketersediaannya tercukupi.
54
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
a. Berdasarkan hasil evaluasi dengan kesembilan metode, maka metode yang
sudah dipilih karena dianggap mencukupi permintaan dan biaya totalnya
paling kecil ini bisa menjadi pertimbangan perusahaan dalam merencanakan
pengadaan bahan baku pupuk.
55
DAFTAR PUSTAKA
Endi Rupoko, Dinar. 2008. Peramalan Kebutuhan Material Tahun 2008 Dengan
Kategori Ffast Moving dan Sering Digunakan Pada Saat Turn Around Pabrik.
Bontang: PT. Pupuk Kalimantan Timur.
56
LAMPIRAN
57
58