Disusun oleh:
Tri Setianingsih
NPM : 14 06 07689
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerah
dan kasih karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT.
Kharisma Parwitex serta dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja
Praktek dengan baik. Kerja Praktek dilaksanakan dengan tujuan untuk
memperkenalkan mahasiswa akan dunia kerja sebelum mahasiswa
menyelesaikan perkuliahan pada program studi Teknik Industri. Kerja Praktek
kemudian dilanjutkan dengan menyusun laporan sebagai salah satu syarat untuk
mahasiswa dapat menyelesaikan studi di program studi Teknik Industri.
Penyusunan laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Dengan itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Saudari Anika Yoga Pratiwi A.Md.Kom selaku admin pajak PT. Kharisma
Parwitex yang telah mendampingi dan membantu selama pelaksanaan Kerja
Praktek.
2. Bapak Dr. Parama Kartika Dewa, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing Kerja
Praktek yang telah membimbing selama pelaksanaan dan penyusunan
Laporan Kerja Praktek.
3. Kedua orang tua dan kedua saudara saya yang telah mendukung, memberi
semangat serta doa.
4. Semua karyawan PT. Kharisma Parwitex yang telah membantu selama
pelaksanaan Kerja Praktek.
5. Stefan dan sahabat-sahabat saya yang telah memberi semangat dan doa.
Penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak
yang terkait.
Tri Setianingsih
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Surat Keterangan Perusahaan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksaan Kerja Praktek 2
v
4.1.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 34
4.1.3. Metodoli Pelaksanaan Pekerjaan 35
4.1.4. Hasil Pekerjaan 36
4.2. Tinjauan Khusus Mahasiswa 42
4.2.1. Lingkup Pekerjaan 42
4.2.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 44
4.2.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 44
4.2.4. Hasil Pekerjaan 46
5 Kesimpulan 53
Daftar Pustaka 55
Lampiran
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan
kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang
kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali
suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan
etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa teknik
industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Karenanya dalam kerja praktek kegiatan yang dilakukan
oleh mahasiswa adalah:
a. Mengenali ruang lingkup perusahaan
b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan
d. Mengamati perilaku sistem
e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
1.2.Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Melihat secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnisnya.
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya
yang ada di pabrik.
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek dilaksanakan terhitung mulai tanggal 19 Juni 2017 sampai dengan
1 Agustus 2017 di PT. Kharisma Parwitex, Dukuh Benowo, Desa Ngringo,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.
Pelaksanaan Kerja Praktek akan dilanjutkan dengan penyusunan laporan Kerja
Praktek dan penilaian serta ujian Kerja Praktek.
Dalam hal ini, penulis diberi kesempatan untuk mengetahui pekerjaan diseluruh
departemen yang ada. Dimana penulis akan berpindah dari satu departemen ke
departemen yang lain sesuai waktu yang telah ditentukan dari perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar mahasiswa mampu mengetahui tugas dan pekerjaan yang
dilakukan pada setiap departemen yang ada pada PT. Kharisma Parwitex. Selain
itu, membantu mahasiswa untuk dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan
oleh dosen pembimbing.
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Pada tahun 1987, PT. Kharisma Parwitex berpindah lokasi ke Benowo, Palur,
Karanganyar yang merupakan lokasi perusahaan hingga saat ini. Luas lokasi yang
baru sebesar 6300 m2. Perusahaan memperluas lokasi sehingga luas lokasi saat
ini sebesar 7300 m2. Mesin yang digunakan saat ini berjumlah 44 buah. PT.
Kharisma Parwitex sejak tahun 2008 dipimpin oleh ibu Silviana, SE, Ak yang
merupakan anak dari Bapak Sheng Tjie. Produk yang dihasilkan semakin beragam
dengan berbagai jenis selimut dan serbet dan perusahaan terus semakin
berkembang hingga saat ini.
3
2.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan serta hubungan antar bagian-bagian,
komponen dan posisi yang ada dalam suatu perusahaan (Stoner, 1992). Struktur
organisasi ini mencakup berbagai aspek penting antara lain pembagian kerja,
departementalisasi, bagan organisasi formal, rantai dan kesatuan perintah, tingkat
hierarki manajemen, saluran komunikasi, penggunaan komite, rentang
manajemen dan kelompok informal yang tak terhindari. Adapun struktur organisasi
PT. Kharisma Parwitex adalah sebagai berikut.
Tugas dan wewenang dari setiap bagian dari struktur organisasi PT. Kharisma
Parwitex sebagai berikut:
a. Direktur
Direktur merupakan pemilik dari perusahaan yang memiliki tugas dan
wewenangan seperti:
1. Mengatur dan mengendalikan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan
2. Membuat keputusan dan menetapkan peraturan perusahaan
3. Memimpin rapat umum yang dilaksanakan
4. Mengelola pendapatan dan kekayaan perusahaan
4
b. Manager Produksi
Manager produksi memiliki tugas dan wewenang sebgai berikut:
1. Membuat planning produksi
2. Berintegrasi dengan departemen lain yang berkaitan dengan produksi
3. Melakukan inovasi dalam proses pembuatan produk
4. Memberikan sanksi terhadap karyawan yang melakukan kesalahan
5. Menilai dan memberi saran terhadap kinerja karyawan
c. Manager Keuangan
Tugas dan wewenang dari manager keuangan adalah:
1. Melakukan perencanaan, pengaturan dan pengawasan terhadap arus kas,
anggaran dan analisis keuangan perusahaan
2. Menggambil keputusan berkaitan dengan investasi, pembelanjaan dan dividen
d. Manager Pemasaran
Manager pemasaran memiliki tugas dan wewenang seperti:
1. Merencanakan strategi pemasaran
2. Bertanggung jawab terhadap hasil pemasaran
3. Memperluas jaringan pasar
4. Membuat laporan pemasaran kepada direktur
5. Membina, mengatur dan mengawasi salesman
e. Manager Personalia
Tugas dan wewenang manager personalia adalah sebagai berikut:
1. Menjadi penghubung antara bagian manajemen dan karyawan
2. Merekrut dan memilih karyawan baru
3. Memberikan pelatihan kerja kepada karyawan baru
4. Memberikan penjelasan terkait peraturan perusahaan, pengupahan, tugas
karyawan baru
f. Supervisior
Tugas dan wewenang supervisior adalah:
1. Menyampaikan kebijakan dari manager ke karyawan
2. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja karyawan produksi
3. Memberi training kepada karyawan
4. Mengatur kerja karyawan dalam grup
5. Mendisiplinkan karyawan
5
g. Salesman
Salesman memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Menawarkan produk kepada konsumen
2. Membuat dan memberikan laporan hasil penjualan
h. Pekerja Produksi
Tugas dan wewenang pekerja produksi adalah:
1. Mengoperasikan mesin atau alat yang digunakan
2. Mengerjakan proses produksi
2.3.1. Visi
Visi merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan di masa yang akan
datang. Sehingga visi dapat menyatakan perusahaan akan dibawa menjadi seperti
apakah dikemudian hari. Visi dari PT. Kharisma Parwitex adalah best quality,
quantity and price. Diharapkan visi ini akan membawa PT. Kharisma Parwitex
menjadi perusahaan yang dipercaya oleh konsumen karena mampu memberikan
kualitas yang baik, dengan kuantitas dan harga yang tepat.
2.3.2. Pemasaran
Pemasaran produk yang tepat akan membawa perusahaan berkembang dan
mampu menjual produknya dengan sangat baik. PT. Kharisma Parwitex
melakukan pemasaran secara online melalui web serta market place lain seperti
Indotrading. Memanfaatkan pemasaran secara online membuat produk tidak
hanya dikenal dalam negeri namun juga dikenal hingga luar negeri. Selain
melakukan pemasaran secara online, PT. Kharisma Parwitex memiliki beberapa
karyawan yang bekerja sebagai salesman. Setiap hari salesman akan berkeliling
pada wilayah yang telah ditentukan dengan membawa contoh produk untuk
ditawarkan kepada konsumen.
6
Perusahaan ini telah banyak melayani permintaan antara lain dari instansi-instansi
pemerintah, swasta, hotel, restoran baik dari pasar domestik maupun
internasional. Produk yang dihasilkan juga berkualitas baik dengan harga yang
kompetitif serta layanan pengiriman yang tepat waktu. Perusahaan juga menerima
pesanan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2.3.3. Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja pada PT. Kharisma Parwitex berjumlah 202 pekerja yang
terdiri dari 185 pekerja bagian produksi dan 17 pekerja staff. Jam kerja staff mulai
pukul 08.00 hingga pukul 16.30 pada hari Senin hingga Jumat dan mulai pukul
08.00 hingga pukul 13.00 pada hari Sabtu. Untuk jam kerja pekerja bagian
produksi terbagi menjadi tiga shift yaitu shift pertama mulai pukul 07.00 hingga
15.00, shift kedua mulai pukul 15.00 hingga 23.00 dan shift ketiga mulai pukul
23.00 hingga 07.00. Pekerja produksi bekerja dari hari Senin hingga Minggu.
PT. Kharisma Parwitex memberikan para pekerja gaji tetap dengan standar UMR
kota Solo. Selain itu, perusahaan memfasilitasi pekerja dengan mengikut sertakan
pada Jamsostek dan BPJS. Hal ini dilakukan perusahaan sebagai bentuk
tanggung jawab dalam menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.
7
2.3.4. Denah Lokasi dan Fasilitas
1. Pos Satpam
2. Tempat Parkir Motor
3. Tempat Parkir Motor dan Taman
4. Tempat Parkir Motor
5. Kantor (2 Lantai)
6. Kamar Mandi
7. Ruang Twist dan Bordir
8. Gudang Barang Jadi
9. Gudang Kain dan Ruang Jahit
10. Ruang Garuk dan Asrama
Putra (lantai 2)
11. Tempat Parkir Motor
12. Bengkel
13. Ruang Garuk
14. Gudang Benang
15. Bak Kapuk
16. Gudang Spare Part
17. Gudang Spare Part
18. Ruang Produksi
19. Ruang Persiapan
20. Ruang Hank & Ruang Meeting
(Lantai 2)
21. Ruang Laborat & Kantor
(Lantai 2)
22. Kantor (Lantai 2)
23. Ruang Boiler
24. Bak Air
25. Tanki Solar
26. Ex Ruang Hank
27. Bak Lumpur Hasil Endapan
Limbah
28. Kolam Penetralan Limbah
29. Kolam Enceng Gondok
Penetralan Limbah
30. Kolam Ikan Hasil Akhir
Penetralan Limbah
8
Gambar 2.3. Tempat Ibadah
c. Kamar Mandi
Pt. Kharisma Parwitex menyediakan kamar mandi yang tersebar dibeberapa lokasi
seperti pada kantor depan, kantor belakang, ruang jahit.
d. Area Parkir
Terdapat 2 area parkir sepeda motor yang disediakan oleh perusahaan. Area
parkir ini mampu menampung kendaraan para pekerja pada setiap shift.
e. Pengolahan Limbah Pabrik
Untuk tetap menjaga kelestarian alam sekitar, PT. Kharisma Parwitex
menyediakan pengelolaan limbah pabrik. Limbah pabrik yang lebih banyak berupa
zat kimia ini diolah sedemikian rupa sehingga menjadi air yang memiliki keamaan
untuk dibuang ke sungai. Sehingga aman untuk makhluk hidup seperti ikan,
tanaman air dan nantinya bagi aktivitas manusia pula.
9
4b 6
7
1 3 5 8 9
4a
2
11
10
Keterangan Gambar:
1. Equalisasi 6. Bak Biologi / Aerasi
2. Filtrasi 7. Sedimentasi Kedua / Clarifier
3. Koagulasi 8. Kontrol
4a. Flokulasi 9. Kolam Ikan
4b. PH Treatment 10. Sludge Storage / Lumpur
5. Sedimentasi Pertama 11. Sand Bed
10
vi. Dari bak biologi, air akan mengalir ke clarifier sehingga zat padat tersuspensi
dapat turun dan mampu memperoleh air jernih yang memenuhi baku mutu air
limbah yang akan dibuang ke sungai melalui bak control.
vii. Sludge / lumpur dari bak sedimentasi dan clarifier ditampung pada sludge
storage. Kemudian akan dilakukan pengeringan pada bak sand bed.
11
BAB 3
Tidak
Menerima Tidak
order Ada Order? Melakukan
Memeriksa dan Ada bahan Tidak
Ada order pengecekan
Ya mengurus PO baku
dari email Membuat bon
perencanaan Ya
Konfirmasi Ya
produksi
order
Menulis order Melakukan
pada buku Tidak
pembelian Ada hutang
Menerima Menanyakan bahan baku
laporan Membuat SPK ketersediaan
Input Data Order
keuangan bahan baku Ya
Cek produk
Menerima Membuat
bahan baku invoice
END payment
Tidak
Melakukan Ada produk
produksi Mengirim
Ya invoice
Mengeluarkan payment
bahan baku
Membuat surat
pengeluaran
Membuat
laporan
keuangan
Melakukan
pengiriman Menyerahkan
laporan
keuangan
Menyimpan
hasil produksi
Pada PT. Kharisma Parwitex proses bisnis dimulai dari penerimaan order baik
yang diterima oleh direktur secara langsung maupun dari bagian marketing melalui
email. Ketika ada order bagian marketing dan direktur akan melakukan konfirmasi
adanya order tersebut. Kemudian marketing akan melakukan penginputan data
order pada sistem. Bagian warehouse akan melakukan pengecekan data order,
jika diperoleh adanya order maka warehouse akan menulis order ulang pada buku
kemudian melakukan pengecekan ketersediaan produk. Jika tidak ada akan
melakukan pengecekan lagi. Ketika produk tersedia maka warehouse akan
berkoordinasi dengan bagian accounting apakah dapat melakukan pengiriman
12
atau tidak. Bagian accounting akan memeriksa bon apakah ada hutang atau tidak.
Jika tidak terdapat hutang maka warehouse dapat mengeluarkan surat
pengeluaran dan melakukan pengiriman. Jika terdapat hutang maka pengiriman
akan ditunda hingga konsumen melunasi hutang. Pada bagian accounting akan
membuat invoice payment kemudian mengirimkannya kepada konsumen. Setelah
konsumen membayar maka accounting menerima payment atau pembayaran.
Accounting kemudian membuat laporan keuangan dan setelah selesai akan
memberikannya kepada direktur.
13
Tabel 3.1. Contoh Beberapa Nama Produk Selimut
No NAMA PRODUK
1 AA8 ACL/P ACLI
2 AA8 BULAT HIJAU
3 AA8 BULAT HITAM
4 DAUN KUNING
5 DAUN KUNING HIJAU
6 DAUN KUNING MERAH
7 DAUN KUNING NH/RS
8 AA8 BULAT MERAH
9 DAUN MAS BIASA ( DM-2 )
10 DAUN MAS BRRS ( 120 CM X 200 CM )
11 DAUN MAS HIJAU ( DM-2A )
12 DAUN MAS HT ( BOLA MAS )
13 DAUN MAS MERAH ( DM-2B )
14 DAUN MAS RS ( DM-2 RS )
15 DAUN UNGU
16 DAUN UNGU HJ
17 DAUN UNGU MERAH
18 DAUN UNGU RS
19 AA8 BULAT RB
20 DK KEMSOS
Tabel diatas merupakan beberapa jenis produk selimut yang dihasilkan oleh PT.
Kharisma Parwitex. Selimut yang banyak diproduksi adalah selimut lurik.
Pemesanaan selimut lurik biasanya untuk bantuan sosial atau rumah sakit.
Gambar 3.2 meruapakan contoh selimut lurik yang dipesan untuk bantuan sosial.
Selain itu terdapat selimut rumah sakit yang dibuat khusus untuk rumah sakit
dengan memberi nama sesuai rumah sakit yang memesan. Tidak hanya rumah
14
sakit yang ada di kota Solo namun juga banyak dari berbagai daerah yang
memesan selimut rumah sakit ini pada PT. Kharisma Parwitex.
b. Serbet
Serbet yang dihasilkan PT. Kharisma Parwitex terdiri dari banyak jenis yang
dibedakan berdasarkan ukuran, bahan, kualitas dan desain.
No NAMA PRODUK
1 DAMAS MERAH TOMAT
2 DAMAS MR MARUN 55 X 55
3 DAMAS MRH CABE
4 DAMAS MRH MARUN
5 DAMAS MRH MARUN TUA
6 DAMAS ORANGE 55 X 55
7 DAMAS ORANGE KAKU
8 DAMAS ORANGE LEMES
9 DAMAS PUTIH 55 X 55
10 DAMAS PUTIH 90 CM X 90 CM
11 DAMAS PUTIH KAKU
12 DAMAS PUTIH KEMILAU
13 DAMAS PUTIH LEMES
14 DAMAS SALEM
15 DAMAS TNI
16 DAMAS UNGU
17 FLANEL P 30 X 30
18 FLANEL P 40 X 40
19 FLANEL P 50 X 50
20 FLANNEL FANTA 30 X 30
Dari sekian banyak jenis serbet, jenis TP 01 merupakan serbet yang banyak
diproduksi. Desain serbet seperti itu tidak hanya satu namun banyak dengan
15
kualitas yang berbeda. Kualitas dari desain tersebut dapat diketahui dari kode
nama seperti TP 01, serbet TP 01 merupakan serbet berkualitas kurang baik untuk
desain seperti pada gambar 3.4.
Serbet pada gambar 3.5 dibawah ini merupakan salah satu jenis serbet lainnya
yang didesain dengan kualitas baik. Target pemasaran untuk serbet ini adalah
kalangan menengah yang senang membeli serbet-serbet cantik.
a. Persiapan
Pada bagian persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan
desain serta benang yang akan digunakan. Benang mentah digulung dengan
jumlah putaran yang telah ditentukan seperti pada gambar 3.6.
16
Gambar 3.6. Persiapan Benang Pertama
Kemudian benang ditwist menggunakan mesin twist. Pada bagian twist,
bertujuan untuk mendouble benang yang semula hanya terdiri dari satu helai
menjadi dua helai. Setelah bahan baku benang siap maka akan dibawa ke
bagian tenun
b. Tenun
Pada bagian tenun ini, benang disusun sesuai desain dengan bantuan alat
seperti pada gambar 3.8.dan dicucukan ke beam sesuai dengan desain
produk. Lalu benang mulai ditenun dengan menggunakan mesin Rapier.
Setelah selesai ditenun, kemudian difolding atau dilipat dan dibawa ke bagian
inspecting.
17
Gambar 3.8. Penyusunan Benang Sesuai Desain
Lalu benang akan dicucukan oleh pekerja ke beam sebagai persiapan untuk
dilakukan penenunan. Proses ini biasanya dilakukan dua orang per beam dan
dibutuhkan waktu yang cukup lama karena jumlah benang yang cukup banyak
untuk setiap produknya.
18
Gambar 3.11. Proses Tenun
c. Inspecting
Pada bagian inspecting, produk diinspeksi satu per satu secara manual.
Inspeksi ini untuk memotong benang sisa dipinggir serta melihat hasil tenun
apakah ada benang yang kurang atau tidak. Jika terdapat benang kurang
maka pekerja akan menambahkan benang secara manual.
19
Gambar 3.13. Proses Garuk
Selain itu ada beberapa jenis produk yang harus melalui pencelupan, dimana
pencelupan ini untuk memberi warna pada produk. Pada bagian ini juga
terdapat proses pemerasan dengan menggunakan alat, disamping itu juga
memberi cairan agar daya serap serbet atau selimut baik.
e. Jahit
Setelah melalui serangkaian proses diatas maka produk dibawa ke bagian
jahit. Disini produk akan dipotong menjadi per bagian sesuai dengan garis
potong yang ada.
20
Gambar 3.15. Proses Penjahitan
Terdaapat beberapa perbedaan dalam melakukan proses produksi baik itu
serbet maupun selimut. Hal ini berdasarkan tipe yang akan dibuat. Dibawah
ini merupakan peta proses operasi pembuatan serbet dan selimut secara
umum.
Untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai proses produksi dari produk, maka
dibawah ini akan diperjelas dengan menggunakan peta proses operasi. Peta
proses operasi dibuat berdasarkan waktu dan proses yang rata-rata secara umum
dilakukan untuk produksi berbagai jenis selimut dan serbet. Selimut dengan jenis
seperti pada peta proses operasi gambar 3.16 merupakan jenis selimut 1 yang
tidak memelukan proses jigger dan drying. Proses jigger merupakan proses
pencelupan warna. Sedangkan proses dryer merupakan proses pemberian zat
untuk meningkatkan daya serap pada kain dan proses pengeringan.
Urutan proses untuk jenis selimut gambar 3.16 adalah benang yang akan
digunakan ditwist atau dilakukan pendoublean. Setelah selesai, benang-benang
yang akan digunakan masuk pada bagian sectional warping. Pada sectional
warping benang disusun sesuai warna dan jumlah berdasarkan desain yang telah
dibuat. Kemudian benang yang telah tersusun sesuai desain akan dilakukan
proses cucuk atau drawing. Pencucukan ini dilakukan untuk mempersiapkan
benang masuk ke proses weaving atau tenun. Penenunan dilakukan dengan
menggunakan mesin Rapier. Proses tenun merupakan proses mengubah benang
menjadi kain. Kain selimut yang telah jadi kemudian dikeluarkan dari beam dan
dilipat atau folding menggunakan alat folding sederhana yang dioperasikan secara
manual. Setelah kain dilipat maka dilakukan inspeksi untuk melihat apakah produk
cacat atau tidak. Kecacatan yang banyak terjadi adalah masih ada benang yang
kurang sehingga ada rongga. Pada bagian inspeksi juga dilakukan perbaikan
21
dengan memasukkan benang secara manual oleh pekerja pada bagian yang
kurang. Kemudian kain selimut kembali ke proses folding untuk dilipat.
Selanjutnya, selimut akan digaruk dengan mesin garuk. Penggarukan ini bertujuan
agar permukaan bagian dalam selimut halus serta membersihkan kotoran yang
menempel. Selimut kemudian dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan dijahit
pada bagian pinggirnya. Setelah selesai dijahit maka proses terakhir adalah
packaging. Packaging dilakukan sekaligus untuk memeriksa produk apakah cacat
atau tidak. Produk dimasukkan ke plastik dan diberi label nama produk.
22
PETA PROSES OPERASI SELIMUT 1
PT. KHARISMA PARWITEX
Sekarang Usulan
0% Mesin Twist
0% Mesin Folding
Ringkasan
Packaging, memberi label sekaligus
Kegiatan Jumlah Waktu 0.03 jam mengecek produk dan memasukkan
O-11
I-1 produk pada plastik
I-2
11 373.81 Manual
2 20.03
Disimpan
1 -
Total 14 393.84
23
Untuk peta proses operasi selimut jenis 2 dapat diketahui dari gambar 3.17, selimut
ini memerlukan proses jigger dan dryer. Proses awal dimulai dengan twist benang
seperti pada selimut jenis 1. Setelah benang ditwist maka masuk ke bagian
sectional warping untuk disusun sesuai warna dan jumlah berdasarkan dengan
desain yang diinginkan. Kemudian benang hasil penyusunan pada sectional
warping dicucuk. Proses kemudian dilanjutkan ke bagian tenun untuk
menghasilkan kain selimut. Kain dikeluarkan dari beam dan dilipat dengan alat
folding. Kemudian dilanjutkan proses inspeksi untuk melihat apakah terdapat
produk cacat dan memperbaiki kecacatan tersebut apabila masih dapat diperbaiki.
Kain selimut kembali dilipat untuk masuk ke proses berikutnya yaitu raising atau
garuk. Pada jenis ini setelah melalui proses garuk, kain selimut akan diberi warna
atau prosesnya disebut jigger. Setelah selesai dijigger, kain selimut masuk ke
proses dryer untuk pengeringan. Setelah selesai, kain selimut dipindahkan ke
bagian penjahitan untuk pemotongan, pemotongan dilakukan sesuai ukuran yang
diinginkan dan kemudian dijahit. Produk yang telah jadi kemudian dipacking.
Proses packaging dilakukan dengan melipat, memasukkan ke plastik dan diberi
label nama produk.
24
PETA PROSES OPERASI SELIMUT 2
PT. KHARISMA PARWITEX
Sekarang Usulan
0% Mesin Twist
0.25 Folding,
jam kain dilipat
O-5
0% Mesin Folding
Folding, kain
0.25 jam
dilipat
O-7
0% Mesin Folding
Raising, kain
0.5 jam
digaruk
O-8
0% Mesin Garuk
0% Mesin Jigger
Ringkasan
Packaging, memberi label sekaligus mengecek
0.03 jam
Kegiatan Jumlah Waktu O-13 produk dan memasukkan produk pada plastik
I-2
Manual
11 367.11
2 20.03
Disimpan
1 -
Total 14 387.14
25
Pada produk serbet juga terdapat 2 jenis proses produksi yang dilalui. Peta proses
produksi untuk serbet dapat dilihat pada gambar 3.18 dan 3.19. Gambar 3.18
merupakan peta proses operasi untuk serbet jenis 1. Urutan proses pembuatan
serbet tersebut adalah dimulai dengan metwist benang yang akan digunakan
dengan mesin twist. Kemudian benang tersebut masuk ke proses sectional
warping, proses ini menyusun benang sesuai warna dan jumlah berdasarkan
desain produk yang akan dibuat. Proses dilanjutlan dengan pencucukan/drawing.
Setelah itu, benang mulai ditenun dengan menggunakan mesin tenun. Selesai
ditenun maka jadilah kain serbet. Kain serbet lalu dilipat dengan menggunakan
mesin lipat/folding. Kemudian kain tersebut dibawa ke bagian inspeksi untuk
dilakukan pengecekan apakah produk cacat atau tidak. Apabila ada kecacatan
yang masih dapat diperbaiki maka bagian inspeksi akan memperbaikinya. Kain
serbet lalu dilipat kembali dengan menggunakan mesin folding. Kemudian, kain
serbet dibawa ke bagian pemotongan untuk dipotong sesuai ukuran yang telah
ditentukan. Proses selanjutnya adalah penjahitan. Setelah selesai dijahit maka
produk siap dipackaging. Pada bagian packaging pekerja juga melakukan inspeksi
apakah masih ada produk yang cacat yang lolos. Jika tidak ada produk akan
dimasukkan pada plastik dan diberi label. Produk kemudian disimpan pada
gudang.
26
PETA PROSES OPERASI SERBET 1
PT. KHARISMA PARWITEX
Sekarang Usulan
Twisting, benang di
10.5 jam
double
O-1
0% Mesin Twist
Folding,
0.25 jam
kain dilipat
O-5
0% Mesin Folding
2 20.03
Disimpan
1 -
Total 13 388.84
27
Peta proses operasi pada gambar 3.19 merupakan jenis serbet 2. Urutan proses
untuk serbet jenis ini adalah sama dengan selimut dan serbet jenis 1 yang diawali
dengan proses twist benang dengan mesin twist. Kemudian proses dilanjutkan
dengan menyusun benang sesuai warna dan jumlah berdasarkan desain pada
proses sectional warping. Proses selanjutnya adalah pencucukan dan setelah
selesai kemudian ditenun. Tenun menghasilkan kain serbet yang kemudian
dibawa ke bagian folding untuk dilipat dengan mesin folding. Kain serbet kemudian
diinspeksi untuk mengetahui apakah terdapat produk cacat. JIka ada dan masih
dapat diperbaiki maka akan diperbaiki oleh pekerja inspeksi. Setelah selesai
dilakukan inspeksi, kain serbet dilipat kembali menggunakan mesin folding lalu
masuk ke proses drying. Proses drying sendiri adalah proses pengeringan
sekaligus memberi zat kimia agar meningkatkan daya serap kain. Semakin tinggi
daya serap kain maka kualitas produk semakin bagus. Setelah selesai melalui
proses tersebut, kain serbet kemudian dipotong sesuai ukuran yang diharapkan,
Kain serbet tersebut kemudian dijahit dan dipack sekaligus dilakukan inspeksi
kembali. Perbedaan serbet jenis 1 dan 2 adalah jenis 1 tidak melalui proses drying
sedangkan jenis 2 melalui proses drying.
28
PETA PROSES OPERASI SERBET 2
PT. KHARISMA PARWITEX
Sekarang Usulan
Twisting, benang di
10.5 jam
double
O-1
0% Mesin Twist
Drawing/cucuk, benang
10.5 jam pada beam dicucuk satu
O-3 per satu
0% Manual
Weaving / tenun,
315 jam benang pada beam
O-4 ditenun
Mesin Tenun Rapier
2-5%
Folding,
0.25 jam
kain dilipat
O-5
0% Mesin Folding
Folding, kain
0.25 jam
dilipat
O-7
0% Mesin Folding
Pemotongan kain
menjadi per selimut
O-9
0.25 jam
Manual
2%
Jahit
O-10
0.03 jam Mesin Jahit
Ringkasan
0%
Kegiatan Jumlah Waktu Packaging, memberi label sekaligus mengecek
O-11 produk dan memasukkan produk pada plastik
11 369.06 0.03 jam I-2
Manual
2 20.03
Disimpan
1 -
Total 14 389.09
29
3.4. Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi merupakan suatu kebutuhan untuk menunjang proses produksi.
Fasilitas ini berkaitan dengan mesin, material handling dan peletakaannya. PT.
Kharisma Parwitex menggunakan beberapa mesin untuk beroperasi memproduksi
poduk seperti mesin tenun, mesin twist, mesin jahit, mesin potong dan lain-lain.
Tata letak yang baik bagi setiap mesin merupakan tata letak yang dapat
menunjang sistem material handling dengan baik. Pada PT. Kharisma Parwitex
material handling yang digunakan adalah berupa manual hand truck, manual
stacker forklif selain itu juga diangkat langsung oleh pekerja. Manual hand truck ini
biasanya digunakan untuk memindahkan gulungan-gulungan kain dari bagian
produksi satu ke bagian produksi lainnya.
Hand stacker forklift merupakan material handling yang mampu digunakan untuk
memindahkan sekaligus mengangkat beban dengan kapasitas yang tinggi. Cara
kerja dari hand stacker forklift ini dilakukan dengan memompa manual pada saat
menaikkan dan menurunkan beban. Meskipun masih manual tetapi sangat
membantu memudahkan pekerja dalan melakukan pemindahan barang. Pada PT.
Kharisma Parwitex alat ini biasanya digunakan untuk memindahkan beam.
30
Gambar 3.21. Hand Strack Forklift
Tata letak mesin di PT. Kahrisma Parwitex dikelompokan berdasarkan jenis dan
kegunaannya. Tidak semua mesin berada pada satu lokasi atau dibagi per
departemen. Departemen produksi yang ada adalah departemen twist, tenun,
finishing (jigger dan dryer), raising dan jahit. Pada gambar 3.22 merupakan contoh
tata letak mesin untuk mesin tenun. Setiap mesin memiliki jarak tertentu yang
cukup untuk operator mesin melakukan pengecekan selama proses produksi serta
cukup untuk mengangkut beam. Ketika ada satu lokasi yang terdiri dari beberapa
jenis mesin, PT. Kharisma Parwitex tidak mencampurnya begitu saja namun tetap
mengelompokkan dan memberikan jarak yang cukup jauh dan lebih luas dibanding
jarak antar mesin yang sejenis.
R 70 R 70 R 70
R 98
R 70 R 70 R 70
R 98 R 90 R 90 R 90 R 90 R 120 R 120
JV 03
R 98 R 90 R 90 R 90 R 90 R 120 R 120
31
BAB 4
Penulis juga diberi kesempatan untuk belajar pada bagian marketing. Pembimbing
pada bagian marketing adalah bapak Biyan. Penulis diberi penjelasan singkat
mengenai sistem marketing pada PT. Kharisma Parwitex. Tugas yang diberikan
kepada penulis adalah membuat dan mengirimkan penawaran kepada berbagai
konsumen melalui email perusahaan serta mengupload dan membuat kata-kata
yang menarik untuk memasarkan produk pada indotracking.
32
Warehouse pada PT. Kharisma Pairwitex terbagi menjadi tiga yaitu warehouse
sparepart, warehouse kain dan barang jadi serta warehouse benang. Pada
warehouse sparepart penulis dibimbing oleh ibu Tutik selaku kepala gudang
sparepart. Tugas yang diberikan kepada penulis adalah menyelesaikan laporan
transaksi penggunaan sparepart pada beberapa bulan terakhir yang belum
terselesaikan. Pada warehouse kain dan barang jadi, penulis dibimbing oleh bapak
Johan selaku kepala warehouse kain dan barang jadi. Penulis diberikan
penjelasan mengenai alur pekerjaan yang ada dibagian warehouse kain dan
barang jadi. Pembimbing penulis pada warehouse benang adalah ibu Wati, penulis
dijelaskan mengenai pekerjaan yang dilakukan di warehouse benang.
Pada bagian produksi, penulis dibimbing oleh bapak Agus. Tugas dari bapak Agus
adalah melakukan perencanaan produksi, konstruksi bahan, penentuan biaya
yang dikeluarkan. Bersama pak Agus penulis diberi berbagai penjelasan mengenai
produksi serta melihat langsung setiap proses produksi yang dilakukan. Selain itu,
penulis juga belajar menghitung efisiensi mesin. Pada bagian ini penulis akan
mengulas mengenai perhitungan efisiensi salah satu mesin produksi yaitu mesin
twist.
Efisiensi mesin merupakan salah satu faktor yang penting dalam produksi. Hal ini
karena dengan mengetahui efisiensi mesin, dapat membantu melihat produktivitas
suatu mesin. Dengan begitu, perusahaan harus menjaga mesin agar dapat
memiliki efisiensi mesin yang tinggi. Mesin-mesin dijaga dengan selalu melakukan
perawatan. Dengan perawatan yang baik maka akan mengoptimalkan
penggunaan mesin sehingga mengurangi waste karena mesin berhenti atau
adanya gangguan lain yang menghambat kelancaran proses produksi.
Perhitungan efisiensi mesin twist dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut ini.
100
TPM= in
x TPI ………………………………………………………………… (4.1)
Keterangan:
RPM : rotasi per menit mesin
TPI : twist per in
33
TPM : twist per meter
NE : satuan ukuran benang
Berdasarkan rumus diatas diketahui bahwa cara perhitungan efisiensi mesin twist
adalah dengan membagi RPM mesin dengan TPM kemudian dikali dengan waktu
dikali dengan jumlah spindle dan dikali dengan efisiensi (dalam persen) dan semua
dibagi dengan NE benang dikali 1693. Waktu pada rumus menunjukkan lama
waktu efisiensi mesin yang ingin dihitung. Contohnya adalah perhitungan efisiensi
untuk satu shift maka 60 menit dikali 7 menjadi 420 menit. Kemudian untuk
efisiensi pada rumus adalah efisiensi yang ingin dihitung. Pada umumnya
perusahaan akan memberi nilai efisiensi tersebut sebesar 85%. Untuk NE
merupakan satuan ukuran benang yang akan diproses. Perhitungan efisiensi
mesin twist pada PT. Kharisma Parwitex ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja
atau produktivitas mesin.
34
4.1.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam melakukan perhitungan efisiensi mesin sebagai cara untuk melakukan
evaluasi produktivitas mesin dilakukan dengan cara dibawah ini.
Mulai
Melakukan
Observasi pada
Departemen Twist
Studi Literatur
tentang Efisiensi
Mesin
Mengumpulkan
Data NE, RPM, TPI
Melakukan
Pengolahan Data
Berupa Perhitungan
Efisiensi Mesin
Menarik
Kesimpulan dari
Hasil Pengolahan
Data
Selesai
35
Proses awal dalam melaksanakan pekerjaan perhitungan efisiensi mesin twist
untuk mengevaluasi produktivitas mesin adalah dengan melakukan observasi.
Penulis melihat proses dan cara kerja dari mesin twist serta belajar beberapa hal
terkait proses pada mesin tersebut. Kemudian penulis melakukan studi literatur
mengenai efisiensi mesin. Proses berikutnya adalah mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam melakukan perhitungan efisiensi mesin. Setelah data terkumpul
maka penulis mulai mengolah data tersebut atau menghitung efisiensi mesin
berdasarkan rumus perhitungan yang ditetapkan perusahaan. Dengan hasil
tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai produktivitas tiap mesin twist dalam
waktu yang diharapkan untuk dievaluasi.
4.1.4.1. Data
Mesin twist yang digunakan oleh PT. Kharisma Parwitex ada dua yaitu mesin X
dan mesin Y. RPM yang digunakan mesin X biasanya lebih besar dibanding mesin
Y. Selain itu NE benang yang diproses mesin X juga lebih besar dibanding mesin
Y. Sehingga penggunaan mesin tergantung kebutuhan benang yang akan
diproses. Adapun data NE Mesin X dan Y adalah tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X
NE Benang untuk Mesin X
40/2 45/2 30/2 20/2 16/2 12/2 10/2
Penggunaan NE tergantung pada jenis benang yang akan diproses. Untuk nilai
RPM yang digunakan oleh PT. Kharisma Parwitex antara lain adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.3. RPM Mesin Twist
RPM
6000 7000 8000 9000 10000
36
Selain itu, berdasarkan rumus 4.1, untuk memperoleh nilai twist per meter (TPM)
dibutuhkan data twist per inch (TPI). Berikut adalah data TPI yang digunakan.
Tabel 4.4. Data TPI
TPI
1 1.98 5.01 7.85 11.9
2 2.12 5.15 7.95 12.05
3 2.28 5.2 8.02 12.22
4 2.43 5.29 8.16 12.47
5 2.59 5.31 8.23 12.82
6 2.73 5.36 8.33 13.08
7 2.9 5.49 8.49 13.38
8 3.06 5.54 8.54 13.6
9 3.13 5.63 8.66 14.65
10 3.25 5.72 8.83 15.41
11 3.3 5.84 9.04 16.59
12 3.47 5.97 9.2 16.87
13 3.53 6.1 9.43 17.58
14 3.63 6.19 9.54 18.09
15 3.71 6.26 9.74 18.53
16 3.76 6.31 9.81 18.75
17 3.89 6.49 9.98 18.94
18 3.99 6.62 10.05 19.57
19 4.1 6.75 10.16 20.28
20 4.21 6.87 10.31 20.71
21 4.27 7.01 10.39 21.29
22 4.42 7.06 10.61 21.88
23 4.51 7.2 10.7 22.21
24 4.66 7.36 10.9 22.59
25 4.7 7.41 11.05 23.15
26 4.75 7.44 11.29 23.84
27 4.82 7.53 11.48 24.55
28 4.83 7.67 11.53 25.66
29 4.97 7.76 11.75 25.75
37
i. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 8.66, nilai
RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki
NE 40/2.
TPM = 100/ 2.54 x 8.66
= 340.95
10000
x 420 x 1921 x 85%
340.95
Efisiensi Mesin = 40
x 1693
2
= 594.04 kg
ii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 9.04, nilai
RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
45/2.
TPM = 100/ 2.54 x 9.04
= 355.91
10000
x 420 x 1921 x 85%
355.91
Efisiensi Mesin = 45
2
x 1693
= 505.84 kg
Adapun hasil dari perhitungan dengan rumus menunjukkan efisiensi mesin dalam
memproses twist benang sebanyak 505.84 kg.
iii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 9.2, nilai RPM
yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE 30/2.
TPM = 100/ 2.54 x 9.2
= 362.21
10000
x 420 x 1921 x 85%
362.21
Efisiensi Mesin = 30
x 1693
2
= 745.57 kg
iv. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 9.54, nilai
RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
20/2.
38
TPM = 100/ 2.54 x 9.54
= 375.59
10000
x 420 x 1921 x 85%
375.59
Efisiensi Mesin = 20
x 1693
2
= 1078.51 kg
Adapun hasil perhitungan efisensi mesin X dalam melakukan proses twist benang
diatas sebanyak 1078.51 kg.
v. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 8.02, nilai
RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
16/2.
TPM = 100/ 2.54 x 8.02
= 315.75
10000
x 420 x 1921 x 85%
315.75
Efisiensi Mesin =
16/2 x 1693
= 1603.63 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin X dalam melakukan proses twist benang tersebut
sebanyak 1603.63 kg.
vi. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 10.05, nilai
RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
12/2.
TPM = 100/ 2.54 x 10.05
= 395.67
10000
x 420 x 1921 x 85%
395.67
Efisiensi Mesin = 12
x 1693
2
= 1706.30 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin X dalam melakukan proses twist benang tersebut
sebanyak 1706.30 kg.
vii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 11.48, nilai
RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
10/2
TPM = 100/ 2.54 x 11.48
= 451.97
39
10000
x 420 x 1921 x 85%
451.97
Efisiensi Mesin = 10
x 1693
2
= 1792.50 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin X dalam melakukan proses twist benang tersebut
sebanyak 1792.50 kg.
= 1228.53 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut
adalah sebanyak 1228.53 kg.
ii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 10.7, nilai
RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
12/2.
TPM = 100/ 2.54 x 10.7
= 421.26
6000
x 420 x 1921 x 85%
421.26
Efisiensi Mesin = 12
x 1693
2
= 961.59 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut
adalah sebanyak 961.59 kg.
iii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 11.05, nilai
RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
10/3.
40
TPM = 100/ 2.54 x 11.05
= 435.04
6000
x 420 x 1921 x 85%
435.04
Efisiensi Mesin = 10
x 1693
3
= 1676.03 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut
adalah sebanyak 1676.03 kg.
iv. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 11.9, nilai
RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
10/5.
TPM = 100/ 2.54 x 11.9
= 468.50
6000
x 420 x 1921 x 85%
468.5
Efisiensi Mesin = 10
x 1693
5
= 2593.88 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut
adalah sebanyak 2593.88 kg.
v. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 12.05, nilai
RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
20/10.
TPM = 100/ 2.54 x 12.05
= 474.41
6000
x 420 x 1921 x 85%
474.41
Efisiensi Mesin = 20
x 1693
10
= 2561.57 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut
adalah sebanyak 2561.57 kg.
vi. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 12.82, nilai
RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE
20/20.
TPM = 100/ 2.54 x 12.82
= 504.72
41
6000
x 420 x 1921 x 85%
504.72
Efisiensi Mesin = 20
x 1693
20
= 4815.48 kg
Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut
adalah sebanyak 4815.48 kg.
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui efisiensi mesin dalam satu shift
dengan bermacam NE, TPI dan RPM. Hasil ini digunakan untuk evaluasi
produktivitas mesin twist baik jenis X maupun Y.
42
Tabel 4.5. Severity Ranting
Ranking Kriteria
1 Tidak ada efek
2-3 Kecil
4-6 Sedang
7-8 Tinggi
9-10 Bahaya
Ranking Kriteria
1 Tidak Pernah
2-3 Jarang
4-6 Sedang
7-8 Sering
9-10 Sangat Sering
43
f. Mengevaluasi potensi kesalahan yang memiliki nilai RPN tertinggi.
Potensial kesalahan yang memiliki nilai RPN tertinggi merupakan
kesalahan yang perlu diperbaiki.
44
Mulai
Melakukan Observasi
pada Warehouse
Melakukan Studi
Literatur mengenai
Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA)
Melakukan
Pengambilan Data
berupa Kegiatan yang
Merupakan Potential
Failure
Menganalisis Data
dengan Metode FMEA
Menarik Kesimpulan
Hasil Analisis
Selesai
45
Pada tahap awal, penulis melakukan observasi ke bagian warehouse yang ada
pada PT. Kharisma Parwitex untuk mengetahui keadaan dan proses secara umum
yang terjadi. Kemudian penulis melakukan studi literatur berkaitan dengan topik
permasalahan. Penulis lalu mengambil data dengan mewawancarai kepala bagian
masing-masing warehouse serta melakukan beberapa kegiatan yang ada pada
warehouse sehingga mampu memperoleh data dengan baik. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis. Setelah melakukan analisis awal maka penulis berdiskusi
dengan kepala bagian masing-masing warehouse mengenai hasil analisis awal
dan berdiskusi untuk menganalisis hasil yang dapat disimpulkan. Kesimpulan akhir
kemudian dapat diambil dan penulis dapat memberikan saran yang sesuai.
Hasil analisis FMEA untuk mengidentifikasi proses pada warehouse benang yang
memungkinkan menimbulkan human eror ditunjukkan pada tabel 4.8. Diketahui
bahwa nilai RPN terbesar adalah 105 yang diperoleh dari hasil perkalian tingkat
severity, occurrence dan detection. RPN terbesar adalah untuk potential failure
benang yang dikeluarkan dicatat berbeda oleh pekerja. Contoh dari potential
failure ini adalah ukuran benang yang akan diproses terdapat ukuran yang hampir
sama misalnya 30/1 dan 30/2, pekerja menulis kedua ukuran pada salah satu
ukuran, 30/1 ditulis pada bagian 30/2 sehingga pada catatan tidak ada untuk
ukuran benang 30/1. Nilai severity bedasarkan tabel 4.5 untuk potential failure ini
diberi nilai 3 karena memiliki dampak yang masih kecil, dampak yang diberikan
adalah menunda perhitungan penyusutan karena harus melacak kesalahan yang
terjadi. Nilai occurrence ditentukan berdasarkan tabel 4.6, pada potential failure ini
diperoleh nilai sebesar 5 karena tingkat kejadian ini berulang masih sedang.
Sedangkan untuk nilai detection yang dinilai berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai
sebesar 7 karena masih kecil kesalahan ini dapat terdeteksi karena bergantung
pada pekerja yang menulis benang yang keluar dan diproses. Hasil diskusi dengan
kepala bagian warehouse benang, kesalahan ini karena pekerja kurang
memperhatikan perbedaaan ukuran atau hanya melihat kesamaannya. Dengan
46
begitu, perbaikan yang dapat diberikan adalah memberi dokumen yang telah
ditulis jenis benang yang harus keluar saat itu sedangkan pekerja produksi cukup
menuliskan hasil dari proses. Diharapkan hal ini dapat mengurangi kesalahan
yang dibuat pekerja produk
47
Tabel 4.8. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Benang
Potential Causes of
Process Potential Failure Mode Potential Effect of Failure Severity Occurrence Detection RPN
Failure
48
Tabel hasil FMEA pada warehouse produk jadi ditunjukkan pada tabel 4.9.
Didapati nilai RPN hasil perkalian nilai severity, occurrence dan detection terbesar
adalah 96. Potential failure dari RPN terbesar adalah kesalahan penamaan produk
yang hampir mirip. Jadi pekerja bagian gudang salah menamai seperti misalnya
jenis serbet kotak-kotak seperti pada gambar 3.4 yang memiliki berbagai jenis
yang menunjukkan tingkat kualitasnya. Produk yang ditulis misal jenis TP01
padahal seharusnya TP02. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan pemberian
produk saat packing untuk pengiriman. Berdasarkan diskusi dengan kepala bagian
warehouse barang jadi, nilai severity yang ditentukan berdasarkan tabel 4.5 untuk
potential failure ini adalah 3 karena memiliki dampak yang masih kecil. Nilai
occurrence yang ditentukan berdasarkan tabel 4.6 sebesar 4 karena tingkat
kejadian ini terjadi sedang. Dan untuk nilai detection yang ditentukan berdasarkan
tabel 4.7 sebesar 9 karena kesalahan ini dapat terdeteksi kecil. Kesalahan ini
biasanya terdeteksi ketika sudah packing dengan melakukan pencocokan
terhadap data order. Dengan begitu, perbaikan yang dapat diberikan adalah
melakukan pencocokan terlebih dahulu dengan data order sebelum packing.
49
Tabel 4.9. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Barang Jadi
Potential Failure Mode Potential Causes of Failure Potential Effect of Failure Severity Occurrence Detection RPN
Salah penamaan produk yang Kesalahan pekerja dalam menulis Terjadi kesalahan pemberian
3 4 8 96
hampir mirip produk produk saat akan packing
50
Pada warehouse spare part tidak terdapat banyak aktivitas sehingga hanya
memperoleh satu kemungkinan proses yang terjadi human error. Hasil FMEA
warehouse spare part dapat dilihat pada tabel 4.10. Potential failure yang terjadi
adalah nama/kode sparepart yang ditulis berbeda dengan database. Dikarenakan
kemiripan hal ini membuat kesalahan dalam memasukkan laporan sehingga pada
akhir pengecekan mendapati jumlah minus karena tidak ada stock namun
dikeluarkan atau ada kelebihan pengeluaran pada spare part itu sehingga saldo
akhir saat dilakukan pencocokan dengan bagian accounting berbeda. Oleh karena
hal itu, membuat pekerja harus mencocokan ulang data-data dan mencari
kesalahan yang ada berasal darimana. Berdasarkan tabel 4.5, nilai severity pada
kasus ini diperoleh sebesar 2 karena dampaknya masih kecil. Nilai occurrence
yang ditentukan berdasarkan tabel 4.6 diperoleh sebesar 4 karena tingkat
keseringan kejadian ini sedang. Dan berdasarkan tabel 4.7, nilai detection
diperoleh sebesar 7 karena kecil untuk terdeteksi saat awal. Perbaikan yang dapat
diberikan adalah meningkatkan ketelitian dan pemeriksaan ketika akan
memasukkan data ke laporan.
51
Tabel 4.10. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Sparepart
52
BAB 5
KESIMPULAN
Evaluasi produktivitas mesin twist pada PT. Kharisma Parwitex dilakukan dengan
menghitung efisiensi mesin. Hasil perhitungan efisiensi mesin X adalah 594.04 kg,
505.84 kg, 745.57 kg, 1078.51 kg, 1603.63 kg, 1706.30 kg, 1792.50 kg. Untuk hasil
perhitungan efisiensi mesin Y adalah 1228.53 kg, 961.59 kg, 1676.03 kg, 2593.88
kg, 2561.57 kg, 4815.48 kg. Dengan melihat hasil tersebut, pekerja akan
melakukan pengecekan terhadap mesin yang produktivitasnya menurun atau
kurang baik.
Hasil pemetaan FMEA pada warehouse barang jadi diperoleh potential failure
dengan nilai RPN terbesar yaitu kesalahan penamaan produk yang hampir sama.
Nilai severity untuk potential failure ini adalah 3 yang berarti dampak dari potential
failure tersebut kecil. Untuk nilai occurrence diperoleh sebesar 4 yang berarti
peluang terjadinya potential failure tersebut masih berada ditingkat yang sedang
dan nilai detection sebesar 9 yang berarti tingkat kemampuan mendeteksi
kemungkinan terjadinya potential failure tersebut adalah hampir pasti tidak
terdeteksi. Perbaikan yang dapat diberikan adalah melakukan pencocokan terlebih
dahulu dengan data order sebelum packing.
Pada warehouse spare part, hasil FMEA karena tidak memiliki banyak proses yang
terjadi maka hanya dapat menemukan satu kegiatan yang merupakan potential
53
failure yaitu pencatatan nama/kode berbeda dengan database sehingga
mengakibatkan kesalahan dalam pembuatan laporan dan memerlukan waktu
untuk mencari kesalahan. Nilai severity pada potential failure ini sebesar 2 yang
berarti dampak dari potential failure tersebut kecil. Untuk nilai occurrence diperoleh
sebesar 4 yang berarti peluang terjadinya potential failure tersebut masih berada
ditingkat yang sedang dan nilai detection 7 yang berarti tingkat kemampuan
mendeteksi kemungkinan terjadinya potential failure tersebut adalah kecil.
Perbaikan yang dapat diberikan adalah meningkatkan ketelitian dan pemeriksaan
ketika akan memasukkan data ke laporan.
Dengan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa masih
terdapat proses-proses yang memungkinkan terjadinya human error. Kesalahan-
kesalahan yang ada dapat memberikan dampak tersendiri bagi perusahaan. Oleh
sebab itu, perlu adanya perbaikan untuk memajukan proses pada sistem yang ada
sehingga kesalahan yang berdampak pada perusahaan dapat dikurangi bahkan
dihilangkan.
54
DAFTAR PUSTAKA
55