Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

Oleh:

Thomas Aditya Rusli

NPM: 15 06 08505

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2018
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI

BAB JUDUL HAL

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR iix
DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Area Kompetensi Teknik Industri 2
1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2

2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3


2.1. Sejarah Singkat Perusahaan 3
2.2. Struktur Organisasi 12
2.3. Manajemen Perusahaan 15

3 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN 19


3.1. Proses Bisnis Perusahaan 19
3.2. Produk yang Dihasilkan 21
3.3. Proses Produksi 24
3.4. Fasilitas Produksi 38

4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA 42


4.1. Lingkup Pekerjaan 42
4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 42
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 43
4.4. Hasil Pekerjaan 45

vi
5 KESIMPULAN DAN SARAN 53
5.1. Kesimpulan 53
5.2. Saran 53

6 PENUTUP 54

DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 56

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Jadwal Karyawan Non Shift 17


Tabel 2. 2. Jadwal Karyawan Shift 18
Tabel 4. 1. Data Output dan Input 48
Tabel 4. 2. Indeks Harga 48
Tabel 4. 3. Deflator 49
Tabel 4. 4. Perhitungan Harga Konstan Output 49
Tabel 4. 5. Harga Konstan Input 50
Tabel 4. 6. Perhitungan Parsial Input Material 50
Tabel 4. 7. Perhitungan Parsial Input Tenaga Kerja 51
Tabel 4. 8. Perhitungan Parsial Input Energi 51

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Logo PT KHI Pipe Industries 5


Gambar 2. 2. Logo PT Krakatau Wajatama 6
Gambar 2. 3. Logo PT Krakatau Daya Listrik 6
Gambar 2. 4. Logo PT Krakatau Bandar Samudera 7
Gambar 2. 5. Logo PT Krakatau Tirta Industri 7
Gambar 2. 6. Logo PT Krakatau Engineering 8
Gambar 2. 7. Logo PT Krakatau Information Technology 8
Gambar 2. 8. Logo PT Meratus Jaya Iron Steel 8
Gambar 2. 9. Logo PT Krakatau Industrial Estate 9
Gambar 2. 10. Logo PT Krakatau Medika 9
Gambar 2. 11. Logo PT Krakatau National Resources 10
Gambar 2. 12 Letak Geografis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 10
Gambar 2. 13. Peta tiap divisi di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 11
Gambar 2. 14. Struktur Organisasi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 14
Gambar 2. 15. Struktur Organisasi Divisi SCI-CRM 14
Gambar 2. 16. Logo PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 15
Gambar 3. 1. Cimosa Proses Bisnis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 19
Gambar 3. 2. Hasil akhir produksi Slab Steel Plant 21
Gambar 3. 3. Hasil akhir produksi Pabrik Billet Baja 22
Gambar 3. 4. Hasil akhir produksi Wire Rod Mill Plant 22
Gambar 3. 5. Hasil akhir produksi Hot Strip Mill Plant 23
Gambar 3. 6. Hasil akhir produksi Cold Rolling Mill Plant 23
Gambar 3. 7. Penggunaan pada Industri Otomotif 23
Gambar 3. 8. Penggunaan pada produksi pelat-timah 24
Gambar 3. 9. Penggunaan pada produksi seng 24
Gambar 3. 10. Proses produksi pabrik besi spons 25
Gambar 3. 11. Aliran proses produksi Slab Steel Plant 26
Gambar 3. 12. Proses pembuatan baja billet 27
Gambar 3. 13. Aliran proses produksi Wire Rod Mill 28
Gambar 3. 14. Aliran proses produksi Hot Strip Mill 28
Gambar 3. 15. Bagan Proses Produksi Cold Rolling Mill 30
Gambar 3. 16. Skema proses Continuous Pickling Line (CPL) 31
Gambar 3. 17. Bagan dari Calender Time 37
Gambar 3. 18. Layout Produksi Plant CRM dengan Aliran Materialnya 39

ix
Gambar 4. 1. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 44
Gambar 4. 2. Grafik Produktivitas Parsial 52

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Proses Operasi Lini CPL plant CRM 56


Lampiran 2. Perhitungan Biaya Produksi Aktual Des 2016 – Nov 2017 57
Lampiran 3. Mesin Crane 58
Lampiran 4. Mesin Forklift 58
Lampiran 5. Mesin di Lini CPL 59

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan
kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang
kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali
suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan
etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri. Kerja praktek dapat
dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik Industri. Paradigma
yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek mahasiswa bekerja di
perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini mencakup kegiatan
perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahanan masalah.
Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa
adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan
4. Mengamati perilaku sistem
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
6. Melaksanakan ujian kerja praktek

1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
1. Melatih kedisiplinan.
2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.

1
1.3. Area Kompetensi Teknik Industri
Teknik Industri adalah cabang ilmu teknik yang berkenaan dengan perencanaan,
perancangan, perbaikan, dan instalasi sistem terintegrasi yang terdiri dari
manusia, mesin, material, informasi, energi, metode kerja dan sumber daya
finansial atau secara singkat mengkaji sistem industri. Dari kurikulum di PSTI
UAJY, kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa dan lulusan Teknik Industri antara
lain:
1. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
2. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
3. Manajemen Persediaan/Inventori
4. Sistem Pengendalian Kualitas
5. Sistem Penanganan Material
6. Logistik dan Supply Chain Management
7. Perancangan dan Pengembangan Produk
8. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
9. Perancangan Tata Letak Fasilitas Manufaktur
10. Manajemen Organisasi
11. Analisis Biaya
12. Analisis Kelayakan Industri
13. Perancangan Proses dan CAD/CAM, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini diharapkan perusahaan dapat menempatkan
dan memberikan tugas atau pekerjaan kepada mahasiswa sesuai dengan
kompetensi Teknik Industri.

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek


Kerja Praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 2 Juli 2018 sampai 3 Agustus 2018
di PT Krakatau Steel (persero) Tbk jalan Industri No. 5 P.O. Box 14 Cilegon –
Banten, Indonesia. Dalam Kerja Praktek ini saya ditempatkan di divisi SCI (Supply
Chain Improvement) Plant CRM (Cold Rolling Mill).

2
BAB 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

2.1.1. Sejarah Perusahaan


PT Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah industri manufaktur baja terbesar di
negara Indonesia dengan ide awal munculnya industri baja ini karena dibutuhkan
oleh negara berkembang seperti Indonesia ini yang diprakarsai oleh Menteri
Perindustrian & Pertambangan Chaerul Saleh dan Dirjen Biro Perancang Negara
Ir. H. Juanda. Pembangunan pabrik ini di Cilegon sendiri merupakan salah satu
bukti dari persetujuan pokok kerja sama dalam lapangan ekonomi dan teknik
antara pemerintah Indonesia dengan Uni Soviet yang disahkan tanggal 15
September 1956. Pembentukan anggota Proyek ini, dikepalai oleh Drs. Soetjipto
dibantu Ir. A. Sayoeti, Ir. Tan Boen Liam, dan RJK Wiriasoeganda. Penelitian lebih
lanjut mengenai sumber biji besi di pulau Kalimantan dipimpin oleh RJK
Wiriasoeganda, bekerja sama Konsultan Jerman Barat WEDEXRO (West Deutche
Ingenieur Bureau) yang dipimpin DR. Walter Rohland

Pada tahun 1959, pemerintah melalui Menteri Perindustrian & Pertambangan


memutuskan Cilegon sebagai lokasi pabrik baja kapasitas produksi baja 100.000
ton/tahun, dengan menggunakan proses Tanur Siemens Martin (Open Hearth
Furnace), dengan alasan pertimbangan:
1. Kedekatan dengan Supplier bahan baku (raw material) seperti 70% scrap dan
30% pig iron yang berada di daerah Lampung.
2. Ketersediaan sumber air yang berasal dari Cidanau di Cinangka.
3. Akses transportasi pelabuhan merak
Tahun 1960 kontrak pembangunan Pabrik Baja Cilegon ditandatangani oleh pihak
Republik Indonesia dengan All Union export-import Corporation (Tjazpromex Pert)
of Moscow dengan kontrak No. 080 tanggal 7 Juni 1960. Peresmian pembangunan
Proyek Besi Baja Trikora Cilegon di area ± 616 Ha pada tanggal 20 Mei 1962, dan
berdasarkan Ketetapan MPRS No. 2/1960 proyek diharuskan selesai sebelum
tahun 1968. Penetapan status Proyek Besi Baja Trikora Cilegon menjadi Proyek
Vital berdasarkan keputusan Presiden RI No. 123 Tahun 1963 tanggal 25 Juni
1963. Tetapi proyek ini sempat berhenti total pada tahun 1965 karena krisis politik
(pemberontakan G30S/PKI), dimana berdampak pada penundaan penyelesaian

3
pembangunan Proyek Besi Baja Trikora untuk sementara waktu. Pada awal tahun
1970 pemerintah Indonesia kembali mengadakan survei lapangan tentang
kelanjutan pembangunan Proyek Besi Baja Trikora. Dari hasil survei tersebut
disimpulkan bahwa pembangunan Proyek Besi Baja Trikora akan dilanjutkan tetapi
Proyek Besi Baja Trikora berubah menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT)
berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 17 tanggal 28
Desember 1967. Keputusan akan dilanjutkannya pembangunan perusahaan
didasarkan pada pertimbangan bahwa kondisi mesin-mesin pabrik yang ada masih
dapat dimanfaatkan, disamping kebutuhan akan besi baja di dalam negeri setiap
tahunnya semakin meningkat.

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk resmi berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia nomor 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang Penyertaan Modal
Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk, dengan maksud dan tujuan untuk
menyelenggarakan penyelesaikan pembangunan Proyek Baja Trikora serta
mengembangkan industri baja di Indonesia. Pendirian PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk disahkan dengan Akte Notaris Tan Thong Kie nomor 34 tanggal 23 Oktober
1971 di Jakarta, dan diperbaiki dengan naskah nomor 25 tanggal 29 Desember
1971.
Pada tahap awal pelaksanaan operasionalnya pemerintah memberikan
kepercayaan penuh terhadap PT Pertamina untuk mengelola dan menjadikan PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai anak perusahaan, namun pada sekitar
tahun 1973 Pertamina mengalami kesulitan keuangan sehingga secara langsung
berdampak pada pembangunan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Sehubungan
dengan itu, pemerintah mengambil suatu kebijakan yang isinya adalah keputusan
untuk melanjutkan pembangunan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan
rencana induk 10 tahun (1975-1985) yang pelaksanaannya dalam tiga tahap.
Pembangunan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tahap I dengan kapasitas
produksi 0,5 Juta ton/tahun berdasarkan Keppres nomor 30 tanggal 27 Agustus
1975. Tanggal 27 Juli 1977 Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Besi Beton,
Pabrik Besi Profil, dan Pelabuhan Khusus Cigading PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk. Disusul kemudian Peresmian Pabrik Besi Spons model Hylsa (50%), Pabrik
Bilet Baja, Wire Rod, PLTU 400 MW, dan Pusat Penjernihan Air (kapasitas 2000
liter/detik) serta KHI Pipe oleh Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979.

4
Pembangunan tahap II selesai ditandai pada tanggal 24 Februari 1983 Presiden
Soeharto meresmikan Pabrik Slab Baja, Hot Strip Mill, dan Pabrik Besi Spons unit
2, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Sementara pembangunan pada tahap III
dilakukan dengan adanya pembangunan enam anak perusahaan berupa pabrik
kimia (PT Hoecthts Cilegon Kimia), pabrik mesin perkakas (PT Industri Perkakas
Indonesia), pabrik baja dan plat timah (PT Latinusa), pabrik baja fabrikasi (PT
Garuda Mahakam Prahasta), pabrik baja lembaran dingin (Cold Rolling Mill) dan
pabrik baja H-Beam (PT Cigading H-Beam Centre).
Dalam upaya peningkatan kualitas dan efisiensi produksi maka dilakukan
penggabungan usaha (merger) PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama (PT CRMIU)
dan PT Krakatau Baja Permata (PT KBP) menjadi unit operasi PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk, yang diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1991. Sejak awal tahun
pembangunan, kemampuan teknis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang tinggi
sudah diakui menurut standar internasional. Bahkan perusahaan sudah
memperoleh sertifikat ASTM A252 dan AWWA C200 tahun 1973, memperoleh
sertifikat API 5L untuk produksi pipa spiral tahun 1977. Sertifikat ISO 9001
diperoleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tahun 1993 dan telah ditingkatkan
menjadi ISO 9001:2000 tahun 2003, sementara itu, SGS (Societe Generale de
Surveillance) International memberikan sertifikat ISO 14001 tahun 1997 atas
komitmen perusahaan pada kesadaran lingkungan dan keselamatan kerja.
Pada tahun 1996 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memisahkan unit-unit otonom
(unit penunjang) menjadi anak-anak perusahaan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk:

1. PT KHI Pipe Industries (PT KHI)


Merupakan perusahaan yang memproduksi pipa berkualitas tinggi yang akan
membantu kebutuhan pipa untuk tempat penyaluran minyak, gas, air, serta
struktur bangunan. Hingga saat ini PT KHI mampu memproduksi pipa dengan
diameter 4-80 inc dan spesifikasi AKI hingga grade SLX – 70. Kapasitas
produksi PT KHI adalah 120.000 ton/tahun. Perusahaan ini memiliki logo seperti
Gambar 2.1.

Gambar 2. 1. Logo PT KHI Pipe Industries


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

5
2. PT Krakatau Wajatama (PT KWT)
PT KWT didirikan pada tahun 1992 dan memproduksi berbagai macam produk
seperti INP, IWF, H-Bream, UChannell, dan L-Angles, baja tulangan beton, baja
profil ukuran medium ke bawah, serta kawat baja. Kapasitas produksi masing-
masing sebesar 150 ton/tahun, 45 ribu ton tahun, dan 18 ribu ton/tahun. Logo
perusahaan ini pada Gambar 2. 2.

Gambar 2. 2. Logo PT Krakatau Wajatama


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

3. PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL)


PT Krakatau Daya Listrik berdiri pada tanggal 28 Februari 1996 dengan tujuan
menyuplai listrik untuk kawasan industri PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan
perusahaan lain yang berada di kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon-
Banten dengan logonya pada Gambar 2. 3. Hingga saat ini memiliki pembangkit
listrik tenaga uap yang berkapasitas 400 MW dan terdiri dari 5 unit turbin
(masing-masing berkapasitas 80MW). Selain itu juga terdapat sistem jaringan
dan distribusi hingga ke konsumen.

Gambar 2. 3. Logo PT Krakatau Daya Listrik


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

4. PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS)


PT Krakatau Bandar Samudera atau PT KBS memiliki dermaga dengan total
panjang 1098 meter serta kedalaman 14 meter yang berlokasi di Pelabuhan
Cigading. Hal ini menyebabkan berbagai macam kapal dapat dengan mudah
berlabuh pada pelabuhan ini seperti Handy, Panamax atau Capesize yang
mengangkut beban hingga 150.000 ton. Dengan luas pelabuhan yang sangat
besar, Pelabuhan Cigading mampu melayani 10 kapal pada waktu yang
bersamaan bahkan PT KBS mampu melayani bongkar muat kapal dengan
bobot mati hingga 200.000 DWT. Gambar 2. 4 merupakan logo perusahaan ini.

6
Gambar 2. 4. Logo PT Krakatau Bandar Samudera
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

5. PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI)


PT KTI berdiri pada tanggal 28 Februari 1996 dan 100% milik PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk dengan logo pada Gambar 2.5. Perusahaan ini menyediakan air
untuk kebutuhan pabrik dan mensuplai air bagi warga komplek perumahan PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk sejak 1979. PT KTI memiliki debit air sebesar
2000 liter/detik. Air berasal dari sungai Cidanau yang berasal dari danau alami
Rawa Dano dan diproses menjadi air bersih dengan tahapan fokulasi,
sedimentasi, filtrasi, dan dilengkapi dengan sistem disinfeksi.

Gambar 2. 5. Logo PT Krakatau Tirta Industri


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

6. PT Krakatau Engineering (PT KE)


PT KE berdiri pada tanggal 12 Oktober 1988. PT KE merupakan perusahaan
pada bidang usaha engineering, procurement, construction, proyek
manajemen, dan prediktif manajemen yang didukung oleh 468 orang tenaga
professional. Proyek yang sudah pernah berhasil dikerjakan adalah proyek PT
Indah Kiat (Jambi), PT Semen Tuban, PT Gunawan Steel, PT Pusri, PT PLN,
PT PAL, Pertamina, dan lain-lain. Untuk menghadapi era global, PT Krakatau
Engineering mendapatkan sertifikat sejak 1996 yaitu ISO 9001 dan sejak 2003
mendapatkan ISO 9001 versi 2000. Dalam melayani konsumen, PT KE memiliki
suatu prinsip dan memiliki suatu motto yaitu “Better, Faster and Cost Effective”
dengan logonya pada Gambar 2.6.

7
Gambar 2. 6. Logo PT Krakatau Engineering
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

7. PT Krakatau Information Technology (PT KIT)


PT KIT berfokus pada teknologi bisnis informasi dan berdiri sejak 1993 dengan
Logonya yang masih membawa lambang KS di Gambar 2.7. PT KIT berprinsip
pada kualitas penyelesaian masalah konsumen. PT KIT terdiri dari 131 orang
tenaga kerja professional dalam bidang pengelolaan dan pengembangan
sistem, otomasi pabrik, jaringan dan komunikasi, serta value added network.
Sampai sekarang PT KIT masih dipercaya untuk menyelesaikan sepuluh (10)
bidang permasalahan yaitu industri baja; manufacturing, minyak, gas dan
penambangan; Industri kimia; Jasa Finansial dan Perbankan; Rumah Sakit.

Gambar 2. 7. Logo PT Krakatau Information Technology


Sumber:PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

8. PT Meratus Jaya Iron Steel (PT MIS)


PT Krakatau Steel (Persero) Tbk pada tahun 2005 memulai penelitian
penggunaan biji besi dan batu bara untuk pengembangan industri baja lokal
dan besi di Kalimantan Selatan dengan logonya pada Gambar 2.8. Perusahaan
ini mampu memproduksi 130.000 ton/tahun timplate (coil, sheet) dengan
kualitas prime, assorted waste, dan unassorted waste yang dapat digunakan
untuk can/food critical, general can/ non critical pada pasar domestik.

Gambar 2. 8. Logo PT Meratus Jaya Iron Steel


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

8
9. PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC)
PT KIEC berdiri pada tanggal 16 Juni 1982 bergerak sebagai pengelola seluruh
aset-aset perusahaan baik berupa produk ataupun jasa yang memiliki logo
seperti Gambar 2. 9. PT KIEC telah berhasil mengembangkan berbagai macam
bisnis, seperti properti industri, properti komersial, dan properti residensial.

Gambar 2. 9. Logo PT Krakatau Industrial Estate


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

10. PT Krakatau Medika (PT KM)


PT Krakatau Medika berdiri pada tanggal 28 Februari 1996 dan memiliki nama
unit Rumah Sakit Krakatau Steel yang berada di Komplek Industri Cilegon dan
terletak pada perbatasan tempat rekreasi dan pada tanggal 2 Juli 2003 berubah
nama menjadi Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) yang memfasilitasi
kesehatan bagi karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan anak
perusahaannya serta bagi masyarakat umum. Kapasita Rumah sakit adalah
209 tempat tidur dengan luas bangunan 21.500 m2 dengan logo pada Gambar
2.10.

Gambar 2. 10. Logo PT Krakatau Medika


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

11. PT Krakatau National Resource


PT Krakatau National Resources merupakan perusahaan penyedia bahan baku
industri baja dan industri terkait serta trading bahan mineral & batubara industri
dan baja baik lokal maupun orientas ekspor dengan lambang perusahaannya
pada Gambar 2. 11
.

9
Gambar 2. 11. Logo PT Krakatau National Resources
Sumber :PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

2.1.2. Profil Perusahaan


Berikut disajikan profil perusahaan dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Alamat
Lokasi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah:
a. Kantor Cilegon
Alamat : Krakatau Industrial Estate, Jl. Industri No.5 Cilegon,
Banten, Indonesia (42435) PO.Box 14 Cilegon.
Telepon : (0254) 392000 (hunting)
E-mail : info@krakatausteel.com
b. Kantor Jakarta
Alamat :Wisma Baja, Jl. Gatot Subroto Kav. 54, Jakarta, Indonesia
PO. Box 1174 JKT
Telepon : (021) 5221255 (hunting),
E-mail : info@krakatausteel.com
Letak perusahaan ini berdasarkan peta dapat dilihat pada Gambar 2. 12.

Gambar 2. 12 Letak Geografis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

2.1.3. Lokasi Perusahaan


PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Cilegon terletak sekitar 110 Km dari Jakarta
dengan luas keseluruhannya 350 hektar. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memiliki

10
dua kantor, yang bertempat di Cilegon dan Jakarta. Pabriknya sendiri berada di
Cilegon dengan peta plant produksinya pada Gambar 2. 13.

Gambar 2. 13. Peta tiap divisi di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

Berikut pertimbangan-pertimbangan yang ada dalam pemilihan lokasi pabrik


adalah:
- Dekat dengan laut, dimana berfungsi dalam memudahkan pengangkutan
bahan baku serta produk menggunakan kapal
- Dekat dengan daerah pemasaran (Ibukota)
- Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup atau bisa dikatakan sangat luas
- Sumber air yang memadai
- Adanya jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk
pengangkutan

Sedangkan adanya tata letak pabrik bertujuan sebagai berikut:


- Memudahkan jalur transportasi dalam pabrik untuk menunjang proses produksi
dan pengangkutan bahan baku serta produk.
- Memudahkan pengendalian proses produksi. Karena adanya pengelompokkan
peralatan dan bangunan selektif berdasarkan proses masing-masing.
- Adanya bengkel dalam kawasan pabrik sehingga memudahkan perbaikan
perawatan dan pembersihan alat.

11
- Jalan yang cukup luas sehingga memudahkan pekerja bergerak dan menjamin
keselamatan kerja karyawan.
Pada lokasi kerja praktek yang dijalankan ditempatkan pada pabrik CRM (Cold
Rolling Mill) dengan divisi SCI (Supply Chain and Improvement). Pabrik CRM
menghasilkan baja lembaran dingin. Pabrik ini didirikan pada tanggal 19 Februari
1983 dengan luas pabrik 101.392 m2 di atas tanah yang memiliki luas 400.000 m2.

2.2. Struktur Organisasi


Adapun uraian, wewenang tugas dan dan tanggung jawab pada PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk yang dipimpin oleh Direktur Utama bapak Mas Wigrantoro Roes
Setiyadi adalah sebagai berikut:
1. Direktur Utama
Direktur Utama sebagai pelaksana kebijakan di bidang penyelenggaraan dan
pelaksanaan kegiatan di seluruh pabrik. Bertugas merencanakan,
merumuskan, dan melaksanakan seluruh kebijakan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan perusahaan.

2. Direktur Logistik dan Pengembangan Usaha


Direktur Logistik dan Pengembangan Usaha bertugas sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelian kebutuhan bahan baku atau barang-barang
yang akan digunakan oleh perusahaan.
b. Merumuskan pembelian kebutuhan bahan baku atau barang-barang yang
akan digunakan pada perusahaan.
c. Mengembangkan kebijakan pembelian kebutuhan bahan baku atau
barang-barang yang akan digunakan pada perusahaan.

3. Direktur Produksi dan Teknologi


Direktur Produksi dan Teknologi bertugas sebagai berikut:
a. Merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijakan dibidang
produksi.
b. Merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijakan
mengenai peralatan produksi.
c. Mengoordinasi pelaksanaan produksi.
d. Merencanakan riset untuk pengadaan prasarana penunjang kawasan
industri dan konstruksi.
e. Melaksanakan riset dan pengolahan data untuk pengadaan prasarana
penunjang kawasan industri dan konstruksi.

12
f. Mengembangkan dan mengevaluasi usaha pengadaan prasaran
penunjang kawasan industri dan konstrusi.
g. Merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan produksi serta
meningkatkan produktivitas produksi dan kualitas produk.

4. Direktur Pemasaran
Tugas-tugasnya adalah Merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan
kebijakan di bidang pemasaran hasil produksi, baik dalam maupun luar negeri.

5. Direktur Keuangan
Tugas-tugasnya adalah Merencanakan, merumuskan dan mengembangkan
kebijakan di bidang keuangan.

6. Direktur SDM
Direktur SDM bertugas sebagai berikut:
a. Merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan di bidang
personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan latihan kerja.
b. Merencanakan kebijakan dan perkembangan organisasi.
c. Merencanakan dan mengembangkan hubungan kemasyarakatan.
d. Merencanakan dan mengembangkan administrasi pengolahan kawasan
dan keselamatan kerja.

Berikut bagan struktur organisasi yang penulis sajikan adalah bagan organisasi
secara keseluruhan dan lebih spesifik dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Dapat
dilihat pada Gambar 2.14. Sementara bagan struktur organisasi untuk Divisi SCI-
CRM PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (dimana penulis ditugaskan) dapat dilihat
pada Gambar 2.15.

13
Gambar 2. 14. Struktur Organisasi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

Manager

Chieft

Superintenden
Superintenden Superintenden Iron
Database dan
Rolling Mill and Steel Making
Integrasi

Specialist Specialist Specialist

Analyst Analyst Analyst

Gambar 2. 15. Struktur Organisasi Divisi SCI-CRM

14
2.3. Manajemen Perusahaan
2.3.1. Visi dan Misi Perusahaan
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, telah memiliki visi dan misi semenjak
perusahaan ini berdiri. Adapun visi dan misinya sebagai berikut:

A. Visi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk


“Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di
dunia.”
B. Misi
“Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran
bangsa.”
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menerapkan sistem kendali mutu yang ketat dan
selalu berusaha meningkatkan kualitas produknya serta ketepatan dalam
pengiriman barang kepada pelanggan. Terbukti dengan sistem manajemen mutu
produk PT Krakatau Steel (Persero) Tbk telah diakui secara nasional maupun
internasional. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya berbagai sertifikasi mutu
produk seperti ISO 9002, JIS, dan standar SII.
Disamping itu, sistem manajemen mutu lingkungan PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk juga telah mendapat pengakuan secara nasional maupun internasional yaitu
dengan diperolehnya standar ISO 14001 mengenai standar manajemen mutu
lingkungan. Sasaran utama yang ingin dicapai adalah kepuasan pelanggan,
keberhasilan memproduksi baja baik komersial maupun special, efisiensi di segala
bidang, dan menciptakan sumber daya manusia yang professional.
C. Logo Perusahaan dan Budaya Perusahaan
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk pun memiliki filosofi sendiri terhadap logo dan
budaya perusahaan berdasarkan Gambar 2.16.

Gambar 2. 16. Logo PT Krakatau Steel (Persero) Tbk


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

15
Logo PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang didominasi warna merah dan hitam
sebagai lambang kekuatan akan produk baja. Budaya PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk adalah:
1. Competence
Mencerminkan kepercayaan akan kemampuan diri serta semangat untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap mental
demi peningkatan kinerja yang berkesinambungan.
2. Integrity
Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan
dan ketentuan serta undang-undang yang berlaku melalui loyalitas
pekerjaan dalam memperjuangkan kepentingan perusahaan.
3. Reliable
Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon
komitmen dan janji dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan.
4. Innovative
Mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan
baru dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses
dan hasil kerja diatas standar.

2.3.2. Manajemen Sistem Produksi


Sistem produksi yang diterapkan pada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah
sistem produksi flow shop, dimana sistem produksi ini sesuai dengan tipe industri
baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Flow shop adalah langkah operasi yang
sama dikerjakan dengan menggunakan peralatan khusus. Sistem flow shop pun
memerlukan area yang besar dalam proses produksinya. Proses produksi berjalan
dalam posisi tetap berdasarkan lintasan. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Dengan
tipe produksinya adalah MTO (Make to Order) untuk beberapa plant dan MTS
(Make to Stock) pada plant HSM (Hot Strip Mill). MTO sendiri merupakan sistem
pemesanan berdasarkan order dari konsumen spesifikasinya sedangkan MTS
adalah sistem produksi yang melakukan penyimpanan produk jadi untuk
persediaan. Sehingga dapat dihasilkan produk sesuai keinginan konsumen.

2.3.3. Manajemen Sumber Daya Manusia


Management sumber daya manusia di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk diatur oleh
divisi SDM dan Pengembangan Usaha yang bertugas dalam merencanakan,

16
merumuskan, dan mengembangkan kebijakan di bidang personalia, kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan, dan latihan kerja, merencanakan kebijakan dan
perkembangan organisasi selain itu, merencanakan dan mengembangkan
hubungan kemasyarakatan dan juga merencanakan dan mengembangkan
administrasi pengolahan kawasan dan keselamatan kerja.

a. Sumber Daya Manusia


Berdasarkan semua perusahaan yang berdiri pastinya membutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas supaya dapat menunjang kegiatan usaha yang
berjalan dalam mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan. Dalam mencapai
target tersebut, sumber daya pun sangat diperlukan.
Manusia yang merupakan salah satu elemen penting dalam perusahaan.
Tanpa manusia, proses bisnis dalam perusahaan tidak dapat berjalan. Karena
manusia memiliki kemampuan dan potensi sesuai dengan kebutuhan sebagai
sumber daya untuk perusahaan. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memiliki
kurang lebih 4500 karyawan dan di plant CRM kurang lebih 509 karyawan per
bulan Juni 2018 .
PT Krakatau Steel (Persero) memiliki dua jenis sumber daya manusia, yaitu
karyawan organik dan non-organik. Karyawan organik adalah karyawan yang
telah diangkat sebagai karyawan tetap yang telah memenuhi semua
persyaratan tertentu seperti tenaga staf dan karyawan biasa, sedangkan
karyawan non-organik adalah pegawai yang diangkat dalam jangka waktu
tertentu yang termasuk didalamnya karyawan lepas, kontrak dan honorer.

b. Pembagian Jam Kerja


PT Krakatau Steel (Persero) Tbk beroperasi selama 24 jam sehari sehingga
jadwal kerja karyawan terbagi menjadi dua bagian berdasarkan hasil
wawancara dengan analis di divisi SCI, yaitu:
I. Karyawan (Non Shift)
Hari Sabtu dan Minggu merupakan hari libur bagi karyawan non shift.
Karyawan non shift bekerja pada hari weekdays seperti pada tabel 2. 1.
Tabel 2. 1. Jadwal Karyawan Non Shift

Hari Jam Kerja (WIB) Jam Istirahat (WIB)


Senin-Kamis 07.45 – 16.45 11.45 – 12.45
Jum’at 07.45 – 16.45 11.30 – 12.45
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

17
II. Karyawan Shift
Karyawan pada jam Shift ini bekerja secara rutin. Dimana masing-masing
shift bekerja selama 8 jam. Sistem kerja yang dilakukan pun dengan 4
grup shift, dimana dalam sehari 3 grup masuk dan 1 grup lain libur. Sistem
pembagian shift pada Tabel 2. 2.
Tabel 2. 2. Jadwal Karyawan Shift
Shift Jam Kerja (WIB)
1 22.00-06.00 WIB
2 06.00-14.00 WIB
3 14.00-22.00 WIB
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Selain itu, terdapat juga waktu untuk lembur dan waktu cuti bagi karyawan PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk . Waktu untuk lembur dilakukan diluar jam kerja
atas perintah atasan yang berwenang. Untuk waktu cuti dibagi menjadi dua
macam, yakni cuti tahunan dan cuti besar. Cuti tahunan adalah masa cuti
selama 12 hari kerja yang tidak dapat digantikan dengan uang dan cuti besar
diberikan 4 tahun sekali dengan lama cuti selama 1 bulan.

18
BAB 3

TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis Perusahaan

Proses bisnis adalah kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan bisnis.
Cakup proses bisnis ini mulai dari lingkungan internal organisasi, tetapi mengacu
pada pihak customer atau mitra bisnis sehingga mencapai suatu tujuan bisnis yang
diinginkan.

Analisis Computer Integrated Manufacturing for Open System Architecture


(CIMOSA) merupakan salah satu model proses bisnis dimana didalamnya
terdapat berbagai elemen proses bisnis yang saling terkait dan terintegrasi satu
sama lain (Roger, 1997). Pada Gambar 3. 1. akan dijelaskan terkait tentang
CIMOSA:

Gambar 3. 1. Cimosa Proses Bisnis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

CIMOSA terdiri dari tiga proses utama yaitu manage process, core process, dan
support process yang masing-masing mempunyai subprocess. Berikut akan
dijelaskan untuk menjelaskan analisis proses bisnis PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk dengan menggunakan model CIMOSA.
1. Manage Process didalamnya terdapat Set Direction, Set Strategy dan Direct
Business.
- Set Direction: seperti visi dan misi perusahaan, terdapat 5 komisaris dan 6
direktur.

19
- Set Strategy: mengutamakan pelayanan kepada customer dengan
pelayanan yang baik sehingga jumlah pesanan terus meningkat, layanan
yang baik seperti tepat waktu dalam pengiriman barang, peningkatan
kualitas produksi oleh divisi QC, pemakaian sistem M-T-O yang disesuaikan
dengan kapasistas produksi agar permintaan dapat dipenuhi.
- Direct Businees : berfungsi untuk memaksimalkan kinerja seluruh karyawan
dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi produksi, dan menggunkan agen
distributor dalam menjalankan proses bisnis dari produk baja.
2. Core Business Process di dalamnya terdapat Develop Product, Get Order,
Fulfill Order, dan Support Product.
- Develop Product: Bagian ini memiliki kegiatan yaitu PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk menerima pesanan dari berbagai industri seperti otomotif,
kaleng, peralatan rumah tangga, dan lain-lain, dan perusahaan melakukan
uji sifat produk di laboratorium dan pengendalian kualitas oleh bagian Quality
Control.
- Get Order: perusahaan melakukan kontrak dengan customer dengan
persetujuan bagian penjualan, technical service, dan Quality Assurance
(QA), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melakukan penawaran melalui
website, permintaan kostumer dapat melalui agen distributor yang bekerja
sama dengan perusahaan.
- Fulfill Order: Perusahaan memaksimalkan bagian produksi dalam
menghasilkan produk baja dengan sistemnya yaitu make to order,
perusahaan mempunyai dua pemasok yaitu melalui impor bahan baku dari
luar negeri dan pengirimannya dari Krakatau Posco, dan proses pengiriman
barang dalam pabrik menggunakan transportasi truk.
- Support Product: perusahaan dapat melakukan negosiasi dengan pihak
kostumer bila terjadi cacat pada produk.
3. Support Process: didalam support process terdapat Human Resources
Management, Financial Accounting, Information Technology, Maintenance
Management.
- Human Resource Management: HRM ini melakukan perekrutan karyawan
baru yang dilakukan dengan publikasi melalui iklan-iklan lowongan
pekerjaan dan para pelamar yang akan diseleksi melalui tes-tes, serta
pelatihan dan pendidikan secara berkelanjutan.

20
- Financial Accounting: terdapat laporan keuangan bulanan dan input output
produksi perusahaan.
- Information Technology : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mempunyai
database untuk setiap proses produksi produk baja dan persediaan barang.
- Maintenance Management: adanya perawatan mesin-mesin produksi agar
produk cacat berkurang.
3.2. Produk yang Dihasilkan
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sendiri memiliki unit-unit produksi yang memang
setiap unitnya menghasilkan produk yang berbeda tetapi tetap saling menunjang
bagi unit produksi lainnya, namun ada beberapa unit (plant) yang juga langsung
menghasilkan produk yang siap untuk dijual seperti plant HSM (Hot Strip Mill),
WRM (Wire Rod Mill), dan CRM (Cold Rolling Mill). Dibawah ini akan dijelaskan
produk yang dihasilkan dari setiap unit produksinya, yaitu:
A. Direct Reduction Plant (DRP)
DRP adalahipabrik yang mengolah Iron Ore Pellet (IOP) menjadi Sponge Iron
(besi spons). Pengelolaan bahan utama biji besi ini dalam bentuk pellet hingga
menjadi besi spons yang berbentuk pellet juga. Pabrik besi spons ini terdiri dari
Pabrik besi spons dengan teknologi Hylsa yaitu teknologi HYL-I dan teknologi
HYL-III. Hasil produksi dari pabrik besi spons digunakan sebagai bahan baku
pembuatan baja yang nantinya akan dikirim ke Slab Steel Plant dan Billet Steel
Plant berupa slab dan billet.
B. (Slab Steel Plant/SSP)
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memiliki dua pabrik baja slab, yaitu Slab Steel
Plant I (SSP I) dan Slab Steel Plant II (SSP II). SSP I mempunyai tempat
berkapasitas 130 ton/heat dengan empat dapur baja listrik dan dua mesin
concast (mesin tuang kontinyu) serta ladle furnace. Sedangkan SSP II hanya
memiliki dua dapur baja listrik, satu mesin concast, ladle furnace, dan RH-
vacuum degassing. Produk yang dihasilkan plant ini pada Gambar 3. 2.

Gambar 3. 2. Hasil akhir produksi Slab Steel Plant


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

21
C. Baja Billet (Billet Steel Plant/BSP)
Pabrik Billet baja merupakan pabrik yang membuat baja dalam bentuk
batangan. Penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan baja profil, baja
tulang beton, dan baja kawat. Bahan utama pabrik ini adalah besi spons, besi
tua (scrap), dan paduan ferro yang dilebur dan diolah di dalam dapur listrik
(Electric Arc Furnace) untuk dicairkan. Produk akhir plant ini pada Gambar 3.
3

Gambar 3. 3. Hasil akhir produksi Pabrik Billet Baja


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
D. Baja Batang Kawat (Wire Rod Mill/WRM)
Penggunaan bahan setengah jadi dari pabrik Billet sebagai bahan baku utama
untuk diolah menjadi baja kawat. Dengan berbagai macam variasi produk
batang kawat yang dihasilkan. Hasil plant ini pada Gambar 3. 4.

Gambar 3. 4. Hasil akhir produksi Wire Rod Mill Plant


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
E. Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill/HSM)
Pada pabrik atau Plant Hot Strip Mill ini terdiri dari Rolling Mill yang
memproduksi Coil, Shearing Line, dan Skin Pass Mill yang masing – masing
memproduksi plate. HSM (Hot Strip Mill) beroperasi untuk mengolah bahan
slab yang berasal dari SSP menjadi lembaran baja selanjutnya dengan

22
spesifikasi yang berbeda. Hasil dari plant HSM yaitu Hot Strip Coil dan Hot
Strip Sheet dapat dilihat pada Gambar 3. 5.

Gambar 3. 5. Hasil akhir produksi Hot Strip Mill Plant


Sumber:PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
F. Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill/CRM)
Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) merupakan plant yang menghasilkan baja
lembaran tipis seperti plant HSM, tetapi hasil produksinya lebih tipis, dengan
proses tarik dan tekan yang merupakan proses lanjutan dari baja produksi HSM.
Hasil akhir plant CRM berupa coil maupun sheets dapat dilihat pada Gambar 3.
6.

Gambar 3. 6. Hasil akhir produksi Cold Rolling Mill Plant


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Penggunaan produk unit pabrik Cold Rolling Mill PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk yang memproduksi produk Cold Roll Coil dan Cold Roll Sheet dapat
dilihat pada Gambar 3. 7. Sampai Gambar 3. 9.

Gambar 3. 7. Penggunaan pada Industri Otomotif


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

23
Gambar 3. 8. Penggunaan pada produksi pelat-timah
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

Gambar 3. 9. Penggunaan pada produksi seng


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

3.3. Proses Produksi

Proses Produksi adalah suatu rangkaian aktivitas untuk menciptakan suatu produk
melalui tahapan – tahapan proses dari bahan baku yang melalui serangkaian
proses baik secara kimia maupun fisik hingga menjadi produk setengah jadi
maupun produk jadi. Proses produksi dalam suatu industri manufaktur biasanya
terpadu dan terstruktur tahapan prosesnya berdasarkan peta proses dan aliran
materialnya. Kemudian juga pasti ada dilakukan proses pengecekan untuk
memastikan produk yang dihasilkan semaksimal mungkin tidak ada kecacatannya.

Berikut akan dijelaskan proses produksi di setiap unit produksi di PT Krakatau


Steel (Persero) Tbk pada sub – sub bab

24
3.3.1. Proses Produksi Besi Spons (Direct Reduction Plant/DR)

Gambar 3. 10. Proses produksi pabrik besi spons


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Direct Reduction Plant adalah plant yang mengolah bahan Iron One Pellet (IOP)
dan menghasilkan Sponge Iron (besi spons). Menghasilkan besi spons berbentuk
pellet yang bahan utamanya biji besi dalam bentuk pellet juga. Pabrik besi spons
beroperasi dengan menggunakan dua reactor tegak dengan proses kontinyu.
Teknologi (HYL-III) di dalam plant ini berkapasitas produksi 1,35 juta ton besi
spons per tahun, untuk memenuhi kebutuhan besi spons tambahan dibantu
dengan Blast Furnace dengan kapasitas 2 juta ton per tahun.
Pengerjaan HYL-III secara umum terdiri dari tiga ruang utama, yaitu ruang proses
reformasi, ruang proses reduksi, dan ruang proses penunjang. Proses reformasi
merupakan reaksi antar natural gas dengan steam yang terjadi didalam pipa-pipa
katalis dalam reformer. Sedangkan, reduksi adalah reaksi biji besi dan gas proses
yang terjadi didalam reactor. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3. 10. Hasil
produksi dari pabrik besi spons digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja
yang nantinya akan dikirim ke Slab Steel Plant dan Billet Steel Plant berupa Slab
dan Billet.

25
3.3.2. Proses Produksi Slab Baja (Slab Steel Plant/SSP)

Gambar 3. 11. Aliran proses produksi Slab Steel Plant


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Proses produksi plant SSP dapat dilihat pada Gambar 3. 11. Dimulai dari proses
pencampuran bahan – bahan utama hingga proses pencetakannya di mesin
Continuous Casting Machine. Di dalam unit produksi ini terdapat dua pabrik
dengan ukuran produk yang berbeda yang dihasilkan oleh pabrik SSP I dan SSP
II. Pembuatan slab baja sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pembuatan billet
baja, yang membedakan adalah komposisi kadar spons dan scrap. Jika pada Billet
baja proporsi spons:scrap yaitu 60:40 pada slab kadarnya mencapai 80:20. Pabrik
slab baja menghasilkan lembaran baja yang bahan utamanya adalah besi spons
dan scrap ditambah dengan batu kapur, serta dicampur dengan unsur-unsur lain
seperti C, Fe, dan Si. Plant ini memanfaatkan peleburan ulang baja-baja reject
(rusak) dari pabrik-pabrik lain seperti Hot Strip Mill (HSM), Cold Rolling Mill (CRM),
dan Wire Rod Mill (WRM). Pabrik ini memproduksi baja slab dengan ukuran:tebal
200 mm, lebar 950–2080 mm, dan panjang maksimum 12.000 mm, dengan berat
maksimum 30 ton. Baja yang dihasilkan dari SSP ini merupakan baja ultra low
carbon dengan kandungan gas terlarut (hidrogen dan nitrogen) relatif rendah. Hasil
produksi SSP ini kemudian dikirim ke HSM. Kapasitas saat ini adalah 2.4 juta mtp.

3.3.3. Proses Produksi Baja Billet (Billet Steel Plant/BSP)

26
Gambar 3. 12. Proses pembuatan baja billet
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Pabrik baja billet ini memproses baja batangan yang digunakan sebagai bahan
utama untuk pembuatan baja profil, baja tulang beton, dan baja kawat. Bahan baku
plant ini adalah besi spons, besi tua (scrap), dan paduan ferro yang dilebur dan
diolah di dalam dapur listrik (Electric Arc Furnace) untuk dicairkan. Setelah
mencair, selanjutnya baja di tuang dalam cetakan atau sebuah mesin pengecoran
kontinyu (Continuous Casting Machine) sehingga menjadi bilet baja hal ini dapat
dilihat pada Gambar 3. 12. Pabrik BSP mempunyai empat buah dapur listrik
dengan kapasitas 65 ton baja cair atau Billet Continuous Casting. Kapasitas pabrik
BSP adalah 600.000 ton/tahun. Pabrik ini menggunakan sumber radioaktif untuk
mengukur level dari baja cair. Penampang billet pada pabrik baja ini diproduksi
dalam tiga macam ukuran yaitu 110 x 110 mm, 120 x 120 mm dan 130 x 130 mm
dengan standar panjang 9 m dan 12 m. Hasil dari pengolahan pabrik billet baja ini
dipakai untuk bahan baku wire rod bar dan section mill.

3.3.4. Proses Produksi Baja Batang Kawat (Wire Rod Mill/WRM)

Proses produksi pabrik ini dimulai dari bahan baku billet baja masuk ke mesin WB
Reheating Furnace, kemudian mulai proses pengerolan bahan baku billet secara
bertahap memasukin Cantilever Pre Roughing Mill, Roughing Mill, Intermediate
Mill sampai penggulungan Wire Rod sesuai pada Gambar 3. 13.

Pabrik ini menggunakan bahan setengah jadi dari pabrik Billet sebagai bahan baku
utama untuk diolah menjadi batang baja kawat. Kapasitas produksi saat ini
sebesar 450.000 ton/tahun batang kawat baja. Dengan variasi produk :
1. Batang kawat karbon rendah.
2. Batang kawat untuk graphite electrode las.
3. Batang kawat untuk cold heading diameter 5,5mm, 8mm, 10mm, dan 12mm.
Penampang 110 x 110 mm. Panjang 10m. Berat 900 kg.
Produk-produk pabrik batang kawat juga merupakan bahan baku dari pabrik-
pabrik seperti pabrik mur dan baud, kawat las, kawat paku, tali baja, dan lain
sebagainya.

27
Gambar 3. 13. Aliran proses produksi Wire Rod Mill
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
3.3.5. Proses Produksi Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill/HSM)

Gambar 3. 14. Aliran proses produksi Hot Strip Mill


Sumber:PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Pada pabrik atau Plant Hot Strip Mill ini terdiri dari Rolling Mill yang memproduksi
Coil, Shearing Line, dan Skin Pass Mill yang masing – masing memproduksi plate.
HSM (Hot Strip Mill) beroperasi untuk mengolah bahan slab yang berasal dari SSP
menjadi lembaran baja selanjutnya dengan spesifikasi yang berbeda, dimulai dari
proses pemanasan awal kembali bahan plate. Setelah bahan baku panas
dilakukan reduksi ketebalan dengan pengerolan, kemudian didinginkan baja yang
telah menipis. Proses terakhir bahan di gulung di mesin down coiler. Semua proses
ini dapat dilihat pada Gambar 3. 14.

28
Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1983 dan menggunakan teknologi SMS
yang berasal dari Jerman. Pada pabrik ini terjadi pemrosesan baja panas hingga
pada suhu ± 1250 ºC.
Terdapat tiga jenis produk yang dapat dihasilkan pada pabrik HSM ini, antara lain
adalah:
1. Coil, yang memiliki spesifikasi:
 Ketebalan : 1,8 – 25 mm
 Lebar : 600 – 2080 mm
 Diameter (inner) : 760 mm
 Diameter (outer) : 2200 mm
 Berat : 5 – 30 ton
2. Plate, dengan ukuran spesifikasi:
 Ketebalan : 1,8 – 25 mm
 Lebar : 600 – 2080 mm
 Panjang : 1500 – 12000 mm
 Berat : 7,5 ton
3. Sheet, dengan spesifikasi ukurannya:
 Ketebalan : 2 – 6 mm
 Lebar : 600 – 2080 mm
 Panjang : 1000 – 6000 mm
Plant Hot Strip Mill (HSM) berkapasitas produksi 2.4 juta ton/tahun. Control set up
computer merupakan pengandalian proses yang berlangsung secara otomatis.
Hal ini dapat menjamin kualitas produk yang didapatkan dalam hal kekuatan
mekanik, toleransi ukuran, maupun kualitas bentuk (shape).
Pemanfaatan radioaktif digunakan untuk mengukur ketebalan dan profil strip
bertujuan mengatur posisi slab dalam furnace. Selain itu juga, pabrik ini
menghasilkan strip dengan ketebalan 2 mm sampai dengan 25 mm, lebar 500 mm
sampai 2080 mm. Kapasitas terkini adalah 2.400.000 mtpy.

3.3.6. Proses Produksi Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill/CRM)


Plant Cold Rolling Mill (CRM) merupakan pabrik yang menghasilkan baja lembaran
tipis seperti plant Hot Strip Mill, tetapi hasilnya lebih tipis, dengan proses tarik dan
tekan yang merupakan pemrosesan lanjutan dari baja produksi Hot Strip Mill.
Pabrik Cold Rolling Mill memiliki proses pengepresan pada tandem Cold
Reduction Mill sampai dengan 92% dari ukuran ketebalan semula dari HSM.

29
Proses awal sebelum di tipiskan, baja slab harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan tangki yang berisi dengan HCl, dan kemudian dilakukan
proses pemanasan dengan menggunakan Batch Annealing Furnace dan
Continous Annealing Line hingga menghasilkan produk yang diinginkan sesuai
permintaan konsumen (make to order). Dan dengan dilengkapinya teknologi
CLECIM dari Perancis, dimana dapat menghasilkan kapasitas produksi 850 ribu
ton per tahun. Pada Gambar 3. 15. Merupakan alur dari proses produksi baja
lembaran dingin (CRM)

HSM Keterangan
Full Hard
Soft
CPL
Pickle Oil

CTCM
TBI 0.4 mm
0.6 mm
BAF TPM PRP
> 0.6 mm
REC
Holding Gudang
ECL 1 Area Coil
0.4 mm SHR
ECL 2
> 0.4 mm

CAL

Gambar 3. 15. Bagan Proses Produksi Cold Rolling Mill


A. Continuous Picking Line (CPL)
Sebelum masuk ke dalam CPL, coil yang akan di proses disimpan terlebih
dahulu pada gudang penyimpanan (N-1 yard) yang terletak pada bagian
selatan CPL. CPL berfungsi untuk membersihkan lapisan oksida yang
berasal dari permukaan Hot Rolled Coil (HRC) yang merupakan produksi
pabrik HSM dan menjadi bahan baku bagi pabrik CRM. Proses pembersihan
ini dilakukan dengan melewatkan 4 tangki yang berisikan HCl sehingga
permukaan menjadi bersih. Kemudian pinggiran lembaran baja diratakan
dan dipotong untuk diproses pada tahapan Tandem Cold Reduction Mill.
Limbah cairan pembersih yang disebut waste pickle liquour diolah kembali
menjadi regenerated acid dan oksida besi. Oksida besi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk bahan pewarnaan dan ferrite.

30
RINSING
SECTION
PICKLING SCALE
TANKS BREAKER
DRYER
PREPARATION
FLASH SECTION
SIDE BUTT WELDER
TRIMMER
MAGNETIC
THREADING
OILER
ROLLS
RECOILER

ENTRY ACCUMULATOR

SCRAP PROCESSOR
CHOPPER

Gambar 3. 16. Skema proses Continuous Pickling Line (CPL)


Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Proses yang terjadi pada CPL adalah kontinu dapat dilihat pada Gambar 3.
16 dan peta proses operasi untuk lini pada Lampiran 1. Disini juga terjadi
proses penyambungan berupa pengelasan (welding) antara coil yang baru
datang dengan yang di proses dengan cara menyambungkan ekor coil
dengan kepala coil menggunakan electric welding yang cukup besar.
Setelah proses pembersihan selesai maka dilakukan proses penggulungan
untuk disimpan di N-2 yard dan di proses di unit selanjutnya yakni
Continuous Tandem Cold Mill.
B. Continuous Tandem Cold Mill (CTCM)
Proses yang terjadi pada CTCM adalah pengurangan ketebalan besi sesuai
dengan pesanan yang diinginkan dan permukaan yang halus dan padat
tanpa menggunakan proses pengapian, tetapi masih menggunakan proses
pemanasan dengan air dan gas yang sudah diatur pemanasannya sebesar
maksimum 41oC. Pada CTCM terdapat 5 mesin penipis yang memiliki
kekuatan yang sama tetapi tekanan penipisan yang dilakukan berbeda.
Mesin pertama yang digunakan untuk menipiskan lembaran besi memiliki
kekuatan penipisan lebih kecil dari mesin selanjutnya, karna mesin pertama
tujuannya lebih kepada menjepit lembaran besi dan untuk mesin ke 2 sampai
mesin ke 5 semakin lama tekanan mesin yang diberikan kepada lembaran
besi akan semakin kecil pada mesin selanjutnya sesuai dengan pengaturan
mesin yang dilakukan. Hasil dari proses Continuous Tandem Coil Mill
(CTCM) terhapat prodak yang langsung dapat memenuhi kebutuhan
konsumen yaitu PT BSI (Blue Scope Indonesia) dengan spesifikasi produk
full hard (FH), dimana FH adalah coil yang sudah bersih (Mill Clean) serta

31
memiliki ketebalan ≥ 0,4 mm. Sedangkan untuk ketebalan < 0,4 mm harus
melewati mesin ECL 1 untuk dibersihkan dari kotoran minyak dan partikel-
partikel yang menempel di coil. Keuntungan dari proses penipisan pada
CTCM adalah :
a. Mutu coil yang didapatkan akan lebih baik, karena seluruh proses
reduksi ketabalan baja dilakukan langsung pada satu proses.
b. Pembebanan kerja yang lebih optimal pada alat pemutar rol pada
masing-masing unit pengerolan, karena setiap unit diatur untuk
memproses pada ketebalan tertentu.
c. Penambahan dan pengurangan kecepatan pada setiap coil nya hanya
dilakukan satu kali saja, karena mengurangi atau menambah kecepatan
yang dilakukan berulang kali dapat menyebabkan putusnya lembaran
baja.
Spesifikasi yang dimiliki oleh mesin CTCM adalah :
a. Kecepatan rolling maksimum : 1980 rpm
b. Tenaga rolling maksimum : 2500 MT
c. Tekanan maksimum : 215 bar
d. Berat coil maksimum untuk diproses : 23,4 MT
e. Motor Penggerak
Stand 1 : 2 x 1900 kW = 3.800 kW
Stand 2-5 : 3x 1.900 kW = 5.700 kW
f. Tension reel : 8,8 MT
g. Rasio pengurangan ketebalan maks : 92%
h. Ketebalan strip
Entry Side : 1,8 – 6 mm
Delivery Side : 0,18 – 3 mm
Lebar Strip : 600 – 1300 mm
i. Ukuran Coil
Entry Side I.D : 610 mm
Entry Side O.D : 1000 – 2000 mm
Delivery Side I.D : 420 - 508 mm
Delivery Side O.D : 1000- 2000 mm
j. Kapasitas Mill
907.575 MT/tahun : 64.830 coil/tahun
75.630 MT/bulan : 5.400 coil/bulan

32
1.000 MT/shift : 70 coil/shift
C. Electrolytic Cleaning Line (ECL)
Electrolytic Cleaning Line (ECL) pada dasarnya berfungsi untuk
menghilangkan sisa lapisan minyak dan oli yang ada di permukaan lembaran
baja. ECL menggunakan arus listrik dengan densitas yang tinggi sehingga
proses elektrolisis berlangsung untuk mengangkat dan menghilangkan
lapisan minyak dan gemuk. Pabrik CRM memiliki 2 ECL yang masing-
masing memiliki aktivitas yang berbeda. Perbedaan antar keduanya adalah
pada tabel strip yang di proses. Pada hasil proses ECL ada yang langsung
masuk ke proses BAF jika masih berbentuk soft dan ada juga yang langsung
di jual ke konsumen jika sudah berbentuk full hard.
Proses di ECL berlangsung di dalam larutan sabun panas yang mengandung
alkalin. Di dalam larutan elektrolit ini lembaran baja dihubungkan dalam
salah satu kutub listrik dari generator. Proses pembersihan dilakukan secara
elektrolit dengan menggunakan larutan alkaline tanpa mengubah struktur
fisik atau mekanis logam. Selain itu, ECL berfungsi untuk mengendalikan
konsentrasi larutan cleaning, pemotongan sisi, tension coilig, dan
kebersihan strip dari kotoran akibat proses penipisan, dan juga tempat
finishing process. Dalam sistem rol bermuatan di mana lembaran baja di
lewatkan pada rol, arus listrik mengalir saat lembaran baja menyentuh rol.
Proses pengangkatan kotoran berlangsung saat permukaan atas dan bawah
lembaran baja melewati rol atas dan bawah. Setelah melewati ECL, coil siap
untuk diproses lebih lanjut di tungku Batching Annealing Furnace (BAF)
untuk coil yang soft dan coil yang fullhard bisa langsung digulung lalu di
packing dan masuk gudang dan siap dikirim ke konsumen.
D. Batch Annealing Furnace (BAF)
Coil yang telah dirol dingin pada ECL atau CTCM selanjutnya harus
dipanaskan dan didinginkan terlebih dahulu secara bertahap di udara
(annealing process) di tungu annealing yang berbentuk lonceng. Lembaran
baja yang telah mengalami proses penarikan dan pengerasan di unit
pengerolan tidak cocok untuk dicetak. Oleh karena itu lembaran baja harus
melalui proses perlakuan panas suhu antara 5900 C – 7000 C untuk
mendapatkan sifat-sifat baja yang tepat, baik dari segi keuletan, kemampuan
tarik yang lebih panjang, kehalusan permukaan dan kemampuan cetak untuk
proses selanjutnya.

33
Tungku annealing terdiri dari bagian dasar, selubung tungku, selubung
dalam, selubung pemisah, gas pendukung produksi, peralatan kontrol dan
pengukuran elektrik, unit pengubah panas dan bahan bakar minyak. Pada
proses ini beberapa coil ditumpuk di dasar dan udara di dalamnya disegel
oleh selubung dalam. Tumpukan selanjutnya di panaskan oleh bahan
pembakar yang melingkar di selubung luar. Alat penghembus di dasar
tungku meratakan distribusi panas dalam tungku. Selubung dalam alat
menyerap panas dari selubung luar dan suhu di dalamnya akan mengontrol
secara otomatis. Setelah dipanaskan beberap saat selubung luar diangkat
dan proses pendinginan dimulai. Selubung pendingin selanjutnya
ditempatkan di luar selubung dalam dan udara (temperatur kamar)
dihembuskan di antara dua selubung tadi. Selubung pendingin menyerap
panas dari selubung dalam dengan bantuan kipas. Ketika suhu bagian luar
coil sudah dibawah 5000 C, pendinginan yang cepat dimulai dengan gas
pendingin atau apabila temperatur coil sudah mencapai 1400C , selubung
luar diangkat dan tumpukan dapat dipindahkan. Untuk mendukung proses
annealing dan untuk mendapatkan sifat-sifat yang tepat, dibutuhkan gas
pendukung dan ruang pasca pendinginan. Gas pendukung ini terdiri dari gas
pemurnian, yaitu HNX 5% H2 dengan titik embun 00C. Ruang paska
pendinginan digunakan untuk menyimpan coil setelah proses annealing.
Disini tekanan udara dan kondisi kelembaban di jaga dalam suhu 450C
dengan kipas yang terdapat pada ruang paska pendinginan.

E. Continuous Annealing Line (CAL)


Unit-unit CAL ini berfungsi untuk menghaluskan lembaran baja setelah
mengalami proses pengurangan ketebalan di TCM. Struktur Kristal baja
mengalami penarikan, pemecahan, dan pengerasan. Dalam proses
annealing ini lembaran baja dipanaskan sampai dengan suhu 700oC selama
beberapa saat lalu di dinginkan perlahan-lahan. Proses CAL ini terdiri dari
beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian Penerimaan (Awal)
b. Bagian Pengompresan
c. Bagian Akhir
d. Sistem Kontrol
Selain itu fungsi lain dari proses continous annealing line (jeat treatment)
antara lain:

34
a. Membersihkan strip dari sisa-sisa oil yang masih menempel.
b. Memperbaiki sifat mekanis baja setelah melewati pengerjaan dingin.
c. Memperbaiki bentuk permukaan strip.
F. Temper Pass Mill (TPM)
Prinsip pengerolan di TPM hampir sama dengan prinsip pengerolan di
CTCM, hanya bedanya pada TPM ini ditujukan untuk mendapatkan
karakteristik mekanik dan bentuk permukaan tertentu. Serta memperbaiki
bentuk lembaran bajanya. Pengukuran pengurangan ketebalan yang terjadi
adalah maksimal 5%. Adapun fungsi dari pengerolan temper adalah:
a. Menstabilkan dan merubah sifat metalurgi baja.
b. Memperbaiki bentuk lembaran baja.
c. Merubah pola dan tekstur permukaan lembaran baja.
G. Cold Rolling Finishing (CRF)
Lembaran baja yang keluar dari TPM kemudian di proses sesuai dengan
permintaan konsumen. CRM mempunyai empat pemrosesan akhir, masing
– masing adalah :
1. Preparation Line (PRP)
Unit ini adalah proses lanjutan Mill sebelumnya yaitu Mill TPM, merupakan
inspeksi akhir dari proses lembaran baja dengan ketebalan 0,18 – 0,6 mm.
Coil dilakukan pengecekan/pemeriksaan dari ukuran tebal, lebar, oiling,
packing, dan pemeriksaan lainnya untuk memastikan kalau spesifikasi coil
sudah sesuai dengan spec yang diminta oleh konsumen. Jika sudah sesuai
dengan spec yang diminta, coil tersebut di packing kemudian di kirim ke
Holding Area dan siap untuk di kirim ke konsumen.
2. Recoiling Line (REC)
Unit ini adalah proses lanjutan Mill sebelumnya yaitu Mill TPM, merupakan
inspeksi akhir dari proses lembaran baja dengan ketebalan >0,6 mm. Coil
dilakukan pengecekan/pemeriksaan dari ukuran tebal, lebar, oiling, packing,
dan pemeriksaan lainnya untuk memastikan kalau spesifikasi coil sudah
sesuai dengan spec yang diminta oleh konsumen. Jika sudah sesuai dengan
spec yang diminta, coil tersebut di packing kemudian di kirim ke Holding Area
dan siap untuk di kirim ke konsumen.
3. Shearing Line (SHR)
Bagian ini memproses coil denganimemotongnya menjadi lembaran –
lembaran dengan panjang tertentu. Disini sisi lembaran baja juga dapat

35
diratakan sesuai dengan keinginan konsumen. Selanjutnya, lembaran
diperiksa setelah pemotongan dan lembaran baja yang dimensinya tidak
tepat akan di buang menjadi scrap.
4. Slitting Line
Unit ini berfungsi untuk memotong coil dengan ukuran lebar tertentu. Coil di
iris menjadi beberapa buah coil dengan lebar tertentu tergantung
pemesanan konsumen.
Output utama dari pabrik CRM ini ada 2 macam bentuk yaitu:
- CRC (Cold Roll Coil) yang bentuk akhirnya berupa gulungan baja.
- CRS (Cold Roll Sheet) yang bentuk akhirnya berupa lembaran- lembaran
baja.
Jika berdasarkan ukurannya, output CRM bisa di bagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Lite, yaitu baja dengan ukuran ketebalan ≤0,2 mm dengan kapasitas
produksi 500 ton/shift.
2. Medium, yaitu baja dengan ukuran ketebalan 0,21 – 0,59 mm dengan
kapasitas produksi 700 ton/shift.
3. Heavy, yaitu baja dengan ukuran ketebalan ≥0,6 mm ke atas dengan
kapasitas produksi 1300 ton/shift.
Pembuatan produk akhir CRM ini tergantung pada demand atau permintaan
konsumen, jadi tidak tetap perbulannya jumlah CRC dan CRS yang akan
diproduksi. Selain itu, tidak semua output akhir CRM harus melewati
keseluruhan unit proses produksi yang ada di CRM, karena setiap quality
code mempunyai flow/alur proses masing-masing. Ada produk yang setelah
diproses di lini CPL lalu masuk ke lini CTCM, kemudian itu masuk ke dalam
warehouse (finished good) dan siap untuk dijual atau dikirim ke konsumen
dan ada pula yang masuk ke CPL lalu ke TCM, BAF, TPM, PRP baru
kemudian masuk ke warehouse (finished good).

H. Utilitas Waktu pabrik CRM


Utilitas waktu adalah nilai tambah barang atau jasa karena lebih cepat atau
ada saat barang tersebut dibutuhkan. Pada pabrik CRM memiliki utilitas
waktu yang disebut dengan Calendar Time. Calendar Time merupakan
penjumlahan antara working time ditambahkan dengan shutdown time dan
force meajure. Sebelumnya, akan dijelaskan terlebih dahulu seputar
Calendar Time melalui Gambar 3. 17.

36
Overhau
l
Preventif
Shutdown Prepare
time
Friday
Plant Set
Up
Calendar Idle
Time Working Time
Delay
Time Set Up
Time
Breakdown
Loading Time
Force Time Operating
Meajure Time

Gambar 3. 17. Bagan dari Calender Time

Calendar Time dibagi tiga yaitu, Shutdown Time, Working Time dan Force
Meajure. Dimana shutdown time adalah waktu yang ada untuk
mengistirahatkan mesin produksi untuk proses perbaikan maupun
perawatan secara berkala atau periodik. Didalam shutdown time sendiri
memiliki beberapa proses untuk berbagai mesin yang berbeda, yaitu:
- Overhaul = keadaan mesin untuk off dengan jangka waktu
yang relatif panjang untuk melakukan perawatan dan perbaikan mesin
produksi (kurang lebih 20 hari).
- Preventif prepare = proses persiapan yang dilakukan secara terus
menerus. Proses tersebut terdiri dari proses maintenance maupun
produksi yang dilakukan maksimal 2 shift atau 16 jam.
- Friday = keadaan mesin off pada setiap hari Jumat kurang
lebih 1 jam diperuntukkan juga kepada karyawan operator produksi.
- Plant set up = keadaan mesin off untuk melakukan kegiatan
penyesuaian.
Selain itu, working time adalah waktu yang tersedia untuk proses produksi.
Working time sendiri adalah pengurangan dari calendar time dikurangi
dengan shutdown time. Working time terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Delay adalah unloading time, keadaan mesin saat beroperasi terkendala
terhadap penyediaan bahan baku.
Delay terbagi menjadi 2 juga, yaitu idle time yang berarti terkendalanya
mesin terhadap keterbatasan bahan baku maupun bahan penunjang

37
lainnya. Proses ini mempunyai batas maksimal 13% dari total waktu
produksi. Proses lainnya adalah set up time yang berarti proses persiapan
dari suatu produksi terhadap mesin-mesin yang dipakai. Mulai dari mesin
dinyalakan sampai mesin siap untuk digunakan dalam kegiatan produksi.
2. Loading Time terdiri dari 2 proses waktu, yaitu breakdown time dan
operating time. Breakdown time adalah keadaan mesin yang tiba-tiba
harus berhenti jika mesin produksi tersebut mengalami kerusakan dalam
proses produksi atau memang harus melakukan perbaikan. Operating
time adalah waktu efektif yang diperlukan dalam proses operasi atau
produksi.
3. Force Meajure adalah proses pengistirahatan mesin produksi secara tiba-
tiba disebabkan oleh bencana alam (misal.: gempa bumi, tsunami,
kebakaran,dll)
3.4. Fasilitas Produksi
Dalam proses produksi, perlu adanya fasilitas-fasilitas penunjang produksi. Tata
letak fasilitas secara umum diartikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas
pabrik dalam menunjang kelancaran proses produksi. Keseluruhan fasilitas
tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses produksi sehingga hasil
produksi dapat diproduksi dengan jumlah dan kualitas sesuai dengan yang
diharapkan, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan biaya yang minimal
namun optimal.
Definisi dari fasilitas produksi adalah fasilitas-fasilitas dalam perusahaan yang
sekira mampu mendukung kelancaran jalannya proses produksi. PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk memiliki beberapa aktivitas yang berfungsi untuk
mengoptimalkan kerja di proses produksi. Pada Gambar 3. 18. merupakan
gambaran layout fasilitas produksi. Sedangkan penjelasan masing – masing lini
sudah dijelaskan pada sub – sub bab 3.3.6.

38
MESIN PEMBUAT ALAT WILAYAH PHP
PACKAGING & GUDANG Ke Konsumen
SPARE PART Gudang Finish Product Cold Rolled Coil
Packing Area
N1 Yard W3 – PRP W3 BACS
W3 – REC W3 – SHR
Gudang Preparation
Recoiling Line Shearing Line W3 – SLT
Line
Bahan Slitting Line

Baku CRM CPL Wilayah W3 – N7 Yard


(Cold Continuous Storage Sementara dan Packing Area
Rolling Dari N2/N3
Picking Line
Mill) W3 – TPM
Wilayah W3 – N6 Yard
Temper Pass
-Humadity Room -Storage Sementara
Mill
Ke Konsumen
BAF N5 Yard
Batch Annealing Packing Area & Storage Finish
N2 Yard Furnace Product
Storage Sementara

Roll Shop CAL


HRPO ke N7 Preparation Work Continuo
Roll & Backup Roll ECL2 ECL1 us
CTCM CTCM & TPM N4 Yard Electroliti Electroliti Annealin
Continuous Storage c c g Line
Tandem Cold Mill Sementara Cleaning Cleaning
Line Line

DOWN ENDER MACHINE


N3 Yard
Storage Sementara

Ke N7
Ke N7

Gambar 3. 18. Layout Produksi Plant CRM dengan Aliran Materialnya

3.4.1. Sistem Penanganan Material


Material yang akan diproses memerlukan suatu penanganan. Material bergerak
dari warehouse bahan baku sampai menuju warehouse produk jadi mengalami
perpindahan selain diolah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem penanganan
material. Penanganan material meliputi memposisikan, memasukkan,
memindahkan, menyimpan, memuatkan (loading), membongkar (offloading),
mengidentifikasi dan melacak pergerakan material. Tujuan dari adanya
penanganan material, yaitu:
a) Menjaga dan meningkatkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan
memberi perlindungan pada material.
b) Meningkatkan keselamatan pekerja.
c) Mengurangi beban kerja fisik
d) Mengurangi pemborosan waktu apabila dulunya material masih ditangani
secara manual.
Penanganan material yang ada di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk secara garis
besar terdapat dua macam tipe, yaitu:
1. Internal Transportation

39
Penanganan material yang terjadi di lantai produksi. Jenis material handling
yang ditangani antara lain penyimpanan, perawatan, pengepakan, dan
pemindahan barang.
2. External Transportation
Penanganan material seperti ini dibagi menjadi dua yaitu penanganan bahan
baku dan penanganan produk jadi. Pemindahan bahan baku dari supplier
dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya dan pada
pemindahan produk jadi diatur pada perjanjian pembelian barang.
Jenis peralatan penanganan material yang digunakan PTKrakatau Steel (Persero)
Tbk antara lain:
1. Rak
Digunakan untuk tempat penyimpanan komponen-komponen yang berukuran
kecil.
2. Crane
Crane dipakai hampir diseluruh divisi atau unit produksi PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk untuk memindahkan baja yang sudah jadi.
3. Forklift
Terdapat forklift juga di setiap unit produksi dengan jenis dan kapasitas yang
berbeda.
4. Truk
Truk ini digunakan untuk memindahakan komponen-komponen yang hampir
jadi maupun sudah jadi pada antar unit produksi PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk Setiap truk yang ada mempunyai kapasitas tersendiri. Terutama bagi unit
produksi CRM.
3.4.2. Warehousing
Gudang merupakan salah satu fasilitas produksi yang menjadi bagian dari
penanganan material sebagai tempat untuk menyimpan barang. PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk memanfaatkan fasilitas gudang untuk menyimpan material
atau bahan baku serta produk jadi.
Gudang yang dimiliki PT Krakatau Steel (Persero) Tbk antara lain:
- Gudang N1 yard
Untuk menyimpan barang dari unit produksi HSM dengan kapasitas 80332
ton/tahun.

40
- Gudang N2 yard
Untuk menyimpan barang dari unit produksi CPL dengan kapasitas 950800
ton/tahun.
- Gudang N3 yard
Untuk menyimpan barang dari unit produksi CTCM dengan kapasitas 907346
ton/tahun.
- Gudang N4 yard (Down Ender)
Untuk menyimpan barang dari produksi CTCM menuju proses BAF dengan
kapasitas 570000 ton/tahun.
- Gudang N5 yard
Untuk menyimpan barang dari produksi ECL1 dan ECL2 yang sebelumnya
adalah proses packing.
- Gudang N6 yard
Untuk menyimpan barang/baja soft full dari proses CAL atau sering disebut
juga post cooling.
- Gudang N7 yard
Untuk menyimpan barang/baja dari proses produksi TPM untuk sebelumnya
disalurkan dan dikumpulkan di gudang terakhir.
- Gudang Coil
Gudang ini adalah tempat pemberhentian terakhir barang atau baja yang
menyimpan seluruh produk jadinya dengan kapasitas 82600 ton/tahun.

41
BAB 4

TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1. Lingkup Pekerjaan


Dalam pelaksanaan kerja praktek di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk penempatan
pekerjaan di Divisi Teknik Industri atau biasa disebut Supply Chain Improvement
(SCI) pada plant Cold Rolling Mill (CRM). Pekerjaan ini didampingi pembimbing
lapangan Bapak Sardjono selaku specialist di divisi SCI-CRM. Lingkup pekerjaan
sendiri ialah menganalisis apakah faktor – faktor tenaga kerja, material, dan
energy memberikan dampak yang signifikan terhadap keefektifan produktivitas
produk yang dihasilkan. Sehingga lingkup yang dikerjakan ialah mulai dari biaya –
biaya yang dikeluarkan dan juga sampai ke lantai produksi untuk mengetahui
kondisi actual dilapangannya.

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan


Selama melaksanakan kerja praktek di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk ada
kewenangan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Setiap perbuatan yang
dilakukan dipertanggung jawabkan, bila melanggar peraturan yang berlaku maka
perusahaan berhak untuk memulangkan. Hal ini karena perusahaan sendiri sangat
ketat terhadap keselamatan kerja, semua ini bertujuan agar tidak terjadi
kecelakaan kerja. Kemudian wajib untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang
telah diselesaikan kepada Divisi Teknik Industri (SCI – CRM). Selain itu diberikan
ijin untuk berkeliling ke dalam lantai produksi CRM dan dijelaskan semua proses
produksi yang sedang berlangsung oleh pembimbing lapangan sendiri.
Sedangkan ada wewenang seperti di bawah ini yang diberikan:

a. Diiberikan fasilitas ruang kerja bersama dengan mahasiswa lain yang sedang
mengerjakan kerja praktek sehingga mampu mengerjakan tugas yang diberikan
b. Dapat ijin berkunjung untuk mengamati proses produksi secara langsung
namun dengan izin dari pembimbing lapangan
c. Diberikan ijin untuk meminta atau mengambil data yang dibutuhkan baik ke
pembimbing lapangan maupun secara langsung bila dibutuhkan
d. Diizinkan untuk mewawancarai operator maupun seseorang dilapangan namun
dengan kondisi yang mendukung dan tidak sedang kondisi padat – padatnya.

42
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
4.3.1. Latar Belakang Pekerjaan
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
manufaktur. Produksi dari perusahaan ini merupakan baja. Baja yang dihasilkan
berbagai kategori berdasarkan area produksinya. Terdapat 7 area produksi di
perusahaan ini yaitu Direct Reduction Plant (DR), Slab Steel Plant (SSP) 1 dan 2,
Billet Steel Plant (BSP), Wire Rod Mill (WRM), Hot Strip Mill (HSM), dan Cold
Rolling Mill (CRM). Masing – masing pabrik ini memiliki input dan output masing –
masing namun ada yang hasil produksi pabriknya menjadi bahan baku pabrik
lainnya.

Semua pabrik menghasilkan produknya masing – masing. Hal ini juga berlaku
pada pabrik CRM. Pabrik ini menggunakan bahan baku Hot Strip Coil yang
dihasilkan dari pabrik HSM atau menggunakan bahan baku yang sama hanya saja
perusahaannya berbeda. Pabrik ini selalu melakukan produksi 24 jam namun
selama 1 bulan pasti ada waktu maintenance-nya. Produksi di pabrik ini
berdasarkan permintaan konsumen hanya saja terkadang sering terjadi ketidak
tepatan jumlah order yang dihasilkan atau target produksi bulanannya tidak
tercapai. Faktor – faktor penyebab tidak tercapainya target ini bisa dari mesin,
energy, bahan baku, dan sdm. Jarang dilakukan analisis pengaruh faktor mesin,
energy, bahan baku dan sdm dalam perusahaan ini. Sehingga pekerjaan ini
dilakukan.

Pekerjaan ini dilakukan agar mengetahui keefektifan penggunaan sumber –


sumber yang ada sudah sesuai dan tepat guna. Sehingga dilakukan analisis
secara parsial atau masing – masing faktor untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap output yang dihasilkan. Namun, faktor – faktor yang dipakai hanya faktor
energy, material, dan tenaga

Langkah pelaksanaan pekerjaan disini menggunakan flowchart seperti Gambar


4. 1.

43
Mulai

Mempelajari sistem
produksi Plant CRM

Melakukan
konsultasi mengenai
tugas yang akan
diteliti

Melakukan
pengambilan data

Mencari literatur/
sumber pemecahan
masalah

Analisis Data

Memberikan Saran
dalam bentuk
laporan

Presentasi Tugas

Selesai

Gambar 4. 1. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

44
Berikut penjelasan metodologi pekerjaan:
1. Mulai
2. Mempelajari sistem produksi Plant CRM
Mempelajari sistem disini artinya melakukan observasi di lapangan langsung
mengenai cara kerja dan hasil yang didapat dari plant CRM
3. Melakukan konsultasi mengenai tugas yang akan diteliti
Konsultasi dilakukan agar pekerjaan dikerjakan memberikan hasil yang
bermanfaat bagi perusahaan sendiri dan memastikan data yang dibutuhkan
bisa didapatkan
4. Melakukan pengambilan data
Data yang diambil disini berarti meminta langsung ke bagian akuntansi pabrik
dan observasi langsung ke pabrik untuk melihat baik – baik sistem tiap lininya.
5. Mencari literature/ sumber pemecahan masalah
Literatur yang dicari bertujuan agar pengolahan data dan hasil yang didapatkan
bisa sesuai dengan tujuan pekerjaan.
6. Analisis Data
Melakukan analisis dan pengolahan data dengan metode yang telah ditetapkan
7. Memberikan saran dalam bentuk laporan
Laporan yang diberikan berisi mengenai hasil pekerjaan sampai sarannya
8. Presentasi Tugas
Melakukan presentasi hasil pekerjaan di divisi SCI – CRM
9. Selesai

4.4. Hasil Pekerjaan


Hasil pekerjaan di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk ini berupa tugas yang diteliti
sendiri untuk membantu pihak perusahaan mengetahui produktivitas faktor – faktor
tertentu terhadap output yang dihasilkan karena rata – rata output yang dihasilkan
perbulannya terkadang tidak memenuhi target bulanannya.

Berdasarkan data Analisa Biaya Produksi periode November 2017 terlihat secara
sederhana terjadi perubahan produktivitas secara berkala dari bulan ke bulan
namun karena hanya berupa angka – angka saja maka dilakukan pengolahan
datanya dan menganalisis produtivitas di lantai produksi secara parsial pada
produk CRC/S (Cold Rolled Coil/Sheet). Sehingga menganalisis Produktivitas
Parsial dengan metode Marvin. E. Mundel pada Produk Cold Rolled Coil/Sheet
(CRC/S) di Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

45
4.4.1. Tujuan dan Manfaat Pekerjaan
4.4.1.1. Tujuan Pekerjaan
Tujuan yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh dari energy, material, dan tenaga kerja yang dikeluarkan
terhadap output yang dihasilkan dengan metode Marvin E. Mundel
2. Mampu menyajikan data yang dihasilkan dengan grafik untuk mempermudah
pemahaman bagi pembacanya dengan menggunakan grafik garis pada excel

4.4.1.2. Manfaat Pekerjaan


Manfaat pekerjaan sebagai berikut:
1. Memahami pengaruh produktivitas parsial masing – masing faktor terhadap
hasil outputnya dengan menggunakan metode Marvin E. Mundel
2. Memahami data – data apa saja yang digunakan sebagai input energy, tenaga
kerja, dan material berdasarkan dari metode yang digunakan
3. Memahami cara penyajian dengan grafik sehingga bisa menjadi alternatif saat
menampilkan datanya dengan grafik garis pada excel

4.4.2. Batasan dan Asumsi yang Digunakan


4.4.2.1. Batasan yang Digunakan
1. Pekerjaan hanya dilakukan di produk CRC (Cold Rolled Coil) non include HRPO
(Hot Rolled Pickle Oil)
2. Data yang digunakan dari bulan Januari 2017 sampai November 2017, 11 bulan
data masa lalu yang digunakan
3. Satuan uang yang digunakan tetap USD
4. Data input yang digunakan hanya tenaga kerja, energi dan material

4.4.2.2. Asumsi yang Digunakan


1. Harga produk akhir tidak berpengaruh karena yang digunakan indeksnya
terhadap periode dasar
2. Biaya Tenaga kerja data yang digunakan hanya berdasarkan laporan
keuangan. Jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh

4.4.3. Dasar Teori


Dasar teori disini yang digunakan untuk pengolahan data ialah teori produktivitas
oleh Marvin E. Mundel. Produktivitas menurut Marvin E. Mundel merupakan
perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input masing – masing data
seperti energy, material dan tenaga kerja. Menurut Mundel pada dasarnya

46
perbandingan yang dilakukan adalah pengukuran pada waktu terukur dengan
periode dasarnya. Dengan hasil yang didapatkan adalah indeks produktivitasnya.
Kemudian rumus – rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Output Total
Produktivitas Total = (4.1)
Input Total

OMP/OBP
IP = IMP/IBP
x 100 (4.2)

Keterangan:
IP = Indeks Produktivitas

OMP = Output agregat pada periode terukur

OBP = Output agregat pada periode dasar

IMP = Input agregat pada periode terukur

IBP = Input agregat pada periode dasar

Kemudian data yang digunakan tidak semata – mata langsung digunakan namun
harus dicari harga konstannya menggunakan perhitungan dengan deflator.
Deflator sendiri merupakan indicator yang menunjukkan perubahan yang terjadi
terhadap barang maupun jasa itu sendiri. Sedangkan harga konstan sendiri
merupakan penyeimbang terhadap berbagai kondisi perekonomian yang dapat
mempengaruhi haraga – harga yang berlaku. Berikut rumus deflator dan harga
konstan:
IH Periode Penelitian−IH Periode dasar
Deflator = IH Periode Dasar
(4.3)
Nilai pada periode Penelitian x 100
Harga Konstan = 100+Deflator
(4.4)

47
4.4.4. Pengolahan dan Analisis Data
Berdasarkan data analisis biaya produksi PT Kratakatau Steel (Persero) Tbk di
Plant CRM dari Januari 2017 – November 2017 didapatkan data sesuai Tabel 4.
1.
Tabel 4. 1. Data Output dan Input

Input
No Periode Satuan Output
Material Tenaga Kerja Energi

1 Jan-17 USD 5,742,889 22,824,538 117,327.22 1,686,466.65


2 Feb-17 USD 5,147,000 21,114,487 115,344.27 1,511,106.34
3 Mar-17 USD 4,297,000 17,837,921 125,300.52 1,413,629.75
4 Apr-17 USD 5,295,000 24,434,148 134,863.65 1,768,029.05
5 May-17 USD 5,728,889 28,515,258 138,180.80 1,612,442.87
6 Jun-17 USD 5,659,333 28,723,211 124,278.96 1,477,695.55
7 Jul-17 USD 5,115,778 23,775,168 125,234.24 1,531,285.08
8 Aug-17 USD 5,234,111 23,039,563 127,188.90 1,739,111.84
9 Sep-17 USD 4,228,778 18,757,378 127,117.06 1,509,688.85
10 Oct-17 USD 5,703,111 24,597,404 127,293.44 1,715,538.75
11 Nov-17 USD 5,744,111 25,138,183 124,072.80 1,576,539.74

Kemudian data indeks harga untuk menentukan deflator pada Tabel 4. 2.


Tabel 4. 2. Indeks Harga

No Periode Indeks Harga


1 Jan-17 127.94
2 Feb-17 128.24
3 Mar-17 128.22
4 Apr-17 128.33
5 May-17 128.83
6 Jun-17 129.72
7 Jul-17 130
8 Aug-17 129.91
9 Sep-17 130.08
10 Oct-17 130.09
11 Nov-17 130.35
Sumber: www.bps.go.id
4.4.5.1. Perhitungan Deflator dan Harga Konstan
Data deflator yang digunakan adalah data indeks harga dari periode Januari 2017
– November 2018. Dengan perhitungan telah dijelaskan pada dasar teori pada sub
– sub bab 4.4.4.

48
Contoh perhitungan:
128.24 − 127.94
Deflator (Feb − 17) = = 0.002345
127.94
Tabel 4. 3. Deflator

No Periode Indeks Harga Deflator


1 Jan-17 127.94 0
2 Feb-17 128.24 0.002345
3 Mar-17 128.22 0.002189
4 Apr-17 128.33 0.003048
5 May-17 128.83 0.006956
6 Jun-17 129.72 0.013913
7 Jul-17 130 0.016101
8 Aug-17 129.91 0.015398
9 Sep-17 130.08 0.016727
10 Oct-17 130.09 0.016805
11 Nov-17 130.35 0.018837

Berdasarkan hasil perhitungan deflator Tabel 4. 3. tiap bulannya maka bisa


dihitung harga konstan untuk output maupun input yang telah ditentukan dengan
rumus yang telah dijelaskan pada dasar teori sub – sub bab 4.4.4.

Contoh Perhitungan harga konstan untuk output:


5,147,000 𝑥 100
Harga Konstan (Feb − 17) = = 5,146,879.31
100 + (0.002345)
Hasil perhitungan periode lainnya terdapat pada Tabel 4. 4. Untuk Harga konstan
output sedangkan harga konstan input dapat dilihat pada Tabel 4. 5.

Tabel 4. 4. Perhitungan Harga Konstan Output

Harga Konstan
No Periode Satuan Output
Output
1 Jan-17 USD 5,742,888.89 5,742,888.89
2 Feb-17 USD 5,147,000.00 5,146,879.31
3 Mar-17 USD 4,297,000.00 4,296,905.96
4 Apr-17 USD 5,295,000.00 5,294,838.60
5 May-17 USD 5,728,888.89 5,728,490.39
6 Jun-17 USD 5,659,333.33 5,658,546.07
7 Jul-17 USD 5,115,777.78 5,114,954.20
8 Aug-17 USD 5,234,111.11 5,233,305.29
9 Sep-17 USD 4,228,777.78 4,228,070.57
10 Oct-17 USD 5,703,111.11 5,702,152.88
11 Nov-17 USD 5744111.111 5743029.299

49
Contoh Perhitungan harga konstan untuk input:
21,114,487 𝑥 100
Harga Konstan Material (Feb − 17) = 100+(0.002345)
= 21,113,992

Tabel 4. 5. Harga Konstan Input


Input Input Harga Konstan
No Periode Satuan
Material Tenaga Kerja Energi Material Tenaga Kerja Energi

1 Jan-17 USD 22,824,538 117,327 1,686,467 22,824,538 117,327.22 1,686,466.65


2 Feb-17 USD 21,114,487 115,344 1,511,106 21,113,992 115,341.57 1,511,070.90
3 Mar-17 USD 17,837,921 125,301 1,413,630 17,837,531 125,297.78 1,413,598.82
4 Apr-17 USD 24,434,148 134,864 1,768,029 24,433,403 134,859.54 1,767,975.16
5 May-17 USD 28,515,258 138,181 1,612,443 28,513,275 138,171.19 1,612,330.71
6 Jun-17 USD 28,723,211 124,279 1,477,696 28,719,215 124,261.67 1,477,489.99
7 Jul-17 USD 23,775,168 125,234 1,531,285 23,771,340 125,214.08 1,531,038.56
8 Aug-17 USD 23,039,563 127,189 1,739,112 23,036,016 127,169.32 1,738,844.10
9 Sep-17 USD 18,757,378 127,117 1,509,689 18,754,241 127,095.80 1,509,436.37
10 Oct-17 USD 24,597,404 127,293 1,715,539 24,593,271 127,272.05 1,715,250.50
11 Nov-17 USD 25,138,183 124,073 1,576,540 25,133,449 124,049.43 1,576,242.83

4.4.5.2. Perhitungan Produktivitas Parsial


Sehingga berdasarkan perhitungan harga konstan output dan input, maka
digunakan sebagai output/input agregat untuk perhitungan produktivitas dengan
metodenya Marvin E. Mundel. Bulan Januari 2017 sebagai periode dasarnya.
Berikut hasil perhitungan yang diperoleh untuk masing – masing faktor
produktivitas pada Tabel 4. 6 sampai Tabel 4. 8.

Contoh perhitungan produktivitas parsial untuk material:


5,146,879.31/5,742,888.89
IP Material (Feb-17)= =96.88 %
21,114,486,63/22,824,537.60

Tabel 4. 6. Perhitungan Parsial Input Material

Indeks
No Periode Satuan Output Input Material Produktivitas
(%)
1 Jan-17 USD 5,742,888.89 22,824,537.60 100.00
2 Feb-17 USD 5,146,879.31 21,114,486.63 96.88
3 Mar-17 USD 4,296,905.96 17,837,921.25 95.74
4 Apr-17 USD 5,294,838.60 24,434,148.15 86.13
5 May-17 USD 5,728,490.39 28,515,258.00 79.85
6 Jun-17 USD 5,658,546.07 28,723,210.62 78.31
7 Jul-17 USD 5,114,954.20 23,775,167.96 85.52
8 Aug-17 USD 5,233,305.29 23,039,562.63 90.29
9 Sep-17 USD 4,228,070.57 18,757,378.15 89.60
10 Oct-17 USD 5,702,152.88 24,597,404.16 92.15
11 Nov-17 USD 5743029.299 25138183.22 90.82

50
Contoh perhitungan produktivitas parsial untuk Tenaga Kerja:
5,146,879.31/5,742,888.89
IP Material (Feb-17)= =91.16 %
115,341.57/117,327.22

Tabel 4. 7. Perhitungan Parsial Input Tenaga Kerja

Indeks
Input Tenaga
No Periode Satuan Output Produktivitas
Kerja
(%)
1 Jan-17 USD 5,742,888.89 117,327.22 100.00
2 Feb-17 USD 5,146,879.31 115,341.57 91.16
3 Mar-17 USD 4,296,905.96 125,297.78 70.06
4 Apr-17 USD 5,294,838.60 134,859.54 80.21
5 May-17 USD 5,728,490.39 138,171.19 84.70
6 Jun-17 USD 5,658,546.07 124,261.67 93.03
7 Jul-17 USD 5,114,954.20 125,214.08 83.46
8 Aug-17 USD 5,233,305.29 127,169.32 84.07
9 Sep-17 USD 4,228,070.57 127,095.80 67.96
10 Oct-17 USD 5,702,152.88 127,272.05 91.53
11 Nov-17 USD 5743029.299 124049.4329 94.58

Contoh perhitungan produktivitas parsial untuk Energi:


5,146,879.31/5,742,888.89
IP Material (Feb-17)= =100.02 %
1,511,070.90/1,686,466.65

Tabel 4. 8. Perhitungan Parsial Input Energi

Indeks
No Periode Satuan Output Input Energi Produktivitas
(%)
1 Jan-17 USD 5,742,888.89 1,686,466.65 100.00
2 Feb-17 USD 5,146,879.31 1,511,070.90 100.02
3 Mar-17 USD 4,296,905.96 1,413,598.82 89.26
4 Apr-17 USD 5,294,838.60 1,767,975.16 87.95
5 May-17 USD 5,728,490.39 1,612,330.71 104.34
6 Jun-17 USD 5,658,546.07 1,477,489.99 112.47
7 Jul-17 USD 5,114,954.20 1,531,038.56 98.11
8 Aug-17 USD 5,233,305.29 1,738,844.10 88.38
9 Sep-17 USD 4,228,070.57 1,509,436.37 82.26
10 Oct-17 USD 5,702,152.88 1,715,250.50 97.62
11 Nov-17 USD 5743029.299 1576242.828 107.00

51
Setelah didapatkan ketiga data produktivitas parsial masing – masing faktor,
dilakukan penyajian data menggunakan grafik pada Gambar 4. 2.

Produktivitas Parsial
120

100

80

60 Energi

40 Tenaga Kerja
Material
20

Gambar 4. 2. Grafik Produktivitas Parsial

Berdasarkan grafik produktivitas terlihat bahwa ternyata rata – rata pengaruh


antara masing – masing faktor dengan outputnya tidak optimal dalam beberapa
periode, hal ini bisa disebabkan karena terlalu banyak waktu menganggurnya
ataupun banyaknya energy maupun material yang terbuang sia – sia.

Kemudian dari grafik diketahui bahwa ternyata produktivitas tenaga kerja berada
dibawah 80% pada bulan Maret dan September hal ini bisa disebabkan karena
pencapaian target tidak terpenuhi. Hal in disebabkan karena order yang masuk
pada bulan tersebut tidak mencapai target yang dibutuhkan dikarenakan overhaul
dan maintenance sehingga konsumen sudah mengetahui jumlah yang bisa
dipesan periode tersebut. Juga pada bulan tersebut terjadi pengeluaran berupa
bonus yang diberikan kepada karyawan dan uang apresiasi kepada karyawan
yang telah bekerja secara optimal. Sehingga mengakibatkan pengeluaran untuk
tenaker lebih besar dari pada output yang dihasilkan.

Selain itu bisa dipengaruhi maintenance atau perawatan bulanan disalah satu lini
sehingga terjadi penurunan produksi. Sistim produksi di CRM sendiri flow shop.
Sehingga bila satu lini maintenance maka proses selanjutnya tidak bisa optimal
walaupun masih ada bahan baku di gudang sementara.

52
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pekerjaan yang dilakukan didapatkan kesimpulan:
a. Indeks penggunaan material pada bulan Mei dan Juni berada di angka 79.85%
dan 78.31% hal ini disebabkan permintaan yang diminimalkan. Diminimalkan
ini karena sedang proses overhaul (perbaikan tahunan) sehingga pabrik tidak
beroperasi salama hampir 2 minggu lebih.
b. Terjadi ketidakefektifan pekerja pada bulan September indeks hanya 67%
sehingga dapat diartikan pengeluaran untuk menggaji pegawai tidak seimbang
dengan output yang dihasilkan. Hal ini karena terjadi pemberian bonus pada
bulan tersebut sehingga pengeluaran tidak sesuai dengan output produksinya.
c. Mesin – mesin yang digunakan sudah terlalu tua sehingga banyak produk yang
menjadi scrap atau tidak layak juga dan murah atau malah dilebur kembali dan
memakan biaya produksi lagi.

5.2. Saran
Saran yang bisa diberikan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan sendiri
bisa berupa penjadwalan produksi dan inventory yang lebih baik agar bila
melakukan maintenance/perawatan produk lainnya tidak terhambat prosesnya
karena menunggu bahan dari lini sebelumnya.

Pada material dan energi ini masih cukup normal namun bila memang ingin
ditingkatkan produktivitasnya maka bisa mencoba mensimulasikan pengganti jenis
mesin yang lebih baru karena mesin – mesin yang sekarang sudah tidak optimal
dan bisa mengakibatkan kerugian. Namun, simulasi yang dilakukan bisa juga
digunakan untuk pembangunan plant CRM kedua karena pertimbangan produksi,
waktu, biaya, material, pelanggan yang harus dipertimbangkan bila melakukan
pergantian mesin di plant CRM yang lama.

Selain itu bisa diteliti faktor lainnya untuk mengetahui keefektifan produktivitas plat
CRM sendiri karena baru faktor energy, material dan tenaga kerja yang di analisis
sedangkan faktor lainnya belum diteliti.

53
BAB 6

PENUTUP

Pekerja sekaligus Mahasiswa yang telah melaksanakan Kerja Praktek di PT


Krakatau Steel (Persero) Tbk selama 1 bulan lamanya dari 2 Juli – 2 Agustus 2018
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
selama pelaksanaan kerja praktek hingga penulisan laporan ini. Selaku
mahasiswa berharap pihak perusahaan maupun kampus tetap mengadakan
kegiatan kerja praktek ini karena banyak hal – hal ynag bisa dipelajari langsung
dilapangan tidak hanya teori semata. Sehingga nantinya kerja praktek ini bisa
menjadi langkah pertama untuk memahami kondisi actual suatu perusahaan.
Harapan penulis juga, laporan ini bisa menjadi media bagi pembaca untuk
dijadikan pengetahuan untuk kedepannya. Terima Kasih.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Indeks harga konsumen dan inflasi bulanan Indonesia. (Diunduh tanggal
20 Juli 2018). Tersedia pada: https://www.bps.go.id

Bunebune.2017. Contoh daftar pustaka, cara menulis, panduan lengkap menulis


daftar pustaka ilmiah. (Diunduh tanggal 26 Juni 2018). Tersedia pada:
https://www.bunehaba.com
Dewi, Luciana Triani. 2017. Diktat Kuliah Analisis Dan Peningkatan Produktivitas.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Rizal, F. 2010. Laporan Kerja Praktek Pengukuran Produktivitas Parsial Energi Di


Lini Batch Annealing Furnace (BAF) Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT Krakatau
Steel. Cilegon: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

55
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Proses Operasi Lini CPL plant CRM

HRC (Hot Rolled


Coil)

Mempersiapkan HRC
O-1
Mesin Uncoiler

Penyambungan kepala
O-2 dan ekor coil
Flash Butt Welder

Menarik Coil
O-3
Looper

Pelunakan Karat
O-4
Scale Breaker

Pembersihan karat
O-5
dengan cairan HCL
Pickling Tanks

O-6 Pembilasan
Mesin Wiper

Pengeringan
O-7
Mesin Dryer

Pemotongan sisi samping


O-8
Mesin Trimmer

Pelapisan Oil
O-9
Mesin Oiler

Penggulungan
O-10
Mesin Recoiler

Packaging
O-11 Mesin strap dan kertas
Fishy air paper

I-1 Inspeksi

N2

56
Lampiran 2. Tabel Perhitungan Biaya Produksi Aktual Des 2016 – Nov 2017
Biaya Produksi Aktual Des 2016 - Nov 2017
Keterangan Satuan Total
Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17
Produksi Ton 48,788 51,686 46,323 38,673 47,655 51,560 50,934 46,042 47,107 38,059 51,328 51,697 569,852
Target Ton 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 600,000
Bahan Baku USD/ton 419.290 441.600 455.810 461.250 512.730 553.050 563.930 516.380 489.090 492.850 479.220 486.260 5,871
BSI
Gaji dan Upah USD/ton 2.44 2.27 2.49 3.24 2.83 2.68 2.44 2.72 2.7 3.34 2.48 2.4 32
Operating Supplies USD/ton 0.44 0.49 0.88 0.64 0.61 0.26 0.27 0.46 0.88 0.9 0.5 0.36 7
General Supplies dan Equip. USD/ton 1.23 1.2 1.71 2.05 0.92 1.97 0.98 0.91 1.46 2.1 1.11 1.59 17

Gaji dan Upah USD/ton 6.7 7.92 12.78 13.18 10.23 8.74 12.77 8.29 8.71 10.18 5.89 7.5 113
Kesejahteraan Karyawan USD/ton 6.13 6.85 6.85 8.36 11.7 6.15 6.18 6.76 6.57 7.09 5.87 6.27 85
Penyusutan dan Amortisasi USD/ton 5.88 5.5 6.11 7.35 5.99 5.61 5.67 6.28 6.18 6.8 5.77 5.68 73
Reparasi dan Perawatan USD/ton 19.03 15.05 11.08 15.95 12.75 13.26 11.38 13.11 18.93 12.84 14.53 11.87 170
Utilities USD/ton 3.59 3.52 3.69 4.45 3.97 3.67 3.5 4.08 4.26 4.75 3.55 3.52 47
Gudang dan Peng. Barang USD/ton 0.01 - - - - - - - - - - - 0
Tenaga Ahli dan Riset USD/ton - - - - - - - - - - - - 0
Biaya Tetap dan Lainnya USD/ton 0.09 0.12 0.08 0.29 0.05 0.07 0.05 0.09 0.06 0.12 0.1 0.08 1

Direktorat Produksi USD/ton 5.72 5.99 6.86 10.63 5.88 6.3 7.38 8.26 6.16 7.66 4.77 9.49 85
Direktorat Logistik USD/ton 0.03 0.24 0.14 0.18 1.93 -3.12 0.19 0.48 0.14 0.18 0.08 0.21 1
Direktorat SDM & Umum USD/ton 0 0
Pusat Perawatan USD/ton 2.81 2.44 3.54 6.11 4.17 4.16 2.9 4.55 5.15 5.52 3.08 3.98 48
Kasubdit Pengerolan Baja USD/ton 0.06 0.05 0.06 0.1 0.11 0.07 0.11 0.09 0.4 0.36 0.05 0.09 2
Penj. Dan Peng. Slab dan Baja Lemb. USD/ton 0.31 0.24 0.35 0.41 0.22 0.27 0.27 0.28 0.3 0.35 0.22 0.24 3
PHP BLD dan Baja Batangan USD/ton - - - - - - - - - - - - 0
Pengendalian Kualitas BLD USD/ton 0.89 1.06 1.47 1.27 1.78 0.95 1.11 0.98 1.17 1.13 0.74 0.87 13

57
Lampiran 3. Mesin Crane

Lampiran 4. Mesin Forklift

58
Lampiran 5. Mesin di Lini CPL

Lampiran 6: Kaca Inspeksi Lini CPL

59

Anda mungkin juga menyukai