Oleh:
NPM: 15 06 08505
YOGYAKARTA
2018
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR iix
DAFTAR LAMPIRAN xi
1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Area Kompetensi Teknik Industri 2
1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2
vi
5 KESIMPULAN DAN SARAN 53
5.1. Kesimpulan 53
5.2. Saran 53
6 PENUTUP 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 56
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4. 1. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 44
Gambar 4. 2. Grafik Produktivitas Parsial 52
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
1. Melatih kedisiplinan.
2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1
1.3. Area Kompetensi Teknik Industri
Teknik Industri adalah cabang ilmu teknik yang berkenaan dengan perencanaan,
perancangan, perbaikan, dan instalasi sistem terintegrasi yang terdiri dari
manusia, mesin, material, informasi, energi, metode kerja dan sumber daya
finansial atau secara singkat mengkaji sistem industri. Dari kurikulum di PSTI
UAJY, kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa dan lulusan Teknik Industri antara
lain:
1. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
2. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
3. Manajemen Persediaan/Inventori
4. Sistem Pengendalian Kualitas
5. Sistem Penanganan Material
6. Logistik dan Supply Chain Management
7. Perancangan dan Pengembangan Produk
8. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
9. Perancangan Tata Letak Fasilitas Manufaktur
10. Manajemen Organisasi
11. Analisis Biaya
12. Analisis Kelayakan Industri
13. Perancangan Proses dan CAD/CAM, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini diharapkan perusahaan dapat menempatkan
dan memberikan tugas atau pekerjaan kepada mahasiswa sesuai dengan
kompetensi Teknik Industri.
2
BAB 2
3
pembangunan Proyek Besi Baja Trikora untuk sementara waktu. Pada awal tahun
1970 pemerintah Indonesia kembali mengadakan survei lapangan tentang
kelanjutan pembangunan Proyek Besi Baja Trikora. Dari hasil survei tersebut
disimpulkan bahwa pembangunan Proyek Besi Baja Trikora akan dilanjutkan tetapi
Proyek Besi Baja Trikora berubah menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT)
berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 17 tanggal 28
Desember 1967. Keputusan akan dilanjutkannya pembangunan perusahaan
didasarkan pada pertimbangan bahwa kondisi mesin-mesin pabrik yang ada masih
dapat dimanfaatkan, disamping kebutuhan akan besi baja di dalam negeri setiap
tahunnya semakin meningkat.
4
Pembangunan tahap II selesai ditandai pada tanggal 24 Februari 1983 Presiden
Soeharto meresmikan Pabrik Slab Baja, Hot Strip Mill, dan Pabrik Besi Spons unit
2, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Sementara pembangunan pada tahap III
dilakukan dengan adanya pembangunan enam anak perusahaan berupa pabrik
kimia (PT Hoecthts Cilegon Kimia), pabrik mesin perkakas (PT Industri Perkakas
Indonesia), pabrik baja dan plat timah (PT Latinusa), pabrik baja fabrikasi (PT
Garuda Mahakam Prahasta), pabrik baja lembaran dingin (Cold Rolling Mill) dan
pabrik baja H-Beam (PT Cigading H-Beam Centre).
Dalam upaya peningkatan kualitas dan efisiensi produksi maka dilakukan
penggabungan usaha (merger) PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama (PT CRMIU)
dan PT Krakatau Baja Permata (PT KBP) menjadi unit operasi PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk, yang diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1991. Sejak awal tahun
pembangunan, kemampuan teknis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang tinggi
sudah diakui menurut standar internasional. Bahkan perusahaan sudah
memperoleh sertifikat ASTM A252 dan AWWA C200 tahun 1973, memperoleh
sertifikat API 5L untuk produksi pipa spiral tahun 1977. Sertifikat ISO 9001
diperoleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tahun 1993 dan telah ditingkatkan
menjadi ISO 9001:2000 tahun 2003, sementara itu, SGS (Societe Generale de
Surveillance) International memberikan sertifikat ISO 14001 tahun 1997 atas
komitmen perusahaan pada kesadaran lingkungan dan keselamatan kerja.
Pada tahun 1996 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memisahkan unit-unit otonom
(unit penunjang) menjadi anak-anak perusahaan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk:
5
2. PT Krakatau Wajatama (PT KWT)
PT KWT didirikan pada tahun 1992 dan memproduksi berbagai macam produk
seperti INP, IWF, H-Bream, UChannell, dan L-Angles, baja tulangan beton, baja
profil ukuran medium ke bawah, serta kawat baja. Kapasitas produksi masing-
masing sebesar 150 ton/tahun, 45 ribu ton tahun, dan 18 ribu ton/tahun. Logo
perusahaan ini pada Gambar 2. 2.
6
Gambar 2. 4. Logo PT Krakatau Bandar Samudera
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
7
Gambar 2. 6. Logo PT Krakatau Engineering
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
8
9. PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC)
PT KIEC berdiri pada tanggal 16 Juni 1982 bergerak sebagai pengelola seluruh
aset-aset perusahaan baik berupa produk ataupun jasa yang memiliki logo
seperti Gambar 2. 9. PT KIEC telah berhasil mengembangkan berbagai macam
bisnis, seperti properti industri, properti komersial, dan properti residensial.
9
Gambar 2. 11. Logo PT Krakatau National Resources
Sumber :PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
10
dua kantor, yang bertempat di Cilegon dan Jakarta. Pabriknya sendiri berada di
Cilegon dengan peta plant produksinya pada Gambar 2. 13.
11
- Jalan yang cukup luas sehingga memudahkan pekerja bergerak dan menjamin
keselamatan kerja karyawan.
Pada lokasi kerja praktek yang dijalankan ditempatkan pada pabrik CRM (Cold
Rolling Mill) dengan divisi SCI (Supply Chain and Improvement). Pabrik CRM
menghasilkan baja lembaran dingin. Pabrik ini didirikan pada tanggal 19 Februari
1983 dengan luas pabrik 101.392 m2 di atas tanah yang memiliki luas 400.000 m2.
12
f. Mengembangkan dan mengevaluasi usaha pengadaan prasaran
penunjang kawasan industri dan konstrusi.
g. Merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan produksi serta
meningkatkan produktivitas produksi dan kualitas produk.
4. Direktur Pemasaran
Tugas-tugasnya adalah Merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan
kebijakan di bidang pemasaran hasil produksi, baik dalam maupun luar negeri.
5. Direktur Keuangan
Tugas-tugasnya adalah Merencanakan, merumuskan dan mengembangkan
kebijakan di bidang keuangan.
6. Direktur SDM
Direktur SDM bertugas sebagai berikut:
a. Merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan di bidang
personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan latihan kerja.
b. Merencanakan kebijakan dan perkembangan organisasi.
c. Merencanakan dan mengembangkan hubungan kemasyarakatan.
d. Merencanakan dan mengembangkan administrasi pengolahan kawasan
dan keselamatan kerja.
Berikut bagan struktur organisasi yang penulis sajikan adalah bagan organisasi
secara keseluruhan dan lebih spesifik dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Dapat
dilihat pada Gambar 2.14. Sementara bagan struktur organisasi untuk Divisi SCI-
CRM PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (dimana penulis ditugaskan) dapat dilihat
pada Gambar 2.15.
13
Gambar 2. 14. Struktur Organisasi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Manager
Chieft
Superintenden
Superintenden Superintenden Iron
Database dan
Rolling Mill and Steel Making
Integrasi
14
2.3. Manajemen Perusahaan
2.3.1. Visi dan Misi Perusahaan
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, telah memiliki visi dan misi semenjak
perusahaan ini berdiri. Adapun visi dan misinya sebagai berikut:
15
Logo PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang didominasi warna merah dan hitam
sebagai lambang kekuatan akan produk baja. Budaya PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk adalah:
1. Competence
Mencerminkan kepercayaan akan kemampuan diri serta semangat untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap mental
demi peningkatan kinerja yang berkesinambungan.
2. Integrity
Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan
dan ketentuan serta undang-undang yang berlaku melalui loyalitas
pekerjaan dalam memperjuangkan kepentingan perusahaan.
3. Reliable
Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon
komitmen dan janji dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan.
4. Innovative
Mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan
baru dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses
dan hasil kerja diatas standar.
16
merumuskan, dan mengembangkan kebijakan di bidang personalia, kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan, dan latihan kerja, merencanakan kebijakan dan
perkembangan organisasi selain itu, merencanakan dan mengembangkan
hubungan kemasyarakatan dan juga merencanakan dan mengembangkan
administrasi pengolahan kawasan dan keselamatan kerja.
17
II. Karyawan Shift
Karyawan pada jam Shift ini bekerja secara rutin. Dimana masing-masing
shift bekerja selama 8 jam. Sistem kerja yang dilakukan pun dengan 4
grup shift, dimana dalam sehari 3 grup masuk dan 1 grup lain libur. Sistem
pembagian shift pada Tabel 2. 2.
Tabel 2. 2. Jadwal Karyawan Shift
Shift Jam Kerja (WIB)
1 22.00-06.00 WIB
2 06.00-14.00 WIB
3 14.00-22.00 WIB
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Selain itu, terdapat juga waktu untuk lembur dan waktu cuti bagi karyawan PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk . Waktu untuk lembur dilakukan diluar jam kerja
atas perintah atasan yang berwenang. Untuk waktu cuti dibagi menjadi dua
macam, yakni cuti tahunan dan cuti besar. Cuti tahunan adalah masa cuti
selama 12 hari kerja yang tidak dapat digantikan dengan uang dan cuti besar
diberikan 4 tahun sekali dengan lama cuti selama 1 bulan.
18
BAB 3
Proses bisnis adalah kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan bisnis.
Cakup proses bisnis ini mulai dari lingkungan internal organisasi, tetapi mengacu
pada pihak customer atau mitra bisnis sehingga mencapai suatu tujuan bisnis yang
diinginkan.
CIMOSA terdiri dari tiga proses utama yaitu manage process, core process, dan
support process yang masing-masing mempunyai subprocess. Berikut akan
dijelaskan untuk menjelaskan analisis proses bisnis PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk dengan menggunakan model CIMOSA.
1. Manage Process didalamnya terdapat Set Direction, Set Strategy dan Direct
Business.
- Set Direction: seperti visi dan misi perusahaan, terdapat 5 komisaris dan 6
direktur.
19
- Set Strategy: mengutamakan pelayanan kepada customer dengan
pelayanan yang baik sehingga jumlah pesanan terus meningkat, layanan
yang baik seperti tepat waktu dalam pengiriman barang, peningkatan
kualitas produksi oleh divisi QC, pemakaian sistem M-T-O yang disesuaikan
dengan kapasistas produksi agar permintaan dapat dipenuhi.
- Direct Businees : berfungsi untuk memaksimalkan kinerja seluruh karyawan
dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi produksi, dan menggunkan agen
distributor dalam menjalankan proses bisnis dari produk baja.
2. Core Business Process di dalamnya terdapat Develop Product, Get Order,
Fulfill Order, dan Support Product.
- Develop Product: Bagian ini memiliki kegiatan yaitu PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk menerima pesanan dari berbagai industri seperti otomotif,
kaleng, peralatan rumah tangga, dan lain-lain, dan perusahaan melakukan
uji sifat produk di laboratorium dan pengendalian kualitas oleh bagian Quality
Control.
- Get Order: perusahaan melakukan kontrak dengan customer dengan
persetujuan bagian penjualan, technical service, dan Quality Assurance
(QA), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melakukan penawaran melalui
website, permintaan kostumer dapat melalui agen distributor yang bekerja
sama dengan perusahaan.
- Fulfill Order: Perusahaan memaksimalkan bagian produksi dalam
menghasilkan produk baja dengan sistemnya yaitu make to order,
perusahaan mempunyai dua pemasok yaitu melalui impor bahan baku dari
luar negeri dan pengirimannya dari Krakatau Posco, dan proses pengiriman
barang dalam pabrik menggunakan transportasi truk.
- Support Product: perusahaan dapat melakukan negosiasi dengan pihak
kostumer bila terjadi cacat pada produk.
3. Support Process: didalam support process terdapat Human Resources
Management, Financial Accounting, Information Technology, Maintenance
Management.
- Human Resource Management: HRM ini melakukan perekrutan karyawan
baru yang dilakukan dengan publikasi melalui iklan-iklan lowongan
pekerjaan dan para pelamar yang akan diseleksi melalui tes-tes, serta
pelatihan dan pendidikan secara berkelanjutan.
20
- Financial Accounting: terdapat laporan keuangan bulanan dan input output
produksi perusahaan.
- Information Technology : PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mempunyai
database untuk setiap proses produksi produk baja dan persediaan barang.
- Maintenance Management: adanya perawatan mesin-mesin produksi agar
produk cacat berkurang.
3.2. Produk yang Dihasilkan
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sendiri memiliki unit-unit produksi yang memang
setiap unitnya menghasilkan produk yang berbeda tetapi tetap saling menunjang
bagi unit produksi lainnya, namun ada beberapa unit (plant) yang juga langsung
menghasilkan produk yang siap untuk dijual seperti plant HSM (Hot Strip Mill),
WRM (Wire Rod Mill), dan CRM (Cold Rolling Mill). Dibawah ini akan dijelaskan
produk yang dihasilkan dari setiap unit produksinya, yaitu:
A. Direct Reduction Plant (DRP)
DRP adalahipabrik yang mengolah Iron Ore Pellet (IOP) menjadi Sponge Iron
(besi spons). Pengelolaan bahan utama biji besi ini dalam bentuk pellet hingga
menjadi besi spons yang berbentuk pellet juga. Pabrik besi spons ini terdiri dari
Pabrik besi spons dengan teknologi Hylsa yaitu teknologi HYL-I dan teknologi
HYL-III. Hasil produksi dari pabrik besi spons digunakan sebagai bahan baku
pembuatan baja yang nantinya akan dikirim ke Slab Steel Plant dan Billet Steel
Plant berupa slab dan billet.
B. (Slab Steel Plant/SSP)
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memiliki dua pabrik baja slab, yaitu Slab Steel
Plant I (SSP I) dan Slab Steel Plant II (SSP II). SSP I mempunyai tempat
berkapasitas 130 ton/heat dengan empat dapur baja listrik dan dua mesin
concast (mesin tuang kontinyu) serta ladle furnace. Sedangkan SSP II hanya
memiliki dua dapur baja listrik, satu mesin concast, ladle furnace, dan RH-
vacuum degassing. Produk yang dihasilkan plant ini pada Gambar 3. 2.
21
C. Baja Billet (Billet Steel Plant/BSP)
Pabrik Billet baja merupakan pabrik yang membuat baja dalam bentuk
batangan. Penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan baja profil, baja
tulang beton, dan baja kawat. Bahan utama pabrik ini adalah besi spons, besi
tua (scrap), dan paduan ferro yang dilebur dan diolah di dalam dapur listrik
(Electric Arc Furnace) untuk dicairkan. Produk akhir plant ini pada Gambar 3.
3
22
spesifikasi yang berbeda. Hasil dari plant HSM yaitu Hot Strip Coil dan Hot
Strip Sheet dapat dilihat pada Gambar 3. 5.
23
Gambar 3. 8. Penggunaan pada produksi pelat-timah
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Proses Produksi adalah suatu rangkaian aktivitas untuk menciptakan suatu produk
melalui tahapan – tahapan proses dari bahan baku yang melalui serangkaian
proses baik secara kimia maupun fisik hingga menjadi produk setengah jadi
maupun produk jadi. Proses produksi dalam suatu industri manufaktur biasanya
terpadu dan terstruktur tahapan prosesnya berdasarkan peta proses dan aliran
materialnya. Kemudian juga pasti ada dilakukan proses pengecekan untuk
memastikan produk yang dihasilkan semaksimal mungkin tidak ada kecacatannya.
24
3.3.1. Proses Produksi Besi Spons (Direct Reduction Plant/DR)
25
3.3.2. Proses Produksi Slab Baja (Slab Steel Plant/SSP)
26
Gambar 3. 12. Proses pembuatan baja billet
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Pabrik baja billet ini memproses baja batangan yang digunakan sebagai bahan
utama untuk pembuatan baja profil, baja tulang beton, dan baja kawat. Bahan baku
plant ini adalah besi spons, besi tua (scrap), dan paduan ferro yang dilebur dan
diolah di dalam dapur listrik (Electric Arc Furnace) untuk dicairkan. Setelah
mencair, selanjutnya baja di tuang dalam cetakan atau sebuah mesin pengecoran
kontinyu (Continuous Casting Machine) sehingga menjadi bilet baja hal ini dapat
dilihat pada Gambar 3. 12. Pabrik BSP mempunyai empat buah dapur listrik
dengan kapasitas 65 ton baja cair atau Billet Continuous Casting. Kapasitas pabrik
BSP adalah 600.000 ton/tahun. Pabrik ini menggunakan sumber radioaktif untuk
mengukur level dari baja cair. Penampang billet pada pabrik baja ini diproduksi
dalam tiga macam ukuran yaitu 110 x 110 mm, 120 x 120 mm dan 130 x 130 mm
dengan standar panjang 9 m dan 12 m. Hasil dari pengolahan pabrik billet baja ini
dipakai untuk bahan baku wire rod bar dan section mill.
Proses produksi pabrik ini dimulai dari bahan baku billet baja masuk ke mesin WB
Reheating Furnace, kemudian mulai proses pengerolan bahan baku billet secara
bertahap memasukin Cantilever Pre Roughing Mill, Roughing Mill, Intermediate
Mill sampai penggulungan Wire Rod sesuai pada Gambar 3. 13.
Pabrik ini menggunakan bahan setengah jadi dari pabrik Billet sebagai bahan baku
utama untuk diolah menjadi batang baja kawat. Kapasitas produksi saat ini
sebesar 450.000 ton/tahun batang kawat baja. Dengan variasi produk :
1. Batang kawat karbon rendah.
2. Batang kawat untuk graphite electrode las.
3. Batang kawat untuk cold heading diameter 5,5mm, 8mm, 10mm, dan 12mm.
Penampang 110 x 110 mm. Panjang 10m. Berat 900 kg.
Produk-produk pabrik batang kawat juga merupakan bahan baku dari pabrik-
pabrik seperti pabrik mur dan baud, kawat las, kawat paku, tali baja, dan lain
sebagainya.
27
Gambar 3. 13. Aliran proses produksi Wire Rod Mill
Sumber: PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
3.3.5. Proses Produksi Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill/HSM)
28
Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1983 dan menggunakan teknologi SMS
yang berasal dari Jerman. Pada pabrik ini terjadi pemrosesan baja panas hingga
pada suhu ± 1250 ºC.
Terdapat tiga jenis produk yang dapat dihasilkan pada pabrik HSM ini, antara lain
adalah:
1. Coil, yang memiliki spesifikasi:
Ketebalan : 1,8 – 25 mm
Lebar : 600 – 2080 mm
Diameter (inner) : 760 mm
Diameter (outer) : 2200 mm
Berat : 5 – 30 ton
2. Plate, dengan ukuran spesifikasi:
Ketebalan : 1,8 – 25 mm
Lebar : 600 – 2080 mm
Panjang : 1500 – 12000 mm
Berat : 7,5 ton
3. Sheet, dengan spesifikasi ukurannya:
Ketebalan : 2 – 6 mm
Lebar : 600 – 2080 mm
Panjang : 1000 – 6000 mm
Plant Hot Strip Mill (HSM) berkapasitas produksi 2.4 juta ton/tahun. Control set up
computer merupakan pengandalian proses yang berlangsung secara otomatis.
Hal ini dapat menjamin kualitas produk yang didapatkan dalam hal kekuatan
mekanik, toleransi ukuran, maupun kualitas bentuk (shape).
Pemanfaatan radioaktif digunakan untuk mengukur ketebalan dan profil strip
bertujuan mengatur posisi slab dalam furnace. Selain itu juga, pabrik ini
menghasilkan strip dengan ketebalan 2 mm sampai dengan 25 mm, lebar 500 mm
sampai 2080 mm. Kapasitas terkini adalah 2.400.000 mtpy.
29
Proses awal sebelum di tipiskan, baja slab harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan tangki yang berisi dengan HCl, dan kemudian dilakukan
proses pemanasan dengan menggunakan Batch Annealing Furnace dan
Continous Annealing Line hingga menghasilkan produk yang diinginkan sesuai
permintaan konsumen (make to order). Dan dengan dilengkapinya teknologi
CLECIM dari Perancis, dimana dapat menghasilkan kapasitas produksi 850 ribu
ton per tahun. Pada Gambar 3. 15. Merupakan alur dari proses produksi baja
lembaran dingin (CRM)
HSM Keterangan
Full Hard
Soft
CPL
Pickle Oil
CTCM
TBI 0.4 mm
0.6 mm
BAF TPM PRP
> 0.6 mm
REC
Holding Gudang
ECL 1 Area Coil
0.4 mm SHR
ECL 2
> 0.4 mm
CAL
30
RINSING
SECTION
PICKLING SCALE
TANKS BREAKER
DRYER
PREPARATION
FLASH SECTION
SIDE BUTT WELDER
TRIMMER
MAGNETIC
THREADING
OILER
ROLLS
RECOILER
ENTRY ACCUMULATOR
SCRAP PROCESSOR
CHOPPER
31
memiliki ketebalan ≥ 0,4 mm. Sedangkan untuk ketebalan < 0,4 mm harus
melewati mesin ECL 1 untuk dibersihkan dari kotoran minyak dan partikel-
partikel yang menempel di coil. Keuntungan dari proses penipisan pada
CTCM adalah :
a. Mutu coil yang didapatkan akan lebih baik, karena seluruh proses
reduksi ketabalan baja dilakukan langsung pada satu proses.
b. Pembebanan kerja yang lebih optimal pada alat pemutar rol pada
masing-masing unit pengerolan, karena setiap unit diatur untuk
memproses pada ketebalan tertentu.
c. Penambahan dan pengurangan kecepatan pada setiap coil nya hanya
dilakukan satu kali saja, karena mengurangi atau menambah kecepatan
yang dilakukan berulang kali dapat menyebabkan putusnya lembaran
baja.
Spesifikasi yang dimiliki oleh mesin CTCM adalah :
a. Kecepatan rolling maksimum : 1980 rpm
b. Tenaga rolling maksimum : 2500 MT
c. Tekanan maksimum : 215 bar
d. Berat coil maksimum untuk diproses : 23,4 MT
e. Motor Penggerak
Stand 1 : 2 x 1900 kW = 3.800 kW
Stand 2-5 : 3x 1.900 kW = 5.700 kW
f. Tension reel : 8,8 MT
g. Rasio pengurangan ketebalan maks : 92%
h. Ketebalan strip
Entry Side : 1,8 – 6 mm
Delivery Side : 0,18 – 3 mm
Lebar Strip : 600 – 1300 mm
i. Ukuran Coil
Entry Side I.D : 610 mm
Entry Side O.D : 1000 – 2000 mm
Delivery Side I.D : 420 - 508 mm
Delivery Side O.D : 1000- 2000 mm
j. Kapasitas Mill
907.575 MT/tahun : 64.830 coil/tahun
75.630 MT/bulan : 5.400 coil/bulan
32
1.000 MT/shift : 70 coil/shift
C. Electrolytic Cleaning Line (ECL)
Electrolytic Cleaning Line (ECL) pada dasarnya berfungsi untuk
menghilangkan sisa lapisan minyak dan oli yang ada di permukaan lembaran
baja. ECL menggunakan arus listrik dengan densitas yang tinggi sehingga
proses elektrolisis berlangsung untuk mengangkat dan menghilangkan
lapisan minyak dan gemuk. Pabrik CRM memiliki 2 ECL yang masing-
masing memiliki aktivitas yang berbeda. Perbedaan antar keduanya adalah
pada tabel strip yang di proses. Pada hasil proses ECL ada yang langsung
masuk ke proses BAF jika masih berbentuk soft dan ada juga yang langsung
di jual ke konsumen jika sudah berbentuk full hard.
Proses di ECL berlangsung di dalam larutan sabun panas yang mengandung
alkalin. Di dalam larutan elektrolit ini lembaran baja dihubungkan dalam
salah satu kutub listrik dari generator. Proses pembersihan dilakukan secara
elektrolit dengan menggunakan larutan alkaline tanpa mengubah struktur
fisik atau mekanis logam. Selain itu, ECL berfungsi untuk mengendalikan
konsentrasi larutan cleaning, pemotongan sisi, tension coilig, dan
kebersihan strip dari kotoran akibat proses penipisan, dan juga tempat
finishing process. Dalam sistem rol bermuatan di mana lembaran baja di
lewatkan pada rol, arus listrik mengalir saat lembaran baja menyentuh rol.
Proses pengangkatan kotoran berlangsung saat permukaan atas dan bawah
lembaran baja melewati rol atas dan bawah. Setelah melewati ECL, coil siap
untuk diproses lebih lanjut di tungku Batching Annealing Furnace (BAF)
untuk coil yang soft dan coil yang fullhard bisa langsung digulung lalu di
packing dan masuk gudang dan siap dikirim ke konsumen.
D. Batch Annealing Furnace (BAF)
Coil yang telah dirol dingin pada ECL atau CTCM selanjutnya harus
dipanaskan dan didinginkan terlebih dahulu secara bertahap di udara
(annealing process) di tungu annealing yang berbentuk lonceng. Lembaran
baja yang telah mengalami proses penarikan dan pengerasan di unit
pengerolan tidak cocok untuk dicetak. Oleh karena itu lembaran baja harus
melalui proses perlakuan panas suhu antara 5900 C – 7000 C untuk
mendapatkan sifat-sifat baja yang tepat, baik dari segi keuletan, kemampuan
tarik yang lebih panjang, kehalusan permukaan dan kemampuan cetak untuk
proses selanjutnya.
33
Tungku annealing terdiri dari bagian dasar, selubung tungku, selubung
dalam, selubung pemisah, gas pendukung produksi, peralatan kontrol dan
pengukuran elektrik, unit pengubah panas dan bahan bakar minyak. Pada
proses ini beberapa coil ditumpuk di dasar dan udara di dalamnya disegel
oleh selubung dalam. Tumpukan selanjutnya di panaskan oleh bahan
pembakar yang melingkar di selubung luar. Alat penghembus di dasar
tungku meratakan distribusi panas dalam tungku. Selubung dalam alat
menyerap panas dari selubung luar dan suhu di dalamnya akan mengontrol
secara otomatis. Setelah dipanaskan beberap saat selubung luar diangkat
dan proses pendinginan dimulai. Selubung pendingin selanjutnya
ditempatkan di luar selubung dalam dan udara (temperatur kamar)
dihembuskan di antara dua selubung tadi. Selubung pendingin menyerap
panas dari selubung dalam dengan bantuan kipas. Ketika suhu bagian luar
coil sudah dibawah 5000 C, pendinginan yang cepat dimulai dengan gas
pendingin atau apabila temperatur coil sudah mencapai 1400C , selubung
luar diangkat dan tumpukan dapat dipindahkan. Untuk mendukung proses
annealing dan untuk mendapatkan sifat-sifat yang tepat, dibutuhkan gas
pendukung dan ruang pasca pendinginan. Gas pendukung ini terdiri dari gas
pemurnian, yaitu HNX 5% H2 dengan titik embun 00C. Ruang paska
pendinginan digunakan untuk menyimpan coil setelah proses annealing.
Disini tekanan udara dan kondisi kelembaban di jaga dalam suhu 450C
dengan kipas yang terdapat pada ruang paska pendinginan.
34
a. Membersihkan strip dari sisa-sisa oil yang masih menempel.
b. Memperbaiki sifat mekanis baja setelah melewati pengerjaan dingin.
c. Memperbaiki bentuk permukaan strip.
F. Temper Pass Mill (TPM)
Prinsip pengerolan di TPM hampir sama dengan prinsip pengerolan di
CTCM, hanya bedanya pada TPM ini ditujukan untuk mendapatkan
karakteristik mekanik dan bentuk permukaan tertentu. Serta memperbaiki
bentuk lembaran bajanya. Pengukuran pengurangan ketebalan yang terjadi
adalah maksimal 5%. Adapun fungsi dari pengerolan temper adalah:
a. Menstabilkan dan merubah sifat metalurgi baja.
b. Memperbaiki bentuk lembaran baja.
c. Merubah pola dan tekstur permukaan lembaran baja.
G. Cold Rolling Finishing (CRF)
Lembaran baja yang keluar dari TPM kemudian di proses sesuai dengan
permintaan konsumen. CRM mempunyai empat pemrosesan akhir, masing
– masing adalah :
1. Preparation Line (PRP)
Unit ini adalah proses lanjutan Mill sebelumnya yaitu Mill TPM, merupakan
inspeksi akhir dari proses lembaran baja dengan ketebalan 0,18 – 0,6 mm.
Coil dilakukan pengecekan/pemeriksaan dari ukuran tebal, lebar, oiling,
packing, dan pemeriksaan lainnya untuk memastikan kalau spesifikasi coil
sudah sesuai dengan spec yang diminta oleh konsumen. Jika sudah sesuai
dengan spec yang diminta, coil tersebut di packing kemudian di kirim ke
Holding Area dan siap untuk di kirim ke konsumen.
2. Recoiling Line (REC)
Unit ini adalah proses lanjutan Mill sebelumnya yaitu Mill TPM, merupakan
inspeksi akhir dari proses lembaran baja dengan ketebalan >0,6 mm. Coil
dilakukan pengecekan/pemeriksaan dari ukuran tebal, lebar, oiling, packing,
dan pemeriksaan lainnya untuk memastikan kalau spesifikasi coil sudah
sesuai dengan spec yang diminta oleh konsumen. Jika sudah sesuai dengan
spec yang diminta, coil tersebut di packing kemudian di kirim ke Holding Area
dan siap untuk di kirim ke konsumen.
3. Shearing Line (SHR)
Bagian ini memproses coil denganimemotongnya menjadi lembaran –
lembaran dengan panjang tertentu. Disini sisi lembaran baja juga dapat
35
diratakan sesuai dengan keinginan konsumen. Selanjutnya, lembaran
diperiksa setelah pemotongan dan lembaran baja yang dimensinya tidak
tepat akan di buang menjadi scrap.
4. Slitting Line
Unit ini berfungsi untuk memotong coil dengan ukuran lebar tertentu. Coil di
iris menjadi beberapa buah coil dengan lebar tertentu tergantung
pemesanan konsumen.
Output utama dari pabrik CRM ini ada 2 macam bentuk yaitu:
- CRC (Cold Roll Coil) yang bentuk akhirnya berupa gulungan baja.
- CRS (Cold Roll Sheet) yang bentuk akhirnya berupa lembaran- lembaran
baja.
Jika berdasarkan ukurannya, output CRM bisa di bagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Lite, yaitu baja dengan ukuran ketebalan ≤0,2 mm dengan kapasitas
produksi 500 ton/shift.
2. Medium, yaitu baja dengan ukuran ketebalan 0,21 – 0,59 mm dengan
kapasitas produksi 700 ton/shift.
3. Heavy, yaitu baja dengan ukuran ketebalan ≥0,6 mm ke atas dengan
kapasitas produksi 1300 ton/shift.
Pembuatan produk akhir CRM ini tergantung pada demand atau permintaan
konsumen, jadi tidak tetap perbulannya jumlah CRC dan CRS yang akan
diproduksi. Selain itu, tidak semua output akhir CRM harus melewati
keseluruhan unit proses produksi yang ada di CRM, karena setiap quality
code mempunyai flow/alur proses masing-masing. Ada produk yang setelah
diproses di lini CPL lalu masuk ke lini CTCM, kemudian itu masuk ke dalam
warehouse (finished good) dan siap untuk dijual atau dikirim ke konsumen
dan ada pula yang masuk ke CPL lalu ke TCM, BAF, TPM, PRP baru
kemudian masuk ke warehouse (finished good).
36
Overhau
l
Preventif
Shutdown Prepare
time
Friday
Plant Set
Up
Calendar Idle
Time Working Time
Delay
Time Set Up
Time
Breakdown
Loading Time
Force Time Operating
Meajure Time
Calendar Time dibagi tiga yaitu, Shutdown Time, Working Time dan Force
Meajure. Dimana shutdown time adalah waktu yang ada untuk
mengistirahatkan mesin produksi untuk proses perbaikan maupun
perawatan secara berkala atau periodik. Didalam shutdown time sendiri
memiliki beberapa proses untuk berbagai mesin yang berbeda, yaitu:
- Overhaul = keadaan mesin untuk off dengan jangka waktu
yang relatif panjang untuk melakukan perawatan dan perbaikan mesin
produksi (kurang lebih 20 hari).
- Preventif prepare = proses persiapan yang dilakukan secara terus
menerus. Proses tersebut terdiri dari proses maintenance maupun
produksi yang dilakukan maksimal 2 shift atau 16 jam.
- Friday = keadaan mesin off pada setiap hari Jumat kurang
lebih 1 jam diperuntukkan juga kepada karyawan operator produksi.
- Plant set up = keadaan mesin off untuk melakukan kegiatan
penyesuaian.
Selain itu, working time adalah waktu yang tersedia untuk proses produksi.
Working time sendiri adalah pengurangan dari calendar time dikurangi
dengan shutdown time. Working time terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Delay adalah unloading time, keadaan mesin saat beroperasi terkendala
terhadap penyediaan bahan baku.
Delay terbagi menjadi 2 juga, yaitu idle time yang berarti terkendalanya
mesin terhadap keterbatasan bahan baku maupun bahan penunjang
37
lainnya. Proses ini mempunyai batas maksimal 13% dari total waktu
produksi. Proses lainnya adalah set up time yang berarti proses persiapan
dari suatu produksi terhadap mesin-mesin yang dipakai. Mulai dari mesin
dinyalakan sampai mesin siap untuk digunakan dalam kegiatan produksi.
2. Loading Time terdiri dari 2 proses waktu, yaitu breakdown time dan
operating time. Breakdown time adalah keadaan mesin yang tiba-tiba
harus berhenti jika mesin produksi tersebut mengalami kerusakan dalam
proses produksi atau memang harus melakukan perbaikan. Operating
time adalah waktu efektif yang diperlukan dalam proses operasi atau
produksi.
3. Force Meajure adalah proses pengistirahatan mesin produksi secara tiba-
tiba disebabkan oleh bencana alam (misal.: gempa bumi, tsunami,
kebakaran,dll)
3.4. Fasilitas Produksi
Dalam proses produksi, perlu adanya fasilitas-fasilitas penunjang produksi. Tata
letak fasilitas secara umum diartikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas
pabrik dalam menunjang kelancaran proses produksi. Keseluruhan fasilitas
tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses produksi sehingga hasil
produksi dapat diproduksi dengan jumlah dan kualitas sesuai dengan yang
diharapkan, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan biaya yang minimal
namun optimal.
Definisi dari fasilitas produksi adalah fasilitas-fasilitas dalam perusahaan yang
sekira mampu mendukung kelancaran jalannya proses produksi. PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk memiliki beberapa aktivitas yang berfungsi untuk
mengoptimalkan kerja di proses produksi. Pada Gambar 3. 18. merupakan
gambaran layout fasilitas produksi. Sedangkan penjelasan masing – masing lini
sudah dijelaskan pada sub – sub bab 3.3.6.
38
MESIN PEMBUAT ALAT WILAYAH PHP
PACKAGING & GUDANG Ke Konsumen
SPARE PART Gudang Finish Product Cold Rolled Coil
Packing Area
N1 Yard W3 – PRP W3 BACS
W3 – REC W3 – SHR
Gudang Preparation
Recoiling Line Shearing Line W3 – SLT
Line
Bahan Slitting Line
Ke N7
Ke N7
39
Penanganan material yang terjadi di lantai produksi. Jenis material handling
yang ditangani antara lain penyimpanan, perawatan, pengepakan, dan
pemindahan barang.
2. External Transportation
Penanganan material seperti ini dibagi menjadi dua yaitu penanganan bahan
baku dan penanganan produk jadi. Pemindahan bahan baku dari supplier
dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya dan pada
pemindahan produk jadi diatur pada perjanjian pembelian barang.
Jenis peralatan penanganan material yang digunakan PTKrakatau Steel (Persero)
Tbk antara lain:
1. Rak
Digunakan untuk tempat penyimpanan komponen-komponen yang berukuran
kecil.
2. Crane
Crane dipakai hampir diseluruh divisi atau unit produksi PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk untuk memindahkan baja yang sudah jadi.
3. Forklift
Terdapat forklift juga di setiap unit produksi dengan jenis dan kapasitas yang
berbeda.
4. Truk
Truk ini digunakan untuk memindahakan komponen-komponen yang hampir
jadi maupun sudah jadi pada antar unit produksi PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk Setiap truk yang ada mempunyai kapasitas tersendiri. Terutama bagi unit
produksi CRM.
3.4.2. Warehousing
Gudang merupakan salah satu fasilitas produksi yang menjadi bagian dari
penanganan material sebagai tempat untuk menyimpan barang. PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk memanfaatkan fasilitas gudang untuk menyimpan material
atau bahan baku serta produk jadi.
Gudang yang dimiliki PT Krakatau Steel (Persero) Tbk antara lain:
- Gudang N1 yard
Untuk menyimpan barang dari unit produksi HSM dengan kapasitas 80332
ton/tahun.
40
- Gudang N2 yard
Untuk menyimpan barang dari unit produksi CPL dengan kapasitas 950800
ton/tahun.
- Gudang N3 yard
Untuk menyimpan barang dari unit produksi CTCM dengan kapasitas 907346
ton/tahun.
- Gudang N4 yard (Down Ender)
Untuk menyimpan barang dari produksi CTCM menuju proses BAF dengan
kapasitas 570000 ton/tahun.
- Gudang N5 yard
Untuk menyimpan barang dari produksi ECL1 dan ECL2 yang sebelumnya
adalah proses packing.
- Gudang N6 yard
Untuk menyimpan barang/baja soft full dari proses CAL atau sering disebut
juga post cooling.
- Gudang N7 yard
Untuk menyimpan barang/baja dari proses produksi TPM untuk sebelumnya
disalurkan dan dikumpulkan di gudang terakhir.
- Gudang Coil
Gudang ini adalah tempat pemberhentian terakhir barang atau baja yang
menyimpan seluruh produk jadinya dengan kapasitas 82600 ton/tahun.
41
BAB 4
a. Diiberikan fasilitas ruang kerja bersama dengan mahasiswa lain yang sedang
mengerjakan kerja praktek sehingga mampu mengerjakan tugas yang diberikan
b. Dapat ijin berkunjung untuk mengamati proses produksi secara langsung
namun dengan izin dari pembimbing lapangan
c. Diberikan ijin untuk meminta atau mengambil data yang dibutuhkan baik ke
pembimbing lapangan maupun secara langsung bila dibutuhkan
d. Diizinkan untuk mewawancarai operator maupun seseorang dilapangan namun
dengan kondisi yang mendukung dan tidak sedang kondisi padat – padatnya.
42
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
4.3.1. Latar Belakang Pekerjaan
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
manufaktur. Produksi dari perusahaan ini merupakan baja. Baja yang dihasilkan
berbagai kategori berdasarkan area produksinya. Terdapat 7 area produksi di
perusahaan ini yaitu Direct Reduction Plant (DR), Slab Steel Plant (SSP) 1 dan 2,
Billet Steel Plant (BSP), Wire Rod Mill (WRM), Hot Strip Mill (HSM), dan Cold
Rolling Mill (CRM). Masing – masing pabrik ini memiliki input dan output masing –
masing namun ada yang hasil produksi pabriknya menjadi bahan baku pabrik
lainnya.
Semua pabrik menghasilkan produknya masing – masing. Hal ini juga berlaku
pada pabrik CRM. Pabrik ini menggunakan bahan baku Hot Strip Coil yang
dihasilkan dari pabrik HSM atau menggunakan bahan baku yang sama hanya saja
perusahaannya berbeda. Pabrik ini selalu melakukan produksi 24 jam namun
selama 1 bulan pasti ada waktu maintenance-nya. Produksi di pabrik ini
berdasarkan permintaan konsumen hanya saja terkadang sering terjadi ketidak
tepatan jumlah order yang dihasilkan atau target produksi bulanannya tidak
tercapai. Faktor – faktor penyebab tidak tercapainya target ini bisa dari mesin,
energy, bahan baku, dan sdm. Jarang dilakukan analisis pengaruh faktor mesin,
energy, bahan baku dan sdm dalam perusahaan ini. Sehingga pekerjaan ini
dilakukan.
43
Mulai
Mempelajari sistem
produksi Plant CRM
Melakukan
konsultasi mengenai
tugas yang akan
diteliti
Melakukan
pengambilan data
Mencari literatur/
sumber pemecahan
masalah
Analisis Data
Memberikan Saran
dalam bentuk
laporan
Presentasi Tugas
Selesai
44
Berikut penjelasan metodologi pekerjaan:
1. Mulai
2. Mempelajari sistem produksi Plant CRM
Mempelajari sistem disini artinya melakukan observasi di lapangan langsung
mengenai cara kerja dan hasil yang didapat dari plant CRM
3. Melakukan konsultasi mengenai tugas yang akan diteliti
Konsultasi dilakukan agar pekerjaan dikerjakan memberikan hasil yang
bermanfaat bagi perusahaan sendiri dan memastikan data yang dibutuhkan
bisa didapatkan
4. Melakukan pengambilan data
Data yang diambil disini berarti meminta langsung ke bagian akuntansi pabrik
dan observasi langsung ke pabrik untuk melihat baik – baik sistem tiap lininya.
5. Mencari literature/ sumber pemecahan masalah
Literatur yang dicari bertujuan agar pengolahan data dan hasil yang didapatkan
bisa sesuai dengan tujuan pekerjaan.
6. Analisis Data
Melakukan analisis dan pengolahan data dengan metode yang telah ditetapkan
7. Memberikan saran dalam bentuk laporan
Laporan yang diberikan berisi mengenai hasil pekerjaan sampai sarannya
8. Presentasi Tugas
Melakukan presentasi hasil pekerjaan di divisi SCI – CRM
9. Selesai
Berdasarkan data Analisa Biaya Produksi periode November 2017 terlihat secara
sederhana terjadi perubahan produktivitas secara berkala dari bulan ke bulan
namun karena hanya berupa angka – angka saja maka dilakukan pengolahan
datanya dan menganalisis produtivitas di lantai produksi secara parsial pada
produk CRC/S (Cold Rolled Coil/Sheet). Sehingga menganalisis Produktivitas
Parsial dengan metode Marvin. E. Mundel pada Produk Cold Rolled Coil/Sheet
(CRC/S) di Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
45
4.4.1. Tujuan dan Manfaat Pekerjaan
4.4.1.1. Tujuan Pekerjaan
Tujuan yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh dari energy, material, dan tenaga kerja yang dikeluarkan
terhadap output yang dihasilkan dengan metode Marvin E. Mundel
2. Mampu menyajikan data yang dihasilkan dengan grafik untuk mempermudah
pemahaman bagi pembacanya dengan menggunakan grafik garis pada excel
46
perbandingan yang dilakukan adalah pengukuran pada waktu terukur dengan
periode dasarnya. Dengan hasil yang didapatkan adalah indeks produktivitasnya.
Kemudian rumus – rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Output Total
Produktivitas Total = (4.1)
Input Total
OMP/OBP
IP = IMP/IBP
x 100 (4.2)
Keterangan:
IP = Indeks Produktivitas
Kemudian data yang digunakan tidak semata – mata langsung digunakan namun
harus dicari harga konstannya menggunakan perhitungan dengan deflator.
Deflator sendiri merupakan indicator yang menunjukkan perubahan yang terjadi
terhadap barang maupun jasa itu sendiri. Sedangkan harga konstan sendiri
merupakan penyeimbang terhadap berbagai kondisi perekonomian yang dapat
mempengaruhi haraga – harga yang berlaku. Berikut rumus deflator dan harga
konstan:
IH Periode Penelitian−IH Periode dasar
Deflator = IH Periode Dasar
(4.3)
Nilai pada periode Penelitian x 100
Harga Konstan = 100+Deflator
(4.4)
47
4.4.4. Pengolahan dan Analisis Data
Berdasarkan data analisis biaya produksi PT Kratakatau Steel (Persero) Tbk di
Plant CRM dari Januari 2017 – November 2017 didapatkan data sesuai Tabel 4.
1.
Tabel 4. 1. Data Output dan Input
Input
No Periode Satuan Output
Material Tenaga Kerja Energi
48
Contoh perhitungan:
128.24 − 127.94
Deflator (Feb − 17) = = 0.002345
127.94
Tabel 4. 3. Deflator
Harga Konstan
No Periode Satuan Output
Output
1 Jan-17 USD 5,742,888.89 5,742,888.89
2 Feb-17 USD 5,147,000.00 5,146,879.31
3 Mar-17 USD 4,297,000.00 4,296,905.96
4 Apr-17 USD 5,295,000.00 5,294,838.60
5 May-17 USD 5,728,888.89 5,728,490.39
6 Jun-17 USD 5,659,333.33 5,658,546.07
7 Jul-17 USD 5,115,777.78 5,114,954.20
8 Aug-17 USD 5,234,111.11 5,233,305.29
9 Sep-17 USD 4,228,777.78 4,228,070.57
10 Oct-17 USD 5,703,111.11 5,702,152.88
11 Nov-17 USD 5744111.111 5743029.299
49
Contoh Perhitungan harga konstan untuk input:
21,114,487 𝑥 100
Harga Konstan Material (Feb − 17) = 100+(0.002345)
= 21,113,992
Indeks
No Periode Satuan Output Input Material Produktivitas
(%)
1 Jan-17 USD 5,742,888.89 22,824,537.60 100.00
2 Feb-17 USD 5,146,879.31 21,114,486.63 96.88
3 Mar-17 USD 4,296,905.96 17,837,921.25 95.74
4 Apr-17 USD 5,294,838.60 24,434,148.15 86.13
5 May-17 USD 5,728,490.39 28,515,258.00 79.85
6 Jun-17 USD 5,658,546.07 28,723,210.62 78.31
7 Jul-17 USD 5,114,954.20 23,775,167.96 85.52
8 Aug-17 USD 5,233,305.29 23,039,562.63 90.29
9 Sep-17 USD 4,228,070.57 18,757,378.15 89.60
10 Oct-17 USD 5,702,152.88 24,597,404.16 92.15
11 Nov-17 USD 5743029.299 25138183.22 90.82
50
Contoh perhitungan produktivitas parsial untuk Tenaga Kerja:
5,146,879.31/5,742,888.89
IP Material (Feb-17)= =91.16 %
115,341.57/117,327.22
Indeks
Input Tenaga
No Periode Satuan Output Produktivitas
Kerja
(%)
1 Jan-17 USD 5,742,888.89 117,327.22 100.00
2 Feb-17 USD 5,146,879.31 115,341.57 91.16
3 Mar-17 USD 4,296,905.96 125,297.78 70.06
4 Apr-17 USD 5,294,838.60 134,859.54 80.21
5 May-17 USD 5,728,490.39 138,171.19 84.70
6 Jun-17 USD 5,658,546.07 124,261.67 93.03
7 Jul-17 USD 5,114,954.20 125,214.08 83.46
8 Aug-17 USD 5,233,305.29 127,169.32 84.07
9 Sep-17 USD 4,228,070.57 127,095.80 67.96
10 Oct-17 USD 5,702,152.88 127,272.05 91.53
11 Nov-17 USD 5743029.299 124049.4329 94.58
Indeks
No Periode Satuan Output Input Energi Produktivitas
(%)
1 Jan-17 USD 5,742,888.89 1,686,466.65 100.00
2 Feb-17 USD 5,146,879.31 1,511,070.90 100.02
3 Mar-17 USD 4,296,905.96 1,413,598.82 89.26
4 Apr-17 USD 5,294,838.60 1,767,975.16 87.95
5 May-17 USD 5,728,490.39 1,612,330.71 104.34
6 Jun-17 USD 5,658,546.07 1,477,489.99 112.47
7 Jul-17 USD 5,114,954.20 1,531,038.56 98.11
8 Aug-17 USD 5,233,305.29 1,738,844.10 88.38
9 Sep-17 USD 4,228,070.57 1,509,436.37 82.26
10 Oct-17 USD 5,702,152.88 1,715,250.50 97.62
11 Nov-17 USD 5743029.299 1576242.828 107.00
51
Setelah didapatkan ketiga data produktivitas parsial masing – masing faktor,
dilakukan penyajian data menggunakan grafik pada Gambar 4. 2.
Produktivitas Parsial
120
100
80
60 Energi
40 Tenaga Kerja
Material
20
Kemudian dari grafik diketahui bahwa ternyata produktivitas tenaga kerja berada
dibawah 80% pada bulan Maret dan September hal ini bisa disebabkan karena
pencapaian target tidak terpenuhi. Hal in disebabkan karena order yang masuk
pada bulan tersebut tidak mencapai target yang dibutuhkan dikarenakan overhaul
dan maintenance sehingga konsumen sudah mengetahui jumlah yang bisa
dipesan periode tersebut. Juga pada bulan tersebut terjadi pengeluaran berupa
bonus yang diberikan kepada karyawan dan uang apresiasi kepada karyawan
yang telah bekerja secara optimal. Sehingga mengakibatkan pengeluaran untuk
tenaker lebih besar dari pada output yang dihasilkan.
Selain itu bisa dipengaruhi maintenance atau perawatan bulanan disalah satu lini
sehingga terjadi penurunan produksi. Sistim produksi di CRM sendiri flow shop.
Sehingga bila satu lini maintenance maka proses selanjutnya tidak bisa optimal
walaupun masih ada bahan baku di gudang sementara.
52
BAB 5
5.2. Saran
Saran yang bisa diberikan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan sendiri
bisa berupa penjadwalan produksi dan inventory yang lebih baik agar bila
melakukan maintenance/perawatan produk lainnya tidak terhambat prosesnya
karena menunggu bahan dari lini sebelumnya.
Pada material dan energi ini masih cukup normal namun bila memang ingin
ditingkatkan produktivitasnya maka bisa mencoba mensimulasikan pengganti jenis
mesin yang lebih baru karena mesin – mesin yang sekarang sudah tidak optimal
dan bisa mengakibatkan kerugian. Namun, simulasi yang dilakukan bisa juga
digunakan untuk pembangunan plant CRM kedua karena pertimbangan produksi,
waktu, biaya, material, pelanggan yang harus dipertimbangkan bila melakukan
pergantian mesin di plant CRM yang lama.
Selain itu bisa diteliti faktor lainnya untuk mengetahui keefektifan produktivitas plat
CRM sendiri karena baru faktor energy, material dan tenaga kerja yang di analisis
sedangkan faktor lainnya belum diteliti.
53
BAB 6
PENUTUP
54
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Indeks harga konsumen dan inflasi bulanan Indonesia. (Diunduh tanggal
20 Juli 2018). Tersedia pada: https://www.bps.go.id
55
LAMPIRAN
Mempersiapkan HRC
O-1
Mesin Uncoiler
Penyambungan kepala
O-2 dan ekor coil
Flash Butt Welder
Menarik Coil
O-3
Looper
Pelunakan Karat
O-4
Scale Breaker
Pembersihan karat
O-5
dengan cairan HCL
Pickling Tanks
O-6 Pembilasan
Mesin Wiper
Pengeringan
O-7
Mesin Dryer
Pelapisan Oil
O-9
Mesin Oiler
Penggulungan
O-10
Mesin Recoiler
Packaging
O-11 Mesin strap dan kertas
Fishy air paper
I-1 Inspeksi
N2
56
Lampiran 2. Tabel Perhitungan Biaya Produksi Aktual Des 2016 – Nov 2017
Biaya Produksi Aktual Des 2016 - Nov 2017
Keterangan Satuan Total
Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17
Produksi Ton 48,788 51,686 46,323 38,673 47,655 51,560 50,934 46,042 47,107 38,059 51,328 51,697 569,852
Target Ton 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 600,000
Bahan Baku USD/ton 419.290 441.600 455.810 461.250 512.730 553.050 563.930 516.380 489.090 492.850 479.220 486.260 5,871
BSI
Gaji dan Upah USD/ton 2.44 2.27 2.49 3.24 2.83 2.68 2.44 2.72 2.7 3.34 2.48 2.4 32
Operating Supplies USD/ton 0.44 0.49 0.88 0.64 0.61 0.26 0.27 0.46 0.88 0.9 0.5 0.36 7
General Supplies dan Equip. USD/ton 1.23 1.2 1.71 2.05 0.92 1.97 0.98 0.91 1.46 2.1 1.11 1.59 17
Gaji dan Upah USD/ton 6.7 7.92 12.78 13.18 10.23 8.74 12.77 8.29 8.71 10.18 5.89 7.5 113
Kesejahteraan Karyawan USD/ton 6.13 6.85 6.85 8.36 11.7 6.15 6.18 6.76 6.57 7.09 5.87 6.27 85
Penyusutan dan Amortisasi USD/ton 5.88 5.5 6.11 7.35 5.99 5.61 5.67 6.28 6.18 6.8 5.77 5.68 73
Reparasi dan Perawatan USD/ton 19.03 15.05 11.08 15.95 12.75 13.26 11.38 13.11 18.93 12.84 14.53 11.87 170
Utilities USD/ton 3.59 3.52 3.69 4.45 3.97 3.67 3.5 4.08 4.26 4.75 3.55 3.52 47
Gudang dan Peng. Barang USD/ton 0.01 - - - - - - - - - - - 0
Tenaga Ahli dan Riset USD/ton - - - - - - - - - - - - 0
Biaya Tetap dan Lainnya USD/ton 0.09 0.12 0.08 0.29 0.05 0.07 0.05 0.09 0.06 0.12 0.1 0.08 1
Direktorat Produksi USD/ton 5.72 5.99 6.86 10.63 5.88 6.3 7.38 8.26 6.16 7.66 4.77 9.49 85
Direktorat Logistik USD/ton 0.03 0.24 0.14 0.18 1.93 -3.12 0.19 0.48 0.14 0.18 0.08 0.21 1
Direktorat SDM & Umum USD/ton 0 0
Pusat Perawatan USD/ton 2.81 2.44 3.54 6.11 4.17 4.16 2.9 4.55 5.15 5.52 3.08 3.98 48
Kasubdit Pengerolan Baja USD/ton 0.06 0.05 0.06 0.1 0.11 0.07 0.11 0.09 0.4 0.36 0.05 0.09 2
Penj. Dan Peng. Slab dan Baja Lemb. USD/ton 0.31 0.24 0.35 0.41 0.22 0.27 0.27 0.28 0.3 0.35 0.22 0.24 3
PHP BLD dan Baja Batangan USD/ton - - - - - - - - - - - - 0
Pengendalian Kualitas BLD USD/ton 0.89 1.06 1.47 1.27 1.78 0.95 1.11 0.98 1.17 1.13 0.74 0.87 13
57
Lampiran 3. Mesin Crane
58
Lampiran 5. Mesin di Lini CPL
59