Disusun Oleh :
RIAN ANTONO
31601400973
i
PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT KRAKATAU STEEL PERSERO TBK
Oleh :
RIAN ANTONO
31601400960
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
iii
kepada pembaca dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Dan
laporan Kerja Praktek ini diharapkan penulis bisa dapat bermanfaat bagi pembaca
dan tentu bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
Rian Antono
iv
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………….….i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………ix
BAB IPENDAHULUAN………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………........2
1.2 Perumusan Masalah………………………………………...……………2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………...………….........2
1.4 Batasan Masalah…………………………………………………....…….2
1.5 Manfaat Penulisan………………………………………………………..2
1.6 Sistematika Penulisan……………………………….……………………3
BAB II DATA UMUM PERUSAHAAN………………………………………5
2.1 Sejarah Perusahaan…………………………………….…………….…..5
2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan…………………………….………………….8
2.1.1.1 Visi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk…………….……………...…..8
2.1.1.2 Misi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk…………….………...……….8
2.1.2 Logo Perusahaan……………………………………….………...………9
2.1.3 Budaya Perusahaan…………………………………….………………...9
2.2 BIDANG USAHA…………………………………………….…………10
2.3 ORGANISASI DAN MANAJEMEN………………….……………….15
2.4 PROSES PRODUKSI………………………………..………………….17
2.4.1 Unit Kerja Besi Spons (Direct Reduction Plant/DR…………………....18
2.4.2 Unit Kerja Baja Slab (Slab Steel Plant/SSP)………………………..….21
2.4.3 Unit Kerja Baja Billet (Billet Steel Plant/BSP)…………………….…..23
2.4.4 Unit Kerja Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill/HSM)………..……25
2.4.5 Unit Kerja Baja Batang Kawat (Wire Rod Mill/WRM)……………….28
2.4.6 Unit Kerja Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill/CRM…………30
v
1.4.6.1 Continuous Picking Line (CPL).............................................................31
1.4.6.2 Continuous Tandem Cold Mill (CTCM)................................................32
1.4.6.3 Electrolytic Cleaning Line (ECL)...........................................................34
1.4.6.4 Batch Annealing Furnace (BAF)...........................................................35
1.4.6.5 Continuous Annealing Line (CAL)........................................................37
1.4.6.6 Temper Pass Mill (TPM)........................................................................38
1.4.6.7 Cold Rolling Finishing (CRF)................................................................38
1.4.7 Aplikasi Produk CRM..............................................................................42
BAB III TINJAUAN PUSTAKA………...……………………………………43
3.1 Tinjauan Pustaka……………..…………………………………………44
3.1.1 Peramalan (Forcasting)…..……………………………………………44
3.1.2 Tujuan peramalan……………………………………………………..44
3.1.3 Tahap-tahap Peramalan………………………………………………44
3.1.4 Jenis Peramalan ………………………………………………………44
3.1.5 Metode Peramalan…………………………………………………….46
3.1.6 Pengukuran Akurasi Hasil Peramalan………………………………54
3.2 Metodologi Penelitian...............................................................................56
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA…………………59
4.1. Pengumpulan Data……………………………………………………...59
4.1.1. Data Yang Digunakan Diambil dari Divisi Cold Rolling Mill (CRM)
bagian SCI……………………………………………………………….59
4.1.2. Pola Data Pada Grafik …………………………………………………60
4.2. Pengolahan Data Peramalan Menggunakan POM for Windows….….60
4.3. Analisa Perhitungan menggunakan Software POM for Windows……76
4.4. Analisa Perbandingan…………………………………………………..82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….83
5.1. Kesimpulan ………………………………………………………….…..83
5.2. Saran……………………………………………………………………..83
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. ............................................. 9
Gambar 2.13 Struktur organisasi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. .................. 17
Gambar 2.14 Aliran proses produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. ............ 18
Gambar 2.15 Skema proses produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. ........... 18
Gambar 2.22 Hasil akhir produksi Hot Strip Mill Plant ....................................... 28
Gambar 2.24 Hasil akhir produksi Wire Rod Mill Plant ....................................... 30
vii
Gambar 2.25 Skema proses Mill Continuous Pickling Line (CPL) ...................... 32
Gambar 2.26 Skema proses Mill Continuous Tandem Cold Mill (CTCM)......... 33
Gambar 2.27 Skema proses Mill Electrical Cleaning Line 1 (ECL 1)................. 34
Gambar 2.28 Skema proses Mill Electrical Cleaning Line2 (ECL 2) .................. 35
Gambar 2.30 Skema proses Mill Continuous Annealing Line (CAL) .................. 37
Gambar 2.31 Skema proses Mill Temper Pass Mill (TPM) .................................. 38
Gambar 2.35 Hasil akhir produksi Cold Rolling Mill Plant ................................. 41
Gambar 2.36 Hasil akhir produksi Cold Rolling Mill Plant ................................. 41
Gambar 4.5 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Weight Moving Average
asumsi (n=2) bobot .................................................................................................... 65
Gambar 4.6 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Exponential Smoothing ... 67
Gambar 4.7 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Exponential Smoothing with
trend asumsi ............................................................................................................... 69
viii
Gambar 4.8 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Trend Analysis ( regress
over time ) .................................................................................................................. 71
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Jumlah Pengadaan CRC Produk divisi CRM .......................... 59
Tabel 4.5 Input Data Weight Moving Average asumsi ( n = 2 ) bobot 1 (0,6)
bobot 2 (0,4) ........................................................................................................... 63
Tabel 4.11 Input Data Exponential Smoothing with trend asumsi .................... 67
x
Tabel 4.12 Forecasting Result Exponential Smoothing with trend asumsi ..... 68
Tabel 4.13 Forecasting Detail Exponential Smoothing with trend asumsi ...... 68
Tabel 4.14 Input Data Trend Analysis ( regress over time ) .............................. 69
Tabel 4.15 Forecasting Result Trend Analysis ( regress over time ) ................ 70
Tabel 4.16 Forecasting Detail Trend Analysis ( regress over time ) ................. 70
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu pabrik PT. Krakatau Steel (Persero Tbk. Adalah Cold Rolling Mill
(CRM) yang outputnya yaitu berupa dua jenis produk CRC coil berupa gulungan
dan CRS coil yang berupa lembaran (sheet).
Pada CRM terdapat sembilan stasiun kerja, dimana salah satu output berupa
produk CRC yang merupakan produk berkualitas dari PT. Krakatau Steel (persero)
Tbk. yang tiap periode mengalami order yang naik turun seiring dengan banyaknya
perusahaan serupa akhir akhir ini.
1.8 Perumusan Masalah
Permasalahan yang diamati dalam kerja praktek di PT. Krakatau Steel yaitu:
1. Metode peramalan apa yang tepat dalam menentukan jumlah pengadaan
produk CRC ?
2. Berapa jumlah pengadaan Produk CRC pada 2017 ?
1.9 Tujuan Penelitian
Tujuan pengamatan ini antara lain adalah :
1. Supaya perusahaaan dapat melakukan peramalan dalam pengadaan Produk
divisi CRC.
2. Perusahaan dapat mencukupi stock permintaan pasar, sehinga dapat
digunakan dengan maksimal produk yang tersedia dan mengurangi
penumpukan produk digudang.
1.10 Batasan Masalah
1. Melakukan peramalan pengadaan produk pada PT. Krakatau Steel (Persero)
Tbk divisi CRM.
2. Data historis yang digunakan adalah data pengadaan yang diambil dari bulan
Januari sampai Desember 2016
3. Metode yang digunakan untuk pengolahan peramalan menggunakan software
POM for Windows.
1.11 Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
2
b. Kesempatan memperdalam ilmu maupun memahami profesi dalam suatu
model nyata.
c. Akan mendapatkan pengalaman nyata dari dunia kerja sekaligus
menambah wawasan tentang dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Bagi Perguruan Tinggi
3
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pengalaman dan peristiwa-
peristiwa yang didapat selama melaksanakan Kerja Praktek, dan
ditambahkan pula saran-saran.
4
BAB II
DATA UMUM PERUSAHAAN
5
Juni 1963. Proyek ini terhenti total pada tahun 1965 karena krisis politik
(pemberontakan G30S/PKI), yang kemudian diikuti dengan merosotnya secara
drastis perekonomian Indonesia. Hal ini ikut mempengaruhi hubungan Indonesia –
Uni Soviet yang akhirnya setelah melalui pertimbangan yang cukup matang,
pemerintah Indonesia menunda penyelesaian pembangunan Proyek Besi Baja
Trikora untuk sementara waktu.
6
untuk melanjutkan pembangunan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. dengan
rencana induk 10 tahun (1975-1985) yang pelaksanaannya dalam tiga tahap.
Pembangunan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. tahap I dengan kapasitas
produksi 0,5 Juta ton/tahun berdasarkan Keppres nomor 30 tanggal 27 Agustus
1975. Tanggal 27 Juli 1977 Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Besi Beton,
Pabrik Besi Profil, dan Pelabuhan Khusus Cigading PT. Krakatau Steel (Persero)
Tbk., disusul kemudian Peresmian Pabrik Besi Spons model Hylsa (50%), Pabrik
Bilet Baja, Wire Rod, PLTU 400 MW, dan Pusat Penjernihan Air (kapasitas 2000
liter/detik) serta KHI Pipe oleh Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979.
7
memberikan sertifikat ISO 14001 pada 1997 atas komitmen perusahaan pada
kesadaran lingkungan dan keselamatan kerja.
Berikut adalah visi dan misi dari PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
8
Berikut ini adalah logo dari PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. (Persero) Tbk
yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
1. Competence
Mencerminkan kepercayaan akan kemampuan diri serta semangat untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap mental demi
peningkatan kinerja yang berkesinambungan.
2. Integrity
Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan
dan ketentuan serta undang-undang yang berlaku melalui loyalitas pekerjaan dalam
memperjuangkan kepentingan perusahaan.
3. Reliable
Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon komitmen
dan janji dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk meningkatkan
kepuasan dan kepercayaan pelanggan.
4. Innovative
Mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru
dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses dan hasil
kerja diatas standar.
9
Bisnis yang dijalankan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. terdiri dari bisnis
utama dan bisnis penunjang. Bisnis utama PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. adalah
industri baja terpadu yang memproduksi berbagai jenis produk baja. Pada tahun
1996 PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. memisahkan unit bisnis penunjang menjadi
anak-anak perusahaan. Berikut adalah anak-anak perusahaan PT. Krakatau Steel
(Persero) Tbk.
10
PT. Krakatau Daya Listrik berdiri pada tanggal 28 Februari 1996. PT KDL
bekerja menyuplai listrik untuk kawasan industri PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
dan perusahaan lain yang berada di kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon-
Banten. PT. Krakatau Daya Listrik memiliki pembangkit listrik tenaga uap yang
berkapasitas 400 MW dan terdiri dari 5 unit turbin (masing-masing berkapasitas 80
MW). Selain itu juga terdapat sistem jaringan dan distribusi hingga ke konsumen.
11
PT. KTI berdiri pada tanggal 28 Februari 1996 dan 100% milik PT. Krakatau
Steel (Persero) Tbk.. Perusahaan ini menyediakan air untuk kebutuhan pabrik dan
mensuplai air bagi warga komplek perumahan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
sejak 1979. PT. KTI memiliki debit air sebesar 2000 liter/detik. Air berasal dari
sungai Cidanau yang berasal dari danau alami Rawa Dano dan diproses menjadi air
bersih dengan tahapan fokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan dilengkapi dengan sistem
disinfeksi.
12
7. PT. Krakatau Information Technology (PT. KIT)
PT. KIT berfokus pada teknologi bisnis informasi dan berdiri sejak 1993. PT.
KIT berprinsip pada kualitas penyelesaian masalah konsumen. PT. KIT terdiri dari
131 orang tenaga kerja professional dalam bidang pengelolaan dan pengembangan
sistem, otomasi pabrik, jaringan dan komunikasi, serta value added network.
Sampai sekarang PT. KIT masih dipercaya untuk menyelesaikan sepuluh (10)
bidang permasalahan yaitu industri baja; manufacturing, minyak, gas dan
penambangan; Industri kimia; Jasa Finansial dan Perbankan; Rumah Sakit.
13
berhasil mengembangkan berbagai macam bisnis, seperti properti industri, property
komersial, dan properti residensial.
14
pada Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
membukukan pendapatan bersih sebesar Rp. 17,9 triliun dan laba bersih Rp. 1,02
triliun. Pada tahun 2011, Perseroan dan anak perusahaan dengan aset bernilai Rp.
21,5 triliun memiliki 8.023 orang karyawan.
Adapun uraian, wewenang tugas dan dan tanggung jawab pada PT. Krakatau
Steel (Persero) Tbk. yang dipimpin oleh President Director Sukandar adalah
sebagai berikut :
1. Direktur Utama
Direktur utama sebagai pelaksana kebijakan di bidang penyelenggaraan dan
pelaksanaan kegiatan di seluruh pabrik. Direktur utama bertugas merencanakan,
merumuskan, dan melaksanakan seluruh kebijakan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan perusahaan.
2. Direktur Logistik
Direktur Logistik mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelian kebutuhan bahan baku atau barang-barang
yang akan digunakan oleh perusahaan.
b. Merumuskan pembelian kebutuhan bahan baku atau barang-barang
yang akan digunakan pada perusahaan.
c. Mengembangkan kebijakan pembelian kebutuhan bahan baku atau
barang-barang yang akan digunakan pada perusahaan.
15
d. Merencanakan riset untuk pengadaan prasarana penunjang kawasan
industri dan konstruksi.
e. Melaksanakan riset dan pengolahan data untuk pengadaan prasarana
penunjang kawasan industri dan konstruksi.
f. Mengembangkan dan mengevaluasi usaha pengadaan prasaran
penunjang kawasan industri dan konstrusi.
g. Merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan produksi serta
meningkatkan produktivitas produksi dan kualitas produk.
4. Direktur Pemasaran
Direktur Pemasaran mempunya tugas antara lain: merencanakan,
merumuskan, dan mengembangkan kebijakan di bidang pemasaran hasil produksi,
baik dalam negeri maupun luar negeri.
5. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan mempunyai tugas antara lain: merencanakan,
merumuskan dan mengembangkan kebijakan di bidang keuangan.
16
DIREKTUR UTAMA
General Manager General Manager General Manager General Manager General Manager
Inventory & Iron & Steel Sales Accounting Human Capital
Master Data Making Planning
General Manager General Manager General Manager General Manager General Manager
Procurement Rolling Mill Marketing Corporate Security &
Finance General Affair
Manager
Health, Safety
& Environtment
17
5. Pabrik Baja Batang Kawat (Wire Rod Mill/WRM)
6. Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill/CRM)
Berikut adalah gambar aliran proses produksi di PT. Krakatau Steel (Persero)
Tbk. yang dapat dilihat pada gambar 2.14 dan gambar skema proses produksi di PT.
Krakatau Steel (Persero) Tbk. yang dapat dilihat pada gambar 2.15.
Gambar 2.14 Aliran proses produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Gambar 2.15 Skema proses produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
18
masing berkapasitas 1 juta ton/tahun. Pabrik ini menggunakan proses reduksi
langsung atau tanpa dilebur, yaitu dengan mereaksikan pellet dengan gas alam dan
steam dalam sebuah reformer. Pabrik ini dapat memproduksi 2,3 juta ton besi spons
tiap tahun dari dua unit pabrik. Produk besi spons yang dihasilkan memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan sumber metalik lain, utamanya
disebabkan oleh rendahnya unsur pengotor (residual elements) serta kandungan
karbon yang cukup tinggi sehingga proses pembuatan menggunakan dapur listrik
berlangsung efisien dan akurat, menjamin konsistensi kualitas baja yang dihasilkan.
Pabrik besi spons terdiri atas pabrik besi spons dengan teknologi Hylsa yaitu
teknologi HYL-I dan teknologi HYL-III.
Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-I dari Meksiko yang mulai
beroperasi tahun 1979. Unit ini beroperasi dengan menggunakan 4 model. Tiap
model mempunyai empat buah reaktor dengan proses fixed batch. Unit ini
mempunyai kapasitas produksi satu juta ton besi spons per tahun. Kapasitas reaktor
200 ton per batch dan tingkat metalisasi 88-89%. Selama tahun 2002, HYL-I tidak
beroperasi atau diberhentikan operasinya karena umur ekonomisnya yang sudah
habis dan teknologinya yang obsolete (usang), sementara HYL-II diberhentikan
dalam proses pembangunan karena ketika sedang masa pembangunan HYL-II
teknologi HYL-III telah muncul sehingga pembangunan HYL-II segera
diberhentikan dan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. segera mengadopsi teknologi
HYL-III.
Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-III dari Meksiko yang lebih canggih
dari HYL-I mulai beroperasi tahun 1994. Unit ini beroperasi dengan menggunakan
dua reaktor tegak dengan proses kontinyu. HYL-III mempunyai kapasitas produksi
1,35 juta ton besi spons per tahun,untuk memenuhi kebutuhan besi spons tambahan
maka sedang dibangun Blast Furnace dengan kapasitas 2 juta ton per tahun dan
pabrik ini direncanakan akan mulai beroperasi di pertengahan tahun 2014. Dengan
teknologi proses kontinyu 170 ton spons atau hour (1993). Tingkat pencapaian
metalisasi 91-92%. Besi spons yang dihasilkan memiliki komposisi kimia:
19
1. Fe: 88-91% C: 1,5-2,5% SiO2 : 1,25-3,43% Al2O3: 0,61-1,63%
20
5. Inert Gas System 11. Emergency Generator
6. Instrument Air System
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Berikut adalah gambar proses produksi pabrik besi spons di PT. Krakatau
Steel (Persero) Tbk. yang dapat dilihat pada gambar 2.16.
Perbedaan pada kedua pabrik ini ada pada ukuran produk yang dihasilkan
pabrik SSP I dan SSP II. Pembuatan baja slab sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
pembuatan baja billet, yang membedakan adalah komposisi kadar spons dan scrap.
Jika pada baja billet proporsi spons: scrap yaitu 60 : 40, sedangkan pada slab
21
kadarnya mencapai 80 : 20. Pabrik baja slab memproduksi lembaran baja yang
bahan baku utamanya adalah besi spons dan scrap ditambah dengan batu kapur,
serta dicampur dengan unsur-unsur lain seperti C, Fe, dan Si. Pabrik ini juga
memanfaatkan peleburan ulang baja-baja reject (rusak) dari pabrik-pabrik lain
seperti Hot Strip Mill (HSM), Cold Rolling Mill (CRM), dan Wire Rod Mill (WRM).
Komposisi kimia dari baja didaur ulang sesuai permintaan konsumen. Pabrik ini
memproduksi baja slab dengan ukuran : tebal 200 mm, lebar 950 – 2080 mm, dan
panjang maksimum 12.000 mm, dengan berat maksimum 30 ton. Baja yang
dihasilkan dari SSP ini merupakan baja ultra low carbon dengan kandungan gas
terlarut (hidrogendan nitrogen) relatif rendah. Hasil produksi SSP ini kemudian
dikirim ke HSM. Kapasitas saat ini adalah 2.4 juta mtpy. Gambar aliran proses
produksi Slab Steel Plant di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. yang dapat dilihat
pada gambar 2.17.
22
Teknologi yang digunakan Mould 1983
ManGHH(Germany) 2 buah CCM 1983,1993
CCM (Germany Scafer
(modifikasi)
1983
Slab Steel Plant 2 EAF(4x130)-90MVAUHP 1993
Dengan kapasitas design: Ladle Furnace 1993
800.000 mtpy Tundish 1993
Teknologi yangdigunakan Mould 1993
VAI (Austria) Sebuah CCM dan Vacuum
1993
Degassing
Sumber : PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Berikut adalah gambar hasil akhir produksi Slab Steel Plant di PT. Krakatau
Steel (Persero) Tbk. yang dapat dilihat pada gambar 2.17.
23
dari baja cair. Penampang billet pada pabrik baja ini diproduksi dalam tiga macam
ukuran yaitu 110 x 110 mm, 120 x 120 mm dan 130 x 130 mm dengan standar
panjang 9 m dan 12 m. Hasil dari pengolahan pabrik baja billet ini dipakai untuk
bahan baku wire rod bar dan section mill. Fasilitas utama pabrik baja billet dapat
dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Fasilitas Utama Pabrik Baja Billet
Nama Pabrik Fasilitas Utama Berdiri Tahun
Billet Steel Plant EAF (4 x 65)
Dengan kapasitas produksi 2 x 60/66 MVA UHP 1978
675.000 Mtpy 2 x 30/36 MVA UHP
Ladle Furnace 1984
Teknologi yang digunakan: Water Cooling Panel 1987
1. ManGHH (Jerman Tundish 1978
2. CCM (Swiss) Continuous Casting Machine (CCM)
1978
dengan 2 mesin
Sumber : PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Berikut adalah gambar proses pembuatan baja billet di PT. Krakatau Steel
(Persero) Tbk. yang dapat dilihat pada gambar 2.19.
24
b. Mencapai target temperatur baja cair yang diinginkan.
c. Homogenisasi temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling gas
Argon.
d. Mengatur komposisi slag sehingga bata tahan panas (refraktori) dalam
ladle bisa tahan lama.
e. Mengendalikan kandungan oksigen dalam baja.
Berikut adalah gambar hasil akhir produksi Pabrik Baja Billet di PT. Krakatau
Steel (Persero) Tbk. yang dapat dilihat pada gambar 2.20.
Pada pabrik atau Plant Hot Strip Mill ini terdiri dari Rolling Mill yang
memproduksi Coil, Shearing Line, dan Skin Pass Mill yang masing – masing
memproduksi plate. Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1983. Ukuran pada
setiap yang produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
a. Tebal : 1.8 mm – 25 mm
b. Lebar : 650 mm – 2080 mm
c. Berat : Max. 30 Ton/Sheet/Plate/coil.
Pada PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. terdapat divisi HSM atau Hot Strip
Mill yang beroperasi untuk mengolah bahan slab yang berasal dari SSP menjadi
lembaran baja selanjutnya dengan spesifikasi yang berbeda. HSM pada PT.
Krakatau Steel (Persero) Tbk. mulai beroperasi pada tahun 1983 dan menggunakan
teknologi SMS yang berasal dari Jerman. Pada pabrik ini terjadi pemrosesan baja
panas hingga pada suhu ± 1250 ºC. Kapasitas produksi pada pabrik HSM ini adalah
2.4 juta ton/tahun.
25
Terdapat dua (2) jenis produk yang dapat dihasilkan pada pabrik HSM ini,
antara lain adalah:
1. Coil, yang memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 2.5 Spesifikasi Produk Coil pada pabrik HSM
Spesifikasi Nilai
Ketebalan 1,8 – 25 mm
Lebar 600 – 2080 mm
Diameter (inner) 760 mm
Diameter (outer) 2200 mm
Berat 5 – 30 ton
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
2. Plate, dengan ukuran spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 2.6 Spesifikasi Produk Plate pada pabrik HSM
Spesifikasi Nilai
Ketebalan 1,8 – 25 mm
Lebar 600 – 2080 mm
Panjang 1500 – 12000 mm
Berat 7,5 ton
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM)
mempunyai kapasitas produksi 2.4 juta ton/tahun. Pengendalian proses dilakukan
secara otomatis dengan control set up computer, sehingga dapat menjamin kualitas
produk yang dihasilkan dalam hal kekuatan mekanik, toleransi ukuran, maupaun
kualitas bentuk (shape). Perlengkapan utama Pabrik Pengerolan Baja Lembaran
Panas adalah:
1. Dua buah dapur pemanas dengan kapasitas 300 ton/jam dengan bahan bakar
gas alam, yang berfungsi untuk memanaskan slab.
2. Sebuah sizing press yang digunakan untuk mengatur lebar.
3. Sebuah roughing yang dilengkapi flange edgeroll dan water descaler dengan
tekanan air 180 bar.
4. Sebuah pemotong kepala dan ekor slab crospshar.
5. Enam buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur pengontrol
lebar, panjang, tebal, dan temperatur strip secara otomatis.
6. Dua buah measuring house.
7. Sebuah down coiler lengkap dengan conveyor.
26
8. Dua jalur mesin pemotong yang digunakan untuk trimming dan memotong
recoiling.
Pabrik ini memanfaatkan sumber radioaktif untuk mengukur ketebalan dan
profil strip untuk mengatur posisi slab dalam furnace. Selain itu juga, pabrik ini
menghasilkan strip dengan ketebalan 2 mm sampai dengan 25 mm, lebar 500 mm
sampai 2080 mm. Kapasitas terkini adalah 2.400.000 mtpy.
Tabel 2.7 Fasilitas Utama Pabrik Baja Lembaran Panas
Selesai
Nama Pabrik Fasilitas Utama
Dibangun
Hot Strip Mill
Dengan kapasitas design: 2.000.000 mtpy
Teknologi yang digunakan: Reheating Fnc
1983
ManGhh (Germany) Double Pusher
Continuous Casting Machine
(Germany)
Shearing Line 1 Reheating Fnc
Kapasitas 200.000 mtpy Walking Beam 1993
System
Shearing Line 2
Sizing Press 1995
Kapasitas 165.000mtpy
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
27
Gambar 2.22 Hasil akhir produksi Hot Strip Mill Plant
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Produk HRC merupakan Produk Unggulan dan paling diminati oleh
Konsumen PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. (Persero) Tbk.
Pabrik batang kawat atau Wire Rod beroperasi tahun 1979 dengan kapasitas
awal 220.000 ton/tahun, menggunakan teknologi SMS dari Jerman, kapasitasnya
meningkat menjadi 300.000 ton/tahun pada tahun 1992 karena penambahan
equipment dari Morgan USA. Pabrik ini menggunakan bahan setengah jadi dari
pabrik billet sebagai bahan baku utama untuk diolah menjadi batang baja kawat.
Kapasitas produksi saat ini sebesar 450.000 ton/tahun batang kawat baja. Dengan
variasi produk:
1. Batang kawat karbon rendah
2. Batang kawat untuk graphite electrode las
3. Batang kawat untuk cold heading diameter 5,5 mm, 8 mm, 10 mm, dan 12
mm.
Produk-produk pabrik batang kawat juga merupakan bahan baku dari pabrik-
pabrik seperti pabrik mur dan baut, kawat las, kawat paku, tali baja, dan lain
sebagainya. Dengan melakukan penimbangan, pencatatan, dan pemeriksaan secara
visual serta pengaturan terhadap posisi billet, maka billet siap dimasukkan ke dalam
furnace dimana billet tersebut dipanaskan dengan temperatur ±1200 0C. Setelah
proses selesai, billet yang telah berubah bentuk menjadi batang kawat didorong
28
dengan alat yang disebut billet injector. Kemudian batang kawat didinginkan
dengan air dan setelah suhu sesuai batang kawat siap untuk digulung loop plyer.
Pabrik kawat baja ini dilengkapi dengan enam mesin pembuat kawat dan unit
pelapis seng. Pabrik ini menghasilkan kawat baja dengan kadar karbon rendah.
Spesifikasi yang dihasilkan oleh pabrik WRM adalah:
1. Penampang 110 x 110 mm
2. Diameter 5,5 – 14 mm.
3. Panjang 10 m.
4. Berat 900 kg.
Tabel 2.8 Fasilitas Utama Pabrik Batang Kawat
Nama Pabrik Fasilitas Pabrik
Furnace
Wire Rod Mill (WRM) Roughing Stand
Rotary Shear
Kapasitas sekarang: Intermediate Stand
450.000 mtpy CD Shear
Chopping Shear
10 Finishing Stand
Kapasitas awal: Side Looper
350.000 mtpy Qwater Box
Pinch Roll Water Head
Steimor Conveyor
Teknologi: Mandrel
SMS (Germany) Transfer Car
Morgan (USA) Compactor
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
29
Gambar 2.23 Aliran proses produk Wire Rod Mill
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Cold Rolling Mill (CRM) adalah bagian dari PT. Krakatau Steel (Persero)
Tbk. yang berdiri pada tanggal 19 Februari 1983 dengan nama PT Cold Rolling
Mill Indonesia Utama (CRMIU). Luas Pabrik adalah 101.392 m2 di atas tanah yang
luasnya 400.000 m2. Peletakan batu pertama untuk pabrik CRM adalah pada tanggal
14 Februari 1984 oleh menteri Perindustrian Indonesia, Ir. Hartanto dan diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Februari 1987 sebagai pabrik baja lembaran
dingin pertama yang terdapat di Indonesia.
Awal terealisasinya pabrik ini dapat berdiri atas kerjasama tiga perusahaan
induk, yaitu PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. (40%), PT Kaulin Indah (40%), dan
salah satu lagi perusahaan asing yang berasal dari Prancis SestiCIE (20%). Salah
satu tujuannya untuk memenuhi kebutuhan akan lembar baja tipis yang setiap tahun
terus meningkat. Adapun Visi dan Misi Pabrik Cold Rolling Mill adalah :
2. Visi Cold Rolling Mill Plant :
”Menjadikan Cold Rolling Mill mampu menjadi kinerja unggul”.
3. Misi Cold Rolling Mill Plant :
”Memberdayakan kemampuan seluruh karyawan untuk bersinergi demi
kepuasan pelanggan”.
Pabrik ini diselesaikan tahun 1986 dengan menggunakan teknologi CLECIM
dari Perancis. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin atau Cold Rolling Mill
30
(CRM) merupakan pabrik yang menghasilkan baja lembaran tipis seperti divisi
HSM, tetapi hasil produksinya berdimensi lebih tipis, dengan proses tarik dan tekan
yang merupakan pemrosesan lanjutan dari baja produksi HSM. Pabrik CRM
memiliki proses pendinginan pada Tandem Cold Reduction Mill sampai dengan
92% dari ukuran ketebalan semula dari HSM. Proses awal sebelum ditipiskan, baja
slab harus dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan tangki yang berisi
dengan HCl, dan kemudian dilakukan proses pemanasan dengan menggunakan
BAF dan CAL hingga menghasilkan produk yang diinginkan sesuai permintaan
konsumen (make to order). Dengan dilengkapinya teknologi CLECIM dari
Perancis, dimana dapat menghasilkan kapasitas produksi 850 ribu ton per tahun.
Tabel 2.9 Fasilitas Utama Pabrik Baja Lembaran Dingin
Nama Pabrik Fasilitas Pabrik
Cold Rolling Mill (CRM) Continuous Picking Line (CPL)
Continuous Tandem Cold Mill (CTCM)
Kapasitas sekarang: Electolytic Cleaning Line (ECL 1)
950.000 mtpy Electolytic Cleaning Line (ECL 2)
Kapasitas awal: Batch Annealing Furnace (BAF)
650.000 mtpy Continuous Anealing Line (CAL)
Teknologi: Temper Pass Mill (TPM)
CLECIM (Prancis) Preparation Line (PRP)
Shearing Line #2 Recoiling Line (REC)
Kapasitas: Shearing Line (SHR)
165.000 ton Slitting Line (SLT)
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Berikut ini adalah deskripsi detail mengenai unit-unit produksi yang berada
di Pabrik Cold Rolling Mill.
31
Reduction Mill. Limbah cairan pembersih yang disebut waste pickle liquour diolah
kembali menjadi regenerated acid dan oksida besi. Oksida besi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk bahan pewarnaan dan ferrite.
RINSING
SECTION
PICKLING SCALE
TANKS BREAKER
DRYER
PREPARATION
FLASH SECTION
SIDE BUTT WELDER
TRIMMER
MAGNETIC
THREADING
OILER
ROLLS
RECOILER
ENTRY ACCUMULATOR
SCRAP PROCESSOR
CHOPPER
Gambar 2.25 Skema proses Mill Continuous Pickling Line (CPL)
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Proses yang terjadi pada CPL adalah kontinu. Disini juga terjadi proses
penyambungan berupa pengelasan (welding) antara coil yang baru datang dengan
yang di proses dengan cara menyambungkan ekor coil dengan kepala coil
menggunakan electric welding yang cukup besar. Setelah proses pembersihan
selesai maka dilakukan proses penggulungan untuk disimpan di N-2 yard dan di
proses di unit selanjutnya yakni Continuous Tandem Cold Mill.
32
b. Pembebanan kerja yang lebih optimal pada alat pemutar rol pada masing-
masing unit pengerolan, karena setiap unit hanya diproses untuk ketebalan
tertentu.
c. Penambahan dan pengurangan kecepatan pada setiap coilnya hanya dilakukan
satu kali saja, karena mengurangi atau menambah kecepatan yang dilakukan
berulang kali dapat menyebabkan putusnya lembaran baja.
Gambar 2.26 Skema proses Mill Continuous Tandem Cold Mill (CTCM)
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Spesifikasi yang dimiliki oleh mesin CTCM adalah :
a. Kecepatan rolling maksimum : 1980 rpm
b. Tenaga rolling maksimum : 2500 MT
c. Tekanan maksimum : 215 bar
d. Berat coil maksimum untuk diproses : 23,4 MT
e. Motor Penggerak
Stand 1 : 2 x 1900 kW = 3.800
kW
Stand 2-5 : 3x 1.900 kW = 5.700
kW
f. Tension reel : 8,8 MT
g. Rasio pengurangan ketebalan maks : 92%
h. Ketebalan strip
Entry Side : 1,8 – 6 mm
Delivery Side : 0,18 – 3 mm
Lebar Strip : 600 – 1300 mm
i. Ukuran Coil
33
Entry Side I.D : 610 mm
Entry Side O.D : 1000 – 2000 mm
Delivery Side I.D : 420 - 508 mm
Delivery Side O.D : 1000- 2000 mm
j. Kapasitas Mill
907.575 MT/tahun : 64.830 coil/tahun
75.630 MT/bulan : 5.400 coil/bulan
1.000 MT/shift : 70 coil/shift
DRYER
34
LCD DRYER
RINSING
PRECLEANING TANK
TANK
TANK
BRUSH BRUSH
GUILLOTINE TANK TANK
GUILLOTINE
SHEAR
SHEAR
WELDER
UNCOILER RECOILER
35
COOLING HOOD
INNER COVER
COIL STACK
BASE
Data Data
TO THE HUMIDITY
CONTROLLED AREA
COIL FROM TCM/ECL
36
3.4.6.5 Continuous Annealing Line (CAL)
Unit-unit CAL ini berfungsi untuk menghaluskan lembaran baja setelah
mengalami proses pengurangan ketebalan di TCM. Struktur Kristal baja mengalami
penarikan, pemecahan, dan pengerasan. Dalam proses annealing ini lembaran baja
dipanaskan sampai dengan suhu 700 oC selama beberapa saat lalu didinginkan
perlahan-lahan. Proses CAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian Penerimaan (Awal)
Bagian dimana ujung coil yang satu dengan yang lainnya disambung dengan
cara ujung coil diratakan dan dilas dengan pangkal ujung coil berikutnya. Setelah
dilas ketebalannya dapat diukur dengan menggunakan sinar x, setelah itu lembaran
baja dibersihkan dengan menggunakan minyak dan pelumas pengerolan yang
tersisa.
b. Bagian Pengompresan
Pada proses ini diberikan dua perlakuan yaitu dengan memberikan perlakuan
pemanasan dan kemudian melakukan pendinginan.
c. Bagian Akhir
Bagian ini terdiri dari alat pengukuran coil sampai dengan panjang tertentu,
lau dipotong dan dilanjutkan dengan penggulungan. Pada bagian ini juga dilengkapi
dengan pendeteksi lubang atau cacat dan juga alat untuk pengambilan sampel untuk
kontrol kualitas.
d. Sistem Kontrol
Pada sistem ini terdiri dari pengontrolan ketegangan, kecepatan, dan pemandu
aliran-aliran lembaran baja serta alat pengontrol suhu.
FURNACE
Exit Cooling Soaking Heating Entry
Looper Chamber Chamber Chamber Looper
Recoiler
Uncoiler
Dryer Welder
Rinsing
37
Selain itu fungsi lain dari proses continuous annealing line antara lain:
a. Membersihkan strip dari sisa-sisa oil yang masih menempel.
b. Memperbaiki sifat mekanis baja setelah meleati pengerjaan dingin.
c. Memperbaiki bentuk permukaan strip.
BRIDLE
BRIDLE
PREPARATION
RECOILER
UNCOILER
STAND 1 STAND 2
Gambar 2.31 Skema proses Mill Temper Pass Mill (TPM)
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
38
diminta, coil tersebut dipacking kemudian dikirim ke Holding Area dan siap untuk
dikirim konsumen.
Electrostatic
Oiler
Side
Welder Trimmer
Uncoiler Thickness
Gauge Recoiler
Edges
Reject
Recoiler
Gambar 2.32 Skema proses Mill Preaparation Line (PRP)
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
2. Recoiling Line
Unit ini adalah proses lanjutan Mill sebelumnya yaitu Mill TPM, merupakan
inspeksi akhir dari proses lembaran baja dengan ketebalan >0,6 mm. Coil dilakukan
pengecekan/pemeriksaan dari ukuran (tebal, lebar), oiling, packing, dan
pemeriksaan lainnya untuk memastikan kalau spesifikasi coil sudah sesuai dengan
spesifikasi yang diminta oleh konsumen. Jika sudah sesuai dengan spesifikasi yang
diminta, coil tersebut dipacking kemudian dikirim ke Holding Area dan siap untuk
dikirim konsumen.
Electrostatic
Oiler
Welder
Side
Thickness Trimmer
Uncoiler Recoiler
Gauge
39
dengan keinginan konsumen. Selanjutnya, lembaran diperiksa setelah pemotongan
dan lembaran baja yang dimensinya tidak tepat akan dibuang/scrap.
Flying
Shear
Side
Trimmer Thickness 2nd Choice 1st Choice
Uncoiler Gauge Oiler Piller Piller
Leveller
Edges
40
Gambar 2.35 Hasil akhir produksi Cold Rolling Mill Plant
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
41
Gambar 2.37 Penggunaan pada insdustri otomotif
Sumber: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
42
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Tinjauan Pustaka
3.1.1 Peramalan (Forcasting)
Peramalan merupakan gambaran tentang keadaan perusahaan pada masa yang
akan datang dan gambaran ini sangat penting peranannya bagi perusahaan. Karena
dengan gambaran tersebut maka perusahaan dapat memprediksi langkah-langkah
apa saja yang dapat diambil untuk memenuhi permintaan konsumen.
Berikut pengertian peramalan menurut pendapat dari beberapa ahli:
1. Peramalan
Adalah suatu cara untuk mengukur atau menaksir kondisi bisnis di masa
mendatang mendatang. (Adisaputra & Gunawan dan Marwan, 2004)
2. Peramalan.
Adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa datang yang
meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang
dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. (Nasution, A.
H dan Prasetyawan, Y, 2008)
3. Peramalan
Adalah perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data masa lalu,
untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang. (Sumayang, 2003)
4. Peramalan.
Peramalan sebagai “Seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan”.
(Heizer & Render, Menejemen Operasi, 2006)
5. Peramalan.
Merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada
beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis. (Gaspersz, 2005)
Dari kelima pengertian yang dipaparkan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa
pengertian peramalan merupakan suatu seni dari ilmu memprediksi sesuatu yang belum
terjadi dengan tujuan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa
depan nantinya dengan selalu memerlukan data-data dari masa lalu. Sehingga dengan
43
peramalan, maka kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa yang tidak sesuai dengan
tujuan yang diharapkan diikuti dengan kesiapan untuk mengantisipasinya.
b. Peramalan Teknologi
44
Tingkat kemajuan teknologi yang akan melahirkan produk-produk baru yang
mengesankan, membutuhkan pabrik dan peralatan lain.
c. Peramalan Permintaan
Proyeksi permintaan untuk produk atau jasa perusahaan.
1. Metode Delphi
Metode Delphi merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama
dari suatu grup yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin yang berbeda.
Metode Delphi ini dipakai dalam peramalan tekhnologi yang sudah digunakan pada
pengoperasian jangka panjang.
b. Peramalan Obyektif
Peramalan Obyektif merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-aturan
matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan
satu atau lebih varibel yang mempengaruhinya. Peramalan obyektif terdiri atas 2
metode :
1. Metode Instrinsik
Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan pada proyeksi permintaan
histeris tanpa mempertimbangkan faktor-faktor internal yang mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan.
45
2. Metode Ekstrinsik
Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat
mempengaruhi besarnya permintaan dimasa datang dalam model peramalan.
(Nasution, 2003)
3. Peramalan dilihat dari horizon waktunya menurut (Render dan Heizer, 2001) ada
tiga yaitu :
a. Peramalan Jangka Panjang.
Rentang waktunya biasanya tiga tahun atau lebih.
1. Metode Kuantitatif
permintaan.
a. Model klausal
1. Proyeksi Trend
Metode peramalan dengan proyeksi trend ini mencocokkan garis trend kerangkaian
titik data historis dan kemudian memproyeksi garis itu kedalam ramalan jangka
menengah hingga jangka panjang. Jika mengembangakan garis trend linier dengan
metode statistik, metode yang tepat digunakan adalah metode kuadrat kecil (Least
square method). Pendekatan ini menghasilkan garis lurus yang meminimalkan
jumlah kuadrat perbedaan vertical dari garis pada setiap observasi aktual.
46
Y=a+bx
Dimana :
mencari nilai a dan b untuk proyeksi trend dengan metode kuadrat terkecil :
= a + bx
Dimna :
: perkiraan
b : slope atau sudut kemiringan garis regresi, yang menunjukkan besarnya pengaruh
perubahan x terhadap perubahan y.
47
Rumus mencari nilai a dan b untuk garis regresi :
b=
a=
St + 1=
Dimana:
48
jumlah keseluruhannya sama dengan satu. Metode WMA ini menghasilkan nilai
rata-rata untuk peramalan per periode, dengan menjumlah data-data lama dengan
memberikan bobot pada setiap data per priode.
Perkiraan untuk periode p = (Bobot ke-(p – n) * Data akual ke-(p – n) + Bobot ke-(p – n +
1) * Data akual ke-(p – n + 1) + .. + Bobot ke-(p – 1) * Data akual ke-(p – 1)).
Ft-1 = nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t -1.
α = konstanta pemulusan.
Nilai α yang menghasilkan tingkat kesalahannya yang paling kecil adalah yang
dipilih dalam peramalan (Arsyat, 1997). Metode ini lebih cocok digunakan untuk meramal
hal-hal yang fluktuasinya secara random atau tidak teratur.
Menurut Render dan Heizer (2001) permasalahan umum yang dihadapi dalam
metode ini adalah bagaimana memilih α yang tepat untuk meminimkan kesalahan
peramalan. Karena berlaku 0<α<1 maka dapat menggunakan panduan barikut :
a) Apabila pola historis dari data aktual sangat bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke
waktu maka pilih nilai α yang mendekati satu.
b) Apabila pola historis dari data aktual permintaan tidak berfluktuasi atau
49
relative stabil maka pilih α yang mendekati nol.
Adalah jenis lain dari exponential smoothing yang digunakan ketika sebuah deret
waktu menunjukkan sebuah tren linier. Rumus penghalusan eksponensial dengan
penyesuaian tren menurut Heizer dan Render yang diterjemahkan oleh Sungkono, C.
(2009:181) adalah:
FITt = Ft + Tt
Keterangan:
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t,
Adalah suatu metode peramalan serangkaian waktu yang sesuai dengan garis tren
terhadap serangkaian titik-titik data masa lalu, kemudian diproyeksikan ke dalam
peramalan masa depan.
50
Rumus analisis tren menurut Heizer dan Render yang diterjemahkan oleh Sungkono, C.
(2009:185) adalah:
Keterangan:
a = persilangan sumbu y,
b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang
terjadi di x),
x̄ = rata-rata nilai x,
ý = rata-rata nilai y.
51
Keterangan:
a = persilangan sumbu y,
b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada yuntuk perubahan yang
terjadi di x),
x̄ = rata-rata nilai x,
ý = rata-rata nilai y.
52
Keterangan:
53
yang sebenarnya terjadi.
Persamaan menghitung nilai error asli atau residual dari setiap periode peramalan
adalah sebagai berikut :
et = Xt – St
Dimana :
MAD =
Dimana :
54
Ft = Peramalan Permintaan (Forecast) pada periode-t.
Dimana :
Dimana :
55
Ft = Peramalan Permintaan (Forecast) pada periode-t.
1. Metode Observasi
Penulis mengumpulkan data dengan cara mengamati dan mempelajari secara
langsung sistem-sistem yang ada pada proses pengadaan oli dengan tujuan
mempermudah dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penyusunan laporan kerja praktek ini.
2. Identifikasi Masalah
Penilitian ini merupakan desain kasus, karena dilakukan untuk menjawab
pertanyaan bagaimana yang menjadi permasalahan utama penelitian dengan
keharusan membuat deskriptif atau analisis yang terbatas pada kasus tertentu
untuk menjawab permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini, kasus yang
diteliti yaitu mengenai peramalan permintaan Toyota Oli di PT. Nasmoco
Brebes.
3. Pengumpulan Data
Metode dari pengumpulan data meliputi :
a. Data primer
bersumber dari hasil observasi dan wawancara dengan tenaga kerja langsung
yang terlibat dalam pelaksanaan peramalan permintaan.
b. Data Sekunder
bersumber dari informasi perusahaan, yaitu : sejarah berdirinya, struktur
organisasi.
4. Analisa
Melakukan pengolahan data untuk mencari perbandingan permintaan Toyota
56
Oli di PT. Nasmoco Brebes dengan menggunakan metode-metode peramalan
yang dihasilkan.
5. Kesimpulan dan Saran
57
Flow Chart Metodologi Penelitian
Start
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Analisa Data
Finish
58
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
59
4.1.4. Pola Data Pada Grafik
39.881
40.000 34.429
28.049
30.000 25.987
20.000
10.000
Bulan
60
4. Klik Edit (time seriers analys)
61
Tabel 4.3 Forecasting Result Moving Average asumsi ( n = 2 )
62
Gambar 4.4 Grafik hasil pengolahan dengan Moving Average asumsi ( n = 2 )
Tabel 4.5 Input Data Weight Moving Average asumsi ( n = 2 ) bobot 1 (0,6) bobot 2 (0,4)
63
Tabel 4.6 Forecasting Result Weight Moving Average asumsi ( n = 2) bobot 1 (0,6) bobot 2 (0,4)
Tabel 4.7 Forecasting Detail Weight Moving Average asumsi (n = 2) bobot 1 (0,6) bobot 2 (0,4)
64
Gambar 4.5 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Weight Moving Average asumsi (n=2)
bobot 1 (0,6) bobot 2 (0,4)
65
Tabel 4.9 Forecasting Result Exponential Smoothing asumsi (α = 0,5 )
66
Gambar 4.6 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Exponential Smoothing
67
Tabel 4.12 Forecasting Result Exponential Smoothing with trend asumsi
(α = 0,5 dan β = 0,7 )
68
Gambar 4.7 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Exponential Smoothing with trend asumsi
(α = 0,5 dan β = 0,7 )
69
Tabel 4.15 Forecasting Result Trend Analysis ( regress over time )
70
Gambar 4.8 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Trend Analysis ( regress over time )
71
Tabel 4.18 Forecasting Result Linear Regression/Least Squares
72
Gambar 4.9 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Linear Regression/Least Squares
73
Tabel 4.21 Forecasting Result Multiplicative Decomposition (Seasonal)
Gambar 4.10 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Multiplicative Decomposition (Season
8. Peramalan dengan menggunakan metode Additivie Decomposition (Seasonal)
74
Parameter (n) = 2
75
Tabel 4.25 Forecasting Detail Additivie Decomposition (Seasonal)
Gambar 4.11 Grafik hasil pengolahan dengan Metode Additivie Decomposition (Seasonal)
76
hasil pengukuran pada tabel forcasting result tingkat kesalahan rata-rata
(Bias) sebesar -2,567 dengan nilai untuk MAD sebesar 172,253 , MSE
sebesar 213,772 dan standard error sebesar 16,345.
77
3. Peramalan menggunakan metode exponential smoothing dengan asumsi
(α = 0,5 )
a. Detail Exponential Smoothing dengan asumsi (α = 0,5)
Dari hasil analisa input running software POM QM dengan metode MA
pengimputan data dengan nilai periode α = 2 dengan nilai demand untuk bulan
januari sebesar 40,87, februari sebesar 51,897, maret sebesar 51,897, april
sebesa 42,883, mei sebesar 50,6 , juni sebesar 45,241, juli sebesar 36,65,
agustus sebesar 35,544, september sebesar 41,229, oktober sebesar 46,24,
november sebesar 49,561, desember 55,743. Dari hasil pengukuran pada tabel
forcasting result tingkat kesalahan rata-rata (Bias) sebesar -2,005 dengan nilai
untuk MAD sebesar 11,685 , MSE sebesar 186,609 dan standard error
sebesar 15,102.
78
dengan nilai untuk MAD sebesar 13,478 , MSE sebesar 317,61 dan standard
error sebesar 19,703.
b. Grafik hasil pengolahan dengan metode Exponential Smooting With Trend
asumsi (α = 0,5 dan β = 0,7). Permintaan pada januari naik, februari
permintaan naik,, maret permintaan naik, april permintaan naik, mei
permintaan turun, juni permintaan turun, juli permintaan turun, agustus
permintaan turun, september permintaan naik, oktober permintaan naik
drastis, november permintan naik, desember permintaan naik.
Kesimpulannya grafik tersebut adalah pola data seasonal karena terjadi naik
turun setiap periode.
5. Peramalan menggunakan metode Trend Analysis ( regress over time)
a. Detail Trend Analysis ( regress over time)
Dari hasil analisa input running software POM QM dengan metode Trend
Analysis ( regress over time) pengimputan data dengan nilai periode to
average sebesar 2 dengan nilai demand untuk bulan januari sebesar 40,932,
februari sebesar 49,952, maret sebesar 49,132, april sebesa 48,312, mei
sebesar 47,492, juni sebesar 46,672, juli sebesar 45,852, agustus sebesar
45,032, september sebesar 44,212, oktober sebesar 43,392, november sebesar
42,572, desember sebesar 41,752. Dari hasil pengukuran pada tabel
forcasting result tingkat kesalahan rata-rata (Bias) sebesar 0 dengan nilai
untuk MAD sebesar 9,804, MSE sebesar 129,267 dan standard error sebesar
12,455.
b. Grafik hasil pengolahan dengan metode Trend Analysis ( regress over time).
Permintaan pada januari naik, februari permintaan naik, maret permintaan
turun, april permintaan turun, mei permintaan turun, juni permintaan turun,
juli permintaan turun, agustus permintaan turun, september permintaan turun,
oktober permintaan turun, november permintan naik, desember permintaan
turun. Kesimpulannya grafik tersebut adalah pola data stabil turun setiap
periode.
79
a. Detail Linear Regression/Least Squares
Dari hasil analisa input running software POM QM dengan metode Linear
Regression/Least Squares pengimputan data dengan nilai demand untuk
bulan januari sebesar 40,932, februari sebesar 49,592, maret sebesar 49,132,
april sebesa 48,312, mei sebesar 47,492, juni sebesar 46,672, juli sebesar
45,852, agustus sebesar 45,032, september sebesar 44,212, oktober sebesar
43,392, november sebesar 42,572, desember sebesar 41,752. Dari hasil
pengukuran pada tabel forcasting result tingkat kesalahan rata-rata (Bias)
sebesar 0 dengan nilai untuk MAD sebesar 9,804, MSE sebesar 129,267 dan
standard error sebesar 12,455.
80
b. Grafik hasil pengolahan dengan metode Multiplicative Decomposition
(Seasonal) asumsi (n = 2 ).
Permintaan pada januari naik, februari permintaan naik, maret permintaan
naik, april permintaan turun, mei permintaan naik, juni permintaan turun, juli
permintaan naik, agustus permintaan turun, september permintaan naik,
oktober permintaan turun, november permintan naik, desember permintaan
turun. Kesimpulannya grafik tersebut adalah pola data stabil naik turun setiap
periode.
8. Peramalan menggunakan metode Additivie Decomposition (Seasonal)
(n= 2)
a. Dari hasil analisa input running software POM QM dengan metode Additivie
Decomposition (Seasonal) asumsi n= 2 pengimputan data dengan nilai
periode to average sebesar 2 dengan nilai demand untuk bulan januari sebesar
44,446, februari sebesar 46,67, maret sebesar 51,448, april sebesa 45,262, mei
sebesar 50,08, juni sebesar 43,853, juli sebesar 48,671, agustus sebesar
42,445, september sebesar 47,263, oktober sebesar 41,037, november sebesar
45,854, desember sebesar 39,628. Dari hasil pengukuran pada tabel
forcasting result tingkat kesalahan rata-rata (Bias) sebesar - 032 dengan nilai
untuk MAD sebesar 9,618, MSE sebesar 117,335 dan standard error sebesar
13,267.
81
4.8.Analisa Perbandingan
Dari hasil peramalan yang telah dilakukan, maka dipilih metode Additivie
Decomposition (Seasonal) sebagai solusi yang terbaik untuk peramalan, karena
running yang dilakukan pada metode ini memberikan tingkat kesalahan historis
(MAD) yang paling minimal yaitu 9,539 dengan nilai Mean Square Error (MSE)
sebesar 116,745.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.3. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil kerja praktek yang kami lakukan maka kami
menyimpulkan bahwa:
1. Metode peramalan yang paling tepat untuk menentukan jumlah pengadaan
Toyota Oli dalah menggunakan metode Additivie Decomposition (Seasonal)
karena mempunyai nilai kesalahan historis (MAD) yang paling kecil yaitu
sebesar 9,539.
2. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Bisa dapat merencanakan RKAP priode
selajutnya.
3. Di dalam PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. terdapat standarisasi dalam
menentukan kualitas yang baik sesuai standar internasional, sehingga dalam
pemesanan produk CRC pada divisi CRM dapat dijamin mutu dan
kualitasnya.
5.4. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu:
1. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. sebaiknya melakukan peramalan dengan
metode yang tepat, agar tidak terjadi kenaikan dan penurunan yang tidak
stabil untuk setiap bulan sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan.
2. Perusahaan lebih mempertimbangkan lagi adanya teknik peramalan tentang
produk CRC untuk menghindari stock yang berlebihan atau kekurangan
digudang, yang berakibat pada biaya operasional.
83
DAFTAR PUSTAKA
84