Anda di halaman 1dari 23

ASPEK-ASPEK DAN PROSEDUR PENGUJIAN KOROSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi


Dosen pengampu: Drs. Ranto, M.T.

Disusun oleh :
Patrisius Martinus

K2513096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK KEJURUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

A. Pendahuluan
Pemilihan material konstruksi logam atau material untuk penanggulangan
korosi secara cermat dan tepat dimaksudkan untuk menghemat biaya pemeliharaan
dan meningkatkan umur pelayanan konstruksi logam. Disamping itu juga untuk
menghindari kerugian materi melalui penghentian sementara produktifitas atau
kerusakan pradini karena proses korosi dari material konstruksi logam tersebut.
Banyak jenis / produk dari material logam dan material untuk penanggulangan
korosi dipasaran yang mana pengujian untuk mengetahui / memahami spesifikasi
yang dimiliki dari masing-masing material tersebut, agaaar supaya kita akan mampu
meramalkan pelayanan atau mungkin dapat memperbaiki spesifikasinya untuk
penggunaan dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu pengujian korosi adal;ah sangat
penting bagi mereka yang berkecimpung khususnya dalam bidang corrosion
engineering, produksi dan pemakaian material-material tersebut yang lebih mahal dari
yang sebenarnya.
B. Ruang Lingkup Pengujian Korosi
Pada umumnya pengujian korosi dilakukan dengan suatu tujuan yang spesifik.
Perencanaan dan pelaksanaan yang baik biasanya akan mendapatkan hasil yang
reproducible dan reliability, kedua faktor ini sangat penting dalam pengujian
korosi. Pengujian korosi dan aplikasi dari hasilnya dianggap menjadi aspek yang
sangat penting dalam corrosion engineering. Banyak pengujian korosi dilakukan
untuk pemilihan material / konstruksi peralatan dalam proses industri. Oleh karena itu
pengujian duplikasi serupa mungkin dengan kondisi pelayanan pabrik yang
sebenarnya adalah sangat penting.
Karena banyak jenis dari material logam dan material untuk penanggulangan
korosi serta aplikasinya sehingga ruang lingkup pengujian korosi sangat luas dan
bervariasi, maka tidaklah mungkin untuk membahas semua tahap pengujian. Oleh
karena itu ruang lingkupnya hanya akan dibatasi pada prinsip-prinsip pengujian korosi
yang umum dilakukan terhadap material-material logam dan material-material untuk
penanggulangan korosi.

Pengujian korosi ada yang sangat sederhana yang mana pengujiannya dapat
diselesaikan dalam waktu yang relatip singkat dan juga ada yang komplek, yang mana
memerlukan pekerjaan gabungan dari beberapa peneliti serta data penunjang lainnya
yang diperlukan sehingga untuk menyelesaikan pengujian tersebut membutuhkan
waktu yang relatip cukup lama.
C. Klasifikasi Pengujian Korosi
Pengujian korosi dibagi menjadi 4 jenis klasifikasi :
1. Pengujian laboratorium
2. Pengujian pilot plant skala kecil harus dibuat miniature dari konstruksi
3. Pengujian pelayanan pabrik yang sebenarnya
4. Pengujian lapangan cendrung pada kontruksi secara umum perpipaan, konstruksi
jembatan
Klasifikasi 3 dan 4 dapat digabungkan, tetapi untuk menghindari keracunan
dalam termologi, maka perlu dilakukan perbedaan sebagai berikut :
Klasifikasi 3 melibatkan pengujian spesimen dalam pelayanan pabrik yang
sebenarnya, sedangkan klasifikasi 4 melibatkan pengujian lapangan yang didisain
untuk memperoleh informasi secara umum. Misalnya pengujian lapangan melalui
pengeksposan atmosferik dari sejumlah besar benda uji dalam rak pada satu atau lebih
lokasi geografis dan pengujian lain dalam tanah atau air laut.
1. Pengujian laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia murni,
yang terbaik dengan lingkungan atau larutan dari pabrik yang sebenarnya dan waktu
pengujiannya relatip singkat. Kondisi pengujian dapat disimulasikan dan dikontrol
dengan teliti sesuai dengan aplikasinya. Setiap pengujian harus reproducible dalam
pengujian-pengujian ulang dengan waktu yang tetap. Hal ini adalah penting terutama
bila digunakan metoda baru atau bila bahan baru / bahan rakitan perlu dievaluasi. Bila
reproducibility dapat diperoleh, maka data yang berbeda merupakan refleksi dari
perbedaan dalam ketahanan korosi dari bahan-bahan yang diuji. Pengujian
laboratorium biasanya dilakukan dengan menggunakan benda uji kecil serta bentuk
dan ukurannya yang spesifik. Benda-benda uji seperti ini relatip murah dan mudah
dibuat ulang.

Pengujian laboratorium bertujuan untuk menilai sifat-sifat korosi logam dan


akan memberikan indikasi dini apa yang akan terjadi sebenarnya dalam praktek.
Waktu yang diperlukan untuk suatu indikasi tergantung tujuan dan sifat pengujian.
2. Pengujian pilot plant , pengujian yang harus membuat miniature,
Pengujian ini dilakukan dalam pabrik skala kecil yang pada dasarnya
duplikasi dari operasi skala besar. Bahan baku , konsentrasi larutan, temperatur,
kecepatan yang sebenarnya dan volume cairan untuk kontak dengan area / logam
dilibatkan.
Pengujian pilot plant memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjamin
hasil yang baik. Benda-benda uji dapat diekspos dalam pilot plant dan peralatanperalatan itu sendiri dapat dipelajari dari segi korosi. Salah satu kerugian yang
mungkin adalah bahwa kondisi operasi sangat bervariasi dalam usaha untuk
mencari kondisi yang optimum. Oleh karena itu pencatatatan dan penyimpanan
seluruh data harus dilakukan dengan teliti dan baik selama proses pilot plant
beroperasi. Pengujian pilot plant untuk memperoleh beberapa data korosi dibawah
kondisi operasi.
3. Pengujian pabrik
Pengujian pabrik dilakukan melalui pengeksposan benda uji atau
pemantauan konstruksi / peralatan pada pabrik yang sedang operasi. Pengujian ini
adalah penting untuk mengevaluasi material yang lebih baik dan lebih ekonomis
atau dalam menyelidiki perilaku korosi dari material yang ada selama kondisi
proses dan akan memberikan dasar yang logis untuk pembangunan pabrik produksi
yang selanjutnya. Pengujian pabrik akan memberikan informasi yang lebih dekat
pada penggunaan akahir yang sebenarnya dan waktu yang diperlukan untuk
mencapai sasarannya relatip cukup lama.
D. Tujuan Pengujian
Pengujian korosi juga dapat dibagi menurut tujuannya, tujuan tujuan ini
tergantung pada masing-masing ruang lingkup kerjanya yang meliputi :
1. Penelitian dasar
Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan kebutuhan material logam
dan material untuk penanggulangan korosi, maka para ahli terus mencoba
melakukan penelitian dasar untuk mengetahui/menentukan bagaimana dan
mengapa suatu bentuk khusud dari korosi terjadi. Sasaran dari penelitian dasar

tidak perlu terikat pada suatu produk atau penggunaan khusus. Pengujinpengijian pada penelitian dasar kebanyakan dilakukan dalam suatu laboratorium
dengan menggunakan benda- benda uji kecil dan teknik khusus yang disesuaikan
penelitian.
2. Pengembangan bahan atau produk
Dikarenakan ada banyak persaingan dari produk tertentu serta aplikasinya,
maka setiap produsen terus mencoba melakukan penelitian untuk menemukan
atau memodifikasi produk- produk baru yang lebih spesifik dapat berprestasi baik
dengan harga yang lebih murah, efisien, awet dan aman dari pada produk- produk
yang sekarang digunakan. Informasi yang diperoleh dapat membantu dalam
pemilihan material akan di uji untuk aplikasi spesifik. Penyertaan pengujian pada
material lain yang telah diketahui untuk penggunaan komersil dalam lingkungan
tertentu akan bermanfaat sebagai pembanding. Sasaran pengujian pada
pengembangan produk baru terikat langsung yang berhubungan dengan
aplikasinya. Dalam hal material baru, data yang diperroleh dari hasil pengujian
akan memberikan informasi mengenai aplikasi yang mungkin.
3. Pemilihan material
Langkah peretama yang perlu diperhatikan sebelum mendisain konstruksi
jembatan, pabrik, automobil dan sebagainya, kita harus dapat mentukan materialmaterial mana yang sebaikya digunakan dari sekian banyak jenis material yang
ada. Oleh karena itu pemilihan maerial merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam keberhasilan suatu konstruksi cara yang terbaik dalam
pemilihan material disamping berpedoman pada spesifikasi dari produsen, kita
perlu jugamelakukan evaluasi dari spesifikasinya melalui pengujuan- pengujian,
sehingga kita dapat mrnentukan material secara tepat yang diinginkan . Salah satu
yang hrus dipertimbangkan juga dalam pemilihan material adalah kecocokan dari
material-material berbeda jenis, yang akan dihubungkan secara langsung dalam
suatu konstruksi.
4. Kontrol kualitas
Pada umumnya kontrol kwalitas merupakan pengujian rutin bagi produsen
untuk memeriksa kwalitas baru sejumlah produk yang dianggar dapat mewakili
dari variasi-variasi prodiksi. Pengujuan ini bisa tidak berhubungan langsung
dengan pelayanan yang diharapkan tapi kadang- kadang dihubungkan dalam
spesifikasi sebagai pengujuan pendukung. Kontrol kwalitas juga diperlukan bagi

pemakai setelah melakukan pemilihan material, untuk mengetahui apakah kwalita


dari marial yang telah diproduksi sama seperti yang dispesifikasikan. Dalam
beberapa hal pengujian periodik diperlukan untuk menentukan perubahan dalam
agresivitas dari lingkungan dikarenakan perubahan operasi temperature, proses
bahan baku, konsentrasi larutatan atau perubahan lainnya yang sering di anggap
remeh dari segi korosi oleh personil operasi.
Pengujian korosi untuk kualitas merupakan cara untuk menyakinkan kita
bahwa material yang dibuat/ dibeli / dipilih benar-benar memiliki kualitas yang
sama dan memenuhi spesifikasi. Pengujian kontrol kualitas dilakukan dalam
laboratorium dan waktunya harus relatif cepat untuk menghindari penundaan
pengiriman / pelaksanaan.
5. Pemeliharaan
Pengujian korosi adalah penting dalam pemeliharaaan konstruksi dan
peralataan yang sedang / masih dalam operasi. Pengujian secara periodic dalam
pemeliharaan bisa menentukan apakah konstruksi peralatan masih memenuhi
persyaratan disain dan pengujiannya dapat dilakukan di laboratorium melalui
pemotongan spesimen atau dilapangan melalui pengeksposan benda uji /
pemantauan konstruksi atau peralatan tersebut pada kondisi operasi. Pengujian ini
juga menghasilkan informasi praktis untuk pemilihan material yang mungkin
dapat diaplikasikan pada konstruksi yang akan datang.
6. Analisa kerusakan
Analisa kerusakan juga merupakan bagian dari pengujian korosi.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi apakah disebabkan darri kesalahan-kesalahan
seperti disain, aplikasi, kondisi operasi, lingkungan atau juga disebabkan metoda
dan material yang kurang sesuai dengan fungsinya.
Analisa kerusakan dilakukan pada baagian yang gagal melalui
pemeriksaan kerusakan tersebut dan pengujian-pengujian untuk menentukan
penyebabnya atau mungkin juga cara penanggulangannya.
Prosedur pemeriksaan kerusakan pada bagian yang gagal biasanya melibatkan :
- pengamatan secara visual / mikroskopik / makroskopik.
- analisa komposisi kimia ; metal, produk korosi dan bahan-bahan asing lainnya.
- kronologis dari material logam dan kondisi operasinya terkadang diperlukan.
E. Pengadaan Bahan Uji

Tahap pertama yang harus dilakukan dalam pengujian korosi adalah


pengadaan bahan uji. Dalam beberapa hal, seperti pada pengujian untuk control
kualitas ataau analisa kerusakan, jenis dan jumlah bahan yang akan diuji harus
ditentukan terlebih dahulu. Dalam hal lainnya, kebebasan memilih bahan uji lebih
luas. Untuk menghindari keraguan dan meningkatkan kepercayaan dari pengujian,
sebagian besar laboratorium, perusahaan menyimpan persediaan material untuk
keperluan pengujian korosi. Material-material logam atau paduan komersial yang
diperlukan untuk pengujian, sebaiknya diperoleh dari pabrik yang mewakili produksi
dalam jumlah yang cukup besar da benda-benda uji dibuat dari material-material
tersebut.
Persediaan bahan dan benda uji segera diidentifikasi dengan nomor referensi.
Kronologis pabrikasi material uji yang mencakup tahapan pabrikasi bersamaan
dengan analisa komposisi logam yang tepat diperlukan; paling tidak, material-material
harus sebagai mana adanya dalam batas komposisi yang dispesifikasikan dan
memenjuhi persyaratan kekuatan / kekerasan yang dijamin melalui proses
tempering. Pemeriksaan mikroskopik juga mungkin diperlukan untuk menjamin
bahwa material ada dalam kondisi metalurgis yang cocok. Informasi-informasi dasar
tersebut dapat menghindarkan kemungkinan-kemungkinan kesalahan dan evaluasi
sebagai akibat komposisi yang salah atau proses tempering yang tidak cocok.
Jika informasi yang lengkap pada material-material non standar tidak
diketahui, data yang diperoleh dalam praktek kemungkinan tidak bermanfaat. Hal ini
mungkin secara praktis tidak ekonomis untuk merakit dan menggunakan logam non
standar dalam peralatan produksi. Dalam menghadapi hal semacam ini, sebelum
mengedarkan ke pasaran, harus dilakukan evaluasi beberapa kali menggunakan
benda-benda uji dari sejumlah material yang cukup besar yang dianggap mewakili
dari variasi produksi. Evaluasi dari beberapa kelompok produksi diperlukan, karena
sering terjadi bahwa hasil-hasil pengujian dari satu kelompok produksi material tidak
reproducible pda kelompok produksi material lainnya.
Pertimbangan lainnya yang perlu diperhatikan adalah bentuk logam yang akan
diuji. Logam dan paduan yang tersedia dalam bentuk tempa dan cetakan, kedua
bentuk ini tidak dapat dipertukarkan dalam pengujian. Bermacam cara pencetakan
(seperti dies casting, permanent mold dan sand mold) dan pengerjaan (seperti
drawing, extruding, forging dan rolling) akan mempengaruhi struktur butiran dan
homogenitas yang mana akan mempengaruhi juga terhadap daya tahan korosi.

Logam yang disediakan untuk pengujian sedapat mungkin harus mirip dengan
tipe yang akan digunakan dalam produk akhir. Dalam tipe tertentu dari pengujian
korosi, seperti pengujian terhadap kecocokan dengan larutan-larutan zat kimia atau
evaluasi terhadap lapisan protektif, pertimbangan struktur butiran mungkin tidak
kritis. Dalam hal demikian, batangan logam hasil dari pencetakan atau lembaran
logam hasil pengerolan sangat umum digunakan untuk pengujian karena mudah
diperoleh dan dipabrikasi menjadi benda uji. Jika konstrruksi / peralatan terbuat dari
hasil bahan cetakan, benda uji yang diperlukan untuk pengujian harus dari bahan
cetakan tersebut. Demikian halnya bila konstruksi / peralatan terbuat dari hasil bahan
tempaam atau bahan pengerolan, benda uji dari bahan hasil pengerolan harus
digunakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bilamana menggunakan benda uji dari hasil
pengerolan adalah perbandingan antara area yang di rol dengan area pinggiran hasil
dari pemotongan harus besar. Dari hasil eksperimen telah menunjukkan bahwa bagian
pinggir dari hasil pemotongan bisa terkorosi dua kali lebih cepat dibandingkan dengan
permukaan yang di rol. Hal ini akan mengakibatkan kesalahan dalam evaluasi.
F. Pembuatan Benda Uji
Setelah terpilih dan tersedianya bahan uji, tahap berikutnya adalah pembuatan
benda uji, pertimbangan-pertimbangan berikut yang perlu diperhatikan :
1. Ukuran dan bentuk benda uji
Ukuran dan bentuk benda uji sangat bervariasi, dan akan terbatas dengan
bahan yang akan diuji dan lingkungan uji, disamping itu juga harus disesuaikan
dengan jenis dan metode pengujian.
2. Kecocokan terhadap metoda evaluasi
Jenis benda uji yang digunakan harus mudah dievaluasi. Jika beberapa
karakteristik akan dievaluasi, mungkin diperlukan lebih dari satu jenis benda uji.
3. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual benda uji harus dilakukan dalam semua pengujian korosi.
Bila penampilan dari produk akhir adalah penting, seperti untuk dekoratif atau
aplikasi arsitek, maka permukaan yang cukup luas harus digunakan untuk
memungkinkan penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan, seandainya korosi
tidak merata. Benda uji yang relatip kecil dapat memberikan penilaian yang keliru.
4. Kedalaman serangan korosi

Benda uji yang digunakan untuk mengevaluasi korosi melalui pengukuran


kedalaman serangan korosi harus cukup tebal sehingga benda uji tersebut tidak
dilubangi oleh korosi. Selain dari pertimbangan ketebalan benda uji, tidak ada ukuran
atau bentuk khusus yang diperlukan tetapi ukuran dan luas dari benda uji akan
menentukan jumlah lingkungan uji yang diperlukan (setiap 1 cm luas permukaan
benda uji yang diuji membutuhkan larutan uji sebanyak 40 cm ASTM G-7 ).
Disamping itu, benda uji harus cukup besar atau jumlah yang cukup dari benda-benda
uji kecil harus diekspos untuk memasukkan semua penilaian yang penting dari
variable metalurgis dan manufacturing.
5. Pengurangan atau penambahan berat
Pengukuran perubahan berat juga tidak memerlukan suatu ukuran atau bentuk
benda uji tertentu tetapi perbandingan luas dengan volume lingkungan uji ( A/V )
digunakan untuk sensitifitas.Biasanya bentuk segi empat, digunakan untuk
memudahkan pengukuran luas permukaan, yang ikut serta dalam formula untuk
menghitung laju korosi.
Ukuran benda uji yang kecil lebih disukai karena lebih akurat dalam
penimbangan dan pengukuran dimensi, khususnya untuk pengujian dengan waktu
yang relatip singkat atau bilamana laju korosinya rendah. Dalam praktek, penggunaan
suatu ukuran dari bentuk yang standar untuk semua benda uji dalam serangkaian
pengujian yang dilakukan, agar supaya luas permukaan yang diekspos sama dan
derajat akurasi yang sama dalam pengukuran dan perhitungan. Benda uji standar yang
sering digunakan dalam standar ASTM adalah 4 x 20 cm dan tebal 1,5 mm.
6. Penurunan dalam sifat-sifat tensil
Jika pengaruh korosi terhadap penurunan sifat-sifat tensil pada logam /
paduannya dievaluasi, prosedur yang terbaik dengan menggunakan salah satu benda
uji dari standar ASTM. Dalam hal ini, benda uji dapat di preparasi secara lengkap
sebelum pengeksposan atau dapat di preparasi di panel yang terkorosi setelah
pengujian korosi berakhir.
Benda uji yang dipreparasi sebelum pengeksposan akan memberikan indikasi
dini dari pengaruh korosi, tetapi indikasi derajat penurunan dalam sifat tensil,
khususnya elongation biasanya sangat tinggi dikarenakan dari pengaruh takikan
yang dihasilkan oleh korosi pada bagian pinggir benda uji. Penilaian yang lebih
realities dari penurunan kekuatan dan elongation dapat diperoleh melalui preparasi

10

benda uji dari panel uji yang terkorosi dan dalam cara ini akan menghindari pengaruh
korosi pada bagian pinggir.
7. Pengujan korosi tegang
Pemilihan benda uji untuk pengujian korosi tegang adalah kompleks tetapi
terutama tergantung pada kemampuan untuk menerima dan mempertahanjan tegangan
yang besarnya diketahui dan untuk menerima tegangan ini secara uniform dalam arah
metalurgis yang spesifik.
8. Korositifitas dari lingkungan uji
Faktor kedua yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengujian korosi
dari suatu benda uji adalah korositifitas lingkungan uji. Waktu pengujian yang singkat
dan benda uji yang tebal diperlukan bila kondisi pengujian sangat korosif. Sebaliknya,
bila kondisi pengujian tidak korosif maka benda uji yang tipis dan kecil diperlukan.
9. Kecocokan dengan pengujian lainnya
Faktor-faktor selain dari logam dan lingkungan yang akan dinilai, kita harus
yakin bahwa benda uji cocok dengan tujuan pengujian yang khusus. Misalnya lapis
linding cat atau lapis lindung logam akan dievaluasi, bagian pinggir dan sudut dari
benda uji harus ditumpulkan sebelum pelapisan. Lapisan-lapisan yang tipis pada
bagian pinggir / sudut yang tajam dan ini merupakan titik lemah yang tidak realistik
untuk permulaan korosi. Jika proteksi katodik akan dievaluasi, perbandingan ukuran
katoda/anoda dan geometrinya harus diketahui dan dikontrol.

G. Preparasi Benda Uji


Idealnya pemukaan dari benda uji harus identik dengan permukaan peralatan
sebenarnya yang akan digunakan di pabrik. Akan tetapi, ini umumnya tidak mugkin
karena permukaan dari logam dan paduan komersil bervariasi selama diproduksi dan
dipabrikasi.
Derajat kerak / jumlah oksidda pada peralatan dan jugaa kondisi darri
kontaminasi lainnya pada permukaan bervariasi. Dikarrenakan situasi ini dan karena
penentuan dari ketahanan korosi dari logam / paduan itu sendiri merupakan
kepentingan utama dalam kebanyakan hal, permukaan logam yang bersih umumnya
digunakan.
Standar kondisi permukaan diperlukan untuk memudahkan perbandingan
dengan hasil dari yang lainnya. Permukaan akhir yang umum digunakan adalaah

11

dihasilkaan melalui pemolesan dengan kertas ampelas nomor 120, pemukaan akhir
hasil pemolesan dengan kertas ampelas nomor 120 tidak halus dan juga tidak kasar.
Sebelum perlakuan, permesinan, penggerindaan atau pemolesan dengan kertas
abrasif yang kasar mungkin diperlukan jika pemukaan benda uji sangat kasar
atau mengandung kerak yang hebat. Semua operasi diatas harus dilakukan
sedemikian agar supaaya panas berlebih akibat operasi dapat dihindarkan. Kertas
ampelas yang bersih harus digunakan untuk menghindari kontaminasi pada
permukaan logam, khususnya bilamana logam-logam yang berlainan jenis akan
dipoles. Misalkan kertas ampelas yang digunakan untuk pemolesan baja harus tidak
digunakan untuk pemolesan logam tembaga atau sebaliknya.
Partikel-partikel dari salah satu logam akan menempel dalam permukaan
logam yang jenisnya berbeda dan menyebabkan hasil pengujian yang salah.
Permukaan akhir yang lebih halus mungkin diperlikan dalam keadaan tertentu
bilamana laju korosi yang sangat rendah dihaaarapkan. Seringkali benda uji dibuat
melalui pemotongan dari pelat tipis, bagian pinggir harus diraatakan untuk
memudahkan pemolesan.
Setelaah preparasi permukaan, benda uji harus diukur dengan teliti untuk
menghitung luas permukannya,karena luas permukaan tercakup dalam formula
perhitungan laju korosi dan tegangan. Setelah pengukuran dimensi, benda uji harus
dibersihkan dari lemak /minyak dalam larutan yang sesuai sepertiaceton, kemudian
dikeringkan dan ditimbang. Benda ujui harus segera di ekspos kelingkungan uji atau
disimpan dalam disikator, khususnya jika benda uji tersebut tidak takan korosi
terhadap atmosferik. Pengukuran dimensi dan penimbangan benda uji diperlukan
untuk pengujian korosi yang tertentu.
H. Identifikasi Benda Uji
Dalam suatu metode pengujian korosi yang memerlukan banyak benda uji,
lokasi atau parameter pengujian maka identifikasi benda uji adalah sangat penting,
terutama sekali bila pengujian tersebut melibatkan banyak orang atau membutuhkan
waktu yang lama. Identifikasi yang baik dilakukan dalam pengujian korosi melalui
penandaan pada benda-benda uji dan pencatatan pada lembar data pengujian, yang
dimaksud untuk menghindari kekeliruan pengambilan data dari hasil pengujian,karena
ini secara langsung dapat menimbulkan masalah untuk mengevaluasi data dan
kesimpulan.

12

Penandaan benda-benda uji yang belainan jenisnya dapat dilakukan dengan


memberikan urutan objek alphabet, sedangkan untuk benda-benda uji yang sama
jenisnya dengan menggunakan nomor yang berurutan atau sebaliknya. Penandaan
untuk identifikasi dapat distempel langsung pada benda-bendda uji atau sebagai
alternatif dapat dibubuhkan etiket sedemikian rupa sehingga tidak menggu pengujian
korosi.
I. Penataan Benda Uji
Hal yang harus diperhatikan juga sebelum berlangsungnya pengujian korosi
adalah penataan benda uji. Penataan benda uji sangat bervaariasi, yang mana
tergantung diantaranya pada jenis dan metode pengujian, wadah, volume larutan, serta
bentuk, ukuran, jenis dan jumlah benda uji. Penataan benda uji disamping harus
mengikuti standar pengujian yang ada / harus disesuaikan dengan kondisi aplikasi
yang sebenarnya, disamping itu harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Karena itu
secara langsung dapat mempengaruhi hasil pengujian yang tidak reproducible,
sehingga akan menyulitkan kita untuk mengevaluasi atau mengambil kesimpulan dari
data hasil pengujian yang scetter.
Pertimbangan-pertimbangan yang penting dalam penataan benda uji pada pengujian
korosi yang terdiri dari 2 benda uji atau lebih sebagai berikut :
a) Benda-benda uji harus terisolasi atau sama lainnya dan daaaaari kontak langsung
dengan rangka yang terbuat dari logam.
b) Benda-benda uji harus diatur sedemikian rupa sehingga produk korosi dari satu
benda uji tidak mengotori terhadap benda uji yang lainnya.
c) Lingkungan korosinya harus secara merata dapat kontak dengan benda-benda uji.
Dalam pengujian korosi dengan metode pencelupan :
a) Benda benda uji yang satu jenis boleh ditempatkan secara bersama-sama, dalam
satu wadah, asalkan volume medium korosif cukup untuk menjaga sifat-sifat
asalnya selama pengujian.
b) Benda-benda uji yang berlainan jenisnya tidak boleh ditempatkan secara
bersama-sama dalam satu wadah, karena produk korosi / benda uji yang
satunya dapat mempengaruhi terhadap benda uji yang lainnya, kecuali untuk
pengujian pengaruh korosi secara galvanis.
c) Rangka haaarus tidak boleh rusa selama pengujian.
d) Benda uji harus ditempatkan sebaik-baiknya jika pengaruh pencelupan seluruh,
sebagian atau fase uap akan dievaluasi.

13

J. Waktu Pengujian
Pemilihan waktu dan jumlah periode pengeksposan yang tepat adalah penting
dan kesalahan hasil pengujian mungkin terjadi jika faktor-faktor ini tidak
dipertimbangkan. Paling sedikit 2 periode harus digunakan. Prosedur ini memberikan
informasi pada perubahan laju kiorosi dengan waktu dan bisa mengetahui kesalahan
penimbangan. Laju korosi bisa meningkat, menurun atau tetap konstan dengan
waktu.Seringkali laju penyerangan korosi pada permulaan adalah tinggi dan kemudian
menurun. Prosedur pengujian korosi dalam laboratorium yang sangast luas digunakan
terdiri dari 5 [perioda dan setiap perioda 48 janm dengan larutan segar untuk setiap
perioda.
Pengujian laboratorium terhadap laju korosi logam dalam media larutan dapat
dilakukan dengan cara konvensional melalui pengurangan berat logam setelah di
ekspos dan cara elektro kimia melalui polarisasillogam dengan menggunakan
alatpotensiostat. Pengujian laju korosi logam dengan cara konvensional memerlukan
waktu yang relative lama, sedangkan dengan cara elektrokimia waktu yang diperlukan
relatip singkat.
K. Planned Interval Test
Wachter dan Treseder memberikan suatu prosedur yang sangat baik untuk
mengevaluasi pengaruh waktu pada korosi logam dan juga pada korositifitas
lingkungan dalam pengujian laboratorium, perncanaan ini disebul panned interval
test. Pengujian ini tidak hannya melibatkan pengumpulan pengaruh korosi pada
beberpa waktu dibawah kondisi yang diberikan tetapi jiga laju korosi awal dari logam
baru, laju korosi dari metal setelah di ekspos lama dan laju korosi awal dari logam
baru selama periode yang sama dari waktu yang terakir dapat diakumulasi.
Satuan Interval waktu yang sering dilakukan selama satu hari, kemudian
diperpanjang pada perioda beberapa hari. Dalam planned interval test sebaiknya
mempunyai benda uji duplikat untuk setiap interval dan perpanjangan waktu
pengujian dilakukan dengan penambahan benda uji dan jarak interval yang sama.
L. Pembersihan Benda Uji setelah Pengeksposan
Ini merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam pengujian korosi
dan prosedur pembersihan yang tepat harus dilakukan. Pemeriksaan visual /

14

fotocgrafin benda uji sebelum dan sesudah pembersihan harus dilakukan. Dalam
banyak hal, pengamatan visual dari benda uji setelah pengeksposan memberikan
informasi yang berguna mengenai penyebab atau mekanisme korosi yang dilibatkan,
misalnya deposit dapat menyebabkan sumuran dari logam. Perubahan dalam berat
dari benda uji sangat sering digunakan untuk kalkulasi dari laju korosi. Oleh karena
itu penghilangan produk korosi yang sempurna atau kurang sempurna secara langsung
merefleksikan laju korosi. Metode pembersihan benda uji yang umum dilakukan
menggunakan zat kimia.
Tabel. Metoda pembersihan benda uji dengan zat kimia setelah pengujian (ASTM G1)
Material
Tembaga dan paduan nikel

Metoda pembersihan dengan pencelupan


HCI 500 ml
Air 500 ml
Temperatur ruangan

Alumunium dan paduan

Waktu 1 sampai dengan 3 menit


CrO3 20 grm
H3PO4 20 ml
Air -+ 980 ml
Temperatur 80 C
Waktu 5 sampai dengan 10 menit
Jika lapisan film masih ada
HNO3 70%
Tempetatur ruangan

Timah putih (Sn)dan paduan

Waktu 15 menit
Na3PO4 150 grm
Air +-850 ml
Temperature mendidih

Timah hitam (Pb)dan paduan

Waktu 10 menit
1.Asam asetat (99,5%) 10 ml
air+- 990 ml
temperatur mendidih
waktu 5 menit
2.Amonium asetat 50 grm
air +-950 mlo
temperatur panas

15

Magnesium dan paduan

waktu 5 menit
CrO3 150 gram
AgNO3 10 gram
Air +-840 ml
Temperatur mendidih

Seng (Zn)

Waktu 1 menit
1.NHOH 150 ml
air +- 850 ml
temperature ruang waktu beberapa
menit kemudian dicelupkan
kedalam :
CrO3 50 gram
AgNO3 10 gram
Air +- 960 ml
Temperature panas
Waktu 5 menit
2.HCI 85 ml
air +- 915 ml
temperature ruang
waktu 15 menit

Besi dan Baja

1.

Larutan NaOH panas

2.

HCI 1 liter Sb2O3 20 gr SnCI2 50 gr

temperature kamar waktu +-25 menit


3.
Stainless steel

H2SO4 100 ml air+-900ml inhibitor

organic 15 ml temperature 50 C
1. Larutan NaOH panas
2.

HNO3

100

ml

air+-

900

ml

temperature 60 C waktu 20 menit


3.

Anonium sitrat 150 gr air +- 850 ml,

temperature 70 C waktu 10 sampai dengan


60 menit

16

Pembersihan benda uji blangko harus dilakukan untuk mengetahui jumlah


logam yang dihilangkan melalui metode pembersihan tersebut dan jumlah
kehilangan beratnya harus tidak melebihi hargga yang terccantum di dalam tabel 3.
Jika kehilangan beratnya melebihi harga tersebut maka harus dilakukan
alternatif dengan menggunakan zat kimia lain yang direkomendasikan dalam standar.
Tabel. Kehilangan berat benda uji blangko akibat pembersihan dengan zat kimia.
Material

Kehilangan berat (mg / in2)

Aluminium

0,10

Amiralty brass

0,013

Red brass

0,00

Yellow brass

0,026

Tin bronze

0,00

Copper

0,013

Monel

0,00

Steel

0,051

18-8 Stainless Steel

0,00

Lead

0,39

Nickel

0,14

Tin

0,014
M. Perhitungan Laju Korosi
Setelah benda uji dibersihkan dengan metode pencelupan kedalam zat kimia,

logam / paduannya dibandingkan berdasarkan ketahanan korosinya. Untuk membuat


perbandingan yang berarti, laju penyeraaangan untuk tiap-tiapmaterial harus
diungkapkan secara kwantitatif. Laju korosi telah diungkapkan dalam bermacammacam cara, seperti persen kehilangan berat dan mdd.
Unit ini tidak mengungkapkan ketahanan korosi dipandang dari segi
penipisan material dapat digunakan untuk prediksi umur pelayanan dari suatu
material. Pengungkapan laju korosi yang baik harus melibatkan :
a)
b)
c)
d)

Satuan yang familiar


Mudah kalkulasi dengan kesalahan yang minimum
Mudah dikonversi ke umur pelayanan dalam tahun
Penetrasi

17

Untuk laju korosi yang ditentukan melalui polarisasi linier dan teknik
elektrokimia lainnya dinyatakan dlam istilah rapat arus. Pernyataan ini dapat
dirubah menjadi mpy melalui pernyataan yang didasarkan pada hukum Faraday :
Mpy = K
Dimana :
K: konstanta (0,129)
a : berat atom dari metal
i : rapat arus (mA / cm2)
n : jumlah elekrton / valensi
D: berat jenis metal ( gr / cm2)
Konversi untuk beberapa laju korosi dapat dilakukan dengn cara nomograf dan
dengan menggunakan faktor konversi. Konversi laju korosi dengan menggunakan
faktor konversi adalah sebagai berikut : mdd. 696 X berat jenis logam X Ipy
Sedangkan untuk konversi dengan cara nomograf tidak memerlukan
perhitungan matematik dan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat serta akurasinya
baik. Nomograf ini memungkinkan konversi mpy, Ipy, Ipm dan mdd dari stu ke yang
lainnya. Mpy,Ipy,Ipm secara langsung dikonversi pada skala A ini dikonversikan ke
mdd dengan memakai skala C dan skala B untuk mdd melalui penarikan garis lurus.
Satuan mdd tidak mempertimbangkan atau melibatkan berat jenis logam.

18

PERHITUNGAN LAJU KOROSI


A. Perhitungan laju Korosi
Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan
terhadap waktu. Menghitung laju korosi pada umumnya menggunakan 2 cara yaitu:
1. Metode kehilangan berat
Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan mengukur
kekurangan berat akibat korosi yang terjadi.Metode ini menggunakan jangka waktu
penelitian hingga mendapatkan jumlah kehilangan akibat korosi yang terjadi. Untuk
mendapatkan jumlah kehilangan berat akibat korosi digunakan rumus sebagai berikut:

Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji (objek yang ingin
diketahui laju korosi yang terjadi padanya), kekurangan berat dari pada berat awal
merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan berat dikembalikan kedalam rumus untuk
mendapatkan laju kehilangan beratnya.
Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan suistinable dapat dijadikan
acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui seberapa korosif daerah
tersebut) juga dapat dijadikan referensi untuk treatment yang harus diterapkan pada
daerah dan kondisi tempat objek tersebut.
Contoh perhitungan laju korosi dengan metode Weight Loss :
Spesimen baja karbon rendah dengan ukuran 0,2 x 0,1 x 0,03 m dipaparkan pada
lingkungan industri kimia. Dalam waktu 1 minggu, setelah dilakukan produk korosinya
dihilangkan, ternyata berat spesimen berkurang sebanyak 0,0006 kg. Hitunglah laju
korosi dari spesimen tersebut ?
Penyelesaian :
1. Diketahui : Dimensi spesimen baja karbon rendah = 0,2 x 0,1 x 0,03 m
Ekposur time = 1 minggu = 168 jam
Weight loss = 0,0006 kg = 0,6 gram
Densitas baja karbon = 7,86 g/cm3

19

2. Metode Elektrokimia
Metode elektrokimia adalah metode mengukur laju korosi dengan mengukur beda
potensial objek hingga didapat laju korosi yang terjadi, metode ini mengukur laju korosi
pada saat diukur saja dimana memperkirakan laju tersebut dengan waktu yang panjang
(memperkirakan walaupun hasil yang terjadi antara satu waktu dengan eaktu lainnya
berbeda). Kelemahan metode ini adalah tidak dapat menggambarkan secara pasti laju
korosi yang terjadi secara akurat karena hanya dapat mengukur laju korosi hanya pada
waktu tertentu saja, hingga secara umur pemakaian maupun kondisi untuk dapat
ditreatmen tidak dapat diketahui. Kelebihan metode ini adalah kita langsung dapat
mengetahui laju korosi pada saat di ukur, hingga waktu pengukuran tidak memakan
waktu yang lama.
Metode elektrokimia ini meggunakan rumus yang didasari pada Hukum Faraday
yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :

Metode ini menggunakan pembanding dengan meletakkan salah satu material


dengan sifat korosif yang sangat baik dengan bahan yang akan diuji hingga beda
potensial yang terjadi dapat diperhatikan dengan adanya pembanding tersebut. Berikut
merupakan gambar metode yang dilakukan untuk mendapatkan hasil pada penelitian laju
korosi dengan metode elektrokimia yang diuraikan diatas.

20

Contoh perhitungan laju korosi dengan metode Elektrokimia :


Sepotong baja yang berada dalam larutan HCl (air-free) mengalami korosi dengan
densitas arus 1 A/cm2. Hitung laju korosi dalam mpy untuk baja tersebut ?
Penyelesaian :
Diketahui : Sepotong baja berada dalam larutan HCl (air-free)
Densitas arus, i = 1 A/cm2
Massa atom Fe, a = 55,847
Masaa jenis Fe, D = 7,86 g/cm3

21

Ada beberapa satuan yang biasa dipakai dalam menghitung laju korosi. Maka untuk
memudahkan pembaca, tabel dibawah ini adalah tabel pengkonversian satuan laju
korosi :

Keterangan :
n = number of electrons freed by the corrosion reaction
M = atomic mass
d = density
3. Mengukur Tegangan Korosi
Alat
: HALF CELL CORROSION TESTER
Elektroda
: 1. Saturated Calomel Elektrode (SCE) 2. Saturated Copper Sulphate
Electrode (SCSE)
Prinsip
: Mengukur beda tegangan antara benda yang diukur thd elektroda
4. Mengukur Konduktansi Terpolarisir (Kcor)
Merupakan pengembangan dari cara Mengukur Tegangan Korosi (Ecor)
Laju Korosi sangat dipengaruhi Arus Korosi (icor) dan Tegangan Korosi (Ecor)
Prinsip : Mengukur Ecor dan icor
Kcor = Di/DE
Rumus Kcor
ai
mpy = K n D
Keterangan :
mpy = milli inch per year (laju korosi)
K = konstanta (0,129)
a = berat atom dari metal)
i = rapat arus (mA/cm2)
n = jumlah elektron/valensi D = berat jenis logam (gr/cm3)
5. Mengukur Kandungan Hasil Korosi
Menganalisis produk korosi dengan mengetahui beratnya, komposisi kimia dan pH

(keasaman).
Tidak mudah, harus cepat

22

Konversi satuan Laju Korosi


1 mpy = 1/1.000 inch per year (ipy)
1 mpy = 1/12.100 inch per month (ipm)
1 mpy = D/1,44 mg/dm2/day (mdd)
1 mpy = 0,0254 mm/year

DAFTAR PUSTAKA
http://faisolafnan.blogspot.co.id/2013/04/pengujian-korosi.html
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.co.id/2007/11/info-daftar-pengujian-korosistandar.html

23

http://sam-belajarblog.blogspot.co.id/2011/08/pengujian-laju-korosi.html
http://senisainselis.blogspot.co.id/2011/06/uji-korosi-pada-besi.html
http://www.academia.edu/6228375/PENGUJIAN_KOROSI
http://zycoluffy21.blogspot.co.id/2014/01/aspek-aspek-pengujian-korosi.html
Mars G. Fontana. (1986). Corrosion Engineering 3rd edition. New York: McGraw-Hill Book
Company.
E, Bardal. (2003). Corrosion and Protection. London: British Library Cataloguing in
Publication Data.
http://sam-belajarblog.blogspot.com/2011/08/pengujian-laju-korosi.html diunduh Tanggal 31
Desember 2013.

Anda mungkin juga menyukai