Disusun oleh :
Patrisius Martinus
K2513096
A. Pendahuluan
Pemilihan material konstruksi logam atau material untuk penanggulangan
korosi secara cermat dan tepat dimaksudkan untuk menghemat biaya pemeliharaan
dan meningkatkan umur pelayanan konstruksi logam. Disamping itu juga untuk
menghindari kerugian materi melalui penghentian sementara produktifitas atau
kerusakan pradini karena proses korosi dari material konstruksi logam tersebut.
Banyak jenis / produk dari material logam dan material untuk penanggulangan
korosi dipasaran yang mana pengujian untuk mengetahui / memahami spesifikasi
yang dimiliki dari masing-masing material tersebut, agaaar supaya kita akan mampu
meramalkan pelayanan atau mungkin dapat memperbaiki spesifikasinya untuk
penggunaan dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu pengujian korosi adal;ah sangat
penting bagi mereka yang berkecimpung khususnya dalam bidang corrosion
engineering, produksi dan pemakaian material-material tersebut yang lebih mahal dari
yang sebenarnya.
B. Ruang Lingkup Pengujian Korosi
Pada umumnya pengujian korosi dilakukan dengan suatu tujuan yang spesifik.
Perencanaan dan pelaksanaan yang baik biasanya akan mendapatkan hasil yang
reproducible dan reliability, kedua faktor ini sangat penting dalam pengujian
korosi. Pengujian korosi dan aplikasi dari hasilnya dianggap menjadi aspek yang
sangat penting dalam corrosion engineering. Banyak pengujian korosi dilakukan
untuk pemilihan material / konstruksi peralatan dalam proses industri. Oleh karena itu
pengujian duplikasi serupa mungkin dengan kondisi pelayanan pabrik yang
sebenarnya adalah sangat penting.
Karena banyak jenis dari material logam dan material untuk penanggulangan
korosi serta aplikasinya sehingga ruang lingkup pengujian korosi sangat luas dan
bervariasi, maka tidaklah mungkin untuk membahas semua tahap pengujian. Oleh
karena itu ruang lingkupnya hanya akan dibatasi pada prinsip-prinsip pengujian korosi
yang umum dilakukan terhadap material-material logam dan material-material untuk
penanggulangan korosi.
Pengujian korosi ada yang sangat sederhana yang mana pengujiannya dapat
diselesaikan dalam waktu yang relatip singkat dan juga ada yang komplek, yang mana
memerlukan pekerjaan gabungan dari beberapa peneliti serta data penunjang lainnya
yang diperlukan sehingga untuk menyelesaikan pengujian tersebut membutuhkan
waktu yang relatip cukup lama.
C. Klasifikasi Pengujian Korosi
Pengujian korosi dibagi menjadi 4 jenis klasifikasi :
1. Pengujian laboratorium
2. Pengujian pilot plant skala kecil harus dibuat miniature dari konstruksi
3. Pengujian pelayanan pabrik yang sebenarnya
4. Pengujian lapangan cendrung pada kontruksi secara umum perpipaan, konstruksi
jembatan
Klasifikasi 3 dan 4 dapat digabungkan, tetapi untuk menghindari keracunan
dalam termologi, maka perlu dilakukan perbedaan sebagai berikut :
Klasifikasi 3 melibatkan pengujian spesimen dalam pelayanan pabrik yang
sebenarnya, sedangkan klasifikasi 4 melibatkan pengujian lapangan yang didisain
untuk memperoleh informasi secara umum. Misalnya pengujian lapangan melalui
pengeksposan atmosferik dari sejumlah besar benda uji dalam rak pada satu atau lebih
lokasi geografis dan pengujian lain dalam tanah atau air laut.
1. Pengujian laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia murni,
yang terbaik dengan lingkungan atau larutan dari pabrik yang sebenarnya dan waktu
pengujiannya relatip singkat. Kondisi pengujian dapat disimulasikan dan dikontrol
dengan teliti sesuai dengan aplikasinya. Setiap pengujian harus reproducible dalam
pengujian-pengujian ulang dengan waktu yang tetap. Hal ini adalah penting terutama
bila digunakan metoda baru atau bila bahan baru / bahan rakitan perlu dievaluasi. Bila
reproducibility dapat diperoleh, maka data yang berbeda merupakan refleksi dari
perbedaan dalam ketahanan korosi dari bahan-bahan yang diuji. Pengujian
laboratorium biasanya dilakukan dengan menggunakan benda uji kecil serta bentuk
dan ukurannya yang spesifik. Benda-benda uji seperti ini relatip murah dan mudah
dibuat ulang.
tidak perlu terikat pada suatu produk atau penggunaan khusus. Pengujinpengijian pada penelitian dasar kebanyakan dilakukan dalam suatu laboratorium
dengan menggunakan benda- benda uji kecil dan teknik khusus yang disesuaikan
penelitian.
2. Pengembangan bahan atau produk
Dikarenakan ada banyak persaingan dari produk tertentu serta aplikasinya,
maka setiap produsen terus mencoba melakukan penelitian untuk menemukan
atau memodifikasi produk- produk baru yang lebih spesifik dapat berprestasi baik
dengan harga yang lebih murah, efisien, awet dan aman dari pada produk- produk
yang sekarang digunakan. Informasi yang diperoleh dapat membantu dalam
pemilihan material akan di uji untuk aplikasi spesifik. Penyertaan pengujian pada
material lain yang telah diketahui untuk penggunaan komersil dalam lingkungan
tertentu akan bermanfaat sebagai pembanding. Sasaran pengujian pada
pengembangan produk baru terikat langsung yang berhubungan dengan
aplikasinya. Dalam hal material baru, data yang diperroleh dari hasil pengujian
akan memberikan informasi mengenai aplikasi yang mungkin.
3. Pemilihan material
Langkah peretama yang perlu diperhatikan sebelum mendisain konstruksi
jembatan, pabrik, automobil dan sebagainya, kita harus dapat mentukan materialmaterial mana yang sebaikya digunakan dari sekian banyak jenis material yang
ada. Oleh karena itu pemilihan maerial merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam keberhasilan suatu konstruksi cara yang terbaik dalam
pemilihan material disamping berpedoman pada spesifikasi dari produsen, kita
perlu jugamelakukan evaluasi dari spesifikasinya melalui pengujuan- pengujian,
sehingga kita dapat mrnentukan material secara tepat yang diinginkan . Salah satu
yang hrus dipertimbangkan juga dalam pemilihan material adalah kecocokan dari
material-material berbeda jenis, yang akan dihubungkan secara langsung dalam
suatu konstruksi.
4. Kontrol kualitas
Pada umumnya kontrol kwalitas merupakan pengujian rutin bagi produsen
untuk memeriksa kwalitas baru sejumlah produk yang dianggar dapat mewakili
dari variasi-variasi prodiksi. Pengujuan ini bisa tidak berhubungan langsung
dengan pelayanan yang diharapkan tapi kadang- kadang dihubungkan dalam
spesifikasi sebagai pengujuan pendukung. Kontrol kwalitas juga diperlukan bagi
Logam yang disediakan untuk pengujian sedapat mungkin harus mirip dengan
tipe yang akan digunakan dalam produk akhir. Dalam tipe tertentu dari pengujian
korosi, seperti pengujian terhadap kecocokan dengan larutan-larutan zat kimia atau
evaluasi terhadap lapisan protektif, pertimbangan struktur butiran mungkin tidak
kritis. Dalam hal demikian, batangan logam hasil dari pencetakan atau lembaran
logam hasil pengerolan sangat umum digunakan untuk pengujian karena mudah
diperoleh dan dipabrikasi menjadi benda uji. Jika konstrruksi / peralatan terbuat dari
hasil bahan cetakan, benda uji yang diperlukan untuk pengujian harus dari bahan
cetakan tersebut. Demikian halnya bila konstruksi / peralatan terbuat dari hasil bahan
tempaam atau bahan pengerolan, benda uji dari bahan hasil pengerolan harus
digunakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bilamana menggunakan benda uji dari hasil
pengerolan adalah perbandingan antara area yang di rol dengan area pinggiran hasil
dari pemotongan harus besar. Dari hasil eksperimen telah menunjukkan bahwa bagian
pinggir dari hasil pemotongan bisa terkorosi dua kali lebih cepat dibandingkan dengan
permukaan yang di rol. Hal ini akan mengakibatkan kesalahan dalam evaluasi.
F. Pembuatan Benda Uji
Setelah terpilih dan tersedianya bahan uji, tahap berikutnya adalah pembuatan
benda uji, pertimbangan-pertimbangan berikut yang perlu diperhatikan :
1. Ukuran dan bentuk benda uji
Ukuran dan bentuk benda uji sangat bervariasi, dan akan terbatas dengan
bahan yang akan diuji dan lingkungan uji, disamping itu juga harus disesuaikan
dengan jenis dan metode pengujian.
2. Kecocokan terhadap metoda evaluasi
Jenis benda uji yang digunakan harus mudah dievaluasi. Jika beberapa
karakteristik akan dievaluasi, mungkin diperlukan lebih dari satu jenis benda uji.
3. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual benda uji harus dilakukan dalam semua pengujian korosi.
Bila penampilan dari produk akhir adalah penting, seperti untuk dekoratif atau
aplikasi arsitek, maka permukaan yang cukup luas harus digunakan untuk
memungkinkan penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan, seandainya korosi
tidak merata. Benda uji yang relatip kecil dapat memberikan penilaian yang keliru.
4. Kedalaman serangan korosi
10
benda uji dari panel uji yang terkorosi dan dalam cara ini akan menghindari pengaruh
korosi pada bagian pinggir.
7. Pengujan korosi tegang
Pemilihan benda uji untuk pengujian korosi tegang adalah kompleks tetapi
terutama tergantung pada kemampuan untuk menerima dan mempertahanjan tegangan
yang besarnya diketahui dan untuk menerima tegangan ini secara uniform dalam arah
metalurgis yang spesifik.
8. Korositifitas dari lingkungan uji
Faktor kedua yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengujian korosi
dari suatu benda uji adalah korositifitas lingkungan uji. Waktu pengujian yang singkat
dan benda uji yang tebal diperlukan bila kondisi pengujian sangat korosif. Sebaliknya,
bila kondisi pengujian tidak korosif maka benda uji yang tipis dan kecil diperlukan.
9. Kecocokan dengan pengujian lainnya
Faktor-faktor selain dari logam dan lingkungan yang akan dinilai, kita harus
yakin bahwa benda uji cocok dengan tujuan pengujian yang khusus. Misalnya lapis
linding cat atau lapis lindung logam akan dievaluasi, bagian pinggir dan sudut dari
benda uji harus ditumpulkan sebelum pelapisan. Lapisan-lapisan yang tipis pada
bagian pinggir / sudut yang tajam dan ini merupakan titik lemah yang tidak realistik
untuk permulaan korosi. Jika proteksi katodik akan dievaluasi, perbandingan ukuran
katoda/anoda dan geometrinya harus diketahui dan dikontrol.
11
dihasilkaan melalui pemolesan dengan kertas ampelas nomor 120, pemukaan akhir
hasil pemolesan dengan kertas ampelas nomor 120 tidak halus dan juga tidak kasar.
Sebelum perlakuan, permesinan, penggerindaan atau pemolesan dengan kertas
abrasif yang kasar mungkin diperlukan jika pemukaan benda uji sangat kasar
atau mengandung kerak yang hebat. Semua operasi diatas harus dilakukan
sedemikian agar supaaya panas berlebih akibat operasi dapat dihindarkan. Kertas
ampelas yang bersih harus digunakan untuk menghindari kontaminasi pada
permukaan logam, khususnya bilamana logam-logam yang berlainan jenis akan
dipoles. Misalkan kertas ampelas yang digunakan untuk pemolesan baja harus tidak
digunakan untuk pemolesan logam tembaga atau sebaliknya.
Partikel-partikel dari salah satu logam akan menempel dalam permukaan
logam yang jenisnya berbeda dan menyebabkan hasil pengujian yang salah.
Permukaan akhir yang lebih halus mungkin diperlikan dalam keadaan tertentu
bilamana laju korosi yang sangat rendah dihaaarapkan. Seringkali benda uji dibuat
melalui pemotongan dari pelat tipis, bagian pinggir harus diraatakan untuk
memudahkan pemolesan.
Setelaah preparasi permukaan, benda uji harus diukur dengan teliti untuk
menghitung luas permukannya,karena luas permukaan tercakup dalam formula
perhitungan laju korosi dan tegangan. Setelah pengukuran dimensi, benda uji harus
dibersihkan dari lemak /minyak dalam larutan yang sesuai sepertiaceton, kemudian
dikeringkan dan ditimbang. Benda ujui harus segera di ekspos kelingkungan uji atau
disimpan dalam disikator, khususnya jika benda uji tersebut tidak takan korosi
terhadap atmosferik. Pengukuran dimensi dan penimbangan benda uji diperlukan
untuk pengujian korosi yang tertentu.
H. Identifikasi Benda Uji
Dalam suatu metode pengujian korosi yang memerlukan banyak benda uji,
lokasi atau parameter pengujian maka identifikasi benda uji adalah sangat penting,
terutama sekali bila pengujian tersebut melibatkan banyak orang atau membutuhkan
waktu yang lama. Identifikasi yang baik dilakukan dalam pengujian korosi melalui
penandaan pada benda-benda uji dan pencatatan pada lembar data pengujian, yang
dimaksud untuk menghindari kekeliruan pengambilan data dari hasil pengujian,karena
ini secara langsung dapat menimbulkan masalah untuk mengevaluasi data dan
kesimpulan.
12
13
J. Waktu Pengujian
Pemilihan waktu dan jumlah periode pengeksposan yang tepat adalah penting
dan kesalahan hasil pengujian mungkin terjadi jika faktor-faktor ini tidak
dipertimbangkan. Paling sedikit 2 periode harus digunakan. Prosedur ini memberikan
informasi pada perubahan laju kiorosi dengan waktu dan bisa mengetahui kesalahan
penimbangan. Laju korosi bisa meningkat, menurun atau tetap konstan dengan
waktu.Seringkali laju penyerangan korosi pada permulaan adalah tinggi dan kemudian
menurun. Prosedur pengujian korosi dalam laboratorium yang sangast luas digunakan
terdiri dari 5 [perioda dan setiap perioda 48 janm dengan larutan segar untuk setiap
perioda.
Pengujian laboratorium terhadap laju korosi logam dalam media larutan dapat
dilakukan dengan cara konvensional melalui pengurangan berat logam setelah di
ekspos dan cara elektro kimia melalui polarisasillogam dengan menggunakan
alatpotensiostat. Pengujian laju korosi logam dengan cara konvensional memerlukan
waktu yang relative lama, sedangkan dengan cara elektrokimia waktu yang diperlukan
relatip singkat.
K. Planned Interval Test
Wachter dan Treseder memberikan suatu prosedur yang sangat baik untuk
mengevaluasi pengaruh waktu pada korosi logam dan juga pada korositifitas
lingkungan dalam pengujian laboratorium, perncanaan ini disebul panned interval
test. Pengujian ini tidak hannya melibatkan pengumpulan pengaruh korosi pada
beberpa waktu dibawah kondisi yang diberikan tetapi jiga laju korosi awal dari logam
baru, laju korosi dari metal setelah di ekspos lama dan laju korosi awal dari logam
baru selama periode yang sama dari waktu yang terakir dapat diakumulasi.
Satuan Interval waktu yang sering dilakukan selama satu hari, kemudian
diperpanjang pada perioda beberapa hari. Dalam planned interval test sebaiknya
mempunyai benda uji duplikat untuk setiap interval dan perpanjangan waktu
pengujian dilakukan dengan penambahan benda uji dan jarak interval yang sama.
L. Pembersihan Benda Uji setelah Pengeksposan
Ini merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam pengujian korosi
dan prosedur pembersihan yang tepat harus dilakukan. Pemeriksaan visual /
14
fotocgrafin benda uji sebelum dan sesudah pembersihan harus dilakukan. Dalam
banyak hal, pengamatan visual dari benda uji setelah pengeksposan memberikan
informasi yang berguna mengenai penyebab atau mekanisme korosi yang dilibatkan,
misalnya deposit dapat menyebabkan sumuran dari logam. Perubahan dalam berat
dari benda uji sangat sering digunakan untuk kalkulasi dari laju korosi. Oleh karena
itu penghilangan produk korosi yang sempurna atau kurang sempurna secara langsung
merefleksikan laju korosi. Metode pembersihan benda uji yang umum dilakukan
menggunakan zat kimia.
Tabel. Metoda pembersihan benda uji dengan zat kimia setelah pengujian (ASTM G1)
Material
Tembaga dan paduan nikel
Waktu 15 menit
Na3PO4 150 grm
Air +-850 ml
Temperature mendidih
Waktu 10 menit
1.Asam asetat (99,5%) 10 ml
air+- 990 ml
temperatur mendidih
waktu 5 menit
2.Amonium asetat 50 grm
air +-950 mlo
temperatur panas
15
waktu 5 menit
CrO3 150 gram
AgNO3 10 gram
Air +-840 ml
Temperatur mendidih
Seng (Zn)
Waktu 1 menit
1.NHOH 150 ml
air +- 850 ml
temperature ruang waktu beberapa
menit kemudian dicelupkan
kedalam :
CrO3 50 gram
AgNO3 10 gram
Air +- 960 ml
Temperature panas
Waktu 5 menit
2.HCI 85 ml
air +- 915 ml
temperature ruang
waktu 15 menit
1.
2.
organic 15 ml temperature 50 C
1. Larutan NaOH panas
2.
HNO3
100
ml
air+-
900
ml
16
Aluminium
0,10
Amiralty brass
0,013
Red brass
0,00
Yellow brass
0,026
Tin bronze
0,00
Copper
0,013
Monel
0,00
Steel
0,051
0,00
Lead
0,39
Nickel
0,14
Tin
0,014
M. Perhitungan Laju Korosi
Setelah benda uji dibersihkan dengan metode pencelupan kedalam zat kimia,
17
Untuk laju korosi yang ditentukan melalui polarisasi linier dan teknik
elektrokimia lainnya dinyatakan dlam istilah rapat arus. Pernyataan ini dapat
dirubah menjadi mpy melalui pernyataan yang didasarkan pada hukum Faraday :
Mpy = K
Dimana :
K: konstanta (0,129)
a : berat atom dari metal
i : rapat arus (mA / cm2)
n : jumlah elekrton / valensi
D: berat jenis metal ( gr / cm2)
Konversi untuk beberapa laju korosi dapat dilakukan dengn cara nomograf dan
dengan menggunakan faktor konversi. Konversi laju korosi dengan menggunakan
faktor konversi adalah sebagai berikut : mdd. 696 X berat jenis logam X Ipy
Sedangkan untuk konversi dengan cara nomograf tidak memerlukan
perhitungan matematik dan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat serta akurasinya
baik. Nomograf ini memungkinkan konversi mpy, Ipy, Ipm dan mdd dari stu ke yang
lainnya. Mpy,Ipy,Ipm secara langsung dikonversi pada skala A ini dikonversikan ke
mdd dengan memakai skala C dan skala B untuk mdd melalui penarikan garis lurus.
Satuan mdd tidak mempertimbangkan atau melibatkan berat jenis logam.
18
Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji (objek yang ingin
diketahui laju korosi yang terjadi padanya), kekurangan berat dari pada berat awal
merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan berat dikembalikan kedalam rumus untuk
mendapatkan laju kehilangan beratnya.
Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan suistinable dapat dijadikan
acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui seberapa korosif daerah
tersebut) juga dapat dijadikan referensi untuk treatment yang harus diterapkan pada
daerah dan kondisi tempat objek tersebut.
Contoh perhitungan laju korosi dengan metode Weight Loss :
Spesimen baja karbon rendah dengan ukuran 0,2 x 0,1 x 0,03 m dipaparkan pada
lingkungan industri kimia. Dalam waktu 1 minggu, setelah dilakukan produk korosinya
dihilangkan, ternyata berat spesimen berkurang sebanyak 0,0006 kg. Hitunglah laju
korosi dari spesimen tersebut ?
Penyelesaian :
1. Diketahui : Dimensi spesimen baja karbon rendah = 0,2 x 0,1 x 0,03 m
Ekposur time = 1 minggu = 168 jam
Weight loss = 0,0006 kg = 0,6 gram
Densitas baja karbon = 7,86 g/cm3
19
2. Metode Elektrokimia
Metode elektrokimia adalah metode mengukur laju korosi dengan mengukur beda
potensial objek hingga didapat laju korosi yang terjadi, metode ini mengukur laju korosi
pada saat diukur saja dimana memperkirakan laju tersebut dengan waktu yang panjang
(memperkirakan walaupun hasil yang terjadi antara satu waktu dengan eaktu lainnya
berbeda). Kelemahan metode ini adalah tidak dapat menggambarkan secara pasti laju
korosi yang terjadi secara akurat karena hanya dapat mengukur laju korosi hanya pada
waktu tertentu saja, hingga secara umur pemakaian maupun kondisi untuk dapat
ditreatmen tidak dapat diketahui. Kelebihan metode ini adalah kita langsung dapat
mengetahui laju korosi pada saat di ukur, hingga waktu pengukuran tidak memakan
waktu yang lama.
Metode elektrokimia ini meggunakan rumus yang didasari pada Hukum Faraday
yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :
20
21
Ada beberapa satuan yang biasa dipakai dalam menghitung laju korosi. Maka untuk
memudahkan pembaca, tabel dibawah ini adalah tabel pengkonversian satuan laju
korosi :
Keterangan :
n = number of electrons freed by the corrosion reaction
M = atomic mass
d = density
3. Mengukur Tegangan Korosi
Alat
: HALF CELL CORROSION TESTER
Elektroda
: 1. Saturated Calomel Elektrode (SCE) 2. Saturated Copper Sulphate
Electrode (SCSE)
Prinsip
: Mengukur beda tegangan antara benda yang diukur thd elektroda
4. Mengukur Konduktansi Terpolarisir (Kcor)
Merupakan pengembangan dari cara Mengukur Tegangan Korosi (Ecor)
Laju Korosi sangat dipengaruhi Arus Korosi (icor) dan Tegangan Korosi (Ecor)
Prinsip : Mengukur Ecor dan icor
Kcor = Di/DE
Rumus Kcor
ai
mpy = K n D
Keterangan :
mpy = milli inch per year (laju korosi)
K = konstanta (0,129)
a = berat atom dari metal)
i = rapat arus (mA/cm2)
n = jumlah elektron/valensi D = berat jenis logam (gr/cm3)
5. Mengukur Kandungan Hasil Korosi
Menganalisis produk korosi dengan mengetahui beratnya, komposisi kimia dan pH
(keasaman).
Tidak mudah, harus cepat
22
DAFTAR PUSTAKA
http://faisolafnan.blogspot.co.id/2013/04/pengujian-korosi.html
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.co.id/2007/11/info-daftar-pengujian-korosistandar.html
23
http://sam-belajarblog.blogspot.co.id/2011/08/pengujian-laju-korosi.html
http://senisainselis.blogspot.co.id/2011/06/uji-korosi-pada-besi.html
http://www.academia.edu/6228375/PENGUJIAN_KOROSI
http://zycoluffy21.blogspot.co.id/2014/01/aspek-aspek-pengujian-korosi.html
Mars G. Fontana. (1986). Corrosion Engineering 3rd edition. New York: McGraw-Hill Book
Company.
E, Bardal. (2003). Corrosion and Protection. London: British Library Cataloguing in
Publication Data.
http://sam-belajarblog.blogspot.com/2011/08/pengujian-laju-korosi.html diunduh Tanggal 31
Desember 2013.