DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (3 KC)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan.................................................................................................. 7
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Proses pembentukan batubara terdiri atas dua tahap, yaitu:
a. Teori In-situ
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
di tempat dimana batubara tersebut. Batubara yang terbentuk biasanya
terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan
tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa
tersebut dan sisa tumbuhan tersebut tidakmengalami pembusukan
secara sempurna dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang
membentuk sedimen organik.
b. Teori Drift
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
yang bukan ditempat dimana batubara tersebut. Batubara yang
terbentuk biasanya terjadi di delta mempunyai ciri-ciri lapisannya yaitu
tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam),
banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi).
5
1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui berbagai macam analisis kimia pada batubara.
2. Dapat mengetahui jenis jenis pengujian fisik pada batubara.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Analisis Batubara
3. Analisa Lain-Lain
Analisa lain-lain adalah analisa untuk menentukan calorfic value (nilai
kalor), total sulfur, ash (susunan kandungan abu), ash fusion temperature
(AFT) (titik leleh abu), hardgrove grindability index (HGI) dan lain-lain.
7
Penyajian data kualitas batubara harus berdasarkan dasar atau basis-basis
tertentu, antara lain :
a. As Received (ar), adalah suatu analisis yang didasarkan pada kondisi
dimana batubara diasumsikan seperti dalam keadaan diterima.
b. Air Dried Base (adb), adalah suatu analisis yang dinyatakan pada basis
contoh batubara dengan kandungan air dalam kesetimbangan dengan
atmosfir laboratorium.
c. Dry Based (db), adalah suatu analisis yang didasarkan pada kondisi dimana
batubara diasumsikan bebas air total.
d. Dry Ash Free (daf), adalah suatu analisis yang dinyatakan pada kondisi
dimana batubara diasumsikan bebas air total dan kadar abu.
e. Dry Mineral Matter Free (dmmf), adalah suatu analisis yang dinyatakan
pada kondisi dimana batubara diasumsikan bebas air total dan bahan
mineral. Dasar analisis pengujian kualitas batubara dapat dilihat pada
Inherent Moisture
Ash
Mineral
Matter Volatile
Mineral ar
Matter adb
Volatile Volatile db
Matter Organic daf
Pure Coal Matter
dmmf
Fixed Carbon
Gambar 2.
8
Dalam menghitung kandungan air bawaan secara garis besar adalah dengan membakar
sample batubara + 1 gram yang telah digerus kira-kira sebesar 200 mesh. Masukkan
sample tersebut dalam oven dengan suhu 105°-110° C selama 1,5 jam. Dengan asumsi
bahwa air akan menguap semua setelah dipanaskan dalam suhu 105°-110°. Kemudian
dengan rumus seperti dibawah ini akan diketahui persentase berat air bawaan pada
batubara tersebut.
Keterangan :
m1 : berat wadah
Komponen analisis proksimat lainnya adalah menghitung kandungan abu. Secara garis
besar sama dengan menghitung kandungan air bawaan, tetapi suhu yang digunakan
adalah lebih tinggi. Panggang sample dengan suhu 500°C selama 30 menit, lalu naikkan
suhu menjadi 750°C kemudian diamkan hingga 1,5 jam. Setelah selesai, dengan
menggunakan rumus di bawah ini akan didapat persentase kandungan abu pada sample
batubara tersebut.
Keterangan :
m1 : berat wadah
Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan kandungan zat terbang pada batubara. Pada
pengujian ini masih menggunakan 1 gram sample batubara, namun pembakaran
dilakukan dengan suhu 900°C selama 7 menit dan tanpa kontak udara (ventilasi
oven/furnace ditutup). Setelah selesai, gunakan rumus dibawah ini untuk menghitung
persentase zat terbang batubara tersebut.
Keterangan :
m1 : berat wadah
Setelah kandungan air bawaan, kandungan abu, dan zat terbang telah berhasil didapat,
maka perhitungan terakhir dalam analisis proksimat adalah menghitung karbon tertambat
(fixed carbon). Rumusnya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
FC : Fixed Carbon, %
IM : Inherent Moisture, %
AC : Ash Content, %
VM : Volatile Matters, %
10
Fixed Carbon tidak dapat dihitung dengan pengujian secara langsung di laboratorium,
melainkan dengan pengurangan kandungan pengotornya, yaitu kadar air, kadar abu, dan
zat terbang.
11
2.2. Pengujian Sifat Fisik Batubara
Kualitas batubara dapat dinyatakan dengan parameter yang ditunjukkan pada saat
memberikan perlakuan panas terhadap batubara, cara ini biasa disebut analisa proksimat
dan analisa ultimat.
1. Lengas
a. Lengas permukaan merupakan lengas yang berada pada permukaan
batubara akibat pengaruh dari luar seperti cuaca, iklim, penyemprotan di
stock pile pada saat penimbangan atau pada saat transportasi batubara.
b. Lengas tertambat (inherent moisture) merupakan nilai yang menunjukkan
persentasi jumlah lengas yang terikat secara kimiawi batubara.
c. Lengas total merupakan banyaknya air yang terkandung dalam batubara
sesuai dengan kondisi diterima, baik yang terikat secara kimiawi maupun
akibat pengaruh kondisi luar seperti iklim, ukuran butiran, maupun proses
penambangan.
2. Zat terbang
Zat terbang (volatile matter) merupakan nilai yang menunjukkan persentasi jumlah zat-
zat terbang yang terkandung di dalam batubara, seperti H 2, CO, metana dan uap-uap yang
mengembun seperti gas CO2, dan H2O. Volatile matter sangat erat kaitannya dengan
peringkat batubara, makin tinggi kandungan volatile matter makin rendah kelasnya.
Dalam pembakaran batubara dengan volatile matter tinggi akan mempercepat
pembakaran fixed carbon (karbon tetap). Sebaliknya bila volatile matter rendah
mempersulit proses pembakaran. Volatile matter merupakan salah satu parameter yang
sangat penting dalam klasifikasi batubara dan dipakai sebagai parameter dalam penentuan
proporsi blending (pencampuran).
12
3. Abu
Abu di dalam batubara atau disebut mineral matter yaitu yang dapat dicuci
dari batubara extraneous mineral matter yang tidak dapat dicuci atau dihilangkan dari
batubara. Kandungan abu adalah zat organik yang dihasilkan setelah batubara dibakar.
Kandungan abu dapat dihasilkan dari pengotoran bawaan dalam proses pembentukan
batubara maupun pengotoran yang berasal dari prose s penambangan.
Kandungan abu terutama sodium (Na2O) sangat berpengaruh terhadap titik leleh abu dan
dapat menimbulkan pengotoran atau kerak pada peralatan pembakaran batubara.
5. Nilai kalor
Nilai kalor batubara adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran setiap satuan berat
batubara pada kondisi standar. Terdapat 2 macam nilai kalor yaitu:
a. Nilai kalor bersih (net calorific value) yang merupakan nilai kalor pembakaran
dimana semua air (H2O) dihitung dalam keadaan wujud gas.
b. Nilai kalor kotor (gross calorific value) yang merupakan nilai kalor pembakaran
dimana semua air (H2O) dihitung dalam keadaan wujud cair.
Bomb calorimeter adalah salah satu alat yang dipakai untuk mengukur nilai kalor
kotor pada volume konstan, sedangkan nilai kalor yang lain selanjutnya akan dapat
dihitung jika komposisi bahan bakar telah diketahui. Metode penentuan nilai kalor
batubara menggunakan bombcalorimeter dilakukan dengan membakar sejumlah kecil
sampel batubara dalam oksigen didalam sebuah cawan yang ditempatkan dalam bejana
kalorimeter. Selanjutnya bejana beserta isinya ditempatkan didalam bejana berongga
yang lebih besar dimana di dalam rongga dinding bejana diisi dengan air untuk
membentuk jacket, hal ini bertujuan untuk memperkecil transfer panas antara bejana
kalorimeter dengan lingkungan. Kemudian sampel batu bara tersebut dibakar dengan
bantuan pemantik listrik, dan panas yang dilepaskan dari proses pembakaran sampel
tersebut kemudian diukur dengan cara mengukur temperatur air dalam kalorimeter
sebelum dan naiknya suhu dikalikan dengan panas jenis air.
13
Kata gross (kotor) pada penilaian kalor batubara mengandung pengertian bahwa
panas laten penguapan dari air yang terdapat dalam batu bara ditambah panas laten dari
air yang terbentuk selama pembakaran boiler. Kata net (bersih) menandakan bahwa panas
laten untuk membentuk uap air tidak diperhitungkan dalam harga nilai kalor karena panas
laten ini terbuang dalam bentuk uap air. Secara aktual panas laten dari uap air ini tidak
bisa diperoleh kembali dalam kondisi operasi boiler, sehingga pabrik-pabrik pembuat
boiler harus menyatakan harga efisiensi boiler berdasarkan nilai kalor bersih (net
calorofic value), dan efisiensi ini sekitar 4% lebih tinggi harga efisiensi yang dihitung
berdasarkan nilai kalor kotor (grosscalorofic value).Hal ini harus diperhitungkan bila
akan membandingkan harga efisiensi boiler yang satu dengan boiler yang lain.
14
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Kualitas batubara dapat dinyatakan dengan parameter yang ditunjukkan
pada saat memberikan perlakuan panas terhadap batubara, cara ini biasa disebut
analisa proksimat dan analisa ultimat.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17