Anda di halaman 1dari 13

(http://sonawan.blogspot.

com/)

BUCKET TEETH atau kuku pengeruk merupakan komponen utama pada


mesin escavator yang berfungsi sebagai earth lifting equipment yang dibuat
melalui proses pengecoran. Berdasarkan observasi di lapangan ternyata
komponen bucket teeth ini sering pecah pada bagian lubang pin yang
dihubungkan dengan adaptornya.

Penelitian terfokus pada observasi terhadap hasil pengelasan produk


bucket teeth yang telah mengalami perbaikan (repair welding). Dari operasi
perbaikan itu diharapkan diperoleh parameter pengelasan yang sesuai yang
menghasilkan produk las yang memenuhi persyaratan teknik.

Pencegahan terhadap cacat las selama pengelasan dilakukan dengan


memilih logam pengisi atau elektroda yang sesuai dalam hal ini SFA.5.5
E7018 – C3L.. Sebagai logam induk dipilih material bucket teeth berdimensi
60 x 60 x 10 mm. Arus pengelasan yang merupakan parameter utama dalam
proses SMAW divariasikan sebesar 90 amper, 115 amper dan 140 amper.
Operasi pengelasan dilakukan secara overlay dengan menerapkan variasi
arus pengelasan tersebut.

Sebagai tolak ukur mutu dari sambungan las dilakukan pemeriksaan


metalografi dan pengujian kekerasan. Dari pengamatan mikroskopik melalui
pemeriksaan metalografi pada logam induk terdapat struktur ferit, perlit,
karbida dan sejumlah porositas. Pada HAZ didominasi oleh struktur
martensit, bainit dan karbida. Pada logam las terbentuk struktur perlit
dengan matrik ferit. Dari hasil pengujian kekerasan, diperoleh distribusi
harga kekerasan yang menurun mulai dari logam induk hingga ke logam las.
Harga kekerasan tertinggi terdapat pada logam induk 364 VHN sedangkan
terendah pada logam las 160,9 VHN. Pengelasan dengan arus sebesar 115
amper menunjukkan hasil yang terbaik diantara arus lainnya.
(http://cepiar.wordpress.com/2007/11/14/metaloghrafi-material/)

Metallography Material
Nopember 14, 2007 · & Komentar

1. Tujuan Preparasi Sampel

                1.1  Cutting

Mengetahui prosedur proses pemotongan sampel dan menentukan teknik


pemotongan yang tepat dalam pengambilan sampel metalografi, sehingga
didapat benda uji yang representatif

1.2  Mounting

Menempatkan sampel pada suatu media, untuk memudahkan penanganan


sampel yang berukuran kecil dan tidak beraturan tanpa merusak sampel

1.3  Grinding

Meratakan dan menghaluskan permukaan sampel dengan cara menggosokkan


sampel pada kain abrasif / amplas

1.4  Pemolesan / Polishing

Mendapatkan permukaan sampel yang halus dan mengkilat seperti kaca


tanpa gores

  Memperoleh permukaan sampel yang halus bebas goresan dan


mengkilap seperti cermin

  Menghilangkan ketidakteraturan sampel hingga orde 0.01 μm

1.5  Etsa / Etching


  Mengamati dan mengidentifikasi detil struktur logam dengan bantuan
mikroskop optik setelah terlebih dahulu dilakukan proses etsa pada sampel

  Mengetahui perbedaan antara etsa kimia dengan elektro etsa serta


aplikasinya

  Dapat melakukan preparasi sampel metalografi secara baik dan benar

2.  Tujuan Pengamatan Struktur Makro dan Mikro

  Menganalisa struktur mikro dan sifat-sifatnya

  Mengenali fasa-fasa dalam struktur mikro

  Mengetahui proses pengambilan foto mikrostruktur

3. Tujuan Percobaan Jominy

  Mendapatkan hubungan antara jarak permukaan dengan pendinginan


langsung dengan kekerasan bahan (kemampukerasan bahan)

  Mendapatkan hubungan antara kecepatan pendinginan dengan fasa yang


terbentuk serta mendapatkan sifat kekerasan dari fasa tersebut

DASAR TEORI

1. Preparasi Sampel

1.1 Cutting (Pemotongan)

Pemilihan sampel yang tepat dari suatu benda uji studi mikroskopik
merupakan hal yang sangat penting. Pemilihan sampel tersebut didasarkan
pada tujuan pengamatan yang hendak dilakukan. Pada umumnya bahan
komersil tidak homogen, sehingga satu sampel yang diambil dari suatu
volume besar tidak dapat dianggap representatif. Pengambilan sampel harus
direncanakan sedemikian sehingga menghasilkan sampel yang sesuai dengan
kondisi rata-rata bahan atau kondisi di tempat-tempat tertentu (kritis), dengan
memperhatikan kemudahan pemotongan pula. Secara garis besar,
pengambilan sampel dilakukan pada daerah yang akan diamati mikrostruktur
maupun makrostrukturnya. Sebagai contoh, untuk pengamatan mikrostruktur
material yang mengalami kegagalan, maka sampel diambil sedekat mungkin
pada daerah kegagalan (pada daerah kritis dengan kondisi terparah), untuk
kemudian dibandingkan dengan sampel yang diambil dari daerah yang jauh
dari daerah gagal. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam proses memotong,
harus dicegah kemungkinan deformasi dan panas yang berlebihan. Oleh
karena itu, setiap proses pemotongan harus diberi pendinginan yang memadai.

Ada beberapa sistem pemotongan sampel berdasarkan media pemotong


yang digunakan, yaitu meliputi proses pematahan, pengguntingan,
penggergajian, pemotongan abrasi (abrasive cutter), gergaji kawat, dan EDM
(Electric Discharge Machining). Berdasarkan tingkat deformasi yang
dihasilkan, teknik pemotongan terbagi menjadi dua, yaitu :

  Teknik pemotongan dengan deformasi yang besar, menggunakan


gerinda

  Teknik pemotongan dengan deformasi kecil, menggunakan low speed


diamond saw

1.2  Mounting

Spesimen yang berukuran kecil atau memiliki bentuk yang tidak beraturan
akan sulit untuk ditangani khususnya ketika dilakukan pengamplasan dan
pemolesan akhir. Sebagai contoh adalah spesimen yang berupa kawat,
spesimen lembaran metal tipis, potongan yang tipis, dll. Untuk memudahkan
penanganannya, maka spesimen-spesimen tersebut harus ditempatkan pada
suatu media (media mounting). Secara umum syarat-syarat yang harus dimiliki
bahan mounting adalah :

  Bersifat inert (tidak bereaksi dengan material maupun zat etsa)

  Sifat eksoterimis rendah

  Viskositas rendah

  Penyusutan linier rendah

  Sifat adhesi baik

  Memiliki kekerasan yang sama dengan sampel

  Flowabilitas baik, dapat menembus pori, celah dan bentuk


ketidakteraturan yang terdapat pada sampel

  Khusus untuk etsa elektrolitik dan pengujian SEM, bahan mounting


harus kondusif

Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis
reagen etsa yang akan digunakan. Pada umumnya mounting menggunakan
material plastik sintetik. Materialnya dapat berupa resin (castable resin) yang
dicampur dengan hardener, atau bakelit. Penggunaan castable resin lebih
mudah dan alat yang digunakan lebih sederhana dibandingkan bakelit, karena
tidak diperlukan aplikasi panas dan tekanan. Namun bahan castable resin ini
tidak memiliki sifat mekanis yang baik (lunak) sehingga kurang cocok untuk
material-material yang keras. Teknik mounting yang paling baik adalah
menggunakan thermosetting resin dengan menggunakan material bakelit.
Material ini berupa bubuk yang tersedia dengan warna yang beragam.
Thermosetting mounting membutuhkan alat khusus, karena dibutuhkan
aplikasi tekanan (4200 lb/in2) dan panas (1490C) pada mold saat mounting.

1.3  Grinding (Pengamplasan)

Sampel yang baru saja dipotong, atau sampel yang telah terkorosi
memiliki permukaan yang kasar. Permukaan yang kasar ini harus diratakan
agar pengamatan struktur mudah untuk dilakukan. Pengamplasan dilakukan
dengan menggunakan kertas amplas yang ukuran butir abrasifnya dinyatakan
dengan mesh. Urutan pengamplasan harus dilakukan dari nomor mesh yang
rendah (hingga 150 mesh) ke nomor mesh yang tinggi (180 hingga 600 mesh).
Ukuran grit pertama yang dipakai tergantung pada kekasaran permukaan dan
kedalaman kerusakan yang ditimbulkan oleh pemotongan. Lihat tabel berikut

Jenis alat potong Ukuran kertas amplas (grit)


untuk pengamplasan pertama
Gergaji pita 60 – 120
Gergaji abrasif 120 – 240
Gergaji kawat / intan kecepatan rendah 320 – 400

Hal yang harus diperhatikan pada saat pengamplasan adalah pemberian air.
Air berfungsi sebagai pemidah geram, memperkecil kerusakan akibat panas
yang timbul yang dapat merubah struktur mikro sampel dan memperpanjang
masa pemakaian kertas amplas. Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketika
melakukan perubahan arah pengamplasan, maka arah yang baru adalah 450
atau 900 terhadap arah sebelumnya.

1.4  Polishing (Pemolesan)

Setelah diamplas sampai halus (600#), sampel harus dilakukan pemolesan.


Pemolesan bertujuan untuk memperoleh permukaan sampel yang halus bebas
goresan dan mengkilap seperti cermin dan menghilangkan ketidakteraturan
sampel hingga orde 0.01 μm. Permukaan sampel yang akan diamati di bawah
mikroskop harus benar-benar rata. Apabila permukaan sampel kasar atau
bergelombang, maka pengamatan struktur mikro akan sulit untuk dilakukan
karena cahaya yang datang dari mikroskop dipantulkan secara acak oleh
permukaan sampel.

Tahap pemolesan dimulai dengan pemolesan kasar terlebih dahulu


kemudian dilanjutkan dengan pemolesan halus. Ada 3 metode pemolesan
antara lain yaitu sebagai berikut :

a.  Pemolesan Elektrolit Kimia

Hubungan rapat arus & tegangan bervariasi untuk larutan elektrolit dan
material yang berbeda dimana untuk tegangan, terbentuk lapisan tipis pada
permukaan, dan hampir tidak ada arus yang lewat, maka terjadi proses
etsa. Sedangkan pada tegangan tinggi terjadi proses pemolesan.

b. Pemolesan Kimia Mekanis

Merupakan kombinasi antara etsa kimia dan pemolesan mekanis yang


dilakukan serentak di atas piringan halus. Partikel pemoles abrasif
dicampur dengan larutan pengetsa yang umum digunakan.

c.  Pemolesan Elektro Mekanis (Metode Reinacher)

Merupakan kombinasi antara pemolesan elektrolit dan mekanis pada piring


pemoles. Metode ini sangat baik untuk logam mulia, tembaga, kuningan,
dan perunggu.

1.5  Etching (Etsa)

Etsa merupakan proses penyerangan atau pengikisan batas butir secara


selektif dan terkendali dengan pencelupan ke dalam larutan pengetsa baik
menggunakan listrik maupun tidak ke permukaan sampel sehingga detil
struktur yang akan diamati akan terlihat dengan jelas dan tajam. Untuk
beberapa material, mikrostruktur baru muncul jika diberikan zat etsa.
Sehingga perlu pengetahuan yang tepat untuk memilih zat etsa yang tepat.

a.  Etsa Kimia


Merupakan proses pengetsaan dengan menggunakan larutan kimia
dimana zat etsa yang digunakan ini memiliki karakteristik tersendiri
sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati.
Contohnya antara lain : nitrid acid / nital (asam nitrit + alkohol 95%),
picral (asam picric + alkohol), ferric chloride, hydroflouric acid, dll. Perlu
diingat bahwa waktu etsa jangan terlalu lam (umumnya sekitar 4 – 30
detik), dan setelah dietsa, segera dicuci dengan air mengalir lalu dengan
alkohol kemudian dikeringkan dengan alat pengering.

b.  Elektro Etsa (Etsa Elektrolitik)

Merupakan proses etsa dengan menggunakan reaksi elektoetsa. Cara


ini dilakukan dengan pengaturan tegangan dan kuat arus listrik serta waktu
pengetsaan. Etsa jenis ini biasanya khusus untuk stainless steel karena
dengan etsa kimia susah untuk medapatkan detil strukturnya

2.  Pengamatan Struktur Makro dan Mikro

Pengamatan metalografi dengan mikroskop dapat dibagi dua, yaitu :

1. Metalografi makro, yaitu pengamatan struktur pembesaran 10 – 100 kali


2. Metalografi mikro, yaitu pengamatan struktur pembesaran di atas 100 kali

Mode perpatahan material secara umum dapat dibagi dua, yaitu perpatahan
ulet yang berkarakter berserabut (fibrous) dan gelap (dull), dan perpatahan getas
dimana permukaan patahan berbutir (granular) dan terang. Selanjutnya
pengamatan dapat dilakukan dengan stereoscope macroscope dan SEM.
Sedangkan untuk daerah hasil lasan, secara metalografi dapat ditunjukkan adanya
empat bagian, yaitu : composite zone, unmixed zone, partially melted zone, dan
true heat affected zone.

Mikrostruktur

  Baja karbon, merupakan material ferrous dengan < 2.14% C. Terbagi atas 2
jenis, yaitu baja hypoeutectoid (< 0.8%C) dan hypereutectoid (> 0.8%C). Pada
kadar 0.8%C terbentuk fasa perlit (cementit 6.67%C + ferit 0.02%C)
  Besi tuang, yaitu material ferrous dengan kadar karbon 2.14% - 6.67% .
Besi tuang komersial 2.5 – 4%C, karena kadar C yang terlalu tinggi membuat
besi tuang rapuh. Secara metalografi besi tuang dibagi menjadi 4 tipe
berdasarkan kadar karbon, impurities, paduan, serta proses perlakuan panas,
yaitu : besi tuang putih, besi tuang malleable, besi tuang kelabu, dan besi
tuang nodular.

  Baja karbon pada heat & surface treatment, dimana dasarnya adalah
transformasi fasa dan dekomposisi austenite. Proses perlakuan panas antara
lain annealing, spheroidisasi, normalisasi, tempering & quenching. Dasarnya
adalah diagram TTT dan CCT, dimana perlakuan panas ini akan menyebabkan
pembentukan fasa martensit dan bainite.

  Baja perkakas, adalah baja dengan kualitas tinggi yang digunakan sebagai
perkakas.Tingginya kualitas baja perkakas diperoleh melalui penambahan
paduan Cr, W, dan Mo, dan perlakuan khusus. Umumnya mikrostrukturnya
berupa matriks martensite dengan partikel karbida, grafit dan presipitat.

  Aluminium alloys, terdiri atas kristal utama padatan aluminium (dendritik)


ditambah produk hasil reaksi dengan paduan.

  Copper alloys, umumnya dengan elemen dasar seng. Contohnya adalah


kuningan (paduan tembaga seng dengan timbal, timah dan aluminium)

Metode perhitungan besar butir

Ada tiga metode yang direkomendasikan ASTM, yaitu :

  Metode Perbandingan

Foto mikrostruktur bahan dengan perbesaran 100x dapat dibandingkan dengan


grafik ASTM E112-63, dapat ditentukan besar butir. Nomor besar butir
ditentukan dengan rumus :
N–2n-1

Dimana N adalah jumlah butir per inch2 dengan perbesaran 100x. Metode ini
cocok untuk sampel dengan butir beraturan.

  Metode Intercept (Heyne)

Plastik transparan dengan grid (bergaris kotak-kotak) diletakkan di atas foto


atau sampel. Kemudian dihitung semua butir yang berpotongan pada akhir
garis dianggap setengah. Perhitungan dilakukan pada tiga daerah agar
mewakili. Nilai diameter rata-rata ditentukan dengan membagi jumlah butir
yang berpotongan dengan panjang garis. Metode ini cocok untuk butir yang
tidak beraturan.

  Metode Planimetri (Jeffries)

Metode ini menggunakan lingkaran yang umumnya memiliki 5000 mm2.


perbesaran dipilih sedemikian sehingga ada sedikitnya 75 butir yang berada di
dalam lingkaran. Kemudian hitung jumlah total semua butir dalam lingkaran
ditambah setengah dari jumlah butir yang berpotongan dengan lingkaran.
Besar butir dihitung dengan mengalikan jumlah butir dengan pengali Jeffries
(f). Perlu diperhatikan bahwa ketiga mode di atas hanya merupakan besar butir
pendekatan, sebab butir memiliki 3 dimensi bukan dua dimensi.

3.  Percobaan Jominy

Proses kombinasi pemanasan dan pendinginan yang bertujuan mengubah


struktur mikro dan sifat mekanis logam disebut perlakuan panas (heat treatment).
Logam yang didinginkan dengan kecepatan dan media pendingin berbeda
memberikan perubahan struktur mikro yang berbeda pula. Setiap struktur mikro
yang terbentuk (martensit, bainit, ferit dan perlit) merupakan hasil transformasi
fasa austenit. Tiap fasa tersebut terbentuk pada kondisi pendinginan yang berbeda-
beda sebagaimana yang dapat dilihat pada diagram CCT dan TTT. Tiap fasa
memiliki nilai kekerasan yang berbeda-beda. Dengan pengujian Jominy (jominy
test) dapat dibuktikan bahwa laju pendinginan yang berbeda-beda akan
menghasilkan kekerasan bahan yang berbeda. Pada percobaan ini, sampel
dipanaskan hingga suhu austenit, selanjutnya didinginkan secara merata, lalu
dihitung nilai kekerasannya. Nilai kekerasan berbanding lurus dengan jarak dari
tempat berakhirnya quenced. Makin lambat laju pendinginan logam, makin
banyak matriks perlit yang ditampilkan dan kekerasan makin turun.

METODOLOGI PERCOBAAN

Alat dan Bahan

1. Preparasi Sampel

1.1  Cutting (Pemotongan)

  Bahan : sampel pengujian, media pendingin (pelumas)

  Alat : sample holder, saw blade, mesin pemotong

1.2  Mounting

  Bahan : sampel pengujian; resin, hardener (castable mounting); bubuk


bakelit ( compression mounting)

  Alat : cetakan; alat khusus compression mounting

1.3 Grinding (Pengamplasan)

  Bahan : sampel pengujian, kertas amplas berbagai grit, air

  Alat : mesin amplas

1.4Polishing (Pemolesan)
  Bahan : sampel pengujian, kain poles, alumina

  Alat : mesin poles

1.5 Etching (Etsa)

  Bahan : sampel pengujian, air, alkohol, nital 2% (untuk baja), HF 0.5%


(untuk aluminium alloys), FeCl3 (untuk copper alloys), tissue

  Alat : blower

2. Pengamatan Struktur Makro dan Mikro

2.1 Identifikasi dan Foto Mikrostruktur

  Bahan : sampel pengujian, lilin

  Alat : preparat, alat penekan sampel, meja obyektif, mikroskop optik

2.2  Pengambilan Foto Mikro

  Bahan : sampel pengujian

  Alat : mikroskop kamera

2.3 Penghitungan Besar Butir

  Bahan : sampel pengujian, tabel

  Alat : foto (perbesaran 100x)

3. Percobaan Jominy
  Batang baja sebagai benda uji (d = 2.5 cm, L = 10 cm)

  Oven Muffle temperatur max. 11000C

  Kran air dengan tekanan cukup

  Amplas

  Alat penguji kekerasan Brinell

  Mikroskop pengukur jejak

Anda mungkin juga menyukai