Anda di halaman 1dari 8

Gerard Marthin

1606827031
Penyambungan Material
TUGAS 9

1. Jelaskan Baja Paduan Rendah (Low Aloy Steel) dan jenis baja mana yang memiliki kemampulasan
yang baik serta faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan weldability baja tsb. Sebutkan
penggunaan baja tsb (aplikasinya) di lapangan.
Jawab :

HSLA (High Strength Low Alloy ) atau yang biasa disebut dengan microalloyed steeel,
merupakan jenis baja paduan dengan sifat yang khusus. Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile
strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi,
ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk
mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-
unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan
Columbium. Jenis baja ini sering diaplikasikan pada pipa-pipa transmisi di industri minyak dan
gas bumi, kendaraan berat, peralatan industri, gerbong kereta, jembatan, struktur lepas pantai,
yang pemilihannya tergantung kondisi sesuai jenis-jenis HSLA, apakah di lingkungan yang
korosif, atau yang memerlukan perbandingan berat dan kekuatan yang sesuai.
Jenis baja lainnya yaitu digambarkan dalam tabel :
Jenis baja yang memiliki kemampulasan yang baik adalah High-Strength-Low-Alloy Steels
(HSLA), Quenched and Tempered Steels (QT), Heat-Treatable-Low-Alloy Steels (HTLA), Chromium-
Molybdenum Steels (Cr-Mo). Faktor-faktor yang menjadi acuan dalam menentukan sifat kemampulasan
atau weldability baja adalah kadar interstisi karbon yang terkandung dalam low alloy steel dan kekerasan
yang dimiliki material ini. Keberadaan paduan nantinya juga akan mempengaruhi weldability dalam
komposisi yang tepat. Penggunaan baja (aplikasinya) di lapangan adalah untuk konstruksi yang dilakukan
proses pengelasan untuk struktur yang besar seperti jembatan, kapal laut dan bejana tekan (pressure vessel).

2. Jelaskan Klasifikasi Baja menurut standard Jepang (JIS). Berikan penjelasan jenis jenis
baja apa saja yang dapat di las menurut kode tsb.
Jawab :
 Struktur Umum dengan seri SS
 Struktur Weld dengan seri SM
 Konstruksi Bangunan dengan seri S
 High Strength Steel dengan kekuatan tarik > 490 MPa dengan perlakuan
QT(quenched temper),TMCP (thermomechanical controlled process) disebut dengan HT
steel
 Seri HW dan Seri SPV ( Low Temperature Service)
 Seri SLA, Al, Ni, Austenite SS (304, 304L)( High Temperatur Service)
 Seri Sb (Boiler Equipment)
 Seri SMA (Corrosion Resistant caused by weather)

Tabel yang menunjukkan penjelasan masing-masing baja adalah sebagai berikut :

3. Jelaskan secara singkat beberapa penguatan baja paduan rendah. Jelaskan peran/fungsi
paduan rendah (low alloys) dalam penguatan baja tsb.

Jawab :

 Solid solution strengthening : Dilakukan lewat penambahan paduan tertentut pada


material sehingga paduan bertindak sebagai substitusi (jika jari-jari paduan yang
ditambhakan rasionya <15% dengan ruang kosongnya) atau interstisi, dengan paduan yang
jari-jarinya sangat kecil, dan berada di ruang sempit antara 2 atom (mengisi celah). Paduan
ini ditambahkan dalam jumlah yang sedikit ke dalam material, meningkatkan mechanical
properties suatu material seperti peningkatan kekuatan, ketangguhan, ketahanan korosi,
ketahanan temperatur tinggi, serta sifat-sifat lain yang diharapkan sesuai dengan spesifikasi
material dan aplikasinya

 Precipitation Hardening : Penambahan paduan pada material sehingga meningkatkan


kekuatan juga ketangguhan material dengan mekanisme pembentukan dislokasi yang dapat
menghambat pergerakan dislokasi

 Hardening : Paduan yang ditambahkan mengubah geometri kurva pendinginan sehingga


semakin mudah terbentuknya martensite yang didapat melalui rapid cooling (pendinginan
cepat).

 Grain refiner : Paduan yang ditambahkan, misalnya grain refiner berupa AlTiB akan
bertindak sebagai penghalus butir lewat mekanisme grain nucleation maupun grain growth
retardant. Butir yang halus akan meningkatkan kekuatan sesuai Hall-petch equation. Butir
halus akan memperluas daerah batas butir sehingga menahan pergerakan dislokasi.
4. Pada proses TMCP pada baja, faktor apa saja yang dikontrol diproses tsb agar diperoleh
baja dengan kekuatan yang tinggi.

Jawab :

 Ukuran butir

Dengan TMCP, ukuran dan tingkat homogenitas butir dari material yang di rolling akan
menjadi halus, dengan adanya recovery dan rekristalisasi, dan ini akan meningkatkan
kekuatan dari material. Hal ini disebabkan juga akibat pemadatan dislokasi dengan proses
rolling semakin dioptimalkan dengan adanya proses penghalusan butir, sehingga dislokasi
semakin sulit bergerak. Butir menjadi salah satu parameter yang cukup sensitif
mempengaruhi mechanical properties.

 Temperatur

TMCP juga nantinya akan mengontrol kondisi temperatur sebelum dan sesudah pengelasan
yang bergantian dilakukan dengan proses pendinginan pada setiap pass yang dilalui
material untuk meningkatkan mechanical properties dari material hasil pengelasan

 Temperatur Pendinginan

TMCP juga mengontrol pendinginan benda kerja yang nantinya akan menyebabkan hasil
akhir memiliki butiran halus dengan presipitat yang terdispersi lebih baik jiak terdapat
paduan di dalamnya

5. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi cacat
(problem) “Cold Cracking” pada baja paduan rendah. Beri contohnya.

Jawab :

 Metode yang paling efektif untuk pendekatan (approach) yang bertujuan untuk
mengurangi cacat “Cold Cracking” pada baja paduan rendah adalah dengan memberikan
approaching treatment Post Weld Heat Treatment dengan suhu 6500-7600C. Contohnya
pada Cr-Mo Steel yang dilas, akan rentan mengalami cold cracking sehingga diperlukan
PWHT setelah baja ini disambung dalam rentang temperatur 6500-7600C.

 Pengurangan tingkat hidrogen dalam benda kerja dengan PWHT, Vacuum degassing atau
metode penghilangan hidrogen lain seperti penggunaan elektroda pengelasan yang
rendah hidrogen

 Modifikasi mikrostruktur untuk mendapatkan komposisi dan ukuran butir yang optimum
dicapai. Dapat dilakukan dengan preheating dan thumb rule dapat dilakukan dengan
tidak melakukan preheating apabila nilai CE<0,4
6. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi cacat
(problem) “Reheat Cracking” pada baja paduan rendah. Beri contohnya.
Jawab :
Reheat cracking terjadi selama proses PWHT. Butir yang kasar dan tidak homogen dari daerah
Heat Affected Zone adalah yang paling rentan terjadi jenis cacat ini. Unsur paduan seperti Cr,
Mo, V, dan Nb memulai proses peretakan.

Metode pendekatan yang strategis dalam mengurangi cacat reheat cracking yaitu :
Menggunakan material yang memiliki kemurnian tinggi (material selection)

Dengan pendekatan kuantitatif melalui prediksi nilai Psr.

Nilai Psr yang lebih dari 0 akan memungkinkan adanya peretakan pada saat dilakukan
PWHT. Langkah preventif adalah dengan memberikan perlakuan tambahan yakni dengan
buttering, temper-bead dan PWHT dengan 2 tahap pengerjaan, yang tujuannya adalah
mengurangi daerah butir kasar di daerah HAZ. Akibatnya, Reheat Cracking dapat
dihindarkan. Contoh material yang mengalami reheat cracking adalah Cr-Mo Steel yang
diberikan 2 tahapan PWHT untuk mencegah adanya reheat cracking

7. Jelaskan penyebab terjadinya ”temper embrittlement” pada lasan baja paduan rendah.
Jawab :

Temper embrittlement adalah fenomena penggetasan yang terjadi implikasi dari suatu treatment
pada rentang temperatur 350-6000 C yang disebabkan terjadinya segregasi oleh unsur-unsur
pengotor atau impurities pada batas butir yang akibatnya menyebabkan ketangguhan rendah pada
material.

Fenomena ini dapat diprediksi melalui perhitungan kuantitatif :

Dengan nilai J lebih besar sama dengan 180 rentan terjadinya fenomena temper
embrittlement.

8. Jelaskan weldability baja Cr-Mo Steel secara singkat: probelem apa saja yang terjadi dan
jelaskan cara mengatasinya.

Jawab :

Baja Cr-Mo dengan kandungan Cr 1-12 % wt dan Mo0.5-1.0 wt % merupakan jenis baja yang
memiliki ketahannan tinggi terhadap oksidasi dan creep, yang juga dibantu oleh paduan V,Nb,
N. Jenis baja ini digunakan pada rentang temperatur 400-5500C dengan struktur bervariasi dari
bainite samapi menuju martensite seiring dengan peningkatan kandungan paduan.

Untuk masalah yang terjadi pada jenis baja ini, terkait masalah weldability adalah jenis
baja ini tergolong memiliki weldability yang baik. Namun kelemahannya adalah jenis baja ini
rentan mengalami cold cracking dan reheat cracking (dengan keadaan Cr < 3 wt %). Oleh
karena itu, untuk mengatasinya adalah dengan melakukan PWHT dengan interval temperatur
antara 6500C sampai 7600C.

Rekomendasi temperatur pre-heat minimum dapat dijelaskan melalui tabel di bawah ini :
9. Jelaskan weldability baja HSLA secara singkat: probelem apa saja yang terjadi dan
jelaskan cara mengatasinya.

Jawab :
Secara mechanical properties, kekuatan luluh (Yield Strength) HSLA adalah sekitar > 300 MPa.
Baja ini memiliki kekuatan yang tinggi karena mengalami fenomena grain refining akibat
penambahan paduan elemen-elemen seperti Nb, Ti, Al, V, dan B. Akan tetapi, masalah yang
kemudian dimiliki oleh baja jenis ini adalah :
 Terjadi dilution dari logam induk
 Terjadinya grain growth di HAZ
 Terjadinya pengurangan kekerasan di HAZ
 Kerentanannya untuk mengalami HAC.
 Carbon equivalent dan metode untuk memprediksi temperatur pre-heat terbatas validitasnya

10. Jelaskan weldability baja galvanis (Galvanized Steels) secara singkat : probelem apa saja
yang terjadi dan jelaskan cara mengatasinya.
Jawab :

Galvanized steels merupakan jenis baja yang dilapisi dengan logam Zn melalui metode hot dip
ataupun melalui proses electroplating. Dalam proses pengelasan baja ini weldability cukup baik.
Namun masalah yang rentan terjadi adalah dapat terbentuknya retak apabila digunakan melalui
metode las busur listrik akibat adanya intergranular penetration logam Zn ke dalam logam yang
dilakukan pengelasan sehingga disebut Zinc Penetration Cracking. Implikasinya adalah baja
menjadi rapuh (brittle) dengan dengan adanya seng yang mencair, yang juga dapat menyerang
logam lasan baja karbon di sepanjang batas butir dan membentuk senyawa getas dan rapuh yang
akan retak jika terpapar tegangan sisa dalam porsi yang cukup tinggi.
Bahaya retak tersebut dapat diminimalisasi dengan cara :

 Penggunaan single atau double bevel

 Penghilangan lapisan permukaan

 Penjagaan root opening yang sesuai (minimal 0.06 inchi)

 Penggunaan metode SMAW untuk pengelasan dengan elektroda yang secara teknis
terbukti yaitu E6012, E6013, dan E7016

Referensi :

 Bahan ajar Penyambungan material “Kuliah 10 “Weldability of Low Alloy Steel”


(Prof.Ir.Dr. Winarto M.Sc.) FTUI Departemen Teknik Metalurgi dan Material

 https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/low-alloy-steel

“ Low Alloy Steel”

 https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/092401369401317T

“ Weldability studies of high-strength low-alloy steel”

Anda mungkin juga menyukai