Anda di halaman 1dari 6

KRITERIA PEMILIHAN BAHAN UNTUK BEJANA DAN TUTUP

Oleh Mega Puspitasari dan Vanessa Geraldine


Penggunaan pressure vessel banyak digunakan di dalam power generation, reaksi nuklir dan kimia,
proses industri, dan storage. Pressure vessel dibutuhkan untuk beroperasi pada range temperatur yang cukup
jauh, mulai dari 600oC hingga -20oC bahkan kurang, dengan tekanan bisa mencapai ratusan MPa. Vessel
dapat digunakan untuk membawa fluida non-korosif, tetapi bahkan juga bahan sangat korosif dan radioaktif.
Selain itu siklus yang dipakai, steady atau siklik, juga perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu, salah satu hal
utama yang perlu dipertimbangkan adalah pemilihan material untuk pembuatan pressure vessel.
1 Material dengan kekuatan tinggi dapat dibuat dengan membuat campuran berbagai jenis
logam (alloy), memodifikasi proses manufaktur dan heat treatment. Semua hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan safety dan ekonomi.. Tidak ada satupun material yang sempurna
untuk suatu pressure vessel, sehingga material selection harus tepat sesuai kegunaan dan
kondisi lingkungannya.Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan material
untuk pressure vessel (Pressure Vessel Handbook, Hendry H.Bednar):
Ketahanan terhadap korosi yang terjadi diakibatkan proses yang berlangsung dan lingkungan
proses
Kekuatan material terhadap tekanan dan suhu proses dan lingkungan
Ketersediaan material
Harga
Fabrikasi
Maintenance
Berikut merupakan hasil ringkasan dari penjelasan di dalam buku Towler & Synnot, 2008 dan
beberapa sumber lain mengenai material kontruksi yang biasanya dipilih di dalam peralatan proses tubing
dan vessel:
1. Carbon Steel
Kelebihan: Availabilitas tinggi, murah harganya dan cocok digunakan untuk kebanyakan pelarut
organik.
Kelemahan: Tidak tahan terhadap korosi, kecuali untuk beberapa kondisi spesifik seperti asam
sulfat dengan konsentrasi tinggi dan basa kaustik seperti NaOH, tidak tahan solven yang
mengandung klorin.
2. Mild Steel (Mengandung Carbon 0.3%)
Kelebihan: Dapat menahan stress corrosion cracking pada beberapa situasi lingkungan, mudah
dibentuk.
Kelemahan: Resistansi korosi rendah, lebih banyak digunakan untuk pipa, mur, baut, dan lain
sebagainya.
3. High Si iron (14-15% Si)
Kelebihan: Resistansi tinggi terhadap asam mineral, biasanya digunakan untuk asam sulfat (H 2SO4)
dengan berbagai konsentrasi dan suhu.
Kelemahan: Sangat brittle, tidak dapat digunakan dengan HCl.
4. Stainless Steel
Tipe 304 (18/8 stainless steel): Jenis yang paling umum dan paling banyak digunakan. Mengandung
kadar Cr dan Ni yang menghasilkan struktur austenitik yang stabil. Konten C cukup rendah sehingga
dapat digunakan untuk heat treatment.
Tipe 304L: Versi dengan %C lebih rendah daripada 304 (<0.03% C). Digunakan untuk bagian
welding yang lebih tebal, dimana pada 304 biasanya dapat terjadi carbide precipitation.
1

Tipe 321: Penambahan titanium sehingga lebih stabil dan tidak terjadi carbide precipitation saat
welding. Kekuatannya tinggi dibandingkan 304L, lebih tepat untuk suhu tinggi.
Tipe 347: Penambahan niobium pada tipe 304 sehingga lebih stabil.
Tipe 309/310: Konten Cr tinggi untuk memberikan resistansi oksidasi pada suhu tinggi.
Tipe 316: Penambahan molybdenum untuk meningkatkan ketahanan korosi pada kondisi reduksi,
misalnya pada penggunaan dengan asam sulfat, asetat, atau format. Meski demikian, dapat
menimbulkan stress corrosion cracking pada suhu >100 oC. Sangat baik digunakan untuk zat organik
dan amonia serta garam netral/basa, meski beberapa asam organik dan halida organik dapat
terhidrolisis membentuk asam halogen anorganik yang dapat menyerang SS terutama pada suhu dan
tekanan tinggi.

5. Carpenter 20 (Alloy 20)


Kelebihan: SS yang dimodifikasi dan didesain spesifik untuk penggunaan larutan H 2SO4 pada
suhu yang tinggi. Dapat juga digunakan untuk asam fosfat dan nitrat serta sistem lain yang tidak
dapat dipenuhi oleh 316.
Kelemahan: Harganya relatif lebih mahal.
6. Monel (Alloy 400)
Kelebihan: Terdiri dari nikel dan tembaga dengan perbandingan 2:1. Resistansi korosi tinggi
seperti nikel, dengan working pressure dan suhu yang lebih tinggi pada harga yang relatif rendah.
Dapat digunakan pada kondisi tereduksi dimana SS tidak mungkin digunakan. Baik juga digunakan
untuk fluorin, hidrogen fluorida dan HCl. Banyak digunakan untuk larutan kaustik dan basa, asam
organik, garam, serta air laut.
Kelemahan: Harganya lebih mahal dibandingkan jenis SS, diatas suhu 500 oC kekuatan mekanik
menurun, kandungan tembaga yang tinggi membuatnya dapat diserang oleh HNO 3 dan NH3.
7. Inconel (Alloy 600)
Kelebihan: Mengandung Ni yang tinggi dan memberikan resistansi terhadap larutan kaustik serta
klorida pada suhu dan tekanan tinggi, saat senyawa sulfur ada. Pada sistem dengan kaustik, inconel
tidak ada tandingannya dan sering digunakan karena kekuatan yang tinggi pada suhu tinggi.
Kelemahan: Harganya mahal sehingga tidak umum digunakan kecuali pada sistem yang
membutuhkan ketahanan sangat tinggi.
2

8. Hastelloy B-2/B-3 (Alloy B-2/B-3) (65% Ni, 28% Mo, 6% Fe)


Kelebihan: Kaya akan kandungan Ni dan Mo, yang dikembangkan untuk resistansi pada
lingkungan asam yang mereduksi, secara spesifik HCl, H 2SO4, dan H3PO4.
Kelemahan: Keberadaan ion lain seperti Fe dan ion pengoksidasi lain sebesar 50 ppm saja dapat
mendegradasi resistansi alloy ini.
9. Hastelloy C-276 (Alloy C-276) (54% Ni, 17% Mo, 15% Cr, 5% Fe)
Kelebihan: Resistansi tinggi terhadap asam, tetapi juga untuk ion pengoksidasi lain seperti Cu dan
Fe, bahkan berbagai jenis material yang mengandung klorin. Oleh karena itu, alloy ini sangat
banyak digunakan setelah SS316 untuk vessel yang digunakan dalam riset dan pengembangan.
Kelemahan: Harganya relatif lebih mahal.
10. Nickel 200
Kelebihan: Nikel memiliki properti mekanik yang baik. Biasanya tidak digunakan secara murni,
tetapi Nikel 200 adalah salah satu dari penggunaan murninya. Resistansi terhadap korosi sangat
tinggi terutama pada lingkungan kaustik yang bersuhu tinggi >70oC
Kelemahan: Aplikasinya terbatas karena harganya sangat mahal dan sulit dibuat.
11. Titanium
Kelebihan: Baik digunakan untuk agen pengoksidasi seperti asam nitrat, asam klorida, aqua regia,
dan lain sebagainya. Asam pereduksi seperti H 2SO4 dan HCl yang biasanya memberikan laju korosi
yang tinggi, memiliki laju korosi yang rendah pada Ti jika ion pereduksi seperti Fe, Cu, Ni, atau
asam nitrat yang terkandung sedikit (corrosion inhibitor)
Kelemahan: Ti dapat terbakar dengan keberadaan O 2 pada suhu dan tekanan tinggi, sehingga harus
berhati-hati dalam prosesnya tidak boleh ada keberadaan oksigen.
12. Zirkonium
Kelebihan: Sangat baik untuk lingkungan korosif, Memberikan resistansi yang baik terhadap
alkali serta asam fosfat dan nitrat. Grade 702 mengandung hafnium, sangat baik terhadap agen
korosif. Grade 705 mengandung hafnium dan niobium yang memiliki kekuatan tinggi. Grade 702
lebih banyak digunakan dan resistansi korosinya lebih baik.
Kelemahan: Sama dengan Hastelloy B, ion pengoksidasi seperti Fe, Cu harus dihindari.
Material metal untuk kategori high temperature / high strength alloys:
Material
Alloy 625
(Inconel)
Alloy 230

Alloy A-286
Tantalum

Karakteristik
Alloy 625 memiliki resistansi kimia yang sama dengan Hastelloy C-276, tetapi dengan
kekuatan yang jauh lebih tinggi. Alloy ini digunakan saat dibutuhkan aplikasi suhu dan
tekanan yang lebih tinggi.
Di dalam ASME telah diapprove untuk suhu hingga 980C. Alloy ini kaya akan nikel, krom,
tungsten, dan kobalt. Pada suhu tinggi, kekuatan juga tetap tinggi, sering juga digunakan
untuk bahan pengelasan.
Alloy A-286 memiliki kekuatan yang sangat tinggi pada suhu hingga 371 oC dan biasa
digunakan untuk bahan pengelasan.
Untuk aplikasi asam berkonsentrasi tinggi dan suhu tinggi seperti HCl, H 2SO4, CH3COOH,
H2S, dan HNO3, tantalum memberikan resistansi korosi yang sangat baik, dengan harga yang
sangat mahal. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah penggunaan coating tantalum
yang tervaporisasi di dalam reaktor atau vessel.

Material non-metal yang digunakan untuk pembuatan vessel maupun aplikasi khusus / tambahan:
3

Material
Acid-Resistant
Bricks and Tiles
(Ceramic)
Stoneware
(Ceramic)
Glass
(Ceramic)
/
Borosilicate
PVC

Polytetrafluoro
-ethylene
(PTFE)
Polyvinylidene
Fluoride
(PVDF)
Glass-FiberReinforced
Plastics (GRP)
(Composite)

Karakteristik
Menggunakan tile keramik untuk bahan dengan didukung membran tahan korosi di
belakangnya, serta semen yang resisten terhadap korosi, digunakan untuk lining
dan joint vessel.
Resisten terhadap bahan kimia, kecuali alkali dan fluorin. Digunakan di dalam
kolom absorbsi dan distilasi.
Resisten terhadap perubahan suhu mendadak dan bahan kimia, dapat digunakan
hingga suhu 700C tetapi tidak bisa digunakan untuk P>1 atm kecuali hanya untuk
lining. Digunakan untuk kolom absorbsi dan distilasi serta lining untuk vessel dari
CS, SS, dan besi.
Material termoplastik yang paling banyak digunakan di dalam industri kimia,
resisten terhadap asam anorganik kecuali HNO 3 dan H2SO4 kuat, serta larutan
garam anorganik. Tidak dapat digunakan dengan solven organik. Suhu operasi
maksimum rendah (60C, 140F) dan tekanan berkisar pada 570 kPa (85 psi).
Resisten terhadap seluruh bahan kimia kecuali fluorin dan alkali, dapat digunakan
hingga T=250C. Kekuatannya rendah, tetapi bisa ditingkatkan dengan
penambahan filler menjadi komposit, tetapi fabrikasinya sulit dan mahal.
Mirip dengan PTFE tetapi lebih mudah fabrikasinya. Resisten terhadap alkali, asam
anorganik, dan solven organik. Suhu operasi maksimum adalah 140C.
Kuat dan resisten terhadap banyak jenis bahan kimia. Kekuatan mekaniknya
bergantung pada resin yang digunakan, bentuk reinforcement-nya, dan rasio resin
terhadap kaca. Resin polyester resisten terhadap asam mineral encer, garam
anorganik, dan solven lainnya tetapi tidak resisten terhadap alkali. Digunakan untuk
lining pada pressure vessel dalam bentuk continuous filament.

Secara umum, berdasarkan kondisi kerjanya, maka pemilihan material untuk pressure vessel adalah
seperti pada tabel dibawah ini (Bednar, 1981):

Secara umum, berdasarkan pressure yang dihandle, maka maka pemilihan material untuk pressure
vessel adalah seperti pada tabel di bawah ini:

Untuk ketebalan lebih dari 3/8 in maka


kita gunakan baja karbon atau paduan baja
karbon dengan dilapisi bahan anti korosi.
Metode yang paling umum digunakan adalah
integral cladding. Integral cladding merupakan
teknik pelapisan dengan menggunakan material
lain sebagai pelindung. Dengan proses hot
rolled, dua material di-roll pada kondisi
temperatur. Untuk material bagian luar
merupakan material yang diharapkan untuk
dilindungi dan material pelapis bagian dalam
yang manjadi pelindung. Pada tabel dibawah ini
terdapat beberapa jenis material cladding yang
secara umum digunakan.
CONTOH CARA PEMILIHAN MATERIAL UNTUK PRESSURE VESSEL
Salah satu cara membatasi pemilihan material untuk pressure vessel adalah dengan menggunakan
alat bantu Ashbys chart. Untuk mendesain pressure vessel yang aman dengan pemilihan material yang tepat
membutuhkan batasan tertentu yaitu yield-before-break atau leak-before-break:

Jika terdapat pressure vessel silindris seperti gambar diatas, stress


yang dibutuhkan untuk menyebabkan crack pada vessel adalah:

C K 1C
ac

dengan C adalah konstanta mendekati 1, dan K1C adalah fracture toughness.


Desain ini belum fail-safe, diambil kriteria yield strength (
= f ) sehingga memberikan:
yang dapat ditahan oleh material dengan kriteria material index pertama yaitu: K 2
5
ac C2 1 C

[ ]
f

M 1=

K 1C
f

Selain itu, tekanan maksimum yang harus dihandle adalah:

4C
P
R

( )
K1C
f

maka material yang harus diambil memiliki kriteria index kedua yaitu:

M 2=

K 21C
f

Selain itu, perlu diperhatikan juga ketebalan pressure vessel untuk menahan pressure P:

PR
2f

maka material yang harus diambil menjaga ketebalan setipis mungkin agar murah, tetapi tetap aman,
sehingga nilai f harus maksimal dan diambil material index ketiga:

M 3= f
Kemudian, dari kriteria-kriteria ini, maka digambarkan pada grafik Ashby (K 1C vs
nilai

f ). Apabila asumsi

K 1 C =30, f =50 MPa , maka:

Dengan grafik ini, dapat dilihat zona yang bisa digunakan untuk material yang tepat (search region)
dengan perpotongan ketiga material index. Dari gambar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa steel,
copper, aluminium dapat memenuhi kriteria untuk nilai yang telah dispesifikasi.
Referensi
Anonymous (__) Materials for Construction. [Online]. Available: http://www.parrinst.com/products/non
-stirred-pressure-vessels/materials-of-construction/ [19 th April 2016].
Ashby, M.F. (2005) Material Selection in Mechanical Design. 3rd Edition. Oxford: Elsevier.
American Society of Mechanical Engineers (2013) ASME Boiler and Pressure Vessel Code Section VIII:
Rules for Construction of Pressure Vessel Division 1. New York: The American Society of
Mechanical Engineers.
Moss, D. (2004) Pressure Vessel Design Manual. 3rd Edition. New York: Elsevier.
Pressure Vessel Engineering Ltd. (2016). Pressure Vessel Design Charts. [Online]. Available:
http://www.pveng.com/ASME/DesignCharts/DesignCharts.php [16th April 2016].
Towler, G. & Sinnott, R. (2008) Chemical Engineering Design. New York: Elsevier.
6

Anda mungkin juga menyukai