Alloy Steel :
Baja yang memiliki sifat-sifat khusus yang lain dari carbon steel. Baja dapat dipertimbangkan
sebagai alloy steel jika unsur paduan mangan, silicon, dan tembaga melebihi sbb:
Mangan (Mn) = 1.65 %
Silicon (Si) = 0.60 %
Tembaga (Cu) = 0.60 %
Disamping itu juga ditambahkan unsur paduan lain dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan
efek paduannya sesuai dengan batasan alloy steel yang telah diakui. Unsur paduan antara lain sbb:
Aliminium (Al), Booron (Br), Chromium (Cr) sampai 3.99 %, Cobalt (Co), Columbium (Cb),
Molybdenum (Mo), Nickel (Ni), Titanium (Ti), Tungsten (Ts), Vanadium (Va), Zirconium (Zr).
Anchor :
Jenis pipe support (restraint) yang tidak mengijinkan pipa bergerak baik translasi (lurus)
maupun rotasi (putaran).
Backing Ring :
Cincin (ring) yang digunakan dalam pengelasan untuk mencegah masuknya spatter las ke
dalam pipa dan untuk meyakinkan penetrasi pengelasan secara penuh pada dinding pipa bagian
dalam.
Base metal :
Logam yang akan dilas, disolder atau dipotong.
Branch Connection :
Cabang pipa yang ditambahkan terhadap pipa utama dengan atau tanpa penggunaan fitting.
Carbon Steel :
Baja dengan sifat-sifat khusus berdasarkan kandungan unsur carbon (C)-nya. Unsur paduan
tidak boleh melebihi sbb: mangan (Mn) 1.65 % max., Silicon (Si) 0.60 % max., Tembaga (Cu) 0.60 %
max.
Cold Bending :
Proses pembengkokan pipa sampai radius tertentu yang dilakukan pada temperatur kamar
atau dengan pemanasan dibawah temperatur transformasi atau perubahan fase. Biasanya radius
bengkokan adalah 5X diameter pipa.
Companion Flange :
Flange yang sesuai untuk disambung dengan flange lain atau valve dan fitting dengan ujung
flange.
Deposited Metal :
Logam isian yang telah ditambahkan pada proses pemgelasan.
Header :
Pipa atau fitting yang mana beberapa pipa cabang (branch) disambungkan.
Hot Bending :
Proses pembengkokan pipa sampai radius tertentu dengan pemanasan sampai temperatur
tinggi yang sesuai dengan pekerjaan panas.
Hot Taps :
Pembuatan sambungan pipa cabang (branch) yang dilakukan pada saat system perpipaan
dalam kondisi operasi.
Interpass Temperature :
Temperatur minimal atau maksimal yang diperlukan pada deposited weld metal sebelum
dimulai pengelasan ke pass selanjutnya pada pengelasan multiple-pass.
Piping :
Rangkaian dari komponen perpipaan yang digunakan untuk mengalirkan, mendistribusikan,
mencampur, memisahkan, mengeluarkan, mengukur, mengontrol aliran fluida.
Piping Components :
Elemen mekanikal yang sesuai untuk disambung atau dirangkai sehingga menjadi sistem
perpipaan yang kokoh untuk fluida bertekanan.
Piping System :
Sistem perpipaan yang disambung dengan setelan atau kondisi desain yang sama.
Post Weld Heat Treatment (PWHT) :
Proses perlakuan panas setelah pengelasan untuk menghilangkan tegangan sisa yang terjadi
selama proses pengelasan.
Preheating :
Pemanasan terhadap base metal sampai temperatur tertentu sebelum pengelasan dimulai.
Seamless Pipe :
Pipa yang dibuat tanpa klem pengelasan. Pipa diproduksi malalui proses pierching billet yang
diikuti dengan pengerolan (rolling) dan atau drawing.
Stainless Steel :
Baja paduan yang memiliki sifat tahan terhadap korosi yang luar biasa. Unsur paduan yang
utama adalah Nickel (Ni) dan Chromium (Cr).
ASME
ASME (American Society of Mechanical Engineers)
(ASME) adalah salah satu organisasi yang terkemuka di dunia, yang mengembangkan
dan menerbitkan kode dan standar. ASME mendirikan sebuah komite pada tahun 1911 untuk
merumuskan aturan untuk pembangunan ketel uap (steam boilers) dan bejana tekan (pressure
vessels) lainnya. Komite ini sekarang dikenal sebagai Komite ASME Boiler & Pressure
Vessel, dan bertanggung jawab untuk Kode ASME Boiler dan Pressure Vessel. Selain itu,
ASME telah membentuk komite lainnya yang mengembangkan berbagai kode dan standar
lainnya, seperti ASME B31, Kode untuk Pressure Piping. Komite ini mengikuti prosedur
terakreditasi oleh American National Standards Institute (ANSI).
Salam, Septian Rio
Bagian, I, II, III, IV, V, VIII, IX, dan XI menetapkan aturan dan persyaratan untuk pipa.
Bagian II, V, dan IX adalah bagian tambahan dari kode karena mereka tidak memiliki
yurisdiksi mereka sendiri kecuali dipanggil oleh referensi dalam kode Rekor untuk
konstruksi, seperti Bagian I atau III.
ASME Bagian I - Power Boilers
Cakupan
ASME Bagian I memiliki jumlah wilayah administratif dan tanggung jawab teknis untuk
boiler. Piping didefinisikan sebagai boiler external piping (BEP) diperlukan untuk memenuhi
sertifikasi wajib oleh simbol kode stamping, formulir data ASME, dan persyaratan inspeksi
resmi,
yang
disebut
Administrasi
Yurisdiksi dari ASME Bagian I, namun harus memenuhi teknis.
Cakupan
Divisi 1 dari ASME Bagian III berisi persyaratan untuk perpipaan diklasifikasikan sebagai
ASME Kelas 1, Kelas 2, dan Kelas 3. ASME Bagian III tidak menggambarkan kriteria untuk
mengelompokkan pipa ke Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3, melainkan menetapkan persyaratan
untuk desain, bahan, fabrikasi, instalasi, pemeriksaan, pengujian, inspeksi, sertifikasi, dan
stamping sistem perpipaan setelah diklasifikasikan Kelas 1, Kelas 2, atau Kelas 3 didasarkan
pada
kriteria
desain
yang
berlaku
dan
Panduan
Peraturan
1.26,
Kelompok Klasifikasi Kualitas dan Standar Air-uap, dan Radio-Limbah- Mengandung
Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Subbagian NB, NC, ND dan ASME III
menentukan persyaratan konstruksi untuk komponen Kelas 1, Kelas 2, dan Kelas 3, termasuk
pipa, masing-masing. Ayat NF mengandung konstruksi persyaratan untuk mendukung
komponen, dan baru ditambahkan Ayat NH mengandung persyaratan untuk Komponen Kelas
1 dalam Layanan LevelSuhu. Ayat NCA, yang umum untuk Divisi 1 dan 2, menetapkan
persyaratan umum untuk semua komponen dalam lingkup ASME Bagian III. Divisi 3 dari
ASME
Bagian
III
adalah
tambahan
baru
untuk
kode
dan
berisi
persyaratan untuk sistem penahanan dan kemasan transportasi untuk menghabiskan nuklir
bahan bakar dan limbah radioaktif tingkat tinggi. Persyaratan konstruksi untuk ASME Kelas
1, Kelas 2, dan Kelas 3 perpipaan didasarkan pada gelar mereka yang penting bagi
keselamatan, dengan Kelas 1 pipa menjadi sasaran dengan persyaratan paling ketat dan Kelas
3
dengan
persyaratan
ketat
setidaknya.
Perlu dicatat bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir memang memiliki sistem perpipaan
selain ASME Kelas 1, Kelas 2, dan Kelas 3, yang dibangun untuk kode selain ASME Bagian
III. Sebagai contoh, sistem perpipaan proteksi untuk kebakaran yang dibangun oleh National
Fire Protection Association (NFPA), dan sebagian besar sistem perpipaan non-nuklir
dibangun untuk ASME B31.1, Kode Pressure Piping. Ketika bergabung sistem perpipaan atau
komponen dari klasifikasi yang berbeda, semakin ketat persyaratan yang mengatur, kecuali
bahwa hubungan antara pipa dan komponen lain seperti vessel, tank, heat exchanger, dan
katup akan dianggap sebagai bagian dari pipa. Misalnya, las-lasan antara valve ASME Kelas
1 dan pipa ASME Kelas 2 harus dilakukan sesuai dengan persyaratan Ayat NC, yang berisi
aturan untuk komponen ASME Kelas 2, termasuk perpipaan.
ASME Bagian V - Nondestructive Examination
cakupan
ASME Bagian V terdiri dari Sub-bagian A dan Bagian B, lampiran wajib dan non wajib. Ayat
A melukiskan pemeriksaan metode non destruktif, dan Bagian B berisi berbagai standar
ASTM meliputi metode pemeriksaan non destruktif yang telah diadopsi sebagai standar.
Standar yang terkandung dalam ayat B adalah untuk informasi saja dan non wajib kecuali
khusus dirujuk dalam keseluruhan atau sebagian dalam ayat A atau direferensikan di lain
bagian kode dan kode lain, seperti ASME B31, Kode Pressure Piping. Untuk non destruktif,
persyaratan pemeriksaan dan metode wajib termasuk dalam ASME Section Vare sejauh
mereka dipakai oleh kode dan standar lainnya atau dengan spesifikasi pembeli. Misalnya,
ASME Bagian III memerlukan beberapa pemeriksaan pengelasan, radiografi harus dilakukan
sesuai dengan Pasal 2 dari ASME Bagian V.5
ASME Bagian V tidak mengandung standar kelulusan untuk metode pemeriksaan non
destruktif yang tercakup dalam ayat A. Kriteria penerimaan atau standar harus sebagaimana
yang terkandung dalam kode referensi atau standar.
Plants
ASME Bagian XI, Divisi 3: Aturan untuk Inspeksi dan Pengujian Komponen Liquid - Metal Cooled Plants.
Sejak penerbitan edisi pertama ASME Bagian XI tahun 1971, perubahan dan penambahan
signifikan telah dimasukkan, dan dengan demikian, organisasi versi terbaru dari ASME
Bagian XI, Divisi 1, jauh berbeda dari edisi pertama.
ASME Bagian XI, Divisi 1, memberikan aturan dan persyaratan untuk in-service inspeksi dan
pengujian ringan air pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir. Mengidentifikasi aturan dan
persyaratan yang tunduk pada pemeriksaan, tanggung jawab daerah, ketentuan untuk
aksesibilitas dan inspectability, metode dan prosedur pemeriksaan, kualifikasi personil,
frekuensi pemeriksaan, pencatatan dan laporan persyaratan, Prosedur untuk mengevaluasi
hasil pemeriksaan, disposisi berikutnya hasil evaluasi, dan persyaratan perbaikan. Divisi 1
juga
menyediakan
untuk
desain,
fabrikasi,
instalasi,
dan
inspeksi
pengganti. Kewenangan Divisi 1 dari ASME Bagian XI meliputi individu komponen dan
pembangkit listrik lengkap yang telah memenuhi semua persyaratan kode konstruksi, dimulai
pada saat itu ketika persyaratan kode konstruksi telah dipenuhi, terlepas dari lokasi fisik.
Ketika bagian-bagian dari sistem atau plant selesai pada waktu yang berbeda, yurisdiksi
Divisi 1 hanya meliputi bagian-bagian di mana semua kode persyaratan konstruksi telah
dipenuhi.
Aturan
ASME
Bagian
XI
berlaku
untuk
ASME
Kelas 1, 2, 3, dan komponen MC, struktur dukungan inti, pompa, dan katup. Aturan ASME
Bagian XI, Divisi 1, berlaku untuk modifikasi yang dilakukan ASME Komponen III setelah
semua persyaratan kode konstruksi asli telah dipenuhi. Aturan ASME Bagian XI, Divisi 1,
berlaku untuk sistem, bagian-bagian dari sistem dan komponen, awalnya tidak dibangun
untuk persyaratan ASME Bagian III, namun berdasarkan kepentingan mereka untuk
keselamatan jika mereka diklasifikasikan sebagai ASME Kelas 1, 2, 3, dan MC.
PIPING CODES
Piping Codes mendefinisikan beberapa hal yang berkaitan dengan pipa maupun sistem
perpipaan antara lain :
Kebutuhan Desain
Fabrikasi
Pemilihan Material
PIPING STANDARDS
Piping Standards mendefinisikan aplikasi desain, tata cara tentang konstruksi atau
pemasangan, serta persyaratan yang dibutuhkan pada berbagai komponen perpipaan seperti
flange, elbow, tee, valve, dll.
DIN (Deutsches Institut fur Normung) the German Institute for Standardization
Saya selalu ingin menulis tentang section IX ini. Selama berada di subcommittee IX lebih
lama dari yang lainnya, saya paksakan untuk menulis sebuah buku, dalam bagian, untuk
menjaga sejarah pandangan dari section IX. Tapi saya juga ingin menulis buku untuk banyak
pengguna kode yang belum mendapatkan kesempatan untuk menghadiri dan mendapat
manfaat dari pertemuan subcommittee IX selama 30 tahun ini. Saya rasa sayan bisa
memberikan kepada pengguna basic untuk mendengarkan pengertian bagaimana
menggunakan section IX ini.
Banyak pengguna kode dengan macam-macam keahliannya dan telah bersungguh sungguh
membenahi untuk melakukan semuanya dengan benar. Section IX adalah salah satu dari
banyaknya aturan dalam kertas kerja dimana harus berintregasi dengan keahlian mereka.
Saya sudah mempersiapkan buku ini untuk para pengguna yang spealisasinya bukan dalam
pengelasan(welding). Saya harap buku ini memberikan secara jelas dan ringkas jadi para
pengguna dapat menggunakan dengan basic welding mereka dengan mudah. Buku ini juga
secara detail dan berinterpretansi secara jelas dari setiap pengalaman pengguna kode."
Michael J.Houle
Introduction
Section IX to the ASME Boiler and Pressure Vessel Code is a standard, prepared by America
of mechanical engineers (ASME) bolier and pressure vessel committe. ASME standards have
been adopted as law by most states, provinces, some cities, and by company policy, which
makes it mandatory for these standards to be followed in the fabrication and repair of
pressure retaining items.
Standar asme boiler dan bejana tekan seksi IX yang dibuat oleh komite asme boiler dan
bejana tekan. Asme standar telah mengadopsi dan menyetujui dari banyak Negara, provinsi,
beberapa kota dan perusahaan, dimana pembuatan standar ini diperintahkan untuk diikuti
dalam kegiatan fabrikasi dan repair produk bertekanan.
Section IX specifies the requirements for the qualification of welders and the welding
procedure specification employed when welding in accordance with the asme boiler and
pressure code, and the asme B31 code for pressure piping.
Seksi IX menetapkan syarat-syarat untuk kualifikasi welder dan pengerjaan WPS dimana
pengelasan mengikuti dengan asme boiler dan pressure kode, dan asme B31 code untuk pipa
bertekanan.
Qualification of welders and the welding procedure specifications they will use in code
construction involves a great many factors that are difficult to outline in a code or standard.
Tha Casti guide book pressure vessel code section IX welding and brazing qualifications.
Pengkualifikasian dari welder dan wps yang mereka gunakan dalam kode kontruksi
melibatkan banyak factor membuat kesulitan dalam penguraian code atau standard. The
casti guide book untuk asme section IX welding qualification adalah guide atau panduan
untuk keperluan penggunaan dari asme boiler dan pressure vessel code section IX welding
ang brazing qualification.
Note: the preface of section ix contains an informative historical perspective on the
development of current code rules.
Catatan: pendahuluan dari seksion IX berisi informasi pandangan sejarah dalam
perkembangan zaman tentang peraturan code.
There are three steps involved in qualifying welders and welding procedure specifications for
code construction.
Ada tiga tahap dalam mengkualifikasi welder dan wps untuk code construction.
1. The first step requires the code user to prepare welding procedure specification (wps). The
wps must contain the minimum requirements that are specified by the reference code. The
wps is intended to provide guidance for welding by specifying ranges for each variable. The
wps must be supported by a procedure qualification record (pqr). See the second step and
chapter 6.
Tahap pertama mewajibkan pengguna kode untuk mempersiapkan welding procedure
specification (wps). Wps harus berisi persyaratan minimal yang telah ditetapkan referensi
kode. Wps adalah bertujuan untuk memberikan range(jarak) spesifikasi pengelasan untuk
beberapa variable. Wps harus didukung oleh procedure qualification record (pqr). Lihat
tahap kedua dan bagian 6.
2.
The second step requires the code user to qualify the wps by welding procedure qualification
test coupons. The code user must record the variables and tests used, and must certify the
tests and test results on a pqr. See chapter 7
Tahap kedua menentukan pengguan kode untuk mengkualifikasi sebuah wps dari test kupon
(tes sampel material) dari wps tersebut. Pengguna kode harus merecord variable dan
pemakaian tes dan harus mensertifikasi test tersebut dan hasil tes tersebut tercantum dalam
PQR. Lihat bagian 7.
3.
The third step requires the code user to qualiy the performance of the welders by welding
performance qualification test coupons. The code user must record the variables and tests
used, specify the variable ranges qualified, and must certify the tests and tests results in
welders performance qualification (WPQ) record. See chapter 10.
Tahap ke tiga menentukan pengguna kode untuk mengkualifikasi performa welder dari
pengelasan test kupon. Pengguna kode harus merecord variable dan tes yang digunakan,
spesifikasi range variable dan harus mensertifikasi tes dan hasil tes welder performance
qualification record (wpq). Lihat bagian 10
The majority of the rules in section ix involve one of these three documents, the wps, pqr or
wpq. The authors have found the biggest source of confusion with section ix, is the mixing of
the rules between these three documents. This guide uses of four column tables to outline
how each topic, example, or application applies to the wps, pqr or wpq. See table 1.1. a given
topic, example, or application may apply to all three documents, while others may only apply
to one or two of the documents. The user od this guide is advised to review and understand
each of these documents, and always keep in mind which document is being addressed. See
table 1.2 for an overview of each of these three documents, and how they apply to a welding
application.
Sebagian besar dari peraturan dalam seksion IX ini berhubungan dengan tiga dokumen ini,
WPS, PQR atau WPQ. Penulis telah menemukan permasalahan terbesar yang membuat
kebingungan terhadap seksi Sembilan ini, adalah bercampurnya kode2 atau aturan diantara
ketiga document ini. Buku panduan ini menggunakan 4 tabel kolom untuk menjelaskan topic
ini, dengan contohnya atau penggunaan aplikasi dari ketiga dokumen tersebut yaitu wps,
pqr, atau wpq. Lihat table 1.1. pemberian topic, contoh atau aplikasi yang menggunakan
semua ketiga dokumen ini, dimana mungkin ada yang hanya menggunakan satu atau 2
dokumen saja. Pengguna dari buku panduan ini menjelaskan dalam hal pemeriksaan
(review) dan pengertian dari ketiga dokumen ini dan selalu mengingatkn dimana dokumen
ini di gunakan/ditempatkan.
Piping Engineering
Untuk menjadi seorang desainer perpipaan minimal harus tahu tentang (tidak harus dalam
urutan ini):
1. cara membaca P & ID, yaitu mengetahui proses plant.
2. drafting practices: yaitu susunan gambar dan proses gambar revisi.
3. pengembangan plot plan.
4. pemahaman dasar cairan dan aliran fluida.
5. bahan dan spesifikasi pipa pipa.
6. penerapan standar perusahaan (company standards): shoes, anchors, guides, base ell
supports, dummy legs, dll.
7. penerapan standar klien (client standards): clearances, platforms, operation, maintenance,
dll.
8. arti kelas pipa (piping classes), misalnya 150, 300, dll.
9. arti piping schedules dan berat pipa, misalnya sch. 40, 80, dll.
10. koneksi pipa, yaitu threaded, socket-weld, butt weld & flanged dan perlengkapan terkait
untuk mencapai hal ini.
11. dasar praktek las dan pengelasan simbologi.
12. jenis valve dan mengapa dan di mana mereka digunakan.
13. berbagai jenis equipment dan fungsi / operasi mereka.
14. bagaimana design pipa dengan berbagai jenis equipment.
15. fungsi dan instalasi yang dibutuhkan dari berbagai jenis instrument.
16. tujuan dan cara membuat dimensi gambar general arrangement.
17. tujuan dan cara membuat isometrik, spool fabrikasi, pengelasan lapangan, dan spool
ereksi.
18. desain modul, fabrikasi dan ereksi.
19. pelaksanaan konstruksi.
20. pemahaman dasar tentang stress analysis.
21. kode keamanan dan praktek (Manajemen Keselamatan Proses, keselamatan kerja
konstruksi, dll)
Beberapa hal yang Anda harus pahami:
Mendefinisikan lingkup rekayasa Piping cukup sulit. Karena luas: Process piping, off-shore
piping, underground piping, sub-sea piping, cross-country piping, Nuclear piping, Mineral
industry piping, Lined piping, Low & high temperature piping, dll.
Pentingnya perpipaan Dalam "normal" plant (ada yang dibangun khusus, peralatan biaya
tinggi) pipa (desain, rekayasa, ereksi, pengujian, dll) merupakan 30% sampai 45% total biaya
plant. Oleh karena itu, jika Anda menggunakan desain yang baik & praktek rekayasa, Anda
bisa segera menghemat 5% dari biaya plant (3% tabungan selalu ada). Jika Anda menghitung
jumlah ini, pasti besar & karena pentingnya ketepatan harus diberikan kepada perpipaan pada
semua tahap.
Pentingnya dan keterbatasan alat canggih pemodelan 3D. Ada banyak software 3D modeling
digunakan secara luas dalam industri pipa. PDS, PDMS, Bentley,Cadworx,SP3D,SM3D, dll.
Jangan dulu terburu-buru untuk belajar perangkat tersebut. Software tsb sangat baik, tetapi
alat yang baik hanya bila operator tahu bagaimana menggunakannya jika anda sudah mahir
dalam desain perpipaan.
Beberapa tugas atau disiplin terpisah meliputi
Piping layout & design engineering Seseorang di department ini disebut "Piping Design
Engineer" atau "Piping desainer" .. Jika Anda ingin berada di bidang ini, Anda harus pandai
kode Internasional, kemampuan tata letak dengan visi untuk operasi sehari-hari, metode
pemeliharaan, ereksi, metode pembongkaran, dll. Bidang ini membutuhkan lebih banyak akal
sehat daripada keterampilan teknik. Bidang ini juga mencakup, teknik Pra-bid (engineering
Proposal), rekayasa konseptual, teknik dasar dan rekayasa.
Piping stress analysis - Seseorang di department ini disebut "Piping stres Engineer" atau "
Piping flexibility engineer ". Jika Anda ingin berada di bidang ini, Anda harus pandai
keterampilan analisa tegangan menggunakan software CAEPIPE, Caesar, Autopipe, dll.
Piping material & specifications engineering - Seseorang di department ini disebut " Piping
Material engineer " atau "Piping Spec. Engineer ". Jika Anda ingin berada di bidang ini, Anda
harus mengerti baik pada bahan & sifat mereka, pengetahuan mendalam tentang kode
internasional (ASME / API / ASTM/ ANSI dll), pengetahuan yang baik teknik korosi &
pengetahuan yang sangat baik tentang penggunaan yang tepat dari valve & fitting.
Piping fabrication, erection & quality control engineering - Seseorang di department ini
disebut "Piping site engineer" atau " Piping field engineer ". Jika Anda ingin berada di bidang
ini, Anda harus baik pada keterampilan kontrol kualitas (NDT / NDE inspeksi), penjadwalan
kerja & kemajuan keterampilan pemantauan, berurusan dengan ereksi kontraktor setiap hari,
dll.
Jangan berpikir bahwa empat bidang di atas adalah independen. Mereka saling tergantung.
Bahkan jika Anda berada di salah satu bidang di atas, Anda perlu tahu semua empat bidang
berfungsi dengan baik sebagai insinyur yang handal. Itulah mengapa jangan membuat pikiran
untuk hanya mengejar salah satu dari bidang di atas.
http://www.pembangkitlistrik.com/desain-pressure-dan-wall-thickness-pipa-menurut-asmeb31-1-power-piping/#more-529
Pada ketel pipa api, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan ketel ada di dalam
shell untuk dirubah menjadi steam. Ketel pipa api biadanya digunakan untuk
kapasitas steam sampai 14.000 kg/jam dengan tekanan 18 kg/cm2. Ketel pipa api
dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bkar padat dalam
operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar ketel pipa api dikontruksi
sebagai paket boiler ( dirakit pabrik )untuk semua bahan bakar.
Pada ketel pipa air, air diumpankan boiler melalui pipa-pipa masuk kedalam drum.
Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk steam pad
daerah uapdalam drum. Ketel ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam
sangat tinggi seperti pada kasus ketel untuk pembangkit tenaga. Ketel yang modern
dirancang dengan kapasitas steam antar 4.500 12.000 ton/jam, dengan tekanan
sangat tingi. Banyak ketel pipa air yang dikontruksikan secara paket jika digunankan
bahan bakar minyak bakar dan gas.
untuk ketel pipa air yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik ketel pipa air sebagai berikut:
a.Fored, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran.
b.Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
c. Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
Berdasarkan pemakaiannya
b. Ketel mendatar ( horizontal steam boiler ), seperti ketel cornish, lancashire, scotch
dll.
b. ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak ( horizontal, inclined or vertical
tubeler heating surface )
: 5 atm
: 5-40 atm
Berdasarkan kapasitasnya
a.kapasitas rendah : 2500 kg/jam
b.kapasitas sedang : 2500-50000 kg/jam
c.kapasitas tinggi : >50000 kg/jam
Ketel Uap (bahasa Inggris:boiler) adalah alat untuk menghasilkan uap air, yang akan
digunakan untuk pemanasan atau tenaga gerak. Bahan bakar pendidih bermacam-macam dari
yang populer batubara dan minyak bakar, sampai listrik, gas, biomasa, nuklir dan lain-lain.
Pendidih merupakan bagian terpenting dari penemuan mesin uap yang merupakan pemicu
lahirnya revolusi industri.
Sebuah ketel uap harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Dalam waktu tertentu harus dapat menghasilkan uap dengan berat tertentu dan
tekanan lebih besar dari 1 atmosfir.
2. Uap yang dihasilkan harus dengan kadar air yang sedikit mungkin
3. Kalau dipakai alat pemanas lanjut, maka pada pemakaian uap yang tidak teratur, suhu
uap tidak boleh berubah banyak dan harus dapat diatur dengan mudah
4. Pada waktu olah gerak dimana pemakaian uap berubah-rubah maka takanan uap tidak
boleh berubah banyak
5. Uap harus dapat dibentuk dengan jumlah bahan bakar yang serendah mungkin
6. Susunan pengopakan bahan bakar harus sedemikian rupa sehingga bahan bakar dapat
dibakar dengan tidak memerlukan ongkos dan tenaga yang terlalu besar.
Material
Bejana pada suatu ketel uap biasanya terbuat dari baja (steel /alloy steel), atau awalnya dari
besi tempa. Baja stainless sebenarnya tidak disarankan (oleh ASME Boiler Code) untuk
digunakan pada bagian-bagian yang basah dari ketel uap modern, tapi seringkali digunakan
pada bagian super heater yang tidak akan terpapar ke cairan ketel uap.Tembaga atau
kuningan sering digunakan karena lebih muddah di-pabrikasi untuk ketel uap ukuran kecil.
Sejarahnya, tembaga sering digunakan untuk peti api (firebox)(terutama untuk lokomotif uap
air, karena kemudahannya dibentuk dan pengantar panas yang tinggi; namun, saat ini, harga
tembaga yang tinggi menjadi pilihan yang tidak ekonomis dan lebih murah menggunakan
material pengganti (seperti baja)
Untuk kebanyakan ketel uap Victorian, hanya menggukaan besi tempa kualitas paling tinggi,
yang dirakit menggunakan keling (rivet). Kualitas yang tinggi dari lembaran dan kecocokan
untuk kehandalan yang tinggi digunakan pada aplikasi yang kritikal, seperti ketel uap tekanan
tinggi. Pada abad 20, untuk praktisnya disain bergerak kearah penggunaan baja, dimana lebih
kuat dan lebih murah, dengan konstruksi las, yang lebih cepat dan sedikit pekerja.
Besi tuang (cast iron)digunakan untuk bejana pemanas untuk pemanas air. Walaupun suatu
pemanas biasanya disebut pendidih (boiler), karena tujuannya adalah untuk membuat air
panas, bukan uap air, karena dioperasikan pada tekanan rendah dan menghindari pendidihan
sebenarnya. Kerapuhan dari besi tuang menjadikannya tidak cocok untuk ketel uap tekanan
tinggi
PLTU Batubara
PLTU Minyak
PLTU gas
Jenis PLTU batu bara masih dapat dibedakan berdasarkan proses pembakarannya, yaitu
PLTU dengan pembakaran batu bara bubuk (Pulverized Coal / PC Boiler) dan PLTU dengan
pembakaran batu bara curah (Circulating Fluidized Bed).
Perbedaan antara PLTU Batu bara dengan PLTU minyak atau gas adalah pada peralatan dan
sistem penanganan dan pembakaran bahan bakar serta penanganan limbah abunya. PLTU
batubara mempunyai peralatan bantu yang lebih banyak dan lebih kompleks dibanding PLTU
minyak atau gas. PLTU gas merupakan PLTU yang paling sederhana peralatan bantunya.
Gb Tata letak
Pulverized Coal (PC) Boiler Batubara
Ditinjau dari tekanan ruang bakar boilernya, PLTU dapat dibedakan menjadi:
Sistem pengaturan tekanan ruang bakar (furnace pressure) biasa disebut draft atau tekanan
statik didalam ruang bakar dimana proses pembakaran bahan bakar berlangsung. PLTU
dengan pressurised boiler (tekanan ruang bakar positif) digunakan untuk pembakaran bahan
bakar minyak atau gas. Tekanan ruang bakar yang positif diakibatkan oleh hembusan udara
dari kipas tekan paksa (Forced Draft Fan, FDF). Gas buang keluar dari ruang bakar ke
atmosfer karena perbedaan tekanan.
Gb Jenis-jenis
Tekanan (Draft) Boiler
Gb Skema
Balanced Draft Boiler
PLTU dengan Balanced Draft Boiler (tekanan berimbang) biasa digunakan untuk
pembakaran bahan bakar batubara. Tekanan ruang bakar dibuat sedikit dibawah tekanan
atmosfir, biasanya sekitar 10 mmH2O. Tekanan ini dihasilkan dari pengaturan dua buah
kipas, yaitu kipas hisap paksa (Induced Draft Fan, IDF) dan kipas tekan paksa (Forced Draft
Fan, FDF). FDF berfungsi untuk menyuplai udara pembakaran menuju ruang bakar (furnace)
di boiler, sedangkan IDF berfungsi untuk menghisap gas dari ruang bakar dan membuang ke
atmosfir melalui cerobong. Sedangkan PLTU dengan vacum boiler tidak dikembangkan lagi,
sehingga saat ini tidak ada lagi yang menerapkan PLTU dengan boiler bertekanan negatif.
Gb
Economiser tipe pipa bersirip (finned tubes)
Peralatan yang dilalui dalam siklus air adalah drum boiler, down comer, header
bawah (bottom header), dan riser. Siklus air di steam drum adalah, air dari drum turun
melalui pipa-pipa down comer ke header bawah (bottom header). Dari header bawah air
didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser) yang tersusun membentuk dinding ruang bakar
boiler. Didalam riser air mengalami pemanasan dan naik ke drum kembali akibat perbedaan
temperatur.
Perpindahan panas dari api (flue gas) ke air di dalam pipa-pipa boiler terjadi secara
radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperatur naik hingga mendidih
juga terjadi sirkulasi air secara alami, yakni dari drum turun melalui down comer ke header
bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa-pipa riser. Adanya sirkulasi ini sangat
diperlukan agar terjadi pendinginan terhadap pipa-pipa pemanas dan mempercepat proses
perpindahan panas. Kecepatan sirkulasi akan berpengaruh terhadap produksi uap dan
kenaikan tekanan serta temperaturnya.
Selain sirkulasi alami, juga dikenal sirkulasi paksa (forced circulation). Untuk sirkulasi
jenis ini digunakan sebuah pompa sirkulasi (circulation pump). Umumnya pompa sirkulasi
mempunyai laju sirkulasi sekitar 1,7, artinya jumlah air yang disirkulasikan 1,7 kali kapasitas
penguapan. Beberapa keuntungan dari sistem sirkulasi paksa antara lain :
Gb Siklus air
2. Ketel Kapal, yaitu ketel-ketel yang dipakai di kapal. Di sini perlengkapan alat-alat
keselamatan ketel biasanya mempunyai konstruksi yang sedikit berbeda dengan ketelketel lainnya, mengingat keadaan kapal-kapal yang selalu oleng selama berlayar.
3. Ketel-Ketel yang dapat bergerak. yaitu ketel-ketel yang tidak termasuk dalam kedua
golongan ketel tersebut di atas, seperti ketel kereta api, ketel tiang pancang dan lainlain.
Pembagian Menurut Konstruksinya
Ketel dibuat untuk menghasilkan uap dengan jalan memanasi air yang ada di dalamnya oleh
gas panas hasil pembakaran bahan bakar. Ketel harus bekerja seefisien mungkin ; artinya harus
dapat menghasilkan uap sebanyak-banyaknya dengan pemakaian bahan bakar yang
seminimal mungkin. Oleh karena itu konstruksi ketel harus sedemikian sehingga panas dari
bahan bakar harus sebanyak-banyaknya dapat diserap oleh air ketel guna menghasilkan uap.
Untuk mencapai hal tersebut maka konstruksi ketel dibuat dari susunan pipa-pipa yang
memisahkan antara air dan gas-gas panas yang memanaskan air tersebut.
Dilihat dari kedudukan pipa ketel dibagi menjadi :
1. Horizontal contoh : B & W Seksi
2. Vertikal
contoh : Foster Wheeler
3. Miring contoh : B & W Integral
Dilihat dari zat yang mengalir di dalam pipanya, ketel dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
1. Ketel Pipa Api (Fire Tube Boiler). Pada ketel ini gas-gas panas mengalir di dalam
pipa, sedangkan air yang dipanasi berada di luar pipa. Ketel pipa api biasanya
digunakan untuk kapasitas steam sampai 14.000 kg/jam dengan tekanan 18 kg/cm2.
Ketel pipa api dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bkar
padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar ketel pipa api
dikontruksi sebagai paket boiler ( dirakit pabrik )untuk semua bahan bakar.
2. Ketel Pipa Air (Water Tube Boiler). Pada ketel ini yang mengalir di dalam pipa
adalah air ketel, sedangkan gas-gas pema-nasnya berada di luar pipa. Pada masa kini
ketel-ketel pipa air ini lebih pesat perkembangannya. Pada ketel pipa air, air
diumpankan boiler melalui pipa-pipa masuk kedalam drum. Air yang tersirkulasi
dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk steam pad daerah uapdalam drum. Ketel
ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus
ketel untuk pembangkit tenaga. Ketel yang modern dirancang dengan kapasitas steam
antar 4.500 12.000 ton/jam, dengan tekanan sangat tingi. Banyak ketel pipa air yang
dikontruksikan secara paket jika digunankan bahan bakar minyak bakar dan gas.
Untuk ketel pipa air yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik ketel pipa air sebagai berikut:
a. Fored, induced
efisiensi pembakaran.
dan
balanced
draft
membantu
untuk
meningkatkan
b. Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
c. Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi
Dan nampaknya dibuatnya ketel ini adalah untuk memperbaiki kekurangan yang
terdapat pada Ketel Schots, seperti kurang baiknya sirkulasi air di dalam ketel.
Contohnya : Ketel Werkspoor
Ketel Howden Johnson
Dilihat dari Pemakaiannya, ketel dibagi menjadi :
1. Ketel stasioner (stasionary boiler) atau ketel tetap. Yang termasuk stasioner adalah
ketel-ketel yang didudukan pada suatu pondasi yang tetap, seperti ketel untuk
pembangkitan tenaga, untuk industri dll.
2. Ketel mobil (mobile boiler), ketel pndah / portable boiler. Yang termasuk ketel
mobil adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang berpindah-pindah (mobil ),
seperti boiler lokomotif, loko mobile dan ketel panjang serta lain yan sepertinya
termasuk ketel kapal ( marine boiler )
memakai
system
ini.
2. Ketel dengan pembakaran di luar (outernally fired steam boiler). Dalam hai ini
dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel . kebanyakan ketel pipa air
memakai
system
ini
Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler). Pada single tube steam
boiler, hanya terdapat 1 lorong saja, lorong api maupun lorong air. Cornish boiler
adalah single fire tube boiler dan simple vertikal boiler adalah single water tube
boiler.
2. Ketel dengan lorong ganda (multi tube steam boiler). Multi fire tube boiler
misalnya ketel scotch dan multi water tube boiler misalnya ketel B dan W dll
2.
Ketel mendatar (horizontal steam boiler), seperti ketel cornish, lancashire, scotch
dll.
1. Ketel dengan pipa lurus, bengok dan berllekak-lekuk ( stright, bent and sinous
tubeler
heating
surface
)
2. Ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak (horizontal, inclined or vertical
tubeler
heating
surface
)
Dilihat dari Peredaran Air Ketel (water circulation), ketel dibagi menjadi :
1.
Ketel dengan peredaran alam (natural circulation steam boiler). Pada natural
circulation boiler, peredaran air dalam ketel terjadi secara alami yaitu air yang ringan
naik, sedangkan terjadilah aliran aliran conveksi alami. Umumnya ketel beroperasi
secara aliran alami, seperti ketel lancashire, babcock & wilcox
2. Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler). Pada ketel dengan
aliran paksa, aliran peksa diperoleh dari sebuah pompa centrifugal yang digerakkan
dengan elektric motor misalnya la-mont boiler, benson boiler, loeffer boiler dan
velcan boiler.
Dilihat dari tekanan kerjanya, ketel dibagi menjadi :
1. tekanan kerja rendah : 5 atm
2. tekanan kerja sedang : 5-40 atm
3. tekanan kerja tinggi : 40-80 atm
4. tekanan kerja sangat tinggi : >80 atm
Dilihat dari kapasitasnya, ketel dibagi menjadi :
1. kapasitas rendah : 2500 kg/jam
2. kapasitas sedang : 2500-50000 kg/jam
3. kapasitas tinggi : >50000 kg/jam
Dilihat dari pada sumber panasnya (heat source), ketel dibagi menjadi :
1. ketel uap dengan bahan bakar alami
2. ketel uap dengan bahan bakar buatan
3. ketel uap dengan dapur listrik
4. ketel uap dengan energi nuklir
Ketel Bantu
Yaitu ketel yang menghasilkan uap, yang dipergunakan untuk keperluan pesawat bantu,
seperti pompa-pompa, pemanas dan lain-lain. Jenis-jenis ketel yang biasanya dipergunakan
sebagai ketel bantu misalnya :
B & W M type
Pada kapal Motor Besar pada umumnya mempunyai ketel bantu. Manfaat ketel bantu ini
adalah untuk pemanasan di kapal, seperti pemanas ruangan, dapur, bahan bakar. serta untuk
menggerakkan pesawat-pesawat bantu.
Ketel semacam ini pada umumnya selain diopak dengan bahan bakar minyak. biasanya juga
dikombinasi dengan memanfaatkan panas dari gas buang yang keluar dari motor
Susunan atau sistemnya ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1. Pada sebuah kapal terdapat sebuah ketel bantu yang diopak dengan bahan minyak.
dan sebuah ketel tersendiri yang khusus diopak dengan gas buang motor induk. Dan
masing-masing bisa terjadi pembentukan uap sendiri-sendiri.
2. 2. Sistem La Mont.
Ketel La Mont banyak dipakai untuk memanfaatkan sebagian dari panas gas buang dari
motor induk guna pembentukan uap. Ketel ini biasanya ditempatkan di jalanan gas buang dari
motor induk atau di cerobong, dengan demikian letaknya lebih tinggi dari motor induk (Lihat
gambar).
Fungsi dari ketel ini sebenarnya hanya sebagai tempat sirkulasi pengambilan panas,
sedangkan tempat pembentukan uapnya berada pada ketel bantu lainnya. Dengan demikian
diperlukan pompa sirkulasi untuk rnengalirkan air yang berada di dalam ketel bantu
(misalnya Cochran) ke ketel La Mont untuk akhirnya kembali ke ketel bantu lagi setelah
mengambil panas. Pembentukan uap yang dihasilkan oleh ketel bantu biasanya dengan
tekanan kira-kira 7 ato dan suhu air ketelnya kira-kira 170C.
Suhu gas buang berkisar 300 400C dan meninggalkan ketel La Mont kira-kira 220C.
Ketel La Mont yang dipanaskan oleh gas buang ini, hampir semuanya merupakan sejumlah
pipa-pipa yang berbentuk spiral. Masing-masing pipa spiral ujung-ujungnya dihubungkan
dengan lemari pemasukan dan pembuangan.
K3 BEJANA TEKAN
1. UMUM
Dalam pelaksanaan pengawasan secara preventif berdasarkan Undangundang No. Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, maka penghawasan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) terhadap bejana tekan dimulai dari
tahap perencanaan, selama pembuatan, pengangkutan / peredaran, pemakaian
dan pemeliharaan
Khususnya dalam tahap pembuatan bejana tekan pengawasan dan
pemeriksaan meliputi :
a. Kualifikasi pabrik pembuat / pemanufaktur
b. kualifikasi ada / tidaknya Inspektur pabrik pembuat (Quality Control)
c. Kualifikasi juru las
d. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan
2. PEMERIKSAAN SEBELUM PEMBUATAN ( PRA PABRIKASI ).
Sebelum pembuatan bejana tekan dimulai, pabrik pembuat / pemanufaktur
harus memiliki pengesahan perencanaan/desain atau gambar rencana terlebih
dahulu dan semua sertifikat atau dokumen serta menetapkan prosedur kerja.
disamping itu lembar pengesahan harus diteliti secara cermat atau seluruh
persyaratan yang harus dilaksanakan pada pembuatan bejana tekan, baik
persyaratan teknis maupun administratif termasuk pembuatan laporan
pemeriksaan ( Inspection Report dan Lain-lain )
3. SERTIFIKAT MATERIAL
Semua bahan yang digunakan dalam konstruksi atau pembuatan bejana
tekan harus mempunyai sertifikat yang disyahkan oleh instansi atau badan yang
berwenang mengeluarkan sertifikat bahan
4. PROSEDUR PENGUJIAN PEMADATAN
Penelitian dilakukan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Indonesia, dan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Persiapan pengujian
b. Kalibrasi, tempat/daerah, kerja maksimum dari pedoman tekanan, temperatur
dan perekam tekanan
c.
d.
e.
f.
Medan uji
Cara pengisian dan pemadatan
Tekanan uji dan holding time
Cara pengosongan dan pembersihan
Bilamana karena sesuatu hal bejana tekan tidak memiliki dokumen teknis
yang lengkap ( hilang atau tidak lengkap ) dan bejana tekan tersebut akan
dipakai / dioperasikan, maka bejana tekan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan
khusus guna mengetahui apakah bejana tekan tersebut cukup memenuhi
persyaratan keselamatan kerja yang telah ditetapkan.
BAB
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada saat ini banyak perusahaan, baik perusahan swasta maupun BUMN
yang memakai Bejana Tekanan atau lazim disebut dengan Bejana Tekan.
Demikian pentingnya suatu Bejana Tekan di perusahaan-perusahaan
tertentu, sehingga banyak perusahaan yang terpaksa harus terhenti
proses produksi di pabriknya akibat Bejana Tekan
yang dipakainya
mengalami kerusakan.
Manfaat
atau
kegunaan
Bejana
Tekan
sedemikian
penting
pada
B.
TUJUAN PEMBELAJARAN
C. RUANG LINGKUP
Yang akan dipelajari dalam modul ini sbb :
1. Dasar hukum pengawasan / penerapan K3 Bejana Tekan.
2. Pengertian Bejana Tekan.
3. Jenis-jenis Bejana Tekan.
BAB II
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN
A.
DASAR HUKUM
B. PENGERTIAN
Dari peraturan perundangan K3 yang berlaku maka dapat dituliskan
beberapa pengertian sbb ;
1. Bejana Tekanan
Bejana tekanan ialah bejana selain pesawat uap didalamnya terdapat
tekanan yang melebihi tekanan udara luar, dan dipakai untuk nenampung
gas atau campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam
keadaan larut atau beku.
2. Alat Pengaman
Alat pengaman ialah semua alat perlengkapan bejana tekanan yang
ditujukan untuk melengkapi bejana agar pemakaiannya dapat digunakan
dengan aman.
BAB III
POKOK BAHASAN
yang
digunakan
sebagai
temperatur
sekitarnya
dan
dapat
menyerap
temperatur
zat
atau
temperatur ruangan yang lebih tinggi menjadi lebih rendah sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki.
ini
ditunjukkan
gambar
dari
Bejana
Tekan
berisi
Chlore
Gas pengoksid ini adalah suatu gas yang mungkin tidak mudah terbakar
tetapi
dapat
menghasilkan
oksigen
yang
dapat
mempermudah
6. Liquid Gases
Gas cair ini adalah suatu gas yang karena tekanan tertentu dapat berubah
menjadi cair mempunyai titik didih 900 C , tekanan 14,2 Psi.
7. Medical Gases
Gas untuk keperluan kesehatan ini adalah suatu gas yang digunakan
untuk keperluan kedokteran, sebagai contoh ; oksigen, udara tekan.
1. Konstruksinya
Konstruksi Bejana Tekan yang memenuhi syarat indikasinya antara lain
sbb ;
a. Jenis material memenuhi standar yang berlaku.
b. Tebal material tidak kurang dari hasil perhitungan kekuatan konstruksi berdasarkan formula yang diakui.
c. Kondisi material tidak terdapat cacat yang melebihi batas.
d. Sambungan las memenuhi syarat.
e. Untuk ketebalan pelat drum dan head dengan ketebalan tertentu telah
dilakukan heat treatmen setelah seluruh pengelasan selesai.
f. Pada hydrostatic Test tidak ditemui kebocoran, rembesan, keretakan atau
perubahan bentuk yang menetap.
2. Alat pengaman
Alat pengamannya
b. Kap pelindung
Kap atau tutup pelindung ini harus kuat dan baik dan diberi lubang
dengan garis tengah sekurang-kurangnya 6,5 mm atau apabila diberi dua
lubang maka garis tengahnya masing-masing tidak boleh kurang dari 5
mm.
dalam Kup pelindung dengan katup penutup tidak kurang dari 3 mm.
Kup pelindung ini harus selalu dipasangkan kecuali jika botol baja sedang
dipergunakan.
pada
botol-botol
baja
dengan
pipa
pengisi
yang
2). Keran cabang tiga yang mempunyai flens dengan garis tengah 40 mm
,tebal 5 mm.
b. Tingkap pengaman yang bekerja bilamana tekanan yang terjadi melebihi
tekanan tertinggi yang diizinkan.
c. Bejana Tekan ini harus dilengkapi alat anti guling, kecuali yang karena
pengangkutannya dan pemakaiannya tidak mungkin menggelinding.
Tanda pengenal ini harus permanen ( slugh letter ) pada head bejana
tekan, tetapi untuk pelat bejana tekan yang ketebalannya kurang dari 4
mm adalah dilarang dan dapat digantikan dengan pelat nama.
D. STANDAR WARNA
Untuk secara visual dapat membedakan isi media dalam suatu bejana
tekan sehingga sesuai dengan peruntukan yang dikehendaki, maka setiap
botol baja harus dicat dengan warna yang telah ditetapkan berdasarkan
peraturan perundangan K3 atau standar yang berlaku.
Dapat kita bayangkan bagaimana sendainya botol baja bercat warna abuabu yang tentunya berisi Nitrogen, kemudian oleh perusahaan distributor
gas dikirim ke rumah sakit yang semestinya yang dibutuhkan oleh rumah
sakit untuk pasien bukan nitrogen tetapi oksigen, maka akibatnya dapat
kita bayangkan.
Bejana tekan yang dipergunakan untuk menampung zat asam harus dicat
warna biru muda, untuk menampung gas yang mudah terbakar harus
dicat berwarna merah, untuk menampung gas beracun harus dicat
berwarna kuning dan untuk menampung gas beracun yang juga mudah
terbakar harus dicat berwarna kuning dan merah.
Untuk lebih rinci dan memudahkan peengelompokan tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
pengawasannya
secara
continue
oleh
Pengawas
Tenaga Kerja.
radiogaphy test atau ultrasonic test hanya boleh dilaksanakan oleh pihak
ketiga yang memiliki SKP yang syah
dari
Transmigrasi R.I.
2. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan ini wajib dilaksanakan sesuai standar pemeriksaan yang
berlaku
sebelum
pemakaiannya
sesuatu
oleh
instansi
Bejana
yang
Tekan
diterbitkan
berwenang
Pengesahan
Depnakertrans
Disnakertrans ).
Pada pemeriksaan pertama ini, kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas
pemeriksa/penguji tersebut meliputi ;
a. Pemeriksaan kelengkapan berkas permohonan.
b. Pemeriksaan visual konstruksi dan alat pengamannya.
c. Recalculation perhitungan kekuatan konstruksi dengan menggunakan formula yang diakui.
d. NDT kembali jika dianggap perlu dengan bantuan pihak ketiga.
e. Hydrostatic test
f. Pengujian katup penutup / tingkap pengaman.
3. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala untuk Bejana Tekan wajib dilaksanakan sekali setiap
lima tahun, untuk Bejana Tekan penampung Chlorine atau senyawa
chlorine minimal sekali setiap dua tahun.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus ini wajib dilaksanakan apabila ;
a. Terdapat kerusakan / reparasi
b. Modifikasi
c. Terjadi peledakan pada Bejana Tekannya.
Pemeriksaan awal, berkala dan atau khusus tersebut menurut peraturan
perundangan yang berlaku adalah wewenang Pengawas Ketenagakerjaan
spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan DEPNAKER/DISNAKER dan atau
AK3U spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan dari PJK3 yang ber SKP dari
Menteri Tenaga Kerja.
F. PERSYARATAN ADMINISTRATIF
1. Prosedur pembuatan Bejana Tekan
Pembuatan Bejana Tekan di Indonesia
harus
didahului
dengan
atas
berkas
permohonan
yang
disampaikan
oleh
pabrik
calon
pembuatanya.
Pabrik pembuat Bejana Tekan di Indonesia harus memiliki SKP yang masih
berlaku dari Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI.
Selama pembuatan diawasi terus menerus oleh Pengawas / AK3 yang
berwenang, dan setelah selesai maka kemudian harus dilengkapi dengan
berkas
laporan
pengawasan
pembuatan
yang
dilampiri
gambar
kerja tersebut, namun P3K bagi para korban harus segera dilakukan.
Dari pemeriksaan khusus ini dimaksudkan untuk memperoleh fakta sebabsebab yang mengakibatkan peristiwa tersebut sehingga jelas siapa yang
harus bertanggung jawab dan sebagai bahan masukan atau kajian
selanjutnya dalam rangka upaya pencegahan peristiwa yang serupa
diseluruh wilayah Republik Indonesia.
G.
spesialis
pesawat
uap
&
bejana
tekan
dari
tetapi
sebagaimana
lengkap,
jangka
dari sejumlah Bejana Tekan di sana, dimana disana terdapat 20 unit botol
baja berisi O2 dan 20 unit botol baja berisi Acetyllen.
10.Bagaimana cara membawa yang aman dan efisien terhadap sepasang
botol baja berisi O2 dan Acytellen secara mobil dari tempat kerja yang
satu ke tempat kerja yang lain di pabrik boiler soal nomor 9 tersebut
diatas.
BAB V
PENUTU P
Modul
ini
dibuat
secara
singkat
dan
padat,
namun
peserta
dapat
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Formulir Permohonan Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan.
2. Copy Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan
3. Copy contoh gambar konstruksi Bejana Tekan
4. Formulir pemeriksaan visual-internal Bejana Tekan
................,.....................
AK3U,
( .................................)
SKP No. ......................