Anda di halaman 1dari 85

Definisi-Definisi Dalam Perpipaan

Alloy Steel :
Baja yang memiliki sifat-sifat khusus yang lain dari carbon steel. Baja dapat dipertimbangkan
sebagai alloy steel jika unsur paduan mangan, silicon, dan tembaga melebihi sbb:
Mangan (Mn) = 1.65 %
Silicon (Si) = 0.60 %
Tembaga (Cu) = 0.60 %
Disamping itu juga ditambahkan unsur paduan lain dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan
efek paduannya sesuai dengan batasan alloy steel yang telah diakui. Unsur paduan antara lain sbb:
Aliminium (Al), Booron (Br), Chromium (Cr) sampai 3.99 %, Cobalt (Co), Columbium (Cb),
Molybdenum (Mo), Nickel (Ni), Titanium (Ti), Tungsten (Ts), Vanadium (Va), Zirconium (Zr).
Anchor :
Jenis pipe support (restraint) yang tidak mengijinkan pipa bergerak baik translasi (lurus)
maupun rotasi (putaran).
Backing Ring :
Cincin (ring) yang digunakan dalam pengelasan untuk mencegah masuknya spatter las ke
dalam pipa dan untuk meyakinkan penetrasi pengelasan secara penuh pada dinding pipa bagian
dalam.
Base metal :
Logam yang akan dilas, disolder atau dipotong.
Branch Connection :
Cabang pipa yang ditambahkan terhadap pipa utama dengan atau tanpa penggunaan fitting.
Carbon Steel :
Baja dengan sifat-sifat khusus berdasarkan kandungan unsur carbon (C)-nya. Unsur paduan
tidak boleh melebihi sbb: mangan (Mn) 1.65 % max., Silicon (Si) 0.60 % max., Tembaga (Cu) 0.60 %
max.
Cold Bending :
Proses pembengkokan pipa sampai radius tertentu yang dilakukan pada temperatur kamar
atau dengan pemanasan dibawah temperatur transformasi atau perubahan fase. Biasanya radius
bengkokan adalah 5X diameter pipa.
Companion Flange :
Flange yang sesuai untuk disambung dengan flange lain atau valve dan fitting dengan ujung
flange.
Deposited Metal :
Logam isian yang telah ditambahkan pada proses pemgelasan.
Header :
Pipa atau fitting yang mana beberapa pipa cabang (branch) disambungkan.
Hot Bending :
Proses pembengkokan pipa sampai radius tertentu dengan pemanasan sampai temperatur
tinggi yang sesuai dengan pekerjaan panas.

Hot Taps :
Pembuatan sambungan pipa cabang (branch) yang dilakukan pada saat system perpipaan
dalam kondisi operasi.
Interpass Temperature :
Temperatur minimal atau maksimal yang diperlukan pada deposited weld metal sebelum
dimulai pengelasan ke pass selanjutnya pada pengelasan multiple-pass.
Piping :
Rangkaian dari komponen perpipaan yang digunakan untuk mengalirkan, mendistribusikan,
mencampur, memisahkan, mengeluarkan, mengukur, mengontrol aliran fluida.
Piping Components :
Elemen mekanikal yang sesuai untuk disambung atau dirangkai sehingga menjadi sistem
perpipaan yang kokoh untuk fluida bertekanan.
Piping System :
Sistem perpipaan yang disambung dengan setelan atau kondisi desain yang sama.
Post Weld Heat Treatment (PWHT) :
Proses perlakuan panas setelah pengelasan untuk menghilangkan tegangan sisa yang terjadi
selama proses pengelasan.
Preheating :
Pemanasan terhadap base metal sampai temperatur tertentu sebelum pengelasan dimulai.
Seamless Pipe :
Pipa yang dibuat tanpa klem pengelasan. Pipa diproduksi malalui proses pierching billet yang
diikuti dengan pengerolan (rolling) dan atau drawing.
Stainless Steel :
Baja paduan yang memiliki sifat tahan terhadap korosi yang luar biasa. Unsur paduan yang
utama adalah Nickel (Ni) dan Chromium (Cr).

ASME
ASME (American Society of Mechanical Engineers)

(ASME) adalah salah satu organisasi yang terkemuka di dunia, yang mengembangkan
dan menerbitkan kode dan standar. ASME mendirikan sebuah komite pada tahun 1911 untuk
merumuskan aturan untuk pembangunan ketel uap (steam boilers) dan bejana tekan (pressure
vessels) lainnya. Komite ini sekarang dikenal sebagai Komite ASME Boiler & Pressure
Vessel, dan bertanggung jawab untuk Kode ASME Boiler dan Pressure Vessel. Selain itu,
ASME telah membentuk komite lainnya yang mengembangkan berbagai kode dan standar

lainnya, seperti ASME B31, Kode untuk Pressure Piping. Komite ini mengikuti prosedur
terakreditasi oleh American National Standards Institute (ANSI).
Salam, Septian Rio

Kode ASME Boiler & Pressure Vessel mengandung 11 bagian:


Bagian I - Power Boilers
Bagian II - Material Specifications
Bagian III - Rules for Construction of Nuclear Power Plant Components
Divisi 1 Nuclear Power Plant Components
Divisi 2 Concrete Reactor Vessel and Containments
Divisi 3 Containment Systems and Transport Packaging for Spent
Nuclear Fuel and High-Level Radioactive Waste
Bagian IV - Heating Boilers
Bagian V - Nondestructive Examination
Bagian VI - Recommended Rules for Care and Operation of Heating Boilers
Bagian VII - Recommended Rules for Care of Power Boilers
Bagian VIII - Pressure Vessels
Divisi 1 Pressure Vessels
Divisi 2 Pressure Vessels (Alternative Rules)
Divisi 3 Alternative Rules for Construction of High-Pressure Vessels
Bagian IX - Welding and Brazing Qualifications
Bagian X - Fiber-Reinforced Plastic Pressure Vessels
Bagian XI - Rules for In-Service Inspection of Nuclear Power Plant
Components

Bagian, I, II, III, IV, V, VIII, IX, dan XI menetapkan aturan dan persyaratan untuk pipa.
Bagian II, V, dan IX adalah bagian tambahan dari kode karena mereka tidak memiliki

yurisdiksi mereka sendiri kecuali dipanggil oleh referensi dalam kode Rekor untuk
konstruksi, seperti Bagian I atau III.
ASME Bagian I - Power Boilers
Cakupan
ASME Bagian I memiliki jumlah wilayah administratif dan tanggung jawab teknis untuk
boiler. Piping didefinisikan sebagai boiler external piping (BEP) diperlukan untuk memenuhi
sertifikasi wajib oleh simbol kode stamping, formulir data ASME, dan persyaratan inspeksi
resmi,
yang
disebut
Administrasi
Yurisdiksi dari ASME Bagian I, namun harus memenuhi teknis.

ASME Bagian II - Material Specifications


Cakupan
ASME Bagian II terdiri dari empat bagian, tiga di antaranya berisi spesifikasi bahan dan
keempat sifat bahan yang dipakai untuk pembangunan dalam lingkup berbagai bagian dari
kode ASME Boiler & Pressure Vessel dan ASME B31, Kode untuk Pressure Piping. Oleh
karena itu, ASME bagian II dianggap sebagai bagian tambahan dari kode.
Bagian A: Spesifikasi Material Ferrous. Bagian A berisi spesifikasi bahan untuk pipa baja,
flange, plat, bahan perbautan, coran dan tempa. Spesifikasi ini diidentifikasi dengan awalan
SA diikuti oleh Nomor seperti SA-53 atau SA-106.
Bagian B: Spesifikasi Bahan Nonferrous. Bagian B berisi spesifikasi bahan untuk aluminium,
tembaga, nikel, titanium, zirkonium, dan paduan. Spesifikasi ini diidentifikasi oleh awalan
SB diikuti oleh Nomor seperti SB-61 atau SB-88.
Bagian C: Spesifikasi untuk Welding Rods, Elektroda, dan Filler Logam. Bagian C berisi
spesifikasi bahan untuk batang las, elektroda dan bahan pengisi, bahan mematri, dan
sebagainya. Spesifikasi ini diidentifikasi dengan awalan SFA diikuti oleh Nomor seperti SFA5.1 atau SFA-5.27.
Bagian D: Properties. Bagian D mencakup sifat material dari semua bahan yang diijinkan per
Bagian I, III, dan VIII dari kode ASME Boiler & Pressure Vessel. Sub 1 berisi tegangan ijin
dan desain tabel intensitas tegangan untuk besi dan bahan nonferrous dari pipa, fitting, plat,
baut, dan sebagainya. Selain itu, memberikan kekuatan tarik dan nilai-nilai kekuatan luluh
untuk besi dan bahan nonferrous, dan daftar faktor untuk membatasi regangan permanen
nikel,
paduan
nikel
tinggi,
dan
baja
paduan
tinggi.
Sub 2 Bagian D memiliki tabel dan grafik memberikan sifat fisik, seperti koefisien ekspansi
termal, modulus elastisitas, dan data teknis lainnya yang diperlukan untuk desain dan
konstruksi dari tekanan yang mengandung komponen tersebut.
ASME Bagian III - Rules for Construction of Nuclear Power Plant
Components

Cakupan
Divisi 1 dari ASME Bagian III berisi persyaratan untuk perpipaan diklasifikasikan sebagai
ASME Kelas 1, Kelas 2, dan Kelas 3. ASME Bagian III tidak menggambarkan kriteria untuk
mengelompokkan pipa ke Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3, melainkan menetapkan persyaratan
untuk desain, bahan, fabrikasi, instalasi, pemeriksaan, pengujian, inspeksi, sertifikasi, dan
stamping sistem perpipaan setelah diklasifikasikan Kelas 1, Kelas 2, atau Kelas 3 didasarkan
pada
kriteria
desain
yang
berlaku
dan
Panduan
Peraturan
1.26,
Kelompok Klasifikasi Kualitas dan Standar Air-uap, dan Radio-Limbah- Mengandung
Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Subbagian NB, NC, ND dan ASME III
menentukan persyaratan konstruksi untuk komponen Kelas 1, Kelas 2, dan Kelas 3, termasuk
pipa, masing-masing. Ayat NF mengandung konstruksi persyaratan untuk mendukung
komponen, dan baru ditambahkan Ayat NH mengandung persyaratan untuk Komponen Kelas
1 dalam Layanan LevelSuhu. Ayat NCA, yang umum untuk Divisi 1 dan 2, menetapkan
persyaratan umum untuk semua komponen dalam lingkup ASME Bagian III. Divisi 3 dari
ASME
Bagian
III
adalah
tambahan
baru
untuk
kode
dan
berisi
persyaratan untuk sistem penahanan dan kemasan transportasi untuk menghabiskan nuklir
bahan bakar dan limbah radioaktif tingkat tinggi. Persyaratan konstruksi untuk ASME Kelas
1, Kelas 2, dan Kelas 3 perpipaan didasarkan pada gelar mereka yang penting bagi
keselamatan, dengan Kelas 1 pipa menjadi sasaran dengan persyaratan paling ketat dan Kelas
3
dengan
persyaratan
ketat
setidaknya.
Perlu dicatat bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir memang memiliki sistem perpipaan
selain ASME Kelas 1, Kelas 2, dan Kelas 3, yang dibangun untuk kode selain ASME Bagian
III. Sebagai contoh, sistem perpipaan proteksi untuk kebakaran yang dibangun oleh National
Fire Protection Association (NFPA), dan sebagian besar sistem perpipaan non-nuklir
dibangun untuk ASME B31.1, Kode Pressure Piping. Ketika bergabung sistem perpipaan atau
komponen dari klasifikasi yang berbeda, semakin ketat persyaratan yang mengatur, kecuali
bahwa hubungan antara pipa dan komponen lain seperti vessel, tank, heat exchanger, dan
katup akan dianggap sebagai bagian dari pipa. Misalnya, las-lasan antara valve ASME Kelas
1 dan pipa ASME Kelas 2 harus dilakukan sesuai dengan persyaratan Ayat NC, yang berisi
aturan untuk komponen ASME Kelas 2, termasuk perpipaan.
ASME Bagian V - Nondestructive Examination
cakupan
ASME Bagian V terdiri dari Sub-bagian A dan Bagian B, lampiran wajib dan non wajib. Ayat
A melukiskan pemeriksaan metode non destruktif, dan Bagian B berisi berbagai standar
ASTM meliputi metode pemeriksaan non destruktif yang telah diadopsi sebagai standar.
Standar yang terkandung dalam ayat B adalah untuk informasi saja dan non wajib kecuali
khusus dirujuk dalam keseluruhan atau sebagian dalam ayat A atau direferensikan di lain
bagian kode dan kode lain, seperti ASME B31, Kode Pressure Piping. Untuk non destruktif,
persyaratan pemeriksaan dan metode wajib termasuk dalam ASME Section Vare sejauh
mereka dipakai oleh kode dan standar lainnya atau dengan spesifikasi pembeli. Misalnya,
ASME Bagian III memerlukan beberapa pemeriksaan pengelasan, radiografi harus dilakukan
sesuai dengan Pasal 2 dari ASME Bagian V.5

ASME Bagian V tidak mengandung standar kelulusan untuk metode pemeriksaan non
destruktif yang tercakup dalam ayat A. Kriteria penerimaan atau standar harus sebagaimana
yang terkandung dalam kode referensi atau standar.

ASME Bagian VIII - Pressure Vessels


cakupan
Aturan ASME Bagian VIII merupakan persyaratan konstruksi untuk Pressure Vessel.
Divisi 2 dari ASME Bagian VIII menjelaskan aturan alternatif pembangunan persyaratan ke
Divisi 1. Namun, ada beberapa perbedaan antara lingkup dari dua divisi. Baru-baru ini
ditambahkan Divisi 3 memberikan Alternatif Aturan untuk Pembangunan High Pressure
Vessels. Aturan ASME Section VIII berlaku untuk flange, baut, penutupan, dan perangkat
pressure relieving dari sistem perpipaan kapan dan di mana diperlukan oleh kode yang
mengatur pembangunan pipa. Misalnya, ASME B31.1 mensyaratkan safety valve dan relief
valve pada pipa eksternal non boiler, kecuali untuk reheat katup pengaman, harus sesuai
dengan persyaratan ASME Section VIII, Divisi 1, UG-126 melalui UG-133.

ASME Bagian IX - Welding and Brazing Qualifications


cakupan
ASME Bagian IX terdiri dari dua bagian-bagian QW dan Bagian QB, yang masing-masing
berhubungan dengan pengelasan dan mematri. Selain itu, ASME Section IX berisi lampiran
wajib
dan
non
wajib.
Persyaratan ASME Section IX berhubungan dengan kualifikasi juru las, las operator, brazers,
dan operator mematri dan prosedur yang digunakan dalam pengelasan dan mematri. Mereka
menetapkan kriteria dasar untuk pengelasan dan mematri diamati dalam persyaratan
persiapan pengelasan dan mematri yang mempengaruhi prosedur dan kinerja. ASME Bagian
IX adalah kode tambahan. Persyaratan ASME Bagian IX berlaku bila direferensikan oleh
kode yang mengatur atau standar, bila ditentukan dalam spesifikasi pembeli. Hal ini biasanya
dirujuk dalam bagian lain dari Kode ASME Boiler & Pressure Vessel dan ASME B31, Kode
Pressure Piping.
ASME Bagian XI - Rules for In-Service Inspection of Nuclear Power Plant
Components
cakupan
ASME Bagian XI terdiri dari tiga divisi, masing-masing mencakup aturan untuk pemeriksaan
dan pengujian komponen dari berbagai jenis pembangkit listrik tenaga nuklir. Ketiga divisi
adalah sebagai berikut:
ASME Bagian XI, Divisi 1: Aturan untuk Inspeksi dan Pengujian Komponen Light - Water Cooled Plants
ASME Bagian XI, Divisi 2: Aturan untuk Inspeksi dan Pengujian Komponen Gas - Cooled

Plants
ASME Bagian XI, Divisi 3: Aturan untuk Inspeksi dan Pengujian Komponen Liquid - Metal Cooled Plants.
Sejak penerbitan edisi pertama ASME Bagian XI tahun 1971, perubahan dan penambahan
signifikan telah dimasukkan, dan dengan demikian, organisasi versi terbaru dari ASME
Bagian XI, Divisi 1, jauh berbeda dari edisi pertama.
ASME Bagian XI, Divisi 1, memberikan aturan dan persyaratan untuk in-service inspeksi dan
pengujian ringan air pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir. Mengidentifikasi aturan dan
persyaratan yang tunduk pada pemeriksaan, tanggung jawab daerah, ketentuan untuk
aksesibilitas dan inspectability, metode dan prosedur pemeriksaan, kualifikasi personil,
frekuensi pemeriksaan, pencatatan dan laporan persyaratan, Prosedur untuk mengevaluasi
hasil pemeriksaan, disposisi berikutnya hasil evaluasi, dan persyaratan perbaikan. Divisi 1
juga
menyediakan
untuk
desain,
fabrikasi,
instalasi,
dan
inspeksi
pengganti. Kewenangan Divisi 1 dari ASME Bagian XI meliputi individu komponen dan
pembangkit listrik lengkap yang telah memenuhi semua persyaratan kode konstruksi, dimulai
pada saat itu ketika persyaratan kode konstruksi telah dipenuhi, terlepas dari lokasi fisik.
Ketika bagian-bagian dari sistem atau plant selesai pada waktu yang berbeda, yurisdiksi
Divisi 1 hanya meliputi bagian-bagian di mana semua kode persyaratan konstruksi telah
dipenuhi.
Aturan
ASME
Bagian
XI
berlaku
untuk
ASME
Kelas 1, 2, 3, dan komponen MC, struktur dukungan inti, pompa, dan katup. Aturan ASME
Bagian XI, Divisi 1, berlaku untuk modifikasi yang dilakukan ASME Komponen III setelah
semua persyaratan kode konstruksi asli telah dipenuhi. Aturan ASME Bagian XI, Divisi 1,
berlaku untuk sistem, bagian-bagian dari sistem dan komponen, awalnya tidak dibangun
untuk persyaratan ASME Bagian III, namun berdasarkan kepentingan mereka untuk
keselamatan jika mereka diklasifikasikan sebagai ASME Kelas 1, 2, 3, dan MC.

Piping Codes & Standards

PIPING CODES
Piping Codes mendefinisikan beberapa hal yang berkaitan dengan pipa maupun sistem
perpipaan antara lain :

Kebutuhan Desain
Fabrikasi

Pemilihan Material

Pengujian dan Inspeksi

PIPING STANDARDS
Piping Standards mendefinisikan aplikasi desain, tata cara tentang konstruksi atau
pemasangan, serta persyaratan yang dibutuhkan pada berbagai komponen perpipaan seperti
flange, elbow, tee, valve, dll.

ORGANISASI INTERNASIONAL YANG MEMBUAT PIPING CODES &


STANDARDS

ANSI (American National Standard Institute)


ASME (American Society of Mechanical Engineers)

API (American Petroleum Institute)

JIS (Japanese Industrial Standards)

DIN (Deutsches Institut fur Normung) the German Institute for Standardization

ISO (International Organization for Standardization)

DNV (Det Norske Veritas)

NACE (National Association of Corrosion Engineers)

ASME B31 - Standards of Pressure Piping

B31.1 - 2001 - Power Piping


B31.2 - 1968 - Fuel Gas Piping
B31.3 - 2002 - Process Piping
B31.4 - 2002 - Pipeline Transportation Systems for Liquid Hydrocarbons and Other Liquids
B31.5 - 2001 - Refrigeration Piping and Heat Transfer Components
B31.8 - 2003 - Gas Transmission and Distribution Piping Systems
B31.8S-2001 - 2002 - Managing System Integrity of Gas Pipelines
B31.9 - 1996 - Building Services Piping
B31.11 - 2002 - Slurry Transportation Piping Systems
B31G - 1991 - Manual for Determining Remaining Strength of Corroded Pipelines

selamatmalam menjelang tidur,,, :)


dipostingan kali ini gw mw nyoba nerangin sedikit ilmu yang berhubungan dengan bidang
yang gw pelajari sekarang yaitu welding insustri. salah satu nya ialah tentang ASME IX , apa
itu ASME IX nanti akan dijelasin penjelasan dan tujuannya di bawah. sedikit gambaran,
ASME IX itu adalah suatu parameter atau standar yang penting sekali dalam bidang welding
ini. so' cek it dot..
disini gw jelasin ga asal japlak ngarang gw sendiri,,gw jelasin sesuai sumber dan gw kasih
tranlist nyah,,bahasa inggris bersumber dari standar dan bahasa indonesia adalah penjelasan
maskud dan tujuan nya.
"Asme boiler and pressure vessel code, section IX adalah dokumen yang tidak mudah untuk
digunakan. Saya telah bekerja dengan section IX selama hampir 40 tahun dan telah
bergabung dengan komite sction IX (section IX subcommittee (SCIX) selama 30 tahun. Saya
telah banyak mendapatkan pelajaran bagus tentang sulitnya penggunaan section IX dari
beberapa masalah dan pertanyaan yang terkirim kepada SCIX dan juga selama beberapa
tahun memberikan instruksi kepada pengguna kode.
Saya selalu empati kepada pengguna kode. Kode bukanlah sebuah buku pedoman
bagaimana untuk (how to) tapi suatu aturan minimum untuk kualifikasi dari welder dan
prosedur-prosedurnya. Code tidak menyebut atau berisi semua aspek dari aktivitas
konstruksi. Code membolehkan pengguna kode fleksibel dalam mengontrol kualifikasi, dan
maka dari itu kode atau aturan aturan diperkenalkan dalam gaya,bahasa atau cara yang
umum.

Saya selalu ingin menulis tentang section IX ini. Selama berada di subcommittee IX lebih
lama dari yang lainnya, saya paksakan untuk menulis sebuah buku, dalam bagian, untuk
menjaga sejarah pandangan dari section IX. Tapi saya juga ingin menulis buku untuk banyak
pengguna kode yang belum mendapatkan kesempatan untuk menghadiri dan mendapat
manfaat dari pertemuan subcommittee IX selama 30 tahun ini. Saya rasa sayan bisa
memberikan kepada pengguna basic untuk mendengarkan pengertian bagaimana
menggunakan section IX ini.
Banyak pengguna kode dengan macam-macam keahliannya dan telah bersungguh sungguh
membenahi untuk melakukan semuanya dengan benar. Section IX adalah salah satu dari
banyaknya aturan dalam kertas kerja dimana harus berintregasi dengan keahlian mereka.
Saya sudah mempersiapkan buku ini untuk para pengguna yang spealisasinya bukan dalam
pengelasan(welding). Saya harap buku ini memberikan secara jelas dan ringkas jadi para
pengguna dapat menggunakan dengan basic welding mereka dengan mudah. Buku ini juga
secara detail dan berinterpretansi secara jelas dari setiap pengalaman pengguna kode."
Michael J.Houle
Introduction
Section IX to the ASME Boiler and Pressure Vessel Code is a standard, prepared by America
of mechanical engineers (ASME) bolier and pressure vessel committe. ASME standards have
been adopted as law by most states, provinces, some cities, and by company policy, which
makes it mandatory for these standards to be followed in the fabrication and repair of
pressure retaining items.
Standar asme boiler dan bejana tekan seksi IX yang dibuat oleh komite asme boiler dan
bejana tekan. Asme standar telah mengadopsi dan menyetujui dari banyak Negara, provinsi,
beberapa kota dan perusahaan, dimana pembuatan standar ini diperintahkan untuk diikuti
dalam kegiatan fabrikasi dan repair produk bertekanan.
Section IX specifies the requirements for the qualification of welders and the welding
procedure specification employed when welding in accordance with the asme boiler and
pressure code, and the asme B31 code for pressure piping.
Seksi IX menetapkan syarat-syarat untuk kualifikasi welder dan pengerjaan WPS dimana
pengelasan mengikuti dengan asme boiler dan pressure kode, dan asme B31 code untuk pipa
bertekanan.
Qualification of welders and the welding procedure specifications they will use in code
construction involves a great many factors that are difficult to outline in a code or standard.
Tha Casti guide book pressure vessel code section IX welding and brazing qualifications.
Pengkualifikasian dari welder dan wps yang mereka gunakan dalam kode kontruksi
melibatkan banyak factor membuat kesulitan dalam penguraian code atau standard. The
casti guide book untuk asme section IX welding qualification adalah guide atau panduan
untuk keperluan penggunaan dari asme boiler dan pressure vessel code section IX welding
ang brazing qualification.
Note: the preface of section ix contains an informative historical perspective on the
development of current code rules.
Catatan: pendahuluan dari seksion IX berisi informasi pandangan sejarah dalam
perkembangan zaman tentang peraturan code.
There are three steps involved in qualifying welders and welding procedure specifications for
code construction.
Ada tiga tahap dalam mengkualifikasi welder dan wps untuk code construction.
1. The first step requires the code user to prepare welding procedure specification (wps). The
wps must contain the minimum requirements that are specified by the reference code. The
wps is intended to provide guidance for welding by specifying ranges for each variable. The

wps must be supported by a procedure qualification record (pqr). See the second step and
chapter 6.
Tahap pertama mewajibkan pengguna kode untuk mempersiapkan welding procedure
specification (wps). Wps harus berisi persyaratan minimal yang telah ditetapkan referensi
kode. Wps adalah bertujuan untuk memberikan range(jarak) spesifikasi pengelasan untuk
beberapa variable. Wps harus didukung oleh procedure qualification record (pqr). Lihat
tahap kedua dan bagian 6.
2.

The second step requires the code user to qualify the wps by welding procedure qualification
test coupons. The code user must record the variables and tests used, and must certify the
tests and test results on a pqr. See chapter 7
Tahap kedua menentukan pengguan kode untuk mengkualifikasi sebuah wps dari test kupon
(tes sampel material) dari wps tersebut. Pengguna kode harus merecord variable dan
pemakaian tes dan harus mensertifikasi test tersebut dan hasil tes tersebut tercantum dalam
PQR. Lihat bagian 7.

3.

The third step requires the code user to qualiy the performance of the welders by welding
performance qualification test coupons. The code user must record the variables and tests
used, specify the variable ranges qualified, and must certify the tests and tests results in
welders performance qualification (WPQ) record. See chapter 10.
Tahap ke tiga menentukan pengguna kode untuk mengkualifikasi performa welder dari
pengelasan test kupon. Pengguna kode harus merecord variable dan tes yang digunakan,
spesifikasi range variable dan harus mensertifikasi tes dan hasil tes welder performance
qualification record (wpq). Lihat bagian 10
The majority of the rules in section ix involve one of these three documents, the wps, pqr or
wpq. The authors have found the biggest source of confusion with section ix, is the mixing of
the rules between these three documents. This guide uses of four column tables to outline
how each topic, example, or application applies to the wps, pqr or wpq. See table 1.1. a given
topic, example, or application may apply to all three documents, while others may only apply
to one or two of the documents. The user od this guide is advised to review and understand
each of these documents, and always keep in mind which document is being addressed. See
table 1.2 for an overview of each of these three documents, and how they apply to a welding
application.
Sebagian besar dari peraturan dalam seksion IX ini berhubungan dengan tiga dokumen ini,
WPS, PQR atau WPQ. Penulis telah menemukan permasalahan terbesar yang membuat
kebingungan terhadap seksi Sembilan ini, adalah bercampurnya kode2 atau aturan diantara
ketiga document ini. Buku panduan ini menggunakan 4 tabel kolom untuk menjelaskan topic
ini, dengan contohnya atau penggunaan aplikasi dari ketiga dokumen tersebut yaitu wps,
pqr, atau wpq. Lihat table 1.1. pemberian topic, contoh atau aplikasi yang menggunakan
semua ketiga dokumen ini, dimana mungkin ada yang hanya menggunakan satu atau 2
dokumen saja. Pengguna dari buku panduan ini menjelaskan dalam hal pemeriksaan
(review) dan pengertian dari ketiga dokumen ini dan selalu mengingatkn dimana dokumen
ini di gunakan/ditempatkan.

Piping Engineering

Untuk menjadi seorang desainer perpipaan minimal harus tahu tentang (tidak harus dalam
urutan ini):
1. cara membaca P & ID, yaitu mengetahui proses plant.
2. drafting practices: yaitu susunan gambar dan proses gambar revisi.
3. pengembangan plot plan.
4. pemahaman dasar cairan dan aliran fluida.
5. bahan dan spesifikasi pipa pipa.
6. penerapan standar perusahaan (company standards): shoes, anchors, guides, base ell
supports, dummy legs, dll.
7. penerapan standar klien (client standards): clearances, platforms, operation, maintenance,
dll.
8. arti kelas pipa (piping classes), misalnya 150, 300, dll.
9. arti piping schedules dan berat pipa, misalnya sch. 40, 80, dll.
10. koneksi pipa, yaitu threaded, socket-weld, butt weld & flanged dan perlengkapan terkait
untuk mencapai hal ini.
11. dasar praktek las dan pengelasan simbologi.
12. jenis valve dan mengapa dan di mana mereka digunakan.
13. berbagai jenis equipment dan fungsi / operasi mereka.
14. bagaimana design pipa dengan berbagai jenis equipment.
15. fungsi dan instalasi yang dibutuhkan dari berbagai jenis instrument.
16. tujuan dan cara membuat dimensi gambar general arrangement.
17. tujuan dan cara membuat isometrik, spool fabrikasi, pengelasan lapangan, dan spool
ereksi.
18. desain modul, fabrikasi dan ereksi.
19. pelaksanaan konstruksi.
20. pemahaman dasar tentang stress analysis.
21. kode keamanan dan praktek (Manajemen Keselamatan Proses, keselamatan kerja
konstruksi, dll)
Beberapa hal yang Anda harus pahami:
Mendefinisikan lingkup rekayasa Piping cukup sulit. Karena luas: Process piping, off-shore
piping, underground piping, sub-sea piping, cross-country piping, Nuclear piping, Mineral
industry piping, Lined piping, Low & high temperature piping, dll.
Pentingnya perpipaan Dalam "normal" plant (ada yang dibangun khusus, peralatan biaya

tinggi) pipa (desain, rekayasa, ereksi, pengujian, dll) merupakan 30% sampai 45% total biaya
plant. Oleh karena itu, jika Anda menggunakan desain yang baik & praktek rekayasa, Anda
bisa segera menghemat 5% dari biaya plant (3% tabungan selalu ada). Jika Anda menghitung
jumlah ini, pasti besar & karena pentingnya ketepatan harus diberikan kepada perpipaan pada
semua tahap.
Pentingnya dan keterbatasan alat canggih pemodelan 3D. Ada banyak software 3D modeling
digunakan secara luas dalam industri pipa. PDS, PDMS, Bentley,Cadworx,SP3D,SM3D, dll.
Jangan dulu terburu-buru untuk belajar perangkat tersebut. Software tsb sangat baik, tetapi
alat yang baik hanya bila operator tahu bagaimana menggunakannya jika anda sudah mahir
dalam desain perpipaan.
Beberapa tugas atau disiplin terpisah meliputi
Piping layout & design engineering Seseorang di department ini disebut "Piping Design
Engineer" atau "Piping desainer" .. Jika Anda ingin berada di bidang ini, Anda harus pandai
kode Internasional, kemampuan tata letak dengan visi untuk operasi sehari-hari, metode
pemeliharaan, ereksi, metode pembongkaran, dll. Bidang ini membutuhkan lebih banyak akal
sehat daripada keterampilan teknik. Bidang ini juga mencakup, teknik Pra-bid (engineering
Proposal), rekayasa konseptual, teknik dasar dan rekayasa.
Piping stress analysis - Seseorang di department ini disebut "Piping stres Engineer" atau "
Piping flexibility engineer ". Jika Anda ingin berada di bidang ini, Anda harus pandai
keterampilan analisa tegangan menggunakan software CAEPIPE, Caesar, Autopipe, dll.
Piping material & specifications engineering - Seseorang di department ini disebut " Piping
Material engineer " atau "Piping Spec. Engineer ". Jika Anda ingin berada di bidang ini, Anda
harus mengerti baik pada bahan & sifat mereka, pengetahuan mendalam tentang kode
internasional (ASME / API / ASTM/ ANSI dll), pengetahuan yang baik teknik korosi &
pengetahuan yang sangat baik tentang penggunaan yang tepat dari valve & fitting.
Piping fabrication, erection & quality control engineering - Seseorang di department ini
disebut "Piping site engineer" atau " Piping field engineer ". Jika Anda ingin berada di bidang
ini, Anda harus baik pada keterampilan kontrol kualitas (NDT / NDE inspeksi), penjadwalan
kerja & kemajuan keterampilan pemantauan, berurusan dengan ereksi kontraktor setiap hari,
dll.
Jangan berpikir bahwa empat bidang di atas adalah independen. Mereka saling tergantung.
Bahkan jika Anda berada di salah satu bidang di atas, Anda perlu tahu semua empat bidang
berfungsi dengan baik sebagai insinyur yang handal. Itulah mengapa jangan membuat pikiran
untuk hanya mengejar salah satu dari bidang di atas.

Pengenalan Piping & Pipeline

http://www.pembangkitlistrik.com/desain-pressure-dan-wall-thickness-pipa-menurut-asmeb31-1-power-piping/#more-529

enis-jenis ketel uap


KLASIFIKASI KETEL UAP
Klasifikasi ketel uap ada beberapa macam, untuk memilih ketel uap harus
mengetahui klasifikasinya terlebih dahulu, sehingga dapat memilih dengan benar
dan sesuai dengan kegunaannya di industri. Karena jika salah dalam pemilihan ketel
uap akan menyababkan penggunaan tidak akan maksimal dan dapat menyebabkan
masalah dikemudian harinya.

Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa

a. Ketel Pipa api ( Fire tube boiler )

Pada ketel pipa api, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan ketel ada di dalam
shell untuk dirubah menjadi steam. Ketel pipa api biadanya digunakan untuk
kapasitas steam sampai 14.000 kg/jam dengan tekanan 18 kg/cm2. Ketel pipa api
dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bkar padat dalam
operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar ketel pipa api dikontruksi
sebagai paket boiler ( dirakit pabrik )untuk semua bahan bakar.

b. Ketel pipa air ( water tube boiler )

Pada ketel pipa air, air diumpankan boiler melalui pipa-pipa masuk kedalam drum.
Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk steam pad
daerah uapdalam drum. Ketel ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam
sangat tinggi seperti pada kasus ketel untuk pembangkit tenaga. Ketel yang modern
dirancang dengan kapasitas steam antar 4.500 12.000 ton/jam, dengan tekanan
sangat tingi. Banyak ketel pipa air yang dikontruksikan secara paket jika digunankan
bahan bakar minyak bakar dan gas.
untuk ketel pipa air yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik ketel pipa air sebagai berikut:
a.Fored, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran.
b.Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
c. Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.

Berdasarkan pemakaiannya

a. Ketel stasioner ( stasionary boiler ) atau ketel tetap


yang termasuk stasioner adalah ketel-ketel yang didudukan pada suatu pondasi yang
tetap, seperti ketel untuk pembangkitan tenaga, untuk industri dll

b, ketel mobil ( mobile boiler ), ketel pndah / portable boiler


yang termasuk ketel mobil adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang
berpindah-pindah (mobil ), seperti boiler lokomotif, loko mobile dan ketel panjang
serta lain yan sepertinya termasuk ketel kapal ( marine boiler )

Berdasarkan letak dapur (furnace posisition )

a. Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler )


dalam hai ini dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel . kebanyakan
ketel pipa api memakai system ini

b. Ketel dengan pembakaran di luar ( outernally fired steam boiler )


dalam hai ini dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel . kebanyakan
ketel pipa air memakai system ini

Berdasarkan jumlah lorong (boiler tube )

a. Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler ).


pada single tube steam boiler, hanya terdapat 1 lorong saja, lorong api maupun
lorong air. Cornish boiler adalah single fire tube boiler dan simple vertikal boiler
adalah single water tube boiler.

b. Ketel dengan lorong ganda ( multi tube steam boiler )


multi fire tube boiler misalnya ketel scotch dan multi water tube boiler misalnya ketel
B dan W dll

Berdasarkan pada porosnya tutup drum (shell)


a. Ketel tegak ( vertikal steam boiler ), seperti ketel cocharn, ketel clarkson dll

b. Ketel mendatar ( horizontal steam boiler ), seperti ketel cornish, lancashire, scotch
dll.

Berdasarkan bentuk dan letak pipa


a ketel dengan pipa lurus, bengok dan berllekak-lekuk ( stright, bent and sinous
tubeler heating surface )

b. ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak ( horizontal, inclined or vertical
tubeler heating surface )

Berdasarkan peredaran air ketel ( water circulation )

a. Ketel dengan peredaran alam ( natural circulation steam boiler )


pada natural circulation boiler, peredaran air dalam ketel terjadi secara alami yaitu
air yang ringan naik, sedangkan terjadilah aliran aliran conveksi alami. Umumnya
ketel beroperasi secara aliran alami, seperti ketel lancashire, babcock & wilcox

b. Ketel dengan peredaran paksa ( forced circulation steam boiler )


pada ketel dengan aliran paksa, aliran peksa diperoleh dari sebuah pompa
centrifugal yang digerakkan dengan elektric motor misalnya la-mont boiler, benson
boiler, loeffer boiler dan velcan boiler.

Berdasarkan tekanan kerjanya


a.tekanan kerja rendah
b.tekanan kerja sedang

: 5 atm

: 5-40 atm

c.tekanan kerja tinggi : 40-80 atm


d.tekanan kerja sangat tinggi : >80 atm

Berdasarkan kapasitasnya
a.kapasitas rendah : 2500 kg/jam
b.kapasitas sedang : 2500-50000 kg/jam
c.kapasitas tinggi : >50000 kg/jam

Berdasarkan pada sumber panasnya (heat source )


a.ketel uap dengan bahan bakar alami
b.ketel uap dengan bahan bakar buatan
c.ketel uap dengan dapur listrik
d.ketel uap dengan energi nukli

Ketel Uap (bahasa Inggris:boiler) adalah alat untuk menghasilkan uap air, yang akan
digunakan untuk pemanasan atau tenaga gerak. Bahan bakar pendidih bermacam-macam dari
yang populer batubara dan minyak bakar, sampai listrik, gas, biomasa, nuklir dan lain-lain.
Pendidih merupakan bagian terpenting dari penemuan mesin uap yang merupakan pemicu
lahirnya revolusi industri.
Sebuah ketel uap harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Dalam waktu tertentu harus dapat menghasilkan uap dengan berat tertentu dan
tekanan lebih besar dari 1 atmosfir.
2. Uap yang dihasilkan harus dengan kadar air yang sedikit mungkin
3. Kalau dipakai alat pemanas lanjut, maka pada pemakaian uap yang tidak teratur, suhu
uap tidak boleh berubah banyak dan harus dapat diatur dengan mudah
4. Pada waktu olah gerak dimana pemakaian uap berubah-rubah maka takanan uap tidak
boleh berubah banyak
5. Uap harus dapat dibentuk dengan jumlah bahan bakar yang serendah mungkin
6. Susunan pengopakan bahan bakar harus sedemikian rupa sehingga bahan bakar dapat
dibakar dengan tidak memerlukan ongkos dan tenaga yang terlalu besar.

Material
Bejana pada suatu ketel uap biasanya terbuat dari baja (steel /alloy steel), atau awalnya dari
besi tempa. Baja stainless sebenarnya tidak disarankan (oleh ASME Boiler Code) untuk
digunakan pada bagian-bagian yang basah dari ketel uap modern, tapi seringkali digunakan
pada bagian super heater yang tidak akan terpapar ke cairan ketel uap.Tembaga atau
kuningan sering digunakan karena lebih muddah di-pabrikasi untuk ketel uap ukuran kecil.
Sejarahnya, tembaga sering digunakan untuk peti api (firebox)(terutama untuk lokomotif uap
air, karena kemudahannya dibentuk dan pengantar panas yang tinggi; namun, saat ini, harga
tembaga yang tinggi menjadi pilihan yang tidak ekonomis dan lebih murah menggunakan
material pengganti (seperti baja)
Untuk kebanyakan ketel uap Victorian, hanya menggukaan besi tempa kualitas paling tinggi,
yang dirakit menggunakan keling (rivet). Kualitas yang tinggi dari lembaran dan kecocokan
untuk kehandalan yang tinggi digunakan pada aplikasi yang kritikal, seperti ketel uap tekanan
tinggi. Pada abad 20, untuk praktisnya disain bergerak kearah penggunaan baja, dimana lebih
kuat dan lebih murah, dengan konstruksi las, yang lebih cepat dan sedikit pekerja.
Besi tuang (cast iron)digunakan untuk bejana pemanas untuk pemanas air. Walaupun suatu
pemanas biasanya disebut pendidih (boiler), karena tujuannya adalah untuk membuat air
panas, bukan uap air, karena dioperasikan pada tekanan rendah dan menghindari pendidihan
sebenarnya. Kerapuhan dari besi tuang menjadikannya tidak cocok untuk ketel uap tekanan
tinggi

Peraturan yang berlaku


Sertifikasi bagi operator Ketel Uap dan Ketel Uap mengacu pada peraturan berikut: 1.
ASME sect. I, II, dan V 2. Undang-Undang Uap Thn 1930 3. Peraturan Uap thn 1930 4.
Undang- undang No.1 thn 1970
Pemeriksaan dilakukan oleh ahli Keselamatan Kerja Pesawat Uap dan bejana tekan, melalui
badan yang ditunjuk oleh Depnaker. Operator harus mengikuti pelatihan boiler melalui pihak
ke-3 yang ditunjuk oleh Depnaker utk menyelenggarakan pelatihan dan mengeluarkan
sertifikatnya.

Prinsip Kerja Boiler


Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk mengubah air
menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air yang berada
didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari hasil pembakaran bahan bakar.
Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar dengan mengalirkan bahan
bakar dan udara dari luar.
Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi.
Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran, dan panas
pembakaran yang diberikan. Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air disebut
dengan water tube boiler.

Gb water tube boiler


Pada unit pembangkit, boiler juga biasa disebut dengan steam generator (pembangkit uap)
mengingat arti kata boiler hanya pendidih, sementara pada kenyataannya dari boiler
dihasilkan uap superheat bertekanan tinggi.
Ditinjau dari bahan bakar yang digunakan, maka PLTU dapat dibedakan menjadi :

PLTU Batubara
PLTU Minyak

PLTU gas

PLTU nuklir atau PLTN

Jenis PLTU batu bara masih dapat dibedakan berdasarkan proses pembakarannya, yaitu
PLTU dengan pembakaran batu bara bubuk (Pulverized Coal / PC Boiler) dan PLTU dengan
pembakaran batu bara curah (Circulating Fluidized Bed).
Perbedaan antara PLTU Batu bara dengan PLTU minyak atau gas adalah pada peralatan dan
sistem penanganan dan pembakaran bahan bakar serta penanganan limbah abunya. PLTU
batubara mempunyai peralatan bantu yang lebih banyak dan lebih kompleks dibanding PLTU
minyak atau gas. PLTU gas merupakan PLTU yang paling sederhana peralatan bantunya.

Gb Tata letak
Pulverized Coal (PC) Boiler Batubara

Gb Tata letak Circulating Fluidized Boiler (CFB)

Ditinjau dari tekanan ruang bakar boilernya, PLTU dapat dibedakan menjadi:

PLTU dengan Pressurised Boiler


PLTU dengan Balanced Draft Boiler

PLTU dengan Vacuum Boiler

Sistem pengaturan tekanan ruang bakar (furnace pressure) biasa disebut draft atau tekanan
statik didalam ruang bakar dimana proses pembakaran bahan bakar berlangsung. PLTU
dengan pressurised boiler (tekanan ruang bakar positif) digunakan untuk pembakaran bahan
bakar minyak atau gas. Tekanan ruang bakar yang positif diakibatkan oleh hembusan udara
dari kipas tekan paksa (Forced Draft Fan, FDF). Gas buang keluar dari ruang bakar ke
atmosfer karena perbedaan tekanan.

Gb Jenis-jenis
Tekanan (Draft) Boiler

Gb Skema
Balanced Draft Boiler

PLTU dengan Balanced Draft Boiler (tekanan berimbang) biasa digunakan untuk
pembakaran bahan bakar batubara. Tekanan ruang bakar dibuat sedikit dibawah tekanan
atmosfir, biasanya sekitar 10 mmH2O. Tekanan ini dihasilkan dari pengaturan dua buah
kipas, yaitu kipas hisap paksa (Induced Draft Fan, IDF) dan kipas tekan paksa (Forced Draft
Fan, FDF). FDF berfungsi untuk menyuplai udara pembakaran menuju ruang bakar (furnace)

di boiler, sedangkan IDF berfungsi untuk menghisap gas dari ruang bakar dan membuang ke
atmosfir melalui cerobong. Sedangkan PLTU dengan vacum boiler tidak dikembangkan lagi,
sehingga saat ini tidak ada lagi yang menerapkan PLTU dengan boiler bertekanan negatif.

Siklus Air di Boiler


Siklus air merupakan suatu mata rantai rangkaian siklus fluida kerja. Boiler mendapat
pasokan fluida kerja air dan menghasilkan uap untuk dialirkan ke turbin. Air sebagai fluida
kerja diisikan ke boiler menggunakan pompa air pengisi dengan melalui economiser dan
ditampung didalam steam drum.
Economiser adalah alat yang merupakan pemanas air terakhir sebelum masuk ke drum. Di
dalam economiser air menyerap panas gas buang yang keluar dari superheater sebelum
dibuang ke atmosfir melalui cerobong.

Gb
Economiser tipe pipa bersirip (finned tubes)
Peralatan yang dilalui dalam siklus air adalah drum boiler, down comer, header
bawah (bottom header), dan riser. Siklus air di steam drum adalah, air dari drum turun
melalui pipa-pipa down comer ke header bawah (bottom header). Dari header bawah air
didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser) yang tersusun membentuk dinding ruang bakar
boiler. Didalam riser air mengalami pemanasan dan naik ke drum kembali akibat perbedaan
temperatur.
Perpindahan panas dari api (flue gas) ke air di dalam pipa-pipa boiler terjadi secara
radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperatur naik hingga mendidih
juga terjadi sirkulasi air secara alami, yakni dari drum turun melalui down comer ke header
bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa-pipa riser. Adanya sirkulasi ini sangat
diperlukan agar terjadi pendinginan terhadap pipa-pipa pemanas dan mempercepat proses
perpindahan panas. Kecepatan sirkulasi akan berpengaruh terhadap produksi uap dan
kenaikan tekanan serta temperaturnya.

Selain sirkulasi alami, juga dikenal sirkulasi paksa (forced circulation). Untuk sirkulasi
jenis ini digunakan sebuah pompa sirkulasi (circulation pump). Umumnya pompa sirkulasi
mempunyai laju sirkulasi sekitar 1,7, artinya jumlah air yang disirkulasikan 1,7 kali kapasitas
penguapan. Beberapa keuntungan dari sistem sirkulasi paksa antara lain :

Waktu start (pemanasan) lebih cepat


Mempunyai respon yang lebih baik dalam mempertahankan aliran air ke pipa-pipa
pemanas pada saat start maupun beban penuh.

Mencegah kemungkinan terjadinya stagnasi pada sisi penguapan

Gb Siklus air

Klasifikasi Ketel Uap


Ketel Uap banyak sekali macamnya, dan perkembangannya dapat mengikuti kemajuan
teknologi masa kini. Dari sekian banyak macam ketel perlu dikelompokkan menjadi beberapa
bagian. sesuai kegunaannya, konstruksinya dan lain-iain. Di bawah ini akan diuraikan
pengelompokan tersebut secara garis besar:
Pembagian Menurut Undang-Undang Uap
Karena tempat penggunaannya berbeda-beda, maka menurut Undang-Undang Uap pasal 9,
Ketel Uap dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Ketel Tetap atau Ketel Darat, yaitu ketel-ketel yang dipakai di darat seperti paberikpaberik, PLTU dan lain-lain yang mempunyai pondasi yang tetap.

2. Ketel Kapal, yaitu ketel-ketel yang dipakai di kapal. Di sini perlengkapan alat-alat
keselamatan ketel biasanya mempunyai konstruksi yang sedikit berbeda dengan ketelketel lainnya, mengingat keadaan kapal-kapal yang selalu oleng selama berlayar.
3. Ketel-Ketel yang dapat bergerak. yaitu ketel-ketel yang tidak termasuk dalam kedua
golongan ketel tersebut di atas, seperti ketel kereta api, ketel tiang pancang dan lainlain.
Pembagian Menurut Konstruksinya
Ketel dibuat untuk menghasilkan uap dengan jalan memanasi air yang ada di dalamnya oleh
gas panas hasil pembakaran bahan bakar. Ketel harus bekerja seefisien mungkin ; artinya harus
dapat menghasilkan uap sebanyak-banyaknya dengan pemakaian bahan bakar yang
seminimal mungkin. Oleh karena itu konstruksi ketel harus sedemikian sehingga panas dari
bahan bakar harus sebanyak-banyaknya dapat diserap oleh air ketel guna menghasilkan uap.
Untuk mencapai hal tersebut maka konstruksi ketel dibuat dari susunan pipa-pipa yang
memisahkan antara air dan gas-gas panas yang memanaskan air tersebut.
Dilihat dari kedudukan pipa ketel dibagi menjadi :
1. Horizontal contoh : B & W Seksi
2. Vertikal
contoh : Foster Wheeler
3. Miring contoh : B & W Integral
Dilihat dari zat yang mengalir di dalam pipanya, ketel dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
1. Ketel Pipa Api (Fire Tube Boiler). Pada ketel ini gas-gas panas mengalir di dalam
pipa, sedangkan air yang dipanasi berada di luar pipa. Ketel pipa api biasanya
digunakan untuk kapasitas steam sampai 14.000 kg/jam dengan tekanan 18 kg/cm2.
Ketel pipa api dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bkar
padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar ketel pipa api
dikontruksi sebagai paket boiler ( dirakit pabrik )untuk semua bahan bakar.

Contohnya : Ketel Schots


Ketel Cochran

2. Ketel Pipa Air (Water Tube Boiler). Pada ketel ini yang mengalir di dalam pipa
adalah air ketel, sedangkan gas-gas pema-nasnya berada di luar pipa. Pada masa kini
ketel-ketel pipa air ini lebih pesat perkembangannya. Pada ketel pipa air, air
diumpankan boiler melalui pipa-pipa masuk kedalam drum. Air yang tersirkulasi
dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk steam pad daerah uapdalam drum. Ketel
ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus
ketel untuk pembangkit tenaga. Ketel yang modern dirancang dengan kapasitas steam
antar 4.500 12.000 ton/jam, dengan tekanan sangat tingi. Banyak ketel pipa air yang
dikontruksikan secara paket jika digunankan bahan bakar minyak bakar dan gas.
Untuk ketel pipa air yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik ketel pipa air sebagai berikut:
a. Fored, induced
efisiensi pembakaran.

dan

balanced

draft

membantu

untuk

meningkatkan

b. Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
c. Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi

Contohnya : Ketel Babcock dan Wilcox


Ketel Foster Wheeler
Ketel Yarrow
ISD
E S D ( ESD I, II, III dan IV )
3. Ketel Gabungan Pipa Api dan Pipa Air. Pada ketel ini terdapat dua macam jenis
pipa, yaitu pipa api dan pipa air. Konstruksinya pada umumnya seperti Ketel Schots.

Dan nampaknya dibuatnya ketel ini adalah untuk memperbaiki kekurangan yang
terdapat pada Ketel Schots, seperti kurang baiknya sirkulasi air di dalam ketel.
Contohnya : Ketel Werkspoor
Ketel Howden Johnson
Dilihat dari Pemakaiannya, ketel dibagi menjadi :
1. Ketel stasioner (stasionary boiler) atau ketel tetap. Yang termasuk stasioner adalah
ketel-ketel yang didudukan pada suatu pondasi yang tetap, seperti ketel untuk
pembangkitan tenaga, untuk industri dll.

2. Ketel mobil (mobile boiler), ketel pndah / portable boiler. Yang termasuk ketel
mobil adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang berpindah-pindah (mobil ),
seperti boiler lokomotif, loko mobile dan ketel panjang serta lain yan sepertinya
termasuk ketel kapal ( marine boiler )

Dilihat dari Letak Dapur (Furnace Position), ketel dibagi menjadi :


1. Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler). Dalam hai ini
dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel . kebanyakan ketel pipa api

memakai

system

ini.

2. Ketel dengan pembakaran di luar (outernally fired steam boiler). Dalam hai ini
dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel . kebanyakan ketel pipa air
memakai
system
ini

Dilihat dari Jumlah Lorong (Boiller Tube), ketel dibagi menjadi :


1.

Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler). Pada single tube steam
boiler, hanya terdapat 1 lorong saja, lorong api maupun lorong air. Cornish boiler
adalah single fire tube boiler dan simple vertikal boiler adalah single water tube
boiler.

2. Ketel dengan lorong ganda (multi tube steam boiler). Multi fire tube boiler
misalnya ketel scotch dan multi water tube boiler misalnya ketel B dan W dll

Dilihat dari Porosnya Tutup Drum (Shell), ketel dibagi menjadi :


1. Ketel tegak (vertikal steam boiler), seperti ketel cocharn, ketel clarkson dll

2.

Ketel mendatar (horizontal steam boiler), seperti ketel cornish, lancashire, scotch
dll.

Dilihat dari Bentuk dan Letak Pipa, ketel dibagi menjadi :

1. Ketel dengan pipa lurus, bengok dan berllekak-lekuk ( stright, bent and sinous
tubeler
heating
surface
)

2. Ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak (horizontal, inclined or vertical
tubeler
heating
surface
)

Dilihat dari Peredaran Air Ketel (water circulation), ketel dibagi menjadi :

1.

Ketel dengan peredaran alam (natural circulation steam boiler). Pada natural
circulation boiler, peredaran air dalam ketel terjadi secara alami yaitu air yang ringan

naik, sedangkan terjadilah aliran aliran conveksi alami. Umumnya ketel beroperasi
secara aliran alami, seperti ketel lancashire, babcock & wilcox
2. Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler). Pada ketel dengan
aliran paksa, aliran peksa diperoleh dari sebuah pompa centrifugal yang digerakkan
dengan elektric motor misalnya la-mont boiler, benson boiler, loeffer boiler dan
velcan boiler.
Dilihat dari tekanan kerjanya, ketel dibagi menjadi :
1. tekanan kerja rendah : 5 atm
2. tekanan kerja sedang : 5-40 atm
3. tekanan kerja tinggi : 40-80 atm
4. tekanan kerja sangat tinggi : >80 atm
Dilihat dari kapasitasnya, ketel dibagi menjadi :
1. kapasitas rendah : 2500 kg/jam
2. kapasitas sedang : 2500-50000 kg/jam
3. kapasitas tinggi : >50000 kg/jam
Dilihat dari pada sumber panasnya (heat source), ketel dibagi menjadi :
1. ketel uap dengan bahan bakar alami
2. ketel uap dengan bahan bakar buatan
3. ketel uap dengan dapur listrik
4. ketel uap dengan energi nuklir

Ketel Bantu
Yaitu ketel yang menghasilkan uap, yang dipergunakan untuk keperluan pesawat bantu,
seperti pompa-pompa, pemanas dan lain-lain. Jenis-jenis ketel yang biasanya dipergunakan
sebagai ketel bantu misalnya :

La Mont Exh Gas Economicer


Cochran Composite Boiler

B & W M type

Foster Wheeler D type.

Pada kapal Motor Besar pada umumnya mempunyai ketel bantu. Manfaat ketel bantu ini
adalah untuk pemanasan di kapal, seperti pemanas ruangan, dapur, bahan bakar. serta untuk
menggerakkan pesawat-pesawat bantu.
Ketel semacam ini pada umumnya selain diopak dengan bahan bakar minyak. biasanya juga
dikombinasi dengan memanfaatkan panas dari gas buang yang keluar dari motor
Susunan atau sistemnya ada beberapa macam, diantaranya adalah :

1. Pada sebuah kapal terdapat sebuah ketel bantu yang diopak dengan bahan minyak.
dan sebuah ketel tersendiri yang khusus diopak dengan gas buang motor induk. Dan
masing-masing bisa terjadi pembentukan uap sendiri-sendiri.
2. 2. Sistem La Mont.
Ketel La Mont banyak dipakai untuk memanfaatkan sebagian dari panas gas buang dari
motor induk guna pembentukan uap. Ketel ini biasanya ditempatkan di jalanan gas buang dari
motor induk atau di cerobong, dengan demikian letaknya lebih tinggi dari motor induk (Lihat
gambar).
Fungsi dari ketel ini sebenarnya hanya sebagai tempat sirkulasi pengambilan panas,
sedangkan tempat pembentukan uapnya berada pada ketel bantu lainnya. Dengan demikian
diperlukan pompa sirkulasi untuk rnengalirkan air yang berada di dalam ketel bantu
(misalnya Cochran) ke ketel La Mont untuk akhirnya kembali ke ketel bantu lagi setelah
mengambil panas. Pembentukan uap yang dihasilkan oleh ketel bantu biasanya dengan
tekanan kira-kira 7 ato dan suhu air ketelnya kira-kira 170C.
Suhu gas buang berkisar 300 400C dan meninggalkan ketel La Mont kira-kira 220C.
Ketel La Mont yang dipanaskan oleh gas buang ini, hampir semuanya merupakan sejumlah
pipa-pipa yang berbentuk spiral. Masing-masing pipa spiral ujung-ujungnya dihubungkan
dengan lemari pemasukan dan pembuangan.

K3 BEJANA TEKAN

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN DIPABRIKASI


PEMBUAT / PEMANUFAKTUR

1. UMUM
Dalam pelaksanaan pengawasan secara preventif berdasarkan Undangundang No. Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, maka penghawasan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) terhadap bejana tekan dimulai dari
tahap perencanaan, selama pembuatan, pengangkutan / peredaran, pemakaian
dan pemeliharaan
Khususnya dalam tahap pembuatan bejana tekan pengawasan dan
pemeriksaan meliputi :
a. Kualifikasi pabrik pembuat / pemanufaktur
b. kualifikasi ada / tidaknya Inspektur pabrik pembuat (Quality Control)
c. Kualifikasi juru las
d. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan
2. PEMERIKSAAN SEBELUM PEMBUATAN ( PRA PABRIKASI ).
Sebelum pembuatan bejana tekan dimulai, pabrik pembuat / pemanufaktur
harus memiliki pengesahan perencanaan/desain atau gambar rencana terlebih
dahulu dan semua sertifikat atau dokumen serta menetapkan prosedur kerja.
disamping itu lembar pengesahan harus diteliti secara cermat atau seluruh
persyaratan yang harus dilaksanakan pada pembuatan bejana tekan, baik
persyaratan teknis maupun administratif termasuk pembuatan laporan
pemeriksaan ( Inspection Report dan Lain-lain )
3. SERTIFIKAT MATERIAL
Semua bahan yang digunakan dalam konstruksi atau pembuatan bejana
tekan harus mempunyai sertifikat yang disyahkan oleh instansi atau badan yang
berwenang mengeluarkan sertifikat bahan
4. PROSEDUR PENGUJIAN PEMADATAN
Penelitian dilakukan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Indonesia, dan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Persiapan pengujian
b. Kalibrasi, tempat/daerah, kerja maksimum dari pedoman tekanan, temperatur
dan perekam tekanan

c.
d.
e.
f.

Medan uji
Cara pengisian dan pemadatan
Tekanan uji dan holding time
Cara pengosongan dan pembersihan

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BEJANA TEKAN


UNTUK MENDAPATKAN IZIN PEMAKAIAN

1. Pemeriksaan dan pengujian pertama di tempat kerja setelah selesai pemasangan


instalasi.
Pada prinsipnya izin pemakaian bejana tekan hanya dikeluarkan satu kali
selama bejana tekan tersebut masih beroperasi (dapat digunakan dalam proses
produksi)
2. Meneliti dokumen Pabrikasi/pembuatan
Meneliti dokumen teknis pembuatan bejana tekan dari perusahaan/pabrik
pembuat termasuk pemeriksaan dan pengujian selama pembuatan sesuai yang
disyaratkan meliputi :
a. Sertifikat material yang digunakan
b. perhitungan kekuatan konstruksi
c. Gambar desain/konstruksi
d. Laporan hasil pemeriksa tidak merusak ( NDT )
e. laporan hasil pengolahan panas ( bila ada )
f. Sertifikat pengelasan meliputi prosedur pengelasan dan hasil pengujian prosedur
pengelasan ( Wps dan Pqr ) serta sertifikat juru las ( bila ada )
g. Sertifikat kalibrasi alat-alat pengaman ( bila ada )

3. Pengujian pemadatan atau pressure test


Pemeriksaan dilakukan mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan sesudah
pengujian meliputi ghal-hal sebagai berikut :
a. Sertifikat kalibrasi dan identifikasi dari pedoman tekanan bila disyaratkan
b. Bagian-bagian kerja maksimum dan lokasi pedoman tekanan dan perekaman
tekanan

c. Tekanan uji pada pedoman tekanan dan perekaman tekanan


d. Lakukan pemeriksaan kebocoran dan perubahan bentuk pada daerah atau bagianbagian yang kritis pada tekanan pemadatan dan sesudah pemadatan
4. Pengujian Tingkap Pengaman
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Sertifikat kalibrasi dari tingkap pengaman
b. Tekanan saat tingkap pengaman membuka dan saat menutup harus sesuai dengan
peraturan standar yang digunakan dan sesuai peraturan yang berlaku

BEJANA TEKAN TANPA DOKUMEN ATAU


DOKUMENNYA TIDAK LENGKAP

Bilamana karena sesuatu hal bejana tekan tidak memiliki dokumen teknis
yang lengkap ( hilang atau tidak lengkap ) dan bejana tekan tersebut akan
dipakai / dioperasikan, maka bejana tekan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan
khusus guna mengetahui apakah bejana tekan tersebut cukup memenuhi
persyaratan keselamatan kerja yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan :


Pembenahan Dokumen Teknis
a. Bila tidak memiliki gambar konstruksi, lakukan pemeriksaan dimensi dengan
melakukan pemeriksaan ketebalan, pengukuran badan (sheel) tanpa head (dari
sambungan sampai dengan sambungan) panjang head (tutup) jumlah alat-alat
perlengkapan dan alat pengaman, volume bejana dan tanda-tanda pengenal
(pelat nama dan lain-lain yang dipandang perlu).
Kemudian dibuatkan gambar konstruksi lengkap dengan skala paling kecil 1 :
10 diatas kertas kalkir berukuran paling kecil A5.

b. Bila tidak memiliki sertifikat material

Bila berbagai usaha untuk mendapatkan sertifikat material tidak didapatkan,


maka harus dilakukan pemeriksaan / penyelidikan bahan.
Pelaksanaan pemeriksaan/penyelidikan bahan dilakukan sebagai berikut :
1. Lakukan hardnees tester terhadap semua bagian bejana meliputi badan (sheel),
tutup (head) dan bagian-bagian lainnya yang dianggap meragukan (bagianbagian yang lemah).
2. Bila dipandang perlu untuk mengetahui komposisi bahan dapat dilakukan
pengambilan contoh pelat (PB).
Laporan hasil pemeriksaan / penyelidikan bahan tersebut pada a dan b
digunakan sebagai pengganti sertifikat material.

c. Pengujian pemadatan / pressure test


Pemeriksaan dilakukan pada tahap-tahap persiapan pelaksanaan dan sesudah
pengujian meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Sertifikat kaliberasi dan identifikasi dari pedoman tekanan (termasuk untuk
pedoman temperatur dan perekam tekanan jika disyaratkan).
2. Daerah kerja maksimum dan lokasi dari pedoman perekam tekanan.
3. Tekanan uji pada pedoman dan perekam.
4. lakukan pemeriksaan kebocoran dan perubahan bentuk pada daerah kritis
lainnya pada tekanan pemeriksaan dan sesudah pengujian.

d. Pengujian tingkap pengaman


Hal-hal yang diperhatikan :
1. Sertifikat kaliberasi dari pedoman tekanan.
2. Tekanan saat tingkap pengaman membuka, dan saat menutup harus sesuai
dengan persyaratan standar yang digunakan.
3. Evaluasi dan laporan hasil pengujian.

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN KHUSUS

Dimaksud pemeriksaan dan pengujian khusus adalah suatu pemeriksaan


dan pengujian bejana tekan yang sifatnya insidentil dan dapat dikelompokkan
dalam jenis pekerjaan :

a. Bejana tekan yang dimodifikasi.


b. Bejana tekan yang mengalami kerusakan karena terbakar, sehingga mengalami
perbaikan.
c. Bejana tekan yang mengalami perubahan tekanan dan gas yang dikemasnya.

Bejana tekan yang dimodifikasi


Bejana tekan sejak mula telah dirancang untuk keperluan tertentu
Langkah-langkah pemeriksaan/pengujian yang harus dilakukan adalah :
1. Meneliti Dokumen Bejana Tekan :
a. Penelitian data-data dalam ijin / pengesahan pemakaian.
b. Gambar konstruksi bejana tekan yang telah disyahkan (setelah dimodifikasi)
termasuk perhitungan kekuatan konstruksinya.
c. Prosedur / keterangan modifikasi
d. Prosedur pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
2. Pemeriksaan dan Pengujian Bejana Tekan yang dimodifikasi
a. Pemeriksaan sifat tampak atau visual.
b. Pengujian pemadatan

c. pengujian tingkap pengaman

BAB

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Pada saat ini banyak perusahaan, baik perusahan swasta maupun BUMN
yang memakai Bejana Tekanan atau lazim disebut dengan Bejana Tekan.
Demikian pentingnya suatu Bejana Tekan di perusahaan-perusahaan
tertentu, sehingga banyak perusahaan yang terpaksa harus terhenti
proses produksi di pabriknya akibat Bejana Tekan

yang dipakainya

mengalami kerusakan.

Manfaat

atau

kegunaan

Bejana

Tekan

sedemikian

penting

pada

perusahaan-perusahaan tertentu, namun di balik itu terkandung potensi


bahaya yang amat tinggi yang apabila sampai suatu bertekanan meledak
kemungkinan akan menimbulkan korban manusia dan rusaknya sumber
produksi.

Mengingat demikian dahsyat peledakan yang ditimbulkan dan demikian


memprihatinkan dan merugikan berbagai pihak dari dampak negatip yang
di timbulkannya, maka Pengawasan K3 termasuk pembinaan K3 di
perusahaan-perusahaan pemakai Bejana Tekan mutlak diperlukan.

Peran AK3U dalam tugasnya membantu pimpinan perusahaan dalam


upaya mencegah terjadinya peledakan suatu Bejana Tekan di perusahaan
tempat tugasnya adalah merupakan salah satu faktor penentu safe atau
tidaknya pemakaian suatu Bejana Tekan di perusahaan ybs.

B.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta pelatihahan AK3U
mampu memahami K3 Bejana Tekan.

2. Tujuan Pembelajaran khusus


Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta pelatihan
mampu;
a. Menyebutkan dasar hukum pengawasan K3 Bejana Tekan.
b. Menyebutkan pengertian Bejana Tekan.
c. Menjelaskan jenis-jenis Bejana Tekan.
d. Menjelaskan beberapa contoh pemanfaatan Bejana Tekan.
e. Menjelaskan persyaratan teknik Bejana Tekan.
f. Menjelaskan standar warna cat Bejana Tekan
g. Menjelaskan pemeriksaan wajib setiap Bejana Tekan
h. Menjelaskan persyaratan administratif Bejana Tekan
i. Menjelaskan penanganan botol baja di tempat kerja.
j. Menjelaskan pemeriksaan visual rutin-internal Bejana Tekan.

C. RUANG LINGKUP
Yang akan dipelajari dalam modul ini sbb :
1. Dasar hukum pengawasan / penerapan K3 Bejana Tekan.
2. Pengertian Bejana Tekan.
3. Jenis-jenis Bejana Tekan.

4. pemanfaatan Bejana Tekan.


5. Persyaratan Teknik Bejana Tekan.
6. Standar warna cat Bejana Tekan.
7. Pemeriksaan wajib setiap Bejana Tekan
8. Persyaratan Administratif Bejana Tekan
9. Penanganan Botol Baja secara aman di tempat kerja.
10. Pemeriksaan visual rutin-internal sesuatu Bejana Tekan.

BAB II
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN

A.

DASAR HUKUM

Dasar hukum pengawasan penerapan K3 bejana tekanan di Indonesia


sebagai berikut ;
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.01/Men/1982 tentang bejana
tekanan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.02/Men/1982 tentang kwalifikasi
juru las.

B. PENGERTIAN
Dari peraturan perundangan K3 yang berlaku maka dapat dituliskan
beberapa pengertian sbb ;

1. Bejana Tekanan
Bejana tekanan ialah bejana selain pesawat uap didalamnya terdapat
tekanan yang melebihi tekanan udara luar, dan dipakai untuk nenampung
gas atau campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam
keadaan larut atau beku.

2. Alat Pengaman
Alat pengaman ialah semua alat perlengkapan bejana tekanan yang
ditujukan untuk melengkapi bejana agar pemakaiannya dapat digunakan
dengan aman.

BAB III
POKOK BAHASAN

A. JENIS-JENIS BEJANA TEKAN


Bejana Tekanan dikelompokkan menjadi 4 ( empat) macam, sebagai
berikut ;
1. Botol-botol baja yang memiliki volume air maksimun 60 liter
2. Bejana transport yang mempunyai volume air lebih dari 60 liter
3. Bejana penyimpanan gas atau campuran dalam tekanan padat dikempa
menjadi cair terlarut atau beku.
4. Pesawat pendingin

yang

digunakan

sebagai

pendingin suatu zat

dengan memproses gas pendingin yang ada dalam pesawat, sedemikian


rupa sehingga temperatur gas endingin tersebut lebih rendah dari pada

temperatur

sekitarnya

dan

dapat

menyerap

temperatur

zat

atau

temperatur ruangan yang lebih tinggi menjadi lebih rendah sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki.

B. PEMANFAATAN BEJANA TEKANAN


Instalasi pipa bertekanan penyalur gas atau udara yang memiliki isi lebih
dari 220 Cm3 dan tekanan kerjanya lebih dari Kg/Cm2 juga termasuk
bejana tekan yang diatur dalam Permenaker No.Per.01/Men/1982.

Di tempat-tempat kerja Bejana Tekan juga banyak digunakan untuk


tempat penampungan udara atau gas bertekanan. Gas tersebut antara
lain sebagai berikut ;
1. Innert gases
Gas ini dapat mengurani kadar zat asam dan dalam keadaan biasa mudah
bereaksi dengan bahan bakar, sebagai contoh Argon dan helium.
2. Flamable gases
Gas ini mudah bereaksi dengan oksigen mudah menimbulkan kebakaran ,
titik nyalanya hanya 1000 C atau kurang, sebagai contoh LPG dan
acetylene.
3. Corrosive gases
Gas ini suatu gas yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan hidup dan sangat menyengat,
sebagai contoh Chlore, sulfur diokside dan anhydrous amonia.
Dibawah

ini

ditunjukkan

gambar

dari

Bejana

Tekan

berisi

bertekanan kerja 12 Kg/Cm2 yang dipakai pada suatu pabrik pulp.


4. Oxidizing Gases

Chlore

Gas pengoksid ini adalah suatu gas yang mungkin tidak mudah terbakar
tetapi

dapat

menghasilkan

oksigen

yang

dapat

mempermudah

pembakaran, dan gas ini sangat berbahaya apabila terserap lewat


pernafasan.
5. Mixure Gases
Gas campuran ini adalah suatu campuran dua atau lebih gas yang dibuat
untuk keperluan tertentu dengan ketentuan gas-gas tersebut tidak akan
bereaksi atau sama lain menjadi senyawa lain,contoh ; campuran CO
( 100 % ) dan ( 90 % ).

6. Liquid Gases
Gas cair ini adalah suatu gas yang karena tekanan tertentu dapat berubah
menjadi cair mempunyai titik didih 900 C , tekanan 14,2 Psi.

7. Medical Gases
Gas untuk keperluan kesehatan ini adalah suatu gas yang digunakan
untuk keperluan kedokteran, sebagai contoh ; oksigen, udara tekan.

C. PERSYARATAN TEKNIS BEJANA TEKAN


Persyaratan teknis Konstruksi bejana tekanan yang harus dipenuhi bagi
setiap bejana tekanan yang dipakai di Indonesia sbb ;

1. Konstruksinya
Konstruksi Bejana Tekan yang memenuhi syarat indikasinya antara lain
sbb ;
a. Jenis material memenuhi standar yang berlaku.

b. Tebal material tidak kurang dari hasil perhitungan kekuatan konstruksi berdasarkan formula yang diakui.
c. Kondisi material tidak terdapat cacat yang melebihi batas.
d. Sambungan las memenuhi syarat.
e. Untuk ketebalan pelat drum dan head dengan ketebalan tertentu telah
dilakukan heat treatmen setelah seluruh pengelasan selesai.
f. Pada hydrostatic Test tidak ditemui kebocoran, rembesan, keretakan atau
perubahan bentuk yang menetap.
2. Alat pengaman
Alat pengamannya

harus lengkap, kondisinya / ukurannya memenuhi

standar dan berfungsi dengan baik.

Alat pengaman pada botol baja harus terdiri dari sbb;


a. Katup penutup.
Katup penutup ini berfungsi mengendalikan tekanan, dimana manakala
tekanan udara/gas dalam botol baja melebihi tekanan kerja yang diizinkan
maka sebagian gas/udara akan keluar dari tabung sehingga tekanan turun
kembali ke tekanan kerja yang diizinkan. Masing-masing katup penutup
harus memiliki ukuran yang cukup.
Jika botol-botol baja yang sejenis dengan tekanan kerja yang sama
dirangkaikan satu sama lainnya, diperbolehkan memakai satu katup
penutup bersama jika dari sudut keselamatan dapat di pertanggung
jawabkan.
Katup penutup untuk botol baja acetyllen atau amonia harus terbuat dari
baja , sedangkan katup penutup untuk botol baja lainnya harus terbuat
dari perunggu atau logam lainnya yang cukup baik.

b. Kap pelindung
Kap atau tutup pelindung ini harus kuat dan baik dan diberi lubang
dengan garis tengah sekurang-kurangnya 6,5 mm atau apabila diberi dua
lubang maka garis tengahnya masing-masing tidak boleh kurang dari 5
mm.

Harus didesign sedemikian rupa sehingga jarak antara bagian

dalam Kup pelindung dengan katup penutup tidak kurang dari 3 mm.
Kup pelindung ini harus selalu dipasangkan kecuali jika botol baja sedang
dipergunakan.

c. Alat anti guling


Untuk menghindarkan menggelindingnya botol botol baja
yang dapat mengakibatkan cacat, maka alat anti guling sangat penting
ada pada botol baja.

Selain alat pengaman tersebut diatas, harus dipenuhi bahwa ulir


penghubung

pada

botol-botol

baja

dengan

pipa

pengisi

yang

dipergunakan untuk gas yang mudah terbakar harus kekiri, sedangkan


untuk gas lainnya harus mempunyai ulir kanan.

Khusus untuk botol

acetyllene harus mempunyai ulir kanan.

Alat pengaman pada bejana tekan, kompressor yang memadat gas ke


dalam bejana tekan atau pesawat pendingin harus dienhkapi dengan alat
pengaman sbb ;
a. Manometer yang memiliki

angka skala tekanan paling kurang sama

dengan tekanan percobaan, dan dilengkapi dengan ;


1). Strip merah pada tekanan tertinggi yang diizinkan.

2). Keran cabang tiga yang mempunyai flens dengan garis tengah 40 mm
,tebal 5 mm.
b. Tingkap pengaman yang bekerja bilamana tekanan yang terjadi melebihi
tekanan tertinggi yang diizinkan.
c. Bejana Tekan ini harus dilengkapi alat anti guling, kecuali yang karena
pengangkutannya dan pemakaiannya tidak mungkin menggelinding.

Selain alat pengaman yang harus terpasang tersebut diatas, setiap


Bejana Tekan harus diberikan tanda-tanda pengenal sbb ;
a. Nama pemilik
b. Nama dan nomor urut pabrik pembuat.
c. Nama gas yang diisikan (bukan simbol kimia )
d. Berat dari botol baja dalam keadaan kosong tanpa keran dn tutup.
e. Tekanan pengisian yang diizinkan.
f. Berat maksimum dari sisinya untuk bejana tekan berisi gas yang dikempa
menjadi cair.
g. Besarnya volume jika diisi air untuk bejana berisi gas yang dikempa.
h. Tanda dari bahan pengisi ( untuk botol baja yang berisi larutan acetyllen.
i. Bulan dan tahun pemadatan pertama dan berikutnya.

Tanda pengenal ini harus permanen ( slugh letter ) pada head bejana
tekan, tetapi untuk pelat bejana tekan yang ketebalannya kurang dari 4
mm adalah dilarang dan dapat digantikan dengan pelat nama.

D. STANDAR WARNA

Untuk secara visual dapat membedakan isi media dalam suatu bejana
tekan sehingga sesuai dengan peruntukan yang dikehendaki, maka setiap
botol baja harus dicat dengan warna yang telah ditetapkan berdasarkan
peraturan perundangan K3 atau standar yang berlaku.

Dapat kita bayangkan bagaimana sendainya botol baja bercat warna abuabu yang tentunya berisi Nitrogen, kemudian oleh perusahaan distributor
gas dikirim ke rumah sakit yang semestinya yang dibutuhkan oleh rumah
sakit untuk pasien bukan nitrogen tetapi oksigen, maka akibatnya dapat
kita bayangkan.

Bejana tekan yang dipergunakan untuk menampung zat asam harus dicat
warna biru muda, untuk menampung gas yang mudah terbakar harus
dicat berwarna merah, untuk menampung gas beracun harus dicat
berwarna kuning dan untuk menampung gas beracun yang juga mudah
terbakar harus dicat berwarna kuning dan merah.
Untuk lebih rinci dan memudahkan peengelompokan tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel.1. Warna cat untuk botol baja atau tabung gas

Sebagaimana dijelaskan sebelunya bahwa instalasi pipa yang didalamnya


terdapat/mengalir udara atau gas yang tekanannya melebihi tekanan
udara luar juga termasuk Bejana Tekan. Pewarnaan yang benar pada
instalasi pipa bertekanan juga perlu diterapkan di tempat-tempat kerja
sehingga dengan secara visual saja siapapun dapat mengetahui jenis
media yang mengalir di dalamnya.
Daftar warna cat yang perlu dipedomani oleh AK3U dan diterapkan di
tempat-tempat kerja pada area perusahaan ditempat tugasnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel.2. Daftar warna cat untuk instalasi pipa bertekanan

E. PEMERIKSAAN WAJIB BAGI SETIAP BEJANA TEKAN


1. Pemeriksaan pada fabrikasi
Setelah gambar rencana sesuatu Bejana Tekan disyahkan oleh Dirjen
Binwasnaker Depnakertrans RI, maka proses pembuatannya di pabrik
pembuat Bejana Tekan dapat mulai dikerjakan.
Pada saat mulai proses pembuatan Bejana Tekan di Indonesia, seharusnya
dilakukan

pengawasannya

secara

continue

oleh

Pengawas

Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap & Bejana tekan atau Ahli K3


spesialis pesawat uap & bejana tekan yang memiliki SKP dari Menteri

Tenaga Kerja.

Pengujian non destructine test ( NDT) dengan metode

radiogaphy test atau ultrasonic test hanya boleh dilaksanakan oleh pihak
ketiga yang memiliki SKP yang syah

dari

Menteri Tenaga Kerja &

Transmigrasi R.I.
2. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan ini wajib dilaksanakan sesuai standar pemeriksaan yang
berlaku

sebelum

pemakaiannya

sesuatu

oleh

instansi

Bejana
yang

Tekan

diterbitkan

berwenang

Pengesahan

Depnakertrans

Disnakertrans ).
Pada pemeriksaan pertama ini, kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas
pemeriksa/penguji tersebut meliputi ;
a. Pemeriksaan kelengkapan berkas permohonan.
b. Pemeriksaan visual konstruksi dan alat pengamannya.
c. Recalculation perhitungan kekuatan konstruksi dengan menggunakan formula yang diakui.
d. NDT kembali jika dianggap perlu dengan bantuan pihak ketiga.
e. Hydrostatic test
f. Pengujian katup penutup / tingkap pengaman.
3. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala untuk Bejana Tekan wajib dilaksanakan sekali setiap
lima tahun, untuk Bejana Tekan penampung Chlorine atau senyawa
chlorine minimal sekali setiap dua tahun.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus ini wajib dilaksanakan apabila ;
a. Terdapat kerusakan / reparasi
b. Modifikasi
c. Terjadi peledakan pada Bejana Tekannya.
Pemeriksaan awal, berkala dan atau khusus tersebut menurut peraturan
perundangan yang berlaku adalah wewenang Pengawas Ketenagakerjaan
spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan DEPNAKER/DISNAKER dan atau
AK3U spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan dari PJK3 yang ber SKP dari
Menteri Tenaga Kerja.
F. PERSYARATAN ADMINISTRATIF
1. Prosedur pembuatan Bejana Tekan
Pembuatan Bejana Tekan di Indonesia

harus

didahului

dengan

pengesahan gambar rencana oleh Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI

atas

berkas

permohonan

yang

disampaikan

oleh

pabrik

calon

pembuatanya.
Pabrik pembuat Bejana Tekan di Indonesia harus memiliki SKP yang masih
berlaku dari Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI.
Selama pembuatan diawasi terus menerus oleh Pengawas / AK3 yang
berwenang, dan setelah selesai maka kemudian harus dilengkapi dengan
berkas

laporan

pengawasan

pembuatan

yang

dilampiri

gambar

konstruksi, gambar detail sambungan , material sertifikat, perhitungan


kekuatan konstruksi , hasil pemeriksaan visual sambungan las dll, hasil
pemeriksaan kebulatan badan, hasil NDT dan hasil hydrotest.
2. Prosedur penerbitan Pengesahan pemakaian
Menurut peraturan perundangan yang berlaku, setiap Bejana Tekan yang
dipakai di tempat-tempat kerja di wilayah hukum Republik Indonesia
( pada sektor non Migas ) harus memiliki Pengesahan pemakaian
untuknya dari Kadisnaker setempat, kecuali Bejana Tekan tersebut
volumenya tidak lebih dari 220 Cm3 dan tekanan kerjanya tidak lebih dari
2 Kg/Cm2.
Untuk memperoleh Pengesahan pemakaian dari Bejana Tekan yang akan
dipakaianya, calon pemakai harus mengajukan surat permohonan ke
Disnaker setempat secara lengkap. Isi berkas tersebut meliputi Formulir
permohonan ( lihat pada lampiran modul ini ), plus berkas laporan
pengawasan pembuatan Bejana Tekan yang bersangkutan yaitu meliputi
gambar konstruksi, gambar detail sambungan, metarial sertifikat, laporan
hasil NDT.
Berdasarkan permohonan tersebut diatas maka selanjutnya dilakukan
pemeriksaan dan pengujian oleh Pengawas Ketenagakerjaan spesialis
Pesawat Uap & Bejana Tekan atau AK3 spesialis Pesawat Uap & Bejana
Tekan yang berwenang. Dari hasil laporan pemeriksaan yang tertuang
dalam fromulir laporan hasil pemeriksaan, maka Kadisnaker setempat
menerbitkan Pengesahan pemakaian Bejana Tekan yang bersangkutan.

Untuk Bejana Tekan rental antar propinsi, Pengesahan pemakaiannya


diterbitkan oleh Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI, sedangkan antar
lintas Kota/Kabupaten diterbitkan oleh Kadisnaker Propinsi.
3. Prosedur reparasi
Pada suatu saat, setiap Bejana Tekan akan mengalami kerusakan
sehingga memerlukan reparasi bahkan mungkin afkir karenanya.
Untuk reaparasi berat harus dilengkapi pengesahan gambar rencana
Sebelum reparasi dilakukan harus dilakukan pemeriksaan khusus terlebih
dahulu, kemudian sepanjang waktu reparasi dilakukan pengawasannya
dan setelah reparasi selesai juga harus dilakukan pemeriksaan dan
pengujian kembali oleh petugas yang berwenang.
Untuk melaksanakan reparasi Bejana Tekan tersebut , pengelasannya
hanya boleh dilaksanakan oleh welder yang memiliki sertifikat juru las
kelas I yang masih berlaku dari Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI.

4. Peledakan Bejana Tekan


Bilama terjadi peledakan pada Bejana Tekan yang dipakainya, apakah
menimbulkan korban atau tidak menimbulkan korban, maka menurut
parturan perundangan yang berlaku pimpinan perusahaan wajib segera
melaporkannya ke setempat dan harus bertanggung jawab untuk menjaga
jangan sampai terjadi perobahan kondisi

tempat kejadian kecelakaan

kerja tersebut, namun P3K bagi para korban harus segera dilakukan.
Dari pemeriksaan khusus ini dimaksudkan untuk memperoleh fakta sebabsebab yang mengakibatkan peristiwa tersebut sehingga jelas siapa yang
harus bertanggung jawab dan sebagai bahan masukan atau kajian
selanjutnya dalam rangka upaya pencegahan peristiwa yang serupa
diseluruh wilayah Republik Indonesia.
G.

PENANGANAN BOTOL BAJA DI TEMPAT KERJA


Kadangkala kita jumpai penanganan botol-botol baja di tempat-tempat
kerja masih sedemikian rupa dan membahayakan keselamatan pekerja
beserta investasi perusahaan, sebagai contoh ; menempatkan botol baja
yang masih berisi di lapangan yang langsung terkena sinar matahari,

terlalu dekat dengan sumber panas / api, memindahkan dengan cara


sembarangan dsb.
H.

PEMERIKSAAN VISUAL RUTIN-INTERNAL


1. Batas wewenang pemeriksaan
Pemeriksaan awal, berkala dan khusus Bejana Tekan, berdasarkan
peraturan perundangan K3 yang berlaku adalah wewenang Pengawas
Ketenagakerjaan

spesialis

pesawat

uap

&

bejana

tekan

dari

DEPNAKER/DISNAKER dan AK3 spesialis pesawat uap & bejana tekan


dari PJK3 yang ber SKP syah dari Menteri Tenaga Kerja.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa pemeriksaan berkala jangka
waktunya demikian panjang, maka berdasarkan peraturan yang berlaku,
AK3U sesuai dengan batas wewenang yang ada sebaiknya melakukan
pemeriksaan visual rutin-internal misalnya sekali setiap bulan,

tetapi

tanpa merobah konstruksi dan alat pengaman yang bersangkutan.


Dengan pemeriksaan visual rutin ini maka manakala terjadi kelainan pada
konstruksi atau alat pengaman Bejana Tekan tersebut secara dini dapat
diketahui yang selanjutnya melalui pimpinan perusahaan dilaporkan ke
Disnaker setempat atau PJK3 untuk dilakukan pemeriksaan khusus.
2. Formulir pemeriksaan visual rutin-internal
Untuk mempermudah AK3U dalam melaksanakan tugas pemeriksaan
visual rutin internal suatu Bejana Tekan

di tempat tugasnya ,dapat

menggunakan formulir pemeriksaan visual rutin-internal

sebagaimana

terlampir pada modul ini.


Apabila tidak ditemui adanya kelainan, maka hasil pemeriksaan berupa
perlu disampaikan pada rapat kerja berkala P2K3, namun apabila ada
temuan sebaiknya secepat mungkin segera disampaikan kepada Ketua
P2K3 guna ditindak lanjuti sebagaimana mestinya.
BAB IV
SOAL LATIHAN
1. Sebutkan dasar hukum pengawasan / penerapan K3 Bejana Tekan di
tempat-tempat kerja ( sektor non migas ) di dalam wilayah hukum RI.

2. Sebutkan jenis-jenis Bejana Tekan menurut peraturan perundangan K3


yang berlaku di Idonesia.
3. Sebutkan alat pengaman yang harus ada pada Bejana Tekan jenis botol
baja berisi Oksigen yang banyak dipakai di bengkel las atau rumah sakit.
4. Sebutkan alat pengaman yang harus ada pada Bejana Tekan penampung
udara ( air receiver tank-compressor ) bertekanan kerja 10 Kg/Cm2.
5. Apabila di perusahaan saudara bertugas selaku AK3U membeli satu unit
Bejan Tekan volume 4000 liter, design pressure 12 Kg/Cm2 kondisi baru
100 % buatan Tangerang

tahun 2009 dengan dokumennya

lengkap,

bagaimana prosedurnya untuk memperoleh Pengesahan pemakaian


Bejana Tekan tersebut dari Disnaker setempat, jelaskan.
6. Satu

tahun setelah dipakai , ternyata ketel uap di perusahaan tersebut

soal No.6 mengalami kebocoran kecil pada las-lasan memanjang drum,


Jelaskan isi saran saufara kepada pimpinan perusahaan khususnya yang
terkait dengan pemeriksaan khusus Bejana Tekan tsb.
7. Sebutkan

jangka

waktu pemeriksaan berkala yang wajib dilakukan

terhadap Bejana Tekan yang dipakai di tempat-tempat kerja ( Non migas )


di wilayah hukum RI.
8. Sebutkan standar warna untuk botol baja berisi N2, O2 dan NH3.
9. Bagaimana

penempatan yang benar di tempat di suatu pabrik boiler

dari sejumlah Bejana Tekan di sana, dimana disana terdapat 20 unit botol
baja berisi O2 dan 20 unit botol baja berisi Acetyllen.
10.Bagaimana cara membawa yang aman dan efisien terhadap sepasang
botol baja berisi O2 dan Acytellen secara mobil dari tempat kerja yang
satu ke tempat kerja yang lain di pabrik boiler soal nomor 9 tersebut
diatas.
BAB V
PENUTU P
Modul

ini

dibuat

secara

singkat

dan

padat,

namun

peserta

dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolah dari pembelajaran ini

dengan membaca referensi-referensi lainnya terutama referensi yang


tertera pada daftar pustaka modul ini.
Di harapkan para peserta pelatihan AK3U ini mencoba menjawab soal-soal
latihan yang ada di Bab IV modul ini, sehingga contens yang ada dalam
modul ini semakin dapat dipahami secara mendalam yang kemudian
pengembangannya sesuai kebutuhan tugas dilapangan sebagaimana
batas wewenang AK3U yang telah diatur di dalam peraturan perundangan
K3.
--o0o
DAFTAR PUSTAKA
1. Depnakertrans RI,Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, 2006, Jakarta.
2. The American Society of Mechanical Engineers (ASME) II, Boiler and
Pressure Vessel Code, 2002, New York.
3. The American Society of Mechanical Engineers (ASME) VIII, Rules for
construction of Pressure Vessel , 2007, New York.
4. The American Society of Mechanical Engineers ( ASME ) IX, Boiler and
Pressure Pressure Vessel Code, 2007, New York.
5. The American Society of Mechanical Engineers (ASME) B.31.4, Pipeline
Transportation Systems for Liquid Hydrocarbon and other Liquids, 2006,
New York.
6. Sri Widharto, Menuju Juru Las Tingkat Dunia , Pradnya Paramita, 2007,
Jakarta.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Formulir Permohonan Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan.
2. Copy Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan
3. Copy contoh gambar konstruksi Bejana Tekan
4. Formulir pemeriksaan visual-internal Bejana Tekan

FORMULIR PEMERIKSAAN VISUAL RUTIN - INTERNAL BEJANA TEKAN


Jenis Bejana Tekan
: ...........................
Merk/Nama Pabrik pembuat
: ............................
Kota/ Negara tempat pembuatan : ............................
Nomor Serie
: ...........................
Tekanan Kerja
: .................Kg/Cm
Volume
: .................Liter
Tahun pembuatan
: ........................
===================================================
==============
A. PEMERIKSAAN DOKUMEN
1. Nomor dan Tgl.Pengesahan pemakaian
: ...................................
2. Pemeriksaan terakhir dilaksanakan Tgl.
: .................................
3. Pemeriksaan terakhir dilaksanakan oleh ; Pengawas Ketenagakerjaan /

AK3 spesiali PU & BT- PJK3.


B. PEMERIKSAAN VISUAL
1. Drum Bejana Tekan tidak terdapat kebocoran
: Ya / Tidak
2. Drum Bejana Tekan tidak terdapat perubahan bentuk : Ya / Tidak
3. Head Bejana Tekan tidak terdapat kebocoran
: Ya / Tidak
4. Head Bejana Tekan tidak terdapat perubahan bentuk : Ya / Tidak
5. Alat pengaman Bejana Tekan lengkap
: Ya / Tidak
6. Manometer ( jika ada ), bekerja baik
:
Ya / Tidak
7. Safety Valve ( jika ada ), bekerja baik
:
Ya / Tidak
8. Warna cat dari bejana tekan sesuai standar
:
Ya / Tidak
9. Penempatannya benar
:
Ya / Tidak
10. Cara memindahkan benar
:
Ya / Tidak
KESIMPULAN :
......................................................
......................................................
......................................................
......................................................

................,.....................
AK3U,
( .................................)
SKP No. ......................

Anda mungkin juga menyukai