Anda di halaman 1dari 36

1

Structural Bolting

2
ASTM Bolt Types

(AISC & NISD 2000)


• A307 – Low carbon steel
• A307 – Low carbon steel
  Not commonly used
Tidak umum digunakan
  Only used
Hanya forkomponen
untuk secondarysekunder
members saja
• • A325
A325––High-strength medium
High-strength medium carbon
carbon steel
steel (above left)
kiri atas)
Bautcommon
  Most yang umum digunakan
bolts used inpada konstruksi
building bangunan
construction
• • A490
A490––High-strength
High-strength heat
heattreated steel
treated (kanan
steel atas)right)
(above
 Lebih mahal dibanding A325’s, tetapi lebih kuat sehingga jumlah baut dapat dikurangi
 Cost more than A325’s, but are stronger so fewer bolts may be necessary
3
• Note that the ASTM designation is indicated on the head of the bolts above
Bolted Joint Types

• Ada 2 jenis baut :


 Bearing
o Beban ditransfer pada antara bagian dengan kapasitas pada baut
 Slip-critical
o Beban ditransfer melalui gesekan antara komponen pada bagian sambungan
4
Bolted Joint Failure Modes

Bearing Bearing Bearing


Fracture Fracture
Yield

Bearing
Yield

• Baut dalam sambungan bearing didesain untuk memenuhi 2 batasan :


1. Leleh, dimana terjadinya deformasi inelastic (kiri atas)
2. Pecah (Fracture), pada saay keruntuhan di bagian sambungan (kiri atas)
• Material baut harus dapat menahan kedua kondisi di atas yaitu kondisi leleh dan pecah pada
kondisi beban (kanan atas)
• Sambungan tarik juga mirip dengan sambungan jenis bearing
 Seringkali, sambungan pada kondisi tarik langsung dikonfigurasikan sebagai baut yang
bersifat geser. (AISC) 5
Bearing Joints

• Pada sambungan yang bersifat bearing (tumpu) sambungan elemen


diasumsikan adanya slip pada bagian tumpunya pada bagian badan baut. bolt
• Jika sambungan didesain sebagai sambungan tumpu, beban ditransfer melalui
tumpuan dimana baut dipasang dengan cara snug-tight atau pretensioned.
(AISC)
6
• Bidang geser (shear plane)
adalah bidang antara 2 atau
lebih bidang dimana pada
waktu beban bekerja bagian
tersebut merupakan bagian
yang bergerak secara paralel
antara satu dengan lainnya,
dalam arah yang berlawanan.
• Uliran baut mungkin berada
didalam bidang geser atau
diluar bidang geser. Uliran berada di dalam bidang geser

• Kapasitas baut akan lebih


besar apabila uliran berada
diluar bidang geser.
• Baut yang umum digunakan
adalah baut dengan ASTM
A325 3/4” dengan uliran
berada di dalam bidang geser .
(AISC & NISD 2000)

Ulir berada diluar bidang geser 7


Slip-Critical Joints

• Pada sambungan slip-critical baut harus fully pretensioned agar didapat


clamping force diantara elemen sambungan.
• Gaya yang terjadi akibat gesekan antara elemen sambungan elemen
• Tahanan gesek mengizinkan sambungan menahan beban tanpa tergeser (no
slip) didalam bagian tumpunya baut, meskipun demikian baut tetap didesain
dengan cara tumpu.
• Permukaan yang bergesekan pada sambungan slip-critical harus memenuhi
persyaratan persiapan yang khusus. (AISC)
8
When to Use Slip-Critical Joints

Per the RCSC Specification (2000), Slip-critical joints are only required in the
following applications involving shear or combined shear and tension:
1. Joints that are subject to fatigue load with reversal of the loading direction
(not applicable to wind bracing)
2. Joints that utilize oversized holes
3. Joints that utilize slotted holes, except those with applied load approximately
perpendicular to the direction of the long dimension of the slot
4. Joints in which slip at the faying surfaces would be detrimental to the
performance of the structure
9
10
11
12
BANGUNAN ATAS 13
14
Calibrated Wrench Installation

• Calibrated Wrench pretensioning digunakan sebagai impact wrench (above


left) untuk mengencangkan baut sampai tarikan yang ditentukan
• Alat kalibrasi Skidmore-Wilhelm (kanan atas) digunakan untuk mengkalibrasi
impact wrench ke torque level dimana ditentukannya suatu gaya tarik
tertentu
• Sejumlah benda uji baut yang mewakili digunakan untuk pengujian ini untuk
memastikan bahwa gaya tarik yang diberikan sudah sesuai (RCSC 2000, AISC)
15
16
BANGUNAN ATAS 17
18
1 Kips = 4,448 kN
19
Tensile strength adalah maksimum
tegangan yang diterapkan, sbg contoh
seberapa besar peregangan awal yang
mengakibatkan patah. Satuannya MPa

Clamp Load - untuk mendapat clamp


load, maka baut harus berada dalam
kondisi tension. Jika baut tdk dalam
kondisi tension, maka tidak akan terjadi
jepitan antar pelat dan diam pada
posisinya. Baut pada waktu
dikencangkan berada dalam 2 posisi
yaitu tarikan dan torsi.
Pada sambungan baut, baut harus
mempunyai perload yang lebih besar
daripada beban luar yang akan
dipikulnya. Beban luar harus diketahui,
sehingga dapat ditentukan mutu baut
(grade), ukuran, diameter, thread pitch 20
BANGUNAN ATAS
dan jumlah baut yang diperlukan
Proof load stress
Beban tarikan yang diterapkan pada baut, sehingga material berada
dalam kondisi batas plastis

Baut pada umumnya dikencangkan sampai 65% terhadap proof load


yang ditentukan (sesuai dengan diameter dan bentuk ulirnya), tetapi
dapat mencapai hingga 80% (Roymech 2009)

Preload
Adalah beban awal yang diberikan pada baut melalui mur (nut) bukan
beban. Preload terjadi pada baut akibat adanya peregangan pada baut
dengan nilai tertentu dari alat torsi. Torsi adalah momen pada baut
atau mur, sesuai dengan spesifikasi alat torsi. Pada umumnya preload
maksimum tidak lebih dari 15% terhadap maksimum load

21
PITCH – ULIRAN mm/PUTARAN

22
23
Torque (alat torsi momen)
Pengencangan baut dilakukan untuk mendapatkan friksi sebelum terjadinya
beban. 50% dari pengencangan ini untuk mengatasi friksi pada bagian
kepala baut, 35% untuk mengatasi friksi pada bagian uliran, 15% sebagai
beban baut (bolt tensioning)

24
BANGUNAN ATAS 25
26
BANGUNAN ATAS 27
BANGUNAN ATAS 28
29
30
31
32
33
34
35
36

Anda mungkin juga menyukai