Anda di halaman 1dari 16

1

Perancah (Scaffolding)

PERANCAH (SCAFFOLDING)

A. Pengertian Perancah (Scaffolding)


Platform kerja sementara untuk bekerja di ketinggian, dan merupakan suatu
konstruksi pembantu yang didirikan ketika gedung sedang dibangun untuk
menjamin tempat kerja yang aman bagi tukang yang membangun gedung, memasang
sesuatu, atau mengadakan pekerjaan pemeliharaan. Pada dasarnya perancah
berfungsi sebagai:
1. Landasan untuk pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Penopang atau penyangga bekisting

B. Tipe Dasar Scaffolding


Scaffolding memiliki 3 tipe dasar, ketiga tipe tersebut adalah sebagai berikut:
1. Supported scaffolding
Yaitu platform yang disangga oleh tiang, yang dilengkapi dengan pendukung
lain seperti sambungan-sambungan, kaki-kaki, kerangka-kerangka dan
outriggers.

Gambar 1. Supported Scaffolding

2. Suspended Scaffolding
Yaitu platform kerja yang didukung oleh tali/sling.

Gambar 2. Suspended Scaffolding

3. Aerial Lifts
Platform kerja yang didukung oleh alat tertentu, tipe ini berbentuk seperti man
basket atau keranjang manusia.

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


2
Perancah (Scaffolding)

Gambar 3. Bentuk-Bentuk Aerial Lifts

C. Syarat–syarat Umum Acuan dan Perancah


1. Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban
lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu
acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya.
 Berat Sendiri (Beton)
Cetakan harus sanggup menahan berat beton yang di cetakan.
 Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang
sedang mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan
terjadinya suatu Gempa atau Retakan
2. Kaku
Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan dan perancah ini, karena
apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka hasil yang akan
dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai tidak sempurna.
3. Mudah dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat
sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang
sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
4. Ekonomis dan Efisien
Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus,
namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus
membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu
dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali
sehingga menghemat biaya.
5. Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah
dalam penyusunan dan pembongkaran.

6. Rapat

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


3
Perancah (Scaffolding)

Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran.


Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai
tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena
pasta semen keluar dari bekisting.
7. Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak
bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke
dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran
tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga
sulit untuk dibersihkan.

D. Bagian–bagian Acuan dan Perancah


1. Bagian pada acuan
a) Papan Cetakan
Dapat digunakan papan sebagai dinding acuan. Apabila digunakan papan
maka penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar ataupun
memanjang, perlu diiperhatikan dalam penyanbungan papan harus benar-
benar rapat agar tidak ada air yang keluar.
b) Klam Perangkai
Klam merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi :
 Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang
maupun melebar.
 Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.
Klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu
dipotong potong sesuai ukuran yang dikehendaki atau cukup
menggunakan papan sisa yang masih cukup panjang dengan lebar
papan yang disambung.
2. Bagian pada perancah
a) Tiang acuan/Tiang Penyangga
Tiang acuan biasanya digunakan kasau, kayu gelam, ataupun berbahan besi.
Umumnya jumlah tiang kolom 4 buah dan diletakkan diluar sudut kolom.
Perletakan tiang pada tanah biasanya diletakkan diatas papan atau juga
ditanam pada tanah. Apabila tiang langsung berhubungan dengan tanah
sebaiknya ditanam sedalam 20 cm untuk menjaga agar konstruksi tidak
bergeser. dari ketinggian kedudukan acuan.
Jarak pemasangan tiang penyangga tergantung dari :
1. beban yang ditopang
2. ukuran balok
3. ukuran penampang maupun panjang tiang penyangga itu sendiri
4. skur/pengaku.
Dalam Acuan dan Perancah II terdapat 2 macam tiang yang digunakan, yaitu:

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


4
Perancah (Scaffolding)

1) Tiang tunggal (pipe support/steel proof).


2) Tiang rangka (scaffolding).
E. Jenis-Jenis Perancah
Berikut adalah jenis-jenis perancah berdasarkan fungsinya:
1. Perancah Andang
Perancah ini digunakan pada pekerjaan dengan ketinggian 2,5 m – 3 m.
Apabila bekerjaan lebih tinggi maka tidak disarankan untuk menggunakan
perancah ini lagi. Adapun macam-macam perancah andang adalah sebagai
berikut: a. Perancah Andang Kayu
Perancah jenis ini cara pembuatannya cepat dan dapat dipindah-pindah
dengan mudah karena biasanya ukurannya tidak besar. Perancah ini
ketinggiannya tetap dalam artian ketinggiannya tidak dapat disetel.
Biasanya digunakan pada pekerjaan yang tingginya tidak lebih dari 3 m.

Gambar 4. Perancah Andang Kayu

b. Perancah Andang Bambu


Perancah jenis ini sama halnya dengan perancah andang kayu hanya bahan
pembuatnya saja yang berbeda. Selain itu perancah ini menggunakan tali
ijuk sebagai pengikatnya. Adapun kaki andang bambu ini ada yang
memakai 2 atau 3 pasang (lihat gambar 5).

Gambar 5. Perancah Andang Bambu dengan 2 Pasang kaki

c. Perancah Andang Besi


Perancah jenis ini tidak jauh beda dari kedua perancah yang telah
disebutkan sebelumnya. Perbedaan yang ada adalah tinggi perancah ini
bisa disetel namun tetap saja tidak dapat digunakan untuk ketinggian

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


5
Perancah (Scaffolding)

diatas 3 m. Kaki perancah ini antara satu dengan lainnya berjarak hingga
1,8 m dengan ketebalan papannya 3 cm.

Gambar 6. Perancah andang Besi

2. Perancah Tiang
Perancah jenis ini digunakan apabila pekerjaan sudah mencapai diatas 3 m,
ketinggian perancah ini bisa dibuat sampai 10 m atau lebih, tergantung dari
kebutuhan. Adapun perancah jenis ini dibagi menjadi 3 macam, yaitu: a.
Perancah Tiang dari Bambu
Perancah jenis ini biasa dipakai pada bangunan bertingkat maupun tidak
(lihat gambar 7). Adapun alasan penggunaan perancah ini adalah sebagai
berikut:
1) Bahan mudah didapatkan
2) Pemasangan perancah bambu ini mudah dibongkar dan dapat dipasang
kembali tanpa merusak bambu.
3) Bahan pengikatnya memakai ijuk yang mudah juga untuk didapatkan.
4) Lebih ekonomis dalam segi biaya.

Gambar 7. Perancah Tiang dari Bambu

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


6
Perancah (Scaffolding)

b. Perancah Tiang dari Bambu dengan Konsol Besi


Perancah jenis ini hanya ditahan oleh satu tiang bambu saja, berbeda dari
jenis yang sebelumnya yang ditahan oleh beberapa penyangga. Adapun
keuntungan pemasangan dari perancah ini adalah: 1) Tidak memerlukan
bambu yang terlalu banyak
2) Pemasangannya lebih cepat dari perancah bambu
3) Lebih praktis dan menghemat tempat
4) Pemasangan konsol dapat dipindah dari tingkat 1 ketingkat di atasnya.

Gambar 8. Perancah Tiang dari Bambu dengan Konsol Besi

c. Perancah Tiang Besi atau Pipa


Jenis perancah satu ini penyetelannya lebih cepat dibandingkan perancah
tiang bambu. Alat penyambung yang dipakai adalah kopling. Untuk
bentuknya bisa dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Perancah Tiang Besi atau Pipa

3. Mobile Scaffolding
Scaffolding jenis ini pada bagian tiangnya dipasang roda, hal ini yang
membuat mobile scaffolding mudah untuk dipindahkan. Namun scaffolding

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


7
Perancah (Scaffolding)

jenis ini mempunyai keterbatasan kekuatan dan ketinggian. Selain itu hanya
bisa digunakan pada permukaan yang rata dan datar.

Gambar 10. Mobile Scaffolding

4. Scaffolding Kayu/Bambu
Scaffolding jenis ini terbuat dari bahan kayu atau bambu. Jenis ini terbilang
tidak cukup kuat dan mudah patah. Meskipun terbilang sudah kuno, namun
jenis ini masih bisa ditemui dalam pemakaiannya. Untuk scaffolding dari kayu
dolken/ bulat (lihat gambar 11), biasanya digunakan kayu dengan diameter
610 cm.

Gambar 11. Scaffolding Dolken

5. Scaffolding Rangka (Frame scaffolding)


Standard dan transom pada scaffolding jenis ini dirangkai mejadi satu bingkai
dengan pengelasan , untuk meghubungkan bingkai satu dengann bingkai
yang lainnya digunakan rangka penyilang (cross brace) yang dipasang pada
setiap standard dengan menggunakan pasak engsel sebagai pengunci.
Kerangka yang dipakai biasanya terbuat dari pipa atau tabung logam.

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


8
Perancah (Scaffolding)

Scaffolding jenis inilah yang dapat sering kita jumpai pemakaiannya dalam
pembangunan sebuah proyek.

Gambar 12. Scaffolding Rangka (Frame scaffolding)

Bagian-bagian frame scaffolding:


a. Main Frame
Sesuai dengan namanya ini merupakan rangka utama pada rangkaian. (lihat
gambar 13).

Gambar 13. Main Frame beserta ukurannya

b. Ladder Frame ini adalah bagian yang berada pada atas main frame, biasanya
digunakan untuk menyambung bagian main frame agar lebih tinggi. Bisa
dilihat pada gambar 14 dan 15 beserta ukurannya.

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


9
Perancah (Scaffolding)

Gambar 14. Ladder Frame beserta ukurannya (bagian 1)

Gambar 15. Ladder Frame beserta Ukurannya (bagian 2)

c. Cross Brace
Ini adalah bagian yang digubakan untuk menyambung antar main frame,
dengan dipasang secara menyilang.

Gambar 16. Cross Brace

d. U-Head

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


10
Perancah (Scaffolding)

Ini digunakan sebagai ujung paling atas rangkaian, tepatnya diatas ladder
frame. Sesuai dengan namanya, U-head berbentuk U yang biasanya bagian
ini digunakan untuk menopang balok kayu.

Gambar 17. U-Head


e. Jack Base
Bagian ini merupakan tumpuan atau kaki dari rangkaian, berfungsi untuk
menopang beban-beban pada saat pelaksanaan pekerjaan.

Gambar 18. Jack Base

f. Joint Pin
Bagian ini merupakan bagian penghubung antara rangka bagian bawah dan

atas scaffolding. Gambar 19. Join Pin

g. Cat-Walk
Bagian ini digunakan sebagai pijakan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan
yang berada pada ketinggian.

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


11
Perancah (Scaffolding)

Gambar 20. Cat-Walk

h. Step/ Tangga
Seperti namanya, bagian ini difungsikan sebagai tangga untuk
mempermudah pekerja dalam menjangkai pekerjaan yang berada
diketinggian.

Gambar 21. Step/ Tangga

6. Tube and Coupler Scaffold (Scaffold Batang-Batang Pipa)


Scaffolding jenis ini dapat dirakit dalam berbagai bentuk dan arah sesuai
dengan tujuan. Dalam perakitan dan pembongkaran scaffolding jenis ini
diperlukan tenaga terampil khusus scaffolding, karena akan cukup sulit bagi
pekerja yang tidak terampilan dalam penggunaan scaffolding tube and coupler.
Scaffolding ini memiliki konstruksi yang kuat.

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


12
Perancah (Scaffolding)

Gambar 22. Tube and Coupler Scaffold

Gambar 23. Bagian-Bagian Tube and Coupler Scaffold

D. Platform
1. Platform Kerja
Platform atau lebih sering disebut sebagai lantai kerja harus dibangun dan
didirikan dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Mempunyai permukaan
yang tahan slip
b. Tidak dapat diangkat dalam kondisi kerja
c. Rata, datar, dan bebas dari sambungan
d. Plank scaffold harus memenuhi AS1577 tentang “Scaffold Planks”.
e. Dimensi platform kerja harus:
1) Tugas ringan, lebar lantai kerja sedikitnya 450 mm.

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


13
Perancah (Scaffolding)

2) Tugas menengah, lebar lantai kerja sedikitnya 900 mm.


3) Tugas berat, lebar lantai kerja sedikitnya 1000 mm.
4) Tugas khusus, lebar lantai kerja tidak boleh kurang dari 1000 mm.

2. Platform Akses
Dimensi harus memenuhi peraturan sebagai berikut:
a. Tidak kurang dari 675 mm untuk orang dan bahan.
b. Tidak kurang dari 450 mm untuk orang dan peralatan tangan saja.

Dalam pelaksanaannya jika pekerjaan acuan dan perancah ini tidak baik, maka
akan mendatangkan kerugian-kerugian seperti :
a) Perubahan dimensi.
Terjadinya perubahan ukurannya dari dimensi yang kita rencanakan
akibatnya jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan
memperkecil volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan
membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang
lainnya. Oleh karena itu, dimensi suatu acuan dan perancah harus lah kuat
dan kokoh, tidak bocor.
b) Perubahan Geometrik
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan
rencana ,misalnya : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku,
akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau menambahkan pekerjaan
finishing lagi. Selain itu, jumlah bahan yang direncanakan tidak sesuai.
c) Penurunan mutu beton.
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan
air yang diikuti semen tadi keluar sehingga kekuatan beton tadi berkurang

F. Gelagar
Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat
berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar terbuat dari
bahan kayu berukuran balok maupun papan. Penggunaan bahan gelagar dari kayu
berukuran balok maupun berukuran papan tergantung dari perencanaan pemakaian
bahan, tetapi yang pasti gelagar yang berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan
untuk menopang beban yang lebih berat jika dibandingkan balok kasau berukuran 4
x 6 cm maupun papan 2 x 20 cm.
Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan.
Pemasangan ini dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian gelagar
bagian tengah. Gelagar bagian tepi dianggap sebagai papan duga terhadap gelagar
bagian tengah
Jarak pemasangan gelagar tergantung dari ;

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


14
Perancah (Scaffolding)

1. Ukuran penampang bahan gelagar


2. Beban yang dipikul
3. Ketebalan papan acuan.

G. Skur
Skur merupakan bagian dari acuan perancah yang berfungsi untuk memperkokoh
atau memperkaku dari sistem acuan perancah yang ada. Agar didapat suatu sistem
acuan perancah yang memenuhi persyaratan kekakuan, maka skur dipasang pada
dua posisi :
a) Skur horizontal merupakan skur yang mempunyai fungsi untuk
mempersatukan tiang penyangga yang ada, sehingga tiang-tiang tersebut akan
bekerja bersamaan pada saat mendapatkan gaya
b) Skur diagonal merupakan skur yang dipasang miring pada arah vertikal, yang
mempunyai fungsi utama untuk melawan gaya-gaya horizontal ( goyangan )
yang timbul pada tiang penyangga.
Skur horizontal saja tidak mampu mengatasi gaya. Skur diagonal saja tidak mampu
menerima gaya karena tidak ada persatuan antar tiang penyangga dan yang bisa
terjadi tiang akan melendut. Kombinasi antara skur horizontal dan diagonal akan
mempunyai kemampuan menopang gaya, karena terjadi kekompakan tiang dan
skur.

H. Landasan
Landasan merupakan untuk tiang penyangga agar tidak bergerak-gerak. Landasan
yang digunakan biasanya berupa balok kayu, baja atau beton.
Landasan berfungsi sebagai:
1) Sebagai bahan (alat) untuk memperluas bidang tekan pada setiap ujung -ujung
tiang penyangga
2) Sebagai bahan atau alat untuk menyangga tergesernya ujung-ujung tiang
akibat adanya gaya-gaya horizontal
3) Sebagai bahan atau alat untuk memudahkan pemasangan tiang -tiang apabila
tiang-tiang tersebut harus dipasang pada tempa- tempat bergelombang.

I. Penyokong
Setelah papan landasan siap, maka tiang-tiang yang sudah dipotong diletakkan
diatas papan tersebut dan dipasangkan penyokong agar tiang–tiang tersebut dapat
berdiri dengan tegak dan kokoh.

J. Langkah Memeriksa Perancah secara Visual

Perancah (scaffolding) dapat menjadi potensi bahaya besar di tempat kerja kita jika
kita tidak memeriksanya dengan benar. Pekerja di atas perancah dapat jatuh dari

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


15
Perancah (Scaffolding)

ketinggian serta pekerja di bawah perancah pun dapat tertimpa perancah atau
material di perancah. Oleh karena itu, setiap perancah harus diperiksa sebelum
digunakan untuk pertama kali.

Secara legal, petugas yang berhak menyatakan suatu perancah aman atau tidak
adalah Petugas Perancah (scaffolder) yang telah memegang sertifikat Supervisor
Perancah dari Kemanekertrans. Hal itu seperti telah diatur dalam Surat Keputusan
Dirjen PPK No.20/DJPPK/2004 tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bidang Konstruksi Bangunan Ketetapan Keempat:

“Setiap tenaga kerja yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan
pemasangan, perawatan, pemeliharaan, dan pembongkaran perancah harus
memenuhi syarat kompetensi K3 Perancah.”

Banyak aspek yang harus diperiksa untuk memastikan perancah aman. Meskipun
demikian, ada 10 langkah memeriksa perancah secara visual:

 Izin kerja yang lengkap. Izin kerja biasanya meliputi Job Safety Analysis,
Sertifikat Scaffolder, dan izin pembuatan perancah. Izin tersebut harus
dilengkapi sebelum pembuatan perancah
 Lihat perbandingan bay dan lift (baca: Mengenali Nama Bagian dari Perancah).
Perbandingan yang aman adalah 1 bay:3 lift. Perancah dapat dipasang
outrigger/support untuk memperkuat ikatan antara lift dengan bay di bawah.
 Periksa landasan pijak perancah dan bagian baseplate serta soleplate dari
perancah. Pastikan bagian tersebut tidak retak ataupun karatan. Jika
menggunakan scaffolding beroda, pastikan roda sudah terkunci
 Periksa bagian standard dari perancah, pastikan sudah lurus, tidak berkarat dan
kuat. Anda dapat menggunakan waterpass untuk mengukur lurus atau tidaknya
bagian standard. Untuk mengukur kekuatan, biasanya bisa dengan dipukul
dengan kunci/tang/raset. Apabila berbunyi nyaring, tandanya sudah kuat
karena tidak ada celah udara yang menghalangi suara.

 Tangga harus dipasang untuk dapat mengakses tingkatan yang lebih tinggi.
Tidak diperkenankan untuk naik melalui pipa perancah.
 Periksa semua bagian dari perancah, pastikan tidak karatan atau rusak.
 Periksa semua ikatan perancah (clamp),pastikan sudah terhubung dengan kuat.
 Pastikan tempat angkur body harness minimum setinggi pinggang, tidak
diperkenankan untuk mengangkur body harness setinggi kaki. Oleh karena itu,
penting untuk memasang mid rail dan top rail di tingkat paling atas dari
perancah
 Pastikan semua resiko jatuh telah dikendalikan dengan memasang railing-railing
yang diperlukan

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding


16
Perancah (Scaffolding)

 Setelah yakin aman, beri scafftag hijau yang dipasang di dekat akses tangga
perancah.

K. Cara Pembongkaran Perancah (Scaffolding)


Pembongkaran scaffolding harus memperhitungkan kekuatan atau umur beton serta
memperhatikan kebutuhan pekerjaan berikutnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pemantapun terhadap perawat agar pada saat pembongkaran tidak terjadi masalah.
Apabila ketentuan beton sudah cukup maka persiapan, maka siap persiapan
pembongkaran.
Disamping kekuatan beton juga perlu diperhatikan arah dan bagian mana yang lebih
dahulu dibongkar. Langkah pembongkaran perancah (scaffolding) :
1. Didahului dengan penurunan u-head pada bagian tengah bentangan atau daerah
momen terbesar ke arah tepi, untuk menghindari penurunan mendadak.

2. Dilanjutkan dengan pembongkaran frame scaffolding.

3. Jika dibutuhkan sebagai perancah pada saat pembongkaran bekisting cetak maka
frame lapis pertama tidak dibongkar.

4. Selanjutnya melepas join pin dan cross brace.

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT RENDAH | Scaffolding

Anda mungkin juga menyukai