Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
1. Kilang Pengolahan Minyak
Kilang Wonokromo di Jawa Timur adalah kilang minyak yang
pertama kali beroperasi di Indonesia yaitu di tahun 1890 yang hampir
berbarengan dengan Kilang Pangkalan Brandan di Sumatera Utara
yang beroperasi sejak tahun 1891. Sejak saat itu, beberapa kilang
dibangun pada masa pra kemerdekaan yaitu Kilang Cepu (1894),
Kilang Plaju (1904), dan Kilang Sungai Gerong (1926).Dari kilang-
kilang tersebut yang masih beroperasi adalah Kilang Cepu dan Kilang
Plaju. Sedangkan kilang yang beroperasi pada masa setelah
kemerdekaan yaitu Kilang Balikpapan I (1950), Dumai(1971), Kilang
Cilacap I (1976),Kilang Cilacap II (1981), Kilang Balikpapan II
(1983), Kilang Balongan (1994), dan Kilang Kasim (1997).
Keseluruhan kilang ini dimiliki oleh Pertamina, adapun kilang yang
dimiliki oleh pihak swasta yaitu Kilang TPPI dan Kilang TWU. Total
kapasitas terpasang kilang minyak Indonesia adalah1,157 juta bph
dimana 90% dimiliki oleh Pertamina.Kilang pengolahan minyak bumi
PT Pertamina (Persero) dalam hal ini disebut Dengan Refinery Unit
(RU) ada tujuh RU yang dioperasikan pertamina seperti pada tabel

dibawah ini.
Dari data diatas terlihat kilang dengan kapasitas terpasang terbesar
adalah Refinery Unit IV Cilacap dan terkecil RU I Pangkalan Brandan.
Kondisi sekarang RU I pangkalan brandan sudah non aktif. Fasilitas
operasi kilang minyak Indonesia cukup bervariasi. Selain beberapa
kilang lama yang hanya mempunyai unit distilasi atmosfer (Pangkalan
Brandan, Sungai Pakning dan Cepu), pada kilang-kilang lainnya
dilengkapi dengan proses sekunder untuk mendapatkan yield BBM
yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik. Proses sekunder yang
mula-mula adalah perengkahan termis (Thermal Cracking) di
Plaju/Musi, dan kemudian dibangun di kilang Dumai (Delayed
Cooking) serta di Cilacap (Visbreaking).
Dengan kemajuan tekonologi proses kemudian proses
perengkahan katalis (Catalytic Cracking) mulai digunakan di
Plaju/Musi (Fluid Catalytic Cracking) dan di Kilang Unit Pengolahan
VI di Balongan yang diresmikan pada tanggal 24 Mei 1995 dilengkapi
dengan unit RCC (Residual Catalytic Cracking) yang dapat
menghasilkan komponen mogas beroktana tinggi (High Octane Mogas
Component) guna memproduksi bensin premium dengan angka oktana
tinggi seperti Pertamax 92 dan 95. Proses sekunder lainnya adalah
Catalytic Reforming di Dumai, Cilacap, Balikpapan dan Kasim Irian
Jaya. Selain itu proses Polymerization dan Alkylation digunakan di
Plaju/Musi. Beberapa kilang minyak di Indonesia juga dilengkapi
dengan unit penghasil aspal (Cilacap), kokas (Dumai), lilin
(Balikpapan dan Cepu), polypropylene (Musi) sedangkan kilang
Balongan dapat menghasilkan propylene dan sulphur. Selain
menghasilkan BBM, kilang minyak juga menghasilkan non BBM
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
2. Sektor Hulu
a. Eksplorasi
Kegiatan ekplorasi merupakan awal kegiatan dimana perusahaan
melakukan aktivitas untuk menemukan cadangan minyak atau gas
bumi. Hal ini dimulai dari survey untuk menemukan hidrokarbon
sampai dengan pembuktian cadangan migas yang ditemukan.
Dalam tahap eksplorasi, perusahaan melakukan aktivitas survei
geologi, survei geofisika, survei seismik dan melakukan pemboran
eksplorasi.
1) Survei Geologi
Survei ini dilakukan untuk menentukan struktur batuan yang
dapat menjebak hidrokarbon dengan teknik pemetaan
permukaan. Survei ini difokuskan pada batuan yang ada pada
permukaan bumi yang merupakan penyusun lapisan atas kerak
bumi. Batuan yang diduga mengandung hidrokarbon akan
dikirim ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut guna
mengetahui kandungan hidrokarbon yang terdapat pada batu
tersebut.
2) Survei Geofisika
Merupakan kegiatan yang dilakukan guna mencari kandungan
hidrokarbon pada lapisan bumi dengan menggunakan
peralatan gravimeter dan magnetometer. Alat ini berfungsi
untuk membaca besar gravitasi dan medan magnet bumi.
3) Survei Seismik
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari cekungan yang diduga
memiliki kandungan minyak dan gas bumi. Survei ini
dilakukan dengan cara membuat gelombang kejut dan
kemudian radiasi gelombang tersebut akan direkam dengan
seismometer. Data yang dihasilkan digunakan untuk
menginterpretasikan struktur lapisan tanah, besarnya lokasi
dan besarnya reservoir migas yang ada.
4) Kegiatan Pemboran Sumur
Setelah dilakukan survei diatas, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan pengeboran sumur eksplorasi dan well logging
untuk mengetahui adanya cadangan migas di daerah tersebut
dan mengukur tingkat keekonomian cadangan tersebut.
Misalnya pemboran wild-cat, hasilnya adalah konfirmasi
adanya hidrokarbon (jenis, besar kandungan), sifat batuan
(porositas, permeabilitas, kekuatan), struktur dan keadaan
(tekanan dan temperatur) lapisan yang ditembus sumur /
reservoir tersebut. Selain itu, kegiatan pengeboran ini dapat
menentukan luas daerah yang mengandung hidrokarbon.
b. Pengembangan Lapangan Migas
Perusahaan akan membuat rencana pengembangan untuk lapangan
yang terbukti memiliki cadangan minyak yang ekonomis. Rencana
pengembangan lapangan migas tersebut diajukan ke BP Migas
dengan menghitung jumlah cadangan, jumlah sumur, produksi
perhari dan berapa lama lapangan tersebut berproduksi.
Perusahaan juga mengajukan biaya pengembangan lapangan yang
terdiri dari biaya kapital dan biaya operasional. Biaya kapital
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang memiliki
manfaat jangka panjang, termasuk biaya infrastruktur dan biaya
eksplorasi. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan.
c. Kegiatan Produksi
Setelah rencana kegiatan pengembangan lapangan di setujui oleh
BP Migas, maka perusahaan akan melanjutkan ke tahap produksi.
Tahap pertama adalah menentukan koordinat sumur yang akan di
bor dan kemudian melakukan pengeboran. Biaya yang termasuk
dalam aktivitas pengeboran ini, diantaranya biaya sewa rig, mud,
testing, cementing dan biaya pendukung lainnya. Supaya efisien,
dalam keberlangsungannya produksi memberikan data dan
informasi lebih lengkap sehingga peta cadangan dapat direvisi
setiap tahun dengan tingkat keakurasian makin tinggi. Adapun
dalam proses produksi dapat terbagi menjadi:
1) Primary recovery
Berupa pengangkatan alami (natural flow) ataupun
pengangkatan buatan (artificial lift) dengan pompa angguk
(sucker-rod), pompa listrik terendam (ESP – electrical
submersible pump), pompa hidrolik, dan gas-lift.
2) Secondary Recovery (SecRec)
Disebut SecRec apabila ada sumur produksi dan injeksi
yang membentuk pola pendesakan migas. Contoh: water
flood.
3) Enhanced Oil Recovery (EOR)
Disebut EOR apabila terjadi reaksi kimiawi yang
mengubah interaksi batuan dan fluida reservoir. Contoh:
injeksi polimer, injeksi soda kaustik.SecRec dan EOR
adalah proses meningkatkan perolehan setelah primary
recovery dilakukan. Produksi sudah tidak ekonomis lagi
apabila untuk jangka panjang diperkirakan pendapatan dari
produksi tidak dapat lagi menutupi biaya operasi. Untuk itu
sumur harus ditutup (plugged), disemen.
3. Sektor Hilir
Pada sektor hilir migas dapat diartikan sebagai proses pengolahan
minyak mentah maupun gas alam sampai pada tahap pemasaran hasil
produksi, proses ini meliputi pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan dan niaga (pemasaran).

a. Pengolahan

Tahap pertama pada bisnis hilir migas ialah tahap pengolahan,


pada dasarnya proses pengolahan bertujuan untuk memurnikan
menyak mentah, mendapatkan bagian-bagian yang diinginkan dan
mempertinggi mutu serta nilai tambah fraksi minyak bumi maupun
gas alam. Proses pengolahan minyak mentah dilakukan pada area
yang sering disebut dengan kilang (Refinery Unit) yang terdiri dari
berbagai macam jenis peralatan pengolahan serta teknologi di
dalamnya. Proses pengolahan akan menghasilkan berbagai jenis
produk bahan bakar maupun produk setengah jadi, berikut
contohnya:
1) Produk Bahan Bakar terdiri dari bensin, kerosen, minyak
diesel, avtur, minyak bakar, LPG (Liquefied Petroleum
Gas) dan beberapa produk hasil olahan lainnya.
2) Produk setengah jadi atau sering juga disebut produk antara
adalah bahan-bahan hasil olahan yang dapat digunakan
sebagai bahan baku pada industri lain, misalnya saja
industri petrokimia. Contoh produk antara tersebut seperti
propilena, etilena, benzena, toluena, methanol dan
sebagainya.
Peralatan utama pada proses ini yaitu kolom destilasi yang
berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak mentah.
kemudian proses pemurnian yang bertujuan untuk menghilangkan
komponen-komponen yang tidak diinginkan seperti mineral
(garam), sulfur dan air, selanjutnya proses konversi yang berfungsi
untuk meningkatkan kualitas produk hasil olahan.
b. Pengangkutan
Proses pengangkutan pada industri hilir migas merupakan kegiatan
pemindahan minyak bumi dan gas bumi atau hasil olahan dari
wilayah kerja baik itu pengolahan maupun dari tempat
penampungan. Proses pengankutan biasanya menggunakan kapal
atau melalui pipa transmisi dan distribusi. Apabila pemindahannya
menggunakan pipa maka perlu perhatian khusus seperti pemilihan
jenis pipa yang sesuai dengan karakteristik fraksi yang akan
dialirkan di dalamnya.
c. Penyimpanan
Kegiatan penyimpanan meliputi proses penerimaan, pengumpulan
dan penampungan minyak bumi dan gas alam serta hasil olahan.
Lokasi penyimpanan untuk hasil olahan bisa saja berada di bawah
tanah maupun di atas permukaan dengan menggunakan tangki
yang sesuai dengan karakteristik fraksi di dalamnya.
d. Pemasaran
Kegaiatan pemasaran merupakan tahap akhir pada bisnis
hilir/industri hilir migas dimana terdiri dari pembelian, penjualan,
ekspor dan impor minyak bumi dan gas bumi serta hasil olahan
lainnya.
4. Proses Pengolahan Minyak
a. Distilasi
Distilasi yaitu proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik
didih; Proses ini berlangsung di kolom distilasi atmosferik dan
Kolom Destilasi Vakum. Awalnya minyak mentah akan dialirkan
ke dalam tabung tersebut dan kemudian dipanaskan dalam tekanan
1 atmosfer pada suhu 370 derajat Celcius.
Selanjutnya hasil dari fraks-fraksi tersebut nantinya dipisahkan,
dimana fraksi yang memiliki titik didih terendah akan menempati
bagian atas tabung, sedangkan fraksi yang memiliki titik didih
tinggi akan menempati bagian dasar tabung. Hasil dari proses
destilasi ini antara lain adalah gas, bensin, minyak tanah, diesel,
oli, lilin dan aspal. Dimana semua hasil tersebut belum menjadi
bahan siap pakai karena belum melewati tahap-tahapan
selanjutnya.
b. Cracking
Craking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon
yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang
kecil.!ontoh cracking ini adalah pada pengolahan minyak solar atau
minyak tanah menjadi bensin. Proses ini terutama ditujukan untuk
memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasoline (bensin).
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
1) Thermal cracking 
Yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan
tekanan yang rendah
2) Catalytic cracking 
Yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang
digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi
dari perengkahan katalitik melalui mekanisme
perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena
bersifat asam menambahkan proton ke molekul olevin
atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga
menyebabkan terbentuknya ion karbonium.
3) Hidro cracking
Merupakan kombinasi antara perengkahan dan
hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh.
Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi.
Keuntungan lain dari hidrocracking ini adalah bahwa
belerang yang terkandung dalamminyak diubah
menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.
4) Reforming
Reforming merupakan perubahan struktur molekuldari
karbon yang rantainya lurus menjadi karbon yang
rantainyabercabang dengan adanya bantuan katalis dan
pemanasan. Reforming biasanya terjadi pada
perubahan mutu bensin dari yang kurang baik menjadi
lebih baik walaupun strukturnya berbeda dalam
molekul yang sama
5) Alkilasi dan Polimerasi
Alkilasi merupakan proses dimana karbon yang
rantainya bertambah pada fraksi sehingga molekulnya
lebih panjang dan bercabang.Proses alkilasi dilakukan
dengan bantuan penambahan katalis seperti asam kuat.
Sedangkan polimerisasi merupakan proses dimana
partikel-partikel kecil bergabung menjadi partikel-
partikel yang besar sehingga menghasilkan produk
yang bagus.
6) Treating
Treating merupakan proses setelah eliminasi dari
pengotor-pengotornya yang kemudian dilakukan
pemurnian terhadap fraksi minyak bumi.
Pengotorpengotor yang dieliminasi tersebut biasanya
berbau[126-127] tidak sedap dengan beberapa proses.
7) Blending
Blending merupakan proses akhir dari pengolahan
minyak bumi pada proses ini ditambah zat aditif untuk
meningkatkan kualitas akhir dari minyak bumi,
contohnya Tetra Ethyl Lead atau TEL yang merupakan
zat aditif penambah bilangan oktan bensin. Jadi,
blending adalah salah satu teknik atau proses material
dimana cara kerjanya dengan menggabungkan atau
mencampurkan bahan material dengan jumlah yang
telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Risdiyanta, 2015. Mengenal Kilang Pengolahan Minyak Bumi (Refinery) di
Indonesia. Forum Teknologi. http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/T-
3_MENGENAL_KILANG-Risdi.pdf. (Diunduh 1 Desember 2019)
Wati, Andriati Fitria. 2019. Industri Pengolahan Minyak Bumi di Indonesia.
Universitas Negeri Padang, Indonesia.https://osf.io/2bvm5/download/?
format=pdf (Diunduh 1 Desember 2019)

Anda mungkin juga menyukai