Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ardelia Widya Santi

NIM : 23023004

Mata kuliah : Pengolahan Minyak dan Gas

Tanggal : 03 September 2023

1. Mengapa offshore lebih mahal daripada onshore


2. Peran chemical engineering dalam dunia migas
3. Kendala di Indonesia terhadap dunia migas
4. Cara untuk mendapatkan minyak dan gas yang ada di dalam bumi
5. Case yang dihadapi pada setiap lapangan
6. Cara untuk menggali migas dalam reservoir di dalam berbagai kondisi, gambarkan
7. Resiko kegagalan dalam dunia migas
8. Lapangan minyak dan gas yang ada di Indonesia
9. Gambarkan permukaan anti-kiln yang mengandung oil and gas
10. Apakah pentingnya kolaborasi dari berbagai jurusan (teknik geofisika, teknik geologi,
teknik kimia, dan teknik pertambangan)
Proses Pencarian Lapangan yang Mengandung Minyak dan Gas

Timeline :

1. Seorang geologi sudah mempunyai peta yang telah dipelajari terlebih dahulu melalui foto
satelit.

(Lapangan Hamlin dan Peciko, Sumber : Google maps)


2. Melakukan survey seismik, lalu ada dinamit yang diledakkan, lalu setelah diledakkan
gelombangnya akan merambat ke bebatuan. Setiap bebatuan akan memiliki masa jenis
yang berbeda-beda. Perangkat seismik akan membaca panjang gelombang dari batuan
tersebut. Dari bebatuan itulah kita mengetahui apakah Minyak dan Gas ada disini atau
ternyata ada di beberapa meter dibawahnya. Jika batuannya tight atau mengikat satu sama
lain secara kuat, berarti tidak ada fluida yang ada di dalamnya. Selain itu, seismik juga
melihat struktur yang anti-kiln atau berupa cekungan yang dimungkinkan ada minyak.

(sumber : google)
3. Pengambilan data akurasi berikutnya, lalu di plot di dalam grafik, jika terdapat patahan di
dalamnya maka minyak tidak akan berpindah lagi karena minyak terjebak disana.
4. Setelah melakukan survey seismik dan menganalisis batuan di lubang tersebut, barulah
melakukan pengeboran, konstruksi, produksi.
5. Proses produksi melibatkan pemisahan antara minyak dan air atau ada impurities atau
pengotor seperti H2S atau CO2 sehingga gas dan minyak tersebut harus dibersihkan
karena produk yang diinginkan harus sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Kandungan minyak dan gas yang bisa dijual :

Resiko yang Dihadapi oleh Bisnis Minyak dan Gas :


1. Banyaknya minyak tergantung dari reservoir-nya, bisa 4-10 tahun untuk melakukan
eksplorasi karena bisnis migas adalah bisnis yang “high risk, high return”.
Kemungkinan untuk mendapatkan minyak 10 tahun setelah melakukan eksplorasi.
Apabila tidak mempunyai modal yang besar untuk invest selama 10 tahun, maka
bisnis tersebut bisa gagal.
2. Kegagalan selanjutnya adalah harus melakukan perhitungan yang benar-benar akurat
dan perencanaan studi yang matang terhadap jumlah minyak dan gas yang terdapat di
dalam tanah. Contohnya : Petronas di Jawa Timur memperkirakan memiliki Minyak
dan Gas di dalam tanah sebesar 300juta ft3/hari berdasarkan perhitungan awal yang
telah mereka lakukan. Ternyata setelah dibangun hanya terproduksi 100juta ft3/hari.
Hal tersebut dianggap merugikan Negara karena di dalam produksi migas ada yang
disebut dengan cost recovery. Setelah terjadi, leason learned bahwa investasi yang
dilakukan sebaiknya secara modular atau bertahap.
3. Produksi yang dibayangkan tidak sesuai dengan target. Hal tersebut dapat
menyebabkan terjadi kerugian.
4. Baru bisa mencapai puncak produksi pada waktu yang sangat lama, di lapangan
Minas dan Duri kira-kira 20 tahun baru mencapai puncak produksinya pada tahun
2000-an.
5. Percent of succession nya hanya 43%. Artinya ada potensi kerugian hampir 60%.

Perhitungan volume minyak atau gas yang ada di dalam tanah :

A : luas area
d : ketebalannya
Porositas : pori-pori batuannya. Volume pori-pori/total batuannya (tempat
menyimpan hidrokarbon)
Sw : Jumlah air yang terkandung di dalam batuan.
Bi : Faktor konversi volume dibawah tanah ke permukaan
Original Oil in place =
OGIP
RF = minyak dan gas yang bisa diproduksi

= minyak

= air

= batuan

Peran Chemical Engineering :


Setiap sumur akan dihitung keekonomisannya, jika jumlahnya banyak tetapi
mengambilnya tidak ekonomis maka tidak akan dijalankan. Lalu dibuat skenarionya,
teknologinya, alatnya dan lainnya. Setelah itu, hitung NPV (net present value) nya
terlebih dahulu apakah (-) dan (+), lalu hitung ROR (rate of return) = seberapa cepat
akan kembalinya modal.
IRR = >10-20% Go
= <10-20% Not Go
Artinya apabila IRR nya tidak mencapai 10%, maka proyek tidak akan dilaksanakan
karena bisnis migas adalah bisnis yang high risk, high return. Sehingga peran seorang
chemical engineering pastinya ada di bidang process engineer-nya bagaimana bisa
mendesain alat dengan ekonomis tetapi tetap mengedepankan kualitas dari produk
yang bisa dihasilkan, kondisi operasinya juga ditentukan oleh chemical engineering
seperti perubahan pressure dan temperature memiliki fasa apa dan lainnya dengan
Thermodinamika, Mekanika Fluida, dan Transport Phenomena. Contohnya seperti
alat pemisahannya antara minyak dan air, menghilangkan impurities CO2 atau H2S
atau pengotornya dari minyak dan gas agar dapat dijual sesuai spesifikasi yang ada.
Kemudian air yang ada dari hasil pengeboran (reservoir) mengandung kandungan
yang tinggi mineralnya atau toksisitas, oleh karena itu airnya harus diolah sendiri
terlebih dahulu agar dapat dibuang ke sungai atau ke suatu area dan bagaimana cara
transportasinya, apakah di kondensatkan atau yang lainnya.

Problem yang terjadi di dunia migas :


1. Untuk memproduksi gas belum ada market untuk menjualnya.
2. Lapangan gas yang ada di Indonesia Timur banyak yang belum bisa dioperasikan
karena industri banyak terletak di Indonesia bagian Barat, sedangkan lapangan
yang banyak mengandung gas nya terletak di Indonesia bagian Timur.
3. Sulit untuk penyimpanannya karena harus langsung dialirkan, tangkinya harus
high pressure.

Cara untuk menggali reservoir minyak dan gas :


1. Jika ada reservoir yang berada ditanah tapi terletak di pusat kota atau cagar alam,
maka kita akar mengebor dari tempat yang jauh kira-kira 10km jauh dari
permukiman atau aktivitas kota.
2. Jika reservoir terletak dibawah sungai, maka dari beberapa meter dari sungai dibor
untuk dapat reservoir dari bawah sungai.
3. Menggalinya dengan sumur horizontal, karena kalo menggunakan sumur vertical
maka yang terkurasnya hanya sedikit. Sehingga dibuat horizontal agar kontak
dengan reservoirnya lebih banyak.
4. Sumur yang didekat pantai, daripada membangun anjungan yang biayanya mahal,
maka akan di bor dipinggir pantainya dengan mengarah dengan permukaan
dibawah lautnya agar bisa menembus reservoirnya. Hal tersebut sesuai dengan
kedalaman reservoirnya. Semakin sulit daerahnya, maka semakin besar biaya
yang dibutuhkannya. Biaya jika offshore lebih mahal 3x lipat daripada onshore

(onshore, sumber : google)


(offshore, sumber : google)

Enchanced Oil Recovery atau Cara Menguras Lapangan yang Sudah Tua Tapi Masih
Mempunyai Cadangan Minyak untuk Dihasilkan :

1. Primary recovery adalah cara memproduksikan sumur secara alamiah dengan tekanan
reservoir yang ada menggunakan pompa, baik pompa angguk maupun pompa
submersible atau pasang pompa dengan gas lift dengan tujuan agar kolom fluida lebih
ringan sehingga minyak bisa mengalir, membantu mengangkat minyak yang ada di
lubang sumur. Lalu saat tekanannya udah turun, primary recovery sudah tak bisa
digunakan, jadi menggunakan secondary recovery.
2. Fase sekunder (secondary recovery) dilaksanakan dengan injeksi cairan (pressure
maintenance atau water flooding) atau gas (immiscible gas flooding) ke dalam
reservoir dan mendorong minyak mengalir ke sumur produksi. Jika dalam akhir fase
sekunder dimungkinkan masih tersimpan cadangan minyak bumi, maka selanjutnya
dapat dilakukan metode tersier (tertiery recovery).
3. Tertiary recovery dilakukan dengan cara menginjeksikan air yang sudah ditambahkan
zat kimia (polimer, surfaktan), menginjeksikan gas yang miscible (larut) dalam
minyak, menginjeksikan uap air (untuk menurunkan viskositas), on situ combustion
(membakar sebagian minyak) atau menginjeksikan mikroba. Secondary dan tertiary
recovery biasa disebut Enhanced Oil Recovery (EOR). Sumur juga memerlukan
perawatan maupun perangsangan (stimulasi) untuk menjaga produksinya. Pekerjaan
ini dikenal sebagai work over, dengan tujuan untuk memindahkan produksi ke lapisan
lain membersihkan sumur dari endapan (scaling), melakukan acidizing (pengasaman)
dan melakukan fracturing (perekahan) supaya fluida lebih mudah mengalir.

Bahan kimia yang biasa digunakan untuk tersier recovery adalah

1. Polimer

Injeksi polimer merupakan salah satu teknik kimiawi yang digunakan dalam proses
perolehan minyak atau enhanced oil recovery (EOR). Injeksi polimer banyak
digunakan dalam teknik EOR karena teknik aplikasinya relatif sederhana dan recovery
yang didapat relatif besar dibandingkan dengan injeksi air secara konvensional. Dalam
proses produksi dengan injeksi air biasanya sering terjadi fenomena air mengalir
terlebih dahulu daripada minyak secara tidak merata dan biasanya terjadi pada
reservoir yang heterogen.

Polimer dapat meningkatkan viskositas fluida (air) dan berperan dalam mendorong
dan mendesak minyak supaya lebih optimal. Injeksi polimer dapat menurunkan
mobilitas fluida dan meningkatkan viskositasnya. Polimer yang terlarut dalam air
digunakan sebagai viscosifying agent yang dapat mengontrol mobilitas fluida injeksi
(water base) untuk meningkatkan efisiensi penyapuan. Polimer mengurangi efek
negatif karena adanya variasi permeabilitas dan rekahan dalam reservoir heterogen.
Injeksi polimer terdiri atas beberapa tahap, yaitu preflush (pengondisian reservoir),
additional oil recovery (oil Bank), injeksi larutan polimer untuk mengontrol mobilitas
fluida, injeksi air bebas mineral (fresh water buffer) untuk melindungi polimer, dan
injeksi fluida pendorong (driving fluid) berupa air.

2. Surfactant (surface active agent)


Mengangkat minyak-minyak di batuan reservoir, dengan surfactant, maka minyak
akan terangkat dari bebatuan. Dalam dunia perminyakan, surfaktan terutama
digunakan dalam usaha peningkatan perolehan minyak untuk memproduksi minyak
yang terjebak dalam pori batuan dengan mengurangi tegangan permukaan antara
minyak dan air yang terdapat dalam pori batuan sehingga minyak yang terjebak di
dalam pori batuan dapat lebih mudah untuk keluar. Cara kerja surfaktan dalam
menurunkan tegangan antar muka, bagian yang hidrofilik akan masuk kedalam larutan
polar dan bagian yang lipofilik akan masuk ke larutan yang non polar sehingga
surfaktan akan menggabungkan kedua senyawa yang seharusnya tidak dapat
bergabung tersebut. Formulasi surfactant terdapat persen-persen tersendiri karena
bergantung dengan lapangannya.
3. Carbon dioksida
Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya CO2 dengan minyak kemudian
membentuk fluida baru yang lebih mudah untuk didesak dibandingkan dengan kondisi
minyak awal. Ada 4 jenis mekanisme pendesakan pada injeksi CO2:
1. Injeksi CO2 secara menerus selama proses EOR. Menginjeksikan terus menerus gas
CO2 ke dalam reservoir maka diharapkan gas CO2 ini dapat larut dalam minyak dan
mengurangi viskositasnya, dapat menaikkan densitas (sampai tahap tertentu, yang
kemudian diikuti dengan penurunan densitas), dapat mengembangkan volume minyak,
dan merefraksi sebagian minyak, sehingga minyak akan lebih banyak terdesak keluar
dari media berpori.
2. Injeksi slug CO2 dan diikuti oleh air. Menginjeksikan carbonat water (percampuran
antara air dengan gas CO2 (reaksi CO2 + H2O) sehingga membentuk air karbonat
yang digunakan sebagai injeksi dalam proyek CO2 flooding) ke dalam reservoir.
Tujuan utama adalah untuk terjadi percampuran yang lebih baik terhadap minyak
sehingga akan mengurangi viskositas dari minyak serta mengembangkan sebagian
volume minyaksehingga dengan demikian penyapuan akan lebih baik.
3. Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian. Membentuk slug penghalang dari CO2
yang kemudian diikuti air sebagai fluida pendorong. Cara pertama sama seperti cara
kedua, pembentukan slug ini untuk lebih dapat mencampur gas CO2 ke dalam minyak,
kemudian karena adanya air yang berfungsi sebagai pendorong maka diharapkan
efisiensi pendesakan akan lebih baik.
4. Microbial Enchanced Oil Recovery
MEOR merupakan salah satu teknologi tertier recovery yang dilakukan setelah
teknologi secondary recovery tidak dapat dilakukan lagi untuk mengeluarkan sisa
minyak bumi yang terperangkap di batuan. Teknologi ini menggunakan mikroba
indigenus atau eksogenus yang diinjeksikan ke dalam reservoir bersamaan dengan
nutrisi. Dengan adanya pertumbuhan mikroba di dalam reservoir diharapkan dapat
dihasilkan produk biologis berupa surfaktan, polimer, dan senyawa asam yang dapat
menurunkan tegangan antarmuka minyak, penurunan viskositas, peningkatan
permeabilitas, dan porositas dari batuan, sehingga memudahkan perpindahan minyak
dan meningkatkan perolehan minyak (Al- Sulaimani, et al. 2011). Teknologi MEOR
merupakan teknologi yang spesifi k untuk masing-masing karakeristik reservoir.
Mikroba akan memakan fraksi berat dari hidrokarbon sehingga minyak menjadi lebih
ringan dan terangkat ke atas.
5. Injeksi CO2 dan air secara simultan. Cara yang keempat sebenarnya sama dengan cara
yang ketiga tetapi disini lebih banyak fluida digunakan CO2 untuk lebih melarutkan
minyak setelah proses penyapuan terhadap pendesakan minyak, maka minyak yang
telah tersapu dan akan diproduksikan melalui sumur produksi. Tingkat perolehan oil
yang paling tinggi adalah pada mekanisme inkeksi gas CO2 yang dilakukan secara
kontinyu, sedangkan untuk injeksi CO2 dan air secara simultan itu baik untuk
reservoir yang homogen. CO2 yang diinjeksi juga harus tahu berapa maksimalnya agr
tidak merugikan lingkungan karena takutnya CO2nya masuk ke tanah dna bercampur
dengan air, kemudian malah manyebabkan kerusakan lingkungan.
unconventional reservoir :
masih dikembangkan dengan unconventional reservoir. Bergantung dengan ilmu
thermodinamika dengan perubahan fasa dan lainnya.

Lapangan Marjinal
Suatu lapangan yang tidak ekonomis dikembangkan dengan parameter saat ini.
Lapangan ini bergantung dari keekonomiannya, contoh di natuna karena co2nya
banyak jadi marjinal karena NPV nya negatif. Lapangan kecil bukan berarti marjinal,
karena fasilitas produksinya murah. Lapangan marjinal :
- mahal
- remote area (terpencil dengan buat jalannya mahal)
- belum ada marketnya
- harga produk masih rendah
Cara agar lapangan marjinal yang sebelumnya tidak ekonomis menjadi ekonomis
adalah :
1. Harus tau strategi pengenbangan lapangan marjinal
2. Meminta tambahan insentif ke pemerintah terhadap split bill antara kontraktor
dengan pemerintah, kalau tidak ekonomi maka bisa mengajukkan ke skk migas
dengan tambah split antara kontraktor dan pemerintah sehingga lapangan tersebut
bisa diproduksikan
3. Insentif dengan keringanan pajak dengan tax holiday atau bebas pajak selama
beberapa tahun
4. Hold terlebih dahulu hingga harga minyaknya membaik (naik)
5. Berbagi fasilitas dengan tetangganya dengan fasilitas migas lain seperti di
sumatera sehingga bisa mengurangi harga yg jauh untuk mengembangkan
lapangan marjinal.

Anda mungkin juga menyukai