NIM : 23023004
Timeline :
1. Seorang geologi sudah mempunyai peta yang telah dipelajari terlebih dahulu melalui foto
satelit.
(sumber : google)
3. Pengambilan data akurasi berikutnya, lalu di plot di dalam grafik, jika terdapat patahan di
dalamnya maka minyak tidak akan berpindah lagi karena minyak terjebak disana.
4. Setelah melakukan survey seismik dan menganalisis batuan di lubang tersebut, barulah
melakukan pengeboran, konstruksi, produksi.
5. Proses produksi melibatkan pemisahan antara minyak dan air atau ada impurities atau
pengotor seperti H2S atau CO2 sehingga gas dan minyak tersebut harus dibersihkan
karena produk yang diinginkan harus sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Kandungan minyak dan gas yang bisa dijual :
A : luas area
d : ketebalannya
Porositas : pori-pori batuannya. Volume pori-pori/total batuannya (tempat
menyimpan hidrokarbon)
Sw : Jumlah air yang terkandung di dalam batuan.
Bi : Faktor konversi volume dibawah tanah ke permukaan
Original Oil in place =
OGIP
RF = minyak dan gas yang bisa diproduksi
= minyak
= air
= batuan
Enchanced Oil Recovery atau Cara Menguras Lapangan yang Sudah Tua Tapi Masih
Mempunyai Cadangan Minyak untuk Dihasilkan :
1. Primary recovery adalah cara memproduksikan sumur secara alamiah dengan tekanan
reservoir yang ada menggunakan pompa, baik pompa angguk maupun pompa
submersible atau pasang pompa dengan gas lift dengan tujuan agar kolom fluida lebih
ringan sehingga minyak bisa mengalir, membantu mengangkat minyak yang ada di
lubang sumur. Lalu saat tekanannya udah turun, primary recovery sudah tak bisa
digunakan, jadi menggunakan secondary recovery.
2. Fase sekunder (secondary recovery) dilaksanakan dengan injeksi cairan (pressure
maintenance atau water flooding) atau gas (immiscible gas flooding) ke dalam
reservoir dan mendorong minyak mengalir ke sumur produksi. Jika dalam akhir fase
sekunder dimungkinkan masih tersimpan cadangan minyak bumi, maka selanjutnya
dapat dilakukan metode tersier (tertiery recovery).
3. Tertiary recovery dilakukan dengan cara menginjeksikan air yang sudah ditambahkan
zat kimia (polimer, surfaktan), menginjeksikan gas yang miscible (larut) dalam
minyak, menginjeksikan uap air (untuk menurunkan viskositas), on situ combustion
(membakar sebagian minyak) atau menginjeksikan mikroba. Secondary dan tertiary
recovery biasa disebut Enhanced Oil Recovery (EOR). Sumur juga memerlukan
perawatan maupun perangsangan (stimulasi) untuk menjaga produksinya. Pekerjaan
ini dikenal sebagai work over, dengan tujuan untuk memindahkan produksi ke lapisan
lain membersihkan sumur dari endapan (scaling), melakukan acidizing (pengasaman)
dan melakukan fracturing (perekahan) supaya fluida lebih mudah mengalir.
1. Polimer
Injeksi polimer merupakan salah satu teknik kimiawi yang digunakan dalam proses
perolehan minyak atau enhanced oil recovery (EOR). Injeksi polimer banyak
digunakan dalam teknik EOR karena teknik aplikasinya relatif sederhana dan recovery
yang didapat relatif besar dibandingkan dengan injeksi air secara konvensional. Dalam
proses produksi dengan injeksi air biasanya sering terjadi fenomena air mengalir
terlebih dahulu daripada minyak secara tidak merata dan biasanya terjadi pada
reservoir yang heterogen.
Polimer dapat meningkatkan viskositas fluida (air) dan berperan dalam mendorong
dan mendesak minyak supaya lebih optimal. Injeksi polimer dapat menurunkan
mobilitas fluida dan meningkatkan viskositasnya. Polimer yang terlarut dalam air
digunakan sebagai viscosifying agent yang dapat mengontrol mobilitas fluida injeksi
(water base) untuk meningkatkan efisiensi penyapuan. Polimer mengurangi efek
negatif karena adanya variasi permeabilitas dan rekahan dalam reservoir heterogen.
Injeksi polimer terdiri atas beberapa tahap, yaitu preflush (pengondisian reservoir),
additional oil recovery (oil Bank), injeksi larutan polimer untuk mengontrol mobilitas
fluida, injeksi air bebas mineral (fresh water buffer) untuk melindungi polimer, dan
injeksi fluida pendorong (driving fluid) berupa air.
Lapangan Marjinal
Suatu lapangan yang tidak ekonomis dikembangkan dengan parameter saat ini.
Lapangan ini bergantung dari keekonomiannya, contoh di natuna karena co2nya
banyak jadi marjinal karena NPV nya negatif. Lapangan kecil bukan berarti marjinal,
karena fasilitas produksinya murah. Lapangan marjinal :
- mahal
- remote area (terpencil dengan buat jalannya mahal)
- belum ada marketnya
- harga produk masih rendah
Cara agar lapangan marjinal yang sebelumnya tidak ekonomis menjadi ekonomis
adalah :
1. Harus tau strategi pengenbangan lapangan marjinal
2. Meminta tambahan insentif ke pemerintah terhadap split bill antara kontraktor
dengan pemerintah, kalau tidak ekonomi maka bisa mengajukkan ke skk migas
dengan tambah split antara kontraktor dan pemerintah sehingga lapangan tersebut
bisa diproduksikan
3. Insentif dengan keringanan pajak dengan tax holiday atau bebas pajak selama
beberapa tahun
4. Hold terlebih dahulu hingga harga minyaknya membaik (naik)
5. Berbagi fasilitas dengan tetangganya dengan fasilitas migas lain seperti di
sumatera sehingga bisa mengurangi harga yg jauh untuk mengembangkan
lapangan marjinal.