Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUKSIONAL I

MIXING

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Rachel Mega Jessica Putri (1815041003)


2. Ardelia Widya Santi (1815041038)
3. Ismail Muhammad Isya (1815041044)
4. Verna Dwi Lestari Pesema (1815041061)

Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Lampung

2019
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Run I
Diameter tangki : 20 cm
Tinggi propeller : 5 cm
Tinggi fluida :15 cm
µ air : 9. 10-3 kg/m.s
Tinggi tangki : 27 cm
Diameter propeller : 5,9 cm
ρ air : 1 g/cm3
Jenis propeller : Two Blade Turbine

No Volt (v) r R (Ω) t (s) Vorteks (cm)


1 4 10 10 6,51 0,3
2 4,2 10 10 5,97 0,4
3 4,4 10 10 5,75 0,6
4 4,6 10 10 5,15 0,7
5 4,8 10 10 5,11 0,8
6 5 10 10 4,97 1,1
7 5,2 10 10 4,51 1,2
8 5,4 10 10 4,45 1,3
9 5,6 10 10 4,33 1,4
10 5,8 10 10 4,00 1,6

Run II
Diameter tangki : 20 cm
Tinggi propeller : 5 cm
Tinggi fluida :15 cm
µ air : 9. 10-3 kg/m.s
Tinggi tangki : 27 cm
Diameter propeller : 5,5 cm
ρ air : 1 g/cm3
Jenis propeller : Marine Type Propeller

No Volt (v) r R (Ω) t (s) Vorteks (cm)


1 4 10 10 8,62 0
2 4,2 10 10 6,38 0,2
3 4,4 10 10 6,32 0,4
4 4,6 10 10 5,71 0,5
5 4,8 10 10 5,02 0,6
6 5 10 10 4,71 0,8
7 5,2 10 10 4,60 1
8 5,4 10 10 4,47 1,1
9 5,6 10 10 3,98 1,2
10 5,8 10 10 3,53 1,8

Run III
Diameter tangki : 20 cm
Tinggi propeller : 5 cm
Tinggi fluida :15 cm
µ air : 9. 10-3 kg/m.s
Tinggi tangki : 27 cm
Diameter propeller : 6 cm
ρ air : 1 g/cm3
Jenis propeller : Double Six Blade with Disk

No Volt (v) r R (Ω) t (s) Vorteks (cm)


1 4 10 10 8,25 0,2
2 4,2 10 10 6,27 0,3
3 4,4 10 10 6,01 0,4
4 4,6 10 10 5,82 0,7
5 4,8 10 10 4,90 1,9
6 5 10 10 4,58 2,4
7 5,2 10 10 4,50 2,7
8 5,4 10 10 3,92 2,8
9 5,6 10 10 3,85 2,9
10 5,8 10 10 3,66 3,3

4.2. Pembahasan

Pada praktikum yang telah kami lakukan di Laboratorium Operasi Teknik


Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung pada hari
jumat 11 Oktober 2019 mengenai pencampuran atau mixing memiliki tujuan
untuk mempelajari fenomena pengadukan yang terjadi dalam tangki berpengaduk
yang berupa aliran axial, radial dan tangensial serta membuat grafik hubungan
antara reynold number (Nre) dengan power number (Npo) untuk pengaduk
tertentu.

Pencampuran atau mixing merupakan peristiwa menyebarnya bahan-bahan


secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke bahan yang lainnya dan
sebaliknya sehingga di dapatkan larutan yang bersifat homogen. Pada praktikum
yang telah dilakukan, terdapat 3 (tiga) jenis propeller yang digunakan yaitu Two
Blide Turbine, Marine Type Propeller dan Double Six Blade with Disk.
Penggunaan 3 (tiga) jenis propeller yang berbeda memiliki tujuan untuk
membandingkan kecepatan putaran propeller dan vortex yang ditimbulkan
berdasarkan perbedaan voltase yang digunakan pada saat pengadukan.

Proses mixing dilakukan dengan 3 (tiga) kali proses pengadukan. Pengadukan


pertama dilakukan dengan menggunakan Two Blade Turbine yang diletakkan
secara center (berada di tengah-tengah tangki) dengan tinggi propeller 2,5 cm dari
dasar tangki. Pengadukan kedua dilakukan dengan menggunakan Marine Type
Propeller secara center dengan tinggi propeller 2.5 cm dari dasar tangki dan
pengadukan ketiga dilakukan dengan menggunakan Double Six Blade with Disk
yang di letakkan secara center dengan tinggi propeller 2.5 cm dari dasar tangki.

Proses mixing dilakukan dalam tangki berpengaduk yang berupa gelas beaker
5000 ml dengan ketinggian fluida dalam tangki sebesar 15 cm. Pertama-tama hal
yang harus dilakukan adalah penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu
pengaturan volt dan hambatan menggunakan multimeter dan dimmer. Kemudian
dilakukan pengukuran kedalaman fluida, memasang impeller, dan memberikan
daya sesuai dengan penugasan yang diberikan (table hasil pengamatan).

Hal yang diamati dari praktikum mixing yang telah dilakukan adalah
mengukur waktu yang dibutuhkan oleh impeller untuk melakukan 10 kali putaran
dan mengukur kedalaman vortex yang terbentuk berdasarkan perbedaan tegangan
atau volt yang diberikan.

Penggunaan batang pengaduk Two Blade Turbine secara center dengan tinggi
2.5 cm pada run I menunjukkan bahwa semain tinggi voltase yang dialirkan maka
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan 10 putaran semakin sedikit, dengan kata
lain putaran batang pengaduk semakin cepat seiring bertambahnya voltase yang
diberikan. Besarnya voltase juga berpengaruh dengan vorteks yang di hasilkan.
Semakin tinggi voltase nya maka semakin tinggi vorteks yang dihasilkan. Hal-hal
diatas juga terjadi pada proses pengadukkan dengan menggunakan batang
pengaduk Marine Type Propeller dan Double Six Blade with Disk.

Pada pengadukkan menggunakan Two Blade Turbine dengan voltase sebesar


4 volt waktu yang dibutuhkan untuk membuat 10 putaran adalah 6,51 detik dan
menghasilkan vorteks 0,3 cm. Pada pengadukan menggunakan Marine Type
Propeller dengan voltase sebesar 4 volt waktu yang dibutuhkan untuk membuat 10
putaran adalah 8,62 detik dan tidak menghasilkkan vorteks. Sedangkan
pengadukan menggunakan Double Six Blade with Disk dengan voltase sebesar 4
volt waktu yang dibutuhkan untuk membuat 10 putaran adalah 8, 25 detik dan
menghasilkkan vorteks 0,2 cm. Dari data diatas dapat dilihat bahwa dengan
voltase yang kecil, Two Blade Turbine dapat berotasi lebih cepat namun
menimbulkan vorteks yang lebih dalam. Sedangkan Marine Type Propeller
membutuhkan waktu yang lebih lama namun tidak menimbulkan vorteks.

Pada pengadukkan menggunakan Two Blade Turbine dengan voltase sebesar


5,8 volt waktu yang dibutuhkan untuk membuat 10 putaran adalah 4,00 detik dan
menghasilkan vorteks 1,6 cm. Pada pengadukan menggunakan Marine Type
Propeller dengan voltase sebesar 5,8 volt waktu yang dibutuhkan untuk membuat
10 putaran adalah 3,53 detik dan menghasilkkan vorteks 1,8 cm. Sedangkan
pengadukan menggunakan Double Six Blade with Disk dengan voltase sebesar
5,8 volt waktu yang dibutuhkan untuk membuat 10 putaran adalah 3,66 detik dan
menghasilkkan vorteks 3,3 cm. Dari data diatas dapat dilihat bahwa dengan
voltase yang besar, Two Blade Turbine dapat berotasi lebih lambat dan
menimbulkan vorteks yang lebih kecil. Sedangkan Marine Type Propeller
membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk berotasi 10 putaran dan Double Six
Blade with Disk dengan kecepatan rotasi yang cepat menghasilkan vorteks sangat
dalam pada tangki.

Dari data diatas, kita dapat menghitung nilai reynold number dan power
number nya. Bilangan reynold dapat menunjukkan jenis aliran dalam fluida yang
disebabkan oleh putaran batang pengaduk. Sedangkan bilangan daya atau power
number digunakan untuk menghitung daya yang dibutuhkan pada percobaan yang
dilakukan. Berikut grafik hubungan antara reynold number (Nre) dengan power
number (Npo):

Dari hasil percobaan mixing, hubungan Nre dan Npo untuk pengadukan
berbanding terbalik. Semakin besar nilai reynold number maka semakin kecil
power number nya. Hal ini disebabkan karena aliran yang semakin turbulen akan
membutuhkan daya yang semakin rendah untuk proses pengadukan. Pada saat
awal proses pencampuran untuk menggerakkan batang pengaduk membutuhkan
daya yang paling besar, namun ketika aliran menjadi aliran turbulen, maka daya
yang dibutuhkan akan semakin kecil.

Kendala atau hambatan yang terjadi saat praktikum antara lain adalah sulit nya
menstabilkan dimmer yang digunakan untuk mengatur volt yang dialirkan biarpun
telah dibantu adaptor. Selanjutnya terdapat sedikit kekenduran dibagian pengait
antara pengaduk dengan motor penggerak sehingga di khawatirkan pengaduk
terlepas dari motor. Selain itu ada batang pengaduk yang cukup panjang sehingga
pengaturan ulang dudukan beaker glass harus dilakukan menggunakan dudukan
lain yang lebih tipis dari dudukan yang disediakan.

Anda mungkin juga menyukai