FLUIDISASI
Nama Anggota:
Dosen Pengampu:
2023
B. Dasar Teori
Fluidisasi didefinisikan sebagai suatu operasi dimana hamparan zat padat diperlakukan
seperti fluida yang ada dalam keadaan berhubungan dengan gas atau cairan (Basu 1991). Dalam
kondisi terfluidisasi, gaya grafitasi pada butiran – butiran zat padat diimbangi oleh gaya seret
dari fluida yang bekerja padanya. Fluidized bed merupakan sebuah wadah berupa partikel padat
yang di aliri fluida dari bawah. Fluidized bed sudah banyak di aplikasikan di berbagai jenis
reaktor seperti dalam pengeringan, pembakaran, gasifikasi, pelapisan dan lain–lain.
Keuntungan dalam proses fuidisasi sifat yang dapat di alirkan dari operasi zat padat dapat
bersifat kontinyu, mampu mengangkat butiran partikel sampai mengapung dan luas permukaan
kontak menjadi sangat besar sehingga oprasi sangat efektif, sirkulasi butiran–butiran padat
fluidisasi memungkinkan perpindahan panas yang besar didalam reaktor, mampu dalam
mengontrol temperatur.
Reaksi fluidized bed di bedakan menjadi beberapa jenis yaitu fixed bed, minimum or
incipient fluidization, smooth or homogernously fluidization, bubbling fluidization, slugging
fluidization, chanelling fluidization, disperse fluidization. Salah satu faktor yang
mempengaruhi proses kerja suatu reaktor fluidized bed adalah karakteristik hidrodinamik
gelembung yang terbentuk.
Fluidisasi berhubungan dengan proses industri kimia yang cukup vital misalnya dalam
proses katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Dan biasanya aplikasinya adalah untuk
proses yang menggunakan fixed bed, fluidized bed sampai proses transpor. Proses fluidisasi
ini memiliki beberapa hal penting yang patut diperhatikan seperti jenis dan tipe fluidisasi dan
aplikasinya dalam industri serta spesifikasi dan cara kerja alatnya.
Aplikasi fluidisasi dalam proses industri sangat banyak dan dimulai pada tahun 1926
untuk Gasifier Winkler berskala besar. Diikuti oleh Fluidized-bed Catalytic Cracking (FCC)
crude oil menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin berkembang dan pada
tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses kimia katalitik (seperti FCC dan
sintesis Fischer-Tropsch), proses-proses kimia non katalitik (seperti thermal cracking dan
gasifikasi batubara) dan proses-proses fisik (seperti pengeringan dan absorpsi). Sementara
fluidisasi kontinyu banyak dimanfaatkan untuk memindahkan padatan dari satu tempat ke
tempat lain dalam sebuah pabrik pengolahan.
D. Langkah Kerja
1. Ukur tinggi dan diameter kolom tabung alat dengan sebuah penggaris.
2. Buka baut pada kolom tabung menggunakan kunci yang sesuai.
3. Timbang berat kolom tabung di neraca analitik.
4. Timbang bahan pertama yakni pasir silika sebanyak 100 gram.
5. Masukkan pasir silika ke dalam kolom tabung.
6. Letakkan kembali kolom tabung pada tempat semula, lalu pasang kembali baut
pada kolom tabung tersebut.
7. Pasang kedua selang pada kolom tabung.
8. Sambungkan fixed and fluidized bed ke sumber listrik, nyalakan mesin, kemudian
hidupkan kompresor.
9. Atur laju alir udara dari 2 liter/menit hingga 20 liter/menit dengan kelipatan 1
liter/menit.
10. Ukur ketinggian bed dengan menggunakan penggaris dan lakukan pembacaan tekanan
pada manometer untuk setiap kenaikan laju alir per menit.
11. Ukur ketinggian pasir silika pada kolom:
- Laju alir udara (V) - (liter/menit)
- Tekanan (P) - (cmH2O)
- Tinggi bahan (L) - (cm)
12. Setelah pengambilan data selesai, laju alir udara diturunkan kembali, kompresor
dimatikan, serta mesin alat juga dimatikan.
13. Buka baut dan lepaskan selang pada bed.
14. Timbang massa piknometer kosong.
15. Masukkan pasir silika ke dalam piknometer kira-kira 1/3 bagian piknometer.
16. Timbang massa piknometer berisi pasir silika.
17. Masukkan aquades ke dalam piknometer sampai meluber lalu tutup piknometer
dengan penutupnya.
18. Timbang massa piknometer berisi air dan pasir, lalu hitung densitas pasir silika.
19. Ulangi langkah (4) – langkah (18) di atas dengan bahan resin.
a. Pasir silica
Diameter pasir = 0,2 mm
Massa pasir = 100 gram
Tinggi pasir = 2 cm = 20 mm
Massa kolom kosong = 1069,42 gram
Diameter inside kolom = 4,9 cm
Tinggi kolom tabung = 54,3 cm
Laju alir Tekanan Tinggi
(L/minute) (ΔP) (ΔH) (Cm)
2 2 4
3 2,7 4,5
4 3,2 4,7
5 3,5 4,7
6 4 5
7 4,1 5,5
8 4,3 6
9 4,5 6,5
10 4,6 6,6
11 4,8 7
12 4,9 7,5
13 4,9 8
14 4,9 8,2
15 4,9 8,5
16 4,9 9
17 4,9 9,4
18 4,9 9,6
19 4,9 10
20 4,9 10,3
b. Resin
Diameter resin = 0,6 mm
Massa resin = 100 gram
Tinggi resin = 4 cm = 40 mm
Massa kolom kosong = 1069,42 gram
Diameter inside kolom = 4,9 cm
Tinggi kolom tabung = 54,3 cm
1. Perhitungan
Sampel
• Pasir
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙−𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑠𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎 =
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
45,81 𝑔𝑟𝑎𝑚−16,13 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
10 𝑚𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚
= 2,968 ⁄𝑚𝐿
• Resin
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙−𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 =
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
43,09 𝑔𝑟𝑎𝑚−16,13 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
10 𝑚𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚
=2,696 ⁄𝑚𝐿
𝑃𝑉 = 𝑛 𝑅𝑇
𝑚
𝑃𝑉 = 𝑅𝑇
𝑀𝑟
𝑃𝑉𝑀𝑟
𝑚=
𝑅𝑇
𝑚
𝜌=
𝑣
𝑃𝑉𝑀𝑟
𝜌 = 𝑅𝑇
𝑉
𝑃𝑀𝑟
𝜌=
𝑅𝑇
Apabila:
P = 1 × 105𝑃𝑎
T = 293 K
R = 8,314 𝐽⁄𝑚𝑜𝑙𝐾
Mr 𝑁2 = 28 gram/mol
Mr 𝑂2 = 32 gram/mol
0,78 ×𝑀𝑟 𝑁2+0,20 ×𝑀𝑟 𝑂2
Mr total =
0,78+0,20
= 28,8 gram/mol
= 28,8 × 10−3𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙
Maka:
𝑃𝑀𝑟
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
𝑅𝑇
𝑘𝑔
(1 × 105𝑃𝑎 )(28,8 × 10−3 ⁄𝑚𝑜𝑙)
= 𝐽
(8,314 ⁄𝑚𝑜𝑙𝐾)(293 K)
𝑘𝑔
= 1,18 ⁄ 3
𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,00118 ⁄𝑚𝐿
• 𝜇𝐹𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 = 0,018 × 10−3
Pada Bed
• V bed = 𝜋𝑟2𝑡
0,000010206 0,0312228
∆𝑃 = +
0,02229810689 0,148654046
∆𝑃 = 0,00045770701 + 0,2100366646
∆𝑃 = 0,2104943716
Resin:
• V bed = 𝜋𝑟2𝑡
= 3,14 × 2,452 × 6 𝑐𝑚
= 113,08 𝑐𝑚3
• V total = 𝜋𝑟2𝑡
F. Pembahasan
(Cahaya Dho’a Damai / 2241420041)
Pada percobaan ini didapatkan ∆H dan ∆P mengalami kenaikan seiring dengan
bertambahnya laju alir. Hal tersebut menyatakan semakin besar laju alir semakin besar
perubahan tekanan. Bentuk dan ukuran partikel juga mempengaruhi pergerakan fluidisasi,
ukuran partikel yang kecil akan mengakibatkan lebih mudahnya terjadinya fluidisasi karena
bahannya yang ringan.
Dari hasil perhitungan didapatkan hasil nilai bed voidge kurang dari satu, nilai bed
voidge pada pasir silika sebesar 0,9970 dan pada resin sebesar 0,9973. Nilai tersebut sesuai
dengan literatur persamaan Carman-konzeny yang menjelaskan adanya nilai factor friksi yang
kurang dari satu. Bed voidge ini menunjukkan kekosongan antar partikel dalam tumpukkan
butiran padat tersebut.
Pada perhitungan nilai pressure drop pada bahan pasir silika didapatkan nilai
0,2104943716 dan pada bahan resin didapatkan nilai 0,00239265768. Tinggi rendahnya laju
alir atau flow rate yang digunakan berpengaruh pada ketinggian padatan dan pressure drop.
Jika semakin tinggi flow rate maka ketinggian padatan dan pressure drop juga akan
meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan persamaan Carma-konzeny.
Sehingga saat padatan dialiri udara, maka pergerakan partikel pasir silika atau resin akan
semakin cepat, hal ini terjadi akibat adanya gaya dorong udara sehingga partikel terfluidisasi.
(Nabilah Aanissaadah/2241420019)
pada praktikum yang telah dilakukan digunakan dua jenis bahan, pada percobaan
pertama digunakan pasir silika dengan massa bahan 100 gram dengan diameter pasir sebesar
0,2 mm. tinggi pasir pada kolom ialah 20 mm. agar tidak terjadi kebocoran dan padatan dapat
terfluidisasi dengan sempurna maka manometer diatur hingga menunjukkan angka 0 dan
memastikan selang serta pengunci kolom telah rapat. Dari praktkum yang telah dilakukan
tersebut didapatkan data pada laju alir 2-6 L/minute padatan pasir silika belum mengalami
fluidisasi tyang tidak begitu signifikan, kemudian mulai mengalami terfluidisasi atau
mengalami kenaikan pada saat laju alir 8 - 20 L/menit.
Pada bahan kedua yaitu resin dengan diameter 0,6mm dengan massa resin yang
digunakan sebesar 100 gram, berdasarkan praktikum tersebut didapatkan data bahwa pada laju
alir 2-14 L/menit resin tidak terfluidisasi, kemudian mulai terfluidisasi pada laju alir 15-20
L/menit. Ketidakdapatan suatu padatan terfluidisasi disebut fixed bed atau unggun diam, yaitu
pada laju alir yang cukup rendah, pada keadaan ini padatan akan tetap diam, karena gas hanya
mengalir dari Bawah ke atas. Apabila laju alir gas diperbesar maka besarnya penurunan tekanan
gas disepanjang unggun akan bertambah. Hingga pada suatu saat dimana butiran padatan
tersebut terangkat oleh aliran gas maka penurunan tekananan menjadi tetap.
Pada percobaan ini didapatkan ∆H dan ∆P mengalami kenaikan seiring dengan
bertambahnya laju alir. Hal ini menyatakan semakin besar laju alir semakin besar perubahan
tekanan. Bentuk dan ukuran partikel juga mempengaruhi pergerakan fluidisasi, ukuran partikel
yang kecil akan mengakibatkan lebih mudah terjadinya fluidisasi karena bahannya yang
ringan.Dari hasil perhitungan hasil nilai bedd voidge sebesar 0,05980913761 pada pasir silica
dan 0,001148573818 pada resin, hal ini sudah sesuai dengan literatur dan persamaan Carrman-
konzeny yang menjelaskan adanya nilai factor friksi yang kurang dari satu. Bed voidge ini
meunjukkan kekosongan antar pertikel dalam tumpukan butiran padat tersebut. Dan didapatkan
nilai pressure drop sebesar 0,9985 untuk pasir silica dan sebesar 0,9987 untuk resin.
G. Kesimpulan
Maka dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Pressure drop pada bahan pasir silica sebesar 0,2104943716 dan pada bahan resin
sebesar 0,00239265768.
2. Nilai bed voidge pada pasir silica sebesar 0,9970 dan pada resin sebesar 0,9973. Hal
ini sudah sesuai dengan literatur dan sesuai dengan persamaan Carman-konzeny yang
menjelaskan adanya nilai factor friksi yang kurang dari satu.
3. Semakin besar laju alir udara, semakin besar perubahan tinggi bed, semakin besar pula
penurunan tekanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis CJ. 2003. “Proses Transportasi dan Operasi Unit Edisi ke-4, Prentice Hall.
Anonim. 2010 “ fluidisasi pada gas” (http://matekim.blogspot.co.id/2010/05/
fluidisasi- pada-gas.html).
Permatasari, Rosyida, Universitas Trisakti, dan Ricky Sanjaya. 2017. “Pada Fluidized Bed
Menggunakan Metode Cfd.” (January): 1–5.
Arya Wiranata. 2017. Kajian Solid Melalui Fluidisasi. https://www.academia.edu/13163477.
K, Nurul Mardiyah dan Akbar Dwi. 2017. FLUIDISASI. Jurusan Teknik Kimia. Universitas
Pembangunan Veteran Jawa Timur.
Annisa Kusuma Nur Rachmawati. 2018. Laporan Resmi Operasi Teknik Kimia Praktikum
Fluidisasi. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Malang.