Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN

6.1. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mempelajari sifat-sifat fisik lumpur akibat kontaminasi garam, gypsum,
dan semen.
2. Memahami cara penanggulangan kontaminasi lumpur.
6.2. DASAR TEORI
Sejak digunakan teknik rotasi drilling dalam operasi pemboran lapangan
minyak, lumpur pemboran menjadi faktor penting. Bahkan lumpur pemboran
menjadi salah satu pertimbangan dalam mengoptimalkan operasi pemboran. Oleh
sebab itu mutlaklah untuk memelihara atau mengontrol sifat-sifat fisik lumpur
pemboran agar sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adaya material-
material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk ke dalam lumpur pada
saat operasi pemboran sedang berjalan. Kontaminasi yang sering terjadi adalah
sebagai berikut :
1. Kontaminasi Sodium Klorida
Kontaminasi ini sering terjadi saat pemboran menembus kubah garam (salt
dome), lapisan garam, lapisan batuan yang megandung konsentrasi garam cukup
tinggi atau akibat air formasi yang berkadar garam tinggi dan masuk kedalam
sistem lumpur. Akibat adanya kontaminasi ini, akan mengakibatkan berubahnya
sifat lumpur seperti viskositas, yield point, gel strength dan filtration loss. Kadang-
kadang penurunan pH dapat pula terjadi bersamaan dengan kehadiran garam pada
sistem lumpur.
2. Kontaminasi Gypsum
Gypsum dapat masuk kedalam lumpur pada saat pemboran menembus formasi
gypsum, lapisan gypsum yang terdapat pada formasi shale atau limestone. Akibat
adanya gypsum dalam jumlah yang cukup banyak dalam lumpur pemboran, maka
akan merubah sifat-sifat lumpur tersebut seperti viskositas plastik, yield point, gel
strength, dan fluid loss.
3. Kontaminasi Semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemenan yang kurang
sempurna atau setelah pengeboran lapisan semen dalam casing, float collar dan
casing shoe. Kontaminasi semen akan merubah viskositas plasik, gel strength, fluid
loss dan pH lumpur.
Selain dari ketiga kontaminasi di atas, bentuk kontaminasi lain yang dapat
terjadi selama operasi pemboran adalah :
1. Kontaminasi “hard water” atau kontaminasi oleh air yang mengandung ion
kalsium dan magnesium cukup tinggi.
2. Kontaminasi carbon dioxide.
3. Kontaminasi hydrogen sulfide.
4. Kontaminasi oxigen.
Dalam praktikum ini akan dipelajari perubahan sifat akibat kontaminasi yang
sering terjadi sekaligus cara penanggulangannya.
6.3. ALAT DAN BAHAN
6.3.1. Alat
1. Fann VG meter
2. Mud mixer
3. Stopwatch
4. Jangka sorong
5. Gelas ukur
6. Filter paper
7. Timbangan digital
8. Indikator Ph
9. Filter Press
6.3.2. Bahan
1. Aquadest
2. Bentonite
3. NaCl
4. Gypsum
5. Semen
6.3.3. Gambar Alat

2
3
4 5

7
9

10 8

Keterangan :
1. T-Screw 6. Base Cup
2. Pressure Inlet 7. Support Rod
3. Top Cup 8. Thumb Screw
4. Frame 9. Graduated Cilinder
5. Cell 10. Support

Gambar 6.1. Filter Press


(www.gtep.civ.puc-rio.br/imagens/fotos_labs/lirf19.jpg)
Gambar 6.2. Stopwatch
(www.grabbag.wordpress.com/files/2006/03/stopwatch.jpg)
1

3 5

Keterangan :
1. Skala
2. Rotor
3. Cup (bejana)
4. Motor
5. Speed Control Switch

Gambar 6.3. Viscometer Fann VG


(http://www.gtep.civ.puc-rio.br/imagens/fotos_labs/lirf19.jpg=fan vg meter)
Gambar 6.4. Jangka Sorong
4 (http://upload.wikimedia.org /thumb/9/.jpg/300px-Messschieber.jpg)
6.4. PROSEDUR PERCOBAAN
6.4.1. Standars Operational Procedure
6.4.1.1. Multimixer
1. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lumpur.
2. Mengisi cup lumpur dengan air.
3. Mengkaitkan cup pada Multimixer dengan menekan pada penjepit atas
dan meletakkan cup pada penyangga bawah hingga mixer berputar.
4. Memasukkan bahan-bahan solid yang akan digunakan.
5. Setelah campuran lumpur selesai dibuat, lepas cup dengan menaikkan
cup, kemudian tarik ke bawah.
6. Membersihkan mixer dengan memasang cup berisi air bersih lalu lap
hingga bersih.
6.4.1.2. Fann Viscometer (Fann VG)
1. Menyalakan viscometer.
2. Menyiapkan lumpur di dalam cup mud.
3. Meletakkan cup pada stage dari viscometer sesuai dengan posisi kaki
cup.
4. Putar knob agar kedudukan stage naik, sampai batas tertentu sehingga
Rotor dan Bob Shaft tercelup di dalam lumpur.
5. Untuk menghitung viskositas plastis, rotor dinyalakan dengan
menggerakkan switch pada posisi High dan kecepatan putar rotor pada
600 RPM.
6. Menunggu hingga angka pada pembacaan dial reading mencapai
keseimbangan, kemudian mencatat harga yang ditunjukkan oleh skala
dial reading.
7. Melakukan kembali langkah e-f untuk kecepatan 300, 200, 100, 6 dan
3 RPM.
8. Untuk menghitung Gel Strength, rotor dinyalakan dengan
menggerakkan switch pada posisi High dan kecepatan putar rotor pada
600 RPM selama 10 detik.
9. Mematikan Fann VG kemudian diamkan lumpur selama 10 detik
(sebelum mematikan Fann VG, pindahkan posisi kecepatan putar rotor
pada 3 RPM).
10. Setelah didiamkan 10 detik, lalu membaca simpangan maksimum yang
ditunjukkan pada dial reading (untuk Gel Strength 10 menit, lama
pendiaman lumpur menjadi 10 menit).
11. Setelah diperoleh data hasil percobaan, bersihkan cup dan merapikan
kembali alat nya.
6.4.1.3. Filter Press
1. Meletakkan rubber gasket di atas base cup.
2. Meletakkan screen di sebelah atasnya.
3. Memasang filter paper, atur serapat mungkin.
4. Meletakkan rubber gasket di atas filter paper, pasang mud cup.
5. Meletakkan rubber gasket di atas silinder dan terakhir pasang top cap.
6. Menuuang lumpur ke dalam silinder lalu tutup rapat.
7. Memasang silinder pada filter press.
8. Meletakkan gelas ukur tepat di bawah silinder.
9. Mengalirkan udara dengan tekanan 100 psi.
10. Mencatat volume filtrat dengan interval yang telah ditentukan.
11. Setelah batas waktu, menghentikan penekanan udara, membuang
tekanan udara dalam silinder (bleed off) .
12. Menuangkan sisa lumpur ke dalam breaker.
13. Maengmbil filter paper dan tentukan tebalnya.
14. Melepas susunan peralatan pada silinder, cuci dengan air bersih dan
keringkan.
6.4.1.4. Jangka Sorong
1. Menarik jarum pada bagian bawah jangka sorong dan menusukkan
pada mud cake.
2. Mendorong skala gerak sampai ke mud cake.
3. Mengencangkan dengan memutar mur pada jangka sorong.
4. Membaca ketebalan mud cake dengan melihat pada skala. Melihat
skala diam yang berada sebelah kanan angka nol. Lalu mencari garis
yang berhimpit antara skala diam dan skala gerak.
5. Membersihkan jangka sorong.
6.4.1.5. Gelas Ukur
1. Meletakkan gelas ukur tepat di bawah silinder untuk menampung
filtrat.
2. Membaca volume filtrat tiap selang 2 menit sampai menit 15 dan 5
menit setelahnya. Mencatat pula volume pada menit 7,5.
3. Cara membaca volume dengan melihat cekung bawah filtrat telah
menyentuh pada garis skala berapa ml.
4. Mencuci gelas ukur hingga bersih.
6.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
6.5.1. Hasil Percobaan
Tabel VI-1
Hasil Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran
Lumpur Kontaminan Gel
Dasar (gram) Strength
(lb/100ft^2)

Mud Cake (mm)


Vol Filtrate (ml)
YP (lb/100ft^2)
MW (ppg)
Bentonite (gr)

PV (cp)
pH
Gypsum
Air (ml)

Semen

10 Menit
Nacl

350 22,5 2 0 0 8,6 18 47 10 Detik


17 32 20 1,95 8
350 22,5 4 0 0 8,6 24 22 9 17 25 2,3 8
350 22,5 6 0 0 8,6 30 10 8 14 23,9 1,8 8
350 22,5 8 0 0 8,58 20 9 6 4 60,2 1,45 8
350 22,5 0 2 0 8,63 17 26 9 22 16,5 2 8
350 22,5 0 4 0 8,75 17 21 9 20 13,2 1,6 9
350 22,5 0 6 0 8,8 18 23 8 16 13,7 1,77 9
350 22,5 0 8 0 8,8 17 24 9 18 14,2 2,25 9
350 22,5 0 0 2 8,7 14 112 25 41 18,8 2,3 11
350 22,5 0 0 4 8,8 16 35 27 47 18,9 3,1 11
350 22,5 0 0 6 8,7 25 45 25 42 15 4,5 12
350 22,5 0 0 8 8,7 15 45 11 76 49 2,5 12

6.5.2. Perhitungan
1. Percobaan Pengukuran Viskositas dan Gel Strength
Lumpur dasar : Bentonite 22.5 gr + 350 ml aquades + 6 gr Gypsum
2. Pengukuran Plastic Viscosity, Yield Point, dan Gel Strength
C600 = 59
C300 = 41
PV = C600- C300
= 59 - 41
= 18 cp
YP = C300- PV
= 41 - 18
= 23 lb/100 ft2
Gel Strength
GS 10'' = 8 lb/100 ft2
GS 10' = 16 lb/100 ft2
3. Percobaan Pengukuran Filtrasi dan Mud Cake (Filter Press)
Lumpur dasar : Bentonite 22.5 gr + 350 ml aquades + 6 gr gypsum
Volume Filtrat = 13,7 ml / 30 menit
Mud Cake = 1,77 mm

6.2.
6.3.
6.4.
6.5.
6.5.1.
6.5.2.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
6.1.
6.2.
6.3.
6.4.
6.5.

Anda mungkin juga menyukai