Anda di halaman 1dari 14

FISIKA

FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum pengukuran dasar pada benda padat ini
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung gerak benda dalam fluida
2. Menghitung kekentalan zat cair
I.2 DASAR TEORI
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan
tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah
ketebalan atau pergesekan internal. Oleh karena itu, air yang tipis memiliki viskositas lebih
rendah, sedangkan madu yang tebal memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya,
semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut.
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair
yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada
minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau
viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain
dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida
terhadap yang lain.
Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan
regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai
sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat
kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu
mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara
kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah
viskosimeter.
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair
kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian
yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam
akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan
kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer.
Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu
cepat. Kita anggap gambar di atas sebagai aliran sebuah zat cair dalam pipa, sedangkan garis
alirannya dianggap sejajar dengan dinding pipa. Karena adanya kekentalan zat cair yang ada
dalam pipa, maka besarnya kecepatan gerak partikel yang terjadi pada penampang melintang
tidak sama besar. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada
cairan kental tersebut, dan pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum.. Khusus
untuk benda yang berbentuk ola dan bergerak dalam fluida yang sifat-sifatnya, gaya gesekan
yang dialmi benda dapat dirumuskan sebagai berikut :
F = -6πὴr.v
Keterangan :
F = gaya gesekan yang bekerja pada bola
ὴ = koefisien kekentalan fluida
V = kecepatan bola relative terhadap fluida
Rumus di atas dikenal sebagai hukum stokes. Tanda minus menunjukkan arah gaya F
yang berlawanan dengan kecepatan (V). pemakaian hukum stokes memerlukan beberapa syarat,
yaitu:
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya cukup luas dibandingkan dengan ukuran benda)
2. Tidak ada turbulensi didalam fluida
3. Kecepatan V tidak besar, sehingga aliran masih laminar
Jika sebuah bola dengan rapat massa dan dilepaskan dari permukaan zat cair tanpa
kecepatan awal, maka bola tersebut mula-mula akan bergerak di percepat. Dengan bertambahnya
kecepatan bola, maka bertambah besar pula gaya gesekan pada bola tersebut. Pada akhirnya bola
bergerak dengan kecepatan tetap, yaitu setelah terjadi keseimbangan antara gaya berat, gaya
apung (Archimides) dan gayastokes. Pada persamaan ini berlaku persamaan :
V=(
Keterangan :
rapat massa bola
= rapat massa fluida
V = ( dapat di turunkan : T =
Keterangan :
T = waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak d
d = jarak yang ditempuh
Hukum Stokes
Di antara salah satu sifat zat cair adalah kental (viscous) di mana zat cair memiliki
koefisien kekentalan yang berbeda-beda, misalnya kekentalan minyak goreng berbeda dengan
kekentalan olie. Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam dunia otomotif yaitu sebagai
pelumas mesin. Telah diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin
membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda. Sehingga sebelum menggunakan pelumas merek
tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu koefisien kekentalan pelumas sesuai atau tidak
dengan tipe mesin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa koefisien kekentalan suatu
fluida yang diukur dengan menggunakan regresi linear hukum Stokes. Sehingga data tersebut
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk menentukan koefisien kekentalan zat cair
yang dibutuhkan oleh tiap- tiap tipe mesin. Fluida yang digunakan adalah air, minyak goreng dan
olie.
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous (Soedojo, 1986). Suatu bahan apabila
dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat
mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal)
suatu fluida (Sears & Zemansky, 1982).
Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya kelereng
dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng
bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh, nampak kelereng
bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa di samping
gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut.
Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida.
Pada keadaan ini berlaku persamaan:
Jika saat kecepatan terminal telah tercapai, pada Gambar disamping berlaku prinsip Newton
tentang GLB (gerak lurus beraturan):
FA + FS = W
Jika ρb menyatakan rapat massa bola, ρf menyatakan volume bola, serta g gravitasi bumi, maka
berlaku Persamaan:
W = ρb.Vb.g

V = (ρ – ρo)
Keterangan:
ρ = rapat massa bola
ρo = rapat massa fluida
Gambar Gaya yang Bekerja Pada Saat Bola Dengan Kecepatan Tetap.

BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN :
1. Tabung berisi zat cair
2. Bola-bola kecil dari zat padat
3. Mikrometer skrup
4. Jangka sorong
5. Mistar
6. Thermometer
7. Sendok saringan untuk mengambil bola-bola dari dasar tabung
8. Dua karet gelang yang melingkar
9. Stopwatch
10. Aerometer
11. Timbangan torsi dengan batu timbang

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 METODE KERJA


1. Diameter tiap-tiap bola diukur memakai micrometer skrup. Dilakukan beberapa kali pengukuran
untuk tiap bola.
2. Tiap-tiap bola ditimbang dengan neraca torsi.
3. Suhu zat cair sebelum dan sesudah dicatat tiap percobaan.
4. Rapat massa zat cair diukur sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan menggunakan
aerometer.
5. Karet gelang ditempatkan sehingga yang satu kira-kira 5 cm di bawah permukaan zat cair dan
yang lain kira-kira 5 cm di atas dasar tabung.
6. Diukur jarak jauh d (jarak kedua karet gelang).
7. Sendok saringan dimasukkan sampai dasar tabung dan ditunggu beberapa saat sampai zat cair
diam.
8. Waktu jatuh T diukur untuk tiap-tiap bola beberapa kali.
9. Letak karet gelang diubah sehingga didapatkan d yang lain.
10. Langkah 6, 7 dan 8 diulangi.

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 DATA PENGAMATAN
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan tanggal 25 Oktober
2013, maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut :
Keadaan Ruangan P (cm) Hg T (oC) C (%)
Sebelum Percobaan 75,5 cmHg 24,5 oC 70,5 %
Sesudah Percobaan 75,5 cmHg 25 oC 69 %

BOLA g = 980 cm/s


No Bola Massa (gr) d (cm) r (cm) Vb (cm3) ρ (g/cm3)
1 Kecil 0,2 0,624 0,312 0,125 1,666
2 Besar 0,8 1,012 0,506 0,540 1,481

a. BOLA KECIL
No S (cm) t (s) V (cm/s) η
4,62 2,164 7,672
1 10
4,83 2,070 8,021
9,87 2,026 8,195
2 20
9,48 2,109 7,872
7,94

b. BOLA BESAR
No S (cm) t (s) V (cm/s) Η
1,50 6,666 5,026
1 10
1,40 7,142 4,691
3,08 6,493 5,160
2 20
3,04 6,578 5,093
4,992

4.2 PERHITUNGAN
Volume Bola Massa Jenis Bola
1. Bola kecil 1. Bola kecil
Vb = π ρb =
Vb = (3,14) ( ρb =
Vb = 0,125 cm3 ρb = 1,666 g/cm
3

2. Bola Besar 3. Bola Besar


Vb = π ρb =
Vb = (3,14) ( ρb =
Vb = 0,540 cm3 ρb = 1,481 g/cm
3

1. Bola Kecil 10 cm 2. Bola besar 10 cm


Kecepatan (v) Kecepatan (v)
V = s/t V = s/t
V1 = = 2,164 cm/s V1 = = 6,666 cm/s
V2 = = 2,070 cm/s V2= = 7,142 cm/s

Koefisien Kekentalan: Koefisien Kekentalan:


 ὴ1 = ὴ1 =
ὴ1 = ὴ1=
ὴ1 = = 7,672 ὴ1 = = 5,026

ὴ2 = ὴ2 =
ὴ2 = ὴ2 =
ὴ2 = = 8,021 ὴ2 = = 4,691

3. Bola Kecil 20 cm 4. Bola besar 20 cm


Kecepatan (v) Kecepatan (v)
V = s/t V = s/t
V1 = = 2,026 cm/s V1 = = 6,493 cm/s
V2 = = 2,109 cm/s V2= = 6,578 cm/s

Koefisien Kekentalan: Koefisien Kekentalan:


ὴ1 = ὴ1 =
ὴ1 = ὴ1=
ὴ1 = = 8,195 ὴ1 = = 5,160

ὴ2 = ὴ2 =
ὴ2 = ὴ2=
ὴ2 = = 7,872 ὴ2 = = 5,093

BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yaitu mengetahui koefisien kekentalan zat cair , serta menghitung
gerak benda dalam fluida dan kekentalan zat cair itu sendiri. Pertama yang harus di lakukan
adalah mengukur massa dan volume pada bola untuk mendapatkan masa jenis bola tersebut.
percobaan ini telah di lakukan dengan bertumpu pada hukum Stokes, dimana aturan hukum
stokes telah di paparkan pada bab dasar teori. Dalam praktikum ini di lakukan pengukuran dan
perhitungan secara langsung dengan 1 kali pengukuran masa, diameter, volume dan masa jenis
pada bola dan percobaan di lakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada bola kecil dan bola besar. Dibagi
lagi berdasarkan jarak karet pada tabung reaksi, yaitu 10 cm dan 20 cm. Perbedaan di dapatkan
dari hasil koefisien kekentalan fluida pada ke dua bola tersebut.
Hasil pertama pada bola kecil dengan jarak karet gelang 10 cm yaitu rata-rata koefisien
kekentalan yang di lakukan 2 kali pengujian nya di dapatkan hasil 7,846 dan dengan jarak karet
gelang 20 cm yaitu 8,033. Sedangkan pada bola besar dengan jarak karet gelang 10 cm yaitu
rata-rata koefisien kekentalan yang dilakukan 2 kali pengujiannya didapatkan hasil 4,858 dan
dengan jarak karet gelang 20 cm yaitu 5,126 . Dari hasil ini selisih tidak begitu jauh, tetapi
jumlah yang lebih dari satu bahkan mendekati angka 10, menggambarkan bahwa zat cair yang di
gunakan terlalu pekat. Sehingga kecepatan bola pun terlampau lambat. Hal ini dapat di pengaruhi
oleh beberapa faktor pada saat percobaan berlangsung. Faktor atau penyebab pertama adalah
suhu pada saat berlangsung nya percobaan, karena suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan
viskositas meningkat sehingga gesekan yang terjadi pada bola terhadap viskositas fluida sangat
lambat. Kemudian dapat pula di sebabkan karena kurang cermat dan teliti pada saat pencatatan
atau perhitungan waktu dengan menggunakan stopwatch.
Terakhir, dapat di sebabkan oleh gaya yang bekerja pada bola tersebut , penyebab ini
dapat berlaku hukum newton II, yaitu “Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja
pada benda berbanding lurus dengan besar gayanya dan berbanding terbalik dengan masa
benda".
Dari penyebab ini dapat di simpulkan, semakin besar gaya yang di berikan pada bola,
maka gaya gesek yang terjadi pada bola terhadap viskositas fluida semakin meningkat, sehingga
waktu yang di perlukan semakin cepat. Tetapi sebalik nya semakin kecil gaya yang di berikan
pada bola tersebut, gaya gesek yang bekerja pada bola terhadap viskositas fluida semakin rendah,
sehingga waktu yang di perlukan terlampau lambat dan hasil koefisien kekentalan zat cair pun
tidak mencapai hasil yang maksimal. Banyak penyebab lain yang dapat mempengaruhi proses
percobaan dan terjadi diluar kendali praktikan, seingga semua tahap-tahap percobaan harus di
lakukan dengan tepat, sesuai aturan dan diperhatikan secara baik dan seksama, agar
meminimalisir hasil yang tidak maksimal dan bahkan kegagalan pada percobaan.

BAB VI
SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahawa viskositas adalah sebuah ukuran
penolakan sebuah fluida terhadap perubahan bentuk dibawah tekanan shear. Dari percobaan
mengenai viskositas (kekentalan) tersebut juga dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu
fluida, karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakan salah satu lapisan fluida diatasnya
lapisan lain haruslah dikerjakan gaya, dan pada saat percobaan dapat terjadi kesalahan baik yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja seperti pada penggunaan stopwatch, dan kekentalan suatu
zat dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, tekanan dan berat molekul. Semangkin kental suatu
larutan yang digunakan, maka semakin besar nilai viskositasnya, karena setiap larutan memiliki
viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda
DAFTAR PUSTAKA

My note. Viskositas. http://wenimandasari.blogspot.com (diakses 08 Desember 2012)


Niayulaksmidewi. 28 Februari 2012. Viskositas.http://niayulaksmidewi.wordpress.com (diakses
08 Desember 2012)
Reg42. 07 Desember 2010. Laporan Prkatikum Kekentalan dan tenaga
Pengaktifan. http://rega42.wordpress.com (diakses 08 Desember 2012)
Sainstechstory. 18 Desember 2011. Makalah Viskositas dan
Rheologi.http://hafisimron2821.blogspot.com (diakses 09 Desember 2012)
TryBabling. 29 November 2011. Viskositas. http://kusingfisika.wordpress.com(diakses 09
Desember 2012)
Welcome. 02 Oktober 2012. Laporan Kimia Fisika Viskositas Zat
Cair.http://itatrie.blogspot.com (diakses 08 Desember 2012)

DAFTAR PUSTAKA
Buku Penuntun Praktikum 2013, Fisika Dasar Farmasi, Bogor : Universitas Pakuan
Alonso, Marcello & Edward J. Finn. 1980. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta
LAMPIRAN
1.1 DATA PENGAMATAN
1.2 TUGAS AKHIR
1. Bagaimana memilih letak karet-karet gelang yang melingkari tabung? Apakah akibatnya jika
terlalu dekat dengan permukaan. Apakah akibatnya jika terlalu dengan dasar tabung?
2. Buatlah grafik antara T dengan d (pakai least square)
3. Hitunglah harga berdasarkan grafik untuk tiap-tiap bola
4. Apakah pengaruh suhu terhadap kekentalan zat cair? Terangkan!
Jawab :
1. Memilih letak karet-karet gelang pada tabung engan cara menyesuaikan jarak antara gelang
dengan permukaan sama dengan jarak gelang dengan dasar tabung, jika jarak terlalu dekat
dengan permukaan dan dasar tabung akan menyebabkan waktu yang ditempuh benda semakin
lama daripada jarak yang lebih jauh dari permukaan dan dasar, hal ini juga berdampak pada
koefisien kekentalan za cair yang semakin besar.
2. Grafik antara T dan d

3. Harga berdasarkan grafik


1. Bola Kecil 2. Bola Sedang
Kecepatan (v) Kecepatan (v)
V = s/t V = s/t
V1 = = 2,32 cm/s V1 = =5,46 cm/s
V2 = = 2,43 cm/s V2= = 6,05 cm/s
V3 = = 2,49 cm/s V3 = = 5,76 cm/s
Koefisien Kekentalan: Koef. Kekentalan:
ὴ1 = ὴ1 =
ὴ1 = = 8,965 ὴ1 = = 6,028

ὴ2 = ὴ2 =
ὴ2 = = 8,559 ὴ2 = = 5,440

ὴ3 = ὴ3 =
ὴ3 = = 8,353 ὴ3 = = 5,714

3.Bola Kecil
Kecepatan (v)
V = s/t
V1 = = 8,13 cm/s
V2 = = 7,50 cm/s
V3 = = 7,48 cm/s
Koefisien Kekentalan:
ὴ1 =
ὴ1 = = 5,906
ὴ2 =
ὴ2 = = 6,402

ὴ3 =
ὴ3 = = 6,419

4. Suhu sangat berpengaruh terhadap kekentalan zat cair. Semakin tinngi suhu maka semakin
rendah nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan
akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi suhu
maka cairan semakin encer, karena kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang.
Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika suhu mengalami penurunan karena pada saat suhu
di naikkan maka partikel-partikel penyusun zat tersebut bergerak secara acak sehingga
kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu mengalami penurunan akan terjadi
kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun senyawa tersebut tidak mengalami gerakan
sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin besar.
5. karet gelang yang dilingkarkan di dinding tabung harus sejajar tidak boleh bengkok, supaya
pengukuran waktu jatuhnya bola dapat di ukur dengan tepat. Karet gelang jika terlalu dekat
permukaan akibatnya pengukuran tidak akan tepat. Karena sudah diletakkan batas letak karet
gelang tersebut, begitu pula bila karet gelang terlalu dekat dengan dasar tabung.
6.
7. 2.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16. 3. bola kecil
NO S (cm) t (s) V( Ƞ
3,62 2,762 0,878
1. 10
3,61 2,770 0,876
5,57 2,693 0,901
2. 15
5,53 2,712 0,894
6,99 2,861 0,848
3. 25
7,43 2,692 0,901
17.
18. Bola sedang
NO s (cm) t (s) V( Ƞ
2,85 3,508 2,932
1. 10
2,83 3,533 2,911
4,28 3,505 2,934
2. 15
4,28 3,505 2,934
5,54 4,512 2,279
3. 25
5,41 4,610 2,231
19.
20. Bola besar
NO s (cm) t (s) V( Ƞ
2,69 3,717 6,909
1. 10
2,66 3,759 6,832
3,92 3,826 6,712
2. 15
3,81 3,937 6,523
5,01 3,992 6,433
3. 25
5,00 4 6,420
21.
22.
23. 4. Viskositas dipengaruhi oleh suhu. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring
bertambahnya kenaikan suhu, hal ini disebabkan gaya – gaya kohesi pada zat cair bila
dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya suhu pada zat cair yang
menyebabkan turunya viskositas dari zat cair tersebut.
24. Semakin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir
pada kecepatan tertentu. Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya suhu, maka viskositas
cairan justru akan menurun jika suhu dinaikan.
http://nikenandriasani.blogspot.com/2014/04/laporan-fisika-dasar-koefisien.html

Anda mungkin juga menyukai